KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, May 22, 2018

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 27 APRIL 2018



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 27 APRIL 2018

KITAB RUT

(Seri: 11)

Subtema: MELAYANI TANPA HARAPAN”.

Shalom saudaraku.
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita semua, oleh karena kemurahan hati Tuhan kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
Kita patut bersyukur sebab Tuhan masih memberikan kesempatan bagi kita untuk mendapatkan pertolongan dan pemulihan dari Tuhan.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, hamba-hamba Tuhan, di dalam dan di luar negeri dimanapun anda berada, kiranya Tuhan memberkati kita sekaliannya.

Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari Rut 1:7-12.
Rut 1:7-12
(1:7) Maka berangkatlah ia dari tempat tinggalnya itu, bersama-sama dengan kedua menantunya. Ketika mereka sedang di jalan untuk pulang ke tanah Yehuda,
(1:8) berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: "Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku;
(1:9) kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya." Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras
(1:10) dan berkata kepadanya: "Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu."
(1:11) Tetapi Naomi berkata: "Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan suamimu nanti?
(1:12) Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki,

Ketika mereka (Naomi, Orpa, dan Rut) sedang di jalan untuk pulang ke tanah Yehuda, tiga kali Naomi berkata: “Pulanglah” kepada kedua menantunya Orpa dan Rut.
Perkataan “Pulanglah” menunjukkan bahwa Naomi adalah gambaran dari seorang gembala yang adil, tidak membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lain, tidak membeda-bedakan antara Orpa dan Rut.
Sebab sesuai dengan apa yang tertulis dalam suratan Yakobus 2:1; “janganlah iman itu diamalkan (dijalankan) dengan memandang muka.”

Sekarang pertanyaannya; Mengapa Naomi tiga kali mengatakan “Pulanglah ?
Untuk YANG PERTAMA kali Naomi mengatakan “PULANGLAH masing-masing ke rumah ibunya”.
Setelah ia mengatakan itu lalu diciumnyalah mereka (Orpa dan Rut).

Tetapi ...
Rut 1:9-10
(1:9) kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya." Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras
(1:10) dan berkata kepadanya: "Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu."

Orpa dan Rut menolak untuk pulang ke rumah ibunya masing-masing, mereka lebih memilih untuk ikut dengan Naomi, untuk tinggal di tengah-tengah bangsa Israel. Sebetulnya ini adalah keputusan yang baik dari pada Orpa dan Rut.
Tetapi Orpa dan Rut menangis dengan suara keras dan berkata kepada Naomi: "Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu."

Keluaran 19:5-6
(19:5) Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.
(19:6) Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel."

Bangsa Israel dipilih menjadi harta kesayangan bagi Allah dari antara segala bangsa, berarti menjadi kerajaan imam dan bangsa yang kudus.

Lebih rinci tentang bangsa Israel…
1 Petrus 2:9
(2:9) Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:

Bangsa Israel adalah bangsa yang terpilih, berarti imamat rajani, bangsa yang kudus, berarti umat kepunyaan Alaah sendiri.
Tujuannya: supaya memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia.
Artinya; menyampaikan atau memberitakan Kristus yang disalibkan, sebab karya Allah yang terbesar adalah salib Kristus.

Kisah Para Rasul 5:28-31
(5:28) katanya: "Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami."
(5:29) Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.
(5:30) Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh.
(5:31) Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.

Rasul Petrus dan Yohanes mengajarkan tentang pribadi Yesus yang disalibkan, Dia telah mati dan bangkit pada hari yang ketiga.
Sekalipun dilarang mereka tetap memberitakan salib Kristus, sebab, Petrus dan Yohanes: “lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.”

Kisah Para Rasul 4:2-3
(4:2) Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati.
(4:3) Mereka ditangkap dan diserahkan ke dalam tahanan sampai keesokan harinya, karena hari telah malam.

Petrus dan Yohanes memberitakan atau mengajarkan kebangkitan Yesus dari antara orang mati. Mereka membawa kabar ini di Yerusalem dan banyak orang yang bertobat kurang lebih lima ribu orang.

Di dalam 1 Korintus 15 berbicara tentang tiga jenis kebangkitan, yaitu:
1.   KEBANGKITAN KRISTUS (1 Korintus 15:1-11).
Kegunaan kebangkitan Kristus; supaya hidup di dalam kemurahan Tuhan.
2.   KEBANGKITAN KITA (1 Korintus 15:12-34).
Kegunaannya; supaya pengorbanan kita di hadapan Tuhan tidak menjadi sia-sia termasuk ibadah dan pelayanan ini tidak menjadi sia-sia. Jadi segala pengorbanan yang kita korbankan di hadapan Tuhan di tengah-tengah ibadah pelayanan tidak menjadi sia-sia.
3.   KEBANGKITAN TUBUH (1 Korintus 15:38-58).
Manusia daging (nafsani) menjadi manusia rohani = kebangkitan tubuh.
Manusia daging memikirkan hal-hal yang dari daging, ia tidak memikirkan hal-hal yang dari roh, tidak memikirkan perkara di atas perkara rohani itulah ibadah dan pelayanan dengan segala kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya.
Sebaliknya, manusia rohani; memikirkan hal-hal yang dari roh, memikirkan ibadah dan pelayanan dengan segala kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya.

Kita lihat dulu ...
1 Korintus 15:51-53
(15:51) Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah,
(15:52) dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah.
(15:53) Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati.

Ketika manusia daging berubah menjadi manusia rohani berarti mengenakan yang tidak binasa = hidup kekal.

1 Korintus 15:54-56
(15:54) Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan.
(15:55) Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"
(15:56) Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.

Ketika manusia daging berubah menjadi manusia rohani, maka genaplah firman Tuhan yang tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan”, sehingga dengan berani kita berkata “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat."

-     Sengat maut ialah dosa.
Kalau satu kali berbuat dosa (disengat) belum tentu mati, tapi kalau seluruh hidup ini disengat pasti mati, sebab upah dosa adalah maut.
-     Kuasa dosa ialah hukum Taurat
Artinya; setiap orang yang berbuat dosa ia berada di bawah hukum Taurat.
Hukum Taurat itu berarti mata ganti mata, gigi ganti gigi, artinya; kejahatan dibalas dengan kejahatan. Kemudian ibadah yang dijalankan secara Taurat (ibadah lahiriah), tidak mengandung janji dan kuasa, artinya: beribadah tetapi tidak mengalami keubahan.

Petrus dan Yohanes mengajarkan salib Kristus, mengajarkan kebangkitan Yesus dari antara orang mati = melepaskan kita dari maut.
Berarti ketika salib diajarkan, kita lepas dari maut.

Puji Tuhan, Rasul Yohanes dan Petrus tetap bertahan mengajarkan, kebangkitan Yesus dari antara orang mati.

1 Korintus 15:57-58
(15:57) Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
(15:58) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.

Rasul Paulus bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kemenangan oleh salib Kristus, selanjutnya dia berpesan supaya kita tetap berdiri teguh, jangan goyah, giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan.
Alasannya ialah: dalam persekutuan dengan Tuhan setiap jerih payah setiap orang tidak menjadi sia-sia.

Titus 2:14-15
(2:14) yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.
(2:15) Beritakanlah semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu. Janganlah ada orang yang menganggap engkau rendah.

Dipilih untuk menjadi milik kepunyaan Allah, tujuannya; rajin berbuat baik. Artinya; tidak berhenti untuk memberitakan salib Kristus yang berkuasa untuk membebaskan kita dari dosa kejahatan.

Titus 2:11-12
(2:11) Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata.
(2:12) Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini

Menerima pengajaran salib yang menyelamatkan semua manusia, berarti Tuhan mendidik kita:
-     Supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi”.
-      Supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini”.

Jadi ibadah tanpa salib tidak ada artinya dan salib diajarkan supaya kita tetap hidup beribadah selama kita menumpang di dunia ini.
Kita bersyukur kita diselamatkan oleh karena kasih karunia berarti yang tidak layak menjadi layak, darah salib Kristuslah yang menyelamatkan semua orang berdosa.
Kesimpulannya, ketika kita menerima PENGAJARAN SALIB = Tuhan mendidik kita:
-     Supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi”, itulah dosa kesombongan, keangkuhan, merasa diri lebih benar lebih baik dari orang lain.
-     Supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini”.
Bijaksana berarti dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat. Adil berarti tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain. Kemudian, beribadah berarti sangkal diri pikul salib.

Ketika Orpa dan Rut memilih untuk ikut dengan Naomi dan selanjutnya berada di tengah-tengah bangsa Israel itu adalah keputusan yang tepat dan benar.
Bangsa Israel adalah bangsa pilihan, imamat rajani, bangsa yang kudus, milik kepunyaan Allah, berarti dipilih untuk menjadi umat kepunyaan Allah. Siapa itu? Orang-orang yang memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Allah. Karya Allah yang terbesar adalah salib Kristus.
Ketika pengajaran salib kita terima = Tuhan mendidik kita, supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi, kemudian supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dunia ini.

Keputusan Orpa dan Rut memilih untuk ikut pulang bersama Naomi di antara bangsa Israel adalah keputusan yang tepat dan benar, sebab bangsa Israel adalah bangsa pilihan.
Di luar Tuhan, kita tidak dapat berbuat apa-apa, artinya: tanpa salib kita tidak dapat berbuat apa-apa atau tidak memiliki kesaksian yang benar.
Biarlah kita memilih bagian yang benar, seperti Orpa dan Rut rindu untuk berada di tengah-tengah bangsa Israel, rindu untuk menyampaikan pengajaran salib. Menyampaikan salib bukan hanya dari mulut atau berdiri di atas mimbar tetapi dari sikap, perbuatan, dari tingkah laku (dari kesaksian hidup).

Setelah tadi Naomi berkata: “Pulanglah”  lalu diciumnya mereka, maksud dari ciuman itu adalah tanda perpisahan, tetapi justru mereka menangis dengan keras lalu berkata; Kami ikut pulang kepada bangsamu  (bangsa Israel)”, ini pilihan yang benar.
Kalau kita salah memilih, satu langkah dari sekarang terlihat sedikit, tetapi semakin jauh langkah itu, akan semakin jauh dari Tuhan. Jadi yang menentukan itu adalah langkah yang pertama.

Wahyu 5:10
(5:10) Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi."

Tuhan membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah itu adalah suatu kedudukan yang sangat tinggi dan istimewa. Tujuan dari kedudukan yang tinggi ini adalah supaya memerintah sebagai raja di bumi.

Kesimpulannya; memberitakan pengajaran salib selama kita menumpang di bumi = memerintah sebagai raja di bumi.
Memerintah sebagai raja, artinya: melayani dengan penuh kuasa. Seseorang tidak berkuasa kalau ia melayani tanpa salib. Jadi kuasa itu bersumber dari salib. Dasar dari Kerajaan Sorga adalah keadilan dan kebenaran, yang sumbernya adalah salib.
Memerintah sebagai raja, artinya; melayani dengan penuh kuasa, berarti; dosa tidak berkuasa lagi.

Wahyu 1:6
(1:6) dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, -- bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin.

Memerintah sebagai raja, berarti; bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya, Amin.
Sekarang tentukan pilihanmu, jangan salah melangkah kalau bertahan terus dengan langkah yang salah, semakin lama akan semakin jauh dari Tuhan. Apa buktinya? Kejahatan, kenajisan akan menunggangi, kemudian berpikir secara duniawi, serta dikuasai dengan kefasikan, kesombongan, dan merasa diri hebat (tidak adil).
Kita belajar dari pribadi Orpa dan Rut; memilih untuk tetap ikut Naomi dan berada di antara bangsa Israel.

Untuk YANG KEDUA kali Naomi berkata PULANGLAH.
Rut 1:11
(1:11) Tetapi Naomi berkata: "Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan suamimu nanti?

Naomi berkata “Pulanglah” kepada Orpa dan Rut untuk yang kedua kalinya, dilanjutkan atau disertai dengan suatu pertanyaan, yaitu: “... mengapakah kamu turut dengan aku?” Sebetulnya ini adalah pertanyaan yang bodoh dan salah.

Orpa dan Rut adalah bangsa kafir (berada dalam kegelapan) tetapi akhirnya mengambil suatu keputusan untuk ikut Tuhan, itu adalah pilihan yang tepat.
Seharusnya seorang hamba Tuhan yang benar dia harus semakin mendukung pilihan itu supaya lebih sungguh-sungguh hidup di dalam Tuhan.

Kenapa ada pertanyaan yang salah dari mulut Naomi?
Jawabnya adalah (Rut 1: 11) karena Naomi menggunakan akal dan pikirannya secara manusiawi, itu dilhat dari perkataannya: “Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan suamimu nanti?”
Dari perkataan ini kita mengetahui bahwa Naomi menggunakan akal dan pikirannya secara manusiawi.
Memang secara manusiawi Naomi tidak akan mungkin lagi melahirkan seorang anak laki-laki, karena dia seorang janda, dan dia sudah tua, tetapi bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.

Tuhan sendiri mengajarkan kepada murid-murid supaya dengan keyakinan yang teguh berkata kepada gunung: “Beranjaklah ke dalam laut” maka gunung itu akan beranjak.
Yesus adalah firman Allah yang hidup dan menjadi manusia. Kalau firman itu mendarah daging maka yang tidak ada menjadi ada, sebab bagi Tuhan tidak ada yang mustahil, itu sudah saya dan kita semua telah alami.

Saya bisa berdiri di sini karena firman Allah, Dialah yang menopang segala sesuatu, Dia menopang pekerjaan Allah, Dia menjadikan segala sesuatu yang tidak ada menjadi ada, Dia yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya, yang tidak mungkin bagi manusia tetapi bagi Allah segalanya mungkin karena firman Allah berkuasa dan firman Allah memiliki daya cipta.
Maka ikut Tuhan tidak boleh pakai logika seperti logika Naomi; merasa kalau dia sudah tua, merasa kalau dia sudah tidak punya suami, itu pemikiran yang keliru.

Dulu waktu saya masuk sekolah Alkitab, saya masih menggunakan logika karena dunia ini telah lama membentuk karakter saya. Apa bukti saya dibentuk oleh dunia? Saya mempertahankan harga diri, saya mempertahankan egosentris, saya merasa bahwa yang kuat itu yang hebat, yang pintar itu yang hebat. Setelah perkara itu tertanam, membentuk saya, barulah saya masuk sekolah Alkitab. Kemudian pada saat saya masuk sekolah Alkitab, banyak hal-hal yang tidak masuk akal secara manusiawi, sebab harga diri saya dirampas, kepentingan pribadi saya dirampas, dan saya merasa orang-orang di dalam Tuhan kok tidak mengerti kebenaran? Karena saya teringat sewaktu di dunia, pengertian-pengertian itu sangat kuat, antara penjahat dengan penjahat, pengertiannya kuat, dia tidak mau saling membeberkan dosa, tetapi di dalam Tuhan kok harga diri saya dirampas? Kok dosa saya dituding-tuding? Saya hampir pulang, saya sudah siapkan diri untuk pulang. Tetapi pada saat ibadah malam hari, saya dengar firman, saya menangis dan berkata: “Tuhan ampuni saya, ampuni saya, Tuhan.”
Andaikata saya pakai logika, kita tidak akan tatap muka. Saudara tidak akan pernah mengenal pengajaran mempelai.

Lukas 1:34-37
(1:34) Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
(1:35) Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
(1:36) Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
(1:37) Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."

Firman Allah sanggup mengadakan yang tidak ada menjadi ada, tidak usah pakai logika.
Mungkin hari ini kita seperti terpuruk, tidak mungkin lagi akan bangkit. Mungkin hari ini kita merasa terbelit dengan dosa yang begitu kuat, ingin meninggalkan tetapi susah, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
Mungkin ada yang merasa: “saya ini najis sekali Tuhan”, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. “Ingin melepaskan diri dari dosa dusta kok tidak bisa?”, bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.

Maria belum bersuami. Elisabet sanaknya , sudah tua. Tetapi justru kedua perempuan ini melahirkan anak laki-laki, karena bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.
Jangan gunakan logika lagi supaya jangan mempersalahkan orang yang ikut Tuhan (sangkal diri pikul salib), mempersalahkan ibadah dan pelayanan.
Terimalah firman ini dengan lemah lembut sebelum engkau melangkah jauh.

Rut 4:14-17
(4:14) Sebab itu perempuan-perempuan berkata kepada Naomi: "Terpujilah TUHAN, yang telah rela menolong engkau pada hari ini dengan seorang penebus. Termasyhurlah kiranya nama anak itu di Israel.
(4:15) Dan dialah yang akan menyegarkan jiwamu dan memelihara engkau pada waktu rambutmu telah putih; sebab menantumu yang mengasihi engkau telah melahirkannya, perempuan yang lebih berharga bagimu dari tujuh anak laki-laki."
(4:16) Dan Naomi mengambil anak itu serta meletakkannya pada pangkuannya dan dialah yang mengasuhnya.
(4:17) Dan tetangga-tetangga perempuan memberi nama kepada anak itu, katanya: "Pada Naomi telah lahir seorang anak laki-laki"; lalu mereka menyebutkan namanya Obed. Dialah ayah Isai, ayah Daud.

Tuhan akan berikan keturunan sekalipun Naomi sudah tua, sekalipun Naomi tidak bersuami. Itu sebabnya saat Rut melahirkan anak laki-laki, perempuan-perempuan berkata kepada Naomi: "Terpujilah TUHAN, yang telah rela menolong engkau pada hari ini dengan seorang penebus. Termasyhurlah kiranya nama anak itu di Israel.” Kemudian “Dan dialah yang akan menyegarkan jiwamu dan memelihara engkau pada waktu rambutmu telah putih; sebab menantumu yang mengasihi engkau telah melahirkannya, perempuan yang lebih berharga bagimu dari tujuh anak laki-laki." Dan Naomi mengambil anak itu serta meletakkannya pada pangkuannya dan dialah yang mengasuhnya.
Kemudian untuk yang kedua kalinya tetangga-tetangga perempuan memberi nama kepada anak itu, katanya: "Pada Naomi telah lahir seorang anak laki-laki"; lalu mereka menyebutkan namanya Obed. Dialah ayah Isai, ayah Daud.

Tidak ada yang mustahil. Cari dahulu Kerajaan Sorga, semuanya ditambahkan. Kalau seseorang focus mencari  kerjaan, nanti jauh dari kebenaran, sebab uang, pekerjaan tidak pernah membuat kita dekat dengan Tuhan, tetapi ketika kita mencari Kerajaan Sorga, di dalamnya ada kebenaran dan semuanya akan ditambahkan, umur panjang akan ditambahkan, kesehatan ditambahkan, kesembuhan atas sakit ditambahkan, pemeliharaan Tuhan akan ditambahkan, segala sesuatu akan ditambahkan, dicukupkan.
Sabar menunggu waktunya Tuhan, seperti Naomi; pasal satu dia keliru, tetapi pasal dua, pasal tiga, dia menunggu sampai pada pasal keempat. Tunggu waktu Tuhan, jangan pakai logika dengan menggunakan waktumu.

Waktunya manusia bukan waktunya Tuhan, tetapi waktunya Tuhan harus menjadi waktunya manusia.
Bukan berarti Tuhan tidak mau memberikan dengan limpah segala sesuatu, termasuk pekerjaan, termasuk jodoh kepada yang muda-muda, tetapi Tuhan jauh lebih tahu tentang keadaan kita pribadi lepas pribadi. Kadang ketika diberkati, justru berkat itu membuat dirinya hancur. Tetapi kalau orang itu sudah siap, Tuhan akan curahkan dengan limpah dan menyatakan segala sesuatu.

Kemudian, untuk YANG KETIGA kali, Naomi berkata: “PULANGLAH”.
Rut 1: 12
(1:12) Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki,

Naomi berkata kepada Orpa dan Rut: “Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki.
Alasan Naomi mengatakan itu, karena dia telah terlalu tua, pendeknya; tidak ada harapan lagi.

Roma 4:16-17
(4:16) Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, --
(4:17) seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" -- di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada.

Firman Allah berkuasa untuk mengadakan yang tidak ada menjadi ada. Darah salib Kristus sanggup dan berkuasa untuk mengadakan yang tidak ada menjadi ada.
Jadi, kebenaran iman yang kita peroleh itu berasal dari darah salib itu adalah kasih karunia. Dengan kebenaran iman yang berasal dari salib ini kita yakin bahwa firman Allah sanggup dan berkuasa mengadakan yang tidak ada menjadi ada, yang mati dihidupkan kembali.

Naomi tadi berkata untuk yang ketiga kali: “Pulanglah”, mengapa? Karena bagi dia tidak ada lagi harapan, karena dia sudah terlalu tua. Di sini kita bisa melihat dalam ayat 18 ....
Roma 4:18-19
(4:18) Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."
(4:19) Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup.

Sekalipun tidak ada dasar untuk berharap namun Abraham BERHARAP juga dan PERCAYA, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa menurut apa yang telah dijanjikan oleh Allah. Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui;
1.   Tubuhnya sudah sangat lemah karena umurnya sudah tua seratus tahun.
2.   Rahim Sara sudah tertutup, sudah mandul.
Tetapi dia tetap berharap dan percaya.

Roma 4:20
(4:20) Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,

Terhadap janji Allah, Abraham tidak menjadi bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya, dan ia terus memuliakan Allah, dia terus berharap dan percaya kepada Allah.
Menurut logika tidak ada lagi harapan karena; (1) Abraham sudah tua, seratus tahun = mati pucuk, lemah sawat, (2) rahim Sara sudah tertutup = mandul.
Secara logika, kita tidak bisa berharap, tetapi Abraham tetap percaya dan berharap, dia tidak bimbang oleh karena ketidakpercayaan. Justru oleh karena imannya, ia tetap memuliakan Tuhan.

Iman itu datang dari salib, bukan dari uang. Jadi kalau seseorang beribadah karena karirnya bagus, pekerjaannya bagus, melayani karena dia punya uang, itu bukan iman. Tetapi sekalipun tanpa ada dasar yang lahiriah untuk mendukung ibadah pelayanan namun tetap percaya dan berharap, itulah kebenaran karena iman, datangnya dari salib, bukan datang dari uang.
Kalau seseorang percaya diri karena didukung oleh perkara lahiriah, ini tipe-tipe orang yang sombong. Tetapi sebaliknya, sekali waktu hal yang lahiriah itu tidak mendukung dia, ia menjadi minder. Orang yang minder, sekali waktu kalau dia punya, pasti sombong, demikian sebaliknya.

Abraham tidak menjadi bimbang karena ketidakpercayaan, justru diperkuat oleh imannya, sekalipun dia sudah tua. Berbanding terbalik dengan Naomi, hidup tanpa harapan karena dia sudah tua. Tidak demikian dengan Abraham, sekalipun dia sudah tua, bahkan sekalipun isterinya, Sara mandul, dia terlalu yakin dengan janji Allah.
Malam ini Tuhan menjanjikan banyak perkara bagi kita. Masa sekarang; diberkati, dipelihara, diberi kesehatan, dan lainnya, dicukupkan soal makan, minum, dan pakaian. Masa yang akan datang; bahagia bersama dengan Dia di dalam kerajaan yang kekal. Itu janji Tuhan. Tidak perlu ragu dengan janji Tuhan.
Kalau janji itu datang dari hukum Taurat (kalau janji itu datang dari perkara-perkara lahiriah), tidak ada artinya darah salib, tidak ada artinya iman.
Tetapi Abraham diperkuat oleh iman, sehingga dia tidak bimbang oleh karena ketidakpercayaan, dia tidak menggunakan logika.
Kita pantas dan layak untuk berharap dan percaya kepada Tuhan.

Roma 4: 22-24
(4:22) Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.
(4:23) Kata-kata ini, yaitu "hal ini diperhitungkan kepadanya," tidak ditulis untuk Abraham saja,
(4:24) tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kepada kita pun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati,

Karena itu, hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran, tetapi bukan hanya kepada Abraham, bukan hanya kepada bangsa Israel tetapi juga kepada bangsa kafir, saya dan saudara. Kebenaran itu akan diperhitungkan asal kita tetap berharap dan percaya kepada Tuhan, tidak bimbang oleh karena ketidakpercayaan.

Sekarang pertanyaannya: Mengapa Naomi berkata: “Pulanglah” sebanyak tiga kali kepada Orpa dan Rut?
Jawabnya adalah ...
Rut 1: 13
(1:13) masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?"

Pengalaman pahit yang dialami Naomi, dia gunakan sebagai tolak ukur.
Sering kali orang Kristen undur dari Tuhan karena mengalami hal yang pahit di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.

Kalau kita merasa bahwa salib membuat hidup kita menjadi pahit, maka itu yang membuat kita akhirnya mundur dari ibadah, mundur dari pelayanan, tinggalkan Tuhan jauh-jauh, persis seperti apa yang dikatakan oleh Naomi: “Pulanglah”.
Seharusnya orang yang ikut Tuhan semakin dimotivasi, semakin didukung seperti Yesus mendukung bangsa Israel di padang gurun, mereka didukung di atas sayap burung rajawali.

Jangan memandang salib dengan tolak ukur pikiran manusiawi, nanti segalanya jadi pahit.
Kepahitan itu kalau dibiarkan akan berakar, itulah yang disebut dengan akar pahit.
Dari sudut mana kita memandang salib? Kalau dari sudut pandang rohani, salib berkuasa membebaskan kita dari derita dan dari kepahitan, tetapi kalau kita memandang salib dari sudut pandang logika, salib menjadi batu sandungan dan kalau ini dibiarkan, tidak segera diselesaikan di hadapan Tuhan malam ini, maka itu akan berakar, dan kalau itu sudah berakar, ia akan menjalar kepada urat-urat yang lain di seluruh anggota tubuh ini.

Kalau penyakit atau dosa, akarnya tidak dicabut, itu akan terus merambat, merambat, merambat.
Orpa dan Rut sudah mengambil, memilih bagian yang terbaik, justru Naomi menolak karena tolak ukurnya adalah kepahitannya. Seoalah-olah ketika Elimelekh, Mahlon dan Kilyon mati, seolah-olah itu karena kesalahan Tuhan, sehingga dengan berani mempersalahkan Tuhan.
Banyak orang Kristen tidak tahu diri, ketika menderita dia berani mempersalahkan Tuhan, padahal Elimelekh sendiri yang tinggalkan Betlehem, dia tidak mau pikul salib. Pendeknya: Kepahitan yang dimaksud adalah karena dia ditinggal mati oleh Elimelekh dan kedua anaknya, Mahlon dan Kilyon.

Malam ini, jangan lagi gunakan kepahitan sebagai tolak ukur untuk mengikuti Tuhan. Sungguh-sungguh ikut Tuhan. Serahkan dirimu untuk Tuhan. Kalau engkau sudah mengambil keputusan yang tepat memilih Tuhan, ayo terus ikut Tuhan. Engkau sudah berada di track, jalur yang tepat dan benar.

Yesus berkata: “Di mana Aku berada, di situ pelayan-Ku berada. Saat ini Yesus berada di sorga, Dia sedang membangun suatu rumah, Dia sedang menyediakan tempat bagi kita, Dia sedang bekerja, Dia tidak tertidur, Dia tidak terlelap.
Tetapi Tomas bertanya: “Di mana Tuhan?” Mengapa Tomas bertanya seperti itu? Karena iman Tomas; melihat dulu baru percaya. Kalau iman timbul dari darah salib; dia tidak akan bimbang, tidak akan ragu oleh karena ketidakpercayaan, itulah iman Abraham. Iman Abraham dengan iman Tomas berbeda.   

Jangan lagi menggunakan logika sebagai tolak ukur di dalam mengikuti Tuhan, nanti yang timbul adalah  kepahitan. Tetapi biarlah kita memandang salib karena salib berkuasa.
Jangan lagi memandang salib dari sudut pandang logika manusiawi, karena harga diri yang sudah terbentuk dalam diri ini dirampas, supaya nanti Yesus menjadi Raja dan bertakhta, itu yang Tuhan mau.
Gunakan akal pikiran yang sehat, berlaku bijak mengambil keputusan. Harta, uang, kekayaan bisa dicari, tetapi yang terpenting adalah cari dahulu Kerajaan Sorga, semuanya akan ditambahkan. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment