KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, October 20, 2016

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 12 OKTOBER 2016


IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 12 OKTOBER 2016

“KITAB KOLOSE”
(SERI: 97)

Subtema: DIDIKAN TUHAN MEMBERI HIDUP KEKAL.

Shalom saudaraku!
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita semua. Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Doa Penyembahan.

Sebelum kita tersungkur di bawah kaki Tuhan, terlebih dahulu kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose.
Kolose 1: 21
(1:21) Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat,

Kita perhatikan kalimat: “Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah”, ini menunjuk kepada :
- Bangsa kafir = orang-orang yang tidak bersunat.
- Orang fasik dengan segala perbuatan fasik mereka.
Yang dahulu hidup jauh dari Allah memusuhi Allah di dalam hati dan pikiran mereka dan itu nyata dari setiap perbuatan-perbuatan mereka.
Pendeknya, setiap orang yang berbuat jahat menunjukkan bahwa dia masih hidup jauh dari Allah sekalipun ia berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.

Lebih jauh kita melihat orang yang dahulu hidup jauh dari Allah.
Efesus 2:1
(2:1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.

Yang dahulu hidup jauh dari Allah; banyak melakukan pelanggaran juga banyak melakukan dosa, sedangkan upah dosa adalah maut.

Efesus 2:2-3
(2:2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
(2:3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.

Penyebab-penyebab terjadinya dosa:
1.    Mengikuti jalan dunia ini.
Menunjukkan bahwa dunia ini mempunyai arus yang sangat kuat untuk mempengaruhi dan menghanyutkan anak-anak Tuhan sampai mengalami kematian rohani, itulah yang disebut ilah zaman.
2.    Mentaati penguasa kerajaan angkasa.
Pertanyaannya: Siapakah mereka yang mentaati penguasa kerajaan angkasa?
Jawabnya: mereka adalah orang-orang yang dikuasai roh pendurhakaan.
Roh pendurhakaan = melawan/pemberontakan kepada Tuhan.
3.   Hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging.
Perlu untuk diketahui:
- Hidup menurut keinginan daging memikirkan hal-hal yang dari daging, berarti; tidak memikirkan hal- hal
  yang dari roh, itulah perkara di atas, perkara rohani, yaitu ibadah dan pelayanan.
- Hidup menurut keinginan daging menunjukkan bahwa seseorang berada di bawah hukum Taurat.
  Hukum Taurat; “mata ganti mata, gigi ganti gigi”, arti rohaninya ialah kejahatan dibalas dengan kejahatan   
  = orang yang berbuat salah tidak luput dari penghukuman.
  Pendeknya setiap orang yang berada di bawah hukum Taurat akan binasa, berujung pada kematian yang  
  kekal.
  Ibadah Taurat = ibadah yang dijalankan secara lahiriah. Misalnya, mulutnya memuji Tuhan tetapi hatinya  
  jauh dari Tuhan = mempersembahkan tubuh jasmaninya kepada Tuhan tetapi manusia batiniah/manusia  
  dalam tidak dipersembahkan kepada Tuhan.
  Menjalankan ibadah lahiriah itu adalah sia-sia, tidak mengandung janji, tidak mengandung kuasa, baik  
  untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang.
   
Lebih rinci kita melihat yang dahulu hidup jauh dari Allah...
Efesus 2:11-12
(2:11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia,
(2:12) bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.

Yang dahulu hidup jauh dari Allah, berarti: “tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel, tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia” = binasa, berujung kepada kematian yang kekal. Itulah keadaan orang yang dahulu hidup jauh dari Allah (bangsa kafir dan orang fasik).

Keterangan: TANPA PENGHARAPAN.
Dikaitkan dengan pribadi Ayub...

Ayub 1:1-2
(1:1) Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.
(1:2) Ia mendapat tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan.

Ayub adalah orang yang saleh, jujur, takut akan Tuhan dan tidak ada orang yang melebihi kesalehan daripada Ayub.
Ayub mempunyai 10 anak (7 laki-laki dan 3 perempuan) dan dia adalah orang yang paling kaya pada waktu itu, namun pada akhirnya Ayub harus menghadapi ujian yang bertubi-tubi atas seijin Tuhan.
Di mulai dari satu persatu harta kekayaannya ludes, lenyap, 10 anak-anaknya (7 laki-laki dan 3 perempuan) juga mati ditimpa rumah yang ditiup oleh angin puting beliung. Dan tidak berhenti sampai di situ, Ayub juga harus mengalami barah yang berbau busuk dari ujung kaki sampai batok kepala. Kemudian, dalam situasi pergumulan yang begitu berat isteri Ayub tidak mendukung.
Kalau orang kehilangan harta namun masih bisa terhibur oleh anak-anak, tetapi Ayub bukan saja kelihangan harta dan kehilangan anak tetapi juga harus mengalami barah yang berbau busuk ujung kaki sampai batok kepala, dan isterinya juga tidak mendukung. Begitu beratnya penderitaan yang dialami oleh Ayub. Dia tetap dalam kesalehannya, dia tidak mengutuki Tuhan dan tidak mengatakan bahwa Tuhan melakukan sesuatu yang tidak-tidak, dan Ayub tetap menjaga bibirnya, pendeknya, Ayub tidak mempersalahkan Tuhan dalam segala pergumulannya.

Sekarang kita akan perhatikan Ayub 3.
Ayub 3:1
(3:1) Sesudah itu Ayub membuka mulutnya dan mengutuki hari kelahirannya.

Di sini kita melihat bahwa Ayub membuka mulutnya -> suara daging.
Persungutan, omelan, menggerutu, keluh kesah itu adalah suara daging.
Keluh kesah/suara daging Ayub adalah: “mengutuki hari kelahirannya”, berarti; Ayub tidak menghendaki hari kelahirannya, Ayub tidak ingin dilahirkan sebagai manusia = Ayub menyesal Tuhan menciptakan dia sebagai manusia.


Ayub 3:2-4
(3:2) Maka berbicaralah Ayub:
(3:3) "Biarlah hilang lenyap hari kelahiranku dan malam yang mengatakan: Seorang anak laki-laki telah ada dalam kandungan.
(3:4)Biarlah hari itu menjadi kegelapan, janganlah kiranya Allah yang di atas menghiraukannya, dan janganlah cahaya terang menyinarinya.

Ayub lebih menyukai kegelapan daripada terang oleh karena penderitaan yang hebat.
Satu, dua kali kita bisa bertahan saat menghadapi pergumulan tetapi kalau pergumulan itu terus menerus, bertubi-tubi, dari hari ke hari, dari bulan ke bulan, barangkali banyak orang yang tidak bisa bertahan. Itulah yang sedang dialami Ayub.

Ayub 3:4-9
(3:4) Biarlah hari itu menjadi kegelapan, janganlah kiranya Allah yang di atas menghiraukannya, dan janganlah cahaya terang menyinarinya.
(3:5) Biarlah kegelapan dan kekelaman menuntut hari itu, awan-gemawan menudunginya, dan gerhana matahari mengejutkannya.
(3:6) Malam itu -- biarlah dia dicekam oleh kegelapan; janganlah ia bersukaria pada hari-hari dalam setahun; janganlah ia termasuk bilangan bulan-bulan.
(3:7) Ya, biarlah pada malam itu tidak ada yang melahirkan, dan tidak terdengar suara kegirangan.
(3:8) Biarlah ia disumpahi oleh para pengutuk hari, oleh mereka yang pandai membangkitkan marah Lewiatan.
(3:9) Biarlah bintang-bintang senja menjadi gelap; biarlah ia menantikan terang yang tak kunjung datang, janganlah ia melihat merekahnya fajar,

Ayub berkata: Janganlah cahaya terang menyinarinya”, Ayub lebih memilih kegelapan daripada hari kelahiran.
Ada  tiga benda penerang di cakrawala, yaitu:
1. Matahari -> terang kasih dari Allah Bapa.
2. Bulan -> terang dari kebenaran yang dikerjakan oleh Anak Allah.
3. Bintang -> terang dari Allah Roh Kudus.
Saudaraku, kalau kita bandingkan dengan Wahyu 12:1, tampaklah suatu tanda besar di langit; Seorang perempuan berselubungkan matahari, bulan di bawah kaki, dan bermahkotakan 12 bintang di atas kepala. Tiga benda penerang tersebut  menjadi milik daripada Mempelai Perempuan.
Pada saat tiga benda penerang itu  sudah menjadi bagian dari Mempelai perempuan, langit dan bumi menjadi gelap, itulah yang diinginkan oleh Ayub.
Kerugian besar bila seseorang suka bersungut-sungut disaat menghadapi ujian, sebab akhirnya nanti tidak menghendaki terang.

Ayub 3:20-21
(3:20) Mengapa terang diberikan kepada yang bersusah-susah, dan hidup kepada yang pedih hati;
(3:21) yang menantikan maut, yang tak kunjung tiba, yang mengejarnya lebih dari pada menggali harta terpendam;

Selanjutnya, Ayub berkata;
- “Mengapa terang diberikan kepada yang bersusah-susah” -> Ayub tidak membutuhkan terang karena   
    salib, karena penderitaan demi penderitaan yang dialami.
- “Hidup kepada yang pedih hati” -> Ayub tidak menginginkan hidup kalau dalam keadaan pedih hati oleh
    karena salib.
    Sampai akhirnya Ayub menantikan maut, menginginkan kebinasaan daripada hidup tetapi dalam keadaan  
    pedih hati oleh karena memikul salib.
    Ini adalah pilihan yang salah dan pikiran yang bodoh karena lebih menyukai kebinasaan daripada hidup  
    tapi harus memikul salib.
    Seseorang kalau tidak menyangkal diri dan pikul salibnya, lama-kelamaan akan menjadi
    bodoh/stres/depresi dan kalau tidak segera menyadari diri, ujung-ujungnya akan menjadi gila dan
    hilang/lupa ingatan.
    Kita memandang kebenaran menurut pikiran manusia daging maka disitu banyak terjadi kesalahan. Dan
    itu yang membuat seseorang tidak mampu/kuat menghadapi ujian.

Ayub 4:1-4
(4:1) Maka berbicaralah Elifas, orang Téman:
(4:2) "Kesalkah engkau, bila orang mencoba berbicara kepadamu? Tetapi siapakah dapat tetap menutup mulutnya?
(4:3) Sesungguhnya, engkau telah mengajar banyak orang, dan tangan yang lemah telah engkau kuatkan;
(4:4) orang yang jatuh telah dibangunkan oleh kata-katamu, dan lutut yang lemas telah kaukokohkan;

Sesungguhnya Ayub adalah pengajar banyak orang sehingga dari hasil mengajar itu tiga perkara terjadi, yaitu:
- Tangan yang lemah telah dikuatkan.
- Orang yang jatuh dibangunkan kembali.
- Lutut yang lemah menjadi kokoh.

Ayub 4:5
(4:5) tetapi sekarang, dirimu yang tertimpa, dan engkau kesal, dirimu terkena, dan engkau terkejut.

Namun pada saat Ayub dalam pergumulan dia kesal dan terkejut.
Orang yang terkejut dan kesal itu adalah indikasi dari dua hal, yaitu:
- Masih mempertahankan harga diri.
- Melayani Tuhan dengan cara-cara yang lama.
  Sehingga pada saat firman para nabi mengoreksi dosa secara to the point, maka seseorang akan  terkejut
  dan kesal.

Ayub 4:6
(4:6) Bukankah takutmu akan Allah yang menjadi sandaranmu, dan kesalehan hidupmu menjadi pengharapanmu?

Pada awalnya yang menjadi sandaran dan pengharapan Ayub adalah Allah.
Hal itu diingatkan kembali oleh sahabat-sahabat Ayub termasuk Elifas.

-  Praktek bersandar kepada Allah: takut akan Tuhan.
-  Praktek pengharapan Ayub: hidup di dalam kesalehan.
Ayub saleh dan jujur, sabar termasuk orang yang takut akan Tuhan.

Ayub 5:16
(5:16) Demikianlah ada harapan bagi orang kecil, dan kecurangan tutup mulut.

 “Demikianlah ada harapan bagi orang kecil, dan kecurangan tutup mulut”, Elifas mengingatkan bahwa Ayub memiliki pengharapan, yaitu kesalehannya.

Sekarang kita lihat tanggapan Ayub kepada sahabat-sahabatnya.
Ayub 6:1-3
(6:1) Lalu Ayub menjawab:
(6:2 "Ah, hendaklah kiranya kekesalan hatiku ditimbang, dan kemalanganku ditaruh bersama-sama di atas neraca!
(6:3) Maka beratnya akan melebihi pasir di laut; oleh sebab itu tergesa-gesalah perkataanku.

Ayub kecewa terhadap sahabat-sahabatnya karena Ayub merasa tidak dibela.
Kekecewaan Ayub dapat dilihat dari jawaban Ayub kepada sahabat-sahabatnya, yaitu:
“Hendaklah kiranya kekesalan hatiku ditimbang, dan kemalanganku ditaruh bersama-sama di atas neraca maka beratnya akan melebihi pasir di laut” -> penderitaan Ayub tidak sebanding dengan kesalahan yang diperbuat oleh Ayub. Ini menunjukkan pembelaan Ayub di hadapan Tuhan = merasa diri benar.
Dengan pembelaan dirinya dihadapan Allah dan  kekecewaannya tehadap sahabat-sahabatnya -> Ayub tidak lagi menaruh pengharapan kepada Allah.
Kesalehan adalah pengharapan, tetapi kalau membela diri, mencari alasan untuk membenarkan diri itu bukanlah pengharapan/kesalehan.
Mempertahankan kesalehan, jujur, takut Tuhan = bersandar dan menaruh pengharapan kepada Tuhan.

Tujuh kali Ayub mengaku “tanpa pengharapan”, yaitu:
1. Ayub 7:6 : Hari-hariku berlalu lebih cepat dari pada torak, dan berakhir tanpa harapan.
2. Ayub 13:15 : Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku, namun aku hendak membela perilakuku di hadapan-Nya.
3. Ayub 14:19 : seperti batu-batu dikikis air, dan bumi dihanyutkan tanahnya oleh hujan lebat, demikianlah Kauhancurkan harapan manusia.
4. Ayub 17:15a : maka di manakah harapanku? Siapakah yang melihat adanya harapan bagiku?
5. Ayub 17:15b : maka di manakah harapanku? Siapakah yang melihat adanya harapan bagiku?
6. Ayub 19:10 : Ia membongkar aku di semua tempat, sehingga aku lenyap, dan seperti pohon harapanku dicabut-Nya.
7. Ayub 27:8 : Karena apakah harapan orang durhaka, kalau Allah menghabisinya, kalau Ia menuntut nyawanya?

Kesimpulannya, jikalau seseorang hidup tanpa pengharapan = binasa.

Jalan keluarnya.
Ayub 5:17
(5:17) Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa.

Jangan menolak didikan Tuhan = jangan menolak salib. Sengsara salib, atau aniaya karena firman terjadi untuk mendidik saudara dan saya, untuk lebih  dewasa. Berbahagialah orang yang ditegur Allah.

Ibrani 12:5-6
(12:5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
(12:6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."

Jangan anggap enteng terhadap didikan Tuhan dan jangan putus asa terhadap peringatan-Nya/teguran-Nya, sebab Tuhan menghajar yang dikasihi-Nya dan menyesah orang yang diakui-Nya anak.
Jadi didikan yang sifatnya hajaran berlaku kepada orang yang dikasihi-Nya dan yang diakui-Nya sebagai anak.

Ibrani 12:7
(12:7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?

Semua anak (yang diakui sebagai anak) pasti mendapat ganjaran, yaitu; hajaran/teguran.
Ganjaran -> salib yang arus dipikul oleh setiap orang,  sebagai didikan Tuhan.

Ibrani 12:8
12:8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.

Kalau seseorang bebas dari ganjaran, (hajaran, teguran) dia bukan anak Allah tetapi anak-anak gampangan.
Anak gampangan adalah anak yang lahir di luar nikah itulah anak yang akan menuju pada kematian .

Kita semua harus terima didikan. Saya juga harus menerima didikan, kalau saya tidak menerima didikan saya tidak dipercaya untuk memberitakan didikan ini. Setiap orang harus memikul salib di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, dan menerima didikan Tuhan.
Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya... Amsal 3:11.

Mazmur 94:12-13
(94:12) Berbahagialah orang yang Kauhajar, ya TUHAN, dan yang Kauajari dari Taurat-Mu,
(94:13) untuk menenangkan dia terhadap hari-hari malapetaka, sampai digali lobang untuk orang fasik.

Berbahagialah orang yang menerima hajaran Tuhan, karena ia akan diselamatkan dari hari-hari malapetaka.

Ayub 5:18
(5:18) Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula.

Firman salib/firman kasih karunia melukai hati kita, tetapi sekaligus membalut hati kita yang terluka. Dia yang melukai dan Dia juga yang menyembuhkan.
Saat dengar firman, saat ditegur, saat menerima didikan itu sakit bagi daging, tetapi hasil dari didikan itu menyembuhkan kita sekaligus menjadikan kita permata yang berharga, dan bernilai tinggi.

Hosea 6:1-2
(6:1) "Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita.
(6:2) Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya.

Saudaraku, salib Kristus membawa kita kepada suasana kebangkitan. Pendeknya kita akan hidup di hadapan-Nya. Saudaraku, pengalaman kematian dan kebangkitan, di mulai dari salib/didikan.
Kuasa kematian Yesus = mengubur hidup yang lama, kuasa kebangkitan Yesus = hidup dalam hidup baru.
Disaat menerima teguran (didikan) oleh firman salib Kristus tidak usah kecil hati, tidak usah rendah diri, tidak usah panas hati, tidak usah terkejut dan tidak usah kesal hati, karena Tuhan mau menjadikan kita sebagai anak, dan sebagai orang yang dikasihi-Nya.
Salib-Nya melukai, salib-Nya menyembuhkan sampai membawa kita ke dalam suasana kebangkitan. Tidak banyak orang mendapatkan pengalaman oleh karena salib.
Orang di luaran sana banyak mendapat pengalaman di tempat ia bekerja, dan oleh karena pengalaman itu ia dihargai tetapi pengalaman tentang salib tidak ia dapat, yang sesungguhnya membawa dia kepada kehidupan.
Pengalaman salib akan menyerap begitu banyak hikmat Tuhan yang tidak dapat diselami oleh akal dan pikiran manusia.
Banyak cara Tuhan untuk mendidik, seraplah hikmat Tuhan itu agar kita berhikmat, berpendidikan, berpengetahuan, berpengalaman, bermarifat, bermartabat, berpengertian.
Sekilas saya melihat pribadi Ayub sangat mengagumkan, ternyata setelah diselidiki pada pasal 3, banyak kesalahan besar terjadi.
Mungkin terjadi ketidakbenaran, dan keberuntungan tidak berpihak, itu sesuatu yang sangat menyakitkan sekali, tetapi kita dididik di situ. Jadi bukan tanpa alasan saya mengemukakan pernyataan di atas bahwa saya bisa menyampaikan firman didikan Tuhan itu karena saya juga terima didikan Tuhan. Kalau saya liar, tidak mau terima didikan tidak mungkin saya dipercayakan Tuhan untuk menyampaikan firman, yang sifatnya mendidik.
Yang mendapat masalah di tempat pekerjaan tetap bersabar, karena engkau pasti menyerap banyak  hikmat yang begitu dalam, yang tidak bisa diselami oleh akal pikiran manusiawi.
Berjanjilah untuk tidak mau lagi mengecilkan hikmat Tuhan, tidak putus asa, dari setiap teguran firman kasih karunia yang menyelamatkan kita dari kebinasaan sampai membawa kita kepada suasana kebangkitan/hidup kekal.

Hosea 6:3
(6:3) Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi."

Marilah kita berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan, terimalah didikan-Nya, pikullah salib masing-masing.
Tidak memikul salib dengan sungguh-sungguh maka tidak akan pernah mengenal Tuhan  dengan sungguh-sungguh. Kita mengenal Tuhan yang disalibkan  dengan sungguh-sungguh karena kita mau memikul salib dengan sungguh-sungguh, maka kita mengenal Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Tidak mungkin kita mengenal Tuhan dengan sungguh-sungguh kalau tidak memikul salib dengan sungguh-sungguh.
Begitu dalamnya, begitu kayanya pembukaan rahasia firman Tuhan, sampai kita boleh mengenali isi hati Tuhan yang paling dalam. Bukankah itu kemurahan Tuhan?
Kita semua bergandengan tangan untuk terus memikul salib, menerima didikan Tuhan, sampai kita mengenal Tuhan dengan sungguh-sungguh, karena kita juga memikul salib dengan sungguh-sungguh.
Belajar untuk berkorban, baik hal materi maupun hal yang lain, kalau engkau tidak belajar memikul salib, maka berkatmu hanya sampai di situ saja, dan kekayaan hikmat yang engkau serap hanya sampai di situ saja (terbatas).
Sejauh mana engkau memikul salib, sejauh itu hikmat yang engkau serap.

Ulangan 32:39
(32:39) Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku telah meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan, dan seorang pun tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku.

Tetapi orang yang tidak sungguh-sungguh memikul salib tidak bisa menghindarkan dirinya dari kebinasaan, karena semua dalam jangkauan tangan Tuhan, semua mendapat upah masing-masing. Dia yang menghidupkan, Dia juga yang mematikan, pendeknya hidup dan mati kita Tuhan yang menentukan. Amin.
 
     TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

              Pemberita firman:
        Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang



No comments:

Post a Comment