KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, June 3, 2020

IBADAH RAYA MINGGU, 31 MEI 2020



IBADAH RAYA MINGGU, 31 MEI 2020


WAHYU PASAL 12
(Seri: 8)

Subtema: EKOR NAGA MENYERET 1/3 BINTANG DI LANGIT

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur dan terima kasih setinggi-tingginya kepada Dia, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga yang mengasihi kita. Dia telah memberi kesempatan bagi kita sekaligus menarik kita untuk berada di tengah-tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu pada malam ini; tentu itu semua adalah karena kemurahan TUHAN.
Dan saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada.
Selanjutnya, marilah kita mohonkan kemurahan dari TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita malam ini, sehingga ibadah ini betul-betul mengandung janji dan kuasa, baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang, di atas segalanya nama TUHAN dipermuliakan, sebab ibadah ini menjadi korban dan persembahan yang menyukakan hati TUHAN.

Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari KITAB WAHYU PASAL 12, dan sekarang kita berada pada ayat 4.
Wahyu 12:4A
(12:4) Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya.

Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi.

Pada minggu-minggu yang lalu, kita sudah melihat peran dari bagian kepala dan tanduk dari naga merah padam yang besar pada ayat 3. Sekarang, pada ayat 4A ini, kita akan melihat peran dari ekor naga merah padam yang besar itu, di mana ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit.
Kalau kita melihat apa yang dituliskan di sini, berarti betapa dahsyatnya ekor dari naga merah padam yang besar ini, sehingga sanggup menyeret sepertiga dari bintang di langit (suatu kehidupan yang sudah ditinggikan). Tetapi suatu kali nanti, sepertiga dari kehidupan yang ditinggikan itu akan diseret oleh ekor naga merah padam yang besar itu.

Pertanyaannya: SIAPA YANG MENJADI EKOR DI SINI?
Mari kita melihat jawabannya di dalam Yesaya 9.
Yesaya 9:14B
(9:14) Tua-tua dan orang yang terpandang, itulah kepala, dan nabi yang mengajarkan dusta, itulah ekor.

Nabi yang mengajarkan dusta, itulah ekor. Jadi, “ekor” ini jelas menunjuk nabi-nabi palsu, guru-guru palsu ataupun mesias-mesias palsu yang disebut juga pemimpin-pemimpin palsu; itulah bagian dari ekor naga merah padam yang besar tersebut.

Berkaitan dengan NABI-NABI PALSU, GURU-GURU PALSU, kita awali dulu dari Wahyu 13:11.
Wahyu 13:11
(13:11) Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga.

Di sini kita melihat; binatang yang keluar (muncul) dari dalam bumi. Adapun wujudnya ialah bertanduk dua sama seperti anak domba, tetapi apabila ia berbicara seperti seekor naga.
Pendeknya: Binatang yang muncul dari dalam bumi à nabi-nabi palsu, guru-guru palsu ataupun mesias-mesias palsu, pemimpin-pemimpin palsu.

Matius 24:11
(24:11) Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang.

Banyak nabi (guru) palsu muncul dan menyesatkan banyak orang, sebab apabila ia berbicara seperti seekor naga; lidah bercabang, berarti pengajaran sesat keluar dari mulutnya.

ADA DUA JENIS DARI PENGAJARAN SESAT YANG TERLIHAT NYATA DALAM PELAYANAN.
YANG PERTAMA: Dengan tanda-tanda atau pun mujizat palsu.”
Matius 24:23-24
(24:23) Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. (24:24) Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.

Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi (guru-guru) palsu muncul menyesatkan banyak orang dengan jalan (cara) mengadakan tanda-tanda atau pun mujizat-mujizat yang dahsyat.

Sebagai contoh.
Wahyu 13:13-14
(13:13) Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. (13:14) Ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda, yang telah diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu. Dan ia menyuruh mereka yang diam di bumi, supaya mereka mendirikan patung untuk menghormati binatang yang luka oleh pedang, namun yang tetap hidup itu.

Nabi-nabi palsu mengadakan tanda-tanda yang dahsyat atau perkara heran, sebab mereka itu sanggup menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. Mereka mengadakan itu dengan secara sengaja di depan mata semua orang-orang di bumi.
Pendeknya, nabi-nabi palsu berusaha untuk menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda yang dahsyat dan heran.

Matius 7:15
(7:15) "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.

Nabi-nabi palsu datang dan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
Jadi, Matius 7:15 sama dengan Wahyu 13:11.

Matius 7:22
(7:22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?

Nabi-nabi palsu sibuk dengan tiga hal:
1.     Bernubuat demi nama TUHAN.
2.     Mengusir setan demi nama TUHAN.
3.     Mengadakan banyak mujizat demi nama TUHAN.
Sebetulnya, kalau kita melihat apa yang mereka perbuat ini sangat luar biasa; tanda-tanda heran, tanda-tanda dahsyat yang mereka perbuat ini sungguh luar biasa dan betul-betul heran.

Tetapi, mari kita perhatikan ayat 23.
Matius 7:23
(7:23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Tetapi pada hari TUHAN, Ia berterus terang dan berkata kepada nabi-nabi palsu: “Aku tidak pernah mengenal kamu!” Kemudian, TUHAN kembali berkata: “Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!

Matius 7:21
(7:21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.

Bukan setiap orang yang berseru “Tuhan, Tuhan!” kepada Dia akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga; dan bukan pula karena melakukan (mengadakan) tiga perkara ajaib demi nama TUHAN tadi, lalu nabi palsu layak masuk ke dalam Kerajaan Sorga; melainkan “dia yang melakukan kehendak Bapa di sorga” adalah yang layak untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Singkatnya: Nabi palsu mengadakan tanda-tanda atau pun mujizat-mujizat yang dahsyat, tetapi sayangnya, mereka mengabaikan kehendak Allah, yaitu salib Kristus atau korban Kristus. Sibuk mengadakan tanda-tanda yang heran dan dahsyat, tetapi mereka mengabaikan salib Kristus, mengabaikan kehendak Allah Bapa.

Ibrani 10:5-7
(10:5) Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki -- tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku --. (10:6) Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. (10:7) Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku."

Yesus datang ke dalam dunia ini dengan satu tujuan, yaitu untuk melakukan kehendak Allah Bapa di sorga, yakni menanggung sengsara di atas kayu salib. Hal itu ada tertulis di dalam gulungan kitab.

Saya tambahkan sedikit: Oleh karena kemurahan TUHAN, kita senantiasa mencetak majalah yang berjudul “Gulungan Kitab Yang Terbuka.” Dan sampai saat ini, oleh karena kemurahan TUHAN, kita dipercayakan untuk membagi majalah tersebut secara gratis dari Sabang sampai Merauke kepada ratusan hamba-hamba TUHAN. Kita berdoa selalu, supaya TUHAN terus menyediakan dana untuk biaya cetak dan biaya pengiriman kepada ratusan hamba-hamba TUHAN dari Sabang sampai Merauke.

Kembali saya sampaikan, bahwa: Yesus datang ke dalam dunia ini dengan satu tujuan, yaitu untuk melakukan kehendak Allah Bapa di sorga, yakni menanggung sengsara di atas kayu salib; dan hal itu ada tertulis di dalam gulungan kitab yang terbuka. Berarti, kita sangat membutuhkan pembukaan firman yang indah-indah, supaya kehidupan kita menjadi indah-indah; hidup, ibadah, pelayanan, nikah, dan rumah tangga menjadi indah, sama seperti keindahan dari suasana sorga.

Ibrani 10:8
(10:8) Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --.

Jadi, bukan soal korban, bukan soal persembahan, bukan soal tanda-tanda heran, bukan soal mujizat, tetapi yang terpenting adalah melakukan kehendak Allah Bapa.

Ibrani 10:10
(10:10) Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.

Perlu untuk diketahui dengan pasti: Gereja TUHAN dikuduskan oleh karena korban Kristus, itulah kehendak Allah. Jadi, bukan karena mujizat-mujizat atau tanda-tanda heran yang telah diadakan oleh nabi-nabi palsu tadi.

Kembali saya tandaskan: Gereja TUHAN dikuduskan oleh korban Kristus; tubuh Yesus dikorbankan di atas kayu salib, darah-Nya tercurah untuk menebus kehidupan kita, kehidupan yang sudah terjual kepada maut.

Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"

Singkatnya; Yesus, Anak Allah, harus menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung. Tujuannya ialah supaya kehendak Allah terlaksana oleh-Nya.

Setelah kita melihat penjelasan singkat mengenai jenis yang pertama dari pelayanan nabi-nabi palsu, dan kita juga telah melihat perbandingan dengan pelayanan Yesus, di mana Ia telah melakukan kehendak Allah Bapa, menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung sehingga kehendak Allah terlaksana, maka selanjutnya dapatlah kita mengambil kesimpulan, yang akan kita perhatikan pada Matius 7.

Matius 7:15-16
(7:15) "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. (7:16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?

Kesimpulannya: Dengan jenis pelayanan yang pertama ini -- yaitu dengan tanda-tanda ataupun mujizat palsu --, maka nabi-nabi palsu digambarkan dengan “semak duri ataupun rumput duri”. Artinya, ibadah dan pelayanan dari nabi-nabi palsu ini tidak akan menghasilkan buah, selain hanya menyakiti dan menusuk dengan tajam orang-orang yang telah disesatkan tadi.

Berbicara tentang “semak duri” atau “rumput duri”, jelas itu merupakan buah pelayanan dari ladang si pemalas. Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring. Tidak ada aktivitas, tidak ada kegiatan rohani, demikianlah kehidupan dari si pemalas.
Kita adalah gereja TUHAN, rumah TUHAN dan kita hidup di dalamnya, dengan lain kata berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, berarti kita ada aktivitas, ada kegiatan-kegiatan Roh di dalamnya. Dimulai dari halaman sampai berada di Ruangan Suci, itulah posisi atau kedudukan yang bisa dijangkau oleh imam-imam; sesudah mereka membasuh kedua kaki dan kedua tangan, barulah mereka masuk ke dalam Ruangan Suci untuk memperhatikan tiga macam alat yang ada di dalamnya, itulah Meja Roti Sajian, Pelita Emas, dan Mezbah Dupa, yang merupakan kegiatan-kegiatan yang ada di dalam Ruangan Suci.
-       Meja Roti Sajian à Persekutuan dengan Firman Allah, serta persekutuan dengan tubuh dan darah Yesus.
-       Pelita Emas à Persekutuan dengan Roh Kudus.
-       Mezbah Dupa à Persekutuan dengan Doa Penyembahan.

ADA DUA JENIS DARI PENGAJARAN SESAT YANG TERLIHAT NYATA DALAM PELAYANAN.
YANG KEDUA: Dengan dongeng atau cerita-cerita isapan jempol.”
2 Timotius 4:3-4
(4:3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4:4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.

Guru-guru palsu menggantikan ajaran sehat (kebenaran) dengan ajaran lain, yaitu dongeng-dongeng nenek tua.

2 Petrus 2:1-3
(2:1) Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. (2:2) Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat. (2:3) Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda.

Guru-guru palsu memasukkan pengajaran-pengajaran sesat atau palsu, yakni ceritera-ceritera isapan jempol atau dongeng nenek-nenek tua.
Dongeng adalah cerita fiktif atau cerita yang tidak nyata. Pendeknya, dongeng itu adalah dunia khayalan, tidak nyata; sedangkan Kerajaan Sorga itu nyata, bukan khayalan. Jadi, jangan kita mau terkecoh dengan cara pelayanan dari nabi-nabi palsu dengan jenis yang kedua ini, di mana mereka melayani dengan ajaran lain, itulah dongeng isapan jempol.

Sekali lagi saya tandaskan, bahwa: Kerajaan Sorga itu nyata, bukan khayalan; sedangkan dongeng itu adalah dunia khayalan, tidak nyata. Hal itu ditulis dengan jelas dan pasti oleh Rasul Petrus.
Dari pembacaan 2 Petrus 2:1-3, kita dapat melihat bahwa Rasul Petrus ini sangat memahami geliat atau cara (model) pelayanan dari nabi-nabi palsu ini, sehingga kita pun akan diberikan suatu pengertian bahwa Kerajaan Sorga itu bukan fiktif, bukan khayalan, tetapi nyata. Oleh sebab itu, jangan kita mau menerima ajaran lain yang hanya bertujuan untuk meninabobokan kerohanian dari gereja TUHAN, sebab dongeng isapan jempol itu -- kalau saya gambarkan -- persis seperti sehelai bulu ayam yang digirik-girik dalam telinga sampai membuat seseorang tertidur; demikian halnya dengan dongeng isapan jempol yang dapat membuat seseorang sampai mengalami ketiduran rohani. Jadi, dongeng isapan jempol hanya untuk mengenakkan telinga semata saja, seperti halnya khayalan yang merupakan dongeng di tengah malam untuk menidurkan anak kecil.

Kita tidak butuh cerita fiktif, kita tidak butuh dongeng, yang hanya meninabobokan anak kecil di tengah malam, tetapi kita butuh fakta yang pasti, yaitu Yesus mati di atas kayu salib. Dunia ini sudah berada di tengah kegelapan malam, tetapi puji TUHAN, saat ini kita berada di dalam terang yang ajaib di tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu.

1 Petrus 1:9
(1:9) karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.

Tujuan iman kita -- tidak lain, tidak bukan -- adalah keselamatan jiwa. Oleh sebab itu, kembali saya sampaikan: Kerajaan Sorga itu bukan fiktif, bukan khayalan, tetapi nyata dan pasti, itulah tujuan iman kita.
Iman itu percaya walaupun tidak melihat. Kerajaan Sorga itu nyata; walaupun mata jasmani belum melihat, tetapi mata batin atau iman kita melihat. Sedangkan iman timbul dari pendengaran akan firman Kristus, itulah firman yang diurapi (bukan tafsiran).

1 Petrus 1:10
(1:10) Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu.

Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti dengan seksama oleh nabi-nabi. Kemudian, mereka bernubuat tentang kasih karunia bagi kita sekarang ini. Kasih karunia itu datangnya dari sengsara salib, tidak datang dari yang lain-lain.

Jadi, gereja TUHAN tidak boleh salah mengerti, tetapi kenyataannya, banyak orang Kristen yang salah mengerti; ketika terjadi kesembuhan, ketika terjadi berkat-berkat lahiriah, mereka katakan itu merupakan kasih karunia. Padahal sesungguhnya, kasih karunia yang sejati adalah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, sesuai dengan 1 Petrus 2:19-20.

Di sini kita melihat: Keselamatan itu yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi. Sebetulnya, waktu nabi-nabi bernubuat, keselamatan itu belum dikerjakan oleh Kristus, Anak Allah, tetapi keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi. Nabi-nabi ini meneliti dan menyelidiki dengan seksama, berarti sudah mencapai tujuan iman, yaitu keselamatan jiwa.
Berbeda dengan nabi-nabi palsu; mata mereka sudah melihat -- seperti imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan tua-tua dari bangsa Israel yang sudah melihat sengsara salib --, tetapi iman tidak mencapai keselamatan jiwa. Jelas, hal ini berbanding terbalik dengan zaman nabi-nabi, mereka meneliti dan menyelidiki tentang keselamatan yang akan dikaruniakan kepada kita sekarang; pendeknya mereka bernubuat tentang kasih karunia bagi kita sekarang.

1 Petrus 1:11
(1:11) Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu.

Nabi-nabi TUHAN meneliti sesuai dengan maksud Roh Kristus yang menguasai mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu.
Jadi, betul-betul bahwa nabi-nabi ini meneliti dan menyelidiki dengan seksama, sesuai dengan maksud Roh TUHAN, sehingga mereka juga bernubuat sesuai dengan Roh TUHAN (Roh Kristus).

1 Petrus 1:12
(1:12) Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.

Dengan Roh Kudus itulah, nabi-nabi TUHAN memberitakan Injil. Jadi, mereka tidak bernubuat palsu, tetapi memberitakan Injil menurut maksud Roh Kudus, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.

Sebetulnya, malaikat-malaikat sangat membutuhkan berita Injil, berita keselamatan, tetapi berita ini tidak diperuntukkan bagi malaikat-malaikat, selain diperuntukkan bagi kita sekarang, diperuntukkan bagi jiwa kita masing-masing yang masih memiliki tubuh dan darah. Pendeknya, mereka (nabi-nabi) itu bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi betul-betul melayani TUHAN Yesus.
“Menyampaikan berita Injil, yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.” menunjukkan bahwa; mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani TUHAN Yesus Kristus.

Biarlah kita datang beribadah hanya kepada TUHAN, juga imam-imam yang melayani di tengah-tengah ibadah adalah untuk melayani TUHAN Yesus Kristus, berarti; tidak ada kepentingan pribadi, tidak ada kepentingan kelompok, tidak ada kepentingan golongan di situ.

2 Petrus 1:16
(1:16) Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya.

Rasul Petrus tidak memberitakan dongeng-dongeng isapan jempol manusia, tetapi dengan murni memberitakan kedatangan TUHAN Yesus Kristus sebagai Raja, dengan lain kata menyampaikan berita Injil, berita keselamatan.

Sekalipun sebelum Yesus bangkit, sikap dan perbuatan dari Petrus ini konyol, tetapi kenyataannya, setelah Yesus bangkit dan naik, Roh Kudus turun atas dia di loteng Yerusalem bersama dengan 120 (seratus dua puluh) anak-anak TUHAN dan umat TUHAN di sana. Maka sejak saat itu, Roh TUHAN dengan luar biasa memakai Simon Petrus, sampai pada akhirnya dia betul-betul mengerti tentang geliat dan lika-liku dari perjalanan pelayanan nabi-nabi palsu.
Dan Rasul Petrus adalah salah satu saksi mata dari pekerjaan Kristus, salah satu saksi mata dari apa yang dikerjakan oleh Yesus, Anak Allah, dua ribu tahun yang lalu. Dialah murid yang pertama yang menjadi saksi dari pekerjaan pelayanan Yesus selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka bumi ini. 

2 Petrus 1:17-18
(1:17) Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." (1:18) Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus.

Peristiwa yang dimaksud dalam 2 Petrus 1:17-18 ini tertulis dengan jelas dalam Injil Matius 17:1-5.

Ketika mereka ada di atas gunung yang sangat tinggi -- disebut juga gunung kudus --, salah satu dari tiga pribadi yang menjadi saksi atas peristiwa itu adalah Simon Petrus. Ketika mereka ada di atas gunung itu, terdengarlah suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Dan suara itu dengan jelas didengar oleh Simon Petrus.
Jadi, dia betul-betul menjadi saksi dari perjalanan pelayanan Yesus selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka bumi ini, sehingga dengan perjalanan pelayanan Yesus Kristus itulah Simon Petrus bisa mengerti dan dapat membedakan antara pelayanan yang sehat dan ajaran yang tidak sehat dari nabi-nabi palsu.

2 Petrus 1:19A
(1:19) Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.

“Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi.” Rasul Petrus semakin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi, semakin diteguhkan oleh firman nubuatan, sebab dia sendiri telah menuliskannya dalam 1 Petrus 1:9-12, di mana nabi-nabi TUHAN menyelidiki dan meneliti dengan seksama tentang pekerjaan keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus di kayu salib. Kemudian, setelah Simon Petrus melihat peristiwa ketika Yesus ada di atas gunung, dipermuliakan oleh Bapa, maka hatinya semakin diteguhkan oleh firman nubuatan itu.

Yang menjadi satu dari tiga saksi atas peristiwa ketika Yesus dipermuliakan oleh Bapa di atas gunung adalah Simon Petrus. Hal itu sesuai dengan nubuatan dari firman, sehingga Simon Petrus semakin diteguhkan oleh firman nubuatan. Itulah tujuan iman, yaitu keselamatan jiwa kita masing-masing. Iman itu percaya walaupun tidak melihat.
Demikian juga dengan nabi-nabi yang bernubuat; sebelum melihat pekerjaan keselamatan di atas kayu salib, tetapi mereka sudah menyelidiki dan meneliti dengan seksama, sesuai dengan maksud Roh Kudus.

2 Petrus 1:19B
(1:19) Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.

Karena Rasul Petrus ini telah diteguhkan oleh firman nubuatan, maka oleh karena pengalaman itulah Rasul Petrus berkata: “Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.
Rasul Petrus menghimbau supaya kiranya kita juga mau memperhatikan firman nubuatan itu, supaya kita juga diteguhkan oleh firman nubuatan, secara khusus tentang keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus, Anak Allah, di atas kayu salib.

Keuntungan apabila kita memperhatikan pekerjaan keselamatan sesuai dengan firman nubuatan atau sesuai dengan firman yang disampaikan oleh para nabi, maka sama seperti “memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing.” Berarti, Firman nubuatan itu berkuasa melepaskan kita dari kegelapan sampai berada dalam terang, sebab hati kita diterangi oleh TUHAN.
Tidak berhenti hanya sampai fajar menyingsing, tetapi juga “bintang timur terbit bersinar di dalam hati”. Yesus adalah bintang timur yang gilang gemilang, Dialah yang menjadi petunjuk bagi kehidupan kita. Pekerjaan keselamatan menjadi petunjuk bagi kita untuk membawa dan menuntun kehidupan kita sampai pada keselamatan yang kekal.

Oleh sebab itu, kembali saya sampaikan bahwa; Kerajaan Sorga itu bukan fiktif, bukan khayalan, tetapi nyata. Biarlah bintang timur terbit bersinar di dalam hati kita, sebab Yesus adalah bintang timur yang gilang gemilang yang menjadi petunjuk bagi kita, untuk menuntun perjalanan gereja TUHAN sampai tiba pada tujuan.
Ayo, perhatikanlah firman nubuatan, secara khusus pekerjaan keselamatan yang diselidiki dan diteliti oleh para nabi-nabi.

2 Petrus 1:20-21
(1:20) Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, (1:21) sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.

Perlu untuk diketahui: Nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri. Firman nubuatan tidak boleh diteguhkan oleh dongeng isapan jempol, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, termasuk dongeng isapan jempol, tetapi oleh dorongan Roh Kudus nabi-nabi berbicara atas nama Allah, supaya kita tidak sesat.

Kita bersyukur karena rahmat dan kasih karunia-Nya yang dianugerahkan kepada kita, yakin dengan firman nubuatan, secara khusus keselamatan yang diselidiki dan diteliti dengan seksama oleh nabi-nabi. Mereka menyelidiki dan menelitinya dengan seksama sesuai dengan maksud Roh Kudus, sehingga nanti perjalanan rohani kita tiba sampai tujuan, sama dengan; bintang timur terbit di dalam hati kita masing-masing.

Maka, dalam hal ini, baik Petrus maupun Paulus, mereka berjuang bersama-sama di dalam hal menyampaikan berita Injil yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat. Berita Injil, menunjuk; ajaran sehat dan murni, itulah pengajaran salib, atau perjalanan pelayanan Yesus selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka bumi ini; itulah Injil sepenuh, yang merupakan landasan dari hidup gereja TUHAN supaya kita kuat dan teguh, tidak goyah.

Saya teringat dalam Injil Matius 16, ketika Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka:
-       Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis. Kata orang, Yesus adalah Yohanes Pembaptis, seorang yang besar, tetapi hal itu belum cukup untuk menjadi landasan. Kalau kita ikut TUHAN karena Dia adalah pejabat tinggi atau orang yang besar, hal itu belum cukup menjadi landasan hidup dari gereja TUHAN.
-       Ada juga yang mengatakan: Elia. Yang berkuasa menurunkan api dari langit ke bumi dan yang berkuasa untuk menahan supaya hujan jangan turun, tetapi hal itu belum cukup untuk menjadi landasan hidup dari gereja TUHAN di dalam hal mengikuti TUHAN.
-       Ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi. Kata orang, Yesus adalah Yeremia, nabi yang bernubuat, tetapi hal itu juga belum cukup untuk menjadi landasan hidup gereja TUHAN.
Tetapi, setelah Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka selanjutnya, Simon Petrus menjawab Yesus dengan lengkap: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"
Inilah Injil sepenuh, yaitu “Mesias, Anak Allah yang hidup”, yang merupakan landasan hidup dari gereja TUHAN, sehingga Simon Petrus dapat memberitakan Injil keselamatan, itulah keselamatan yang diselidiki dan diteliti oleh para nabi-nabi sesuai dengan maksud Roh Kudus.

Mungkin Simon Petrus pernah gagal, sebab ia menyangkali Yesus sebagai Mesias sebanyak tiga kali, tetapi Simon Petrus belajar dari kegagalannya. Demikian halnya dengan kita; kita mungkin memiliki banyak kesalahan yang sempat terjadi dengan kekeliruan-kekeliruan, dengan kesombongan, dengan keangkuhan kita masing-masing, dengan arogansi kita masing-masing, kejahatan dan kenajisan, juga cinta akan uang, dan lain sebagainya, tetapi malam ini, Roh TUHAN mengurapi kita, supaya ke depan kita berhasil tentang rencana Allah, itulah pekerjaan keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus dua ribu tahun yang lalu di atas kayu salib, sesuai dengan keselamatan yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi dengan seksama.

1 Timotius 1:3-4
(1:3) Ketika aku hendak meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku telah mendesak engkau supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain (1:4) ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman.

Rasul Paulus mendesak Timotius supaya menasihatkan orang-orang tertentu agar jangan mengajarkan ajaran lain, yaitu; dongeng dan silsilah-silsilah yang tidak putus-putusnya. Jadi, baik Rasul Petrus maupun Rasul Paulus, mereka sama-sama berjuang di dalam hal melayani pekerjaan TUHAN, secara khusus di dalam hal memberitakan Injil.
-       Rasul Petrus memberitakan Injil kepada orang Yahudi.
-       Rasul Paulus bukan hanya memberitakan Injil kepada orang Yahudi, tetapi juga memberitakan Injil kepada bangsa kafir (orang-orang yang bukan Yahudi).

Mengapa Rasul Paulus mendesak Timotius? Sebab dongeng isapan jempol atau silsilah yang tidak ada putus-putusnya menghasilkan persoalan belaka, bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman. Pendeknya, dongeng isapan jempol bukan berita keselamatan.
Tetapi sangat disayangkan, banyak orang Kristen lebih menyukai cerita isapan jempol, dongeng nenek-nenek tua, takhayul-takhayul, silsilah-silsilah yang tidak ada putus-putusnya. Umpama, menyampaikan satu atau dua ayat firman, lalu disertakan (ditambahkan) dengan cerita si kancil, si kura-kura, si buaya, dan lain sebagainya, apalagi disertai dengan cerita yang lucu-lucu, menganggap bahwa hamba TUHAN itu dipakai dengan heran. Sebetulnya, ini adalah pemikiran yang sangat keliru -- mohon dimaafkan --.

1 Timotius 6:2-5
(6:2) Ajarkanlah dan nasihatkanlah semuanya ini. (6:3) Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat -- yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus -- dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, (6:4) ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, (6:5) percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.

Perikop ayat ini adalah “Mengenai penyakit bersilat kata dan mengenai cinta uang.” Jadi, dongeng itu ada kaitannya dengan cinta uang. Seorang hamba TUHAN bukan diukur dari gelar, bukan diukur karena dia adalah seorang doktor atau profesor, bukan. Kita jangan salah mengerti. 

Apabila seorang hamba TUHAN mengajarkan ajaran lain, yaitu dongeng isapan jempol, sebetulnya ia adalah seorang yang berlagak tahu, padahal ia tidak tahu apa-apa. Jadi, ukuran pemakaian seorang hamba TUHAN bukan dilihat dari fasih lidah, bukan dilihat dari dongeng isapan jempol, bukan dilihat karena dia pandai melucu, atau bukan dilihat dari gelar doktor atau profesor, bukan. Malahan di sini dikatakan, kalau seorang hamba TUHAN mengajarkan dongeng isapan jempol, sebetulnya ia adalah seorang yang berlagak tahu saja, padahal ia tidak tahu apa-apa soal kebenaran keselamatan iman. Mohon maaf, tetapi hal ini Alkitab yang mengatakannya; dia berlagak tahu, seolah-olah dia mengerti tentang pekerjaan keselamatan, tetapi sebetulnya tidak tahu apa-apa.
Maka, kalau orang Kristen tidak tanggap dengan apa yang dinyatakan oleh Rasul Paulus sesuai dengan nasihatnya kepada Timotius, maka kita ini adalah kehidupan yang sangat malang, apalagi kedatangan TUHAN sudah tidak lama lagi.

Penyakit atau dampak negatif dari ajaran lain ialah menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, percekcokan. Berarti, dongeng isapan jempol ini tidak membawa kehidupan kita sampai kepada terwujudnya kesatuan tubuh Kristus. Padahal, kerinduan dari TUHAN Yesus Kristus, Anak Allah, adalah supaya kita menjadi satu, sempurna dan mulia… Yohanes 17:4,21-23.
Pelayanan Yesus selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka bumi ini bukan hanya sebatas mengadakan tanda-tanda atau mujizat kesembuhan atau tanda heran yang lain, tetapi sampai menyelesaikan pekerjaan-Nya di atas kayu salib, artinya sampai terwujudnya kesatuan tubuh Kristus yang sempurna. Sehingga, perkara kesatuan tubuh Kristus ini juga ditulis dengan baik dan rapi oleh raja Daud -- yang juga merupakan nabi --, bahwa; tulang-tulang rusukku dapat kuhitung dengan baik. