KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, July 14, 2019

IBADAH PERSEKUTUAN PASKAH RANTAUPRAPAT (SESI 2), 23 APRIL 2019



IBADAH PERSEKUTUAN PASKAH RANTAUPRAPAT (SESI 2), 23 APRIL 2019

Tema: “ROTI YANG TIDAK BERAGI”

Subtema: RAGI SADUKI

Shalom.
Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita, turun di tengah Ibadah Kebaktian Paskah Persekutuan Doa Hamba Tuhan Labuhanbatu sekitarnya. 
Kiranya Tuhan kembali memberkati kita sebagaimana tadi Tuhan sudah memberkati kita di sesi pertama, terkhusus mengenai ragi Farisi; ajaran firman Allah, itulah Taurat, dicampur/ditambah dengan adat istiadat nenek moyang orang Yahudi. 

Sebagai pendahuluan tadi, kita sedikit juga melihat soal ragi yang lama, yaitu segala keburukan dan segala kejahatan, itu semua mendatangkan kerugian dan ketidakadilan, sedangkan satu dengan yang lain saja berperkara, itu kekalahan bagi kita, itu kekalahan bagi sidang jemaat, itu kekalahan bagi hamba Tuhan, apalagi membawa perkaranya lalu mencari pengadilan kepada orang yang tidak mengenal salib, itu adalah kekalahan telak, kekalahan terbesar. 
Biarlah kiranya sebagaimana tadi Rasul Paulus berkata: “Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?”, mengapa harus mencari keadilan kepada orang yang tidak mengenal salib? Sementara kita melihat salib adalah kekuatan Allah, salib adalah hikmat Allah. Salib yang menentukan segala sesuatunya. 
Dan saya berharap, sore ini kiranya kita kembali diberkati dengan RAGI SADUKI.

Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan bahkan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan melalui live streaming Youtube, Facebook di dalam maupun di luar negeri, di manapun anda berada, kiranya Tuhan memberkati kita sore ini dan seterusnya, dan firman itu mendarah daging dalam kehidupan kita.

Saya jadi teringat pemberitaan firman dalam Ibadah Raya Minggu disertai Ibadah Kebangkitan; dalam Yohanes 1: 1, Firman itu adalah Allah, intinya itu adalah logos, tetapi di ayat 14, firman itu telah menjadi manusia, telah mendarah daging, berarti; dari logos menjadi rema
Jadi, ketika firman itu sudah mendarah daging, itu adalah rema, dan ketika firman Allah ditukik di dalam hati kita, dimeteraikan oleh Roh Kudus dalam kehidupan, itu adalah suasana kebangkitan = pelayanan Roh
Sedangkan pelayanan tubuh sama seperti huruf-huruf yang tertulis di dalam dua loh batu, itu mematikan. Sama seperti huruf-huruf yang tertulis pada lembaran-lembaran gulungan kitab, itu logos.

Kalau kita mendengar firman, lalu setelah mendengar firman kita terharu dengan meluap dan mungkin saja air mata tidak bisa tertahankan lagi, tetapi jika firman Tuhan itu tidak ditindaklanjuti, tidak di follow up, sama saja dengan pelayanan tubuh, huruf yang mematikan yang tertulis pada loh-loh batu.
Jadi, suasana kebangkitan itulah pelayanan Roh, dimana firman Allah dimeteraikan oleh Roh Kudus, dimeteraikan dalam loh daging kita masing-masing.

Mari kita kembali pada SESI KEDUA ini, saya berharap sekali kepada Tuhan Yesus Kristus, Kepala Gereja, untuk memberkati, melawat setiap kehidupan kita. Baik sidang jemaat yang sudah hadir semakin bertambah saya lihat, maupun hamba-hamba Tuhan, rekan-rekanku yang tetap setia bersama-sama untuk menikmati roti yang tidak beragi.

Kembali kita membaca 1 Korintus 5.
1 Korintus 5: 8
(5:8) Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.

marilah kita berpesta dengan roti yang tidak beragi
Saat ini kita sedang berpesta lewat kebaktian Paskah Persekutuan, sehingga lewat persekutuan ini kita boleh menikmati roti yang tidak beragi.
Biarlah kiranya dimulai dari saya, sebagai pemberita firman, tanpa ada kemunafikan, menyampaikan firman tanpa dicampur dengan ragi orang Farisi, maka betul-betul kita boleh menikmati roti tidak beragi, dan selanjutnya betul-betul tidak ada RAGI SADUKI.

RAGI SECARA UMUM, disebut ragi yang lama, yaitu segala keburukan dan kejahatan. 
Ada enam perkara yang saya sudah sampaikan tadi, itulah; orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk dan penipu, semua itu mendatangkan ketidakadilan dan mendatangkan kerugian. 
Dan setiap kehidupan yang tidak lepas dari ragi yang lama; tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga.

Sekarang kita akan melihat RAGI SECARA KHUSUS.
Ragi secara khusus ada tiga;
1. Ragi Farisi.
2. Ragi Saduki.
3. Ragi Herodes.
Ketiga ragi tersebut betul-betul bertentangan dengan pengalaman kematian, pengalaman kebangkitan dan kemuliaan dari Tuhan Yesus Kristus.
1. Ragi Farisi bertentangan dengan pengalaman kematian Tuhan Yesus Kristus.
2. Ragi Saduki bertentangan dengan pengalaman kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.
3. Ragi Herodes bertentangan dengan kemuliaan dari Tuhan Yesus Kristus.

Sekarang, mari kita memeriksa tentang RAGI SADUKI.
TENTANG: RAGI SADUKI.
Ragi Saduki bertentangan dengan pengalaman kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.

Matius 16: 5-7
(16:5) Pada waktu murid-murid Yesus menyeberang danau, mereka lupa membawa roti. (16:6) Yesus berkata kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki." (16:7) Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: "Itu dikatakan-Nya karena kita tidak membawa roti."

Yesus berkata kepada murid-murid: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Saduki”, tetapi di dalam pikiran murid-murid, Tuhan berkata demikian kepada mereka, karena mereka tidak membawa roti, tidak membawa bekal makanan. Dalam hal ini, mereka salah menafsir.

Matius 16: 8-10
(16:8) Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: "Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Hai orang-orang yang kurang percaya! (16:9) Belum juga kamu mengerti? Tidak kamu ingat lagi akan lima roti untuk lima ribu orang itu dan berapa bakul roti kamu kumpulkan kemudian? (16:10) Ataupun akan tujuh roti untuk empat ribu orang itu dan berapa bakul kamu kumpulkan kemudian?

Ketika Yesus mengetahui pikiran mereka, Yesus berkata: “Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti?
Di dalam mengikuti Tuhan, kembali saya tandaskan sore ini; sidang jemaat tidak perlu kuatir soal makanan. Demikian juga dengan saya, sebagai hamba Tuhan, tidak perlu memusingkan diri soal makanan, karena di mana saja seorang hamba Tuhan diutus, Tuhan pasti pelihara, Tuhan pasti sertai dengan ajaib. 

Oleh sebab itu, karena murid-murid melupakan pengalaman yang ajaib, Tuhan ingatkan mereka kembali tentang 5 ketul roti untuk 5000 orang laki-laki, belum terhitung para isteri, tidak terhitung anak-anak, tetapi ternyata masih tersisa 12 bakul, artinya; satu bakul untuk satu rasul/satu murid.
Tuhan sudah ingatkan, tetapi saat Yesus berkata: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Saduki”, mereka bisa lupa, sementara Tuhan ijinkan sisa 12 bakul supaya masing-masing satu bakul untuk 12 murid. 
Kalau kita lihat, kita baca dalam kisah yang lain, awalnya 5 roti ini seakan-akan tidak ada artinya karena roti ini milik seorang anak kecil, apalagi untuk ribuan massa, tetapi setelah 5 roti diberkati dengan ajaib, ternyata dapat memberi makan 5000 orang dengan kenyang sampai puas, masih sisa 12 bakul.
Hal yang sama Tuhan ingatkan tentang peristiwa 7 ketul roti untuk 4000 orang, mereka semua makan sampai kenyang, kemudian potongan-potongan roti itu dikumpulkan sisa 7 bakul penuh
Yesus datang dengan pengorbanan-Nya (lima roti), lalu untuk yang kedua kali tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga, kehidupan yang sempurna (angka 7 menunjuk kesempurnaan).

Matius 16: 11
(16:11) Bagaimana mungkin kamu tidak mengerti bahwa bukan roti yang Kumaksudkan. Aku berkata kepadamu: Waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki."

Yang dimaksud oleh Tuhan di sini “Waspadalah terhadap ragi orang Farisi” adalah bukan soal roti atau soal makanan, karena hal itu terlalu kecil bagi Tuhan.
Saya sudah katakan tadi; tidak usah kuatir, jangan sampai tidak percaya bahwa Tuhan sanggup mengadakan yang tidak ada, menghidupkan kembali yang mati oleh firman-Nya. 

Abraham tidak bimbang oleh karena ketidakpercayaan, walaupun tidak ada dasar untuk berharap, sebab usianya sudah 100 tahun, tubuhnya sudah lemah (dalam bahasa medis: lemah sahwat), juga Sara isterinya sudah mandul, rahimnya sudah tertutup, tetapi dia tidak bimbang oleh karena ketidakpercayaan, justru dia diperkuat oleh imannya, dan sekalipun dengan tubuh yang sudah tua, dia tetap memuliakan Tuhan. Memang dialah bapa orang percaya, bapa banyak bangsa.

Firman Allah sanggup mengadakan yang tidak ada menjadi ada, yang mati dihidupkan kembali. Firman Allah itu berkuasa untuk melenyapkan segala kemustahilan di bumi ini asal kita percaya; yang sakit sembuh, yang susah dihibur, yang lemah dikuatkan kembali, yang tidak ada menjadi ada, sebab firman Allah mempunyai daya cipta, menciptakan langit bumi dan segala isinya.

Jadi, yang dimaksud oleh Tuhan “Waspadalah terhadap ragi orang Farisi” akan kita periksa dalam 1 Timotius 4: 16. Ini adalah surat tahbisan, maka kalau seorang hamba Tuhan fokus soal makanan, sama artinya tidak hidup dalam tahbisan yang baik, benar dan suci. Kalau imam-imam, hamba-hamba Tuhan datang menyembah kepada Tuhan, datang menyerahkan diri lewat ibadah pelayanan di dalam tahbisan yang benar, di dalam tahbisan yang suci, maka tidak ada kekuatiran di dalam dirinya sedikitpun, tanda-tanda kekuatiran itu tidak terlihat di dalam dirinya. 
Saya yakin mengatakan ini sekalipun saya masih orang muda, pelayanan masih seumur jagung, tetapi itu merupakan pengalaman saya. 

1 Timotius 4: 16
(4:16) Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.

Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu”, itu yang terpenting; tetap bertahan, berpegang teguh kepada pengajaran firman Allah yang murni.
Kalau kita bertekun dengan pengajaran firman Allah yang murni, maka itulah yang menyelamatkan kehidupan diri seorang hamba Tuhan yang sudah mendapatkan jabatan gembala, dan itulah yang menyelamatkan kehidupan sidang jemaat yang dilayani oleh hamba Tuhan itu.

Jadi, tanggung jawab hamba Tuhan memang besar, oleh sebab itu, memang kita tidak boleh bermain-main, memang bukan waktunya lagi bermain-main, sebab Tuhan mau datang, tanda-tanda zaman ini sudah terlihat. Semua gunung bergeser, pulau bergeser, tetapi gunung Sion tidak bergeser, Pengajaran Mempelai tidak bergeser sedikitpun, itulah yang memotivasi saya untuk tetap berpegang dengan firman Pengajaran yang murni, itulah Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel. 
Ini adalah tanggung jawab saya kepada sidang jemaat yang Tuhan percayakan untuk dipikul di atas bahu saya ini.

Sekarang kita kembali melihat ...
Matius 16: 12
(16:12) Ketika itu barulah mereka mengerti bahwa bukan maksud-Nya supaya mereka waspada terhadap ragi roti, melainkan terhadap ajaran orang Farisi dan Saduki.

Pada akhirnya, murid-murid (rasul-rasul) mengerti bahwa yang harus mereka waspadai adalah ajaran orang Saduki.

Apa yang dimaksud RAGI SADUKI?
Kisah Para Rasul 23: 8
(23:8) Sebab orang-orang Saduki mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan dan tidak ada malaikat atau roh, tetapi orang-orang Farisi mengakui kedua-duanya.

Orang-orang Saduki berpendapat bahwa tidak ada kebangkitan dan tidak ada malaikat atau roh

Kita lihat persamaannya dalam injil Matius.
Matius 22: 23
(22:23) Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya:

Orang-orang Saduki berpendapat “tidak ada kebangkitan”, itulah ragi.

Matius 16: 21-22
(16:21) Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. (16:22) Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."

Yesus harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Ini adalah pemberitahuan yang pertama kepada murid-murid; mati dan dibangkitkan pada hari yang ketiga.
Tetapi respon Petrus terhadap pemberitahuan itu, ia berkata: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." Respon Petrus sama seperti orang Saduki; tidak percaya adanya kebangkitan

Mengapa Petrus demikian?
Matius 16: 23
(16:23) Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Petrus tidak memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah, sebaliknya Petrus memikirkan apa yang dipikirkan oleh manusia. Itulah yang ada di dalam seluruh pemikiran Petrus sehingga ia menolak kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

Matius 22: 24-28
(22:24) "Guru, Musa mengatakan, bahwa jika seorang mati dengan tiada meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. (22:25) Tetapi di antara kami ada tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin, tetapi kemudian mati. Dan karena ia tidak mempunyai keturunan, ia meninggalkan isterinya itu bagi saudaranya. (22:26) Demikian juga yang kedua dan yang ketiga sampai dengan yang ketujuh. (22:27) Dan akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itu pun mati. (22:28) Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan? Sebab mereka semua telah beristerikan dia."

Di sini kita sudah melihat dengan jelas, bahwa pikiran Petrus sama seperti orang Saduki berpikir secara manusiawi. Pikiran manusia adalah kawin dan mengawinkan, hidup di dalam kenajisan.
Dosa kawin mengawinkan sekarang bukan hanya melanda Jakarta (ibukota), tetapi sampai ke desa, kaya miskin, tua muda, laki-laki perempuan, tanpa memandang bulu, tidak melihat yang cakap atau jelek, tidak melihat yang kaya atau miskin. Itu saja yang ada dalam pikiran manusia, itu bukan pikiran Ilahi.

Sekarang kita lihat; apakah kehidupan seperti ini (memiliki pikiran secara duniawi) dibenarkan oleh Tuhan?
1 Korintus 6: 13-14
(6:13) Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh. (6:14) Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya.

Tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh kita.
Mengapa? karena tubuh kita adalah Tabernakel, rumah Tuhan, tempat Roh Allah berdiam, sebab Allah yang membangkitkan Dia dan membangkitkan kita oleh kuasa-Nya.

Tadi saya sudah simpulkan sedikit di atas; Yohanes 1: 1 adalah logos, pelayanan tubuh sama dengan huruf-huruf yang tertulis pada loh-loh batu atau lembaran-lembaran pada gulungan kitab. Kemudian Yohanes 1: 14, logos menjadi rema, firman sudah mendarah daging dimeteraikan oleh Roh Kudus, itu kuasa kebangkitan

Jadi, tubuh bukanlah untuk percabulan, bukan untuk yang najis karena pikiran yang najis, melainkan untuk Tuhan dan Tuhan untuk tubuh kita.
Kalau kita lihat dalam Mazmur 99 tertulis: “Tuhan Allah itu Raja, Dia bertakhta di atas kerub-kerub”, dan di dalam Keluaran 25 ada tertulis: “memang Dia bertakhta di atas kerub-kerub.” 

Pada saat Tuhan menjadi Raja, bertakhta di atas kerub-kerub, dua hal jelas terlihat di situ; 
1. Dia akan bertemu kita kembali. Saya katakan itu adalah pertemuan yang mengharukan, karena dulu kita pernah meninggalkan Dia, itulah yang disebut aib kejandaan dan malu keremajaan, tetapi begitu kembali kepada Mempelai Laki-Laki Sorga, Dialah Kepala, Dialah suami, Penebus kita, di situ ada suatu keharuan yang luar biasa ... Yesaya 54: 4-7.
2. Dia berbicara kepada umat-Nya dari hati ke hati. Kalau hanya cerita dunia, perjalanan sana sini, itu bukan berbicara dari hati ke hati, tetapi ketika Tuhan berdiam di dalam Tabernakel memerintah sebagai Raja dan berkuasa, selain bertemu nanti, Dia juga akan berbicara tentang segala sesuatu, menyampaikan isi hati-Nya kepada kita semua.
   Kalau hamba Tuhan bercerita hanya hal lahiriah itu bukan isi hati Tuhan, bukan isi dari sorga, itu maunya hamba Tuhan yang berpikir secara manusiawi.

Allah sudah membangkitkan Yesus oleh Roh-Nya, dan kita juga sudah berada dalam suasana kebangkitan, dan tubuh ini adalah tempat Roh Allah berdiam, Allah bertabernakel. Allah tidak berdiam di luar Tabernakel.

1 Korintus 6: 15
(6:15) Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak!

Anggota tubuh Kristus tidak diserahkan kepada percabulan, sekali-kali tidak. Tuhan tidak ijinkan. 
Kita semua adalah anggota tubuh Kristus dan bukan untuk percabulan. Tubuh untuk Tuhan, Tuhan untuk tubuh. Badan kita ini adalah Tabernakel, tempat Roh Allah berdiam. Ijinkanlah Allah bertabernekal dalam diri kita.

1 Korintus 6: 16-17
(6:16) Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas: "Keduanya akan menjadi satu daging." (6:17) Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.

Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul (dengan kenajisan), menjadi satu tubuh dengan dia (dengan kenajisan)?
Maka nanti akan ada dua pesta; pesta Anak Domba (Wahyu 19: 6-8) dan pesta burung-burung (Wahyu 19: 20).
Akan ada dua tandingan pesta, tetapi sekarang kita sedang berpesta untuk menikmati roti tidak beragi, tidak menikmati ragi Saduki.
-  Siapa yang mengikatkan diri dengan perempuan cabul (kenajisan), menjadi satu tubuh dengan dia,
-  tetapi siapa yang mengikatkan dirinya dengan Tuhan, menjadi satu Roh dengan Tuhan.
Saya kira, ini terlalu indah untuk kita terima supaya penyucian terhadap kenajisan itu terus dikikis, sampai nanti kita tanpa cacat cela atau tanpa kerut atau yang serupa itu, kudus tidak bercela, disucikan oleh air dan firman, sebab Tuhan mau menempatkan kita cemerlang di hadapan-Nya. Masakan Dia mau berdampingan dengan yang jelek? Itu tidak mungkin. 

Sekali lagi saya sampaikan; firman ini terlalu indah kalau kita perhatikan, supaya kita boleh mengalami penyucian demi penyucian, dosa kenajisan itu dikikis sedikit demi sedikit, sebab perubahan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi harus dengan ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok.

1 Korintus 6: 18
(6:18) Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.

Setiap dosa lain yang dilakukan manusia terjadi di luar dirinya. Ini menunjukkan kehidupan yang masih berada di bawah hukum Taurat, karena hukum Taurat itu memang tanpa sadar sudah merangsang dosa, seperti yang diakui oleh Rasul Paulus. 
Tanpa sadar Rasul Paulus sudah melakukan dosa, hukum dosa sudah menguasai tubuhnya. Dia menginginkan yang baik, tetapi tanpa sadar dosa sudah berkuasa pada tubuh.

