KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, July 23, 2019

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 26 MARET 2019



IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 26 MARET 2019

KITAB KOLOSE
(Seri: 45)

Subtema: MENERIMA SUATU BAGIAN YANG KEKAL

Shalom suadaraku..
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi tempat ini, memenuhi setiap hati kita masing-masing. Oleh sebab itu biarlah kiranya firman Allah yang turun dari sorga memenuhi hati kita pribadi lepas pribadi. 
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet, youtube, facebook, dimanapun anda berada. 

Marilah kita memeriksa kembali firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat Kolose 3:4.
Kolose 3:4
(3:4) Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.

Perhatikan kalimat; Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.”
Singkatnya Kristus adalah hidup kita. 

Untuk membuktikan hal itu maka kita lihat di dalam..
Efesus 1:22-23
(1:22) Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. (1:23) Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.

Kristus telah diberikan kepada jemaat sebagai Kepala bahkan Kepala dari segala yang ada, sedangkan sidang jemaat adalah tubuh-Nya. 

Efesus 5:22-24
(5:22) Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, (5:23) karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.(5:24) Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.

Kristus adalah Kepala jemaat, Dialah yang menyelamatkan tubuh. Tetapi syaratnya; jemaat mendahulukan dirinya di dalam tanda ketundukannya kepada Kristus sebagai Kepala.

Kolose 3:18
(3:18) Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.

Istri-istri harus tunduk kepada suaminya, demikianlah seharusnya hidup seorang istri di dalam Tuhan. Tetapi di hari-hari ini, banyak orang Kristen tidak menempatkan Kristus sebagai Kepala, sebaliknya pekerjaan, kesibukan-kesibukan, dan perkara-perkara lahiriah lainnya bahkan kebenaran diri sendiri dijadikan sebagai kepala atas dirinya. Tetapi yang benar, sidang jemaat sudah seharusnya menampilkan dirinya di dalam ketundukan kepada Kristus sebagai Kepala, Dialah suami, yang menyelamatkan tubuh. 
Jangan tempatkan kebenaran diri sendiri sebagai kepala, walaupun mungkin istri-istri benar.  

1 Petrus 3:1
(3:1) Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,

Ketundukan dari seorang istri akan menjadi kesaksian bagi mereka yang tidak taat kepada firman. 
Jadi, istri (gambaran dari sidang jemaat) tidak merasa rugi untuk mendahulukan dirinya di dalam ketundukannya kepada Kristus sebagai Kepala sebab di dalam ketundukan seorang istri, ia menjadi kesaksian bagi mereka yang tidak taat kepada Firman. Jangan pernah merasa harga diri diinjak-injak, justru ketundukan dari seorang istri ini penting karena kesaksian semacam ini akan menjadi kesaksian yang sangat penting kepada mereka yang tidak taat kepada Firman. Kesimpulannya; ketundukan gereja Tuhan adalah kesaksian tanpa perkataan namun berkuasa untuk memenangkan jiwa-jiwa. 

1 Petrus 3:2
(3:2) jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.

Ketundukan seorang istri adalah kesaksian yang murni dan kesaksian yang saleh. 
Pada minggu yang lalu kita sudah memperhatikan secara khusus mengenai kesaksian yang murni dan kesaksian yang saleh. Semoga apa yang sudah kita terima, apa yang sudah dipaparkan pada miggu yang lalu masih terngiang-ngiang di dalam ingatan kita masing-masing. 

Lebih jauh kita memperhatikan ketundukan seorang istri kepada suaminya di dalam..
1 Petrus 3:3-5
(3:3) Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, (3:4) tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. (3:5) Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya,

Perhiasan dari seorang istri adalah ketundukannya kepada suaminya. Ketundukan seorang istri merupakan perhiasan batiniah (perhiasan rohani). Perhiasan ini sumbernya dari roh yang lemah lembut dan roh yang tentram. Jadi, selain lemah lembut juga tentram di dalam setiap keadaan, situasi, dan kondisi apapun dan dimanapun, apalagi di tengah-tengah ibadah dan pelayanan. Jangan sampai rohnya tidak tentram sebab bukan tubuh lahiriah yang dilihat, bukan perhiasan secara lahirah yang Tuhan lihat, tetapi perhiasan secara batiniah (perhiasan rohani) yang Tuhan lihat yang sumbernya dari roh yang lemah lembut dan roh yang tentram. Oleh sebab itu, dalam setiap situasi, kondisi, dan keadaan apapun harus tentram apalagi di tengah-tengah ibadah dan pelayanan. Lemah lembut dan rendah hati saat mendengarkan firman Tuhan serta tentram di dalam melayani pekerjaan Tuhan supaya tidak terjadi kekacauan. 

Jadi perhiasan dari seorang istri bukan secara lahiriah. Adapun perhiasan secara lahiriah antara lain:
a. Dengan mengepang-ngepang rambut. 
  Banyak perempuan mengepang-ngepang rambutnya dengan berbagai-bagai model bahkan rambut mereka dicat dengan berwarna-warni. Sebetulnya tujuan mereka melakukan itu adalah untuk memuaskan  hawa nafsunya, tidak lebih tidak kurang. 
b. Dengan memakai perhiasan emas. 
    Seindah-indahnya emas, itu tidak berarti bagi Tuhan dibanding ketundukan seorang istri kepada suaminya. 
   Jadi sekalipun emas berharga, emas  merupakan perhiasan yang akan binasa, sedangkan perhiasan batiniah  (ketundukan) adalah perhiasan yang tidak akan binasa. 
c. Dengan mengenakan pakaian yang indah-indah.
   Pakaian yang indah-indah juga tidak cukup berarti bagi Tuhan jika dibadingkan dengan ketundukan seorang istri yaitu gereja Tuhan kepada Kristus sebagai Kepala. 

1 Petrus 3:4
(3:4) tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.

Sebetulnya perhiasan emas dan pakaian yang indah-indah adalah perhiasan yang akan binasa. 

Yokobus 5:1-3
(5:1) Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu! (5:2) Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat! (5:3) Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir.

Pada ayat 2; “...Pakaianmu telah dimakan ngengat...” Lalu pada ayat 3; “...Emas dan perakmu sudah berkarat...”
Kesimpulannya; pakaian yang indah-indah dan perhiasan emas adalah perhiasan yang akan binasa, tidak cukup berarti untuk menjadikan seorang istri indah di mata Tuhan. 

Kita kembali membaca..
1 Petrus 3:4
(3:4) tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.

Jadi ketundukan seorang istri merupakan perhiasan manusia batiniah (perhiasan rohani) yang sangat berharga di mata Tuhan, itu yang menjadikan seorang istri berharga di mata Tuhan. 
Jadi bukan perhiasan lahiriah yaitu dengan mengepang-ngepang rambutnya, dengan memakai pakaian yang indah-indah serta dengan mengenakan perhiasan-perhiasan emas yang membuat seorang istri menjadi berharga, tetapi perhiasan manusia batiniah (perhiasan rohani) yaitu ketundukan seorang istri (gereja Tuhan) itulah yang sangat berharga di mata Tuhan. 

Praktek istri tunduk kepada Yesus yang adalah suami..
1 Petrus 3:6
(3:6) sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.

Sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai ia tuannya. 

Tentang: TAAT.
Ibrani 5:4-6
(5:4) Dan tidak seorang pun yang mengambil kehormatan itu bagi dirinya sendiri, tetapi dipanggil untuk itu oleh Allah, seperti yang telah terjadi dengan Harun. (5:5) Demikian pula Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar, tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini", (5:6) sebagaimana firman-Nya dalam suatu nas lain: "Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek."

Yesus Kristus, Dia adalah Anak Allah dan dijadikan sebagai Imam Besar untuk selama-lamanya. Kita semua juga anak-anak Allah, tetapi di sisi lain dijadikan sebagai imam-imam bagi Allah dan memerintah sebagai raja di bumi. Kemudian, Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar, Ia tidak mengambil kehormatan dengan menjadi Imam Besar bagi diri-Nya sendiri melainkan untuk menjadi korban pendamaian. 
Jadi, kedudukan dari seorang Imam Besar ada di antara Allah dan manusia berdosa. Tugasnya; menjadi korban untuk memperdamaikan manusia berdosa kepada Allah.
Baik zang koor, pemimpin pujian, pembaca firman, singer, pemain musik, guru sekolah minggu, multimedia, infokus, tugasnya adalah untuk memperdamaiakan dosa manusia kepada Allah. Jadi tidak seorangpun mengambil kehormatan bagi dirinya sendiri melainkan hanya menjadi korban untuk memperdamaikan dosa manusia kepada Allah.

Ibrani 5:7
(5:7) Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.

Sebagai Imam Besar, Kristus hidup dengan kesalehan-Nya sebab ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia.
Berarti kita dapat mengambil kesimpulan; betapa hebatnya penderitaan yang dialami oleh Yesus sebagai Imam Besar, Dia tidak mengambil kehormatan sebagai Imam Besar, sebaliknya Ia dipermuliakan oleh Allah Bapa. 

Ibrani 5:8
(5:8) Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,

Sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya. Pendeknya; sebagai Imam Besar, Dia hidup di dalam kesalehan-Nya

Filipi 2:8
(2:8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

“Taat sampai mati, bahkan sampai mati di atas kayu salib” berati; Ia adalah seorang Imam Besar yang setia kepada Bapa. 

Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya:"Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"

Perhatikan kalimat; “Ya Bapa-Ku”
Ya Bapa, artinya; sebagai Anak Dia dengar-dengaran kepada Bapa. 
Kesimpulannya; di dalam ketundukan itu akan terlihat tiga hal, yaitu: 
1. Taat.
2. Setia.
3. Dengar-dengaran.
Itulah kelebihan gereja Tuhan yang adalah tubuh-Nya (istri) yang mendahulukan dirinya di dalam ketundukan kepada Kristus sebagai Kepala (suami). 
Itu adalah modal seorang hamba Tuhan dalam melayani Tuhan yaitu: taat, setia, dan dengar-dengaran. 
Berarti; tanpa ketundukan, tidak akan terlihat ketaatan, kesetiaan, dan dengar-dengaran.

Jadi biarlah kiranya kita memiliki perhiasan batiniah (perhiasan rohani) yaitu ketundukan kepada Kristus sebagai Kepala yaitu Suami, penyelamat tubuh. Ketundukan istri jauh lebih berharga dibanding perhiasan-perhiasan lahiriah sekalipun, termasuk rambut yang dikepang-kepang, perhiasan emas, juga pakaian yang indah-indah.

Apakah kita rindu tiga perkara ini terlihat di dalam diri kita di tengah-tengah ibadah dan pelayanan ini?
Menjadi hamba yang taat, hamba yang setia, dan hamba yang dengar-dengaran. 
Taat, artinya; patuh pada ajaran yang benar.
Setia, artinya; bertanggung jawab.
Dengar-dengaran, artinya; tidak suka mendahului kehendak Tuhan. Orang yang suka mendahului kehendak Tuhan sering sekali salah di dalam setiap tindakan-tindakannya.
Saya kira kita tidak perlu malu dan gengsi untuk mengakui Kristus sebagai Kepala. 

Tujuan dari ketundukan..
1 Petrus 3:5
(3:5) Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya,

Istri tunduk kepada suaminya karena ia menaruh pengharapannya kepada Allah
Jadi ketundukan istri kepada suaminya karena ia betul-betul menaruh pengharapannya kepada Allah, ia tidak menaruh pengharapannya kepada yang lain-lain. Siapa yang menaruh pengharapannya kepada Allah? Itulah mereka yang mendahulukan ketundukan kepada Kristus sebagai Kepala. 

1 Yohanes 3:3
(3:3) Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.

Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.”
Kesimpulannya; pengharapan adalah kesucian (hidup suci). Orang yang menaruh pengharapan kepada Allah,  berusaha untuk hidup suci.
Dalam pola Tabernakel, orang yang menaruh pengharapannya kepada Allah terkena kepada RUANGAN SUCI.
Tabernakel terdiri dari tiga daerah, yaitu:
1. HALAMAN = Iman.
2. RUANGAN SUCI = Harap.
3. RUANGAN MAHA SUCI = Kasih.

Tadi PENGHARAPAN terkena pada RUANGAN SUCI. Di dalam RUANGAN SUCI terdapat tiga macam alat, diantaranya:
1. Meja Roti Sajian, artinya; disucikan oleh air dan firman Allah serta Perjamuan Suci.
2. Pelita Emas, artinya; disucikan oleh Roh Kudus.
3. Mezbah Dupa, artinya; disucikan oleh kasih Allah.
Itulah pengharapan. Pengharapan itu sederajat dengan menyucikan dirinya dihadapan Allah lewat tiga macam alat yang ada di dalam Ruangan Suci. 

1 Petrus 1:3-4
(1:3) Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, 
(1:4) untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.

Hidup yang penuh pengharapan menerima bagian yang kekal yang sama dengan tiga hal yaitu:
1. Tidak dapat binasa, artinya; kekal.
2. Tidak dapat cemar, artinya; tidak dapat dipengaruhi oleh hal-hal yang tidak suci.
3. Tidak dapat layu, artinya; sama seperti pohon yang ditanamkan di pinggir sungai, ia akan tubuh, daunnnya hijau berarti tidak layu, selanjutnya menjadi obat bagi bangsa-bangsa bagi tulang-tulang kering dalam lembah kekelaman, putus asa, kecewa, dan patah semangat, juga tidak mengalami kekeringan rohani sekalipun menghadapi situasi dan keadaan yang begitu sulit.
Tiga hal tersebut tersimpan dengan baik di sorga dan tersedia bagi kita sekaliannya. 
Kesimpulannya; hidup yang penuh pengharapan akan menerima kehidupan yang kekal.

Ibrani 6:19
(6:19) Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir,

Jadi pengharapan adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang dilabuhkan sampai ke belakang tabir  atau Ruangan Maha Suci gambaran dari Yerusalem Baru, berarti yang lama sudah berlalu sampai akhirnya kelak kita akan menerima bagian yang tidak dapat binasa, tidak dapat cemar, dan tidak dapat layu
Maka 1 Petrus 1:3-4 sangat singkron sekali dengan Ibrani 6:19.
Sekali lagi saya tandaskan, jangan merasa rugi menempatkan Kristus sebagai Kepala, jangan tempatkan kesibukan, pekerjaan, perkara-perkara lahiriah bahkan kebenaran diri sendiri menjadi kepala. 
Saya kira kita tidak rugi menempatkan Kristus sebagai Kepala, jangan merasa terinjak-injak, jangan merasa terhina, jangan merasa gengsi dan malu, itu tidak ada artinya. Untuk apa kita gengsi menempatkan Kristus sebagai Kepala tetapi tidak menerima apa-apa?

Ibrani 6:20
(6:20) di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.

Sebagai Imam Besar Yesus telah masuk sebagai perintis ke belakang Tabir bagi kita oleh karena ketaatan-Nya sebagai Anak dan imam Besar menurut peraturan Melkisedek sehingga terlihatlah tiga hal, yaitu: taat, setia, dan dengar-dengaran untuk menerima suatu bagian yang kekal yaitu yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar, dan yang tidak dapat layu. 
Yesus Kristus, sekalipun Dia adalah Anak sekaligus Imam Besar, Dia tidak mencari penghormatan bagi diri-Nya sendiri namun Bapa sendiri yang mempermuliakan Dia. Dipermuliakan, berarti; menerima suatu bagian yang kekal, yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar, dan yang tidak dapat layu. Amin. 


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA  GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang





No comments:

Post a Comment