KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, June 5, 2020

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 02 JUNI 2020


IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 02 JUNI 2020


KITAB KOLOSE
(Seri: 99)

Subtema: MENJADI KORBAN DI ATAS MEZBAH

Shalom.
Selamat malam. Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi setiap kehidupan kita masing-masing.
Saya tidak lupa menyapa umat TUHAN, anak TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita mohon kemurahan dari TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita sekaliannya.

Segera saja kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di KOLOSE.
Kolose pasal 3 terdiri dari dua perikop:
-       Kolose 3:5-17 sebagai perikop yang pertama.
-       Kolose 3:18-25 merupakan perikop (tema atau judul) yang kedua.
Oleh kemurahan hati TUHAN, kita sudah melewati perikop yang pertama, yaitu ayat 5-17, dan kita sudah mengakhirinya pada minggu yang lalu. Dan sekarang kita akan memasuki perikop (tema atau judul) yang baru, itulah “Hubungan antara anggota-anggota rumah tangga.” Biarlah oleh karena kemurahan hati-Nya, TUHAN kembali memberkati kita semua sebagaimana TUHAN telah memberkati kita pada pasal dan ayat-ayat sebelumnya.

Kita akan memasuki perikop yang kedua, dimulai dari Kolose 3:18-25 s.d Kolose 4:1-18.
Dalam susunan Tabernakel terkena pada Mezbah Korban Bakaran. Arti rohani dari Mezbah Korban Bakaran adalah salib, di mana Kristus menjadi korban. Atau, gambaran dari Mezbah Korban Bakaran adalah salib, di mana Kristus menjadi korban. Berarti, ibadah yang TUHAN percayakan dan yang kita kerjakan di atas muka bumi ini tidak terlepas dari korban, sebagaimana dituliskan di dalam surat tahbisan, itulah 2 Timotius 3:12, “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya.” Setiap orang yang mau beribadah, dia banyak menanggung penderitaan, dan hal ini tidak bisa dipungkiri. Oleh sebab itu, kita tidak bisa lari dari kenyataan yang ada, dan itu juga merupakan tangga atau penghubung antara bumi dengan sorga.

Terkait dengan “korban”, kita akan memeriksanya dalam Mazmur 51:19.
Mazmur 51:19
(51:19) Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.

Korban sembelihan kepada TUHAN ialah jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk. Ini merupakan ibadah dalam perjanjian yang kedua, yang telah ditegakkan oleh Yesus, Anak Allah.
Jadi, kita tidak perlu membawa dan mempersembahkan korban binatang, yaitu lembu sapi, kambing domba, dan lain sebagainya kepada TUHAN. Tetapi yang pasti, korban sembelihan kepada TUHAN ialah jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk; korban yang demikian dipandang mulia oleh TUHAN, tidak dipandang hina. Inilah korban yang terkait dengan ibadah.

Berarti, masing-masing kita harus meletakkan dirinya sendiri di atas mezbah, oleh pelayanan, di tengah-tengah ibadah bagi Kristus. Seperti pesan dari pada Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Roma, secara khusus Roma 12:1, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Rasul Paulus berpesan supaya sidang jemaat ini betul-betul mempersembahkan tubuhnya kepada TUHAN, tidak kepada yang lain-lain, sebab tubuh ini sangat berguna bagi TUHAN.

Di atas tadi sudah disampaikan, bahwa; terkait dengan ibadah, berarti harus mempersembahkan korban.
Pertanyaannya: SIAPA SAJA YANG HARUS MEMPERSEMBAHKAN KORBAN DI ATAS MEZBAH?
Kolose 3:18-25
(3:18) Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. (3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. (3:20) Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. (3:21) Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya. (3:22) Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan. (3:23) Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (3:24) Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya. (3:25) Barangsiapa berbuat kesalahan, ia akan menanggung kesalahannya itu, karena Tuhan tidak memandang orang.
Kolose 4:1
(4:1) Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga mempunyai tuan di sorga.

Diawali dengan “Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu”, mengapa? Supaya keluarga itu belajar dari keluarga yang pertama sekali di taman Eden nikah yang pernah diperdaya oleh iblis/setan. Oleh sebab itu, isteri harus tunduk kepada suami, sebab itulah yang seharusnya di dalam TUHAN.

Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.” Tetapi suami-suami juga harus mengasihi isteri, berarti tidak berlaku kasar.

Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal …” Anak-anak haruslah taat kepada orang tua dalam segala perkara, tanpa terkecuali, supaya hidup anak-anak indah.

Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu …” Bapa-bapa jangan menyakiti hati anak, supaya anak jangan tawar hati.

Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal …” Juga hamba-hamba, biarlah mereka taat kepada tuannya yang di dunia ini. Berarti, selama di dunia ini, seorang hamba haruslah taat kepada tuannya.

Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu …” Biarlah tuan-tuan berlaku adil dan jujur, karena di atas tuan masih ada Tuan yang lebih tinggi di sorga.

Jadi, masing-masing meletakkan dirinya sendiri di atas mezbah, antara lain:
1.     Para isteri dengan ketundukannya kepada suami.
2.     Para suami mengasihi isterinya.
3.     Anak-anak hormat kepada orang tuanya dalam segala perkara.
4.     Bapa-bapa tidak menyakiti anaknya.
5.     Hamba-hamba atau pelayan-pelayan taat kepada tuannya.
6.     Tuan-tuan berlaku adil dan jujur kepada hamba-hambanya.
Inilah bagian dari suasana Kerajaan Sorga, berarti bagian dari keluarga Allah.

Matius 5:23-24
(5:23) Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, (5:24) tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.

“ … Jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah …” Setiap orang yang melayani di tengah-tengah ibadah, perhatikanlah pernyataan TUHAN malam hari ini: Mempersembahkan persembahannya di atas mezbah bagi TUHAN, berarti sudah berada dalam suasana perdamaian dengan sesamanya, yakni keluarga Allah.
Oleh sebab itu, biarlah kita menjaga hati sebelum memulai ibadah, atau berusahalah untuk menjaga hati jauh-jauh sebelum melaksanakan ibadah. Jangan sampai kita mencari soal-soal yang tidak penting untuk memuaskan nafsunya, tetapi akhirnya ibadah kita tidak menjadi suatu persembahan yang berkenan di atas mezbah bagi TUHAN. Sekali lagi saya tandaskan: Jaga hati, korbankan diri di atas mezbah bagi TUHAN.

Itulah keadaan kita saat mempersembahkan persembahan di atas mezbah bagi TUHAN; benar-benar di dalam perdamaian dengan sesamanya. Ayo, mulai dari sekarang, belajar untuk mengorbankan dirinya, mengorbankan hati, pikiran dan perasaan, supaya ibadah dan pelayanan ini berkenan kepada TUHAN.

2 Korintus 5:18
(5:18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.

Kristus menjadi pengantara antara Allah dengan manusia. Di atas kayu salib, Ia telah memperdamaikan dosa manusia, supaya kehidupan kita ini berkenan kepada Allah.

2 Korintus 5:19-21
(5:19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (5:20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. (5:21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

“Menjadi pendamaian”, berarti menjadi korban untuk selanjutnya dipersembahkan di atas mezbah bagi TUHAN.

Efesus 2:19-20
(2:19) Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, (2:20) yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.

Keluarga Allah -- itulah isteri-isteri, suami-suami, anak-anak, bapa-bapa, hamba-hamba, tuan-tuan -- dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.

1 Korintus 3:10-11
(3:10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. (3:11) Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.

Rumah TUHAN, rumah rohani, keluarga Allah dibangun di atas pribadi Yesus Kristus yang dikorbankan. Singkatnya, Rumah TUHAN, rumah rohani, keluarga Allah dibangun di atas dasar korban Kristus, tanpa terkecuali.

1 Petrus 2:4-5
(2:4) Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. (2:5) Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.

Perikop ayat ini adalah “Yesus Kristus Batu Penjuru.” Dialah dasar dari tiap-tiap bangunan.

Biarlah kiranya kita semua datang kepada batu hidup -- itulah batu penjuru atau korban Kristus --, supaya kita juga dipergunakan sebagai batu hidup di dalam rangka;
1.     Untuk pembangunan suatu rumah rohani.
2.     Untuk mempersembahkan persembahan rohani.

Kita akan memperhatikan dua hal di atas.
YANG PERTAMA: Untuk pembangunan suatu rumah rohani.
Rumah rohani = rumah TUHAN = rumah doa.

Matius 21:12-13
(21:12) Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati (21:13) dan berkata kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun."

Rumah TUHAN -- rumah rohani atau yang disebut juga rumah doa --, berarti di dalamnya terdapat:
1.     “Kasih Allah.” Kalau kita betul-betul penuh dengan kasih Allah, hal itu akan nyata di mana kita senantiasa meninggikan korban Kristus, senantiasa hidup di dalam kasih Allah yang besar dan heran.
2.     Hati yang penuh akan “Firman Allah.” Kalau hati kita ini merupakan tempatnya Firman Allah, maka kita jauh dari cinta akan uang.
3.     Hidup yang penuh dengan “Roh Kudus.” Kalau hidup penuh dengan Roh Kudus, maka di situ tidak terdapat bangku-bangku penjual merpati.

Lebih jauh kita melihat RUMAH TUHAN, RUMAH ROHANI, RUMAH DOA dalam Injil Yohanes 2.
Yohanes 2:13-17
(2:13) Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. (2:14) Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. (2:15) Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. (2:16) Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." (2:17) Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."

Rumah TUHAN atau rumah rohani adalah rumah doa, yang senantiasa penuh dengan 3 perkara, yaitu:
1.     Penuh dengan kasih Allah. Berarti, menjunjung tinggi korban Kristus.
2.     Penuh dengan Firman Allah. Berarti, meja hati ini menjadi tempatnya Firman Allah, bagaikan Meja Roti Sajian (meja roti pertunjukkan).
3.     Penuh dengan Roh Allah. Berarti, tidak ada bangku-bangku pedagang merpati, tidak dikuasai oleh roh jual beli.

Ketika Yesus mengadakan penyucian terhadap Bait Allah, maka teringatlah murid-murid-Nya bahwa ada tertulis: “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.” Singkatnya, rumah rohani, rumah TUHAN adalah rumah doa. Tandanya; kita senantiasa mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN.
Korban bakaran, berarti mempersembahkan potongan-potongan daging -- dari kepala sampai ekor -- di atas Mezbah Korban Bakaran sampai pagi. “Sampai pagi”, artinya sampai hangus; daging tidak bersuara lagi. Itulah rumah rohani, rumah TUHAN, rumah doa, yaitu sampai daging ini hangus, tidak terdengar lagi tabiat-tabiat daging.

Jadi, apa pun yang kita persembahkan kepada TUHAN, biarlah itu semua guna hormat dan kemuliaan bagi TUHAN. Jangan pernah kita mengingat-ingat apa pun yang kita persembahkan.
Kalau seseorang masih “ingat-ingat” kebaikannya, berarti dia bukan rumah TUHAN, dia bukan rumah rohani, dia bukan rumah doa. Rumah doa itu tidak untuk mengingat-ingat apa saja yang sudah kita perbuat di hadapan TUHAN; tidak ada istilah hitung-hitungan di situ. Itulah rumah doa.

Saya rindu supaya kehidupan kita ini menjadi rumah TUHAN, menjadi rumah rohani, menjadi rumah doa bagi segala suku, kaum, bahasa dan bangsa lewat Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel. Jangan kita hitung-hitungan di dalam hal pekerjaan yang mulia ini. Kita harus menyadari bahwa semuanya adalah dari TUHAN, oleh TUHAN, dan kembali lagi untuk hormat dan kemuliaan bagi nama TUHAN.

Itulah mengenai “Rumah rohani, rumah TUHAN.”

Sekarang, kita akan memperhatikan …
YANG KEDUA: Untuk mempersembahkan persembahan rohani.
Tentang “persembahan rohani” bisa kita temukan sebagaimana tadi pesan Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Roma.

Roma 12:1
(12:1) Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

Persembahan rohani, berarti masing-masing kita mempersembahkan tubuh sebagai;
1.     “Persembahan yang hidup”, berarti tidak hidup menurut hawa nafsu dan keinginan daging.
2.     “Persembahan yang kudus”, berarti hidup di dalam kekudusan, senantiasa mengalami penyucian oleh air dan Firman Allah.
3.     “Persembahan yang berkenan”, berarti senantiasa menyenangkan hati TUHAN; tanpa cacat dan tanpa cela di hadapan TUHAN.
Tiga hal di atas merupakan persembahan rohani, di mana hal itu terkait dengan ibadah yang sejati, sebab Yesus, sebagai Imam Besar, Ia melayani di dalam kemah yang sejati.

Kita kembali memperhatikan 1 Petrus 2.
1 Petrus 2:4-5
(2:4) Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. (2:5) Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.

“ … Yang memang dibuang oleh manusia …”, jelas itu merupakan batu hidup, itulah korban Kristus, pribadi Yesus Kristus yang disalibkan. Tetapi biarlah kiranya kita datang kepada batu hidup, supaya kita juga dipergunakan sebagai batu hidup di dalam rangka mempersembahkan persembahan rohani.
Kemudian, di sini dikatakan: “ … Mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.” Artinya, kalau kita mempersembahkan persembahan rohani, itu karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.

1 Petrus 2:6
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: “Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.”

Kalau kita betul-betul meletakkan diri kita masing-masing oleh pelayanan kita di atas mezbah bagi TUHAN, maka kehidupan kita ini tidak akan dipermalukan oleh TUHAN, dengan lain kata; TUHAN tidak akan pernah membiarkan kita dipermalukan, supaya di atas segalanya nama TUHAN dipermuliakan, bukan dipermalukan.

Biarlah kiranya kita meletakkan diri kita masing-masing di atas mezbah, maka TUHAN tidak akan ijinkan kehidupan kita ini untuk dipermalukan, tetapi sebaliknya, nama TUHAN dipermuliakan.
Saya, sebagai gembala sidang, beserta sidang jemaat, kita semua adalah keluarga Allah. Siapa pun di antara kita di tengah-tengah penggembalaan GPT “BETANIA” adalah keluarga Allah. Jadi, jika ada satu orang yang melakukan sesuatu yang tidak berkenan, itu sama dengan mempermalukan TUHAN, mempermalukan keluarga GPT “BETANIA”, mempermalukan keluarga Allah. Oleh sebab itu, biarlah kiranya semakin hari kita semakin bijaksana, semakin dewasa oleh pengertian yang kita peroleh dari Firman Allah.

Tadi kita sudah melihat siapa saja yang meletakkan dirinya di atas mezbah, itulah isteri-isteri, suami-suami, anak-anak, bapa-bapa, hamba-hamba, dan tuan-tuan. Kita bersyukur kepada TUHAN, sebab kita memperoleh hikmat dan pengertian, roh hikmat dan wahyu, yang kita terima dari TUHAN, dan semuanya itu ada di dalam Alkitab.

Sekarang, pertanyaannya: BAGAIMANA CARANYA UNTUK MELETAKKAN DIRI DI ATAS MEZBAH SUPAYA MENJADI RUMAH TUHAN (RUMAH ROHANI)?
Sejenak kita kembali membaca Efesus 2:19-20.
Efesus 2:19-20
(2:19) Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, (2:20) yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.

“… Yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi …”
-       Nabi, berarti mewakili Perjanjian Lama (zaman Taurat).
-       Rasul, berarti mewakili Perjanjian Baru.
Alkitab terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yang seluruhnya berjumlah 66 (enam puluh enam) kitab; diawali dengan kitab Kejadian dan diakhiri dengan kitab Wahyu.

Tugas dari “nabi” adalah bernubuat. Berarti, untuk menyatakan segala sesuatu yang belum terjadi atau segala sesuatu yang akan terjadi di depan, sama dengan; menyingkapkan segala rahasia yang terkandung di dalam hati = dosa dibongkar dengan tuntas, supaya kita memiliki masa depan -- itulah segala sesuatu yang akan terjadi --. Kalau dosa belum dibongkar, rahasia yang terkandung di dalam hati belum disucikan, maka ia tidak akan mempunyai masa depan.

Tugas dari “rasul” ialah untuk membuka (menyingkapkan) tabir. Berarti, menyingkapkan rahasia Kerajaan Sorga, maka dengan demikian;
-       Kita dapat melihat kemuliaan Allah.
-       Kita dapat melihat keindahan dari suasana Kerajaan Sorga.
Sebagai bukti, antara lain;
1.     Kepada orang lain, TUHAN berbicara dalam bentuk perumpamaan -- dalam bentuk yang lahiriah saja --, tetapi kepada murid-murid -- yang disebut juga dengan rasul-rasul --, TUHAN berbicara tentang rahasia Kerajaan Sorga … Matius 13:10-11.
2.     Rasul Paulus adalah rasul yang terakhir; ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga, yang disebut juga Ruangan Maha Suci, di situlah TUHAN memperlihatkan segala sesuatunya kepada dia … 2 Korintus 12:2.
3.     Demikian juga kepada Rasul Yohanes -- sebagai rasul yang paling muda --; pada saat di Pulau Patmos, TUHAN memperlihatkan segala sesuatunya kepada dia. TUHAN memberikan wahyu kepada Rasul Yohanes, sebagai rahasia Kerajaan Sorga, juga segala keindahan-keindahan yang ada di dalamnya.

Inilah cara TUHAN untuk membawa kehidupan keluarga Allah untuk selanjutnya masing-masing keluarga Allah meletakkan dirinya sendiri di atas mezbah bagi TUHAN. 

Ibrani 3:1-2
(3:1) Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus, (3:2) yang setia kepada Dia yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musa pun setia dalam segenap rumah-Nya.

Pandanglah kepada rasul dan Imam Besar Agung yang kita akui, yaitu Yesus, yang setia kepada Dia yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musa pun setia dalam segenap rumah-Nya.

Tadi kita sudah melihat, tugas rasul adalah untuk menyingkapkan tabir, menyingkapkan rahasia Kerajaan Sorga, supaya dengan demikian kita boleh melihat segala sesuatu yang ada di dalam Kerajaan Sorga, melihat kemuliaan yang dari Allah, juga dapat melihat segala sesuatu yang indah-indah dari sorga. Oleh sebab itu, di sini dikatakan: “Pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus”. Yesus Kristus, Dialah yang menyingkapkan tabir, menyingkapkan segala rahasia Kerajaan Sorga, sehingga dengan demikian kita dapat melihat kemuliaan Allah dan segala keindahan-keindahan yang ada di dalam Kerajaan Sorga.

Oleh sebab itu, biarlah kita memandang Dia dan belajar kepada Dia, supaya kita juga setia dalam segenap rumah TUHAN. Kita setia kepada Dia yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musa pun setia dalam segenap rumah TUHAN. Pandanglah kepada rasul dan Imam Besar Agung, yaitu Yesus Kristus, yang setia kepada Dia, yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musa pun setia dalam segenap rumah TUHAN, supaya kelak kita melihat kemuliaan dari Allah dan melihat keindahan-keindahan yang terdapat di dalam Kerajaan Sorga. Biarlah kita juga belajar untuk setia di dalam segenap rumah TUHAN.

1 Timotius 3:14-15
(3:14) Semuanya itu kutuliskan kepadamu, walaupun kuharap segera dapat mengunjungi engkau. (3:15) Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.

Yang dimaksud dengan “keluarga Allah” ialah jemaat dari Allah yang hidup, itulah mereka yang menjadi;
1.     Tiang penopang.
2.     Dasar kebenaran.
Itulah keluarga Allah yang setia dalam segenap rumah TUHAN, itulah mereka yang sudah rela dipancangkan dalam rumah TUHAN; menjadi tiang penopang dan menjadi dasar kebenaran, sama dengan; menjadi ujung tombak dalam segala pekerjaan yang TUHAN percayakan. Janganlah kita mengekor, tetapi biarlah kita menjadi ujung tombak.

Amsal 3:19
(3:19) Dengan hikmat TUHAN telah meletakkan dasar bumi, dengan pengertian ditetapkan-Nya langit,

Dengan hikmat TUHAN telah meletakkan dasar bumi …”, itulah dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi.

“ … Dengan pengertian ditetapkan-Nya langit.” Di tengah cakrawala, di tengah langit, di tengah takhta Kerajaan Sorga, kita memperoleh pengertian yang besar dari Allah, sesuai dengan apa yang tertulis dalam Alkitab, yang telah kita pelajari dari para rasul dan para nabi. Kita sudah memperoleh pengertian yang besar dari para nabi dan para rasul di tengah-tengah ibadah dan pelayanan yang TUHAN percayakan, yang merupakan takhta Allah -- sama dengan Kerajaan Sorga, langit, cakrawala --. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang



No comments:

Post a Comment