Tetapi perhatikan; orang yang melakukan percabulan (kenajisan) berdosa terhadap dirinya sendiri. 
Kalau kita perhatikan Wahyu 18: 2, dosa kenajisan adalah dosa yang paling dibenci oleh Tuhan. Ada banyak dosa, tetapi dosa yang paling dibenci adalah dosa kenajisan.
Jadi sebetulnya dari zaman dahulu kala kenajisan ini sudah merajalela. Itu saja yang ada dalam pikiran Petrus dan orang-orang Saduki, berpikiran secara manusiawi, yaitu soal kawin dan mengawinkan.
Apakah mendengar firman ini membuat kerohanian kita shock? Tentu tidak, dan kita tidak perlu shock, sebab hanya Tuhan yang bisa mengubah saya dan saudara juga. Tidak ada orang yang dapat menolong, mengubah dirinya sendiri, biarpun dia orang pandai. 
Saya berikan contoh; lihat seorang motivator di televisi, bertahun-tahun dia terlihat luar biasa, tetapi begitu buah nikah berbicara, langsung berhenti, lenyap dari peredaran, tidak bisa apa-apa. 
Maka memang kita harus mengalami penyucian terhadap dosa kenajisan. Itulah ragi Saduki.

Ciri-ciri seseorang dikuasai ragi Saduki.
Matius 22: 29
(22:29) Yesus menjawab mereka: "Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!

Ketika seseorang dikuasai oleh ragi Saduki, maka Yesus berkata: “Kamu sesat
Sesat = liar, tidak tergembala -> orang yang mengambil jalannya sendiri dan hanya menuruti keinginan hati
Itu orang sesat; ditegur tidak boleh, dinasihati tidak mau, dia hanya mengambil jalan sendiri, dan mengikuti keinginan di hati.

Saya adalah gembala kecil untuk kawanan domba GPT “BETANIA”, tetapi Yesus adalah Gembala Agung.
Kalau hamba Tuhan, gembala sidang menginginkan sidang jemaatnya mengalami penyucian terhadap dosa kenajisan, maka gembala sidang enak, saya alami sendiri. Akibat dosa kenajisan terjadi pemberontakan yang luar biasa, maka inilah yang kita doakan.
Jadi, berkenan tidaknya sebuah penggembalaan, sebuah ibadah diukur dari ajarannya.

1 Petrus 2: 25 
(2:25) Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.

Sebab dahulu kamu sesat seperti domba”, berarti hidup di luar Tuhan, hidup jauh dari Tuhan
Itu sesat, seperti domba liar, tidak tergembala, yang mengambil jalannya sendiri, menuruti keinginan hati, tidak dengar-dengaran, seperti yang dialami oleh keluarga Elimelekh; hanya sesaat saja kelaparan terjadi di tanah Israel, segera saja dia tinggalkan Betlehem-Yehuda beserta isterinya dan kedua anaknya laki-laki ke daerah Moab untuk menetap di sana sebagai orang asing, dia menuruti keinginan hati dan akhirnya berujung pada kesusahan.

Efesus 2: 1-3
(2:1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. (2:2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. (2:3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.

Dahulu hidup jauh dari Allah dan tersesat, penyebabnya ada tiga.
1. mengikuti jalan dunia ini
   Dunia ini punya arus yang begitu kuat untuk menghanyutkan, menenggelamkan hidup rohani anak-anak Tuhan sampai mati rohani. Kita boleh saja berada di dunia ini, tetapi jangan ikuti arus dunia.
2. mentaati penguasa kerajaan angkasa
   Apa bukti seseorang mentaati penguasa kerajaan angkasa? Suka memberontak, mendurhaka, tidak dengar-dengaran.
3. hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging
   Inilah keadaan dari orang yang sesat, hidup jauh dari Allah, mengambil jalannya masing-masing, menuruti keinginan hati.

Matius 22: 29
(22:29) Yesus menjawab mereka: "Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!

Keadaan kalau sudah sesat: TIDAK MENGERTI KITAB SUCI maupun KUASA ALLAH.
Banyak orang Kristen yang tidak bisa membuka Alkitab. 

Kita akan melihat tentang: KITAB SUCI.
Kitab Suci terdiri dari 66 kitab, yang diawali dengan KITAB KEJADIAN dan diakhiri dengan KITAB WAHYU.
-  Kemudian kitab Kejadian dimulai dengan nikah Adam dan Hawa, 
-  sedangkan kitab Wahyu diakhiri dengan pesta nikah Anak Domba. 
Jadi awal dan akhir, semuanya berbicara soal nikah, dan Yesus Kristus, Dia adalah Alfa dan Omega, Awal dan Akhir.

Kalau kita perhatikan dalam Wahyu 1 : 8, di situ dinyatakan: “Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa” = hidup, mati, hidup. 
Kitab Kejadian berbicara tentang nikah Adam, sedangkan kitab Wahyu berbicara soal pesta nikah Anak Domba, berarti; dari Alfa untuk sampai kepada Omega, untuk sampai kepada nikah yang sempurna di tengah-tengahnya ada salib. 

Jadi, Alkitab itu berbicara tentang nikah; baik nabi berbicara nikah, baik juga rasul berbicara nikah. Dari awal sampai akhir bicara nikah. 
Yesus Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir, yang ada, yang sudah ada dan yang akan datang, hidup mati hidup, berarti; supaya nikah itu utuh, maka di tengah-tengah nikah itu salib harus ditegakkan
Kalau di dalam nikah tidak ada salib, dari Alfa tidak akan sampai kepada Omega.

Korban dari Perang Dunia pertama dan kedua bisa dihitung jumlahnya dan bisa tercatat, tetapi korban dari nikah yang hancur tidak tercatat sampai hari ini. 
Dahulu saya adalah korban dari nikah yang hancur, saya terlibat di dalamnya. Tuhan angkat kehidupan yang hina ini. Mengapa? Karena dahulu saya berpikiran secara manusiawi.
Mari kita bawa nikah, di tengah-tengahnya ada salib. Dari Alfa sampai kepada Omega, di tengah-tengahnya ada salib.

Orang Saduki tidak mengerti soal ini, tidak mengerti soal kitab suci, tidak mengerti soal membawa nikah di tengah-tengahnya ada salib, tidak mengerti. Sungguh sangat menyedihkan sekali.
Kita banyak melihat nikah yang hancur, mengapa? Karena salib tidak ditegakkan di tengah-tengah nikahnya.

Kitab Suci dibagi menjadi dua bagian, yaitu; PERJANJIAN LAMA dan PERJANJIAN BARU.
PERJANJIAN LAMA seluruhnya ditulis oleh para nabi. 
Tugas nabi adalah bernubuat, berarti; menyingkapkan segala rahasia yang terkandung dalam hati, menyingkapkan segala yang terselubung, itu tugas nabi.

Yeremia 23: 28-29
(23:28) Nabi yang beroleh mimpi, biarlah menceritakan mimpinya itu, dan nabi yang beroleh firman-Ku, biarlah menceritakan firman-Ku itu dengan benar! Apakah sangkut-paut jerami dengan gandum? demikianlah firman TUHAN. (23:29) Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?

Nabi yang beroleh mimpi, maka mimpi itu harus disampaikan. 
Saya seringkali mendapat mimpi, penglihatan, dan hal itu selalu saya sampaikan kepada jemaat. Lalu kalau saya mendapat pembukaan rahasia firman Tuhan, maka firman yang saya dapat itu saya sampaikan kepada sidang jemaat. 
Mendapat mimpi, penglihatan dan mendapat pembukaan rahasia firman, kuasanya; menyingkapkan segala yang terselubung, dosa dibongkar dengan tuntas. Itu tugas nabi.
Tetapi hal ini, perkara ini tidak dimengerti oleh orang Saduki, dan bila orang Saduki diberi pengertian semacam ini, mereka tidak mengerti.

PERJANJIAN BARU seluruhnya ditulis oleh para rasul. 
Tugas rasul; untuk menunjukkan hikmat, pengertian dan akal budi, yaitu Wahyu dari Tuhan Yesus Kristus, seperti apa yang dialami oleh Rasul Yohanes di pulau Patmos.

Wahyu 4: 1-3
(4:1) Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini. (4:2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang. (4:3) Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya.

Tuhan menunjukkan keadaan suasana sorga kepada Rasul Yohanes, dan di dalam Kerajaan Sorga itu terdiri suatu takhta di dalamnya.
Saya sudah singgung dalam sesi pertama, bahwa; seindah-indahnya sorga, tetapi kalau tidak ada takhta di dalamnya, sorga tidak ada artinya. Demikian juga hamba Tuhan, sehebat-hebatnya dalam hal menyampaikan firman Tuhan, tetapi kalau Allah tidak bertakhta di dalam Tabernakel, di dalam rumah Tuhan, di dalam hidup hamba Tuhan, hamba Tuhan itu tidak ada artinya.

Tuhan sudah tunjukkan demikian rupa. Ketika Tuhan bicara Wahyu tidak hanya soal berkat-berkat dan mujizat-mujizat tetapi Tuhan perlihatkan suasana sorga dan suatu takhta terdiri di dalamnya, sehingga sorga menjadi berarti, dan Tuhan tunjukkan rahasia sorga kepada rasul Yoahens.
Kalau menurut saya, Yohanes ini luar biasa. Rasul Paulus juga luar biasa, karena dia juga pernah naik ke tingkat yang ketiga dari sorga, disebut Firdaus, di situ dia melihat hal-hal yang luar biasa yang tak terkatakan, menunjukkan ada sebuah hubungan intim. 
Itulah Wahyu, yang akhirnya membawa kita kepada hubungan nikah, hubungan intim dengan Tuhan, sedangkan nabi menyingkapkan segala rahasia yang terkandung dalam hati, segala yang terselubung tersingkap, dosa dibongkar tuntas. 
Jadi, baik Rasul Yohanes maupun Rasul Paulus sama-sama luar biasa. Inilah tugas Rasul untuk membawa kita kepada satu nikah yang suci, sampai akhirnya kita berada dalam pesta nikah Anak Domba.

Matius 13: 9-11
(13:9) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" (13:10) Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?" (13:11) Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.

Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!
Siapa yang mempunya sepasang telinga, biarlah ia mendengar; kepada rasul-rasul diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi orang lain tidak.
Baik kepada rasul Yohanes, baik kepada Rasul Paulus, Tuhan tunjukkan rahasia Kerajaan Sorga begitu luar biasa, begitu megah, dan suatu takhta terdiri di dalamnya sehingga Kerajaan Sorga menjadi berarti.

Itulah tentang Kitab Suci, tetapi sayang, orang Saduki tidak mengerti tentang Kitab Suci. 
Bagaimana dengan kita? Bagaimana dengan saya, bagaimana dengan penggembalaan kami? Terlalu rugi rasanya tahun ke tahun tidak mengerti Kitab Suci. Banyak sudah berkorban, korban sana korban sini, tekun tiga macam ibadah pokok, tetapi sampai hari ini kami belum memiliki gedung gereja, setiap bulan kami harus membayar sewa gedung sebesar dua juta rupiah, dan bongkar pasang alat musik, mimbar dan sebagainya setiap ibadah. Tetapi semua menjadi indah karena Tuhan memberi karunia rahasia Kerajaan Sorga, apostolos. Penggembalaan menjadi berarti di hadapan Tuhan, sidang jemaat pun tidak main-main lagi, bahkan terlihat penghormatan yang luar biasa kepada Tuhan, percayalah. 
Oleh sebab itu, barangsiapa memiliki telinga, hendaklah mendengar. 

Kita akan melihat tentang: KUASA ALLAH.
1 Korintus 1: 22-23
(1:22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (1:23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,

Pengajaran salib menjadi suatu kebodohan bagi orang bukan Yahudi (Yunani) dan bagi orang Yahudi menjadi suatu batu sandungan karena tidak hidup di dalamnya.

Bagi orang-orang Yahudi, pemberitaan firman tentang salib adalah suatu batu sandungan, karena mereka hanya menghendaki tanda. Kalau bicara mujizat, berkat-berkat dengan cepat mereka respon dengan baik, tetapi terhadap pemberitaan salib disampaikan banyak orang tersandung. 
Biarlah saya dan kita semua, hamba Tuhan yang dikaruniakan jabatan gembala, tidak peduli dengan keinginan semacam ini yang hanya menghendaki mujizat-mujizat. Namun hal ini dibutuhkan pengorbanan yang luar biasa, kalau tidak, penggembalaan yang akan bubar. Kita tegas, tetapi tidak ada pengorbanan, maka bubarlah penggembalaan.
Selanjutnya, bagi orang Yunani pemberitaan firman tentang salib dianggap sebagai kebodohan
Yunani di sini adalah gambaran dari dunia, yaitu manusia berpikiran secara duniawi, tetapi kita semua tidak.

1 Korintus 1: 22-23
(1:24) tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.

Sesungguhnya, salib Kristus adalah kekuatan Allah. Salib Kristus adalah kuasa Allah
Biarlah kita bermegah dengan sengsara salib, aniaya karena firman, supaya ketika kita lemah, di situ kita kuat, kuasa Tuhan turun menaungi kehidupan kita.
Itulah pribadi Rasul Paulus; terlebih suka bermegah dalam kelemahan. 
Sebetulnya kalau dilihat dari penderitaan yang dialami, begitu luar biasa; duri dalam daging, utusan Iblis menggocoh, bahkan Rasul Paulus sampai memohon kepada Tuhan supaya duri dalam daging itu diambil dari padanya, tetapi Tuhan tidak kabulkan, supaya kasih karunia itu sempurna atas Rasul Paulus dan kuasa Tuhan turun atas Rasul Paulus.
Ketika kita lemah, kita kuat. Ketika kita bermegah dalam sengsara salib, kuasa Tuhan turun menaungi kita.

Saya berkali-kali mendapat teror, bukan dalam bentuk fisik tetapi guna-guna, karena Banten itu terkenal dengan guna-guna, tetapi dalam suatu penglihatan Tuhan memberitahu; keris yang panjang hampir menusuk saya tetapi saya langsung tengking: “Darah Yesus” berkali-kali. Darah Yesus berkuasa menebus jiwa dari dosa.

Dampak negatif hidup dengan ragi Saduki adalah hidup tanpa kebangkitan.
Di dalam 1 Korintus 15 ada tiga perikop tentang kebangkitan: 
1. Kebangkitan Kristus, ayat 1-11.
2. Kebangkitan kita, ayat 12-34.
3. Kebangkitan tubuh, ayat 35-58.

Mari kita lihat satu persatu dampak negatifnya.
YANG PERTAMA: KEBANGKITAN KRITUS.
1 Korintus 15: 8-10
(15:8) Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. (15:9) Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. (15:10) Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.

Pada saat Yesus Kristus bangkit, Dia menampakkan diri kepada 12 murid dan kepada yang lain-lain, dan yang terakhir kepada Rasul Paulus, itu sebabnya tadi dia katakan: “sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya”, berarti bayi prematur.
Jadi, kalau dia diberikan jabatan rasul, itu adalah kasih karunia. Sebetulnya dia tidak bisa apa-apa, persis  seperti bayi prematur; tangan kaki tidak berdaya, namun dipercaya jabatan rasul, itu kemurahan.
Tetapi kalau hidup dengan ragi Saduki, dampak negatifnya adalah jauh dari kemurahan.

YANG KEDUA: KEBANGKITAN KITA.
1 Korintus 15: 14, 17, 19, 32
(15:14) Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. (15:17) Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. (15:19) Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia. (15:32) Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati".

Kalau tidak ada kebangkitan kita;
1. Sia-sialah pemberitaan firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.
2. Sia-sialah kepercayaan kita kepada Kristus.
3. Masih hidup di dalam dosa.
4. Menjadi kehidupan yang paling malang di antara manusia. Malang itu berarti kehidupan yang selalu dirundung duka setiap saat, setiap hari.
5. Sia-sialah pengorbanan, sia-sia kita berkorban. Kalau pengorbanan itu menjadi sia-sia, mari kita melakukan dosa makan minum dan dosa kawin mengawinkan (kenajisan).
Itu kerugian dari ragi Saduki di dalam kebangkitan Kristus, di dalam kebangkitan kita.

YANG KETIGA: KEBANGKITAN TUBUH.
1 Korintus 15: 36-37
(15:36) Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu. (15:37) Dan yang engkau taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain.

tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu
Hati-hati dengan kebangkitan palsu; terlihat hebat hebat hebat, jemaat banyak banyak banyak, tetapi kalau kematiannya palsu, kebangkitannya palsu; tidak akan bertahan lama, habislah jumlah jemaat yang dimiliki. 
Tetapi kalau kematiannya benar, kebangkitannya juga benar; bertahan sampai Tuhan datang

Semoga semangat ini boleh kita serap supaya betul-betul pelayanan kita tidak mengalami kebangkitan palsu; sidang jemaat yang dilayani tidak palsu, imam-imam tidak palsu, nikah dan rumah tangga juga tidak palsu, tidak dirongrong oleh ragi Saduki.

1 Korintus 15: 42-44
(15:42) Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. (15:43) Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. (15:44) Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah.

Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan
    Kalau tidak ada kebangkitan tubuh; berujung binasa.
-  “Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan
    Kalau tidak ada kebangkitan; hina seperti debu tanah dan menjadi sasaran empuk dari pada  ular.
-  “Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan
    Kalau tidak ada kebangkitan; terus menerus dalam kelemahan, tidak keluar dari kelemahan, di situ saja seperti lingaran Setan sampai muak jijik rasanya. 
    Tetapi puji Tuhan, Tuhan Yesus baik kepada kita. Tuhan mau sucikan kita dari ragi Saduki ini dalam penggembalaan supaya ada suasana kebangkitan.

Kalau kita betul-betul ada suasana kebangkitan, manusia nafsani menjadi manusia rohani. Tetapi kalau ada di dalam ragi Saduki tetap nafsani, tidak berubah, tetap manusia daging ... 1 Korintus 15: 44.

Jalan keluarnya.
Matius 22: 30
(22:30) Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga.

Inilah suasana kebangkitan; “hidup seperti malaikat di sorga”, berarti; menjadi manusia rohani, tidak ada hawa nafsu, tidak ada lagi keinginan-keinginan daging yang jahat.

Matius 22: 31-32
(22:31) Tetapi tentang kebangkitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika Ia bersabda: (22:32) Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup."

Pernyataan “Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup”, memang Tuhan pernah berkata seperti demikian kepada Musa. Mari kita lihat.

Keluaran 3: 1
(3:1) Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam 
di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.

Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro
Biasa, bukan kebiasaan. “Biasa”, berarti betul-betul sudah menjadi suatu kehidupan domba, kehidupan yang tergembala. Tergembala itu menjadi suatu kenikmatan, inilah awalnya nanti ada perkataan: “Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub
Kita semua harus tergembala. Sidang jemaat harus tergembala. Saya juga tergembala, tekun tiga macam ibadah pokok, sebab Yesus adalah Gembala Agung.

Keluaran 3: 2-6
(3:2) Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. (3:3) Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?" (3:4) Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia menjawab: "Ya, Allah." (3:5) Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus." (3:6) Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.

Saat Musa berjumpa dengan Allah di gunung Sinai, Allah berkata: “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub” 

Tetapi di dalam pertemuan itu ada banyak peristiwa yang luar biasa: yang pertama-tama yang dilihat oleh Musa adalah: “semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api”, dan itu adalah penglihatan yang hebat. Biarlah roh kita menyala-nyala, berkobar-kobar di dalam melayani Tuhan, itulah penglihatan yang luar biasa.
Sesudah itu barulah dia mendekat untuk melihat suatu penglihatan yang hebat itu. Bagaimana dengan kita, apakah setelah kita mendengar firman ini mau langsung mendekat untuk menjadi penglihatan yang hebat, menjadi suatu kehidupan berkobar-kobar melayani Tuhan?

Kemudian, saat itu Tuhan berkata: “Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus”, artinya; terlebih dahulu menanggalkan perjalanan hidup yang lama.
Sebetulnya tanah tempat Musa berdiri sama dengan tanah di Labuhanbatu, Rantauprapat. Tetapi apa yang menjadi perbedaan? Hadirat Tuhan.
Biarlah hadirat Tuhan ada di tengah-tengah penggembalaan kita, kebangkitan sungguh nyata, tidak palsu. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment