KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, January 10, 2017

IBADAH 40 TAHUN PELAYANAN SEKALIGUS PERSEKUTUAN HAMBA-HAMBA TUHANDIRANGKAIKAN DENGAN NATAL PERSEKUTUAN Reuni Akbar LEMPINEL SARON MAKASSAR angkatan I – XXII Temu Kangen Angkatan VIII LEMPINEL JOHOR SURABAYA GPT SARON MAKASSAR, 14 DESEMBER 2016




IBADAH 40 TAHUN PELAYANAN SEKALIGUS PERSEKUTUAN HAMBA-HAMBA TUHAN DIRANGKAIKAN DENGAN NATAL PERSEKUTUAN
Reuni Akbar LEMPINEL SARON MAKASSAR angkatan I – XXII
Temu Kangen Angkatan VIII LEMPINEL JOHOR SURABAYA
GPT SARON MAKASSAR, 14 DESEMBER 2016

Tema: DIUNDANG KE PERJAMUAN KAWIN ANAK DOMBA...MATIUS 22:4.

Selamat pagi. Salam sejahtera bagi kita sekaliannya, salam dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus, kepala gereja mempelai Pria Sorga yang sangat mengasihi kita.
Kita bersyukur kepada Tuhan, oleh karena kemurahan hati Tuhan, acara ini boleh berlangsung dengan baik.

Di mulai dari tadi malam, kita sudah boleh merasakan kemurahan Tuhan, lewat firman yang disampaikan oleh hamba-Nya, Pdt. Jhon Nahor dari Bali, kakak angkatan saya.
Biarlah firman tadi malam, kita boleh rasakan dan mendarah daging. Kita semua berada dalam terang, menghargai panggilan Tuhan, undangan Tuhan.
Dan untuk sesi yang kedua ini, oleh karena kemurahan hati Tuhan, kami dipercaya untuk melayani Tuhan, di hadapan para hamba-hamba Tuhan, oleh rabi, para tua-tua, imam-imam, serta sidang jemaat, siapa saja kita yang ada pada saat pagi hari ini.
Kita saling mendoakan, supaya kita boleh merasakan kemurahan hati Tuhan pagi hari ini.

Saya bukanlah siapa-siapa, saya adalah hamba, oleh karena kemurahan hati Tuhan. Dan kalau pagi ini saya bisa berdiri di hadapan saudara, bukan karena gagah hebat dan kuat saya, tetapi karena kemurahan hati Tuhan saja.
Dia sudah memanggil saya dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib, melayani Tuhan, memberitakan perbuatan yang besar bagi Dia, bersama dengan hamba-hamba Tuhan, sesuai dengan karunia-karunia dan jabatan-jabatan yang dipercayakan oleh Tuhan.

Terimakasih kepada bapa gembala di tempat ini, Om Nathan Sore, sebagai guru yang sudah menerbitkan banyak hamba-hamba Tuhan. Saya menaruh rasa hormat kepada beliau. Andai saja Lempin-El Saron tidak ada, saya tidak akan bisa ada bersama dengan saudara. Saya bersyukur kepada Tuhan.
Di dalam hati saya, saya tetap menaruh hormat, mulut saya memang tidak menunjukkan rasa hormat, tetapi di hati saya. Juga para guru-guru yang sudah mengajar di tempat ini, saya masih melihat Om Daud Palimbungan, beliau adalah guru kepenuhan Roh Kudus, kitab Galatia.
Di hari-hari terakhir menjelang penamatan, hati saya hancur, karena saya adalah siswa yang paling lama mendapat kemurahan Tuhan, saya menangis di sana.
Awal pertama saya datang ke tempat ini, tujuannya bukan untuk menjadi hamba Tuhan, tujuan saya adalah supaya bertobat, sudah terlalu banyak dosa kejahatan, berada dalam kegelapan. Tetapi setelah tiga bulan saya diproses, panggilan berubah, bukan saja untuk bertobat, tetapi untuk selanjutnya dipanggil dan dipilih, dan kiranya saya setia sampai Tuhan datang pada kali yang kedua, oleh darah Anak Domba.
Dan terimakasih juga kepada panitia, serta yang sudah berkorban, bahkan para hamba-hamba Tuhan, mohon maaf, kehadiran saya di sini bukan untuk menggurui, tetapi saya ingin hadir untuk menjadi alat kemuliaan saja, kita sama-sama, kita semua hamba Tuhan yang sudah menerima jabatan, ada yang rasul, nabi, penginjil, gembala dan guru. Dan saya, sebagai hamba Tuhan, yang sudah menerima jabatan gembala, saya bersyukur kepada Tuhan, tentu kita semua. Terimalah pemberitaan firman, seperti apapun keadaannya nanti, kita saling mendoakan, supaya kita bisa merasakan kemurahan Tuhan sesuai dengan tema yang ada.

Langsung kita perhatikan tema yang ada...
Matius 22: 4
(22:4) Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini.

Pendeknya, sesuai dengan tema, yang diambil dari Matius 22: 4 adalah “diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.”
Namun sebelum kita melihat ini, secara keseluruhan, injil Matius 22: 1-14, kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel, terkena kepada PETI dari TABUT PERJANJIAN.
Peti perjanjian -> sidang mempelai perempuan Tuhan atau gereja Tuhan yang telah mencapai kesempurnaannya.
Peti perjanjian terbuat dari kayu penaga. Kayu penaga -> daging dengan tabiat-tabiatnya. Tabiat-tabiat daging dapat terlihat jelas dalam kitab Galatia.
Namun peti perjanjian itu telah disalut atau dilapisi dengan emas luar maupun dalam, ini adalah gambaran dari sidang yang sudah mencapai kesempurnaan dan kemuliaannya, bahkan sederajat dengan Mempelai Pria, baik lahir maupun batin, luar maupun dalam.

Wahyu 21: 9-11
(21:9) Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba."
(21:10) Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah.
(21:11) Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.

Pengantin perempuan mempelai Anak Domba, itulah Yerusalem yang baru, yang turun dari sorga, dengan keadaannya dalam dua hal:
1.     Kota yang kudus”, berarti dalam kekudusannya, sampai kepada kesempurnaannya.
2.     Kota itu penuh dengan kemuliaan”, berarti berada dalam kemuliaan Allah.
Dengan demikian, mempelai perempuan sederajat dengan Mempelai Laki-Laki Sorga.
Sederajat, berarti layak untuk diundang ke perjamuan kawin Anak Domba, sebagai sasaran akhir dari ibadah pelayanan kita di atas muka bumi ini.
Jadi, sasaran ibadah pelayanan kita di atas muka bumi ini bukan hanya semata mujizat-mujizat, tidak berhenti hanya sebatas tanda-tanda heran, karena antikris dan nabi palsu pun sanggup melakukan hal yang sama.

Sekarang kita lihat mereka yang sederajat, yang layak diundang dalam perjamuan kawin Anak Domba.
Wahyu 19: 6-7
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.
(19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.

Mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba menjadi suatu himpunan besar orang banyak yang datang dari empat penjuru bumi, yaitu Timur, Barat, Utara, Selatan, tentu dari berbagai-bagai suku, kaum, bahasa, dan bangsa. Semoga saya dan kita semua ada di antara himpunan itu, karena kita sudah memulainya dari sejak sekarang, saat ini kita merupakan suatu himpunan lewat persekutuan yang indah pada saat pagi ini.

Suasana dalam perjamuan kawin/suasana pesta:
Pada saat himpunan itu berseru dengan seruan: “Haleluya!”, maka seruan itu seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, berarti kalau ada kesatuan hati, akan menghasilkan suatu kekuatan yang luar biasa untuk menjangkau yang belum terjangkau oleh firman Pengajaran Mempelai dalam terang-Nya Tabernakel.
Kalau ada kesatuan hati di antara hamba-hamba Tuhan, ada suatu kekuatan yang luar biasa untuk menjangkau jiwa-jiwa yang belum terjangkau oleh firman Pengajaran Mempelai.
Saat ini banyak ajaran-ajaran yang bermunculan di hari-hari terakhir ini, tetapi semua tidak bertahan, dari muntah-muntah itu sudah tidak terlihat, dari rubuh-rubuh itu juga sudah tidak terlihat lagi, bahkan dengan cara-cara yang lain-lain yang tidak bisa saya sebut di tempat ini, semua berlalu.
Jadi kalau ada kesatuan, maka ada kekuatan yang luar biasa untuk menjangkau yang belum terjangkau oleh firman Pengajaran Mempelai.

Kaitan dari desau air bah dan deru guruh.
Wahyu 4: 5
(4:5) Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.

Bunyi guruh yang menderu adalah daya dan kekuatan yang dikerjakan oleh kuasa Roh Kudus, sehingga dengan kesatuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus ini, ada kekuatan yang luar biasa untuk menjangkau jiwa-jiwa.
Dan bukan hanya kekuatan yang kita lihat di sini, tetapi kecepatan untuk menerangi bagaikan kilat.
Kalau ada kesatuan, yang semuanya dikerjakan oleh Roh Kudus, bukan hanya kekuatan untuk menjangkau jiwa, tetapi ada kecepatan bagaikan kilat di dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna dari Timur sampai ke Barat...Matius 24:27.
Asal ada kesatuan hati, tidak memandang satu kumpulan. Tidak ada block sana, block sini, karena memang kita adalah organisme, bukan organisasi. Kita yang hadir pada saat hari ini ada dari beberapa organisasi, ada dari GKTDI, bukan hanya GPT, ada dari GpdI.

Kita kembali melihat ...
Suasana dalam perjamuan kawin/suasana pesta:
Wahyu 19: 8
(19:8) Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]
Kepada pengantin perempuan dikaruniakan lenan halus.
Lenan halus adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.

Namun, kita akan periksa sedikit tentang lenan halus: adapun lenan halus yang BERKILAU-KILAUAN dan yang PUTIH BERSIH.

Sejenak kita perhatikan tentang BERKILAU-KILAUAN.
Markus 9: 2-3
(9:2) Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka,
(9:3) dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu.
Lukas 9: 28-31
(9:28) Kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu, Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa.
(9:29) Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan.
(9:30) Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia.
(9:31) Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem.

Suasana berkilau-kilauan, berarti ada dalam suasanan kemuliaan, ini terjadi pada saat Yesus berada di atas gunung yang tinggi, melebihi gunung-gunung yang lain, itulah gunung Sion.
Gunung Sion itu tegak berdiri di hulu gunung-gunung, mengatasi gunung-gunung yang lain...Yesaya 2:2.

Wahyu 21: 10-11
(21:10) Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah.
(21:11) Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.

Gunung Sion penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, itulah permata yaspis, jernih seperti kristal.
Kristal, berarti transparan, tampil apa adanya, tidak dibuat-buat, luar dan dalam sama, berarti jujur, polos, tidak ada sesuatu yang ditutup-tutupi.
Biasanya orang yang jujur dan polos dipimpin oleh ketulusan hati.
Kejujuran dan kepolosan adalah motor penggerak sehingga seseorang dapat berkobar-kobar untuk melayani Tuhan. Kalau ada sesuatu yang masih disembunyikan, dia tidak akan mampu untuk berkobar-kobar melayani Tuhan.

Kemudian, selain berkilau-kilauan, lenan halus itu PUTIH BERSIH.
Putih bersih, berarti tanpa noda, tanpa cacat cela, tidak ada kekurangan. Pendeknya; tidak terdapat kelemahan-kelemahan, menunjukkan bahwa hidupnya senantiasa disucikan, dimandikan dengan air dan firman, berarti limpah pembukaan rahasia firman.
Kalau hanya dua tiga ayat firman disampaikan, tidak cukup untuk membersihkan kotoran, tetapi yang terjadi di hari-hari terakhir ini, justru menyampaikan satu dua ayat lalu ditambahkan dengan cerita-cerita isapan jempol, dongeng nenek-nenek tua, takhayul-takhayul. Tidak mungkin si kancil, si kura-kura, si buaya, bisa memperjelas firman yang disampaikan, tetapi itulah yang sering terjadi.

Efesus 5: 26
(5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,

Disucikan, dimandikan dengan air dan firman, berarti dibutuhkan air firman yang banyak.
Air firman yang banyak itu bagaikan air sungai kehidupan (Wahyu 22), dia mengalir dari takhta Allah (Injil Kerajaan) dan mengalir dari takhta Anak Domba (cahaya injil tentang kemuliaan Kristus), itulah firman pengajaran yang rahasianya dibukakan dalam terangnya Roh Kudus.
Kita membutuhkan itu, bukan menyampaikan satu dua ayat lalu ditambahkan dengan si kancil dan si kura-kura, lalu kita himbau sidang jemaat dan kita pancing untuk berkata “Haleluya, puji Tuhan, beri kemuliaan” itu adalah suatu kesalahan yang besar, suatu kekeliruan yang besar di mata Tuhan. Sudah salah, kemudian dipancing untuk menyatakan kesalahan menjadi benar, itu adalah pekerjaan Iblis dari sejak semula; untuk membunuh, sebab dia harus memutar balik fakta terlebih dahulu, firman Allah dipelintir terlebih dahulu.
Kita belajar dari lenan halus, selain berkilau-kilauan tetapi juga putih bersih.

Efesus 5: 27
(5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.

Supaya bersih, dibutuhkan air firman yang banyak, itulah Injil kerajaan dan cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus.
Tujuannya: Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat, atau kerut atau yang serupa itu = jemaat kudus dan tidak bercela.

Kembali kita perhatikan suasana pesta ...
Wahyu 19: 9
(19:9) Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."

Sampe akhirnya kita boleh merasakan kebahagiaan, karena kita layak untuk masuk ke dalam pesta nikah Anak Domba, sesuai dengan tema; diundang ke dalam perjamuan kawin Anak Domba.

Itulah sedikit mengenai Matius 22 yang terkena pada peti dari tabut perjanjian.

Sekarang kita akan melihat lebih maju ...
Langkah-langkah yang harus diperhatikan untuk masuk dalam perjamuan kawin Anak Domba.
YANG PERTAMA.
Matius 22: 2-3
(22:2) "Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya.
(22:3) Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang.

Langkah pertama: “Memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu”, berarti orang-orang yang diundang harus dipanggil.

1 Petrus 2: 9
(2:9) Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:

Berarti, sebelum dipilih, yaitu melayani Tuhan, terlebih dahulu dipanggil keluar dari kegelapan dosa.
Tadi di atas telah saya kemukakan, sebelum melayani Tuhan, sebelum menjadi hamba Tuhan dan menerima jabatan gembala, saya terlebih dahulu dipanggil dari kegelapan dosa, dari kejahatan dan lain sebagainya.

1 Petrus 1: 18-19
(1:18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
(1:19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Orang-orang yang ada di dalam kegelapan telah ditebus oleh darah Anak Domba.
Kesimpulannya; proses panggilan itu ada dalam tanda darah. Itulah yang benar, tidak lebih, tidak kurang, jangan ditambahi, jangan dikurangi. Ini adalah keyakinan saya, tentu juga keyakinan Om Nathan, para pembicara, dan seluruh hamba Tuhan yang hadir saat ini.

Kita lihat; TANDA DARAH.
Roma 8: 35-36
(8:35) Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
(8:36) Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."

Rasul Paulus di tengah ibadah pelayanannya telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan, berarti ada dalam tanda darah.
Jadi proses panggilan itu ada di dalam tanda darah, tidak boleh tidak. Apapun harganya, bayar saja. Sekalipun menghadapi penindasan, kesesakan, aniaya, kelaparan, ketelanjangan, bahaya, bahkan sampai pedang sekalipun.

Yesaya 53: 7
(53:7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.

Bukti ada di dalam tanda darah: mulut tidak terbuka, tidak suka ngomel, tidak suka bersungut-sungut, tidak menggerutu saat menghadapi aniaya/sengsara dalam pelayanan = tidak terlihat suara daging.
Tidak puas dengan apa yang Tuhan percayakan, berarti belum ada tanda darah, tanda panggilan belum terlihat.

Saya tidak berkata bahwa saya paling benar, tidak. Tetapi saya kira, apa yang saya sampaikan ini, sudah saya alami sendiri. Kami berada di provinsi Banten, nomor duanya Aceh, tidak mudah untuk mendirikan sebuah gereja, berarti sudah pasti kita ketahui, tidak mudah untuk menjaring jiwa.
Tahun 2001, saya tinggalkan Cilegon setelah orang-orang yang tidak bertanggungjawab membubarkan persekutuan yang telah terbentuk. Saya lari ke Surabaya, sementara status saya belum jelas, apakah sudah Pendeta atau belum, belum diakui sebagai AMB (Anggota Musyawarah Besar) GPT. Saya bingung saya harus kemana. Saya mau ke Makassar, tetapi saya tidak punya uang, saya berpikir saya kemana Tuhan. Sementara saya bukan Lempin-El Johor. Akhirnya saya putuskan, saya beranikan diri untuk berada di Johor. Dua hari di sana, saya tidak memberitahukan keberadaan saya kepada Om Pong Dongalemba, tetapi rupanya beliau datang dan menghampiri saya. Lalu saya bilang, Om saya dari Cilegon, tetapi dalam hati saya bukan saya mau menggerutu, tetapi saya tidak tahu status saya. Lalu beliau bertanya angkatan berapa? Saya jawab angkatan VII Lempin-El Makassar. Lalu beliau bertanya: bagaimana di Cilegon, bisa? Sejauh ini masih bertahan, lalu saya jawab: iya om.
Sudah, begitu saja. Lalu sorenya saya dipercayakan melayani bersama dengan pengerja-pengerja.
Tetapi itu adalah pengenalan yang pertama dan terakhir, masih membekas.
Jadi, pengalaman saya masih belum sebanding dan tidak sebanding dengan guru-guru di tempat ini, atau bahkan dengan hamba-hamba Tuhan yang ada di tempat masing-masing, ada di desa, ada di kota. Tetapi pengalaman ini saya sampaikan sedikit, supaya saya tidak sebagai seorang pendusta.

Jadi, bukti ada dalam tanda darah adalah mulut tidak terbuka, tidak bersungut-sungut dalam menghadapi segala sesuatu di tengah ibadah dan pelayanan. Sekalipun menghadapi kelaparan, tidak menjadi masalah.

Mazmur 51: 19
(51:19) Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.

Selanjutnya, di dalam tanda darah akan terlihat jiwa yang hancur, hati yang patah dan hati yang remuk, namun tidak dipandang hina, melainkan dipandang mulia oleh Tuhan.
Jadi saya kira, tidak ada kata menyerah untuk melayani Tuhan dalam keadaan apapun. Justru dalam keadaan jiwa hancur, hati patah dan remuk, tidak dipandang hina, sebaliknya dipandang mulia oleh Tuhan.

Jadi, proses panggilan ada dalam tanda darah.
Sekarang kita lihat ...
Respon terhadap panggilan (tanda darah).
Matius 22: 3
(22:3) Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang.

“... tetapi orang-orang itu tidak mau datang
Orang-orang yang diundang itu tidak meresponi panggilan.
Orang-orang yang menolak panggilan, berarti menolak salib, menolak korban Kristus, tidak ada dalam tanda darah.

Matius 22: 4
(22:4) Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini.

Karena undangan yang pertama ditolak, maka raja itu pun menyuruh hamba-hamba yang lain, berarti gelombang yang kedua, dengan pesan: hidangan telah tersedia, tepatnya lembu-lembu jantan telah disembelih.
Tuhan baik. Orang-orang yang diundang menolak panggilan yang pertama. Tetapi masih ada panggilan yang kedua untuk orang-orang yang layak diundang, dengan pesan: hidangan telah tersedia, tepatnya lembu-lembu jantan telah disembelih. Tuhan baik. Ini adalah kemurahan. Tidak bisa kita bantahkan.

Ibrani 9: 13-14
(9:13) Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah,
(9:14) betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.

Lembu jantan yang telah disembelih -> korban pendamaian yang telah dikerjakan oleh Yesus Kristus.
Memang Dia Anak Domba dalam tanda darah. Lain kesempatan Dia juga disebut lembu jantan yang disembelih, ini adalah korban pendamaian yang dikerjakan oleh Yesus Kristus. Ini adalah kemurahan.

Ibrani 9: 15
(9:15) Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.

Ia adalah Pengantara antara Allah dengan manusia, langit dan bumi, di atas kayu salib, sebab Dia adalah Imam Besar.
Tugas dari Imam Besar adalah untuk memperdamaikan dosa. Tugas imam adalah pendamaian. Kalau sudah imam, harus menjadi pendamaian.

Ibrani 7: 24-25
(7:24) Tetapi, karena Ia tetap selama-lamanya, imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain.
(7:25) Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.

Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara bagi kita.
Kemudian, di sini dikatakan: “imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain”, artinya; tugas pendamaian itu tidak diwakilkan kepada siapapun.
Yesus bertanggungjawab penuh atas tugas pendamaian yang dipercayakan kepada Dia oleh Bapa.
Tugas tanggung jawab tidak boleh diwakilkan. Selagi bisa, ayo dikerjakan.
Mohon maaf, saya tidak lebih dari saudara, saya hanya menyampaikan firman Tuhan. Saya pun harus bertanggungjawab kepada sidang jemaat, kepada diri saya, kepada isteri saya, kepada anak-anak saya, kepada Tuhan saya, dan saya juga harus bertanggung jawab atas apa yang saya sampaikan.

Ibrani 2: 16-17
(2:16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani.
(2:17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.

Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, Ia harus menjadi manusia, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.

Perlu untuk diketahui; sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham, saya dan saudara.
Saudaraku, kita dapat manfaatkan darah pendamaian. Saudaraku, darah daging tidak masuk Kerajaan Sorga, binatang tidak masuk Kerajaan Sorga. Malaikat begitu jatuh dalam dosa menjadi Setan. Manusia, itulah keturunan Abrahan, saya dan saudara kalau jatuh dalam dosa, masih ada kesempatan. Manusia, keturunan Abraham adalah makhluk yang tertinggi, ciptaan Tuhan.
Binatang hanya memiliki darah daging, tetapi jiwa roh tidak. Malaikat hanya memiliki roh, tetapi darah daging tidak. Tetapi manusia mendapat kesempatan, untuk memanfaatkan darah Yesus, kemurahan Tuhan untuk panggilan yang kedua.

Ibrani 4: 15
(4:15) Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

Sebagai Imam Besar, Ia turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Kemudian, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
Kebanyakan orang Kristen saat menghadapi cobaan, suka mengomel, bersungut-sungut, itu adalah dosa. Kalau hanya bersungut-sungut masih mending, kadang sampai mempersalahkan Tuhan, sesama, situasi, keadaan.
Tetapi di sini kita melihat, Ia dicobai, hanya tidak berbuat dosa, berarti Ia layak untuk memperdamaikan dosa.

Ibrani 2: 17-18
(2:17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.
(2:18) Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.

Ini adalah tanggung jawab dan keimamatan itu tidak boleh diwakilkan.
Bagian dari tanggung jawab itu sudah kita perhatikan, saat dicobai, namun tidak berbuat dosa, sehingga dengan demikian layak, pantas untuk menjadi korban pendamaian bagi kita semua.

Kuasa dari korban pendamaian.
Ibrani 9: 14
(9:14) betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.
Kuasanya; menyucikan hati nurani kita dari perbuatan yang sia-sia, dosa turunan.
Tujuannya; supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup, seperti pada pagi hari ini, menjadi suatu himpunan di hadapan Tuhan. Kita masuk dalam suasana pesta.

Ibrani 4: 16
(4:16) Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.

Di dalam ibadah dan pelayanan, kita menerima dua hal, yaitu;
a.     Menerima rahmat.
b.     Menemukan kasih karunia.
Untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. Pertolongan hanya datang dari Tuhan. Pertolongan Tuhan tepat pada waktunya, jangan memaksa kehendak Tuhan.

Tadi sudah dua kali panggilan, dengan seruan yang kedua; hidangan telah tersedia, tepatnya lembu jantan telah tersembelih.
Sekarang kita melihat ...
Respon orang-orang yang diundang.
Matius 22: 5-6
(22:5) Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya,
(22:6) dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya.

Di sini kita melihat, orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkan panggilan, baik yang pertama sampai panggilan yang kedua, tidak menghargai korban pendamaian.
Noda itu sudah terlalu melekat, mendarah daging, mengalir di dalam darah dan menguasai kehidupan, sudah sangat sukar sekali untuk dilepaskan, sampai tidak mengerti lagi kemurahan.
Tadi malam kita sudah mendengar firman, betul-betul mereka berada dalam kegelapan yang paling gelap, sehingga sukar untuk datang.

Tentu kita menyesal, terimalah firman dengan kerendahan hati, jadilah seperti Maria, itu adalah bagian yang tidak akan diambil.

Alasan-alasan menolak undangan.
1.    Pergi ke ladangnya.
Ladang -> dunia. Dalam 1 Yohanes 2: 15-17, di dalam dunia hanya ada keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup, dan itu tidak berasal dari Allah, sehingga barangsiapa mengasihi dunia, dia akan binasa bersama dengan dunia, itulah Esau.
2.    Ada yang pergi mengurus usahanya.
Usaha, berarti persamaannya adalah pekerjaan. Kalau hanya karena pekerjaan, kalau hanya karena kesibukan, lalu meninggalkan ibadah, meninggalkan pelayanan, meninggalkan tanggung jawabnya, itu adalah berhala.
Segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan adalah berhala.
3.    Menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya.
Semakin keji, menangkap hamba-hambanya, menyiksanya bahkan sampai membunuh.
Membunuh setara dengan dosa membenci (1 Yohanes 3: 15).
Jadi saudaraku, saya perlu tandaskan pagi ini, saudara dan saya tidak perlu heran apabila melihat seorang pembunuh, apalagi bila pembunuh itu membunuh secara sadis dengan cara mutilasi, sehingga tanpa sadara kita jengkel. Tetapi pernahkah saudara jengkel terhadap dosa kebencian?
Kita seringkali ukur orang lain dengan ukuran sendiri.

Ini semua alasan yang tidak masuk akal. Dia gunakan alasan-alasan untuk menolak undangan, padahal undangan itu ditujukan kepada orang-orang yang layak untuk diundang.
Tuhan melayakkan kita pagi ini untuk menikmati hidangan, itu karena kemurahan Tuhan.
Kita berjuang dari tempat masing-masing. Tadi hamba Tuhan pemimpin pujian, beliau berjuang, bergumul, dan doa orang saleh didengar. Demikian juga dengan kami, bersama dengan tim kecil; doa, tenaga, pikiran, bahkan materi sekalipun dikorbankan, tetapi bukan untuk hitung-hitungan, melainkan untuk menghargai panggilan Tuhan. Saya menghargai undangan, apapun harganya, kalau memang ini seijin Tuhan.

Akibat menolak panggilan yang pertama dan yang kedua.
Matius 22: 7-8
(22:7) Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka.
(22:8) Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu.

Raja itu membinasakan pembunuh-pembunuh hamba-hamba itu sekaligus membakar kota-kotanya.
Ini menunjukkan tidak ada lagi pengampunan, tidak ada lagi kesempatan.
Yerusalem adalah kota raja besar, pusat ibadah dan pelayanan, tempat kita beribadah dan melayani, itulah keramaian kota.
Kalau keramaian kota dihentikan, maka tidak ada lagi kesempatan untuk datang menghadapi takhta kasih karunia lewat ibadah pelayanan.

Berarti, kalau kota-kota dibakar; tidak ada kesempatan lagi untuk mendapat pengampunan, sangat disayangkan sekali. Tuhan tidak memberi kesempatan sama sekali bagi orang-orang yang layak diundang tadi, karena kita sudah melihat alasannya yang sangat tidak masuk akal.
Persamannya; darah Yesus tidak berlaku atas mereka.

Ibrani 10: 22-24
(10:22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
(10:23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
(10:24) Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.

Di sini kita melihat tiga kata; iman, harap, kasih.
1.     Iman -> ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab, disertai perjamuan suci.
Ibadah ini menghasilkan iman.
2.     Pengharapan -> ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu, disertai kesaksian.
Ibadah ini menghasilkan pengharapan.
3.     Kasih -> ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Lewat doa penyembahan kita bertemu dengan Allah di dalam kasih-Nya.
Ibadah ini menghasilkan kasih.

Ibrani 10: 25
(10:25) Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Saya singgung sedikit; keadaan dunia sudah tidak menentu, dari Sabang sampai Merauke dilanda banjir, gempa bumi, barangkali kecuali Serang dan Cilegon. Mohon maaf, bukan untuk memuji kota kami.
Saya lihat di televisi, dari Sabang sampai Merauke, gempa bumi di mana-mana, bukan hanya di dalam negeri, juga di luar negeri. Kedatangan Tuhan sudah dekat, lihatlah tanda-tanda zaman. Oleh sebab itu, jangan anggap enteng ibadah dan pelayanan.

Ibrani 10: 26
(10:26) Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.

Kota sudah dibakar, tidak ada lagi ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, korban penghapus dosa tidak berlaku atas orang itu, teramat lebih imam; apabila dengan sengaja meninggalkan pelayanan, maka korban penghapus dosa tidak berlaku atas dia.
Hati-hati, jangan sampai kota kita dibakar, jangan sampai keramaian kota dihentikan karena kesalahan. Tetapi kalau seijin Tuhan, itu adalah waktu Tuhan, berarti pertolongan Tuhan sampai di situ sudah.
Ini bukan hanya untuk hamba-hamba Tuhan, tetapi juga imam dan sidang jemaat.

Ibrani 10: 27
(10:27) Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka.

Yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka.
Durhaka berarti dikuasai roh pendurhakaan. Mendurhaka = memberontak, berani melawan Allah, bagiannya adalah api yang menghanguskan.

Langkah-langkah yang harus diperhatikan untuk masuk dalam perjamuan kawin Anak Domba.
YANG KEDUA.
Matius 22: 9-11
(22:9) Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu.
(22:10) Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu.
(22:11) Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta.

Langkah yang kedua, berarti masuk dalam golongan yang dipilih.
Setelah dipanggil, lalu dipilih.

1 Petrus 2: 9
(2:9) Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:

Dipilih artinya melayani atau memberitakan perbuatan-perbuatan besar dari Dia.
Orang yang dipilih -> imamat yang rajani, bangsa yang kudus, hidup dalam kekudusan, imam-imam, raja-raja dalam kekudusan di tengah-tengah pelayanan untuk memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia.
Mari kita memberitakan perbuatan-perbuatan besar dari Dia.
2016 tahun yang lalu Dia telah datang dalam gulungan kitab yang telah dibuka. Tulisan bagian dalamnya sudah kita lihat, itulah isi hati Tuhan yang paling dalam. Tulisan bagian luarnya pun sudah kita lihat, dari ujung rambut sampai ujung kaki, itulah yang kita pegang. Seperti dua belas rasul dan satu rasul lagi, yaitu Paulus, untuk kafir, dia ceritakan hal ihwal tentang Yesus.

Wahyu 5: 1, 9-10
(5:1) Maka aku melihat di tangan kanan Dia yang duduk di atas takhta itu, sebuah gulungan kitab, yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya dan dimeterai dengan tujuh meterai.
(5:9) Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.
(5:10) Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi."

Gulungan kitab itu telah terbuka, sehingga kita bisa melihat tulisan bagian dalamnya dan tulisan bagian luarnya.
Setelah ditebus oleh darah Anak Domba, selanjutnya Ia membuat mereka raja-raja, imam-imam bagi Allah, dan memerintah sebagai raja di bumi. Suatu kedudukan yang tinggi yang layak, yang pantas harus kita hormati, hargai.
Seorang pelayan bernilai, dan kedudukannya sangat tinggi. Tetapi jangan sampai kedudukan tinggi itu tidak diimbangi dengan memerintah sebagai raja di bumi, bukan diperintah/diperbudak oleh dosa. Jadi, kedudukan yang tinggi harus diimbangi dengan sikap, perbuatan, perkataan, perbuatan.
Kita harus bangga menjadi hamba Tuhan. Harus bangga menjadi seorang imam. Bangga digembalakan oleh firman Pengajaran Mempelai dalam terang-Nya Tabernakel, dan terlihat dari perkataan, sikap, perbuatan, semuanya tidak sembarangan. Tidak ada raja yang duduk asal-asalan seperti tukang becak, dan seperti orang-orang yang makan warteg.
Kedudukan dan perbuatan harus sama, memerintah sebagai raja di bumi, bukan diperintah, bukan diperbudak dosa.
Jadi, bukan berarti kaku, sehingga menjadi jurang pemisah. Oleh sebab itu, satu dengan yang lain baik juga saling mengenal.
Kita bersyukur, perhimpunan ini biarlah menjadi persekutuan Roh Kudus supaya menjadi kegerakan yang luar biasa, dan saya sudah melihat, dalam lima sesi dilayani oleh lima hamba Tuhan yang berbeda-beda karunia jabatan, itu sudah tanda persekutuan oleh Roh Kudus. Dengan kekuatan ini, kita mampu menjangkau yang belum terjangkau oleh pengajaran mempelai, tetapi tidak hanya kekuatan, percepatan juga terjadi, bagaikan kilat menerangi hidup dari Timur sampai ke Barat, tergantung raja-raja dan imam-imam memposisikan dirinya, apakah memerintah sebagai raja di bumi atau sebaliknya?
Memang keras bagi daging, sakit bagi daging. Dia yang melukai, tetapi Dia juga yang membebat hati kita. Sakit, tetapi kalau kita mampu, Dia akan menyembuhkan.

Wahyu 12: 10
(12:10) Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata:  "Sekarang telah tiba  keselamatan dan kuasa  dan pemerintahan Allah kita,  dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya,  karena telah dilemparkan ke bawah  pendakwa saudara-saudara kita,  yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.

Bukan hanya memerintah atas dosa, tetapi juga memerintah terhadap sumbernya dosa, itulah si pendakwa.

Respon terhadap pilihan.
Matius 22: 12
(22:12) Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja.

Berada di antara undangan tetapi tidak berpakaian pesta.
Berarti, melayani tetapi tetap mempertahankan cara hidup yang lama. Ini adalah respon yang tidak baik terhadap pilihan.

Zakharia 3: 1-3
(3:1) Kemudian ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua berdiri di hadapan Malaikat TUHAN sedang Iblis berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwa dia.
(3:2) Lalu berkatalah Malaikat TUHAN kepada Iblis itu: "TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis! TUHAN, yang memilih Yerusalem, kiranya menghardik engkau! Bukankah dia ini puntung yang telah ditarik dari api?"
(3:3) Adapun Yosua mengenakan pakaian yang kotor, waktu dia berdiri di hadapan Malaikat itu,

Seharusnya Yesus tampil di sebelah kanan sebagai Pembela, tetapi di sini kita melihat, Iblis tampil di sebelah kanan imam besar Yosua untuk mencobai, menghakimi, mendakwa imam besar Yosua di hadapan malaikat.
Malaikat sidang jemaat adalah gembala. Firman Pengajaran Mempelai yang sudah menggembalakan.
Kalau kondisi kita tidak baik, maka kita berhadapan langsung dengan firman Pengajaran Mempelai.
Tetapi di sini kita melihat; di sebelah kanan imam besar Yosua ada si pendakwa, si pencoba.

Penyebabnya, pada waktu itu ia mengenakan pakaian lama, pakaian kotor, bukan pakaian pesta = melayani bukan dengan suasana kebangkitan.
Melayani dalam keadaan kotor adalah kebangkitan palsu. Kalau kematiannya benar, pasti kebangkitannya juga benar. Tetapi kalau kematiannya palsu, kebangkitannya juga palsu. Berkat-berkat pun belum tentu itu semua dari Tuhan.
Itulah kondisi dari imam besar Yosua, melayani tidak dalam suasanan kebangkitan, ia masih mengenakan pakaian kotor.

Hati-hati, kita berhadapan dengan Pengajaran Mempelai. Kalau kita tidak takut dengan Pengajaran Mempelai, suatu kali kelak nanti, Anak Domba akan membuka meterai yang kedua, majulah seekor kuda merah padam mengambil damai sejahtera dan kepadanya (si penunggang kuda merah) diberikan sebilah pedang.
Dahulu saya tidak paham dengan Pengajaran Mempelai, sebab saya ini adalah preman habis. Setelah berhenti dari PT Freeport, lanjut di New Moon, tambang emas Nusa Tenggara Barat, kemudian berhenti di situ, lalu ada desakan kepada saya untuk menjadi hamba Tuhan, sementara saya tidak mengerti Pengajaran Mempelai, saya hanya tahu sekolah minggu, tiba-tiba masuk ke dalam Lempin-El Saron.
Karena terbiasa dengan sikap urakan, saya bawa ke sini, di lantai tiga, saya pimpin orang-orang untuk berbuat jahat dengan nyanyian dunia sampai larut malam, dan akhirnya besok dipagi hari terlambat menyembah, seketika itu juga saya mendapat didikan dari Tuhan. Lalu saya langsung tersungkur di situ. Di hadapan takhta-Nya saya menangis. Satu sisi saya malu, tetapi saya bersyukur didikan Tuhan menjadikan saya tidak urakan lagi, didikan Tuhan menjadikan saya seorang hamba Tuhan, dan saya menerima karunia roh dan jabatan dari Tuhan. Saya bersyukur kepada Tuhan, dan saya tidak akan meninggalkan firman Pengajaran Mempelai sampai Tuhan datang.

Kalau mempertahankan pakaian lama, cara hidup yang lama, melayani tidak dalam suasana kebangkitan, kita tidak akan mampu saat Iblis ada di sebelah kanan untuk mendakwa.
Mengapa saya katakan tidak mampu? Kalau saya kaitkan dalam injil Matius 4, Iblis mencobai Yesus sebanyak tiga kali, soal makanan, soal kedudukan yang tinggi dan soal kerajaan dunia dan kemegahannya. Siapa yang mampu menghadapi tiga cobaan ini kalau masih tetap mempertahankan cara hidup yang lama? Tentu tidak ada yang sanggup.

Sekarang kita lihat ...
Dampak negatif tidak berpakaian pesta.
Matius 22: 13-14
(22:13) Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.
(22:14) Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."

Kaki dan tangan orang yang tidak berpakaian pesta diikat.
Kalau kaki terikat, berarti tidak dapat mengikuti jejak Kristus (1 Petrus 2: 19-24).
Tangan terikat, berarti tidak dapat melayani Tuhan. Barangkali kita terikat dengan uang, dengan pekerjaan, dengan kesibukan dunia ini, sampai dua tangan tidak dapat digunakan untuk melayani Tuhan.
Tetapi sesibuk-sibuknya Daud, dia tetap kembali ke kandang penggembalaan, untuk menggembalakan yang tiga ekor kambing domba ayahnya, berbeda dengan abang-abangnya yang selalu mengikuti Saul.
Ketika tangan dan kaki diikat, tempatnya adalah kegelapan yang paling gelap.
Kesimpulannya, banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih.

Sebelum saya akhiri, saya ingin melanjutnya tentang pakaian yang lama.
Melayani dengan pakaian yang lama berarti tidak bersuasanakan kebangkitan itu sama dengan kisah dalam injil Matius 9: 17, mengenai pakaian tua tidak dapat menerima kain penambal, juga kantong kulit yang tua tidak dapat menerima anggur yang baru.
Kain penambal untuk menambal, untuk menutupi -> kasih dari Allah, kegunaannya menutupi banyak sekali dosa. Dalam Kolose 3: 14, kasih itu mengikat, yang mempersatukan, sampai menyempurnakan, tetapi pakaian tua tidak dapat menerima kain penambal.
Kemudian, kantong kulit yang tua tidak dapat menerima anggur yang baru, itulah kasih dari Allah. Anggur yang baru -> kasih Allah yang selalu baru dan baru = kasih karunia demi kasih karunia. Dari kasih karunia yang satu kita dibawa kepada kasih karunia yang lain, terus sampai kita bertemu dengan Dia.
Tetapi kalau tidak menghargai pilihan, tempatnya adalah ratap tangis dan kertakan gigi.
Bagaimana kita menyikapi ini? Matius 22: 1-13 sudah kita baca semua. Lalu bagaimana respon kita terhadap firman Tuhan? Jangan sampai kita mengenakan pakaian yang lama, cara hidup yang lama, seperti imam besar Yosua, sehingga tidak mampu menghadapi ujian.
Mari kita datang kepada Tuhan, kita menikmati tubuh dan darah Yesus Kristus. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment