KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, November 20, 2019

IBADAH RAYA MINGGU, 17 NOVEMBER 2019



IBADAH RAYA MINGGU, 17 NOVEMBER 2019


WAHYU PASAL 11
(Seri: 13)

Subtema: DUA SAKSI BESAR DENGAN TANDA API DAN AIR

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan; oleh karena rahmat-Nya dan pertolongan-Nya, Dia masih memberi kesempatan kepada kita untuk mengusahakan Ibadah Raya Minggu pada kesempatan sore hari ini. Kita juga bersyukur karena Tuhan masih memberi kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya, tentu semua karena kemurahan Tuhan, bukan karena gagah dan hebat sehingga kita boleh mengusahakan ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan ini.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan dan hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada. Mari kita mohon kemurahan Tuhan dengan segala kerendahan hati, supaya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kehidupan kita masing-masing sebagai uluran dua tangan Tuhan yang akan memulihkan hidup, ibadah dan pelayanan, nikah, serta rumah tangga, bahkan segala sesuatu dipulihkan, berkat berkelimpahan bagi kita masing-masing.

Hari-hari ini tentu adalah hari-hari yang terakhir, itu sebabnya, Tuhan dengan gencar sekali membukakan rahasia firman-Nya, supaya kiranya tidak ada seorang pun yang terhilang dan tertinggal dari antara kita masing-masing. Itu yang Tuhan mau. Maka, kesempatan yang tersisa memang tinggal sedikit sekali, kita gunakan sebaik mungkin, supaya nanti bilamana hari Tuhan tiba kita mendapat kemurahan karena Tuhan memberi keselamatan bagi kita.
Sejauh mana kita meninggikan korban Kristus, seperti Rahab, seorang perempuan sundal, sejauh itulah keselamatan yang dari Tuhan. Kita percaya kepada janji firman Tuhan yang disampaikan oleh hamba-hamba Tuhan, dua pengintai yang diutus oleh Tuhan, itulah firman Allah dan Roh Kudus. Hamba Tuhan yang diurapi oleh Tuhan akan dipakai supaya kehidupan manusia, seperti Rahab, bangsa kafir, kehidupan yang bersundal, juga mendapat pertolongan dari Tuhan.
Sebagaimana Rahab berkata kepada dua pengintai: “berikanlah kepadaku suatu tanda yang dapat dipercaya” Lalu kedua pengintai menyatakan ungkapan firman Tuhan yang luar biasa, yakni supaya perempuan Sundal itu mengikatkan tali kirmizi pada jendela, tempat dua pengintai itu diturunkan.
Biarlah hari-hari ini kita semakin giat menjunjung tinggi korban Kristus, semakin giat memuliakan Tuhan, itulah bibir bagaikan seutas pita kirmizi. Tuhan akan segera memberi puji-pujian kepada gereja Tuhan yang senantiasa meninggikan korban Kristus.

Segera kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari WAHYU PASAL 11.
Wahyu 11:4-6
(11:4) Mereka adalah kedua pohon zaitun dan kedua kaki dian yang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam. (11:5) Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, keluarlah api dari mulut mereka menghanguskan semua musuh mereka. Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, maka orang itu harus mati secara itu. (11:6) Mereka mempunyai kuasa menutup langit, supaya jangan turun hujan selama mereka bernubuat; dan mereka mempunyai kuasa atas segala air untuk mengubahnya menjadi darah, dan untuk memukul bumi dengan segala jenis malapetaka, setiap kali mereka menghendakinya.

“Jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, maka orang itu harus mati secara itu.
Hati-hati, belajar hormati hamba Tuhan, supaya jangan mati rohani. Siapa saja sidang jemaat yang tidak menghormati hamba Tuhan (gembala sidangnya), pasti dia mati rohani.

Di sini kita melihat, tentang tampilnya; kedua pohon zaitun dan kedua kaki dian berdiri di hadapan Tuhan semesta alam. Berarti, menjadi saksi di hadapan Tuhan.
Bukankah sore ini kita menghampiri takhta kasih karunia, berdiri di hadapan takhta-Nya untuk melayani pekerjaan Tuhan? Sehingga dengan demikian tentu kita akan menjadi saksi Ilahi di manapun kita berada, baik dalam perkataan, baik dalam perbuatan, baik dalam gerak gerik, lahir batin menjadi saksi, mempengaruhi sebanyak mungkin orang di sekitar kita, sehingga nama Tuhan dipermuliakan.

Kemudian, dua saksi tersebut bersaksi sesuai dengan pengalaman-pengalaman mereka sendiri, sehingga sekalipun nama kedua saksi tersebut tidak disebutkan dalam ayat ini, tetapi dari kesaksian-kesaksian mereka, kita dapat mengenali dan mengerti tentang kedua saksi tersebut dan siapakah mereka itu yang sebenarnya.
Yang pasti, kedua saksi tersebut pernah bernubuat kepada bangsa Israel dan orang Yahudi selama 3.5 (tiga setengah) tahun. Dan kesaksian mereka selama 3.5 (tiga setengah) tahun, itu juga merupakan nubuatan yang harus digenapi pada akhirnya.

Wahyu 11:3
(11:3) Dan Aku akan memberi tugas kepada dua saksi-Ku, supaya mereka bernubuat sambil berkabung, seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.

Kesaksian mereka merupakan nubuatan yang harus tergenapi di hari-hari menjelang kedatangan Tuhan. Dan hari-hari ini kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi, sebab itu hati-hati, sungguh-sungguh, jangan bermain-main, belajar untuk menghormati gembala sidang supaya tidak mengalami kematian rohani, belajar menghormati pemimpin rumah Tuhan supaya tidak mengalami kematian rohani.

Mari kita memeriksa bersama-sama penjelasan dari kedua bagian pada Wahyu 11:5-6.
Diawali dengan penjelasan pada BAGIAN YANG PERTAMA, yakni pada ayat 5: “ ... keluarlah api dari mulut mereka menghanguskan semua musuh mereka.” Bagian yang pertama ini ada kaitannya dengan api.

Mari kita lihat terlebih dahulu dari pihak atau sisi dari; NABI MUSA.
Ulangan 33:2-3
(33:2) Berkatalah ia: "TUHAN datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir; Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran dan datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus; di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala. (33:3) Sungguh Ia mengasihi umat-Nya; semua orang-Nya yang kudus -- di dalam tangan-Mulah mereka, pada kaki-Mulah mereka duduk, menangkap sesuatu dari firman-Mu.

Di sebelah kanan Tuhan tampak kepada Israel; api yang menyala-nyala.

Ulangan 33:4
(33:4) Musa telah memerintahkan hukum Taurat kepada kita, suatu milik bagi jemaah Yakub.

Musa telah memerintahkan hukum Taurat kepada kita, menjadi milik umat Tuhan, yang adalah sidang jemaat Allah.
Pendeknya: Musa adalah nabi yang mewakili hukum Taurat. Berarti, dari Taurat ada api yang menghanguskan.

Oleh sebab itu, Tuhan merindukan kehidupan kita sebagai orang-orang-Nya yang kudus ada di dalam tangan Tuhan. Kemudian orang-orang kudus itu; ada pada kaki Tuhan, mereka duduk, yaitu merendahkan diri untuk mendengarkan firman Tuhan.
Biarlah kita semua menjadi suatu kehidupan yang rendah hati. Kita duduk di kaki Tuhan saat dengar firman Tuhan, karena Taurat itulah hukum Tuhan, juga merupakan api yang menghanguskan, yakni bagi mereka yang tidak rendah hati untuk menghargai pembukaan firman Tuhan.

Saat dengar firman jangan pura-pura rendah hati, harus tulus lahir batin maupun di dalam melayani pekerjaan Tuhan, karena itu adalah untuk kebaikan kita dan nikah rumah tangga kita sendiri, bukan untuk orang lain. Itulah hebatnya Tuhan, demikian rupa sangat memperhatikan kehidupan kita masing-masing.
Sebaliknya, kalau kita tidak rendah hati, lihat pengaruhnya kepada keluarga, luar biasa. Apa kita mau biarkan keluarga kita hancur-hancuran oleh karena perbuatan kita yang tidak mau rendah hati?

Bilangan 16:35
(16:35) Lagi keluarlah api, berasal dari pada TUHAN, lalu memakan habis kedua ratus lima puluh orang yang mempersembahkan ukupan itu.

Lagi keluarlah api, berasal dari pada TUHAN, lalu memakan habis kedua ratus lima puluh orang yang mempersembahkan ukupan itu.
Hal itu berlaku karena Korah dan pengikut-pengikutnya tidak merendahkan diri di hadapan Tuhan, mereka menuntut pangkat imam kepada Musa. Itu adalah sikap yang sombong, angkuh, tidak rendah hati.

Itu dari sisi Musa. Sekarang kita akan melihat dari sisi ELIA, yang juga pernah menurunkan api dari langit.
2 Raja-Raja 1:9-10
(1:9) Sesudah itu disuruhnyalah kepada Elia seorang perwira dengan kelima puluh anak buahnya. Orang itu naik menjumpai Elia yang sedang duduk di atas puncak bukit. Berkatalah orang itu kepadanya: "Hai abdi Allah, raja bertitah: Turunlah!" (1:10) Tetapi Elia menjawab, katanya kepada perwira itu: "Kalau benar aku abdi Allah, biarlah turun api dari langit memakan engkau habis dengan kelima puluh anak buahmu." Maka turunlah api dari langit memakan dia habis dengan kelima puluh anak buahnya.

Begitu utusan raja itu menemui Elia di bukit Karmel dengan kelima puluh anak buahnya, lalu berkatalah perwira itu kepadanya: “Hai abdi Allah, raja bertitah: Turunlah!
Bayangkan, seolah-olah raja lebih mulia dari pada hamba Tuhan (nabi Elia), itu terlihat dari perkataan perwira tersebut.

Pada episode yang pertama: Api turun dari langit membunuh utusan raja, yaitu seorang perwira dan lima puluh anak buahnya.

Sekarang kita perhatikan episode yang kedua.
2 Raja-Raja 1:11-12
(1:11) Kemudian raja menyuruh pula kepadanya seorang perwira yang lain dengan kelima puluh anak buahnya. Lalu orang itu berkata kepada Elia: "Hai abdi Allah, beginilah titah raja: Segeralah turun!" (1:12) Tetapi Elia menjawab mereka: "Kalau benar aku abdi Allah, biarlah turun api dari langit memakan engkau habis dengan kelima puluh anak buahmu!" Maka turunlah api Allah dari langit memakan dia habis dengan kelima puluh anak buahnya.

Perwira yang kedua dengan sedikit lembut -- dibanding dengan perwira yang pertama --, dengan berkata: “Hai abdi Allah, beginilah titah raja: Segeralah turun!”, namun dia masih belum rendah hati.

Kalau saudara mengakui seorang gembala sidang, sebagai pemimpin rumah Tuhan, sebagai hamba Tuhan.
Jangan buat ukuran duniawi dalam hal yang rohani. Lihat, orang kaya di dunia memandang rendah hamba Tuhan, mengapa? Karena ukurannya adalah uang, termasuk yang kedudukannya tinggi. Hati-hati.

Juga episode yang kedua sama dengan episode yang pertama; turun api dari langit menghanguskan perwira yang kedua dan lima puluh anak buahnya sekaligus.

Barulah kita melihat episode yang ketiga.
2 Raja-Raja 1:13-15
(1:13) Kemudian raja menyuruh pula seorang perwira yang ketiga dengan kelima puluh anak buahnya. Lalu naiklah perwira yang ketiga itu dan sesudah sampai, berlututlah ia di depan Elia, serta memohon belas kasihan kepadanya, katanya: "Ya abdi Allah, biarlah kiranya nyawaku dan nyawa kelima puluh orang hamba-hambamu ini berharga di matamu. (1:14) Bukankah api sudah turun dari langit memakan habis kedua perwira yang dahulu dengan kelima puluh anak buah mereka? Tetapi sekarang biarlah nyawaku berharga di matamu." (1:15) Maka berfirmanlah Malaikat TUHAN kepada Elia: "Turunlah bersama-sama dia, janganlah takut kepadanya!" Lalu bangunlah Elia dan turun bersama-sama dia menghadap raja.

“Naiklah perwira yang ketiga itu dan sesudah sampai, berlututlah ia di depan Elia”, inilah yang Tuhan mau.
Ayo, belajar rendah hati, apalagi yang sudah melayani Tuhan. Bukan persembahan yang banyak itu yang Tuhan lihat, tetapi kerendahan hati kita masing-masing di dalam hal melayani Tuhan, menghadap takhta kasih karunia Tuhan, bukan kepintaran, bukan uang.
Itu sebabnya di atas tadi saya sudah sampaikan: Jangan keras hati, karena kekerasan hati seseorang merugikan satu keluarga, dan mata saya melihat, termasuk mata batin saya juga melihat. Cepat-cepat rendah hati.

“Serta memohon belas kasihan kepadanya, katanya: "Ya abdi Allah, biarlah kiranya nyawaku dan nyawa kelima puluh orang hamba-hambamu ini berharga di matamu”, inilah yang Tuhan mau, yaitu supaya kita memohon belas kasihan Tuhan.

Bukankah api sudah turun dari langit memakan habis kedua perwira yang dahulu dengan kelima puluh anak buah mereka?.” Perwira yang ketiga ini mengakui kekuasaan Tuhan. Biarlah kita juga belajar mengakui kekuasaan Ilahi.

Kesimpulannya: Api turun dari langit memakan habis perwira yang pertama dengan lima puluh anak buahnya, demikian juga memakan habis perwira yang kedua dengan lima puluh anak buah mereka.

Itulah tanda-tanda yang diadakan oleh nabi Musa dan nabi Elia; mereka berkuasa menurunkan api dari langit untuk menghanguskan mereka yang tidak rendah hati.

Sejenak kita kembali membaca Wahyu 11.
Wahyu 11:5
(11:5) Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, keluarlah api dari mulut mereka menghanguskan semua musuh mereka. Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, maka orang itu harus mati secara itu.

Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, keluarlah api dari mulut mereka menghanguskan semua musuh mereka.” Hal itu sudah terjadi, dan itu sudah dinyatakan oleh Tuhan dengan kekuasaan Ilahi sebagai kesaksian dari kedua pohon zaitun dan kedua kaki dian, itulah Musa dan Elia.

Tetapi tidak berhenti sampai di situ: “Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, maka orang itu harus mati secara itu.
Kita harus belajar untuk mengakui kekuasaan Ilahi yang dinyatakan oleh Tuhan dengan perantaraan seorang hamba Tuhan yang betul-betul bertanggung jawab dalam melayani pekerjaan Tuhan.

Pendeknya: Api yang menghanguskan itu berlaku atas mereka yang berlaku sombong dan tinggi hati, dengan lain kata; hukuman itu berlaku terhadap orang-orang yang tidak mau rendah hati.
-       Baik pada masa nabi Musa; api menghanguskan 250 (dua ratus lima puluh) orang yang mempersembahkan ukupan karena kesombongan Korah yang menuntut pangkat imam kepada Musa.
-       Baik pada masa nabi Elia; menghanguskan perwira yang pertama dengan kelima puluh anak buahnya dan perwira yang kedua dengan kelima puluh anak buahnya oleh api yang turun dari langit, karena kesombongan mereka.

Jadi, apa yang menjadi kesaksian mereka nanti kelak selama 1260 (seribu dua ratus enam puluh) hari, itu merupakan kesaksian atau merupakan pengalaman dari dua saksi Ilahi ini, maka Tuhan mempercayakan mereka, menugaskan mereka untuk bersaksi sesuai dengan pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam kehidupan mereka. Tuhan tidak mungkin mempercayakan suatu tugas yang mulia kalau seorang imam, seorang pelayan Tuhan belum mempunyai pengalaman-pengalaman, belum mempunyai saksi pengalaman salib di hadapan Tuhan untuk menyaksikan kemurahan Tuhan, itu sesuatu yang tidak mungkin.
Kalau seorang pelayan Tuhan turun dari pelayanannya sekarang, itu bukan karena saya menurunkan dia, tetapi karena Tuhan tidak percayakan dia untuk melayani pekerjaan Tuhan, karena dia tidak mempunyai kesaksian untuk melayani Tuhan. Bertahun-tahun itu terjadi, selalu saya kontrol, selalu saya topang, tetap saja tidak mempunyai pengalaman untuk kesaksian yang mulia di hadapan Tuhan.

Kiranya kita belajar untuk memahami semua perkara yang sedang terjadi, supaya kita semakin bijaksana. Jangan kita persalahkan situasi kondisi. Tuhan itu tidak pernah mau membuat kehidupan manusia rusak, maka sekarang kita harus membuktikan bahwa Tuhan itu baik, mengakui kekuasaan Ilahi dengan perantaraan seorang utusan Tuhan.

Sekarang kita akan memasuki penjelasan dari BAGIAN YANG KEDUA, pada ayat 6.
Wahyu 11:6
(11:6) Mereka mempunyai kuasa menutup langit, supaya jangan turun hujan selama mereka bernubuat; dan mereka mempunyai kuasa atas segala air untuk mengubahnya menjadi darah, dan untuk memukul bumi dengan segala jenis malapetaka, setiap kali mereka menghendakinya.

Hal yang kedua ini pun akan terjadi pada masa aniaya antikris selama 3.5 (tiga setengah) tahun, sama dengan; 42 (empat puluh dua) bulan, sama dengan; 1260 (seribu dua ratus enam puluh) hari.
Di mana kesaksian yang kedua ini; kedua saksi Ilahi itu mempunyai kuasa menutup langit supaya jangan turun hujan selama mereka bernubuat. Jadi bagian yang kedua ini ada kaitannya dengan air.

Kita awali dari sisi ELIA.
1 Raja-Raja 17:1
(17:1) Lalu berkatalah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead, kepada Ahab: "Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan."

Nabi Elia berkata keadap Ahab: “Sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan.” Jadi jelas, nabi Elia ini pernah menutup langit supaya hujan jangan turun, dan apabila hujan turun, itu juga harus sesuai perkataan Elia.
Jadi;
-       Berkuasa dalam hal menutup langit supaya jangan turun hujan.
-       Juga kembali berkuasa untuk menurunkan hujan.
Namun di ayat ini tidak disebut secara rinci, berapa lama dia melakukan hal itu.

Mari kita lihat ayat pendukungnya di dalam Yakobus. Sebab itu, Alkitab yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dimulai dari Kejadian dan diakhiri Wahyu, semua itu merupakan satu kesatuan dari pribadi Yesus, Anak Allah.

Yakobus 5:16
(5:16) Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.

Urusan kita dengan sesama (satu dengan yang lain) harus;
-       Saling mengaku dosa, berarti saling mengampuni.
-       Saling mendoakan.
Tidak lebih, tidak kurang. Lebih dari itu, nanti kesalahan terjadi.
Tujuan dari dua hal di atas ialah supaya kita boleh mengalami kesembuhan dan pemulihan. Sembuh dari sakit penyakit, yakni; dosa penyakit kejahatan, sembuh dari dosa penyakit kenajisan, berarti; dipulihkan.

Kemudian, kita harus mengerti: Doa orang benar sangat besar kuasanya.

Yakobus 5:17-18
(5:17) Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. (5:18) Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya.

Perhatikan baik-baik: Nabi Elia berdoa dengan sungguh-sungguh, berdoa dengan segala keyakinannya supaya jangan turun hujan selama 3.5 (tiga setengah) tahun.
Jadi, semuanya tergantung perkataannya, dengan demikian; doa orang benar sangat besar kuasanya. Dari mana, kita melihat bahwa dia adalah seorang yang benar? Terlihat tanda yang nyata, yakni; saling mengampuni (mengaku dosa) dan saling mendoakan.

Betul-betul Elia bernubuat kepada bangsa Israel dan orang Yahudi selama 3.5 (tiga setengah) tahun. Dan pengalaman itu, rupanya tergenapi. Sebab itu, Tuhan tugaskan mereka untuk menjadi saksi-saksi Ilahi selama 3.5 (tiga setengah) tahun, berarti selama aniaya antikris berlangsung.
Sebetulnya, ini adalah kemurahan Tuhan yang terakhir kali. Sampai pada masa aniaya antikris, Tuhan masih utus dua saksi-Nya yang luar biasa itu untuk menjadi saksi-saksi di tengah dunia yang bengkok hati ini.

Untuk melihat hal yang senada, yang juga pernah dilakukan oleh NABI MUSA, mari kita lihat Wahyu 11.
Wahyu 11:6
(11:6) Mereka mempunyai kuasa menutup langit, supaya jangan turun hujan selama mereka bernubuat; dan mereka mempunyai kuasa atas segala air untuk mengubahnya menjadi darah, dan untuk memukul bumi dengan segala jenis malapetaka, setiap kali mereka menghendakinya.

Mereka mempunyai kuasa atas segala air untuk mengubahnya menjadi darah dan untuk memukul bumi dengan segala jenis malapetaka setiap kali mereka menghendakinya.

Mari kita melihat untuk membuktikan hal ini dalam Keluaran 7.
Keluaran 7:17-18
(7:17) Sebab itu beginilah firman TUHAN: Dari hal yang berikut akan kauketahui, bahwa Akulah TUHAN. Lihat, dengan tongkat yang di tanganku ini akan kupukul air yang di sungai Nil dan air itu akan berubah menjadi darah, (7:18) dan ikan yang dalam sungai Nil akan mati, sehingga sungai Nil akan berbau busuk; maka orang Mesir akan segan meminum air dari sungai Nil ini."

Bayangkan, kalau hal itu nanti terjadi; air yang tawar, yang jernih itu, air mineral itu berubah menjadi darah, maka korbannya adalah ikan-ikan di sungai Nil, dengan lain kata; jiwa-jiwa akan binasa.

Keluaran 7:19-20
(7:19) TUHAN berfirman kepada Musa: "Katakanlah kepada Harun: Ambillah tongkatmu, ulurkanlah tanganmu ke atas segala air orang Mesir, ke atas sungai, selokan, kolam dan ke atas segala kumpulan air yang ada pada mereka, supaya semuanya menjadi darah, dan akan ada darah di seluruh tanah Mesir, bahkan dalam wadah kayu dan wadah batu." (7:20) Demikianlah Musa dan Harun berbuat seperti yang difirmankan TUHAN; diangkatnya tongkat itu dan dipukulkannya kepada air yang di sungai Nil, di depan mata Firaun dan pegawai-pegawainya, maka seluruh air yang di sungai Nil berubah menjadi darah;

Musa memukul air yang ada di negeri Mesir dengan tongkatnya sesuai dengan perintah Tuhan, maka seluruh air di negeri Mesir berubah menjadi darah. Kalau air (mineral) berubah menjadi darah, akibatnya fatal sekali.

Keluaran 7:21
(7:21) matilah ikan di sungai Nil, sehingga sungai Nil itu berbau busuk dan orang Mesir tidak dapat meminum air dari sungai Nil; dan di seluruh tanah Mesir ada darah.

“Matilah ikan di sungai Nil.” Ikan merupakan gambaran dan bayangan dari jiwa-jiwa. Selanjutnya, “sungai Nil itu berbau busuk”.

Keluaran 7:22
(7:22) Tetapi para ahli Mesir membuat yang demikian juga dengan ilmu-ilmu mantera mereka, sehingga hati Firaun berkeras dan ia tidak mau mendengarkan mereka keduanya seperti yang telah difirmankan TUHAN.

Firaun keras hati, ia tidak mau mendengarkan apa yang diperintahkan Tuhan dengan perantaraan Musa, sehingga dia memerintahkan para nujum, para ilmu manteranya, untuk mengadakan hal yang senada, itu adalah tanda bahwa Firaun ini keras hati. Tidak sedikit orang Kristen keras hati. sudah mendapat ungkapan-ungkapan firman Tuhan, yaitu rahasia firman yang dibukakan, tetapi tetap saja tidak mau berubah, keras hati. Itulah yang disebut Firaun rohani.

Dan kalau kita lihat mahkota dari Firaun adalah kepala ular tedung (ular kobra), itu yang membuat Firaun ini keras hati. Jadi, orang yang keras hati ada kaitannya dengan ular tedung, Setan yang mematikan.

Keluaran 7:23
(7:23) Firaun berpaling, lalu masuk ke istananya dan tidak mau memperhatikan hal itu juga.

Firaun tidak mau memperhatikan ungkapan-ungkapan firman Tuhan, tidak mau menghargai pembukaan rahasia firman Tuhan, karena Firaun ini mengeraskan hatinya. Jadi, keras hati ada kaitannya dengan Iblis Setan -- roh jahat dan roh najis – yang mematikan sekali. Jangan anggap enteng soal kekerasan hati ini. Jangan anggap sepele.
Musa melakukan hal itu -- air berubah menjadi darah -- oleh karena kekerasan hati Firaun.

Tadi kita sudah memperhatikan: Musa memukul air dengan tongkatnya, maka seluruh air di negeri Mesir berubah menjadi darah.
Tongkat Musa, menunjuk kepada; salib Kristus, supaya kita hidup di dalam kasih karunia yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita masing-masing. Tetapi oleh karena kekerasan hati manusia, kemurahan akan berubah menjadi kutukan.
Bukankah salib Kristus, salib di Golgota, merupakan kasih karunia yang dianugerahkan oleh Tuhan bagi kita? Tetapi selama kita hidup di bumi ini tidak mau menghargai kemurahan demi kemurahan yang Tuhan nyatakan, maka kemurahan akan berubah menjadi kutukan.

Kalau kita melihat, betapa hebatnya panjang sabar Tuhan kepada kita, tujuannya; untuk menantikan keubahan demi keubahan kehidupan kita masing-masing. Tetapi kalau toh juga tidak mau menghargai panjang sabarnya Tuhan, maka kemurahan-kemurahan yang dianugerahkan oleh Tuhan akan berubah menjadi kutukan.
Perhatikanlah di dalam Roma 11:22, dengan jelas Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Roma: “... perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya ...” Tuhan itu memang murah hati, tetapi kalau kita tidak mau menghargai kemurahan hati-Nya, maka panjang sabar Tuhan akan berubah menjadi kutukan. Tuhan akan mengeraskan hati kepada orang yang mengeraskan hatinya. Tuhan akan bermurah hati kepada orang yang bermurah hati, menghargai kemurahan hati Tuhan.

Sebab itu, jangan kita menjadi orang yang keras hati seperti Firaun. Sebenarnya, Tuhan sudah cukup lama menunggu keubahan manusia dengan panjang sabar-Nya. Tetapi kalau toh juga tidak mau berubah, tidak mau berdamai lagi dengan Allah, maka manusia akan mengalami kutukan, upah bagi kekerasan hatinya, sebab pada hari Tuhan, setiap orang akan mendapat upahnya.

Demikian halnya dengan NABI ELIA; ia menutup langit supaya tidak turun hujan. Hal ini berlaku oleh karena kekerasan hati raja Ahab.
1 Raja-Raja 18:17
(18:17) Segera sesudah Ahab melihat Elia, ia berkata kepadanya: "Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?"

Ahab berkata kepada Elia: “Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?” Ahab menuduh Elia mencelakakan bangsa Israel.
Tidak sedikit orang Kristen menuduh gembalanya (pemimpin rumah Tuhan) mencelakakan sidang jemaat, padahal dia yang tidak mau berubah. Banyak orang Kristen yang seperti itu.
Saya berdoa, supaya hal yang sama tidak berlaku di tengah-tengah penggembalaan ini. Dan doa orang benar kuasanya besar, kalau diimani (yakin dan percaya), tetapi iman tanpa perbuatan tidak ada artinya.

Selanjutnya, kita perhatikan ayat 18.
1 Raja-Raja 18:18
(18:18) Jawab Elia kepadanya: "Bukan aku yang mencelakakan Israel, melainkan engkau ini dan kaum keluargamu, sebab kamu telah meninggalkan perintah-perintah TUHAN dan engkau ini telah mengikuti para Baal.

Yang mencelakakan bangsa Israel bukan hamba Tuhan, tetapi kekerasan hati Ahab dan isterinya, Izebel.
Apa kekerasan hati Ahab dan isterinya, Izebel -- yang sudah mencelakakan -- itu ? Ahab dan bangsa Israel meninggalkan perintah-perintah Tuhan dan mengikuti para Baal dan sujud kepadanya.
Dalam kitab Mazmur, sesungguhnya;
-       Perintah Tuhan itu memberi damai sejahtera.
-       Perintah Tuhan itu membuat supaya kita boleh mengalami kebahagiaan.
Andai saja kita mengikuti aturan-aturan yang turun dari sorga, dari Allah, kita patuhi itu semua, pasti kita berbahagia.
Sama halnya dengan orang yang berkendara di jalan raya apabila ia tidak mematuhi aturan-aturan yang ada di tengah jalan, di situ terjadi banyak kekacauan, kecelakaan dan penderitaan, air mata tidak bisa lagi dibendung. Jadi, jangan kita memutar balik fakta. Kalau kita mengalami kesusahan hati, tentu itu karena pelanggaran-pelanggaran yang terjadi, karena tidak mau lagi hidup menurut peraturan, perintah-perintah Tuhan. Jangan kita putar balik, jangan kita salahkan seorang hamba Tuhan yang diutus Tuhan untuk melayani Tuhan, apalagi kalau dia seorang hamba Tuhan -> yang bertanggung jawab. Banyak diantara sidang jemaat, terlihat memang mulut tidak berkata-kata, tetapi hati tersirat mempersalahkan hamba Tuhan.

1 Raja-Raja 18:20-22
(18:20) Ahab mengirim orang ke seluruh Israel dan mengumpulkan nabi-nabi itu ke gunung Karmel. (18:21) Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah kata pun. (18:22) Lalu Elia berkata kepada rakyat itu: "Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN, padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya.

Pada akhirnya, bangsa Israel dan 450 (empat ratus lima puluh) nabi-nabi Baal berlaku timpang dan bercabang hati karena mereka telah meninggalkan perintah-perintah Tuhan.
-       Berlaku timpang, berarti; pendiriannya tidak kuat dan tidak benar di dalam Tuhan.
-       Bercabang hati seumpama mulut berkata-kata dengan perkataan manis, tetapi hatinya tidak sama dengan perkataannya yang manis.
Itulah yang terjadi pada saat itu.

Kesimpulannya: Kedua saksi tersebut, yakni Musa dan Elia, adalah saksi yang besar yang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam, dengan dua kesaksian yang besar, yakni tanda api dan tanda air.
Pengalaman ini menjadikan mereka saksi-saksi besar dan saksi-saksi yang sempurna pada masa aniaya antikris berlangsung selama 3.5 (tiga setengah) tahun.

Dari apa yang sudah kita dengar dan yang sudah Tuhan nyatakan kepada kita sore ini, dengan tandas saya sampaikan: Belajarlah untuk menghargai segala kemurahan-kemurahan Tuhan. Jangan mengabaikan firman Allah yang sudah pernah tertanam di dalam hati kita masing-masing. Hanya dengan demikianlah, kita boleh mendapat keselamatan yang kekal sebagai kemurahan yang sudah Tuhan sediakan.

Tanda pertama adalah tanda api, dan tanda kedua adalah tandai air. Air akhirnya berubah menjadi darah. Kalau manusia tidak lagi menghargai kemurahan hati Tuhan, itulah salib di Golgota, darah yang tercurah, maka kemurahan itu berubah menjadi darah. Sebetulnya Tuhan sudah melakukan segala sesuatu di atas kayu salib, sudah ditanggungkan-Nya di atas kayu salib, sehingga Dia rela untuk mencurahkan darah-Nya, supaya pada akhirnya nyawa atau darah kita tertolong. Tetapi kalau tidak mau menghargai darah salib sebagai kemurahan, maka gantinya adalah darah kita, nyawa kita yang akan binasa, sama artinya; bulan berubah menjadi darah.

Lihatlah, penampilan dari pada mempelai perempuan Tuhan dalam Wahyu 12:1, betul-betul berada dalam naungan dari Allah Tri Tunggal.
-       Berselubungkan matahari, itu merupakan tabiat dari Allah Bapa, yaitu kasih.
-       Bulan di bawah kaki, itu tabiat dari Allah Anak dengan segala pengorbanan-Nya di atas kayu salib, darah-Nya tercurah gantikan kita.
-       Bermahkotakan dua belas bintang di atas kepala, yang adalah tabiat dari Allah Roh Kudus.
Tetapi kalau tidak mau menghargai kemurahan Tuhan, maka kemurahan, yaitu bulan akan berubah menjadi darah.

Kita akan melihat Injil Matius 17.
Matius 17:1-3
(17:1) Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. (17:2) Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. (17:3) Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia.

Kalau kita perhatikan, mengapa sampai Musa dan Elia, Tuhan utus menjadi dua saksi yang besar, itu karena mereka mempunyai pengalaman hidup yang besar, dan pengalaman itu menjadi kesaksian selama 3.5 (tiga setengah) tahun, itulah masa aniaya antikris berlangsung.

Dan di sini pun kita melihat: Ketika Yesus, bersama dengan Petrus, Yakobus dan Yohanes di atas gunung yang sangat tinggi, nampaklah kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Yesus.
Semua yang akan terjadi dan juga yang akan digenapi supaya tergenapi, terlebih dahulu Musa dan Elia ini diutus, termasuk di dalam hal Yesus akan menanggung penderitaan di atas kayu salib.
Jadi sebetulnya, kesaksian hidup kita ini penting untuk orang lain, supaya orang lain berada di dalam rencana Allah yang besar, tidak boleh egois, tidak boleh hanya mementingkan diri sendiri.

Matius 17:4
(17:4) Kata Petrus kepada Yesus: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."

Tetapi jangan konyol seperti Petrus; ia hendak membangun rumah Tuhan. Kita tidak layak untuk membangun rumah kepada Tuhan, tetapi Tuhan yang membangun rumah untuk kita.

Matius 17:5-9
(17:5) Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia." (17:6) Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan. (17:7) Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: "Berdirilah, jangan takut!" (17:8) Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorang pun kecuali Yesus seorang diri. (17:9) Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: "Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati."

Pertemuan Yesus dengan dua saksi yang besar, yaitu Musa dan Elia, itu merupakan rahasia besar, itu tidak boleh diceritakan sebelum Yesus dibangkitkan. Tentu itu semua ada maksudnya.

Matius 17:10-11
(17:10) Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?" (17:11) Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu

Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu, seperti yang tertulis dalam Wahyu 11. Demikian juga sebelum Yesus menanggung penderitaan, Musa dan Elia sudah menceritakan rencana penderitaan itu di ayat 1-3.
Jadi, segala sesuatu yang direncanakan Allah akan tergenapi. Biarlah kita mau memperhatikan kesaksian demi kesaksian yang Tuhan nyatakan, supaya kita berada dalam rencana Allah, sampai kita mengalami pemulihan karena kita dipulihkan oleh Tuhan.

Matius 17:12-13
(17:12) dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka." (17:13) Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis.

Yohanes Pembaptis, itulah gambaran dari Musa dan Elia.
Biarlah kiranya air firman Allah senantiasa boleh membasuh setiap kehidupan kita ini. Biarlah kiranya lewat pembukaan rahasia firman ini kita boleh diubahkan sehingga keubahan demi keubahan boleh terjadi. Biarlah rahasia firman Tuhan yang nanti akan mengubahkan kehidupan kita ini. Tidak boleh kita mengandalkan kekuatan sendiri di dalam melayani pekerjaan Tuhan. Itu sebabnya Yesus berpesan kepada tiga murid-Nya: “Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.

Yohanes Pembaptis itulah gambaran dari dua pribadi yang diutus oleh Tuhan untuk mendahului Tuhan.
Air basuhan firman Allah, biarlah senantiasa menyucikan kehidupan kita. Firman Allah terus membasuh setiap kehidupan kita masing-masing, itulah yang mendahului kedatangan Tuhan, sampai kita betul-betul mengalami keubahan itu, itulah Musa dan Elia sudah mendahului. Apa yang dikerjakan Yohanes Pembaptis sudah mendahului. Pembukaan firman sudah mendahului supaya kita boleh mengalami keubahan.
Jangan kita tidak menghargai pembukaan firman. Biar kita boleh mengalami air basuhan supaya kita semakin hari kita disucikan oleh Tuhan sampai segambar serupa dengan Dia.

Matius 11:10
(11:10) Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu.

Pembukaan rahasia firman mendahului Tuhan. Pembukaan rahasia firman akan mempersiapkan jalan bagi Tuhan di hadapan Tuhan.

Matius 11:11
(11:11) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya.

Yesus sendiri mengakui: “Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis”, menunjukkan bahwa; Musa dan Elia adalah seorang yang rendah hati. Barangsiapa merendahkan dirinya akan ditinggikan oleh Tuhan.

Jadi kita tidak perlu lagi bingung; mengapa Musa dan Elia diutus oleh Tuhan berdiri di hadapan Tuhan semesta alam untuk menjadi kesaksian yang besar, kesaksian yang sempurna? Karena kedua hamba Tuhan itu adalah hamba Tuhan yang besar, berjiwa besar, mereka itu adalah betul-betul hamba Tuhan yang lemah lembut dan rendah hati. Itu sebabnya Tuhan meninggikan mereka, membesarkan mereka.

Kalau kita semakin kecil, maka Tuhan semakin besar. Kalau kita semakin rendah, maka Tuhan akan semakin ditinggikan dalam setiap kehidupan kita, dalam hidup, dalam ibadah, dalam nikah dan rumah tangga, di atas segalanya nama Tuhan dipermuliakan.
Semoga Tuhan melawat, memulihkan setiap kehidupan kita, menjelang kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Danie U. Sitohang

No comments:

Post a Comment