KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, October 11, 2016

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 05 OKTOBER 2016


IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 05 OKTOBER 2016

“KITAB KOLOSE”
(SERI: 96)

Subtema: KASIH MULA-MULA MEMBERI KEKUATAN.

Shalom saudaraku!
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita semua. Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Doa Penyembahan.

Sebelum kita tersungkur di bawah kaki Tuhan, terlebih dahulu kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose.
Kolose 1: 21
(1:21) Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat,

Kita perhatikan kalimat: “Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah”, ini menunjuk kepada :
-       Bangsa kafir = orang-orang yang tidak bersunat.
-       Orang fasik dengan segala perbuatan fasik mereka.

Saudaraku, mari kita memperhatikan firman Tuhan. Jangan sampai kita menjalankan ibadah secara lahiriah; ibadah tetapi tidak mengandung janji, tidak mau tahu dengan firman Tuhan, tidak mau berubah, tidak mau menjadi manusia rohani.
Kalau kita bisa melakukan firman itu karena kemurahan hati Tuhan. Tidak mungkin kita bisa melakukan firman, kalau tidak mengerti firman. Dengan mendengar sampai mengerti/mendengar sampai menjadi pelaku, sehingga menjadi manusia rohani.
Manusia rohani semuanya rohani; perkataannya rohani, cara berpikirnya rohani, segala sesuatu yang ada padanya menjadi rohani. Terlebih yang sudah tergembala harus menjadi manusia rohani, jangan di depan terlihat baik tetapi di belakang sebaliknya (tidak baik).

Lebih rinci kita melihat; ORANG YANG DAHULU HIDUP JAUH DARI ALLAH.
Efesus 2:1
(2:1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.

Yang dahulu hidup jauh dari Allah banyak melakukan pelanggaran dan banyak melakukan dosa, sedangkan upah dosa adalah maut.
Itulah akhir hidup orang yang dahulu hidup jauh dari Allah.

Efesus 2:2-3
(2:2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
(2:3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.

Penyebab-penyebab terjadinya dosa bagi mereka yang dahulu hidup jauh dari Allah:
1.    Mengikuti jalan dunia ini.
Menunjukkan bahwa dunia ini mempunyai arus yang sangat kuat untuk mempengaruhi dan menghanyutkan anak-anak Tuhan sampai mengalami kematian rohani.
Kalau anak-anak Tuhan mengalami kematian rohani, yang berduka adalah Roh Kudus.
Hal yang seperti ini pun dianggap sepele bagi orang-orang dunia, mereka tidak peduli sekalipun Roh Kudus berduka, tetapi bagi kita, itu sangat merugikan bahkan membahayakan diri sendiri, sebab Roh Kudus adalah meterai sebagai tanda milik Kristus.
2.    Mentaati penguasa kerajaan angkasa.
Pertanyaannya: Siapakah mereka yang mentaati penguasa kerajaan angkasa?
Jawabnya: mereka adalah orang-orang yang dikuasai roh pendurhakaan.
Roh pendurhakaan = pemberontakan kepada Tuhan.
3.    Hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging.
Perlu untuk diketahui:
-       Orang yang hidup menurut keinginan daging memikirkan hal-hal yang dari daging, berarti; tidak memikirkan hal-hal yang dari roh, perkara di atas, perkara rohani, itulah ibadah dan pelayanan.
Tidak memikirkan ibadah dan pelayanan, berarti; tidak memikirkan kegiatan-kegiatan yang ada di dalam ibadah dan pelayanan itu sendiri, tidak memikirkan kemajuan dalam kandang penggembalaan.
Kemajuan dari kandang penggembalaan terjadi kalau kerohanian kita semakin maju dan semakin meningkat, sebaliknya kalau kerohanian kita tidak maju/tidak meningkat, kandang penggembalaan pun tidak meningkat dan tidak maju. Tidak mungkin penggembalaan maju sementara diri sendiri saja tidak maju.
-         Hidup menurut keinginan daging menunjukkan bahwa seseorang berada di bawah hukum Taurat.
Hukum Taurat; “mata ganti mata, gigi ganti gigi”, arti rohaninya ialah kejahatan dibalas dengan kejahatan = orang yang berbuat salah tidak luput dari penghukuman. Berarti, mereka yang hidup di bawah hukum Taurat; tidak kenal belas kasih atau jauh dari kasih karunia.

Efesus 2:11-12
(2:11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, --
(2:12) bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.

Yang dahulu hidup jauh dari Allah, berarti: “tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia” = binasa, berujung kepada kematian yang kekal.
Itulah akhir hidup orang yang dahulu hidup jauh dari Allah.

Keterangan: TANPA PENGHARAPAN.
Tanpa pengharapan -> orang yang mudah putus asa, mudah kecewa, dan orang yang seperti ini suka bersungut-sungut, suka ngomel, dan dalam omelan itu suka mempersalahkan Tuhan dan sesama.
Perkara tanpa pengharapan dikaitkan dengan PRIBADI AYUB.

Tujuh kali Ayub mengaku “tanpa pengharapan”, yaitu:
1.     Ayub 7: 6
(7:6) Hari-hariku berlalu lebih cepat dari pada torak, dan berakhir tanpa harapan.

Ayub berkata: “Hari-hariku berlalu lebih cepat dari pada torak, dan berakhir tanpa harapan” = hidup tanpa pengharapan.

2.     Ayub 13: 15
(13:15) Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku, namun aku hendak membela perilakuku di hadapan-Nya.

Ayub berkata: “Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku...
Perkataan ini menunjukkan bahwa Ayub hidup tanpa harapan.

3.     Ayub 14: 19
(14:19) seperti batu-batu dikikis air, dan bumi dihanyutkan tanahnya oleh hujan lebat, demikianlah Kauhancurkan harapan manusia.

Ayub berkata: “seperti batu-batu dikikis air, dan bumi dihanyutkan tanahnya oleh hujan lebat, demikianlah Kauhancurkan harapan manusia.
Perkataan ini menunjukkan bahwa Ayub hidup tanpa pengharapan.

4.     Ayub 17: 15a
(17:15) maka di manakah harapanku? Siapakah yang melihat adanya harapan bagiku?

Ayub berkata: “maka di manakah harapanku?”, menunjukkan bahwa Ayub hidup tanpa pengharapan.

5.     Ayub 17: 15b
(17:15) maka di manakah harapanku? Siapakah yang melihat adanya harapan bagiku?

Ayub berkata: “Siapakah yang melihat adanya harapan bagiku?
Perkataan ini menunjukkan bahwa Ayub hidup tanpa pengharapan.

6.     Ayub 19: 10
(19:10) Ia membongkar aku di semua tempat, sehingga aku lenyap, dan seperti pohon harapanku dicabut-Nya.

Ayub berkata: “Ia membongkar aku di semua tempat, sehingga aku lenyap, dan seperti pohon harapanku dicabut-Nya.”
Perkataan ini menunjukkan bahwa Ayub hidup tanpa pengharapan.

7.     Ayub 27: 8
(27:8) Karena apakah harapan orang durhaka, kalau Allah menghabisinya, kalau Ia menuntut nyawanya?
Ayub berkata: “Karena apakah harapan orang durhaka, kalau Allah menghabisinya, kalau Ia menuntut nyawanya?
Perkataan ini menunjukkan bahwa Ayub hidup tanpa pengharapan.

Inilah semua perkataan Ayub yang menunjukkan bahwa dia hidup tanpa pengharapan.

Penyebab Ayub berkata bahwa hidupnya tanpa pengharapan.
Ayub 1: 1
(1:1) Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.

Ayub adalah seorang yang saleh dan jujur, ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.
Orang yang takut akan Tuhan benci kejahatan, benci kecongkakan, benci ketinggian hati, dan lain sebagainya, itulah Ayub.
Dan tidak ada orang yang lebih saleh dan lebih jujur daripada Ayub pada masa itu.
Tetapi bagaimana bisa pada akhirnya Ayub mengaku/berkata bahwa hidupnya tanpa pengharapan?

Ayub 1: 2-3
(1:2) Ia mendapat tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan.
(1:3) Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah timur.

Ayub mempunyai sepuluh anak; tujuh laki-laki dan tiga perempuan. Kemudian, Ayub adalah orang yang terkaya dari semua orang di sebelah Timur, karena dia mempunyai tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar.
Ayub tinggal di sebelah Timur, berarti dia tidak tinggal di Kanaan.

Ayub 1: 14-19
(1:14) datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata: "Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya,
(1:15) datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."
(1:16) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."
(1:17) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Orang-orang Kasdim membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."
(1:18) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Anak-anak tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung,
(1:19) maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."

Pada akhirnya, semua harta kekayaan dan harta benda yang dipunyai oleh Ayub habis, ludes, lenyap.
Dengan empat kali musibah, semua harta kekayaan Ayub habis lenyap.
Musibah yang menimpa Ayub, antara lain:
1.  Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya,datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya”.
2.   “Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga”.
3. “Orang-orang Kasdim menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang”.
4.     Tujuh anak lelaki dan tiga anak perempuan mati.

Inilah UJIAN YANG PERTAMA yang dihadapi oleh Ayub. Harta kekayaan ludes, habis, oleh karena empat musibah yang terjadi menimpa Ayub.
Saya kira, kalau seseorang kehilangan/kehabisan harta, barangkali pergumulannya tidak berat kalau anaknya tidak mati, tetapi Ayub; hartanya lenyap dan anaknya juga mati, sangat menderita sekali.
Saudaraku, anak adalah penghiburan bagi orangtua, titipan Tuhan, karunia Ilahi. Maka kalau sidang jemaat sungguh-sungguh beribadah dan melayani itu adalah penghiburan bagi gembala sidang, merupakan upah dari Tuhan Yesus. Tetapi kalau sidang jemaat mati rohani, itulah yang menyusahkan, mengeringkan tulang seorang gembala sidang.

Betapa beratnya penderitaan Ayub, namun mari kita lihat sikap Ayub saat menghadapi musibah yang pertama, kedua, ketiga dan keempat.
Ayub 1: 20
(1:20) Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah,

Sikap Ayub terhadap empat musibah yang menimpanya: mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya.
-       Mengoyak jubah menunjukkan hati yang hancur.
-       Mencukur kepala menunjukkan bahwa dia merasa diri tidak layak di hadapan Tuhan.

Dalam ketidaklayakan itu, kita lihat apa yang Ayub lakukan ...
Ayub 1: 21-22
(1:21) katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"
(1:22) Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.

Ayub mengambil sikap sujud menyembah kepada Tuhan = merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Tanda kerendahan hati Ayub di hadapan Tuhan: mengakui segala keputusan Tuhan, dengan berkata: “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!”
Dalam semuanya itu, Ayub tidak berdosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut = tidak mempersalahkan keputusan Tuhan.

Ayub mau menerima segala yang terjadi, tidak mempersalahkan keputusan Tuhan sehingga dalam perkara ini dia tidak bersalah, tidak berdosa.
Biasanya, ketika kebanyakan orang mengalami sedikit masalah dan musibah, langsung menuduh dan berkata Tuhan tidak memperhatikan, Tuhan lupa = mempersalahkan Tuhan.

Sampai sejauh ini, Ayub adalah pribadi yang luar biasa.

Ayub 2: 7-8
(2:7) Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya.
(2:8) Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu.

Ayub mengalami UJIAN YANG KEDUA, yaitu barah yang busuk dari telapak kakinya sampai batu kepalanya, sehingga Ayub harus mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu.
-       Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya menunjukkan bahwa Ayub menerima apapun yang terjadi, dia tidak bersungut-sungut, dia menerima keputusan Tuhan.
-       Ayub duduk di tengah-tengah abu, menunjukkan bahwa ia menyadari diri sebagai orang berdosa.
Ayub tetap menunjukkan sikap yang rendah hati di hadapan Tuhan.

Ayub 2: 9
(2:9) Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"

Dari semua musibah/penderitaan yang dialami Ayub, ia tidak mendapat dukungan atau penghiburan dari isterinya.
Di sini kita melihat isterinya berkata:
-       Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu?”
-       “Kutukilah Allahmu dan matilah!"
Suami sendiri sedang menanggung penderitaan tetapi isteri Ayub justru berkata demikian, bahkan memerintahkan supaya Ayub mengutuki Allah, kalau tidak, matilah. Ayub betul-betul tidak mendapatkan dukungan dari isterinya, justru menginginkan kematiannya.
Sewaktu Ayub kaya, isterinya mendukung Ayub untuk tekun dalam kesalehan, tetapi setelah kehilangan harta, dan anak-anaknya, bahkan Ayub mengalami barah berbau busuk dari ujung kaki sampai ujung kepala, isterinya justru membuat hati Ayub hancur. Coba kita bayangkan, penderitaan macam apa lagi seperti ini, tidak ada lagi penderitaan seperti Ayub ini, dimana ia tidak mendapat dukungan dari isterinya.
Kalau pun harta habis, anak dipanggil oleh Yang Mahakuasa, tetapi isteri masih tetap mendukung, hatinya masih bisa terobati, tetapi isteri Ayub justru tidak mendukung. Isteri macam apa seperti ini?
Pendeknya: Ayub menanggung sendiri penderitaannya, tanpa dukungan dan tanpa penghiburan dari sang isteri.

Ayub 2: 10
(2:10) Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.

Jawab Ayub kepada isterinya: “Engkau berbicara seperti perempuan gila!”, selanjutnya Ayub berkata: “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?
Dalam semuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya karena ia tidak mau mengutuki Tuhan seperti permintaan isterinya. Ayub tetap menjaga mulutnya.
Biarlah kita juga tetap menjaga mulut bibir saat dalam kesusahan dan penderitaan, jangan sembarangan dalam berbicara.

kesimpulannya; kesusahan atau penderitaan yang dialami Ayub adalah penderitaan di atas penderitaan.

Ayub 2: 11-12
(2:11) Ketika ketiga sahabat Ayub mendengar kabar tentang segala malapetaka yang menimpa dia, maka datanglah mereka dari tempatnya masing-masing, yakni: Elifas, orang Téman, dan Bildad, orang Suah, serta Zofar, orang Naama. Mereka bersepakat untuk mengucapkan belasungkawa kepadanya dan menghibur dia.
(2:12) Ketika mereka memandang dari jauh, mereka tidak mengenalnya lagi. Lalu menangislah mereka dengan suara nyaring. Mereka mengoyak jubahnya, dan menaburkan debu di kepala terhadap langit.

Kemudian, tiga sahabat Ayub, yakni Elifas, orang Téman, dan Bildad, orang Suah, serta Zofar, orang Naama, mengucapkan belasungkawa dan menghibur Ayub.
Namun pada saat mereka memandang Ayub, mereka tidak lagi mengenali Ayub, sampai akhirnya mereka menangis dengan suara yang nyaring, ini menunjukkan bahwa penderitaan Ayub adalah penderitaan di atas penderitaan.

Saudaraku, kalau hanya menderita karena tidak ada uang, saya kira, orang itu masih mudah dikenali, sekalipun mungkin terlihat lebih kurus karena kurang makan, karena kurang tidur atau karena tidak terurus.
Tetapi kalau sampai tidak dikenali, berarti penderitaan itu betul-betul di atas penderitaan.
Pengalaman yang dialami oleh Ayub ini juga dialami oleh pribadi Yesus Kristus.

Yesaya 53: 1-5
(53:1) Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan?
(53:2) Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya.
(53:3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.
(53:4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
(53:5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.

Sebagai tunas dari tanah kering: Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang Dia, dan rupa pun tidak sehingga kita menginginkannya.
Ini terjadi karena begitu hebatnya penderitaan yang dialami Yesus Kristus di atas kayu salib, sampai tidak dikenali lagi.
Jadi, pengalaman Ayub ada persamaannya dengan pengalaman Yesus Kristus.

Ayub yang tertindas karena ujian dari Iblis atas seijin Tuhan, sebab Tuhan mau lihat kesetiaannya di hadapan Tuhan, berbeda dengan Yesus yang menjadi tidak tampan dan tidak semarak, itu karena Dia ditikam dan karena pemberontakan, karena dosa manusia.

Yesaya 53: 2
(53:2) Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya.

Jadi, ketika Ayub mengalami penderitaan yang begitu hebat, itulah yang Tuhan inginkan.
Tuhan menginginkan kita semua, seperti Tuhan menginginkan Ayub.

Cara berpikir manusia duniawi untuk diinginkan adalah dengan cara-cara duniawi, baik itu dengan hartanya, dengan kekayaannya, dengan pemanisnya, dan lain-lain.
Tetapi di dalam Tuhan tidak seperti itu; semakin hebat seseorang dalam pergumulan dan tetap setia, maka ia semakin diinginkan oleh Tuhan.
Sebab ketika manusia batiniah kita dibaharui, maka otomatis manusia lahiriah kita akan merosot, maka kalau terjadi pembaharuan manusia batiniah dari sehari ke sehari oleh karena banyaknya tekanan dan penderitaan, maka yang lahiriah semakin merosot.
Itulah yang Tuhan mau dari saya dan saudara, dan tentu kita juga menginginkannya.

Dalam Ayub pasal 1-2, Ayub masih bertahan dalam kesalehannya.
Tetapi kita mau lihat; APAKAH AYUB BERTAHAN DI DALAM KESALEHANNYA SEPERTI YESUS KRISTUS?
Ayub 3: 1-3
(3:1) Sesudah itu Ayub membuka mulutnya dan mengutuki hari kelahirannya.
(3:2) Maka berbicaralah Ayub:
(3:3) "Biarlah hilang lenyap hari kelahiranku dan malam yang mengatakan: Seorang anak laki-laki telah ada dalam kandungan.

Dua hal terlihat, antara lain:
1.    Ayub membuka mulutnya.
Artinya; daging mulai bersuara, daging mulai memberontak, daging mulai ngomel.

2.    Mengutuki hari kelahirannya.
Berarti; dia tidak menginginkan dirinya lahir dari kandungan ibunya = menyesal dilahirkan.

Ayub 3: 10-11
(3:10) karena tidak ditutupnya pintu kandungan ibuku, dan tidak disembunyikannya kesusahan dari mataku.
(3:11) Mengapa aku tidak mati waktu aku lahir, atau binasa waktu aku keluar dari kandungan?

Ayub tidak menginginkan hari kelahirannya dengan alasan supaya ia tidak melihat kesusahan yang sedang menimpanya.
Akhirnya, semakin terlihat kesalahan: ketika mulut bersuara, mulai terlihat kesalahan demi kesalahan.
Kesalahan yang pertama ketika mulut bersuara: Ayub mengutuki hari kelahirannya.

Kemudian, kesalahan yang kedua ...
Ayub 3: 12
(3:12) Mengapa pangkuan menerima aku; mengapa ada buah dada, sehingga aku dapat menyusu?

Yang kedua dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Ayub berkata:
a.     “Mengapa pangkuan menerima aku?”
Menunjukkan bahwa Ayub tidak mau berada dalam penggembalaan.
Kalau kita berada dalam penggembalaan, itu seperti anak yang sedang diasuh oleh ibunya, berarti ada dalam gendongan dua tangan. Namun hal ini disesali oleh Ayub.
Penyesalan Ayub ini tanda bahwa ia berubah setia. Oleh sebab itu wajar saja jika sampai tujuh kali Ayub berkata hidupnya tanpa pengharapan.

b.    Mengapa ada buah dada, sehingga aku dapat menyusu?
Menunjukkan bahwa Ayub menyesali kasih Allah.
Buah dada -> kasih Allah bapa, bagaikan dua loh batu di mana inti dari dua loh batu adalah kasih; inti loh batu pertama adalah kasih kepada Tuhan dan inti loh batu kedua adalah kasih kepada sesama.
Namun hal ini juga disesali oleh Ayub; Ayub menyesali kasih Allah.
Kalau kita hanya membaca sekejap, kita tidak akan bisa memahami kesalahan yang begitu rupa ini, tetapi puji Tuhan, dengan segala hikmat dan rahasia yang dikaruniakan kepada kita, sampai akhirnya kita dapat memahami kesalahan Ayub yang begitu rupa, ia tidak lagi menginginkan kasih Allah, sebab terlalu berat penderitaan yang dialami oleh Ayub.

Pada awal mula mengalami penderitaan, Ayub masih bertahan, tetapi semakin lama beban itu semakin terasa berat dia pikul, dan akhirnya dia mulai mengutuki Tuhan.
Hal yang sama bisa terjadi dalam kehidupan kita kalau tidak mengerti rencana Tuhan; menyesal digembalakan, menyesal mengenal kasih Tuhan.

Ayub 3: 13
(3:13) Jikalau tidak, aku sekarang berbaring dan tenang; aku tertidur dan mendapat istirahat
Seandainya Ayub tidak mengalami pergumulan, musibah tidak menimpa Ayub, ia berkata: “...aku sekarang berbaring dan tenang; aku tertidur dan mendapat istirahat”.
Ini menunjukkan jati diri Ayub sebagai si pemalas. Si pemalas itu suka istirahat, suka tidur, tidak mau memikirkan pekerjaan Tuhan = orang yang malas tidak mau pikul salib.
Tetapi kalau kita giat memikul salib di tengah-tengah ibadah pelayanan itu bukanlah si pemalas.

Semakin parahlah kejatuhan Ayub ini, sampai pada akhirnya dia mengaku bahwa hidupnya tanpa pengharapan sebanyak tujuh kali.

Sekarang kita lihat ...
Kesimpulan dari kejatuhan Ayub.
Ayub 3: 4-9
(3:4) Biarlah hari itu menjadi kegelapan, janganlah kiranya Allah yang di atas menghiraukannya, dan janganlah cahaya terang menyinarinya.
(3:5) Biarlah kegelapan dan kekelaman menuntut hari itu, awan-gemawan menudunginya, dan gerhana matahari mengejutkannya.
(3:6) Malam itu -- biarlah dia dicekam oleh kegelapan; janganlah ia bersukaria pada hari-hari dalam setahun; janganlah ia termasuk bilangan bulan-bulan.
(3:7) Ya, biarlah pada malam itu tidak ada yang melahirkan, dan tidak terdengar suara kegirangan.
(3:8) Biarlah ia disumpahi oleh para pengutuk hari, oleh mereka yang pandai membangkitkan marah Lewiatan.
(3:9) Biarlah bintang-bintang senja menjadi gelap; biarlah ia menantikan terang yang tak kunjung datang, janganlah ia melihat merekahnya fajar,

Sampai akhirnya Ayub menginginkan kegelapan, tidak lagi menginginkan terang itu, dia tidak suka berada dalam terang.
Ada tiga benda-benda penerang di cakrawala:
1.     Matahari -> terang kasih dari Allah Bapa.
Fungsi kasih: menutupi banyak sekali dosa, mengikat, mempersatukan dan menyempurnakan hidup kita.
Orang yang mengasihi Tuhan menyerahkan hidupnya sebagai persembahandan korban…. Efesus 5:2
2.     Bulan -> terang kebenaran (firman) dari Anak Allah.
Yesus adalah Anak Allah = firman Allah.
Pekerjaan dari Allah Anak adalah melakukan kehendak Allah Bapa, dan itu adalah kebenaran.
3.     Bintang ->terang dari Allah Roh Kudus.
Pekerjaan dari Roh Kudus: menghibur, menguatkan, menolong, mengingatkan, menyertai, memimpin, mengajar dan menginsafkan kita.

Namun oleh karena beratnya penderitaan itu, Ayub lebih menyukai kegelapan daripada terang, dia tidak menginginkan lagi terang dari Allah Trinitas di dalam nama Tuhan Yesus Kristus/ Bapa, Anak, Roh Kudus.
Saya berharap kita kuat di dalam Tuhan, apalagi sudah menerima pembukaan rahasia firman.Jangan sampai terjadi kejatuhan yang seperti ini, sangat mencelakakan diri sendiri.

Jalan keluarnya.
YANG PERTAMA.
Ayub 1: 20-22
(1:20) Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah,
(1:21) katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"
(1:22) Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.

Pendeknya; kembali kepada kasih mula-mula/ kasih yang semula.
Kalau kita tetap berada dalam kasih mula-mula, kita tetap bisa menerima segala apapun yang sedang terjadi.
Kasih mula-mula itu; saat pertama kita bertobat, di situ kita menggebu-gebu untuk terus melayani Tuhan.
Tanda pertobatan adalah darah mengalir di atas kayu salib. Mezbah korban bakaran -> tanda pertobatan.
Pertobatan yang terlihat di sini: Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.
Kasih mula-mula itu pertobatan, tandanya: tidak pernah mempersalahkan Tuhan apapun yang terjadi, selain berkobar-kobar melayani Tuhan, sampai puncaknya nanti kita satu dalam tanda pengalaman kematian dan tanda dalam pengalaman kebangkitan Yesus Kristus.

YANG KEDUA.
Ayub 2: 10
(2:10) Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.

Ayub berpihak kepada Tuhan, mau menerima segala keputusan-keputusan Tuhan.
Kalau andaikata Ayub berpihak kepada isterinya, pasti mulut dan bibirnya berdosa, tetapi di sini kita lihat Ayub menjaga mulut dan bibirnya.

Kembalilah kepada kasih mula-mula, cinta mula-mula -> pertobatan.
Pada saat kita bertobat, cinta itu berkobar-kobar kepada Tuhan. Jangan redupkan kasih mula-mula.
Biarlah kita berkobar-kobar melayani Tuhan. Amin

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment