KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, August 17, 2021

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 20 JULI 2021


 
IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 20 JULI 2021
 
KITAB KOLOSE
(Seri:152)
 
Subtema: DILIPUTI SUASANA KEBANGKITAN
 
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sudah memungkinkan kita untuk berada di tengah-tengah Ibadah Doa Penyembahan, dan kiranya damai sejahtera Krisus memerintah di hati kita masing-masing, termasuk di dalam hal menikmati sabda Allah.
Saya tidak lupa menyapa sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, bahkan umat TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN live streaming video internet Youtube, Facebook baik di tanah air, di berbagai daerah maupun di luar negeri, manca negar; tiap-tiap negara, dimanapun anda berada.
Selanjutnya, mari kita berdoa; kita mohonkan kemurahan TUHAN supaya firman keluar, dengan lain kata terjadi pembukaan firman yang akan meneguhkan setiap kehidupan kita dan itu adalah tanda bahwa TUHAN mengasihi kita masing-masing.
 
Kita sambut Kitab Kolose sebagai firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
 
Seorang suami harus tahu mengasihi isterinya dengan benar.
Kemudian, sikap yang dituntut oleh TUHAN dari seorang suami di dalam mengasihi isterinya adalah jangan berlaku kasar terhadap isterinya.
 
Lebih rinci di dalam 1 Petrus 3:7, dengan perikop: “Hidup bersama suami isteri.”
1 Petrus 3:7
(3:7) Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
 
Di sini juga dikatakan: “Seorang suami harus berlaku bijaksana terhadap isterinya.”
Yesus Kristus adalah Kepala Gereja dan Mempelai Laki-Laki Sorgawi, Dialah suami dalam kebenaran dan dalam keadilan = Suami yantg bijaksana.
 
Lebih jauh kita melihat seorang yang bijaksana, di dalam Daniel 12.
Daniel 12:3
(12:3) Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
 
Sebagai orang bijaksana digambarkan sama seperti bintang-bintang yang bercahaya di cakrawala. Adapun tugas dari orang yang bijaksana: Menuntun banyak orang kepada kebenaran.
Demikian juga sidang jemaat harus dengan rela memberikan dirinya untuk dituntun oleh orang yang bijaksana sampai kepada kebenaran.
 
Yesus Kristus, Dia adalah Anak Domba Allah yang disembelih, Dia adalah kebenaran, Dia sekarang duduk di sebelah kanan Allah yang Maha Besar. Maka, kita juga harus mencari Kerajaan Sorga dan kebenaran yang ada di dalamnya, maka semuanya nanti akan ditambahkan. Dan selanjutnya, kiranya akal budi dan kebijaksanaan senantiasa TUHAN kirim berada di tengah-tengah ibadah ini untuk menuntun kehidupan kita sampai kepada kebenaran itu.
 
Sebagaimana dengan Rasul Paulus terhadap sidang jemaat di Korintus, 1 Korintus 10:14-15.
1 Korintus 10:14-15
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! (10:15) Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan!
 
Sebagai seorang hamba TUHAN yang bijaksana Rasul Paulus menghimbau dengan tegas supaya sidang jemaat di Korintus betul-betul menjauhkan diri mereka dari segala jenis penyembahan berhala. Dalam hal ini Rasul Paulus berjuang keras untuk menuntun sidang jemaat di Korintus kepada kebenaran itu.
 
Pendeknya:
-          Ayat 14 bagian b, dikatakan: jauhilah penyembahan berhala!
-          Kemudian ayat 15 bagian b, dikatakan; Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan!
Ayat-ayat ini kita akan hubungkan dengan ayat 19 dan ayat 20.
 
1 Korintus 10:19-20
(10:19) Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (10:20) Bukan! Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat.
 
Maksud dari perkaraan Rasul Paulus pada ayat 14b dan ayat 15b adalah agar jemaat di Korintus jangan bersekutu dengan roh-roh jahat.
Seperti bangsa Israel dalam perjalanan mereka selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun. Sekalipun bangsa itu menjadi barisan jemaat yang dipimpin oleh Musa atau menjadi rombongan yang nampaknya beribadah kepada TUHAN, namun sesungguhnya persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Hal ini sangat disayangkan tentunya.
 
Jangan kita juga keliru di dalam hal mempersembahkan persembahan; keinginan di hati untuk membawa persembahan kepada TUHAN, tetapi pada akhirnya persembahan itu bisa saja nanti arahnya kepada berhala-berhala. Jangan hal itu terjadi.
 
1 Korintus 10:21
(10:21) Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.
 
-          Kita tidak boleh bersekutu dengan TUHAN lewat ibadah dan pelayanan yang dihubungkan dengan darah Salib, tetapi bersekutu dengan roh-roh jahat.
-          Kemudian, kita juga tidak dapat bersekutu dengan satu perjamuan dengan TUHAN dengan menikmati roti-roti yang dipecah-pecahkan, tetapi bersekutu dengan roh-roh jahat.
Oleh sebab itu, di dalam hal mengikuti TUHAN kita tidak boleh serampangan, maksudnya; satu sisi nampaknya beribadah kepada TUHAN namun dalam kesempatan yang lain bersekutu juga dengan roh-roh jahat.
 
Kita akan melihat persekutuan bangsa Israel dengan roh-roh jahat selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun.
1 Korintus 10:6-7
(10:6) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, (10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria." (10:8) Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. (10:10) Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
 
Persekutuan bangsa Israel terhadap roh-roh jahat selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun, antara lain;
-          Bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat…” (ayat 6)
-          Bangsa Israel menyembah berhala…” (ayat 7)
-          Bangsa Israel “melakukan percabulan…” (ayat 8)
-          Bangsa Israel mencobai TUHAN…” (ayat 9)
-          Bangsa Israel bersungut-sungut…” (ayat 10)
 
Kita masih mengikuti penjelasan dari hal yang kedua, tentang: BANGSA ISRAEL MENYEMBAH BERHALA.
Ketika bangsa Israel menyembah berhala peristiwa tersebut ditulis dengan lengkap di dalam kitab Musa yang kedua, yakni Keluaran 32:1-35.
Keluaran 32:1-35 dalam pembagiannya, antara lain;
-          Ayat 1-6 tentang lembu emas.
-          Ayat 7-14 tentang murka Allah.
-          Ayat15-20 tentang 2 (dua) loh batu yang dipecahkan.
-          Ayat 21-29 tentang Musa marah kepada Harun dan bangsa Israel.
-          Ayat 30-35 tentang Musa berdoa untuk bangsa Israel.
 
Kita masih mengikuti penjelasan tentang: MUSA MARAH KEPADA HARUN DAN BANGSA ISRAEL.
Kisah itu ditulis pada Keluaran 32:21-29. Kita tidak akan membaca secara keseluruhan, langsung saja kita membaca Keluaran 32:25-26.
 
Keluaran 32:25-26
(32:25) Ketika Musa melihat, bahwa bangsa itu seperti kuda terlepas dari kandang -- sebab Harun telah melepaskannya, sampai menjadi buah cemooh bagi lawan mereka -- (32:26) maka berdirilah Musa di pintu gerbang perkemahan itu serta berkata: "Siapa yang memihak kepada TUHAN datanglah kepadaku!" Lalu berkumpullah kepadanya seluruh bani Lewi.
 
Singkat kata, Harun telah melepaskan atau menyerahkan bangsa Israel kepada berhala lembu emas, sehingga bangsa Israel menjadi buah cemooh bagi bangsa Israel yakni lawan-lawan mereka. Inilah kesalahan Harun dan bangsa Israel.
Oleh sebab itu, Musa berkata: "Siapa yang memihak kepada TUHAN datanglah kepadaku!" Lalu berkumpullah kepada Musa seluruh bani Lewi. Pendeknya, hanya bani Lewi sajalah yang berpihak kepada TUHAN, sedangkan 11 (sebelas) suku lainnya bertahan dengan pendiriannya masing-masing = tidak mau berpihak kepada TUHAN = tidak mau berpihak kepada ibadah dan pelayanan = tidak mau berpihak kepada kandang penggembalaan.
 
Itulah gambaran orang yang bertahan dengan pendiriannya; tidak mau berpihak kepada TUHAN, tidak mau berpihak kepada ibadah dan pelayanan itulah perkara rohani (perkara di atas), dan tidak mau berpihak kepada kandang penggembalaan = bertahan dengan pendiriannya sendiri, bertahan dengan prinsipnya, maunya sendiri.
Jangan kita sama seperti itu, jangan kita bertahan dengan pendirian masing-masing, tetapi secepatnya kita harus berpihak kepada TUHAN, secepatnya kita harus berpihak kepada ibadah dan pelayanan itulah perkara rohani (perkara di atas), secepatnya berpihak kepada kandang penggembalaan yang TUHAN percayakan ini.
 
Keluaran 32:27
(32:27) Berkatalah ia kepada mereka: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Baiklah kamu masing-masing mengikatkan pedangnya pada pinggangnya dan berjalanlah kian ke mari melalui perkemahan itu dari pintu gerbang ke pintu gerbang, dan biarlah masing-masing membunuh saudaranya dan temannya dan tetangganya."
 
Atas perintah Musa, bani Lewi masing-masing mengikatkan pedangnya pada pinggangnya = sandang pedang. Selanjutnya, masing-masing harus membunuh saudaranya dan temannya dan tetangganya, artinya: Tabiat daging dari orang-orang yang terdekat harus dibunuh dengan pedang Roh.
 
-          Saudaranya dan temannya dan tetangganya à Orang-orang yang terdekat.
-          Pedang Roh à Firman Allah yang diurapi.
Singkat kata, setiap orang yang berpihak kepada TUHAN, berarti harus berpihak kepada penggembalaan, berpihak kepada ibadah dan pelayanan ini, tidak kompromi dari tabiat daging dari orang-orang yang terdekat; teman, tetangga, dan saudara-saudara sedaging.
 
Yang terkait dengan hal itu sudah disampaikan pada;
-          Injil Matius 10:34-39, tentang Yesus membawa pemisahan sebagai syarat mengikuti TUHAN.
-          Kemudian, Injil Matius 19:27-29, tentang upah mengikut Yesus.
 
Keluaran 32:28
(32:28) Bani Lewi melakukan seperti yang dikatakan Musa dan pada hari itu tewaslah kira-kira tiga ribu orang dari bangsa itu.
 
Bani Lewi melakukan seperti yang dikatakan Musa; membunuh dengan pedang saudaranya dan temannya dan tetangganya.
 
Singkat kata; bani Lewi melakukan tepat seperti yang dikatakan oleh Musa yaitu; membunuh saudaranya dan temannya dan tetangganya, sehingga tewaslah kurang lebih tiga ribu orang dari bangsa itu. Tindakan bani Lewi ini menunjukkan bahwa mereka betul-betul tidak kompromi dengan tabiat dari orang-orang yang terdekat; melayani tanpa perasaan manusia daging.
Biarlah kita semua datang menghadap TUHAN, kemudian di tengah-tengahnya kita melayani tanpa perasaan daging.
 
Roma 8:5
(8:5) Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.
 
Mereka yang hidup menurut daging jelas mereka memikirkan hal-hal yang dari daging juga, yakni;
-          Perkara-perkara di bawah.
-          Perkara-perkara duniawi, itulah perkara lahiriah.
 
Sedangkan, mereka yang hidup menurut Roh tentu saja memikirkan hal-hal yang dari Roh itu sendiri, yakni;
-          Perkara-perkara rohani.
-          Perkara-perkara di atas, itulah ibadah dan pelayanan atau kegiatan Roh.
Roma 8:6-7
(8:6) Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. (8:7) Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.
 
Keinginan daging adalah maut, mengapa? Jawabnya, sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena mereka yang hidup menurut daging tidak takluk kepada hukum Allah.
 
Roma 8:8
(8:8) Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.
 
Selanjutnya, mereka yang hidup menurut daging tidak berkenan kepada Allah.
 
Kita bandingkan dengan mereka yang hidup menurut Roh.
Roma 8:6b, 11
(8:6) Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. (8:11) Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.
 
Keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.
Biarlah kiranya kita semua memberikan dirinya untuk dipimpin oleh Roh Allah, memberikan dirinya berada di dalam pengaruh yang besar dari Roh Allah yang besar.
 
Kemudian, kalau hidup di dalam Roh Allah berarti diliputi dalam suasana kebangkitan = hidup baru, berarti yang lama sudah berlalu.
 
DAMPAK POSITIF DILIPUTI SUASANA KEBANGKITAN.
1 Korintus 15:4-7
(15:4) bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; (15:5) bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. (15:6) Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. (15:7) Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul.
 
Ketika Yesus bangkit, Ia menampakkan diri kepada:
-          Kefas dan murid-murid.
-          Yakobus kemudian kepada rasul-rasul.
Pendeknya: Dari murid-murid menjadi rasul-rasul, berarti terjadi peningkatan rohani.
 
Mari kita berada dalam suasana kebangkitan, diliputi oleh suasana kebangkitan.
Jangan kita mengahadap TUHAN dalam suasana daging, dalam suasana kematian rohani. Tetapi biarlah kita menghadap TUHAN diliputi dengan suasana kebangkitan supaya terjadi peningkatan rohani; dari murid-murid menjadi rasul = peningkatan rohani.
 
Kita lihat peristiwa sebelum terjadi peningkatan rohani.
Lukas 22:24
(22:24) Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.
 
Terjadi pertengkaran diantara murid-murid, karena ternyata murid-murid berlomba-lomba menjadi yang terbesar, berarti murid-murid ingin diakui keberadaanya, ingin diakui pemakaian TUHAN dalam dirinya, ingin diakui segala sesuatu kelebihan-kelebihan yang terdapat dalam dirinya.  Mengharapkan pengakuan dari orang = ingin disanjung.
Ini adalah cara pelayanan yang salah kaprah dari murid-murid.
 
Lukas 22:25-26
(22:25) Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. (22:26) Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.
 
Melihat suasana itu secepatnya TUHAN memberikan suatu pengertian yang benar tentang siapa yang terbesar.
Menurut ukuran dunia:
-          Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka.
-          Orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.
Inilah pemimpin menurut ukuran atau takaran dunia.
 
Sekarang kita bandingkan dengan pemimpin menurut ukuran atau takaran Kerjaan Sorga.
-          Yang terbesar hendaklah menjadi sebagai yang paling muda. Muda di sini, berarti masih minim pengalaman.
Prakteknya: Selalu ingin diajar walaupun memiliki pengertian. Muda = junior, sama juga artinya haus dan ingin selalu diajar.
-          Pemimpin sebagai pelayan. Berarti, kalau ingin diakui sebagai pemimpin di dalam TUHAN, di dalam Kerajaan Sorga, maka dia harus mau menjadi pelayan; mengambil rupa sebagai seorang hamba, berarti tidak mengambil rupa sebagai seorang tuan, tidak merasa diri yang paling pandai.
Itulah pemimpin menurut ukuran Kerajaan Sorga,
 
Inilah peristiwa yang terjadi ketika murid-murid belum mengalami peningkatan rohani; sampai mau bertengkar hanya karena ingin diakui keberadaannya.
 
Jangan bersungut-sungut dan berhenti bekerja untuk melayani pekerjaan TUHAN hanya karena tidak diakui keberadaanmu, lalu engkau bersungut-sungut dan mempersalahkan yang salah = lepas tanggung jawab. Itu tidak benar.
Oleh sebab itu, kita tidak boleh datang menghadap TUHAN di tengah-tengah ibadah dan pelayanan dengan membawa perasaan manusia daging. Itu sebabnya Musa dengan tegas memerintahkan bani Lewi supaya menyandang pedang dan selanjutnya membunuh tabiat daging dari orang-orang yang terdekat bagi mereka.
Sandang pedang masing-masing, bunuhlah tabiat daging dari orang-orang yang terdekat. Jangan kompromi.
 
Pertahankan suasana kebangkitan. Ketika kita menghadap TUHAN lewat ibadah dan pelayanan harus diliputi kuasa kebangkitan supaya terjadi peningkatan rohani. Tidak usah bersungut-sungut, tidak usah bertengkar sekalipun keberadaannya tidak diakui, sekalipun sudah berjasa di tengah ibadah dan pelayanan.
 
Sekarang kita bandingkan ketika murid-murid menjadi rasul-rasul = mengalami peningkatan rohani.
Contoh: Simon Petrus, di dalam Kisa Para Rasul 2, dengan perikop: “Khotbah Petrus.”
Kisah Para Rasul 2:14, 41
(2:14) Maka bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini. (2:41) Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
 
Satu kali Petrus berkhotbah 3000 (tiga ribu) jiwa dimenangkan. Inilah yang terjadi ketika Petrus mengalami peningkatan rohani.
Singkat kata; Petrus telah menyandang pedang Roh, ia telah membunuh tabiat daging dari orang-orang yang terdekat dengan dia, sehingga satu kali khotbah 3000 (tiga ribu) jiwa dimenangkan. Kalau kita mengalami peningkatan rohani banyak jiwa dimenangkan.
 
Jangan kita sibuk dengan perasaan manusia daging, jangan pertahankan tabiat daging, sebab roh jahat dan roh najis bertakhta di dalam tabiat daging, sehingga tidak berbuat apa-apa. Tetapi, lihatlah; rasul-rasul ketika mengalami peningkatan rohani termasuk Simon Petrus; satu kali khotbah 3000 (tiga ribu) jiwa dimenangkan.
Biarlah kita betul-betul mengalami peningkatan rohani, dengan satu tujuan supaya kita banyak memenangkan jiwa lewat Pengajaran Pembangunan Tubuh Kristus yang TUHAN percayakan kepada kita sebagai kereta untuk mengelilingi seantero dunia ini.
 
Kisah Para Rasul 2:26
(2:36) Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."
 
Selanjutnya, Rasul Paulus berkata kepada umat Israel supaya umat Israel tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus yang disalibkan itu, menjadi TUHAN dan Kristus. Inilah isi pokok atau topik khotbah dari pada Simon Petrus kepada umat Israel pada waktu itu. Jadi, jelas dia tidak menggunakan perasaan manusia daging, dia betul-betul menyampaikan pengajaran Salib.
Biarlah kita semua memikul salibnya masing-masing, menyangkal diri dan mengikut TUHAN.
 
Singkat kata; salib Kristus memberi kepastian bagi kita semua.
Hanya salib Kristus yang memberi kepastian, yang lain tidak memberi kepastian. Perkara-perkara lahiriah, perkara di bawah ini, perkara duniawi ini tidak memberi kepastian. Yang memberi kepastian kepada gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini adalah salib Kristus, bukan yang lain. Harta kekayaan, uang yang banyak, kedudukan, jabatan, pangkat yang tinggi tidak memberi kepastian.
Covid-19 menggoncang seluruh dunia, bahkan karena Covid-19 orang kaya mati, orang miskin juga mati, orang yang senang mati, orang yang susah mati, orang yang memiliki kedudukan pangkat dan jabatan yang tinggi mati, juga orang yang tidak memiliki pangkat juga mati, orang yang memiliki harta yang banyak (barang fana) mati, yang tidak memiliki harta kekayaan (barang fana) juga mati, artinya: Perkara-perkara lahiriah tidak memberi kepastian.
 
Jadi, Rasul Petrus ini betul-betul menyatakan suatu kebenaran yang sejati, suatu kebenaran yang hakiki, mengapa?
Karena dia mengalami peningkatan rohani; dia tidak perduli dengan perasaan manusia daging dari pada ahli Taurat dan orang Farisi pada saat itu.
Salib Kristus memberi kepastian, seharusnya inilah yang disampaikan oleh hamba-hamba TUHAN, gembala-gembala sidang, pemimpin-pemimpin rohani dalam rumah TUHAN. Kalau hamba TUHAN tidak berani menyampaikan kepastian yang sumbernya dari kebenaran yang sejati itulah sengsara Salib, berarti dia belum mengalami suasana kebangkitan, tidak mengalami peningkatan rohani, sekalipun dia disebut pendeta dengan gelar doktor. Jangan sibuk dengan perkara lahiriah.
 
Kita harus diliputi oleh suasana kebangkitan setiap kali kita menghadap TUHAN lewat ibadah-ibadah yang dipercayakan bagi kita.
Jadi, salib Kristus yang memberi kepastian, yang lain tidak. Dan Rasul Paulus tidak peduli dengan perasaan manusia daging dari ahli Taurat dan orang Farisi, orang cendikiawan itu.
Singkat kata: Rasul Paulus memiliki ketegasan, mengapa? Karena dia mengalami kualitas rohani yang semakin hari semakin meningkat. Kualitas rohani kita semakin hari akan semakin meningkat manakala kita diliputi oleh suasana kebangkitan.
 
Kisah Para Rasul 2:37
(2:37) Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?"
 
Saat mendengarkan khotbah Petrus, tentang kepastian yang sumbernya dari salib Kristus, hati bangsa itu (umat Israel) sungguh sangat terharu. Dan tidak berhenti hanya sebatas terharu, selanjutnya mereka bertanya dan berkata kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" Pertanyaan ini menunjukkan bahwa; bangsa itu menyerahkan dirinya kepada salib Kristus, tidak lagi menyerah kepada perkara lahiriah, perkara di bawah, perkara duniawi yang tidak memberi kepastian itu.
 
Kalau kita sudah mendapat kepastian, maka tentu saja kita akan menyerahkan diri kita kepada yang memberi kepastian.
Hanya orang yang sontoloyo, orang yang bodoh, orang yang tolol, orang yang pemalas yang menyerahkan dirinya kepada sesuatu yang tidak memberi kepastian.
 
Kisah Para Rasul 2:38
(2:38) Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.
 
Selanjutnya Petrus menjawab dan berkata:
Yang pertama: Bertobatlah.
Jadi, setelah percaya, langkah pertama adalah bertobat. Artinya: Berhenti berbuat dosa, selanjutnya menyerahkan diri kepada TUHAN = 100% bertobat.
Jangan kita bertobat hanya 50%, maksudnya; berhenti berbuat dosa tetapi tidak ada langkah selanjutnya, dengan kata lain tidak menyerahkan dirinya selanjutnya kepada TUHAN.
 
Yang kedua: Hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus.
Baptisan Kristus adalah bayangan dari pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya; baptisan untuk mengubur hidup yang lama supaya hidup dalam hidup yang baru. Itulah suasana kebangkitan. Demikianlah kita mendapat pengampunan dosa.
 
Tidak berhenti sampai disitu, kita baca Kisah Para Rasul 3:11-13, dengan perikop: “Khotbah Petrus di Serambi Salomo.”
Khobat Petrus selanjutnya adalah ketika Petrus berada di serambi Salomo.
Kisah Para Rasul 3:11-13
(3:11) Karena orang itu tetap mengikuti Petrus dan Yohanes, maka seluruh orang banyak yang sangat keheranan itu datang mengerumuni mereka di serambi yang disebut Serambi Salomo. (3:12) Petrus melihat orang banyak itu lalu berkata: "Hai orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu dan mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau kesalehan kami sendiri? (3:13) Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat, bahwa Ia harus dilepaskan.
 
… maka seluruh orang banyak yang sangat keheranan itu datang mengerumuni mereka di serambi yang disebut Serambi Salomo.
Orang banyak yang sudah memberi diri dibaptis selanjutnya mengikuti Simon Petrus disertai dengan keheranan yang luar biasa.
 
Selanjutnya dari perkataan ini kepada orang banyak menunjukkan bahwa; Simon Petrus mengakui TUHAN dan keajaiban-Nya.
Jadi, kalaupun seorang pelayan TUHAN atau seorang imam bahkan seorang hamba TUHAN dipakai TUHAN, tidak perlu membesar-besarkan diri.
Sebagaimana Simon Petrus dia tidak membesar-besarkan diri, sekalipun lewat pelayanannya itu 30000 (tiga ribu) jiwa bertobat, kemudian yang sakit sembuh, yang susah dihibur, yang lemah dikuatkan kembali.
 
Kisah Para Rasul 3:14-15
(3:14) Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. (3:15) Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi.
 
Pada ayat 14 dan ayat 15; Rasul Petrus bercerita kepada orang Yahudi, tentang pribadi Yesus Kristus yang telah mati dan dibangkitkan oleh Roh Allah itu sendiri, dan hal itu disampaikan dengan jelas oleh Simon Petrus kepada orang Yahudi.
Rasul Petrus menceritakan tentang kematian Yesus karena dibunuh oleh orang-orang Yahudi, namun Simon Petrus menceritakan itu tanpa rasa takut, mengapa? Karena kualitas rohaninya telah mengalami peningkatan rohani.
 
Tidak segan-segan menceritakan tentang kematian Yesus karena dibunuh oleh orang Yahudi, sama artinya ketika rasul-rasul mengalami peningkatan rohani betul-betul mereka mengalami baptisan roh dan api. Demikian juga Rasul Paulus sampai akhirnya dia mengakui dirinya sebagai domba sembelihan di tengah-tengah ibadah dan pelayanannya di hadapan TUHAN.
 
Kisah Para Rasul 4:1
(4:1) Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak, mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki.
 
Ketika Petrus dan Yohanes berkhotbah atau menyampaikan kebenaran di hadapan Mahkamah Agama, mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang Saduki, namun mereka tidak takut dan gentar.
Itu sebabnya, saya katakan; Simon Petrus atau rasul-rasul itu betul-betul mengalami baptisan Roh dan api, itulah suatu ujian yang menghanguskan tabiat daging dan sungguh tidak enak bagi daging.
 
Kisah Para Rasul 4:2
(4:2) Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati.
 
Namun sekalipun orang-orang itu sangat marah karena Simon Petrus mengajarkan pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, Simon Petrus tidak peduli; dia tidak mempedulikan dirinya.
Banyak anak-anak TUHAN hanya peduli dengan perasaannya, pikirannya, suka menina bobokan perasaan manusia dagingnya, sehingga orang yang semacam ini kerap sekali mempersalahkan yang salah, bahkan sampai nanti mempersalahkan salib Kristus.
 
Kisah Para Rasul 4:3
(4:3) Mereka ditangkap dan diserahkan ke dalam tahanan sampai keesokan harinya, karena hari telah malam.
 
Sekalipun mereka ditangkap dan dipenjarakan, Simon Petrus termasuk rasul-rasul lain tidak menghiraukan kehidupan mereka, tidak menghiraukan diri mereka.
 
Kisah Para Rasul 4:18-19
(4:18) Dan setelah keduanya disuruh masuk, mereka diperintahkan, supaya sama sekali jangan berbicara atau mengajar lagi dalam nama Yesus. (4:19) Tetapi Petrus dan Yohanes menjawab mereka: "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah.
 
… supaya sama sekali jangan berbicara atau mengajar lagi dalam nama Yesus. Maksudnya, tidak lagi berbicara soal pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, karena memang Yesus mati di kayu salib karena dibunuh oleh orang-orang Yahudi sendiri.
 
Tetapi lihatlah reaksi dari Simon Petrus dan rasul-rasul lainnya, pada ayat 19; tetapi justru Simon Petrus berkata: "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah.” Artinya: Dia siap menghadapi baptisan Roh dan api, siap menanggung banyak penderitaan yang tidak sepatutnya dia tanggung demi pemberitaan salib yang memberi kepastian.
Jadi, mereka itu tidak egois dan kita pun tidak boleh egois sekalipun harus menghadapi baptisan roh dan api, yang penting orang lain memperoleh keselamatan. Itulah yang terjadi kalau diliputi oleh suasana kebangkitan.
 
Kalau kita diliputi suasana kebangkitan, dampak positif yang pertama: Kualitas rohani semakin meningkat, dan kita sudah melihat bukti-buktinya terkhusus dalam pribadi Simon Petrus. Kemudian, dampak positif diliputi suasana kebangkitan, yang kedua.
1 Korintus 15:8-9
(15:8) Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. (15:9) Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.
 
Kemudian Yesus menampakkan dirinya kepada Rasul Paulus, peristiwa itu digambarkan oleh Rasul Paulus seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. Lahir sebelum waktunya = bayi prematur. Bayi prematur adalah gambaran dari suatu kehidupan yang tidak berdaya.
 
Namun lihatlah, keadaan yang tidak berdaya itu …
Alasan Rasul Paulus berkata dia sama seperti bayi prematur, karena dia ternyata adalah orang yang paling hina; dia adalah penganiaya jemaat, dia adalah seorang ganas, seorang yang buas, seorang yang banyak melakukan kejahatan. Namun sekalipun demikian, kepadanya dipercayakan jabatan rasul. Ini adalah kemurahan; kasih karunia.
 
1 Korintus 15:10
(15:10) Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.
 
Kalau kita diliputi oleh suasana kebangkitan bukan saja hanya mengalami peningkatan rohani tetapi juga limpah kasih karunia.
Kasih karunia = kemurahan TUHAN = yang tidak layak menjadi layak.
 
Ciri-ciri limpah dalam kasih karunia: Oleh karena kasih karunia itu sendiri kita dimampukan untuk bekerja lebih giat bahkan lebih dari orang lain.
Orang yang tidak mengalami kasih karunia, tidak hidup dalam kasih karunia, dia tidak akan bekerja lebih giat dari orang lain bahkan menjadi malas lebih dari orang lain. Sebagaimana TUHAN memberikan perumpamaan di dalam Injil Lukas 7 kepada Simon si kusta, orang Farisi, tentang perempuan yang terkenal karena dosanya yang banyak itu. Dengan tegas Yesus berkata kepada Simon si kusta, orang Farisi: “Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih." Banyak diampuni banyak berbuat kasih, sedikit diampuni sedikit berbuat kasih.
 
Jadi, ciri-ciri limpah kasih karunia: Bekerja lebih kita dari orang lain. Banyak diampuni banyak berbuat kasih, banyak berucap syukur, banyak berterima kasih kepada TUHAN; tidak ngomel, tidak bersungut-sungut, tidak mempersalahkan TUHAN, tidak mempersalahkan salib, tidak mempersalahkan segala sesuatunya. Jadi, tidak banyak alasan.
Inilah keadaan jikalau kita senantiasa diliputi suasana kebangkitan; tidak menggunakan atau tidak mempertahankan perasaan manusia daging.
 
Dampak positif berpihak kepada TUHAN.
Keluaran 32:29
(32:29) Kemudian berkatalah Musa: "Baktikanlah dirimu mulai hari ini kepada TUHAN, masing-masing dengan membayarkan jiwa anaknya laki-laki dan saudaranya -- yakni supaya kamu diberi berkat pada hari ini."
 
Dampak positif berpihak kepada TUHAN: Bani Lewi membaktikan diri mereka hanya kepada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub.
Biarlah kita semua membaktikan diri hanya kepada Allah Abraham, Ishak, Yakub; Allah Israel, Allah yang hidup. Tidak sibuk dengan perkara lahiriah.
 
Lebih dalam soal membaktikan diri, tepatnya ketika bani Korah memberontak.
Bilangan 16:1
(16:1) Korah bin Yizhar bin Kehat bin Lewi, beserta Datan dan Abiram, anak-anak Eliab, dan On bin Pelet, ketiganya orang Ruben, mengajak orang-orang
 
Ayat 1 menceritakan tentang: Korah dari suku Lewi.
Suku Lewi tadi sudah membaktikan dirinya kepada Allah Abraham, Ishak, Yakub; Allah Israel, Allah yang hidup, bukan kepada allah yang mati; bukan kepada perkara lahiriah, perkara duniawi, kesibukan-kesibukan di dunia ini.
 
Bilangan 16:8-10
(16:8) Lalu berkatalah Musa kepada Korah: "Cobalah dengar, hai orang-orang Lewi! (16:9) Belum cukupkah bagimu, bahwa kamu dipisahkan oleh Allah Israel dari umat Israel dan diperbolehkan mendekat kepada-Nya, supaya kamu melakukan pekerjaan pada Kemah Suci TUHAN dan bertugas bagi umat itu untuk melayani mereka, (16:10) dan bahwa engkau diperbolehkan mendekat bersama-sama dengan semua saudaramu bani Lewi? Dan sekarang mau pula kamu menuntut pangkat imam lagi?
 
Sudah jelas, bani Lewi membaktikan diri mereka kepada Allah Abraham, Ishak, Yakub; kepada Allah Isarel, Allah yang hidup. Mereka diizinkan untuk memasuki Ruangan Suci untuk melayani pekerjaan TUHAN, secara khusus yang terkait dengan 3 (tiga) macam alat yang terdapat pada Ruangan Suci. Ini adalah kemurahan.
Jadi kalau kita diberi kesempatan untuk membaktikan diri kepada TUHAN; melayani pekerjaan TUHAN setiap kali menghadap TUHAN, itu adalah kemurahan TUHAN,
 
Kita kembali membaca Keluaran 32:29.
Keluaran 32:29
(32:29) Kemudian berkatalah Musa: "Baktikanlah dirimu mulai hari ini kepada TUHAN, masing-masing dengan membayarkan jiwa anaknya laki-laki dan saudaranya -- yakni supaya kamu diberi berkat pada hari ini."
 
Praktek membaktikan diri kepada Allah Israel ialah; masing-masing dengan membayarkan jiwa anaknya laki-laki dan saudaranya laki-laki dan saudaranya perempuan. Singkat kata; menjadi korban penebusan dan menjadi korban pendamaian di tengah ibadah dan pelayanan.
Dimanapun kita berada harus senantiasa membawa korban penebusan bagi TUHAN. Dimanapun kita berada harus membawa korban pendamaian bagi TUHAN, membawa damai sejahtera.
 
Masing-masing dengan membayarkan jiwa anaknya laki-laki dan saudaranya laki-laki dan saudaranya perempuan. Berarti;
-          Menjadi korban penebusan = menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung karena kesalahan orang lain.
-          Menjadi korban pendamaian untuk memperdamaikan dosa orang lain = menjadi pengantara antara Allah dengan manusia.
 
Inilah praktek membaktikan diri kepada TUHAN, praktek melayani pekerjaan TUHAN di Ruangan Suci; membawa korban penebusan dan membawa korban pendamaian di hadapan TUHAN, membawa korban berdarah-darah sehingga orang lain mengalami penebusan plus memperdamaikan dosa orang lain. Jadi, jangan kita menerima jabatan hanya untuk pamer-pamer dan selanjutnya supaya orang lain menerima dan mengakui kelebihan-kelebihan kita. Itu salah kaprah.
Kita membaktikan diri kepada TUHAN, melayani pekerjaan TUHAN di Ruangan Suci dengan satu tujuan untuk menjadi korban penebusan; orang lain yang berbuat salah, kita yang harus berkoban, menderita. Selanjutnya menjadi korban pendamaian = pengantara antara Allah dan manusia.
 
Jadi jangan kita menerima jabatan dan karunia-karunia Roh Kudus hanya untuk pamer, itu salah. Ditegor ga boleh, lalu nangis-nangis, tetapi melihat kesalahan orang lain bersungut-sungut, itu salah kaprah.
Kalau engkau belum mengerti arti dari sebuah jabatan yang engkau terima, jangan dulu terima jabatan itu. Kalau engkau belum hidupi, jangan dulu nanti engkau hanya pamer-pamer saja. Engkau harus mengerti supaya engkau bisa menyenangkan hati TUHAN.
 
Kembali kita membaca Keluaran 32:29.
Keluaran 32:29
(32:29) Kemudian berkatalah Musa: "Baktikanlah dirimu mulai hari ini kepada TUHAN, masing-masing dengan membayarkan jiwa anaknya laki-laki dan saudaranya -- yakni supaya kamu diberi berkat pada hari ini."
 
"Baktikanlah dirimu mulai hari ini kepada TUHAN, Allah Israel”, artinya: Ibadah dan pelayanan itu harus berada sampai puncaknya, itulah doa penyembahan.
 
Matius 4:3-10
(4:3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." (4:4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (4:5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, (4:6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." (4:7) Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" (4:8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, (4:9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." (4:10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
 
Ujian yang pertama, ayat 3-4: Batu menjadi roti.
Tetapi Yesus berkata: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah" = hidup oleh karena Firman Allah = hidup karena iman.
 
Ujian yang kedua, ayat 5-7: Berada di bubungan Bait Allah, tempat yang tinggi dari rumah Allah atau disebut menara gereja.
Ketika Yesus berada di bubungan Bait Allah, tempat yang tertinggi, iblis berkata: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
Tetapi, lihatlah cara TUHAN menghadapi ujian yang kedua, Tuhan berkata pada ayat 7: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" Tidak menjatuhkan diri-Nya ke dalam pencobaan = hidup dalam pengharapan kepada TUHAN.
Kenapa orang sering jatuh dalam pencobaan? Karena dia dicobai oleh hawa nafsunya, keinginannya. Tetapi Yesus tidak jatuh dalam pencobaan karena Dia menaruh pengharapan.
Jadi, dari iman meningkat kepada pengharapan.
 
Ujian yang ketiga, ayat 8-10: Dari atas gunung yang tinggi setan memperlihatkan kepada Yesus kerajaan dunia dan kemegahannya serta keindahan-keindahan di dunia ini, untuk selanjutnya diserahkan kepada Yesus. Tetapi syaratnya: Sujud menyembah kepada setan.
Tetapi cara Yesus menghadapi ujian yang ketiga adalah, Yesus berkata kepada iblis: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" Jawaban Yesus ini kepada iblis menunjukkan bahwa Yesus telah berbakti kepada TUHAN Allah Israel dan ketika Dia berbakti kepada Allah Israel ibadahnya itu sudah memuncak sampai doa penyembahan, apa buktinya? Buktinya: Terlepas dari daya tarik bumi dan segala kemegahan-kemegahannya, terlepas dari kerajaan dunia serta kemegahan-kemegahannya = hidup di dalam kasih Allah yang sempurna, kekal.
 
Inilah peningkatan yang sempurna:
-          Iman, meningkat;
-          Pengharapan, meningkat;
-          Sampai kepada kasih = kesempurnaan.
Ketika kita beribadah dan berbakti kepada TUHAN peningkatan itu memuncak sampai kepada doa penyembahan, wujudnya: Terlepas dari daya tarik bumi itulah kerajaan dunia dan kemegahannya, kerajaan dunia dan keindahan-keindahan yang ada di dalam dunia ini.
 
Jadi, beribadah dan berbakti itu harus sampai kepada puncaknya itulah DOA PENYEMBAHAN. Wujudnya: Lepas dari daya tarik bumi.
Itulah bani Lewi.
Kalau kita melihat urutan-urutan atau langkah-langkah perjalanan rohani dari pada bani Lewi ini sungguh luar biasa. Kalau kita mengikuti tahap demi tahap langkah-langkah ini maka tidak tertutup kemungkinan ibadah kita juga akan memuncak sampai doa penyembahan, dibawa sampai kekekalan.
KEKEKALAN! PENYEMBAHAN!
KEKELALAN! PENYERAHAN DIRI!
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment