KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, January 27, 2017

IBADAH RAYA MINGGU DAN AWAL TAHUN 01 JANUARI 2017



IBADAH RAYA MINGGU DAN AWAL TAHUN 01 JANUARI 2017

Tema: TERGEMBALA KARENA KEMURAHAN TUHAN.

Shalom saudaraku...
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita sekaliannya, oleh karena kemurahan hati Tuhan kita dimungkinkan untuk melangsungkan ibadah raya minggu sebagai ibadah sulung di tahun 2017 ini. Dan sebagaimana bangsa Israel diajar juga untuk mempersembahkan persembahan sulung bagi Tuhan dari semua penghasilannya. Dan seorang imam akan menunjukkannya di hadapan Tuhan.
Dan biarlah lewat persembahan sulung ini, kita pada akirnya menjadi anak-anak sulung yang ditebus dari antara manusia di muka bumi ini.
Seperti 144.000 orang yang berdiri di bukit Sion, menjadi korban sulung dari antara manusia.
Inilah yang menjadi kerinduan kita semua, jadi, hal-hal itu semua kita pelajari tetaipi semata-mata bukan hanya untuk dimengerti, tetapi selanjutnya untuk dilakukan, bukan untuk diabaikan. Dimengerti, dituruti, sampai mendarah daging, sehingga layak menjadi korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba.

Banyak hal yang sudah kita lalui disepanjang tahun 2016, baik dalam suka maupun duka, kita lalui bersama-sama dan kita tetap bergandengan tangan untuk melayani Tuhan, semua karena kemurahan Tuhan. Dan banyak hal yang sudah Tuhan percayakan, untuk terus kita junjung tinggi dan hargai sebagai kepercayaan Tuhan, supaya kita senantiasa layak dipakai Tuhan untuk melayani Tuhan.

Kita kembali memperhatikan tema natal dengan 4 subtema...
Lukas 2:7
(2:7) dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.

Subtema yang pertama: “Anak-Nya yang sulung,” supaya kita juga menjadi anak sulung.
Wahyu 14:1-4 berarti, 144 -> 144.000 orang yang telah ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung.
Juga kita sudah, melihat lewat ibadah natal persekutuan pada tanggal 28 Desember 2016, waktu orang-orang Yahudi mendengar firman salib tepat pada injil (Yohanes 6:60) berarti ada 2 angka 6 = 66 menunjuk jumlah alkitab dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Itulah firman yang murni atau pemberitaan firman tentang salib.
Tetapi akhirnya mereka mengundurkan diri pada injil Yohanes 6:66=666 -> antikris, itu bukan suatu kebetulan sama halnya dengan Wahyu 14:4, (144) itu jumlah dari pada orang-orang yang ditebus dari antara manusia di atas muka bumi ini sebab korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba.

Wahyu 14:1-3
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.
(14:3 )Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.

144 000 yang telah ditebus itu, “Menyanyikan suatu nyanyian yang baru...” dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada 144.000 tersebut.
Ini menunjukkan persekutuan yang indah atau hubungan intim. Hubungan kita dengan Tuhan, adalah hubungan nikah, Dia Kepala, kita tubuh-Nya, Dia suami, kita isteri-Nya (mempelai perempuan-Nya.)
Hubungan kita dengan Tuhan adalah hubungan nikah. Jadi, jangan sampai salah mengerti, hubungan kita dengan Tuhan tidak hanya sebatas hubungan antara tuan dengan hamba. Hubungan kita adalah hubungan nikah/hubungan intim.

Wahyu 14:4
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.

Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.
Kita juga sudah melihat keberadaan dari 144.000 yang telah ditebus sebagai korban-korban sulung, ada hubungan intim dengan Tuhan.

Bukti kelayakan sebagai korban-korban sulung, yaitu:
Mereka tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, berarti tidak hidup dalam hawa nafsu daging.
Kemudian, mereka murni sama seperti perawan, berarti suci di atas suci. Dan mengikuti Anak Domba itu kemana saja Ia pergi (sangkal diri pikul salib). Itulah sebagai syarat untuk mengikut dan melayani Tuhan.
Sampai pada akhirnya mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.
Inilah ibadah sulung kita di tahun 2017 ini, jadi, jangan ada yang merasa keberatan untuk mempersembahkan korban sulungnya kepada Tuhan.
Seeorang tidak bisa menjadi manusia rohani kalau tidak terlihat tindakan-tindakannya secara lahiriahnya. Sebab jasmani dan rohani seiring.
Kemudian ada lagi yang tidak kalah penting untuk kita perhatikan pada sore hari ini.
Wahyu 14:5
(14:5) Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela.

Di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta”, tidak ada tipu, perkataan tidak ada yang ditambahkan, tidak ada yang dikurangkan, tidak ada perkataan licik. Ya di atas ya, tidak di atas tidak, sebab lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Kesempurnaan itu diukur dari perkataan, kalau seseorang tidak salah dalam perkataan maka dia sempurna di hadapan Tuhan. Perkataan dari mulut itu berasal dari hati. Ada yang dipelintir, ada yang ditambahkan, ada yang dikurangkan, sejauh itulah cacat cela kita di hadapan Tuhan.
Semakin pandai kita mengutarakan perkataan untuk menutupi kekurangan, sejauh itulah kebenaran dan cela kita. Ukuran, kebenaran, kesempurnaan sejauh perkataan kita.
Kesimpulannya, kalau seseorang tidak salah dalam perkataan ia adalah orang yang sempurna...Yakobus 3:2.
Yesus dilahirkan sebagai Anak Sulung. Yesus menjadi manusia, prosesnya lewat kelahiran. Kemudian, sebagai Anak sulung bertujuan untuk membawa kita segambar serupa dengan Allah.

Subtema yang kedua:
Lukas 2:7
(2:7) dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.

Subtema yang kedua adalah: “Dibungkusnya dengan lampin.”
Kalau dibungkus dengan lampin, berarti dua hal akan terjadi, yaitu:
1.     Tidak terlihat kekurangan.
2.     Mengalami kehangatan pada tubuh (bayi) mungil Yesus.
Itu berbicara tentang kasih, sebab kasih itu menutupi banyak sekali dosa, kasih juga sifatnya sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.
Dan oleh karena kasih inilah membuat kita menjadi melebur dengan yang lain.
Dihangatkan/dileburkan antara yang satu dengan yang lain, dipersatukan sampai disempurnakan.

Subtema yang ketiga adalah: “Dibaringkannya di dalam palungan.”
Palungan itu adalah tempat makan, minum domba-domba. Berarti, Yesus adalah makanan dan minuman bagi kita sekaliannya.
Dan hal itu pernah Dia sampaikan kepada orang Yahudi dalam injil Yohanes 6; “Akulah roti hidup, roti yang turun dari sorga.”  Memberi makan dan minum orang-orang yang lapar dan haus,” karena Dia adalah roti hidup, roti yang turun dari sorga. Jadi Dia benar-benar makanan, dan benar-benar minuman.
Namun sekalipun Ia benar-benar makanan dan minuman orang-orang Yahudi bersungut-sungut, tidak mengakui bahwa Ia adalah makanan dan minuman.
Bersungut-sungut, menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi hidup menuruti hawa nafsu dan keinginan daging.
Sebab, sungut-sungut itu adalah suara daging. Orang yang suka menggerutu, mengomel, dan bersungut-sungut menunjukkan bahwa dia adalah manusia daging.
Buktinya: mereka berkata bahwa, Yesus adalah anak tukang kayu, berarti mereka melihat Yesus dari sisi lahiriah-Nya.
Kalau kita mengukur suatu ibadah dan pelayanan dari sisi lahiriah, di situ kita banyak panas hati nanti, di situ seringkali kita bersungut-sungt, ngomel, menggerutu,  tidak puas hati barangkali karena kurang dihargai. Namun sekalipun demikian Yesus tetap mengatakan ” Akulah roti hidup,” untuk yang kedua kali.
Inilah kesabaran Tuhan kepada orang-orang Yahudi.

Kesabaran Tuhan tentunya adalah kesempatan bagi kita untuk memperbaiki hidup di hadapan Tuhan. Kesempatan itu tidak datang dua kali, kesempatan hanya datang satu kali.
Jangan sampai kita menyesal seperti Esau; pada akhirnya dia ditolak karena berkat hak kesulungan itu sudah diberikan Ishak kepada Yakub. Sampai Esau meraung-raung ia tidak memperolehnya kembali, kesempatan hanya datang satu kali.
Yesus mengatakan “Akulah roti hidu, roti yang turun dari sorga untuk memberi hidup yang kekal.”
Berarti, jelas Bapa yang memberi roti kepada kita. Bapa yang memberi roti hidup kepada bangsa Israel, bukan Musa. Berarti, kita hidup bukan dari makanan, tetapi dari setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah.
Lalu respon yang kedua dari bangsa Yahudi kita sudah melihat, mereka justru bertengkar oleh karena perkataan itu, sesama Yahudi bertengkar.
Dua tangan ini (tangan kanan dan tangan kiri) bertengkar, berarti terjadi perpecahan antara anggota tubuh. Pertengkaran itu disebutlah dengan; iri hati, perselisihan..1 Korintus 3.  Iri hati, perselisihan menunjukkan bahwa ia adalah manusia duniawi yang hidup secara manusiawi, tidak rohani.
Hidup secara duniawi hidup dalam keinginan daging, yang hanya memikirkan hal-hal yang dari daging, tidak memikirkan hal-hal dari roh, tidak memikirkan perkara rohani, perkara di atas, itulah ibadah dan pelayanan.

Sementara kalau kita melihat dan wujud pada roti hidup itu ada dua, yaitu:
Yang pertama: “Dibangkitkan pada akhir zaman.”
Orang yang dibangkitkan pada akhir zaman menunjuk kepada orang yang percaya, yaitu; rela kehilangan nyawa karena salib, tapi ia akan memperolehnya (hidup) kembali, pada saat kebangkitan yang kedua.
Jadi, orang yang merasakan kebangkitan yang kedua itu berlaku bagi orang yang mau sangkal diri pikul salib di tengah ibadah dan pelayanan= rela kehilangan nyawa.

Yang kedua: “Satu di dalam Tuhan, Tuhan di dalam kita.
Seperti Bapa di dalam Anak dan Anak di dalam Bapa, mereka adalah satu, dan oleh karena kesatuan inilah kita dipelihara, kita dilindungi, kita dijaga, sampai akhirnya memperoleh keselamatan, sebab Ia adalah Gembala Agung. Sebelum Dia naik ke sorga, Dia sudah menitipkan kawanan domba itu kepada Bapa dan berkata; “Peliharalah mereka.  Dan sebelum Yesus naik Ia telah memberikan firman kepada mereka (orang-orang Yahudi), berguna untuk membersihkan kehidupan mereka (mengadakan penyucian terhadap dosa) sampai pada akhirnya Tuhan menyatakan kemuliaan.

Bukti Tuhan menyatakan kemuliaan itu
Kita menjadi sempurna oleh karena kesatuan dari anggoa-angggota tubuh.
Kalau anggota-anggota tubuh satu, berarti sempurna. Di situlah kepala diletakkan (kemuliaan dinyatakan).
Sebaliknya, kalau tubuh menjadi liangnya serigala, dan sarangnya burung tidak ada tempat untuk meletakkan kepala. Tidak dinyatakan kemuliaan-Nya.
Kesatuan, itu sangat penting tidak boleh ada lagi yang mementingkan diri sendiri...1 Korintus 12.
Tubuh hanya satu, tetapi terdiri dari banyak anggota, antara lain; ada mata, ada telinga, ada kaki, ada tangan, dan ada anggota tubuh yang lain.
Kalau seandainya, seseorang hanya mementingkan diri sendiri tidak akan terlihat anggota tubuh yang lain. Kalau seandainya seluruh tubuh itu mata, dimana anggota tubuh yang lain? Kalau seandainya dikuasai roh egosentris, tidak terlihat anggota tubuh yang lain.
Kalau seluruh tubuh adalah mata, orang bilang jadi-jadian/sangat mengerikan.
Ngeri melihat orang yang dikuasai kepentingan diri sendiri, tidak mengerti pekerjaan Tuhan, tidak mengerti berkorban, tidak mengeti tentang segala sesuatu untuk memajukan ibadah dan pelayanan di hadapan Tuhan. Ngeri melihat orang semacam ini.
Kita saja yang berkata tidak apa-apa, itu  menurut ukuran manusiawi.
Sebab itu Tuhan berkata; “Engkau manusia duniawi hidup secara manusiawi.” Bagi mereka manusia  duniawi tidak ngeri, tetapi di dalam Tuhan barulah kita mengerti, ngeri sekali ternyata dan tidak elok dipandang mata. Elok itu, anggota tubuh banyak dan berbeda-beda tetapi satu, itu elok.

2017 ini kita harus semakin menyatu (semakin solid), tentu karena diikat oleh kasih Allah, sekalipun kita kelihatan kecil untuk ukuran duniawi. Tetapi kalau kita satu, tanpa kepentingan diri sendiri apapun pekerjaan, seberat apapun pekerjaan itu, kita dapat kerjakan bersama-sama dalam susah, maupun senang. Tapi kalau kita terpisah-pisah tidak ada kekuatan tidak ada daya, tidak ada yang bisa kita perbuat di hadapan Tuhan.
Jadi, siapapun kita harus semakin solid, semakin satu, ada kerjasama yang baik, satu dengan yang lain, saling memperhatikan, saling melengkapi, saling mendorong, saling menguatkan, saling mengangkat, bahu-membahu antara satu dengan yang lain, sehingga seberat apapun pekerjaan kita bisa selesaikan.
Jadi, ukurannya bukan di uang, kepintaran, tapi satu; Sempurna, dan akhirnya Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya. Dia menjadi Raja, Dia menjadi Kepala, Dia menjadi Mempelai, sehingga semuanya menjadi indah.

Ibadah yang kita jalankan ini bukan ibadah menurut aturan manusia, kita menggunakan pola Tabernakel, kita ikuti pola Tabernakel supaya kita semakin mengerti. Bukan kita mengikuti di sana begini, di sini begini, kita bukan mengikuti cara gereja tetapi kita mengikuti cara kerajaan sorga, sebab Tabernakel adalah miniatur kerajaan sorga.
Kalau semuanya sudah terbentuk dengan pola kerajaan sorga, maka hasilnya menjadi maksimal, hasilnya bagus.
Namun sekalipun demikian bangsa Israel tetap mengeraskan hati. Ini kesempatan bagi kita semua, kesempatan bagi bangsa kafir.

Sejenak kita memperhatikan persmaan dari roti hidup (roti yang turun dari sorga):
Mazmur 78:23-24
(78:23)  Maka Ia memerintahkan awan-awan dari atas, membuka pintu-pintu langit,
(78:24) menurunkan kepada mereka hujan manna untuk dimakan, dan memberikan kepada mereka gandum dari langit;

Roti hidup, roti yang turun dari sorga disebut dengan dua hal, yaitu:
1. Gandum dari langit.
2. Roti malaikat.

Keterangan:
Yang pertama: GANDUM DARI LANGIT.
Yohanes 12:24
(12:24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

Jadi, gandum yang turun dari langit, itu berbicara tentang pengalaman kematian. Berarti, daging tidak bersuara lagi =  tidak bersungut-sungut, tidak ngomel, tidak menggerutu, itu berbicara tentang pengalaman kematian.
Biarlah kiranya tanda di dalam pengalaman kematian ini ada di dalam kehidupan kita masing-masing.
Kuasa kematian Yesus Kristus: mengubur hidup yang lama (jatuh ke dalam tanah). Jadi yang lama sudah berlalu.

Yohanes 12:25
(12:25) arangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.

Pengalaman kematian itu prakteknya: rela kehilangan nyawa = sangkal diri pikul salib di tengah ibadah dan pelayanan.
Rela kehilangan nyawanya berarti, sangkal diri dan pikul salib sebagai syarat untk mengikuti Dia.

Yohanes 12:26-27
(12:26) Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.
(12:27) Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.

Praktek pengalaman kematian itu adalah sangkal diri, pikul salib. Untuk itu Dia datang ke dunia.
Dia tidak lari dari kenyataan, Dia tidak berkata: "Bapa selamatkanlah Aku dari salib ini" atau "Salibnya sedikit saja, pakunya sedikit saja dilantakkan di tangan saya, di kaki saya, itulah yang disebut gandum yang turun dari langit.
Tanda di dalam pengalaman kematian harus menjadi bagian kehidupan kita masing-masing.
Memang sakit bagi daging, saya tidak katakan itu mudah, tapi itu bisa mudah kalau daging tidak bersuara. Memang sakit bagi daging ketika kita menikmati gandum yang turun dari langit (tanda dalam pengalaman kematian).

1 Korintus 15: 35
(15:35) Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: "Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?"

Tidak mengerti tentang pengalaman kematian dan pengalaman kebangkitan.
Dulu juga saya tidak paham ini, tapi sekarang mengerti karena Tuhan baik, Tuhan nyatakan isi hati-Nya bagi kita semua.
Kalau tidak mengerti pengalaman kematian, tidak mau menikmati gandum yang turun dari langit, disebutlah orang bodoh.

1 Korintus 15:36
(15:36) Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu.

Tidak ada artinya kita berkorban (setengah mati) kalau daging tidak mati (daging masih bersuara) = tanpa kebangkitan.

1 Korintus 15:37
(15:37) Dan yang engkau taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain

Tidak akan ada kuasa kebangkitan, kalau tidak terlebih dahulu masuk dalam pengalaman kematian. Jadi, mati dulu maka hari ketiga bangkit. Sebetulnya pengalaman ini tidak lama, hanya 3 hari tetapi yang membuat lama daging masih bersuara.
Ciri yang terlihat apabila seseorang menikmati gandum dari langit (ada dalam tanda pengalaman kematian) adalah : tidak berkulit. Gandum itu tidak berkulit = rela dikuliti.
Dikuliti artinya, menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Dia yang benar dijadikan dosa, supaya manusia yang berdosa menjadi benar. Dalam hal ini, Yesus telah dikuliti.
Peristiwa pengulitan yang pertama ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah menyembelih seekor binatang dan dikuliti, lalu kulit itu dipakaikan kepada Adam dan Hawa untuk menutupi dosa.
Binatang yang disembelih itu menunjuk pribadi Yesus Kristus yang disalibkan. Teramat lebih dalam nikah rumah tangga, sebagai suami harus rela dikuliti bagi isterinya, sebagai isteri harus rela dikuliti bagi suaminya, dan kita semua di sini harus rela dikuliti, siapapun.
Karena Yesus telah dikuliti maka kita juga harus mengikuti jejak-Nya, rela dikuliti. Itu ciri yang terlihat ketika seseorang menikmati gandum yang turun dari langit.
Barulah saya mengerti arti dari kesaksian, ternyata kesaksian itu penting sekali, setelah saya mendengar satu persatu kesaksian itu saya tidak menyangka, segala sesuatu bisa terjadi.
Nah, ini harus diperhatikan, jangan lagi egosentris. Jangan karena kita memuaskan hawa nafsunya tapi orang lain celaka, itulah perlunya kesaksian itu.
Dan saya dibangun sekali, tentu kita dibangun sekali dari kesaksian tadi. Barulah saya memahami si A begini, si B begitu.
Jadi, setiap tahun harus, menyaksikan cinta kasih, kebaikan dan kemurahan hati Tuhan, supaya kita juga mengenali sesama yang ada disekitar kita satu dengan yang lain = mengenali isi hati Tuhan.
Pada saat kita bersaksi jangan ada suara daging. Ceritakan saja kebaikan Tuhan (kemurahan Tuhan) yang kita alami di dalam kandang penggembalaan ini, itulah roti hidup.

Yang kedua: ROTI MALAIKAT.
Roti malaikat -> firman penggembalaan.
Wahyu 1:1
(1:1) Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes.

Jadi, Wahyu yang diterima Rasul Yohanes selanjutnya akan dikirim kepada malaikat dari ketujuh sidang jemaat.

Wahyu 1:11, 19-20
(1:1) katanya: "Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia."
(1:19) Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini.
(1:20) Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kaulihat pada tangan kanan-Ku dan ketujuh kaki dian emas itu: ketujuh bintang itu ialah malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh jemaat."

Malaikat sidang jemaat itulah gembala sidang. Berarti, roti malaikat itulah firman penggembalaan.
Sejauh ini kita telah digembalakan oleh firman Pengajaran Mempelai dalam terang-Nya Tabernakel atau Pengajaran Tabernakel dalam terang-Nya Mempelai.
Penggembalaan kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel, maka terkena pada Ruangan Suci, tempat kudus/tempat pengudusan, ini penggembalaan.
Panggilan itu di mulai dari: percaya, bertobat, dibaptis (mati, bangkit bersama Kristus), kemudian dibaptis Roh Kudus dan akhirnya tergembala.
-         Percaya -> Pintu gerbang.
-         Bertobat -> Mezbah korban bakaran.
-         Dibaptis air -> kolam pembasuhan tembaga.
-         Dibaptis Roh Kudus -> Pintu kemah.
Kemudian beralih kepada perkembanganya yang penuh = berada di dalam Ruangan Suci, maksudnya; tergembala dengan baik.
Tapi sayangnya yang terjadi saat ini, orang tidak paham tentang beralih kepada perkembangannya yang penuh, tidak mengerti penggembalaan, dia senang ikut KKR di sana sini, dimana KKR di situ ada dia, tapi rohaninya tidak tergembala, buktinya, yaitu:
1. Tidak dengar-dengaran terhadap suara gembala.
2. Tidak mengikuti gembala.

Di dalam Ruangan Suci terdapat 3 macam alat, yaitu:
-         Meja roti -> ketekunan dalam ibadah pendalaman alkitab disertai perjamuan suci.
Saat ini firman penggembalaan untuk ibadah pendalaman alkitab adalah kitab Maleakhi.
-         Pelita mas -> ketekunan dalam ibadah raya minggu serta kesaksian.
Saat ini firman penggembalaan untuk ibadah raya minggu serta kesaksian adalah Wahyu 6.
-         Mezbah dupa -> ketekunan dalam ibadah doa penyembahan.
Saat ini firman penggembalaan untuk doa penyembahan adalah surat yang dikirim Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose.
Jadi, apa yang tidak dimengerti orang-orang tentang tiga macam ibadah pokok, justru Tuhan percayakan kepada kita.
Nah inilah yang patut kita syukuri pada Tuhan. Dan rasa syukur ini tidak bisa diukur dengan apapun,
Apa yang tidak pernah didengar, tak pernah timbul dalam hati,  dan yang tidak pernah kita pikirkan, itu yang Tuhan berikan  bagi mereka yang mengasihi Dia.
Dahulu kita tidak  pernah memikirkan, tentang roti malaikat dan gandum yang turun dari langit!

Mazmur 78:25
(78:25) setiap orang telah makan roti malaikat, Ia mengirimkan perbekalan kepada mereka berlimpah-limpah.

Roti hidup disebut dengan; gandum yang turun dari langit dan roti malaikat. Itulah perbekalan yang berlimpah-limpah, sampai kita dibawa masuk ke dalam kerajaan sorga, di dalam rencana Allah yang indah. Kalau perbekalan berlimpah berarti, tidak berkesudahan, tidak terbatas.
Saya tidak tahu kenapa,  ayat ini membuat saya terhibur sekali, tiga kata; perbekalan berlimpah-limpah.
Saya bahagia sekali membaca ini, mungkin karena ini jaminan, jadi saya senang sekali menyatakanya walaupun berkali-kali, tidak ada rasa bosan.

Sekarang kita akan melihat bagian terakhir dari injil Lukas 2:7.
Lukas 2:7
(2:7) dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.

Sutema yang keempat: “Karena tidak ada tempat bagi mereka di rumh penginapan.”
Kalau akhirnya Yesus lahir di kandang domba dan selanjutnya dibaringkan di dalam palungan itu karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
Seandainya ada tempat bagi mereka di rumah penginapan/ rumah persalinan untuk melahirkan Yesus, maka tentu Yesus tidak dilahirkan di kandang domba dan tidak dibaringkan di dalam palungan.

Lukas 10:6
(10:16)  Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.

Pendeknya, domba-domba lain itulah bangsa kafir, mendapat kemurahan, karena harus dituntun juga.
Jadi, kalau akhirnya Yesus lahir di kandang domba dan dibaringkan di dalam palungan itu adalah kemurahan bagi kita semua, supaya bangsa kafir disebut juga domba-domba dan menjadi satu kawanan dengan bangsa Israel.
Kalau pada akhirnya kita menjadi kawanan domba Allah dan tergembala dengan baik, itu kemurahan Tuhan.
Saya berada dalam kandang  penggembalaan ini, sebagai hamba Tuhan yang telah menerima jabatan gembala, bukan suatu kebetulan supaya saya digembalakan oleh Gembala Agung, juga kita semua tergembala dan menjadi satu kawanan ini bukan suatu kebetulan.

Kelebihan bangsa Yahudi.
Roma 3:1-2
(3:1) Jika demikian, apakah kelebihan orang Yahudi dan apakah gunanya sunat?
(3:2) Banyak sekali, dan di dalam segala hal. Pertama-tama: sebab kepada merekalah dipercayakan firman Allah.

Kelebihan orang Yahudi; pertama-tama kepada mereka dipercayakan firman Allah.
Namun pada akhirnya kita boleh mendengar firman Allah dan menggembalakan kita, itu adalah kemurahan Tuhan. Jadi bukan suatu kebetulan, tidak ada istilah kebetulan di dalam Tuhan.

Yohanes 10:17
(10:17)  Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali.

Dia menjadi Gembala dan kita menjadi kawanan domba-Nya, karena Dia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk memperoleh hidup yang kekal, termasuk supaya kita menjadi kawanan domba dalam satu kandang penggembalaan. Yang diterimanya itu hidup kekal yang dikerjakan-Nya bagi kita.
Jadi, hidup kekal itu bukan hanya untuk diri-Nya saja, tetapi bagi dunia, untuk Yahudi, termasuk juga bangsa kafir, juga kita dan seberapa yang hadir malam ini.

Yohanes 10:18
(10:18) Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku.”

Domba-domba ada dalam satu kandang penggembalaan itu karena Dia rela kehilangan nyawa-Nya di atas kayu salib.
Terbentuknya penggemblaan ini adalah karena kemurahan hati Tuhan, kita juga tergembala karena kemurahan hati Tuhan , jadi bukan suatu kebetulan  Dia sudah menyerahkan nyawa-Nya untuk menerima-Nya/memperoleh-Nya kembali, supaya kita tidak binasa.
Jadi, ini kemurahan dari pada Tuhan yang patut kita hargai sehingga kita boleh tergembala dengan baik dan menikmati tubuh dan darah-Nya sebagai makanan dan minuman.
Kalau tergembala berarti, menikmati tubuh dan darah-Nya, sebab tubuh-Nya benar-benar makanan dan darah-Nya benar-benar minuman.

Yehezkiel 20:37
(20:36) Seperti Aku beperkara dengan nenek moyangmu di padang gurun tanah Mesir, begitulah Aku akan beperkara dengan kamu, demikianlah firman Tuhan ALLAH.
(20:37) Aku akan membiarkan kamu lewat dari bawah tongkat gembala-Ku dan memasukkan kamu ke kandang dengan menghitung kamu.

Lewat dari bawah tongkat gembala itu berarti; dituntun, digembalakan dengan baik = berada di bawah  pengawasan penggembalaan.

Yohanes 10:2-4
(10:2) tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.
(10:3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.
(10:4)  Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.

Yesus adalah Gembala Agung, tapi Dia juga menunjuk seorang gembala kecil dalam satu penggembalaan untuk menggembalakan kawanan domba-Nya.
Lewat dari bawah tongkat gembala artinya: domba-domba tergembala dengan baik, berarti dituntun, dipelihara, dilindungi, tandanya ada 2, yaitu:
-         Domba-domba mendengarkan suara gembala = dengar-dengaran.
-         Domba-domba mengikuti gembala.
Sejauh ini kita telah digembalakan oleh firman Pengajaran Mempelai dalam terang-Nya Tabernakel, kemana saja kita dibawa  ikuti saja, yang pasti sasaran akhir dari ibadah dan pelayanan di atas muka bumi ini adalah pesta nikah Anak Domba. Ikuti saja kemana kita dibawa, tidak usah bersungut-sungut, jangan liar, ikuti saja geraknya Pengajaran Mempelai. Dia akan membawa kita masuk dalam pembentukan tubuh Kristus yang sempurna menjadi Mempelai wanita Tuhan, (masuk dalam pesta nikah Anak domba). Itu kegerakan dari Pengajaran Mempelai.
Andai saja ada tempat bagi mereka di rumah penginapan untuk bersalin, habislah kita, kafir tidak akan menjadi domba, orang-orang Yahudi saja yang selamat. Tapi hati mereka sudah menolak, akhirnya Yesus dilahirkan di kandang domba.
Tuhan baik. Setelah kita telusuri terus kebaikan Tuhan, ternyata sungguh luar biasa, bukan karena kata orang Dia baik, tetapi karena kita sudah mengeti firman, pengikutan kita bukan lagi meraba-raba, bukan lagi karena si A, si B, karena kata orang, karena mujizat, karena uang, karena itu, tidak lagi! Karena kita sudah melihat dan merasakannya.

Keuntungan kita lewat dari bawah tongkat gembala.
Yehezkiel 20:37
20:37 Aku akan membiarkan kamu lewat dari bawah tongkat gembala-Ku dan memasukkan kamu ke kandang dengan menghitung kamu.

Kalau kita tergembala dengan baik, selanjutnya dihitung oleh Gembala Agung, berarti dikenal.
Berapa jumlah jiwa dalam kandang penggembalaan GPT Betania dihitung, berarti dikenal.

Yohanes 10:3
(10:3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.

Gembala memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya, berarti dihitung dan dikenal.
Kalau dipanggil, dan menyebut masing-masing namanya berarti, dikenal.
Tuhan mengenal kita kalau kita betul-betul tergembala dengan baik dalam satu kandang dengan satu gembala.

Wahyu 3:5
(3:5) Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.

Dikenal berarti, namanya terdaftar di sorga/ditulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba.
Kalau tergembala di bumi, maka tergembala di sorga, nama terdaftar di sorga...Wahyu 22:3-5 dan Ibrani 8:5.
Jadi, jangan pernah mengecilkan penggembalaan, atau mengecilkan tiga macam ibadah pokok. Itu penggembalaan yang benar.
Penggembalaan itu harus mendarah daging, supaya betul-betul dikenal. Semakin dikenal maka semakin dipercayakan banyak perkara, termasuk karunia-karunia Roh Kudus dan harta yang indah, perhiasan rohani dipercayakan kepada kita semua.
Nama tidak bisa terdaftar hanya karena dia baik saja, atau suka memberi, tidak cukup.
Tetapi kuncinya di sini; tergembala berarti dikenal oleh Gembala Agung dan namanya tertulis dalam kitab kehidupan. Itu yang disebut penggembalaan saudaraku. Jadi, jangan asal-asal ikuti ibadah sana-sini itu namanya, tidak mengerti penggembalaan.

Domba-domba lewat dari bawah tongkat penggembalaan, artinya; tekun dalam tiga macam ibadah pokok, yaitu; ibadah Pendalaman Alkitab, Ibadah Raya Minggu, dan Ibadah Doa Penyembahan. Kita sudah dituntun-Nya. Tandanya; dengar-dengaran, dan ikuti, jangan ikuti suara asing, suara daging dan sura roh jahat, roh najis, ikuti gembala jangan ikuti yang lain.
Kalau kita mengikuti gembala, kita tidak akan pernah mendahului kehendak Tuhan, selalu banyak bertanya, sampai betul-betul terdaftar di sorga.

Dampak positif bila tergembala dengan baik.
Yehezkiel 20:38
(20:38) Aku akan memisahkan dari tengah-tengahmu orang-orang yang memberontak dan mendurhaka terhadap Aku; Aku akan membawa mereka keluar dari negeri, tempat mereka tinggal sebagai orang asing, tetapi di tanah Israel mereka tidak akan masuk. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN.

Kalau kita tergembala dengan baik, maka terpisah dari orang-orang yang memberontak dan terpisah dari orang yang mendurhaka. Terlepas dari roh pendurhakaan dan pemberontakan.

Yang masih memberontak, yang masih mendurhaka minta ampunlah kepada Tuhan, kembalilah kepada gembala yang memelihara jiwa.

Jadi, kita tergembala bukan karena suatu kebetulan, bukan suatu aturan manusia atau aturan gereja, tetapi betul-betul karena kehendak Tuhan menjadikan kita domba-domba, menjadi satu kawanan dalam satu kandang.
Kalau seandainya orang-orang Yahudi tidak menolak, tidak akan ada Yesus bagi kita, kita tidak akan menjadi kawanan domba, tidak ada penggembalaan bagi bangsa kafir, karena firman itu hanya untuk orang Yahudi saja, sunat juga bagi mereka saja.
Tetapi karena tidak ada tempat bagi mereka untuk melahirkan, kita jadi domba, tergembala dengan baik berarti lewat dari bawah tongkat gembala sampai pada akhirnya berada di dalam penggembalaan yang besar, Yerusalem yang baru atau nama terdaftar di sorga.
Hanya dengan amal soleh, itu tidak mungkin terdaftar di sorga, harus lewat aturan-aturan Tuhan. Inilah aturan yang sudah kita terima, yaitu, tekun dalam tiga macam ibadah pokok. Sempurnalah Injil ini “Lukas 2:7”. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman oleh;
Gembala sidang; Pdt. Daniel u. Sitohang


No comments:

Post a Comment