KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, March 20, 2018

IBADAH RAYA MINGGU, 04 MARET 2018


IBADAH RAYA MINGGU, 04 MARET 2018

“KITAB WAHYU”

(Seri  46 )

Subtema: HUKUMAN SANGKAKALA YANG PERTAMA.

Shalom saudaraku...
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita semua. Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian.
Saya juga menyapa umat Tuhan yang sedang mengikuti live streaming, atau video internet, youtube, facebook, dimanapun anda berada, baik di dalam maupun di luar negeri. Salam persekutuan di antara kita, salam di dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari kitab Wahyu 8:7, kita akan melihat penghukuman dari tujuh sangkakala.

Pembacaan dimulai dari ayat 6.
Wahyu 8:6
(8:6) Dan ketujuh malaikat yang memegang ketujuh sangkakala itu bersiap-siap untuk meniup sangkakala.

Tujuh sangkakala diberikan kepada tujuh malaikat dan ketujuh malaikat itu bersiap-siap untuk meniup sangkakalanya.
Minggu lalu telah saya sampaikan, selagi masih ada kesempatan mari kita hargai, sebelum penghukuman dari tujuh sangkakala itu menimpa bumi, laut dan segala isinya. Mari kita hargai kesempatan sebagai kemurahan hati Tuhan bagi kita dan kesempatan itu sudah terlihat di Wahyu 8:1, setelah meterai yang ketujuh dibuka sunyi senyaplah di sorga kira-kira setengah jam lamanya, bukan satu jam tapi kira-kira setengah jam lamanya.
Angka 1 à Allah Yang Maha Esa, tabiat-Nya kasih.
Berarti, kasih dan kemurahan-Nya tinggal sedikit waktu lagi. Sebab itu ada perkataan “Kira-kira” jadi tidak ditentukan berapa lama lagi, apa itu lima tahun lagi Tuhan datang, apa itu sepuluh tahun, tapi yang pasti waktunya sangat singkat. Jadi, waktu yang singkat ini kita gunakan supaya tidak ditimpa oleh tujuh penghukuman dari tujuh sangkakala.

Saya bersyukur, sejauh ini kita telah digembalakan oleh firman Pengajaran Mempelai dalam terang-Nya Tabernakel atau Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, yang memimpin kita sampai nanti membawa kita masuk dalam pembangunan Tubuh Kristus yang sempurna menjadi mempelai wanita Tuhan sebagai sasaran akhir dari ibadah dan pelayanan kita di atas muka bumi ini.
Sebagaimana bangsa Israel dituntun oleh tabut perjanjian yang dipikul oleh imam-imam yang dikhususkan, itulah orang Lewi. Dan mereka (bangsa Israel) harus terus memandang tabut perjanjian yang dipikul oleh imam-imam Lewi, sampai akhirnya mereka tiba di tanah Kanaan, tanah perjanjian. Itulah gambaran dari hari perhentian yang kekal.
Saudaraku, tadi pemimpin pujian (saudara Kaleb) dalam doanya berkata; “Dimana lagi kami bisa melepaskan diri dari segala guncangan-guncangan yang akan terjadi, dari segala penghukuman-penghukuman dari tujuh sangkakala, selain kami berada di atas gunung Sion.”
Gunung Sion itu berdiri tegak di hulu gunung-gunung, mengatasi gunung-gunung yang lain, gunung tempat beribadah yang lain. Sebab dari gunung Sion keluar Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, dari awal tadi saya sudah katakan menuntun perjalanan bangsa Israel tiba di tanah perjanjian, sementara jalan itu belum pernah mereka lalui itu sebabnya mereka HARUS DITUNTUN OLEH TABUT PERJANJIAN, PENGAJARAN MEMPELAI dan PENGAJARAN TABERNAKEL.
Tidak ada orang yang pernah masuk atau naik ke sorga, selain Dia yang pernah turun ke dunia orang mati, itulah pribadi Yesus yang disalibkan.
Jadi berbahagialah yang sudah mengikuti geraknya Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel ini. Berbahagialah yang membaca, berbahagialah yang mendengarkan dan yang menuruti firman Tuhan.

Kita akan memperhatikan sangkakala yang pertama.
Wahyu 8:7
(8:7) Lalu malaikat yang pertama meniup sangkakalanya dan terjadilah hujan es, dan api, bercampur darah; dan semuanya itu dilemparkan ke bumi; maka terbakarlah sepertiga dari bumi dan sepertiga dari pohon-pohon dan hanguslah seluruh rumput-rumputan hijau.

Hukuman dari sangkakala yang pertama oleh malaikat yang pertama: terjadilah hujan es atau hujan batu (sesuai dengan tulisan dalam ejaan lama) dan api bercampur darah.
Inilah hukuman dari sangkakala yang pertama yang ditiup oleh malaikat yang pertama.
Setelah kita baca ayat ini tentu membuat hati kita menggigil, membuat kita semakin gelisah, karena pemandangan itu sangat mengerikan.
Jadi penghukuman dari sangkakala yang pertama, yang ditiup oleh malaikat yang pertama adalah; terjadilah hujan es (hujan batu) dan api,bercampur darah.

Saudaraku, api bercampur darah kalau dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel terkena pada Mezbah Korban Bakaran. Mezbah Korban Bakaran à korban Kristus. Jadi darah yang tercurah di atas kayu salib, itu adalah kemurahan bagi manusia berdosa, tapi kalau manusia tidak menghargai kemurahan Tuhan maka akan berubah menjadi penghukuman yaitu api yang menghanguskan.

Pertanyaannya; siapa yang akan dihukum oleh api yang menghanguskan?
Jawabnya adalah orang-orang yang keras hati = hati yang membatu. Jadi hujan batu setimpal untuk orang yang hatinya membatu.
Sebagai penghukuman dari sangkakala yang pertama yang ditiup oleh malaikat yang pertama. Tetapi rupanya, hukuman ini akan diulang kembali pada Wahyu 16, menunjukkan betapa kerasnya hati manusia itu.

Wahyu 16:20
(16:20) Dan semua pulau hilang lenyap, dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung.

Pada akhirnya semua pulau hilang lenyap, di waktu dekat ini sedang diprediksi bahwa akan terjadi gempa bumi, dengan goncangan yang hebat, yang begitu dahsyat, melebihi dari pada gempa bumi yang pernah terjadi, dan menimbulkan pergeseran pada lempengan-lempengan di bawah dasar laut. Dan itu akan memicu terjadinya tsunami yang begitu hebat sehingga semua pulau lenyap dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung . Ini harus menjadi perhatian kita sungguh-sungguh.

Wahyu 16:21
(16:21) Dan hujan es besar, seberat seratus pon, jatuh dari langit menimpa manusia, dan manusia menghujat Allah karena malapetaka hujan es itu, sebab malapetaka itu sangat dahsyat.

Hujan es besar seberat seratus pon (lima puluh kilogram), jatuh dari langit menimpa manusia di bumi.
Berarti penghukuman dari sangkakala yang pertama terulang kembali.
Tetapi, kalau kita perhatikan di sini oleh karena penghukuman tersebut manusia justru menghujat Allah bukan semakin bertobat. Berarti semakin mengeraskan hati.
Banyak orang kristen keras hati, sudah tahu yang benar tapi bertahan dalam dosanya.
Sederhana saja Matius 6:33; “Cari dahulu kerajaan sorga dan kebenaran yang ada di dalam-Nya, semuanya ditambahkan.” Tapi orang kristen yang keras hati memutar balik fakta, yaitu terlebih dahulu mencari pekerjaan dan kesibukan di bumi; setelah itu cari kerajaan sorga.
Itu adalah kekerasan hati manusia.

Saya sangat beruntung sekali terpanggil menjadi hamba Tuhan, kalau tidak sayalah salah satunya orang kristen yang keras hati itu. Entah apa jadinya kalau saya tidak jadi hamba Tuhan, hidup rohani saya ini akan digrogoti oleh tabiat daging sampai habis, sementara daging ditunggangi oleh roh-roh yang lain termasuk roh jahat dan roh najis. Apabila dosa itu dipertahankan itulah kekerasan hati.

Hukuman semacam ini pernah menimpa Mesir sebagai tulah yang ketujuh.
Kita datang beribadah dan mendengarkan firman, cari kerajaan sorga di dalamnya ada kebenaran, supaya jiwa kita selamat.

Keluaran 9:23-25
(9:23) Lalu Musa mengulurkan tongkatnya ke langit, maka TUHAN mengadakan guruh dan hujan es, dan api pun menyambar ke bumi, dan TUHAN menurunkan hujan es meliputi tanah Mesir.
(9:24) Dan turunlah hujan es, beserta api yang berkilat-kilat di tengah-tengah hujan es itu, terlalu dahsyat, seperti yang belum pernah terjadi di seluruh negeri orang Mesir, sejak mereka menjadi suatu bangsa.
(9:25) Hujan es itu menimpa binasa segala sesuatu yang ada di padang, di seluruh tanah Mesir, dari manusia sampai binatang; juga segala tumbuh-tumbuhan di padang ditimpa binasa oleh hujan itu dan segala pohon di padang ditumbangkannya.

Saudaraku, hujan es dan api berkilat-kilat yang begitu dahsyat terjadi menimpa atas Mesir.
Hujan es atau hujan batu itu menimpa segala sesuatu yang ada di padang, di seluruh tanah Mesir. Jadi bukan di kemah tapi padang di seluruh tanah Mesir.

Sekarang bandingkan dulu ayat 26.
Keluaran 9:26
(9:26) Hanya di tanah Gosyen, tempat kediaman orang Israel, tidak ada turun hujan es.

Tetapi Gosyen terlepas dari penghukuman dari tulah yang ketujuh, itulah tempat orang Israel berada di tanah Mesir.

Kita bersyukur saat ini kita ada di Gosyen rohani, rumah Tuhan, beribadah melayani kepada Tuhan.
Tapi jangan sampai kita beribadah dan melayani seolah-olah berada di Gosyen, tetapi akhirnya juga ditimpa oleh hukuman ini oleh karena kekerasan hati yang begitu luar biasa.

Sekarang kita baca.
Keluaran 9:27-28
(9:27) Lalu Firaun menyuruh memanggil Musa dan Harun serta berkata kepada mereka: "Aku telah berdosa sekali ini, TUHAN itu yang benar, tetapi aku dan rakyatkulah yang bersalah.
(9:28)  Berdoalah kepada TUHAN; guruh yang sangat dahsyat dan hujan es itu sudah cukup. Maka aku akan membiarkan kamu pergi, tidak usah kamu tinggal lebih lama lagi."

Karena hukuman itu begitu dahsyat, Firaun mengaku dosanya serta memohon kepada Musa supaya tulah itu kiranya dihentikan.
Kalau kita amati pada tulah ketujuh ini hanya ada hujan es atau hujan batu dan api. 
Sedangkan hukuman dari sangkakala yang pertama tadi di dalam Wahyu 8:7, adalah hujan batu (es) disertai dengan api dan darah. Tetapi pada tulah yang ketujuh hanya dengan hujan batu dan api, tidak disertai dengan darah, tetapi tentu ada maksudnya di situ.
Sebab kalau kita perhatikan, bangsa Israel belum dibebaskan, artinya; belum merayakan paskah, Anak domba belum disembelih, darahnya belum tercurah. Itu sebabnya di sini, darah tidak disebut hanya hujan batu (hujan es) dan api. Karena mengingat bangsa Israel di Mesir belum merayakan paskah, bangsa Israel belum dibebaskan dari perbudakan Mesir.
Bangsa Israel dibebaskan dari tanah Mesir setelah Anak Domba Paskah disembelih, dan darahnya tercurah.
Saudaraku kita akan baca ayat 33-35, apakah pengakuan dosanya itu permanen setelah dia mendapatkan teguran yang begitu keras.
Saya juga bertanya kepada anak-anak Tuhan, imam-imam yang sudah melayani Tuhan, setiap kali dengar bunyi sangkakala yang keras (teguran keras), apakah ada pengakuan yang sifatnya permanen, artinya; dosa tidak diulangi lagi, seperti kebebalan Firaun.

Keluaran 9:33-35
(9:33) Lalu keluarlah Musa dari kota itu meninggalkan Firaun, dikembangkannyalah tangannya kepada TUHAN, maka berhentilah guruh dan hujan es dan hujan tidak tercurah lagi ke bumi.
(9:34) Tetapi ketika Firaun melihat, bahwa hujan, hujan es dan guruh telah berhenti, maka teruslah ia berbuat dosa; ia tetap berkeras hati, baik ia maupun para pegawainya.
(9:35) Berkeraslah hati Firaun, sehingga ia tidak membiarkan orang Israel pergi--seperti yang telah difirmankan TUHAN dengan perantaraan Musa.

Tetapi setelah tulah ketujuh berhenti, hujan batu (hujan es) berhenti disertai guruh, Firaun kembali berbuat dosa. Berarti Firaun tetap mengeraskan hatinya, Firaun tidak membiarkan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Pengakuan dosa di atas tadi sifatnya tidak permanen, karena Firaun kembali mengulangi dosa.
Orang yang mengaku dosa, tapi kembali melakukan dosa = orang keras hati. 
Apa kekerasan hati Firaun? Menghalang-halangi bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, menghalang-halangi bangsa Israel beribadah kepada Tuhan Allah Israel.

Orang yang keras hati adalah orang yang tidak mau menghargai ibadah dan orang yang keras hati adalah orang yang tidak mau melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, tidak mau mempersembahkan hidupnya sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Tuhan. Padahal itu adalah ibadah yang sejati.
Sedangkan ibadah yang murni mengunjungi janda dan yatim, sementara ibadah yang sejati mempersembahkan tubuh kepada Tuhan sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan, di tengah-tengah ibadah dan pelayanan yang Tuhan percayakan ini.

Saudaraku, kekerasan hati = dosa penyembahan berhala, sesuai dengan 1 Samuel 15:23. 
Jadi, selain menghukum orang yang menyembah berhala dalam Perjanjian Lama, batu juga digunakan untuk menghukum orang yang berdosa, antara lain:
-     Dosa karena mengutuki Tuhan.
-     Dosa karena menajiskan sabat.
Itu yang mewakili loh batu yang pertama yang tertulis dengan hukum-hukum (hukum 1 sampai dengan 4).
Ada 4 hukum tertulis pada loh batu yang pertama;
-     Hukum yang pertama; Akulah Tuhan Allahmu.
-     Hukum yang kedua; Jangan menyembah berhala.
-     Hukum yang ketiga; Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan.
-     Hukum yang keempat; Kuduskanlah hari Sabat.
Jadi saudaraku, selain dosa  penyembahan berhala hukuman batu juga akan berlaku bagi mereka yang mengutuki Tuhan atau menyebut nama Tuhan dengan sembarangan, kemudian yang menajiskan Sabat.
Kemudian dosa karena perzinahan, dosa kenajisan, itu juga akan dihukum oleh batu yang tertulis oleh hukum-hukum. Itu yang mewakili loh batu yang kedua yang bertuliskan enam hukum, dimulai hukum yang kelima sampai  hukum yang kesepuluh.
Jadi selain dosa kekerasan hati (penyembahan berhala), juga batu digunakan untuk menghukum orang yang mengutuki  Tuhan, atau menyebut nama Tuhan dengan sembarangan, dan juga  yang menajiskan sabat.
Kemudian dosa karena perzinahan, itu yang mewakili loh batu kedua yang dituliskan dengan hukum-hukum, dimulai hukum yang kelima sampai hukum kesepuluh.

Kesimpulannya; hukuman merajam dengan batu akan mengakibatkan kematian dari orang-orang berdosa. Itu sudah pasti.
Saat ini kita berada di dalam takhta kerajaan, menghadap takhta kasih karunia lewat Ibadah Raya Minggu, tanda bahwa darah Yesus masih berlaku bagi kita semua.
Tapi orang berdosa terkhusus orang yang keras hati tidak lagi menghargai darah salib sebagai kemurahan, maka penghukuman hujan es (hujan batu), dan api bercampur darah akan berlangsung.
Api dan darah itu, dalam pengajaran Tabernakel terkena pada Mezbah Korban Bakaran.
Bagi siapa hukuman itu berlaku? Bagi yang hatinya membatu, bagaikan hujan es (hujan batu). Itulah penghukuman dari sangkakala yang pertama.

Yesaya 30:30
(30:30) Dan TUHAN akan memperdengarkan suara-Nya yang mulia, akan memperlihatkan tangan-Nya yang turun menimpa dengan murka yang hebat dan nyala api yang memakan habis, dengan hujan lebat, angin ribut dan hujan batu.

Di satu sisi Tuhan akan memperdengarkan suara-Nya yang mulia.
Memperdengarkan suara-Nya yang mulia à suara sangkakala. Itulah firman Allah yang disampaikan.
Tetapi di sisi lain, Tuhan memperlihatkan tangan-Nya turun menimpa mereka dengan murka yang hebat dan nyala api memakan habis dan hujan batu dan hujan lebat dan hujan batu disertai dengan angin ribut.

Anak Allah datang ke dunia bukan untuk membinasakan manusia berdosa, melainkan untuk menyelamatkan manusia berdosa. Tapi kalau seseorang tidak mau mendengarkan perkataan-Nya (firman-Nya), sudah ada hukumnya. Firman Tuhan berubah menjadi pedang tajam sebagai penghukuman, sesuai dengan Yehezkiel 33.
Seorang penjaga harus meniup sangkakala tapi kalau orang berdosa itu tidak mau mendengar suara sangkakala, firman Tuhan berubah menjadi pedang sebagai penghukuman.
Satu sisi kita sudah melihat Tuhan memperdengarkan suara-Nya yang mulia, untuk mengangkat martabat manusia berdosa supaya menjadi mulia, tapi kalau firman yang mulia tidak dihargai maka sisi yang  lain, yaitu tangan Tuhan turun menimpa dengan murka yang hebat:
-     Api menghanguskan.
-     Hujan lebat, hujan batu disertai angin ribut.
Maka selalu saya ingatkan, yang sudah melayani jangan keras hati.
Masih ada di antara kita kalau ditegur saudaranya (sanaknya), mukanya muram, masih ada.

Yesaya 32:19
(32:19) Hutan akan runtuh seluruhnya dan kota akan direndahkan serendah-rendahnya.

Saat ini kita berada di kota raja besar, gunung Sion. Kita akan merasa damai sejahtera dan tenteram kalau betul-betul mau menghargai bunyi sangkakala, yang begitu mulia untuk mempermuliakan manusia yang berdosa.
Tetapi kalau tidak menghargai bunyi sangkakala yang mulia, maka tangan Tuhan turun memukul bumi termasuk pohon dengan hujan yang membeku, itulah cara Tuhan untuk merendahkan kota-kotanya.
Kalau kota-kota tidak menghargai firman yang mulia, yang diperdengarkan, maka kota besar akan direndahkan oleh Tuhan dengan hujan beku (hujan batu = hujan es).
Jadi ukuran suatu kota bukan kuantitas, bukan kemewahan gereja, tetapi di dalamnya ada firman yang mulia diperdengarkan di dalam satu kota. Kalau tidak, Tuhan akan pukul dengan hujan batu untuk merendahkan kota itu.

Berbahagialah jikalau engkau saat ini ada di dalam kota-kota (beribadah dan melayani)  dimana firman Allah yang mulia diperdengarkan oleh Tuhan dari sorga turun ke bumi, supaya tangan Tuhan tidak turun menimpa bumi.
Jadi jangan bangga dengan gereja mewah, gereja besar, jangan bangga dengan perkara-perkara lahiriah. Kalau firman Tuhan, firman yang mulia tidak diperdengarkan akan direndahkan oleh Tuhan.

Saudaraku, hukuman dengan hujan batu atau air yang membeku, itu tanda bahwa kasih sudah dingin di situ,
di dalam kota itu. Ahli Taurat dan orang Farisi juga ada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan. Tetapi mereka berpegang teguh pada hukum Taurat, sehingga, apabila ada orang berdosa, maka mereka akan menggunakan hukum Taurat (dirajam).
Seperti dalam Injil Yohanes pasal 8; pada pagi hari, ahli Taurat dan orang Farisi melihat seorang perempuan yang kedapatan berzinah, lalu perempuan itu ditarik dilemparkan  di hadapan Yesus yang sedang mengajar di rumah Tuhan. Kemudian, mereka berkata; menurut hukum Taurat perempuan yang seperti ini akan dilempari dengan batu.
Lalu mereka bertanya bagaimana pendapat-Mu? Kalau orang berdosa dihukum dengan hukuman lemparan batu, itu menunjukkan bahwa hatinya sedang membeku, kasihnya sudah dingin, seperti hujan es.
Pendeknya, kalau kasih sudah dingin akan terjadi pelemparan batu. Maka sekalipun ahli Taurat dan orang Farisi di kota Yerusalem (beribadah dan melayani), tetapi karena kasihnya sudah dingin (membeku) seperti hujan es, maka di situ ada pelemparan batu.

Bukti kehangatan kasih Allah mencair dari sorga turun ke bumi, yaitu; Firman Allah yang mulia diperdengarkan malam ini bagi kita semua, apakah kita mau menghargainya atau tidak?

Yehezkiel 38:22
(38:22) Aku akan menghukum dia dengan sampar dan tumpahan darah; Aku akan menurunkan hujan lebat, rambun, api dan hujan belerang ke atasnya dan ke atas tentaranya dan ke atas banyak bangsa yang menyertai dia.

Jadi kalau kita lihat dari pembacaan ini, hujan batu ini tersambung dengan penghukuman-penghukuman yang lain.
Saudaraku, oleh karena cuaca dingin ini seseorang jadi sakit pilek, maka akan terhubung, tersambung dengan sakit-sakit yang lain.
Demikian juga penghukuman dengan hujan batu ini, tersambung dengan penghukuman-penghukuman yang lain. Termasuk penyakit sampar, mengerikan sekali. Banyak orang sakit karena kekerasan hati.

Yosua 10:11-14
(10:11) Sedang mereka melarikan diri di depan orang Israel dan baru di lereng Bet-Horon, maka TUHAN melempari mereka dengan batu-batu besar dari langit, sampai ke Azeka, sehingga mereka mati. Yang mati kena hujan batu itu ada lebih banyak dari yang dibunuh oleh orang Israel dengan pedang.
(10:12) Lalu Yosua berbicara kepada TUHAN pada hari TUHAN menyerahkan orang Amori itu kepada orang Israel; ia berkata di hadapan orang Israel: "Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di atas lembah Ayalon!"
(10:13) Maka berhentilah matahari dan bulan pun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya. Bukankah hal itu telah tertulis dalam Kitab Orang Jujur? Matahari tidak bergerak di tengah langit dan lambat-lambat terbenam kira-kira sehari penuh.
(10:14) Belum pernah ada hari seperti itu, baik dahulu maupun kemudian, bahwa TUHAN mendengarkan permohonan seorang manusia secara demikian, sebab yang berperang untuk orang Israel ialah TUHAN.

Saudaraku, waktu Israel merebut kota Yerusalem, Tuhan berperang ganti Israel menurunkan atau melemparkan batu-batu dari langit, menimpa musuh mereka. Bahkan yang mati dibunuh oleh batu-batu yang dilempar dari langit lebih banyak jumlahnya daripada pedang di tangan bangsa Israel.
Kerinduan kita adalah untuk menjadi mempelai wanita Tuhan, Yerusalem yang baru yang turun dari sorga, dari  takhta Allah yang berhias bagai pengantin perempuan, yang berdandan untuk suaminya.  
Jadi, jangan bertanya kepada saya, dimana nanti kita dibela Tuhan pada waktu hujan batu, hujan es turun dari langit dilemparkan kepada orang fasik. Jangan tanya kepada saya. Kita tanya pada firman Tuhan.

Wahyu 21:1-2
(21:1) Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi.
(21:2) Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.

Tadi penghukuman ke bumi, itulah penghukuman dari sangkakala yang pertama, sampai pada akhirnya langit yang pertama dan bumi yang pertama juga berlalu, dan laut pun tidak ada lagi.

Inilah Yerusalem yang baru à kepada mempelai wanita Tuhan, inilah yang dibela oleh Tuhan.
Hujan es atau hujan batu turun dari langit sebesar seratus pon (lima puluh kilogram) menimpa orang yang keras hati.

Yesaya 2:2-3
(2:3) Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana,
(2:3) dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."

Itu sebabnya tadi saya katakan jangan tanya dimana nanti kita berada saat hujan es (hujan batu) menimpa bumi seberat seratus pon (lima puluh kilogram), jangan tanya saya. Firman Allah sudah menjawab, asal saja kita ada di rumah Allah Yakub, gunung Sion.
Dari gunung Sion keluar pengajaran salib, biarlah kita menempuh jalan-jalannya, sesuai dengan pengajaran salib yang keluar dari gunung Sion. Sampai tiba pada hari perhentian yang kekal, Yerusalem baru.
Tuhan membela perjalanan rohani dari anak-anak Tuhan percayalah, asal mau menyerahkan diri, seperti umat Israel. Mulai dari merebut kota Yerikho, Ai, sampai merebut kota Yerusalem dan pendeknya, berada di atas gunung Sion, sebab Tuhan turut membela. Tuhan berperang ganti Israel.

Saudaraku, tadi Tuhan melemparkan batu dari langit. Kemudian, penghukuman dari sangkakala yang pertama, api bercampur darah.

Lalu kita lihat kembali.
Wahyu 8:7
(8:7) Lalu malaikat yang pertama meniup sangkakalanya dan terjadilah hujan es, dan api, bercampur darah; dan semuanya itu dilemparkan ke bumi; maka terbakarlah sepertiga dari bumi dan sepertiga dari pohon-pohon dan hanguslah seluruh rumput-rumputan hijau.

Perhatikan oleh karena api dan darah dilemparkan ke bumi maka; terbakarlah sepertiga dari bumi, terbakarlah sepertiga dari pohon-pohon, kemudian hanguslah seluruh rumput-rumputan hijau.
Kita nonton televisi, di benua Amerika, seringkali terjadi kebakaran hutan, menghanguskan segala pohon-pohonan. Mereka yang tinggal dekat kejadian itu sangat ketakutan. Itu baru di salah satu bagian negara.
Tetapi di sini kita melihat oleh karena api bercampur darah itu terbakarlah sepertiganya bumi dan sepertiga dari pohon-pohon, hanguslah seluruh rumput-rumputan hijau.
Jadi pemandangan yang akan terjadi, itu sungguh sangat mengerikan dan sangat mencekam, namun Tuhan membela Sion. Kita berada di tempat yang aman, ada damai.
Sebetulnya ini yang kita cari, untuk apa seseorang memperoleh seisi dunia ini kalau dia harus kehilangan nyawanya, keselamatan yang kekal yang kita cari.
Jangan sampai akhirnya kita menyesal karena untuk selama-lamanya dibakar di dalam lautan api dan belerang.
Kalau penyesalan bisa mengubah situasi, yah tidak apa-apa. Tapi penyesalan tidak akan pernah mengubah situasi.

Yosua 10:12-13
(10:12) Lalu Yosua berbicara kepada TUHAN pada hari TUHAN menyerahkan orang Amori itu kepada orang Israel; ia berkata di hadapan orang Israel: "Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di atas lembah Ayalon!"
(10:13) Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya. Bukankah hal itu telah tertulis dalam Kitab Orang Jujur? Matahari tidak bergerak di tengah langit dan lambat-lambat terbenam kira-kira sehari penuh.

Jadi setelah penghukuman dari tujuh sangkakala ini terjadi, maka di sisi lain akan terlihat matahari, bulan bersinar.

Apa maksudnya itu semua? Lihat...
Wahyu 12:1
(12:1) Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.

Seorang perempuan berselubungkan matahari, bulan di bawah kaki, sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. Itulah mempelai wanita Tuhan, gunung Sion, Yerusalem yang baru, yang turun dari Sorga, yang berhias bagaikan pengantin perempuan, yang berdandan untuk suaminya. Itu bagian kita.
Jadi setelah penghukuman dari sangkakala yang pertama ini berhenti, terlihatlah matahari, bulan, dan bintang. Penampilan dari mempelai wanita Tuhan nyata. Inilah yang kita tunggu-tunggu. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment