KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, January 29, 2017

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 20 JANUARI 2017


IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 20 JANUARI 2017

KITAB MALEAKHI

Subtema: DOSA BERTENUNG.
Shalom saudaraku.
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita semua. Oleh karena kemurahan hati Tuhan kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci.
Biarlah kiranya Tuhan menjamah hati kita semua lewat pembukaan rahasia firman, dan juga kiranya Tuhan memberikan kesempatan, memberikan waktu bagi kita malam hari ini. Biarlah mujizat terjadi.

Maleakhi 4: 1
(4:1) Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka.

Terlebih dahulu kita perhatikan kalimat: “Bahwa sesungguhnya hari itu datang”, ini berbicara tentang hari terakhir atau hari penghakiman.
Gambaran hari penghakiman: “Menyala seperti perapian”, maka yang akan terbakar adalah jerami.
Jerami adalah batang padi atau batang gandum yang kering sesudah dituai, ini menunjuk kepada kerohanian yang kering-kering, berarti tidak ada persekutuan yang indah dengan Tuhan, seperti ranting yang tidak melekat pada pokoknya, menjadi kering, tidak berbuah.

Pertanyaannya; SIAPAKAH YANG DIGAMBARKAN SEPERTI JERAMI?
Semua orang gegabah dan setiap orang fasik menjadi seperti jerami.

Lebih jauh kita melihat; ORANG FASIK.
Maleakhi 3: 15B
(3:15) Oleh sebab itu kita ini menyebut berbahagia orang-orang yang gegabah: bukan saja mujur orang-orang yang berbuat fasik itu, tetapi dengan mencobai Allah pun, mereka luput juga."

“Bukan saja mujur orang-orang yang berbuat fasik itu, tetapi dengan mencobai Allah pun, mereka luput juga”, inilah paham yang dianut oleh orang fasik.

Mazmur 10: 4
(10:4) Kata orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas: "Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!", itulah seluruh pikirannya.

Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!, itulah seluruh pemikiran orang fasik, sehingga orang fasik dengan bebas mencobai Allah, bebas melakukan kesalahan sebagai perbuatan fasik.

Sekarang kita akan melihat; Orang fasik dikaitkan dengan PRIBADI SAUL.
1 Samuel 24: 12-13
(24:12) Lihatlah dahulu, ayahku, lihatlah kiranya punca jubahmu dalam tanganku ini! Sebab dari kenyataan bahwa aku memotong punca jubahmu dengan tidak membunuh engkau, dapatlah kauketahui dan kaulihat, bahwa tanganku bersih dari pada kejahatan dan pengkhianatan, dan bahwa aku tidak berbuat dosa terhadap engkau, walaupun engkau ini mengejar-ngejar aku untuk mencabut nyawaku.
(24:13) TUHAN kiranya menjadi hakim di antara aku dan engkau, TUHAN kiranya membalaskan aku kepadamu, tetapi tanganku tidak akan memukul engkau;

Bagian dari perkataan Daud kepada Saul, yaitu: “Walaupun engkau ini mengejar-ngejar aku untuk mencabut nyawaku”, pendeknya; Saul berusaha untuk membunuh Daud.

1 Samuel 24: 14
(24:14) seperti peribahasa orang tua-tua mengatakan: Dari orang fasik timbul kefasikan. Tetapi tanganku tidak akan memukul engkau.

Selanjutnya Daud berkata kepada Saul: “Dari orang fasik timbul kefasikan”, perkataan ini menunjukkan bahwa Saul adalah orang fasik, hidup dalam kefasikan.

BUKTI-BUKTI KEFASIKAN SAUL (Seri kefasikan Saul yang kelima bagian A).
1 Samuel 28: 7
(28:7) Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: "Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya." Para pegawainya menjawab dia: "Di En-Dor ada seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah."

Saul meminta petunjuk kepada arwah-arwah = jatuh dalam dosa bertenung.

Ingin saya tambahkan sedikit; kalau orang meminta petunjuk karena sesuatu perkara kepada orang yang hidup di luar Tuhan, kepada orang yang tidak mengenal Tuhan, yaitu orang yang tidak tergembala, setara dengan roh bertenung.

1 Samuel 15: 22
(15:22) Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.

Perlu untuk diketahui; sesungguhnya mendengarkan suara Tuhan lebih baik dari pada korban sembelihan dan memperhatikan itu jauh lebih baik dari pada mempersembahkan lemak domba-domba jantan.
Biarlah saya dan saudara menjadi pribadi yang dengar-dengaran dan senantiasa memperhatikan apa yang menjadi kehendak Tuhan.

1 Samuel 15: 23
(15:23) Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."

Jatuh dalam dosa bertenung menunjukkan bahwa Saul dikuasai oleh roh pendurhakaan dan kedegilan.
-      Mendurhaka, berarti memberontak dan berani melawan kepada Allah.
-      Kedegilan, berarti; kekerasan hati.

Pendurhakaan dan kedegilan Saul pertama kali terjadi saat orang Filistin menyerang bangsa Israel, di situlah dia memberanikan diri mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan kepada Tuhan, sedangkan itu adalah tugas dari imam besar, ini menunjukkan ketidaktaatan Saul kepada Tuhan.
Memberanikan diri mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, artinya; suka mendahului apa yang menjadi kehendak Tuhan. Tidak bertanya tetapi sudah mengambil keputusan, itu tidak baik.
Yang kedua, Saul membiarkan Agag, raja Amalek hidup, dan mengambil jarahan yang tambun-tambun (1 Samuel 15), menunjukkan bahwa Saul tidak dengar-dengaran kepada Tuhan.
Inilah awal mula pendurhakaan dan kedegilan Saul di hadapan Tuhan.

Alasan Saul bertenung.
1 Samuel 28: 3-6
(28:3) Adapun Samuel sudah mati. Seluruh orang Israel sudah meratapi dia dan mereka telah menguburkan dia di Rama, di kotanya. Dan Saul telah menyingkirkan dari dalam negeri para pemanggil arwah dan roh peramal.
(28:4) Orang Filistin itu berkumpul, lalu bergerak maju, dan berkemah dekat Sunem. Saul mengumpulkan seluruh orang Israel, lalu mereka berkemah di Gilboa.
(28:5) Ketika Saul melihat tentara Filistin itu, maka takutlah ia dan hatinya sangat gemetar.
(28:6) Dan Saul bertanya kepada TUHAN, tetapi TUHAN tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi.

Tuhan tidak lagi menjawab Saul, baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi.
Jadi inilah alasannya sehingga dia datang, mencari petunjuk kepada arwah-arwah, karena bangsa Filistin sudah bergerak maju untuk menyerang bangsa Israel, sementara dia belum mendapat petunjuk dari Tuhan.
-      Tuhan tidak menjawab dengan mimpi, berarti; Saul tidak dikenan oleh Tuhan (Bilangan 12: 6).
-      Tuhan tidak menjawab dengan Urim, berarti; Saul tidak menjadi jantung hati Tuhan (Keluaran 28: 30).
-      Tuhan tidak menjawab dengan perantaraan nabi, berarti; selubung masih menyelubungi Saul, masih banyak dosa yang terselubung, masih banyak rahasia yang terkandung di dalam hatinya yang belum tersingkap atau masih banyak dosa yang disembunyikan..1 Korintus 14:24-25.

Pendeknya; Tuhan tidak lagi bersama dengan Saul/hidup di dalam kesendirian -> orang yang mengandalkan manusia dan kekuatannya.

Malam ini kita mendapat petunjuk-petunjuk lewat pembukaan rahasia firman, sebagaimana biasanya, itu bukti Tuhan berkenan kepada kita, itu bukti bahwa kita menjadi jantung hati-Nya Tuhan, itu bukti bahwa hati kita siap dikoreksi, dosa siap dibongkar tuntas.

Yesaya 59: 1-2
(59:1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar;
(59:2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.

Perlu untuk diketahui;
-      Sesungguhnya tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan.
-      Pendengaran-Nya (telinga-Nya) tidak kurang tajam untuk mendengarkan seruan-seruan kita.

Tuhan punya telinga, Tuhan punya tangan, tetapi bukan berarti tangan Tuhan kurang panjang untuk menyelamatkan, dan bukan berarti telinga-Nya kurang tajam untuk mendengarkan kita, tetapi yang menjadi pemisah adalah dosa dan kejahatan, itu saja, harus diperhatikan.
Jadi, jangan sampai nanti kita tuntut Tuhan, mengapa harus begini dan begitu Tuhan, mengapa harus menanggung penderitaan? Jawabnya adalah karena dosa dan kejahatan.
Jangan sesekali menuntut Tuhan apalagi untuk sengaja melakukan kejahatan, seperti Saul tadi dia sebetulnya sudah ditinggalkan tetapi dia masih tetap memaksakan diri untuk jatuh dalam dosa bertenung. Dia tidak segera berbalik dan intropeksi diri.

Pertanyaannya, secara khusus;
-      Kepada siapa tangan Tuhan tidak menyelamatkan?
-      Kepada siapa telinga Tuhan tidak mendengar?

Tentang: Kepada siapa tangan Tuhan tidak menyelamatkan?
Jawabnya:
Yesaya 50: 1-2
(50:1) Beginilah firman TUHAN: "Di manakah gerangan surat cerai ibumu tanda Aku telah mengusir dia? Atau kepada siapakah di antara penagih hutang-Ku Aku pernah menjual engkau? Sesungguhnya, oleh karena kesalahanmu sendiri kamu terjual dan oleh karena pelanggaranmu sendiri ibumu diusir.
(50:2) Mengapa ketika Aku datang tidak ada orang, dan ketika Aku memanggil tidak ada yang menjawab? Mungkinkah tangan-Ku terlalu pendek untuk membebaskan atau tidak adakah kekuatan pada-Ku untuk melepaskan? Sesungguhnya, dengan hardik-Ku Aku mengeringkan laut, Aku membuat sungai-sungai menjadi padang gurun; ikan-ikannya berbau amis karena tidak ada air dan mati kehausan.

Pada akhirnya bangsa Israel TERUSIR dan TERJUAL, tetapi bukan berarti tangan Tuhan tidak sanggup menyelamatkan bangsa Israel sehingga pada akhirnya mereka terusir dan terjual.

Mari kita lihat; peristiwa peristiwa terusir dan terjual.
Keterangan: TERJUAL.
Bangsa Israel pernah diperbudak dengan kerja paksa di Mesir = terjual, di mulai dari pada saudara-saudara Yusuf, menjual Yusuf kepada saudagar-saudagar yang dari Midian lalu dibawa ke Mesir, dan selanjutnya dijual kepada Potifar, itulah awal mula bangsa Israel terjual.

Kita lihat ...
Keluaran 1: 11-14
(1:11) Sebab itu pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses.
(1:12) Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu.
(1:13) Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja,
(1:14) dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu.

Adapun kerja paksa bangsa Israel di Mesir, yaitu: mengerjakan tanah liat dan batu bata.
-      Mengerjakan tanah liat, artinya; mengerjakan yang sia-sia sehingga menjadi hina seperti tanah liat.
Banyak orang Kristen mengerjakan pekerjaan yang sia-sia, sebagaimana dalam Ibadah Doa Penyembahan; karena Tuhan sudah menyerahkan pikiran mereka kepada hal yang sia-sia, maka perbuatan mereka juga tentu menjadi sia-sia.
Kalau perbuatan itu adalah perbuatan sia-sia, otomatis seseorang menjadi hina sama seperti tanah liat.
-      Mengerjakan batu bata, artinya; mengerjakan segala perbuatan-perbuatan daging.
Segala perbuatan daging terlihat dalam Galatia 5, di situ jelas ada 15 perbuatan daging.

Mengerjakan tanah liat dan batu bata, artinya; diperbudak oleh dosa.
Kalau seseorang diperbudak oleh dosa tanpa hari perhentian, akan memahitkan hati, memahitkan hidup seseorang.
Jadi, perbudakan dosa tanpa hari perhentian itulah yang memahitkan hidup seseorang, memahitkan hati seseorang, bukan salib Kristus, bukan ibadah pelayanan, bukan saat kita berkorban mengerjakan pekerjaan Tuhan.
Kalau orang bekerja tanpa hari perhentian, itu yang membuat orang lelah dan jatuh sakit, itulah yang memahitkan hidup, itu yang memahitkan hati. Jadi, sangat penting untuk memperhatikan hari perhentian.
Itulah sedikit keterangan mengenai terjual.

Mari kita lihat; peristiwa peristiwa terusir dan terjual.
Keterangan: TERUSIR.
Bangsa Israel pernah terusir dari tanah Kanaan (tanah perjanjian), mereka dibuang ke Babel = terusir ke Babel.
Mengapa ada perkataan diusir? Karena bangsa Israel telah menduduki tanah Kanaan/tanah perjanjian, yang diwariskan-Nya kepada nenek moyang bangsa Israel sebagai milik pusaka, tetapi pada akhirnya mereka terusir ke Babel.
Berbeda dengan terjual tadi, kalau ini sudah diduduki, ditempati, sudah dinikmati, tanah yang dijanjikan sebagai warisan kepada nenek moyang bangsa Israel, tetapi akhirnya mereka keluar = terusir.
Ibadah dan pelayanan ini adalah milik pusaka kita. Inilah tanah perjanjian yang diwariskan kepada kita sebagai milik pusaka, jangan keluar dari situ, jangan keluar dari ibadah dan pelayanan.
Kalau seseorang meninggalkan ibadah dan pelayanan oleh karena perkara apapun = terusir dari Tuhan.
Barangkali kita sempat terusir, itu semua harus menjadi pelajaran-pelajaran. Pengalaman hidup adalah guru yang terbaik, jangan pernah disia-siakan, jangan pernah anggap kecil nasihat firman Tuhan.

Wahyu 18: 2
(18:2) Dan ia berseru dengan suara yang kuat, katanya: "Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu, dan ia telah menjadi tempat kediaman roh-roh jahat dan tempat bersembunyi semua roh najis dan tempat bersembunyi segala burung yang najis dan yang dibenci,

Babel adalah tempatnya roh jahat dan roh najis bersembunyi.
Tuhan sangat membenci roh najis. Apa yang dibenci oleh Tuhan, itu juga yang harus kita benci. Jangan sampai kita menyukai apa yang dibenci Tuhan, supaya kita tidak turut dibenci oleh Tuhan.
Pendeknya; orang yang dikuasai oleh roh jahat dan roh najis, dan oleh karena dua hal ini, dia turun dari ibadah dan pelayanan = terusir di hadapan Tuhan, terusir dari tanah Kanaan yang diwariskan kepada nenek moyang bangsa Israel sebagai milik pusaka mereka.
Pendeknya, ibadah dan pelayanan ini adalah milik pusaka kita, jangan terjual dan jangan terusir dari situ.

Persamaan Babel ...
Matius 8: 19-20
(8:19) Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya: "Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi."
(8:20) Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."

Tubuh menjadi liangnya serigala dan menjadi sarangnya burung. Ini persamaan dari pada Babel, sebab Babel adalah tempatnya roh jahat dan roh najis bersembunyi.
-      LIANGNYA SERIGALA, artinya; tubuh menjadi tempatnya roh jahat.
Pekerjaan dari pada roh jahat (serigala): mencerai-beraikan kawanan domba, sehingga kawanan domba menjadi liar, tidak tergembala.

Yohanes 10: 12
(10:12) sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.

Pekerjaan dari serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba, sehingga domba-domba menjadi liar, tidak tergembala. Itu pekerjaan dari serigala (roh jahat).
Jadi, resiko dari setiap perbuatan jahat adalah membuat seseorang menjadi liar, membuat seseorang menjadi tidak tergembala. Itulah resiko dari setiap perbuatan jahat, apapun jenis kejahatan, itu akan menyebabkan seseorang menjadi liar. Oleh sebab itu, jangan menjadi liang dari pada kejahatan, supaya kita jangan sampai jauh dari ibadah dan pelayanan.

Kita lihat gambarannya ...
Ayub 39: 8-11
(39:8) Siapakah yang mengumbar keledai liar, atau siapakah yang membuka tali tambatan keledai jalang?
(39:9) Kepadanya telah Kuberikan tanah dataran sebagai tempat kediamannya dan padang masin sebagai tempat tinggalnya.
(39:10) Ia menertawakan keramaian kota, tidak mendengarkan teriak si penggiring;
(39:11) ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya, dan mencari apa saja yang hijau

Kalau domba-domba tidak tergembala/menjadi liar, maka yang terlihat dengan jelas, antara lain;
a.     “Menertawakan keramaian kota,” artinya; tidak menghargai ibadah dan pelayanan.
Ibadah dan pelayanan = keramaian kota.
b.     “Tidak mendengarkan teriak si penggiring,” artinya; tidak dengar-dengaran kepada gembala = tidak mau digembalakan oleh firman pengajaran mempelai dalam terangnya Tabernakel.
c.     “Ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya,” artinya; beribadah di sembarang tempat, di semua tempat dia datangi, dengan alasan untuk mencari apa saja yang hijau, untuk mencari firman.
Apapun alasannya, bahkan sekalipun alasannya untuk mencari firman, kalau dia tidak berada di satu tempat, tidak berada dalam kandang penggembalaan untuk digembalakan oleh satu gembala, itu namanya liar.
Banyak orang kristen pada masa liburan, sengaja liburan, lalu permisi kepada gembala dan bertanya; di mana om tempat ibadah (tempat ia berlibur) supaya saya beribadah? Itu alasan saja, itu tetap tidak benar, padahal tujuannya untuk berlibur saja. Orang kalau berlibur, ibadah ditinggalkan, pelayanan ditinggalkan, tetapi pura-pura bertanya. Itu tidak benar, sudah liar itu. Kalau liar, berarti tubuhnya sudah menjadi liangnya roh jahat, ada sesuatu yang jahat yang belum diselesaikan di dalam dirinya.
Sebetulnya kalau kita tergembala dengan baik dalam satu kandang penggembalaan, di situ kita sudah menikmati firman penggembalaan. Maka kita perlu mendoakan gembala sidang untuk dipakai menggiring kawanan domba lewat pembukaan rahasia firman.

-      SARANGNYA BURUNG, artinya; menjadi tempatnya roh najis bersembunyi.
Pekerjaan dari roh najis (burung-burung di udara): menghambat pembangunan tubuh Kristus, itu terlihat dengan jelas dalam kitab Hagai; dengan perintah dari Darius, semua orang buangan dari Babel kembali kepada Yerusalem, dan perintah Darius untuk kembali, untuk membangun Bait Allah yang sudah hancur yang sudah dibiarkan oleh orang-orang Yehuda di Yerusalem, sehingga mereka terusir tadi. Pada saat mereka kembali, mereka membangun Bait Allah yang sudah runtuh itu. Di tengah-tengah pembangunan, orang najis turut campur, sehingga terhambatlah pembangunan tubuh Kristus.
Kenajisan menghambat kita untuk masuk dalam rangka pembangunan tubuh Kristus yang sempurna.

Saudaraku, kita dapat melihat, suatu kali nanti, ada dua jenis pesta nikah. Wahyu 19: 6-9, itu adalah pesta nikah Anak Domba. Kemudian Wahyu 19: 17-18, di situ ada pesta burung-burung, maka di situ nanti terjadi kawin dan mengawinkan. Kita tidak mungkin berada di dalam dua pesta, pada waktu yang sama tidak mungkin itu. Pilih satu.
Pertanyaannya sekarang, berada dalam pesta nikah Anak Domba, berarti berada dalam pembangunan tubuh Kristus, atau berada dalam pesta burung-burung, kawin dan mengawinkan?
Tuhan tidak memaksa saya dan saudara, Tuhan bukan tukang paksa. Tuhan memberikan pilihan, mau atau tidak, terserah pilihan kita.
Yang pasti, roh najis sangat menghambat pembangunan tubuh Kristus. Kalau misalnya karena kenajisan sehingga ibadah dan pelayanan ini terhambat, minta ampunlah. Seharusnya melayani Tuhan, tetapi karena roh najis, terhambat semuanya, laju dari pelayanan, yaitu,  pembangunan tubuh Kristus.

Kerugian yang terjadi apabila menjadi liangnya serigala dan sarangnya burung: Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala (Matius 8: 20) = tubuh tanpa kepala = tanpa kemuliaan.
Kalau tubuh dan kepala menyatu, Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya. Tetapi kalau tubuh tanpa kepala = tanpa kemuliaan.
Tubuh itu satu, tetapi terdiri dari banyak anggota, ada mata, ada telinga, ada hidung, ada mulut, ada kaki, ada tangan, tetapi kalau salah satu dari anggota tubuh ini terpisah, itu bukan kesatuan, melainkan cacat cela, sehingga tidak menjadi sempurna, dan Tuhan tidak menjadi kepala atas tubuh yang demikian, Tuhan tidak menyatakan kemuliaan-Nya.
Itu kerugian yang terjadi bila tubuh menjadi liangnya serigala dan sarangnya burung; Tuhan tidak menyatakan kemuliaan-Nya, sehingga antara anggota tubuh yang satu dengan anggota tubuh yang lain terpisah-pisah, dikuasai roh egosentris, tidak peduli dengan orang lain, tidak peduli dengan pekerjaan Tuhan, tidak lagi saling melengkapi satu dengan yang lain, tidak lagi terlihat kemuliaan.
Sebaliknya kalau anggota tubuh bersatu, pasti Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya, pekerjaan besar terjadi. Seberat apapun yang kita kerjakan, menjadi ringan, kalau kita satu, Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya. Ayo saling melengkapi, kalau ada teguran karena kesalahan, tidak usah bersungut-sungut, tidak usah kecil hati, tidak usah minder. Tetap terima apa yang menjadi keputusan Tuhan, supaya kelak nanti Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya.
Kalau tidak, kita sendiri mengalami kesusahan. Bukan orang lain yang susah.

Matius 8: 19
(8:19) Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya: "Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi."

Tidak layak untuk mengikuti dan melayani Tuhan. Inilah kerugian yang terjadi bila tubuh menjadi liangnya serigala dan sarangnya burung.
Orang yang tidak layak, itulah orang yang dikuasai roh egosentris, tidak peduli dengan pekerjaan Tuhan, tidak mau saling melengkapi, tidak mau saling memperhatikan, dengan demikian, Tuhan tidak mau menyatakan kemuliaan-Nya.
Belajar saling melengkapi, belajar saling berkorban, supaya Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya. Tuhan tidak membuat kita rugi. Kalau Tuhan sudah menyatakan kemuliaan-Nya, siapapun yang  menahan tidak bisa. Tetapi kalau Tuhan sudah merendahkannya, tidak ada yang dapat mengangkatnya. Oleh sebab itu, jangan pernah rugi ketika kita mengerjakan pekerjaan Tuhan, berkorban baik tenaga, pikiran, waktu, keuangan, materi dan lain sebagainya. Ingat pesan; kalau Tuhan sudah mengangkat, dipermuliakan, tidak ada yang bisa menahan. Jadi, jangan ada yang merasa rugi saat berkorban, harus saling melengkapi.

Tentang: Kepada siapa telinga Tuhan tidak mendengar?
Jawabnya:
Mazmur 94: 8-9
(94:8) Perhatikanlah, hai orang-orang bodoh di antara rakyat! Hai orang-orang bebal, bilakah kamu memakai akal budimu?
(94:9) Dia yang menanamkan telinga, masakan tidak mendengar? Dia yang membentuk mata, masakan tidak memandang?

Tuhan tidak mendengarkan doa orang bodoh dan orang bebal.

SIAPAKAH ORANG BODOH ITU?
Matius 7: 26
(7:26) Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.

Mendengar tetapi tidak melakukannya = orang bodoh.
Kita semua mendengar firman malam ini. Kalau mendengar firman tetapi tidak melakukannya, atau pura-pura mendengar tetapi mengabaikannya = orang bodoh.
Jadi jangan saudara menunjukkan seperti berhikmat, bijaksana kepada manusia, tetapi sebetulnya bodoh, mengapa? Mendengar firman sehingga terlihat bijaksana, tetapi hatinya, perhatiannya jauh untuk melakukan, itu bodoh namanya.
Tidak ada artinya kita seperti berhikmat di depan manusia, seolah-olah mendengar firman, tetapi tidak melakukannya, itu adalah orang bodoh.

Lihat ORANG BODOH.
Yakobus 1: 22
(1:22) Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.

Kebodohan yang dimaksud di sini adalah menipu diri sendiri, mengapa? Mau mendengar tetapi tidak melakukan, itu sama dengan menipu diri sendiri.
Ketika seseorang menipu diri sendiri itu adalah suatu kebodohan, lebin bodoh dari orang bodoh.
Kalau orang dunia bodoh, tidak mendengar dan tidak melakukan, itu wajar, bodoh satu kali lipat. Tetapi kalau di dalam Tuhan, beribadah dan melayani, mendengar tetapi tidak melakukan, itu menipu diri sendiri, kebodohan dua kali lipat, lebih bodoh dari orang luar sana.

Yakobus 1: 23-24
(1:23) Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin.
(1:24) Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.

Mendengar  firman tetapi tidak melakukannya, gambarannya seperti orang yang sedang mengamat-amati mukanya di depan cermin, baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi, atau ia segera lupa bagaimana rupanya.

Orang yang lupa diri tidak tahu apa-apa, sehingga dia tidak tahu untuk memperbaiki hidupnya. Sebaliknya, orang yang mendengar firman serta melakukannya, itu seperti seseorang yang bercermin, sebab firman adalah cerminan hidup. Orang yang mendengar firman tetapi tidak melakukannya, itu sama dengan bercermin sesaat, kerugiannya; ia lupa seperti apa rupanya.
Kalau selama ada di depan cermin, dia tahu memperbaiki, mulai dari wajahnya, mulai dari bentuk hidungnya, rupanya tahu. Tetapi selepas dari situ, dia sudah tidak tahu lagi, itulah bercermin sesaat, kerugiannya; lupa seperti apa rupanya, tidak tahu seperti apa rupanya, baik atau benar.
Dari wajah ini, semua terpancar. Apa yang terlihat dari wajah, itu berasal dari hati.
Jadi kebodohan terjadi, karena bercermin sesaat = menipu diri sendiri.

Dampak negatif mendengar dan melupakan.
Matius 7: 26-27
(7:26) Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.
(7:27) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."

Orang bodoh mendirikan rumah di atas pasir, berarti dasar bangunannya adalah pasir.
Pasir -> daging dengan tabiat-tabiatnya.
Kalau ini menjadi dasar bangunan rohani kita untuk melayani Tuhan, untuk mengikuti Tuhan, akibatnya; tidak mampu menghadapi ujian, rubuh dan rusak.
Rubuh, berarti; jatuh dalam dosa. Rusak, berarti; kehidupannya hancur berkeping-keping karena dosa.
Di sini ada tiga jenis ujian;
1.     Turunlah ujian -> ujian yang datang dari atas, itulah penghulu di udara dengan segala tipu muslihatnya.
2.     Datanglah banjir -> menghadapi ujian terhadap dosa kenajisan.
3.     Angin melanda rumah itu -> ajaran-ajaran palsu, dari nabi-nabi palsu.
Kalau daging menjadi dasar kita untuk mengikuti Tuhan, maka tiga ujian ini tidak akan sanggup kita hadapi, justru karena tiga ujian ini, rubuh dan jatuh dalam dosa, dan hancur berkeping-keping.

Mengapa seseorang terperangkap dengan tipu muslihat penghulu di udara? Buktinya apa? Berselisih, berjuang melawan darah daging.
Mengapa seseorang jatuh dalam dosa kenajisan (banjir)? Karena dasarnya adalah daging.
Mengapa seseorang tidak mampu menghadapi ujian dari ajaran-ajaran palsu dari nabi-nabi palsu? Karena dasar dia mengikuti Tuhan adalah daging.
Ini adalah orang bodoh. Tuhan tidak mau mendengar doa dan permohonan orang bodoh.
Jadi, jangan pernah salahkan Tuhan, karena Tuhan tidak pernah mau mendengar doa orang bodoh.

Sekarang, SIAPAKAH ORANG BEBAL ITU?
Ulangan 32: 5-6
(32:5) Berlaku busuk terhadap Dia, mereka yang bukan lagi anak-anak-Nya, yang merupakan noda, suatu angkatan yang bengkok dan belat-belit.
(32:6) Demikianlah engkau mengadakan pembalasan terhadap TUHAN, hai bangsa yang bebal dan tidak bijaksana? Bukankah Ia Bapamu yang mencipta engkau, yang menjadikan dan menegakkan engkau?

Bangsa Israel disebut dengan bangsa yang bebal dan tidak bijaksana.
Bebal itu tidak bijaksana, karena tidak mau berubah. Orang bebal itu suka mempertahankan kesalahannya, kebodohannya.

Ulangan 32: 15-17
(32:15) Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, -- bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun -- dan ia meninggalkan Allah yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya.
(32:16) Mereka membangkitkan cemburu-Nya dengan allah asing, mereka menimbulkan sakit hati-Nya dengan dewa kekejian,
(32:17) mereka mempersembahkan korban kepada roh-roh jahat yang bukan Allah, kepada allah yang tidak mereka kenal, allah baru yang belum lama timbul, yang kepadanya nenek moyangmu tidak gentar.

Kebebalan dari bangsa Israel adalah jatuh dalam dosa penyembahan berhala.
Berhala adalah segala sesuatu yang melebih dari Tuhan. Sesungguhnya mereka di padang gurun sudah pernah jatuh dalam dosa penyembahan berhala. Kemudian, setelah sampai di tanah Kanaan, tanah perjanjian, mereka juga jatuh dalam dosa yang sama, bahkan dua kali lipat, itu terjadi pada zaman Yerobeam. Yerobeam mendirikan dua patung anak lembu emas tuangan, satu di Dan dan satu di Betel (1 Raja-Raja 12: 28-29). Itu menunjuk kepada kekerasan hati dan kebebalan dua kali lipat, tidak mau berubah dari kebodohan, susah diatur, sehingga Tuhan berkata kepada bangsa Israel mereka adalah bangsa yang bebal, tidak bijaksana.
Ingat! Berhala adalah segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan. Pekerjaan, uang, kesibukan di dunia kalau hal itu lebih utama dari pada ibadah, itu adalah berhala. Dan orang yang menyembah berhala di hadapan Tuhan, disebutlah itu orang bebal, tidak bijaksana.

Ulangan 32: 10-11
(32:10) Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya.
(32:11) Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya,

Allah mendapati bangsa Israel di suatu negeri, yaitu padang gurun.
Sebagai gambaran dari padang gurun ada dua, yaitu:
-         Di tengah-tengah ketandusan, berarti; gersang, kering-kering, tidak menghasilkan apa-apa.
Kita ini dahulu digambarkan seperti ini, ada dalam padang gurun, padang belantara, ada dalam ketandusan, tidak ada persekutuan dengan Tuhan, seperti ranting tidak melekat pada pokok anggur, sehingga menjadi kering-kering, tidak menghasilkan buah, tidak dapat berbuat sesuatu yang baik di hadapan Tuhan, di situ Tuhan temukan kita, di situ Tuhan panggil kita, di situ Tuhan tarik kita, sehingga kita berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan saat ini. Saudara ingat pada saat dalam ketandusan? Betapa dahsyatnya kekeringan itu. Yang ada hanyalah ketandusan dan kekeringan, artinya: tidak mampu menyukakan hati Tuhan.
-         Di tengah-tengah auman padang belantara, menunjukkan betapa ganasnya, betapa hebatnya padang gurun itu harus dihadapi oleh bangsa Israel.
Saat ini kita sedang menghadapi betapa kerasnya hidup ini, betapa kerasnya dunia ini harus kita lalui, bagaikan bangsa Israel berjalan di padang gurun, menggoyahkan kaki, itu gambaran dari padang gurun.
Saudara sudah melihat keadaan atau kondisi di hari-hari terakhir ini, betul-betul bagaikan auman padang belantara, harus menghadapi ganasnya suara daging yang adalah binatang buas. Daging mulai menggerogoti hidup rohani anak-anak Tuhan, karena  situasi dunia memang memungkinkan untuk seperti itu.

Tetapi di sini kita melihat, bangsa Israel dikelilingi-Nya dan diawasi, kemudian dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya.
Tanda bahwa Tuhan mengawasi (memelihara) bangsa Israel di padang gurun: “Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya” -> kuasa kematian dan kebangkitan.
Saat Yesus akan menghadapi kematian dan kebangkitan itu, terguncanglah iman dari pada dua belas murid, di situ dilatih mereka, lewat pengalaman kematian dan kebangkitan.
Jadi kalaupun kita harus mengalami pengalaman kematian, Tuhan sedang melatih kita semua, itu tanda bahwa Tuhan sedang memelihara kehidupan kita semua. Jangan kecewa, jangan bersungut-sungut, jangan berkecil hati, jangan putus asa lagi, Tuhan sedang melatih kita lewat pengalaman itu, diguncangbangkitkan dulu.

Kemudian, selain itu, “Melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya.
Selanjutnya didukung di atas kepak sayap Allah, itulah firman Allah dan Roh Kudus. Tiang awan pada siang hari, tiang api pada malam hari, sehingga mereka tetap dapat berjalan di padang gurun selama 40 tahun, ini adalah kemurahan Tuhan.
Lalu pada saat mereka tiba di tanah Kanaan, mereka kembali menyembah berhala dan mempersembahkan persembahannya kepada roh-roh di udara, roh-roh jahat dan roh najis, itu adalah kebebalan, sementara Tuhan sudah tolong mereka, ditemukan di padang gurun demikian rupa pertolongan Tuhan. Seperti apa baiknya Tuhan lagi kepada kita, tetapi kebebalan itu terus dipertahankan. Susah untuk ditegur, susah untuk dinasihati, itu adalah orang bebal, tidak mau mendengar nasihat, sudah lebih merasa mengerti firman, sudah merasa lebih dewasa rohani. Itulah orang bebal, susah dinasihati, justru melawan dengan cara-caranya sendiri.
Tuhan tidak mau mendengar doa orang seperti ini.

Ulangan 32: 12
(32:12) demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia.

Jadi, Tuhan  yang menyertai bangsa Israel tiba di tanah Kanaan, bukan berhala.
Justru berhala itu membuat kita jauh dari Tuhan. Uang, pekerjaan, harta, kekayaan, apapun sifatnya, kalau itu nomor satu, itu yang membuat hati kita jauh dari Tuhan.
Tetapi akhirnya mereka sampai tiba di Kanaan, justru kaki menendang ke belakang, lupa diri, mereka jatuh dalam penyembahan berhala. Inilah yang dimaksud dengan orang bebal.

Ulangan 32: 18-19
(32:18) Gunung batu yang memperanakkan engkau, telah kaulalaikan, dan telah kaulupakan Allah yang melahirkan engkau.
(32:19) Ketika TUHAN melihat hal itu, maka Ia menolak mereka, karena Ia sakit hati oleh anak-anaknya lelaki dan perempuan.

Bangsa Israel tidak lagi menghargai gunung batu, artinya; tidak menghargai korban Kristus, dan pada akhirnya Allah sakit hati, dan Tuhan tidak mendengarkan doa-doa mereka.

Ciri-ciri orang yang jatuh dalam dosa bertenung.
1 Samuel 28: 3, 7-9
(28:3) Adapun Samuel sudah mati. Seluruh orang Israel sudah meratapi dia dan mereka telah menguburkan dia di Rama, di kotanya. Dan Saul telah menyingkirkan dari dalam negeri para pemanggil arwah dan roh peramal.
(28:7) Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: "Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya." Para pegawainya menjawab dia: "Di En-Dor ada seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah."
(28:8) Lalu menyamarlah Saul, ia mengenakan pakaian lain dan pergilah ia dengan dua orang. Ketika mereka pada waktu malam sampai kepada perempuan itu, berkatalah Saul: "Cobalah engkau menenung bagiku dengan perantaraan arwah, dan panggillah supaya muncul kepadaku orang yang akan kusebut kepadamu."
(28:9) Tetapi perempuan itu menjawabnya: "Tentu engkau mengetahui apa yang diperbuat Saul, bahwa ia telah melenyapkan dari dalam negeri para pemanggil arwah dan roh peramal. Mengapa engkau memasang jerat terhadap nyawaku untuk membunuh aku?"

Sebetulnya di sini kita melihat Saul menyadari diri kalau ia jatuh dalam dosa bertenung, sebab dia yang telah mengusir para peramal dan pemanggil arwah, tetapi dia sendiri mencarinya, sama seperti orang yang menjilat ludah sendiri.
Apa buktinya Saul mengetahui dosanya? “menyamarlah Saul”, berarti; tidak menunjukkan jati dirinya sebagai raja Israel. Tidak terlihat lagi wibawa dan kemuliaan Saul sebagai raja atas Israel, itulah orang yang menyamar.
Menyamar, artinya; mengenakan pakaian lain, berarti menanggalkan jubah kebesarannya.

Sampai disini dulu firman Tuhan, diminggu yang akan datang, saya sampaikan seperempat lagi. Kita sudah menikmati tiga perempat bagiannya.
Kita sudah melihat kejatuhan dari pada Saul, yaitu jatuh dalam dosa bertenung, sehingga doanya tidak lagi didengar Tuhan. Saul tidak mendapat petunjuk dari Tuhan, baik dengan: mimpi, urim, dan nabi.
Jangan sampai kita tidak berkenan, masih banyak selubung, tidak menjadi jantung hatinya Tuhan, itu sangat beresiko. Apapun kita naikkan doa tidak didengar, tangan-Nya tidak akan terulur untuk menyelamatkan, dan telinga-Nya tidak akan mendengarkan doa-doa kita semua, ini adalah kerugian yang sangat fatal.
Seringkali kita berdoa bersungut-sungut, salahkan si A, si B, salahkan Tuhan, padahal kita sendiri tidak sungguh-sungguh di dalam Tuhan. Ini yang sepatutnya kita perhatikan sungguh-sungguh.
Perhatikan baik-baik ketika Tuhan menemukan bangsa Israel di padang gurun, betapa mulianya perbuatan-Nya itu, tetapi karena kebebalan Israel, mereka jatuh dalam dosa yang sama. Saul juga begitu, sebetulnya dosa yang sama ini pernah terjadi; ketika bangsa Filistin maju untuk memerangi bangsa Israel, di situ dia memberanikan diri untuk mempersembahkan korban, kemudian di sini terulang kembali, jatuh dalam dosa bertenung karena bangsa Filistin hendak memerangi bangsa Israel, sementara dia belum mendapat petunjuk dari Tuhan. Bangsa Israel setiap berperang, harus mendapat petunjuk dulu, baru berperang, seperti itu jugalah kita, harus mendapat petunjuk dulu, barulah kita melayani, tidak boleh sembarangan kita melayani. Tetapi di sini kita melihat, Saul tidak mendapat petunjuk. Melayani tidak boleh dengan sembarangan, harus banyak bertanya kepada Tuhan, baik lewat Urim, ataupun mimpi, atau harus mendengar nabi, kalau tidak, jangan coba-coba melayani Tuhan. Saul tidak mendapatkan jawaban dari Tuhan.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment