KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, November 23, 2019

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 21 NOVEMBER 2019



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 21 NOVEMBER 2019


KITAB RUT
(Seri: 71)

Subtema: MENCELUPKAN SUAP KE DALAM CUKA = PERGUMULAN SUDAH SAMPAI DI LEHER

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan; oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita semua diperlengkapi lahir batin untuk melayani pekerjaan Tuhan.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet Youtube, Facebook, di manapun anda berada. Dan selanjutnya, biarlah kita berdoa, memohon dengan segala kerendahan hati, supaya kiranya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita, sehingga hidup, ibadah, pelayanan, nikah dan rumah tangga kita dipulihkan oleh Tuhan, tidak ada sesuatu yang tersembunyi lagi, semuanya transparan. Baik perkataan, baik perbuatan, keinginan di hati, semuanya transparan seperti permata yaspis, permata yang paling indah.

Segera saja kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari kitab RUT.
Rut 2:14
(2:14) Ketika sudah waktu makan, berkatalah Boas kepadanya: "Datanglah ke mari, makanlah roti ini dan celupkanlah suapmu ke dalam cuka ini." Lalu duduklah ia di sisi penyabit-penyabit itu, dan Boas mengunjukkan bertih gandum kepadanya; makanlah Rut sampai kenyang, bahkan ada sisanya.

Setelah tiba waktu makan, Boas memberi roti kepada Rut untuk dimakan. “Lalu makanlah Rut sampai kenyang, bahkan ada sisanya.”
Boas rohani adalah pribadi dari Tuhan Yesus Kristus, Sang Penebus, Dialah Kepala Gereja dan Mempelai Pria Sorga.

Di dalam Perjanjian Baru, Yesus pernah memberi makan roti kepada orang banyak, lalu mereka makan sampai kenyang, bahkan ada sisanya. Yesus melakukan hal itu sebanyak dua kali, yakni:
-       Yang pertama: Yesus memberi makan 5000 (lima ribu) orang laki-laki dengan 5 (lima) roti dan 2 (dua) ikan. Mereka makan sampai kenyang, bahkan masih ada sisanya 12 (dua belas) bakul penuh potongan-potongan roti.
-       Yang kedua: Yesus memberi makan 4000 (empat ribu) orang laki-laki dengan 7 (tujuh) roti dan beberapa ikan, sisa 7 (tujuh) bakul potongan-potongan roti.

Pendeknya:
Rut makan roti sampai kenyang, kemudian masih ada sisanya. Demikian juga 5 (lima) roti untuk 5000 (lima ribu) orang laki-laki dan sisanya 12 (dua belas) bakul, berarti; satu bakul untuk satu murid. Bahkan 7 (tujuh) roti untuk 4000 (empat ribu) orang laki-laki, sisa 7 (tujuh) bakul penuh potongan-potongan roti itu.

Sebetulnya, hal ini tidak masuk akal, sebab ada makanan yang tersisa. Sebab kalau kita bandingkan dengan Samuel; tidak ada satu pun dari firman-Nya itu yang dibiarkan gugur. Firman Allah tidak gugur dalam hidup Samuel, berarti; Samuel menghidupi firman Allah yang hidup dan firman Allah hidup di dalam hidup Samuel.
Pendeknya: Perkataan-perkataan yang keluar dari mulut Allah tidak kembali kepada-Nya dengan sia-sia, melainkan berhasil dan terlaksana setiap kali Allah menghendakinya, sesuai dengan Yesaya 55:11.
Namun tadi kita melihat; Rut makan roti itu sampai kenyang, bahkan masih ada sisanya. Demikin juga Yesus memberi makan orang banyak sampai kenyang, bahkan masih ada sisanya.

Tujuan potongan-potongan roti makanan tersisa.
Matius 16:9-10
(16:9) Belum juga kamu mengerti? Tidak kamu ingat lagi akan lima roti untuk lima ribu orang itu dan berapa bakul roti kamu kumpulkan kemudian? (16:10) Ataupun akan tujuh roti untuk empat ribu orang itu dan berapa bakul kamu kumpulkan kemudian?

Peristiwa 5 (lima) roti sisa 12 (dua belas) bakul dan peristiwa 7 (tujuh) roti sisa 7 (tujuh) bakul  penuh, tujuannya supaya murid-murid mengerti dan senantiasa mengingat, dengan lain kata; tidak segera melupakannya.

Tidak sedikit orang Kristen mendengar tetapi tidak mengerti, bahkan segera melupakan apa yang pernah ia dengar. Itu sebabnya di akhir ibadah, selalu saya ingatkan kembali firman yang sudah disampaikan. Sesudah ibadah, ingat firman Tuhan. Apabila sampai di rumah, ingat firman Tuhan. Bangun pagi, ingat firman Tuhan.  Jangan sampai karena suatu keinginan (hasrat daging), akhirnya semua jadi berantakan.

Sekarang kita perhatikan Yakobus 1.
Yakobus 1:21
(1:21) Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.

Terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hati kita, yang berkuasa menyelamatkan jiwa.

Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel sudah tertanam di dalam hati kita karena Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel telah menggembalakan kita sampai saat ini. Sebab itu, terimalah Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel dengan lemah lembut, karena itulah yang berkuasa menyelamatkan jiwa, itulah jalan satu-satunya yang membawa kehidupan gereja Tuhan untuk berada dalam rencana Allah yang besar, yaitu menjadi mempelai Tuhan, berada dalam perjamuan malam kawin Anak Domba, sebagai sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini.
Pendeknya: Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel berkuasa menyelamatkan jiwa kita.

Syarat untuk menerima firman yang tertanam di dalam hati: Terlebih dahulu membuang segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang banyak itu.
Dalam ejaan lama dituliskan: Membuang segala kenajisan dan kejahatan yang melimpah itu. Berarti, kenajisan itulah yang mengotori kehidupan seseorang.

Yakobus 1:22
(1:22) Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.

Kalau dengar firman tetapi tidak melakukannya, sama dengan; menipu diri sendiri.
Biasanya seseorang menipu orang lain, tetapi di dalam hal ini, kalau seseorang dengar firman tetapi dia tidak melakukannya sama dengan menipu diri sendiri. Jadi, lebih bodoh dari pada seorang penipu, karena seorang penipu hanya menipu orang lain, bukan diri sendiri.

Yakobus 1:23-24
(1:23) Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. (1:24) Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.

Mendengar firman tetapi tidak melakukannya, seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.
Pendeknya: Kalau hanya sekedar mendengar, bukan menjadi pelaku firman, maka orang semacam ini mudah melupakan kekayaan kasih karunia dan melupakan pengampunan dan kemurahan Tuhan, juga lupa dengan kasih dan setia Tuhan.

Kita banyak dosa, banyak kotoran-kotoran di sana sini, baik lahir maupun batin, kiranya kita mendengar firman untuk melakukannya dan Tuhan sudah mengampuni semua dosa-dosa yang sudah diakui, oleh sebab itu jangan terulang kembali. Tetapi, kalau seseorang hanya dengar firman Tuhan, mendengar tetapi tidak melakukannya, itu sama seperti seorang yang bercermin, baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi, ia segera lupa seperti apa wajahnya. Berarti, mendengar untuk melupakan firman = melupakan segala kebaikan dan kemurahan Tuhan, segala pengampunan yang Tuhan berikan.

Yakobus 1:25
(1:25) Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.

Kalau kita sungguh-sungguh mendengar dan melakukan apa yang kita dengar, maka ia akan berbahagia oleh perbuatannya itu. Mengapa demikian? Karena firman itu sempurna dan memberi kemerdekaan, memberi kebebasan atau kelepasan terhadap dosa.

Jadi, kita dapat menarik kesimpulan, bahwa; makanan yang sisa itu bertujuan supaya kita senantiasa mendengar firman dan selalu ingat untuk melakukannya. Dengar bukan untuk melupakan. Dengar untuk melakukannya.

Sejenak kita memperhatikan; kehidupan yang mendengar firman dan melakukannya.
2 Korintus 3:18
(3:18) Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.

Biarlah kita semua bercermin kepada firman; mendengar dan melakukannya, mendengar bukan untuk melupakannya, supaya kita boleh mengalami keubahan dari kemuliaan kepada kemuliaan sampai nanti serupa dengan gambar-Nya dalam kemuliaan yang semakin besar. Berarti, selama kita hidup di muka bumi ini, kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung, sama dengan; memancarkan kemuliaan Tuhan.

Masih berkaitan dengan roti yang tersisa, kita perhatikan Keluaran 29.
Keluaran 29:24
(29:24) Haruslah kautaruh seluruhnya ke atas telapak tangan Harun dan ke atas telapak tangan anak-anaknya dan haruslah kaupersembahkan semuanya sebagai persembahan unjukan di hadapan TUHAN.

Tiga ketul roti yang tidak beragi ditaruh di atas telapak tangan Harun dan anak-anaknya. Artinya, seorang hamba Tuhan harus berpegang teguh, harus memeluk kepada pengajaran firman Allah yang benar dan murni.
Bagaikan 12 (dua belas) murid, merekalah yang memberi makan 5000 (lima ribu) orang, di tangan mereka ada roti yang tidak beragi.

Keluaran 29:25
(29:25) Kemudian haruslah kauambil semuanya dari tangan mereka dan kaubakar di atas mezbah, yaitu di atas korban bakaran, sebagai persembahan yang harum di hadapan TUHAN; itulah suatu korban api-apian bagi TUHAN.

Kemudian, tiga ketul roti tersebut diambil dari tangan mereka, lalu dibakar di atas Mezbah Korban Bakaran, artinya; di tengah ibadah pelayanan itu seorang hamba Tuhan harus menyampaikan firman Allah yang benar dan murni. Itulah suatu korban api-apian bagi Tuhan atau korban ingat-ingatan atau tidak untuk dilupakan, sehingga menjadi persembahan yang berbau harum, menyenangkan hati Tuhan.
Jadi, itulah tentang makanlah Rut sampai kenyang, bahkan ada sisanya.

Kita tambahkan sedikit lagi soal 5 (lima) roti untuk 5000 (lima ribu) orang laki-laki.
Matius 14:14
(14:14) Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.

Yesus memberi makan 5000 (lima ribu) orang itu karena belas kasihan kepada mereka, kemudian di dalam belas kasihan itu sekaligus menyembuhkan mereka yang sakit.

Kemudian tentang 7 (tujuh) roti untuk 4000 (empat ribu) orang laki-laki.
Matius 15:32
(15:32) Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan."

Yesus memberi makan 4000 (empat ribu) orang juga karena belas kasihan, sebab Yesus tidak mau menyuruh mereka pulang dengan keadaan lapar. Mengapa? Karena nanti mereka pingsan di jalan.
Pingsan, sama dengan; tidak mati, tetapi tidak hidup, sama dengan; lupa diri. Banyak orang Kristen lupa diri, akibatnya menjadi sombong, arogansi, tidak rendah hati, suka bermegah. Seharusnya, kita ingat kita ini siapa; kita ini bukan siapa-siapa, kita ini hanya orang hina yang diambil dari lumpur dosa. Dan kalau akhirnya sekarang kita berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, itu karena kemurahan, itu karena belas kasihan Tuhan.

Hal-hal yang tidak boleh dilupakan:
-       Panjang sabarnya Tuhan atau belas kasihannya Tuhan, yaitu memberi kesembuhan, tidak membiarkan orang banyak pulang dalam keadaan lapar, nanti mereka pingsan di jalan.
-       Panjang umur, kesehatan, kesempatan untuk bekerja, kesempatan untuk mendapat upah, kesempatan untuk menikmati kemurahan Tuhan, kesempatan untuk beribadah dan melayani Tuhan, itu semua merupakan belas kasihan atau kemurahan hati Tuhan, jangan dilupakan.
Pendeknya: Untuk semua hal yang telah kita terima dari Tuhan, itu tidak boleh dilupakan.

Mendengar firman untuk melakukannya, bukan untuk melupakannya, itulah yang dimaksud dengan makan sampai kenyang, bahkan ada sisanya.
Jadi, untuk semua hal yang telah kita terima dari Tuhan, tidak boleh dilupakan begitu saja. Itulah sedikit mengenai makan sampai kenyang, bahkan ada sisanya.

Sekarang kita akan melihat berkat yang baru sebagai kemurahan hati Tuhan yang akan kita terima malam ini secara khusus.
Rut 2:14
(2:14) Ketika sudah waktu makan, berkatalah Boas kepadanya: "Datanglah ke mari, makanlah roti ini dan celupkanlah suapmu ke dalam cuka ini." Lalu duduklah ia di sisi penyabit-penyabit itu, dan Boas mengunjukkan bertih gandum kepadanya; makanlah Rut sampai kenyang, bahkan ada sisanya.

Rut tidak hanya makan roti dan kenyang, bahkan masih ada sisanya, tetapi Rut juga harus memperhatikan perkataan Boas, yakni: “... dan celupkanlah suapmu ke dalam cuka ini.
Cuka, sama dengan; cairan yang asam rasanya.

Demikian juga dengan Yesus, tidak hanya memberi makan 5000 (lima ribu) orang dan sisa 12 (dua belas) bakul, serta tidak hanya memberi makan 4000 (empat ribu) orang sisa 7 (tujuh) bakul, namun juga masuk dalam pengalaman berikutnya.

Yohanes 19:29-30
(19:29) Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. (19:30) Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.
Pendeknya: Yesus telah meminum anggur asam itu.

Kita lihat dahulu mengenai ANGGUR ASAM.
Yesaya 5:1-2
(5:1) Aku hendak menyanyikan nyanyian tentang kekasihku, nyanyian kekasihku tentang kebun anggurnya: Kekasihku itu mempunyai kebun anggur di lereng bukit yang subur. (5:2) Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam.

Yesus telah melakukan segala sesuatu kepada kita. Yesus telah mengerjakan segalanya di atas kayu salib, Yesus telah mengalami pemerasan di atas kayu salib, menanggung banyak penderitaan untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Tetapi kenyataannya, dinanti-Nya supaya kebun anggur itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam.

Yesaya 5:7
(5:7) Sebab kebun anggur TUHAN semesta alam ialah kaum Israel, dan orang Yehuda ialah tanam-tanaman kegemaran-Nya; dinanti-Nya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran.

Anggur asam itulah kelaliman dan keonaran.
-       Kelaliman bertolak belakang dengan keadilan.
-       Keonaran bertolak belakang dengan kebenaran.
Tetapi semua itu telah ditanggung oleh Yesus di atas kayu salib, Ia telah meminum anggur asam, yaitu; kelaliman dan keonaran.

Sebenarnya, lewat ibadah dan pelayanan ini Tuhan menantikan keadilan, juga menantikan kebenaran dari dalam diri kita masing-masing, supaya apa yang dikerjakan oleh Yesus di atas kayu salib tidak menjadi sia-sia. Dan kita sudah merasakan kemurahan Tuhan sampai pada saat ini telah digambarkan (dilukiskan) dalam Yesaya 5:1-2 tentang kebun anggur di lereng gunung.
Yesus sudah mengadakan pekerjaan yang besar dan mulia, sebab Ia telah menyangkuli kebun itu; digarap, dikerjakan, dan menggemburkan hati kita, kemudian batu-batunya dibuang supaya tanah hati kita tidak menjadi tanah hati yang keras.
Kita yang sudah bertahun-tahun mengikut Tuhan, apalagi yang sudah memberi diri digembalakan, seharusnya makin hari makin lemah lembut, makin hari harus semakin rendah hati di dalam mengikuti Tuhan, termasuk makin hari harus terlihat pengudusan di dalam diri kita masing-masing.
Tetapi rupanya, dinantikan-Nya keadilan tetapi hanya ada kelaliman, dinantikan-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran, tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Tuhan.

Tidak sedikit, bahkan seringkali kita membuat suatu keonaran, yang menurut kita mungkin itu bukan keonaran, tetapi kita harus melihat keonaran ini dari sudut pandang Tuhan, yaitu menurut kebenaran firman Tuhan.
Kalau seseorang mengharapkan sesuatu yang baik dari sesamanya (orang yang disekitarnya), yaitu keadilan dan kebenaran, tetapi hal itu tidak didapatinya, tentu orang yang mengharapkan itu akan sangat menderita dan sangat pilu hatinya. Selasa malam (dalam Doa Penyembahan), kita sudah mendapatkan ungkapan firman Allah yang besar, tentang; apa yang telah dipersatukan oleh Tuhan lewat sengsara salib, tidak boleh dipisahkan oleh manusia.
Seharusnya, baik keadilan maupun kebenaran harus tetap menjadi bagian dalam kehidupan kita masing-masing, supaya tidak terlihat kelaliman dan keonaran. Tabiat kelaliman tidak terlihat, tabiat keonaran tidak terlihat, baik dalam nikah rumah tangga sebagai penggembalaan yang terkecil, juga dalam nikah yang lebih besar, yaitu; kandang penggembalaan.

Sekarang kita lihat lebih jauh tentang anggur asam, yakni kelaliman dan keonaran ini, betul-betul ditanggung Yesus di atas kayu salib. Dan itu dilukiskan oleh pemazmur dalam Mazmur 69.
Mazmur 69:22
(69:22) Bahkan, mereka memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam.

Dalam kesesakannya, pemazmur ini berkata: “... pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam.

Sekarang, kita akan melihat Matius 26.
Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"

Matius 26:42 sama dengan Yohanes 19:29-30.
Singkatnya: Yesus meminum anggur asam, atau Yesus meminum cawan Allah, artinya; Yesus dengan rela dan sabar menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung, sama dengan; menderita karena dosa orang lain, karena kelaliman dan keonaran manusia.

Sebetulnya, kelaliman dan keonaran itu sangat menyakitkan hati Tuhan. Sebab itu, hendaknya kita memperhatikan firman ini, supaya baik lahir maupun batin kita tidak timbul kelaliman dan tidak membuat keonaran (huru-hara) dimulai dari penggembalaan terkecil itulah nikah rumah tangga dan penggembalaan yang lebih besar, keluarga Allah, sidang jemaat GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon.

Tentang pengalaman pada waktu minum angur asam, kita kembali memperhatikan Mazmur 69.
Mazmur 69:8-13
(69:8) Sebab oleh karena Engkaulah aku menanggung cela, noda meliputi mukaku. (69:9) Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku, orang asing bagi anak-anak ibuku; (69:10) sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku. (69:11) Aku meremukkan diriku dengan berpuasa, tetapi itu pun menjadi cela bagiku; (69:12) aku membuat kain kabung menjadi pakaianku, aku menjadi sindiran bagi mereka. (69:13) Aku menjadi buah bibir orang-orang yang duduk di pintu gerbang, dengan kecapi peminum-peminum menyanyi tentang aku.

Dimulai dari ayat 8 dikatakan: “Sebab oleh karena Engkaulah aku menanggung cela, noda meliputi mukaku
Jadi sudah sangat jelas, pemazmur ini sudah menceritakan pengalaman kesesakan yang dia alami, menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, sama dengan minum anggur asam, antara lain;
1.     Mazmur 69:9
2.     Mazmur 69:10
3.     Mazmur 69:11
4.     Mazmur 69:12
5.     Mazmur 69:13

Pengalaman kesesakan yang dialami oleh pemazmur ini betul-betul dituangkan dalam Mazmur 69:9-13. Di situ kita melihat lima perkara yakni kesesakan yang dialami oleh pemazmur tersebut. Mari, kita lihat kesesakan demi kesesakan bagaikan minum anggur asam.

Selanjutnya, kita akan melihat keterangan, tentang hal yang pertama sampai dengan hal kelima.
KETERANGAN yang pertama dari Mazmur 69:9
(69:9) Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku, orang asing bagi anak-anak ibuku;

Di sini dikatakan: “Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku”, kemudian “orang asing bagi anak-anak ibuku
Lewat firman penggembalaan untuk Ibadah Kaum Muda Remaja, pengalaman ini juga pernah dialami oleh Yusuf, ketika ia tinggal bersama-sama dengan saudara-saudaranya. Betul-betul Yusuf menjadi orang luar bagi saudara-saudaranya dan Yusuf menjadi orang asing bagi anak-anak ibunya.
Tetapi hal yang senada juga telah ditanggung oleh Yesus di atas kayu salib dan itu ditulis oleh Rasul Petrus, seorang hamba Tuhan, seorang rasul yang luar biasa, dalam 1 Petrus 2.

1 Petrus 2:6
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."

Allah telah meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru dan sebuah batu yang mahal. Siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.

Biarlah kita senantiasa meninggikan korban Kristus, supaya kita tidak dipermalukan oleh Tuhan. Kalau kita tidak meninggikan korban Kristus, banyak kali Iblis atau Setan dengan segala tipu dayanya, akhirnya mempermalukan kita masing-masing tanpa kita sadari. Tetapi bagi orang yang percaya, ia tidak akan dipermalukan.

Tetapi tetap saya tandaskan: Kalau memang sudah terlanjur jatuh dalam perzinahan, akuilah. Tidak ada yang mempermalukanmu. Supaya dari situ engkau berangkat untuk kembali kepada jabatanmu yang semula, kembali melayani pekerjaan Tuhan dengan berkobar-kobar. Apapun harganya, bayarlah. Tinggikan korban Kristus, supaya dosa itu jangan terlanjur-lanjur, sebab dosa itu nanti akan mempermalukan hidup seseorang. Tetapi siapa yang meninggikan korban Kristus, siapa yang percaya kepada korban Kristus, tidak akan dipermalukan.
Sekilas sebagai nasihat dan perhatian saya sebagai gembala untuk segera saudara perhatikan.

1 Petrus 2:7-8
(2:7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan." (2:8) Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.

Perhatikan kalimat: “Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan
Tukang-tukang bangunan, menunjuk; orang-orang Yahudi, dengan kata lain saudara-saudara Yesus sendiri, antara lain; ahli-ahli Taurat, imam-imam kepala dan tua-tua.

Ayat ini cukup menjelaskan kepada kita, bahwa; Yesus menjadi orang asing bagi saudara-saudaranya, bahkan tidak diakui oleh saudara-saudaranya. Mengapa demikian? Karena mereka itu tersandung pada-Nya, sebab mereka tidak taat kepada firman Allah.
Jadi, ayat ini sudah cukup jelas dinyatakan tentang; Yesus, Anak Allah, diasingkan oleh saudara-saudara-Nya sendiri.

Suatu pengalaman yang membuat seseorang merana dan menyedihkan hati, bahkan memilukan hati, bila keberadaannya tidak diakui di tengah-tengah saudara-saudaranya sendiri.
Kalau suami tidak mengakui isterinya, itu sangat memilukan hati isteri. Sebaliknya, kalau isteri tidak mengakui keberadaan suaminya, sebagai kepala, itu juga akan menyakiti hati suaminya. Tetapi Yesus telah mengalaminya di atas kayu salib, Yesus telah menanggungnya di atas kayu salib, dan kita harus memperhatikan hal ini dengan sungguh-sungguh.

Kita seringkali merasa bahwa kita ini benar menurut pengertian kita, tetapi sebaiknya, segera menyingkir dari pengertian semacam itu, kembali bercermin kepada firman Allah, supaya hati orang lain tidak terlukai, supaya hati orang lain tidak merana oleh sikap yang tidak kita sadari selama ini. Betul-betul Yesus telah minum anggur asam itu. Kita harus banyak belajar dari situ.

Kalau kita perhatikan Injil Yohanes 6, orang Yahudi tersandung karena mereka tidak taat kepada firman. Orang banyak (orang Yahudi) berbondong-bondong mengikuti Tuhan karena kesembuhan yang dilakukan oleh Yesus Kristus, dan Yesus juga telah memberi mereka makan sampai kenyang. Tetapi Yesus telah mengetahui hati dan pikiran mereka, itu sebabnya, selanjutnya Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.” Kemudian Yesus kembali berkata: “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa (yang mengenyangkan perut), melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal
Selanjutnya, Yesus memberitahukan keberadaan-Nya sebagai roti hidup, roti yang turun dari sorga, dari Allah. Yesus berkata kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan nenek moyang mu makan roti, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga”, sebab nenek moyang bangsa Israel telah makan roti yang diberikan oleh Musa, tetapi mayat mereka bergelimpangan di padang gurun, sebab itu Yesus berkata: “Akulah roti hidup” untuk memberi hidup yang kekal.
Sejak itulah orang-orang Yahudi meninggalkan Dia, sehingga pemazmur ini dapat melukiskan apa yang dialami oleh Yesus sebagaimana halnya Yesus telah meminum anggur asam. Semua kesesakan-kesesakan yang dialami oleh pemazmur ini dituliskan; bagaikan orang asing bagi saudara-saudaranya.

KETERANGAN yang kedua dari Mazmur 69:10
(69:10) sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku.

“Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku.”

Segera saja kita memperhatikan Yohanes 2.
Yohanes 2:14-16
(2:14) Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. (2:15) Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. (2:16) Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."

“Bait Allah menjadi tempat berjualan”, pada ayat yang lain dikatakan “menjadi sarang penyamun”, sebab di dalam Bait Allah (Bait Suci) didapati-Nya;
1.     Pedagang lembu, kambing domba dan merpati.
2.     Meja-meja penukar uang.
3.     Tempat duduk.
Inilah tandanya bahwa Bait Suci Allah sudah menjadi tempat berjualan atau sarang penyamun.

Apa arti semuanya itu?
Pedagang lembu, kambing domba dan merpati, arti rohaninya; menjual korban Kristus. Seharusnya, korban Kristus itu dijadikan sebagai alat pendamaian untuk memperdamaikan dosa manusia kepada Allah. Kalau seorang hamba Tuhan melayani pekerjaan Tuhan, terkhusus di dalam hal pemberitaan firman Tuhan, dengan satu maksud (satu tujuan) untuk mencari uang, sama artinya; menjual korban Kristus demi uang.
Itu sebabnya, setiap kali Tuhan utus kita dalam setiap persekutuan-persekutuan yang dipercayakan Tuhan, saya tidak mau mengambil persembahan-persembahan itu, sekalipun saya membutuhkan uang untuk kebutuhan dalam perjalanan. Tetapi percayalah; kalau Tuhan memberkati orang banyak dengan 5 (lima) roti, maka Tuhan akan memberkati seorang utusan dengan ajaib.

Meja-meja penukar uang, ini menggambarkan bahwa hati sudah menjadi tempatnya uang, sama dengan; cinta uang. Seharusnya, hati itu dijadikan sebagai tempatnya firman Allah, bukan menjadi tempatnya uang.

Tempat duduk (kedudukan), sama dengan; masih mempertahankan keakuan. Kalau seseorang masih mempertahankan keakuan, berarti dia tidak mengakui kebaikan dan kemurahan Tuhan, sama artinya hukum Taurat itu masih melekat di dalam dirinya. Sebab orang yang hidup di bawah hukum Taurat; bergantung dengan kekuatannya, bergantung dengan kemampuannya sendiri, tidak bergantung dengan kemurahan hati Tuhan.
Ciri-ciri masih mempertahankan keakuan ialah dikuasai oleh roh egosentris, kepentingan diri sendiri. Dan Allah tidak bertakhta di dalam hati atau kehidupan orang semacam ini.

Yohanes 2:17
(2:17) Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."

"Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." Dengan demikian, Yesus, Anak Allah telah mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan, sebab potongan-potongan daging dari korban bakaran itu dibiarkan di atas Mezbah Korban Bakaran sampai pagi, berarti sampai hangus.
Mari kita belajar untuk mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan. Apapun yang kita persembahkan kepada Tuhan itu harus sampai hangus. Potongan daging dari kepala sampai ekor harus sampai hangus, tidak boleh ada buntut-buntutnya. Jadi, apa yang kita persembahkan kepada Tuhan, itu adalah milik Tuhan, tidak untuk diingat-ingat.
Itulah yang dipersembahkan oleh Yesus di atas kayu salib; menjadi korban bakaran di hadapan Allah Bapa, karena cinta-Nya kepada manusia.

Yang teringat soal mempersembahkan korban bakaran di atas Mezbah Korban bakaran adalah murid-murid.
Setelah apa yang terjadi ini, teringatlah murid-murid, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." Jadi, kalau kita memiliki roh murid, maka selekasnya kita mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan.
Roh murid, berarti; dengar-dengaran. Sementara guru itu mengajar, berarti murid itu telinga, artinya; dengar-dengaran.

Yohanes 2:18-21
(2:18) Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" (2:19) Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." (2:20) Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" (2:21) Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.

Orang-orang Yahudi menantang Yesus dengan berkata: “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?
Orang-orang Yahudi bermegah terhadap Bait Suci Allah yang di Yerusalem, sebab mereka membangun Bait Allah itu selama 46 (empat puluh enam) tahun, berarti membangun Bait Allah menurut hukum Taurat, dan orang-orang Yahudi bermegah dengan hukum Taurat.

Pada loh batu tertulis 10 (sepuluh) hukum;
-       Loh batu yang pertama ditulis 4 (empat) hukum.
-       Loh batu yang kedua ditulis 6 (enam) hukum.
Jadi, mereka membangun Bait Allah menurut hukum Taurat dan mereka bermegah di sana, sekalipun Bait Suci Allah sudah dijadikan tempat jual beli, sarang penyamun.

Tetapi di sini Yesus datang untuk merombak Bait Allah hanya dengan 3 (tiga) hari saja.
3 (tiga) hari, menunjuk; pengalaman Yesus di dalam tanda kematian dan di dalam tanda kebangkitan-Nya.

Tidak sedikit orang bermegah karena hidup menurut hukum Taurat. Tidak sedikit orang Kristen bermegah oleh karena perkara-perkara lahiriah, perkara daging, tetapi Tuhan segera merombak kehidupan yang semacam ini, dijadikan baru lewat pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

KETERANGAN yang ketiga dari Mazmur 69:11
(69:11) Aku meremukkan diriku dengan berpuasa, tetapi itu pun menjadi cela bagiku;

Berpuasa, berarti; tidak makan, tidak minum, sama artinya; penyangkalan (penyaliban) terhadap daging, sama dengan; tidak bermegah. Kalau daging sudah disalib, sama artinya; tidak bermegah lagi terhadap daging.

2 Korintus 12:1-4
(12:1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. (12:2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (12:3) Aku juga tahu tentang orang itu, -- entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- (12:4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.

Tuhan mengangkat Rasul Paulus ke tingkat yang ketiga dari sorga. Pada saat itulah, ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.
Pendeknya: Rasul Paulus menerima penyataan-penyataan Allah.

2 Korintus 12:6-7
(12:6) Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku. (12:7) Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.

Supaya Rasul Paulus tidak bermegah, supaya dia tidak meninggikan diri atas penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka dia diberi suatu duri dalam daging, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh dia.

Kalau ada orang di sekitar kita menjadi utusan Iblis untuk menggocoh, itu adalah duri dalam daging. Tujuannya; supaya jangan bermegah, supaya jangan meninggikan diri. Memang, duri dalam daging itu harus ada supaya kita tetap rendah hati, supaya kita jangan bermegah, supaya kita jangan sombong dengan semua penyataan-penyataan Allah yang heran dan luar biasa yang sudah kita terima dari Tuhan.
Dan saya berdoa untuk kita semua, supaya dengan sadar kita menerima penyaliban terhadap daging atau duri dalam daging sekalipun ada utusan Iblis untuk terus menggocoh kehidupan kita masing-masing. Memang rasanya sakit bila ada duri dalam daging.

2 Korintus 12:8-9
(12:8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. (12:9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.

Rasul Paulus tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padanya. Tetapi jawab Tuhan kepadanya: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu

Duri dalam daging yang terus menggocoh kehidupan kita ini, mungkin dari suami, mungkin dari isteri, mungkin dari anak, mungkin dari orang tua, mungkin dari saudara, kerabat, keluarga, duri dalam daging itu menggocoh kehidupan kita, itu merupakan kasih karunia, merupakan kemurahan dari Tuhan, supaya di dalam kelemahan, kuasa Tuhan menjadi sempurna di dalam kehidupan kita masing-masing.
Kalau kita lemah, kita kuat. Tetapi kalau bermegah (sombong), kita lemah.

Duri dalam daging itu sakit. Kita berusaha supaya tidak ada duri dalam daging, tetapi Tuhan berkata: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu
Kalau ada orang di sekitar kita sebagai utusan Iblis dalam kelemahannya,  sampai menggocoh kehidupan kita lahir batin, itu adalah kasih karunia. Memang sakit bagi daging, tetapi itu kasih karunia.
Ingin kita menuruti suara daging ini untuk melepaskan diri dari semua ini. Ingin lari dari kenyataan. Tetapi kita harus memandang salib, memikul salib, itu adalah kasih karunia. Jangan berpikir pendek.
Banyak orang bunuh diri karena tidak kuat terhadap duri dalam daging. Ingat; keadilan dan kebenaran yang sudah dipersatukan di atas kayu salib tidak boleh dipisahkan oleh manusia.

Kita kembali membaca Mazmur 69.
Mazmur 69:11
(69:11) Aku meremukkan diriku dengan berpuasa, tetapi itu pun menjadi cela bagiku;

Perhatikan: “Aku meremukkan diriku dengan berpuasa, tetapi itu pun menjadi cela bagiku
Pemazmur ini menahan diri tidak bermegah, demikian halnya Rasul Paulus menahan diri untuk tidak bermegah, bahkan ada duri dalam daging, yaitu seorang utusan Iblis menggocoh kehidupannya, tetapi itu pun menjadi cela, itu pun menjadi sindiran, itu pun menjadi hinaan.
Berarti, betapa hebat penderitaan Yesus di atas kayu salib ketika Dia meminum cawan Allah, itulah anggur asam. Belum sebanding dengan penderitaan yang kita alami pribadi lepas pribadi.

Kita lihat gambarannya dalam 1 Korintus 1.
1 Korintus 1:23
(1:23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,

Pemazmur itu telah berpuasa, berarti; tidak makan, tidak minum, sama dengan; menyangkal daging (menyalib daging). Tetapi itu pun menjadi cela bagi pemazmur itu.
Sama halnya dengan Rasul Paulus memberitakan Kristus yang disalibkan, untuk orang Yunani (bangsa kafir) adalah suatu kebodohan.

Tetapi bagi mereka yang dipanggil -- baik Yahudi maupun bangsa kafir --, sebetulnya salib Kristus yang diberitakan itu adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah, sesudah dengan 1 Korintus 1:24.
Itu bukan kebodohan, itu bukan cela. Jadi, jangan kita berpikiran seperti 1 Korintus 1:23.

KETERANGAN yang keempat dari Mazmur 69:12
(69:12) aku membuat kain kabung menjadi pakaianku, aku menjadi sindiran bagi mereka.

Aku membuat kain kabung menjadi pakaianku
Sama seperti dua saksi yang ditugaskan oleh Allah untuk menjadi saksi Allah selama 1260 (seribu dua ratus enam puluh) hari; mereka bernubuat sambil berkabung, dalam ejaan lama disebut: berkainkan kain goni, artinya; melayani disertai dengan kerendahan hati.
Di dalam Kisah Para Rasul 20:19 dst, Rasul Paulus melayani Tuhan disertai dengan kerendahan hati, sebab dijelaskan pada ayat itu Rasul Paulus banyak kali mencucurkan air mata, kemudiam menanggung banyak penderitaan, yang tidak kalah penting, dia tidak lalai dalam tiga hal:
1. Tidak lalai memberitakan firman Allah.
2. Tidak lalai mengajarkan firman Allah.
3. Tidak lalai bersaksi dari hal firman Allah.

Tetapi baca kembali ayat 12.
Mazmur 69:12
(69:12) aku membuat kain kabung menjadi pakaianku, aku menjadi sindiran bagi mereka.

Pemazmur ini berkata: “Aku menjadi sindiran bagi mereka
Melayani disertai kerendahan hati, tetapi juga menjadi sindiran bagi mereka. Namun sekalipun demikian, pemazmur ini tetap menanggungnya sekalipun di dalam kesesakan yang hebat.

KETERANGAN yang kelima dari Mazmur 69:13
(69:13) Aku menjadi buah bibir orang-orang yang duduk di pintu gerbang, dengan kecapi peminum-peminum menyanyi tentang aku.

“Aku menjadi buah bibir orang-orang yang duduk di pintu gerbang
Menjadi buah bibir, berarti; menjadi bahan pembicaraan (cerita) tetapi di dalam hal yang negatif.

Tadi, sudah jelas pemazmur ini menyangkal dirinya, memikul salibnya, tetapi tetap saja menjadi buah bibir, berarti pusat perhatian atau menjadi buah perkataan-perkataan dalam hal yang negatif bagi orang-orang yang duduk di pintu gerbang.
Pintu gerbang, menunjuk kepada orang-orang yang percaya kepada Tuhan.
Jadi, bukan buah bibir bagi orang-orang dunia, tetapi buah bibir bagi orang-orang yang percaya kepada Tuhan.

Daud telah mengalaminya dan itu merupakan kesesakan yang luar biasa.
-       Sebelum ia duduk menjadi raja di atas takhta, sindiran itu sudah dialami, baik dari saudara-saudaranya sendiri; kakak tertua sampai kakak yang tertujuh.
-       Kemudian, juga isterinya sendiri, Mikhal (anak Saul) menyindir dia terkait dengan ketika Daud mengangkut tabut perjanjian. Tetapi akhirnya Mikhal tidak punya anak.
Orang yang menyindir Daud bukanlah orang-orang yang jauh dari dirinya, melainkan orang-orang yang dekat dengan dirinya sendiri. Kalau sindiran itu dari orang jauh, dengan mudah kita bertahan. Tetapi kalau sindiran itu datang dari orang-orang yang di sekitar, itu sakit rasanya, apalagi kalau setiap hari bertemu.
Inilah kesesakan yang dialami oleh Daud.

Mazmur 69:2-3
(69:2) Selamatkanlah aku, ya Allah, sebab air telah naik sampai ke leherku! (69:3) Aku tenggelam ke dalam rawa yang dalam, tidak ada tempat bertumpu; aku telah terperosok ke air yang dalam, gelombang pasang menghanyutkan aku.

Rasul Paulus dalam kesesakannya digambarkan seperti: “Aku tenggelam ke dalam rawa yang dalam, tidak ada tempat bertumpu ...
Rawa-rawa kalau semakin bergerak akan semakin tenggelam, tidak ada tempat untuk bertumpu di rawa-rawa, itulah yang disebut lumpur hidup.

Kemudian, “... Aku telah terperosok ke air yang dalam ...
Memang, Daud pernah jatuh di dalam dosa kenajisannya. Oleh karena pengalaman-pengalaman yang dilaluinya itu, membuat dia sangat menderita sekali dan penderitaan itu adalah penderitaan yang hebat. Dan kalau penderitaan yang hebat itu sudah sampai di leher, tinggal tunggu waktu Tuhan; tetapi dibalik salib Tuhan nyatakan kemuliaan.

Kalau pergumulan itu sudah sampai di leher, tinggal tunggu waktu-Nya Tuhan; Tuhan akan nyatakan kemuliaan-Nya. Perhatikanlah, jangan berhenti di dalam memikul salib. Jangan lari dari kenyataan. Hadapi saja.
Memang ketika kita menderita, persis seperti pengalaman Rasul Paulus; dia sampai memohon tiga kali supaya duri dalam daging segera dicabut, tetapi Tuhan justru berkata: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu”, sebab di dalam kelemahanlah seseorang menjadi kuat. Karena salib, kita menjadi kuat.
Kalau pergumulan belum sampai leher, terus bertahan, jangan lari, tetapi kalau pergumulan itu sudah sampai di leher, kita tidak bisa apa-apa, tinggal tunggu waktu; dibalik salib, Tuhan sudah sediakan kemuliaan-Nya. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment