KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, June 4, 2018

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 04 MEI 2018



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 04 MEI 2018

KITAB RUT

(Seri: 12 )

Subtema: PEMAHAMAN YANG KELIRU.

Shalom saudaraku.
Salam sejahtera bagi kita semua, salam di dalam kasih-Nya Tuhan kita Yesus Kristus.
Oleh karena kemurahan Tuhan kita diperkenankan untuk melangsungkan Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.

Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba Tuhan di dalam maupun luar negeri, yang juga mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming atau video internet, youtube, facebook, di manapun anda berada kiranya Tuhan memberkati kita sekaliannya.

Segera saja kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari kitab Rut.
Rut 1:8-12
(1:8) berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: "Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku;
(1:9) kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya." Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras
(1:10) dan berkata kepadanya: "Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu."
(1:11) Tetapi Naomi berkata: "Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan suamimu nanti?
(1:12) Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki,

Tiga kali Naomi berkata: “Pulanglah” kepada kedua menantunya Orpa dan Rut menunjukkan bahwa Naomi adalah seorang gembala yang adil, tidak membeda-bedakan antara Orpa dan Rut.
Tetapi dibalik keadilan Naomi ada suatu pemahaman yang keliru, itu dapat dibuktikan setelah dia mengatakan pulanglah sebanyak tiga kali.

Tiga kali Naomi berkata: “Pulanglah”, YANG PERTAMA.
Rut 1:8-9
(1:8) berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: "Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku;
(1:9) kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya." Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras

Dari kedua ayat ini kita perhatikan;
-     kalimat yang pertama; "Pergilah, PULANGLAH masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu.”
-     Kemudian kalimat kedua; “kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya."
Kedua kalimat tersebut terdengar manis, indah dan menarik di telinga, tetapi sebetulnya perkataan itu tidak berkuasa atas batin kedua menantunya.

Banyak perkataan yang semacam ini terjadi. Apabila mengikuti suatu acara, pesta, adat besar-besaran orang Batak banyak kali perkataan-perkataan yang sangat menarik dan indah didengar telinga namun sebetulnya tidak berkuasa atas batin, tidak berkuasa atas hati manusia, hanya terdengar menarik, hanya terdengar indah di telinga tetapi tidak berkuasa atas batin, tidak berkuasa atas hati manusia.

Sehingga ketika Naomi mencium Orpa dan Rut, kedua menantunya itu, justru menangis dengan suara keras, artinya; ada sesuatu yang disesalkan dari perkataan Naomi kepada kedua menantunya.
Andaikata perkataan Naomi itu sungguh berkuasa atas hati dan batin kedua menantunya, pasti di situ ada sukacita, di situ ada damai sejahtera, dan mereka akan tetap bersama-sama memuliakan Tuhan.

Rut 1:9
(1:9) kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya." Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras

Ketika Naomi mencium kedua menantunya justru mereka menangis dengan suara keras.
Tidak berhenti sampai di situ ...

Rut 1:10
(1:10) dan berkata kepadanya: "Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu."

Namun kedua menantunya berkata kepada Naomi; "Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu."
Sesungguhnya pemahaman dari kedua menantunya itu benar, sebab Israel adalah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, milik kepunyaan Allah sendiri ... 1 Petrus 2:9.

Jadi yang benar adalah kedua menantunya. Itu sebabnya mereka menolak  untuk berpisah justru mereka ingin ikut bersama dengan Naomi pulang kepada bangsanya, bangsa Israel.
Bangsa Israel adalah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, milik kepunyaan Allah sendiri.

Kembali kita simak perkataan Naomi kepada kedua menantunya ...
KALIMAT YANG PERTAMA; "Pergilah, PULANGLAH masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu.”
Sebetulnya perkataan Naomi ini keliru karena Tuhan akan menunjukkan kasih-Nya jika umat Tuhan (sidang jemaat) sebagai kawanan domba Allah betul-betul tergembala dengan baik dan benar, di situlah nanti Allah menjukkan kasih-Nya. Sedangkan Moab adalah bangsa kafir yang lahir dari kenajisan Lot dan puterinya, tidak mengenal Yesus sebagai Gembala Agung.
Ibu adalah gambaran dari seorang gembala sebab tugas seorang ibu adalah mengasuh dan merawat anaknya.

Moab adalah bangsa kafir  yang dilahirkan dari kenajisan Lot dan puterinya, mereka tidak mengenal Yesus yang adalah Gembala Agung. Sementara Tuhan akan menunjukkan kasih-Nya bila umat Tuhan menjadi kawanan domba, tergembala sungguuh-sungguh, di situ Tuhan menunjukkan kasih-Nya.
Ibu -> seorang gembala. Tugas seorang gembala; mengasuh dan merawat.
Diasuh dan dirawat di dalam kandang penggembalaan berarti Tuhan sedang menunjukkan kasih-Nya, seperti dalam Yesaya 1:2, Tuhan mengasuh dan merawati umat Israel walaupun umat Israel akhirnya tidak mengenal siapa yang menciptakan mereka, siapa yang menciptakan langit dan bumi, siapa yang menjadi Sang Khalik.

Saudara sudah merasakan betapa Tuhan menunjukkan kasih-Nya kepada kita semua, karena kita betul-betul berada dalam penggembalaan ini dengan baik, dengan benar.
Yesus adalah Gembala Agung, kita sebagai umat-Nya adalah kawanan domba-Nya.
Di dalam kandang penggembalaan ini Tuhan sangat nyata menunjukkan kasih-Nya kepada kita sekaliannya, Tuhan mengasuh, Tuhan merawat kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Daud sendiri telah menyatakan pengalaman hidupnya di dalam Mazmur 23, Yesus adalah Gembala yang baik, kemudian dilanjutkan dengan; “takkan kekurangan aku” baik dalam hal lahiriah apalagi dalam hal yang rohani tidak kekurangan, berarti Tuhan telah menunjukkan kasih-Nya dalam penggembalaan ini.

Kita lihat ...
1 Tesalonika 2:4
(2:4) Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.

Sebagai seorang hamba Tuhan yang telah menerima jabatan gembala, Rasul Paulus berkata: “kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.”
Berbanding terbalik dengan Naomi perkataannya terdengar manis di telinga tetapi tidak berkuasa atas hati dan batin kedua menantunya, sebab Naomi mengatakan itu hanya untuk menyukakan hati kedua menantunya.

1 Tesalonika 2:5-6
(2:5) Karena kami tidak pernah bermulut manis -- hal itu kamu ketahui -- dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi -- Allah adalah saksi --
(2:6) juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus.

Rasul Paulus di tengah-tengah pelayanannya:
-     Tidak bermulut manis.
Kalau bermulut manis itu terdengar menarik di telinga tetapi tidak berkuasa atas hati orang yang mendengar.
-     Tidak mempunyai maksud loba yang tersembunyi.
Loba, berarti; serakah = cinta akan uang = tamak.
Kalau melayani karena uang, berarti mempunyai maksud loba tersembunyi.
-     Tidak mencari pujian dari manusia.
Rasul Paulus tidak mencari pujian dari manusia di tengah-tengah ibadah pelayanannya sebab Allah yang menjadi saksi dalam pelayanannya, bukan manusia.
Kalau manusia dijadikan saksi maka seorang hamba Tuhan akan mencari pujian dari manusia.
Tetapi di sini kita melihat, Rasul Paulus tidak menjadikan manusia sebagai saksi, tetapi Tuhan Allah yang menjadi saksi atas pelayanannya.
Itu sebabnya dia tidak bermulut manis, tidak ada maksud loba yang tersembunyi, tidak mencari pujian dari manusia karena Allah yang menjadi saksi di tengah-tengah pelayanannya kepada sidang jemaat yang dipercayakan oleh Tuhan.

1 Tesalonika 2:7
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.

Sebagai seorang hamba Tuhan yang telah menerima jabatan rasul dan gembala, ia sama seperti seorang ibu yang mengasuh dan merawati anaknya, itu tugas seorang gembala.

1 Tesalonika 2:8
(2:8) Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.

Bahkan Rasul Paulus rela menyerahkan hidupnya sendiri karena ia mengasihi sidang jemaat Tuhan.

Kalau domba-domba tergembala dengan benar, domba-domba akan mendengar suara gembala, berarti kita menjalankan ibadah dan melayani dasarnya dengar-dengaran. Kemudian kalau domba-domba tergembala dengan baik, domba-domba mengikuti gembala = mengikuti geraknya Pengajaran Mempelai.
Sejauh ini kita telah digembalakan oleh Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel yang akan membawa kita masuk dalam pembangun tubuh yang sempurna, menjadi mempelai wanita Tuhan, berada dalam pesta nikah Anak Domba sebagai sasaran akhir ibadah pelayanan kita di atas muka bumi ini.
Berarti dalam pelayanan inilah Tuhan menunjukkan kasih-Nya, bukan di luar penggembalaan, bukan untuk orang-orang yang tidak mengenal penggembalaan.

Kembali kita simak perkataan Naomi yang kedua.
KALIMAT YANG KEDUA: “kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya."
Perkataan Naomi ini juga keliru karena perlindungan yang abadi hanya ada dalam Tuhan.
Sebaik-baiknya seorang suami dari bangsa kafir, ia tidak akan pernah bisa dijadikan tempat perlindungan.
Maka ucapan kedua dari mulut Naomi adalah suatu kekeliruan, hanya terdengar manis dan indah di telinga tetapi tidak berkuasa atas batin kedua menantunya.

Kristus adalah kepala, Dialah suami. Sedangkan gereja Tuhan adalah tubuh, dialah isteri yang mendapatkan perlidungan yang abadi. Jadi hanya dalam Tuhan saja kita mendapatkan perlindungan yang abadi.
Isteri-isteri manakala mendapatkan perlakuan yang kurang wajar dari suaminya, sebab hanya di dalam Tuhan kita mendapatkan perlindungan yang abadi, tetapi doakan jangan membiarkan suami berlaku fasik sebagai sikap dari bangsa kafir.
Bangsa kafir kalau tidak mendapat kemurahan tidak akan masuk dalam pesta nikah Anak Domba.

Wahyu 19:6-7
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.
(19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.

Di dalam pesta nikah Anak Domba ada sukacita, sorak sorai dan memuliakan Dia.

Wahyu 19:8-9
(19:8) Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]
(19:9) Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."

Berbahagilah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.
Yesus, bukan hanya tampil sebagai Raja, tetapi Dia juga tampil sebagai Mempelai Laki-Laki Sorga, Dialah Sang Suami.
Jadi yang berbahagia di sini adalah mereka yang berada dalam perlindungan atau mereka yang berada dalam naungan Mempelai Laki-Laki Sorga.

Jadi ayat ini tidak sinkron dengan pernyataan Naomi kepada kedua menantunya: “Mendapat tempat perlindungan masing-masing di rumah suaminya”, itu sesuatu yang tidak masuk akal.
Perlindungan yang abadi hanya ada pada Mempelai Laki-Laki Sorga.
Kristus adalah kepala, Dialah suami. Gereja Tuhan adalah tubuh, dialah isteri yang akan mendapat perlindungan kalau dia berada dalam naungan Mempelai Laki-Laki Sorga.

Maka kalau di tengah ibadah hanya berbicara soal perkara lahiriah, di tengah ibadah hanya berbicara soal tanda-tanda heran dan mujizat, itu bukan sasaran akhir dari ibadah pelayanan di atas muka bumi ini melainkan pesta nikah Anak Domba, sehingga isteri (mempelai wanita-Nya) berada dalam periindungan naungan Mempelai Laki-Laki Sorga.
Justru kadang-kadang uang membuat seseorang susah dan menderita, juga pekerjaan dan perkara lahiriah lainnya membuat seseorang banyak menderita, kalau dia tidak menguasai hidupnya di hadapan Tuhan.

Bersyukurlah isteri-isteri kalau suaminya tidak pergi jauh (terpisah), tidak dipisahkan oleh pekerjaan.
Bersyukurlah isteri-isteri kalau masih tetap bersama, kumpul dengan suami. Makan tidak makan yang penting kumpul, dari pada jauh-jauh cari uang tetapi berpisah, tidak ada artinya.
Kita bersyukur kepada Tuhan karena kita berada dalam perlindungan, naungan Mempelai Laki-Laki Sorga sampai sejauh ini.

Rut 3:6
(3:6) Sesudah itu pergilah ia ke tempat pengirikan dan dilakukannyalah tepat seperti yang diperintahkan mertuanya kepadanya.

Rut ini seorang yang dengar-dengaran sebab dia melakukan tepat seperti yang diperintahkan oleh mertuanya.
Dengar-dengaran adalah kunci keberhasilan dari seorang suami, isteri dan seorang pelayan.
Kadang-kadang kita berpikir apa yang kita kerjakan itu benar dan mungkin jauh lebih baik, tetapi bagi Tuhan dengar-dengaran jauh lebih baik. Tuhan tidak menghendaki korban dan persembahan, dengar-dengaran lebih berharga daripada korban dan persembahan.

Rut 3:7-9
(3:7) Setelah Boas habis makan dan minum dan hatinya gembira, datanglah ia untuk membaringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai itu. Kemudian datanglah perempuan itu dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas dan berbaringlah ia di situ.
(3:8) Pada waktu tengah malam dengan terkejut terjagalah orang itu, lalu meraba-raba ke sekelilingnya, dan ternyata ada seorang perempuan berbaring di sebelah kakinya.
(3:9) Bertanyalah ia: "Siapakah engkau ini?" Jawabnya: "Aku Rut, hambamu: kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi hambamu ini, sebab engkaulah seorang kaum yang wajib menebus kami."

Kita perhatikan jawab Rut kepada Boas: “kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi hambamu ini"
Rut mengatakan itu karena Rut yakin bahwa Boas adalah kaum yang wajib menebus Rut, pribadinya sendiri.
Yesus telah menebus kita dari dosa, kita telah dipanggil dan ditebus dengan darah yang mahal, selanjutnya Ia membuat kita menjadi suatu kerajaan dan imam-imam bagi Allah untuk memerintah sebagai raja di atas muka bumi ini, itu adalah suatu kedudukan yang sangat tinggi dan istimewa yang harus kita hargai.

Rut berkata kepada Boas: “kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi hambamu ini", berarti; perlindungan yang abadi hanya ada di dalam naungan Tuhan Yesus Kristus, Dialah Kepala Gereja, Dialah Mempelai Pria Sorga, Dialah Sang Suami.
Yesus telah menebus kita dengan darah-Nya? Dia telah memanggil kita, selanjutnya Dia memilih kita menjadi bangsa yang terpilih, imamat rajani, bangsa yang kudus milik kepunyaan Allah sendiri.

Matius 22:4
(22:4) Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini.

Mereka yang diundang dalam perjamuan kawin Anak Domba adalah orang-orang yang telah ditebus oleh darah Anak Domba.

Matius 22:10-11
(22:10) Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu.
(22:11) Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta.

Mereka yang dipanggil dari kegelapan dosa, mereka ditebus oleh darah Yesus selanjutnya mereka memakai pakaian pesta atau dikaruniakan lenan halus (pakaian putih), itulah perbuatan-perbuatan benar dari orang-orang kudus.
Jadi setelah dipanggil oleh darah Yesus, selanjutnya dipilih menjadi imamat rajani untuk memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia.

Bandingkan dengan mereka yang tidak mau memakai pakaian putih.
Matius 22:12-13
(22:12) Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja.
(22:13) Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.

Orang yang tidak mau memakai pakaian putih itu bagaikan tangan yang terikat dan kaki terikat.
Sedangkan mereka yang menjadi milik kepunyaan-Nya dikaruniakan pakaian putih, sesuati dengan Wahyu 19:8.

Tiga kali Naomi berkata: “Pulanglah”, YANG KEDUA.
Rut 1:11
(1:11) Tetapi Naomi berkata: "Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan suamimu nanti?

Kembali Naomi berkata: “Pulanglah!” kepada menantunya, Orpa dan Rut, menunjukkan bahwa Naomi adalah seorang gembala yang adil, tetapi dibalik keadilan Naomi ada suatu pemahaman yang keliru, dibuktikan setelah ia mengatakan: “Pulanglah!”, selanjutnya Naomi bertanya; “mengapakah kamu turut dengan aku?”
Pertanyaan ini timbul karena ia tidak lagi mempunyai anak laki-laki untuk dijadikan suami bagi kedua menantunya.

Jemaat disuruh pulang tidak usah beribadah, tidak usah melayani, itukan gembala yang bodoh.
Pendeknya; apa yang melatar belakangi sehingga Naomi menjadi bodoh?
Karena Naomi menyadari bahwa dia tidak ada lagi anak laki-laki untuk dijadikan suami bagi kedua menantunya, dia menyadari bahwa dia tidak akan melahirkan anak laki-laki lagi untuk dijadikan suami bagi kedua menantunya. Itu yang melatar belakangi sehingga pemikirannya menjadi bodoh.

Ikut Tuhan tidak boleh menggunakan pikiran manusia daging, tidak boleh menggunakan logika, ilmiah manusia. Ilmiah dengan yang rohani tidak bisa jadi satu, sebab itu ikut Tuhan tidak boleh pakai logika.
Kalau logika; 1 + 1 = 2 (satu ditambah satu sama dengan dua), logika/ilmiahnya seperti itu. Tetapi di dalam Tuhan tidak, satu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya ditambah satu perempuan meninggalkan ayah dan ibunya, sehingga mereka menjadi satu.
Pendeknya: Naomi ini adil, tetapi dibalik keadilannya ada suatu pemahan yang keliru.

Kita lihat ...
Rut 4:9-10
(4:9) Kemudian berkatalah Boas kepada para tua-tua dan kepada semua orang di situ: "Kamulah pada hari ini menjadi saksi, bahwa segala milik Elimelekh dan segala milik Kilyon dan Mahlon, aku beli dari tangan Naomi;
(4:10) juga Rut, perempuan Moab itu, isteri Mahlon, aku peroleh menjadi isteriku untuk menegakkan nama orang yang telah mati itu di atas milik pusakanya. Demikianlah nama orang itu tidak akan lenyap dari antara saudara-saudaranya dan dari antara warga kota. Kamulah pada hari ini menjadi saksi."

Boas menebus segala milik Elimelekh dan segala milik Mahlon dan Kilyon dari tangan Naomi.
Kemudian Rut juga menjadi isteri Boas untuk menegakkan nama orang yang telah mati itu, (Mahlon) suami Rut, di atas milik pusakanya.

Tuhan telah memberikan ibadah dan pelayanan ini kepada kita sebagai milik pusaka yang harus kita peliharakan dan yang harus kita usahakan di hadapan Tuhan. Pendeknya; Tuhanlah yang menjadi milik pusaka kita.
Mungkin raga kita ini habis, tetapi kalau Tuhan menjadi milik pusaka, nama kita tetap terdaftar di dalam kitab kehidupan, nama kita tetap ditegakkan di atas milik pusaka yang Tuhan percayakan.
Mungkin kita mati suatu kali nanti, tetapi Tuhan akan tegakkan nama kita di milik pusaka kita yang Tuhan percayakan ini. Ini janji Tuhan, ini kuasa darah salib, untuk terus menegakkan nama kita di atas milik pusaka yang Tuhan percayakan ini.
Jadi nama Mahlon tidak akan pernah putus dari atas milik pusakanya.
Jangan anggap enteng ibadah, jangan anggap enteng pelayanan, sebagai milik pusaka yang telah diwariskan bagi kita.

Sekali waktu manusia akan mati sesuai dengan ketentuan umur yang ditentukan Tuhan, tetapi Tuhan akan menegakkan nama kita di atas milik pusakan yang Tuhan percayakan, sebab itu ikut Tuhan jangan pakai logika. Kalau ikut Tuhan dengan menggunakan logika, persis seperti ragi Saduki; tidak percaya dengan adanya kebangkitan, mereka hanya memikirkan kawin dan mengawinkan, akhirnya ditunggangi dosa kenajisan.
Sementara kalau seseorang sudah dibangkitkan, dia sama seperti malaikat; tidak mempunya tubuh dan tulang, berarti tidak lagi merasakan hal-hal yang bersifat lahiriah, tidak lagi hidup menurut hawa nafsu dan keinginan daging.
Jadi sekalipun sekali waktu mungkin saja manusia akan mati meninggalkan bumi ini, tetapi namanya akan tetap ditegakkan di atas milik pusaka yang Tuhan percayakan ini. Sungguh-sungguh saja beribadah dan melayani Tuhan.

Seperti bangsa Israel keluar dari Mesir untuk selanjutnya dibawa masuk ke tanah Kanaan. Tanah Kanaan diwariskan sebagai milik pusaka yang sudah dijanjikan kepada nenek moyang bangsa Israel; Abraham, Ishak, dan Yakub.
Abraham, Ishak, Yakub sudah mati, tetapi namanya tetap ditegakkan di atas milik pusaka yang Tuhan sudah percayakan.

Rut 4:11
(4:11) Dan seluruh orang banyak yang hadir di pintu gerbang, dan para tua-tua berkata: "Kamilah menjadi saksi. TUHAN kiranya membuat perempuan yang akan masuk ke rumahmu itu sama seperti Rahel dan Lea, yang keduanya telah membangunkan umat Israel. Biarlah engkau menjadi makmur di Efrata dan biarlah namamu termasyhur di Betlehem,

Diumpamakan seperti Rahel dan Lea yang telah membangun Israel sebab mereka melahirkan anak laki-laki, itulah yang menjadi nenek moyang bangsa Israel, dua belas suku Israel.
Jadi dua belas suku keturunan Israel lahir dari rahim Rahel dan lahir dari rahim Lea, kakak Rahel, yang menjadi isteri bagi Yakub, anak Laban. Yakub berganti nama menjadi Israel, sekalipun Yakub mati tetapi nama Israel tetap ditegakkan di atas tanah milik pusaka mereka, tanah Kanaan, tanah perjanjian.

Sebetulnya kalau saya renungkan pemberitaan firman malam ini, Tuhan itu ajaib bukan karena perkara lahiriah, tetapi janji-Nya “Ya” dan “Amin”
Barangkali kita akan tutup usia tetapi nama akan tetap ditegakkan di atas milik pusaka, asal sungguh-sungguh, mempertahankan milik pusaka yang telah diwariskan Tuhan bagi kita, itulah ibadah dan pelayanan.
Saya sungguh terharu dengan kebaikan dan kemurahan hati Tuhan.

Selain diumpamakan dengan Rahel dan Lea, ada lagi perumpamaan yang lain yang lebih dahsyat.
Rut 4:12
(4:12) keturunanmu kiranya menjadi seperti keturunan Peres yang dilahirkan Tamar bagi Yehuda oleh karena anak-anak yang akan diberikan TUHAN kepadamu dari perempuan muda ini!"

Kemudian diumpakan seperti Peres yang dilahirkan oleh Tamar bagi Yehuda, yang notaben bapa mertuanya.
Sebetulnya Tamar ini adalah menantu Yehuda. Anak Yehuda yang pertama kawin dengan Tamar tetapi anak pertamanya mati, kemudian anak kedua kawin dengan Tamar, Onan. Rencananya akan dikawinkan dengan Syela tetapi ia masih kecil. Tetapi berhubung istri Yehuda mati, maka berkabunglah ia dan pergi ke Timna, akhirnya rencana untuk mengawinkan anak yang bungsu kepada Tamar, terlupakan begitu saja.
Suatu peristiwa Yehuda berhubungan intim dengan Tamar, di luar sepengetahuan Yehuda, lalu mengandunglah Tamar dan lahirlah yang namanya Peres.
Jadi silsilah Yesus Kristus juga ada kaitannya dengan Peres yang dilahirkan Tamar untuk Yehuda, supaya nanti tergenapi bahwa Yesus adalah tunas Daud, Singa dari suku Yehuda.

Jadi betul sekali, mungkin suatu kali nanti kita tutup usia, seperti nenek moyang bangsa Israel Abraham, Ishak Yakub, tetapi namanya tetap ditegakkan di atas milik pusaka.
Janji Tuhan adalah “Ya” dan “Amin”, sudah terbukti. Bukan hanya berlaku kepada Abraham, Ishak, Yakub, tetapi juga berlaku kepada kita, kalau kita hidup menurut iman dari Abraham.

Maka kalau anak Tuhan lebih mengutamakan perkara lahiriah, adat istiadat dan mengecilkan ibadah, dia tidak mengerti rencana Tuhan dalam hidupnya. Jujur saya kurang tertarik melihat sidang jemaat yang seperti itu.
Kalau karena adat lalu lupa ibadah, lupa pelayanan, dia tidak tahu firman. Sementara yang menegakkan nama di atas tanah milik pusaka adalah Tuhan, sekalipun kita nanti tutup usia.
Sebab itu, ayo, berpikir cerdas, hikmat tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, berlakulah bijaksana mulai dari sekarang. Jangan paksaaan keluargamu untuk ikut adat istiadat. Seberapa besarnya hubunganmu dengan orang yang berkaitan dengan adat itu. Di situ hanya kata-kata kamuflase, bahasa yang menarik dan indah di dengar telinga, tetapi tidak berkuasa atas batin manusia.

Tiga kali Naomi berkata: “Pulanglah”, YANG KETIGA.
Rut 1:12
(1:12) Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki,

Naomi berkata untuk yang ketiga kali: “Pulanglah!” kepada kedua menantunya Orpa dan Rut.
Perkataan ini menunjukkan bahwa Naomi seorang gembala yang adil, tetapi dibalik keadilan Naomi ada suatu pemahaman yang keliru, sebab setelah ia mengatakan: “Pulanglah!”, selanjutnya ia berkata; “sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami.”
Jadi inilah yang dasarnya dia untuk mengatakan kepada kedua menantunya: “Pulanglah!”

Rut 1:!3
(1:13) masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?"

Pendeknya; bagi Naomi tidak ada lagi harapan karena dia sudah tua.

Sekarang kita lihat; kehidupan yang sudah tua, di dalam Roma 4.
Roma 4:16-19
(4:16) Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, --
(4:17) seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" -- di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada.
(4:18) Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."
(4:19) Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup.

Hidup dari iman Abraham sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, sebab kebenaran karena iman itu kasih karunia.
Kalau kebenaran karena hukum Taurat, Allah tidak adil, sebab yang benar dan yang diselamatkan hanya bangsa Israel, sebab itu biarlah hidup menurut iman Abraham karena dialah bapa bagi segala bangsa.
Sekalipun tidak ada dasar untuk berharap dia tetap percaya terhadap janji-janji Allah.

Sebetulnya tidak ada dasar untuk berharap sebab;
1.   Abraham sudah tua, umurnya kira-kira 100 tahun.
2.   Sara sudah mandul, rahimnya sudah ditutup.
Tetapi Abraham tetap percaya terhadap janji Allah.

Bagi Naomi tidak ada lagi harapan, karena dia sudah tua, berbanding terbalik dengan Abraham, dia tetap berharap dan percaya kepada janji-janji Allah kepadanya, bahwa dia akan menjadi bapa bagi segala bangsa.

Roma 4: 20
(4:20) Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,

“... ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah
Tidak sedikit pun ia mundur dari rencana Allah sekalipun tidak ada dasar untuk berharap.

Pertanyaannya: Mengapa tidak ada harapan bagi Naomi?
Rut 1: 13
(1:13) masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?"

Alasan Naomi tidak mempunyai harapan, selain karena dia sudah tua, pengalaman pahit yang dialami oleh Naomi digunakan sebagai tolak ukur.
Banyak pengalaman pahit yang dialami oleh anak-anak Tuhan, kiranya kepahitan itu jangan sampai berakar, sebab nanti dalam mengikuti Tuhan, orang lain menjadi tawar hati.
Kalau kita menggunakan tolak ukur dengan pengalaman pahit, banyak nanti orang tawar hati, mengundurkan diri dari tengah-tengah ibadah pelayanan ini. Oleh sebab itu, kalaupun banyak menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, sengsara karena salib, aniaya karena firman, tidak perlu harus bersedih, jangan larut dalam kesedihan. Jangan terjebak dengan situasi kondisi yang ada. Belajar untuk “pergilah” dan “pelajarilah”.
Jangan putus harap. Oleh sebab itu, jangan gunakan logika menjadi tolak ukur. Jangan gunakan pengalaman pahit yang dialami menjadi tolak ukur. Jangan sampai karena tersandung dengan salib yang dipikul dalam ibadah pelayanan ini, orang lain menjadi tawar hati.
Hati-hati, tidak boleh seperti itu. Engkau sendiri nanti berususan dengan Tuhan, seperti Naomi ini, sepertinya terlihat adil, tetapi dibalik keadilan itu ada suatu pemahaman yang bodoh. Jangan ada itu tersirat baik dalam hati dan pikiran, supaya orang lain jangan tawar hati. Jangan lagi gunakan pengalaman yang pahit sebagai tolak ukur, supaya orang lain jangan tawar hati.

Pendeknya; kepahitan yang dialami oleh Naomi telah berakar, sebagai bukti; dia berani mempersalahkah keputusan Tuhan, itu sebabnya Naomi berkata: “tangan TUHAN teracung terhadap aku
Dia menyesalkan rencana Tuhan, dia menyesalkan kematian Elimelekh, menyesalkan kematian kedua anaknya, Mahlon dan Kilyon, dan rasa sesal itu dinyatakan kepada kedua menantunya, Orpa dan Rut, menjadi suatu tolak ukur, itu kesalahan, itu suatu kekeliruan, itu tidak benar. Segala sesuatu yang terjadi di atas muka bumi ini, semua ada dalam rencana-Nya Tuhan. Tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa seijin Tuhan, terkhusus bagi anak-anak Tuhan.

Yeremia 29: 11
(29:11) Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

Rancangan Tuhan bukan rancangan kecelakaan tetapi rancangan damai sejahtera untuk setiap orang, untuk memberi harapan, yaitu masa depan yang sejahtera.
Yang masih muda-muda, yang belum menikah, jangan salah memilih pasangan. Jangan bertindak bodoh dengan memilih di luar rumah roti. Jangan tinggalkan Betlehem atau rumah roti, supaya jangan mengalami yang sama seperti dialami oleh Naomi.
Elimelekh, Mahlon dan Kilyon adalah contoh kepala dengan pimpinan atau ajaran yang tidak baik dan tidak sehat. Itu sebabnya Elimelekh dan kedua anak laki-lakinya mati.

Rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Setiap rencana yang Tuhan berikan di dalamnya mengandung suatu harapan, masa depan yang indah. Jadi bukan berarti sesuatu yang tidak enak bagi daging itu kecelakaan. Bukan berarti sesuatu yang pahit bagi daging adalah kecelakaan, itu terjadi atas seijin Tuhan.

Yeremia 29: 12-14
(29:12) Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu;
(29:13) apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati,
(29:14) Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan memulihkan keadaanmu dan akan mengumpulkan kamu dari antara segala bangsa dan dari segala tempat ke mana kamu telah Kuceraiberaikan, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan mengembalikan kamu ke tempat yang dari mana Aku telah membuang kamu. --

Tindakan supaya terjadi pemulihan, antara lain:
-        apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu
-        apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku
-        apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku
Demikianlah firman Tuhan, dan Ia akan memulihkan keadaan kita apabila tiga tindakan itu kita kerjakan dengan segenap hati, segenap jiwa, akal budi dan segenap kekuatan kita.

Selanjutnya Tuhan berkata: “demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan mengembalikan kamu ke tempat yang dari mana Aku telah membuang kamu.
Tuhan akan memulihkan keadaan kita. Tuhan memulihkan keadaan Sion. Tuhan akan mengumpulkan kita yang dahulu tercerai-berai jauh dari Tuhan dikumpulkan di atas gunung Sion.
Demikianlah rencana Tuhan penuh harapan, bukan rencana kecelakaan kepada Naomi, dan Naomi nanti akan dikembalikan ke Betlehem-Efrata, dikembalikan ke rumah roti. Dulu dia tercerai-berai, dia jauh dari Tuhan, dia berada di Moab, dan akhirnya dia mengalami kepahitan. Elimelekh mati, Mahlon, Kilyon mati, namun oleh karena kemurahan Tuhan, dua tangan Tuhan yang kuat membawa dia kembali.
Rancangan Tuhan bukan rancangan kecelakaan, tetapi rancangan damai sejahtera, penuh harapan. Ada harapan di dalam setiap rencana-rencana Tuhan, bukan rancangan kecelakaan.

Akibat kekeliruan Naomi.
Rut 1: 14
(1:14) Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri, tetapi Rut tetap berpaut padanya.

Di tengah jalan, Orpa minta diri atau mengundurkan diri dari Naomi.
Sangat disayangkan, tadinya mereka sudah jalan bersama-sama dari Moab untuk segera kembali ke Betlehem-Yehuda, tetapi oleh karena perkata Naomi “Pulanglah” sebanyak tiga kali, akhirnya Orpa undur diri di tengah jalan.
Ini kerugian besar, semoga ini jangan terjadi, jangan dialami oleh anak-anak Tuhan. Jangan sampai kita alami itu.

Jadi kalau saya selalu menghimbau untuk terus sungguh-sungguh, tidak ada kepentingan pribadi di situ, itu maunya Tuhan, supaya jangan ada yang undur di tengah jalan. Kita yang sedang berjalan menuju rumah Bapa di sorga, jangan ada yang mundur dari sana, jangan ada yang keluar dari jalan itu. Tetaplah berada dalam koridor yang sudah ditentukan sampai tiba nanti di tujuan akhir dari ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan ini. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang



No comments:

Post a Comment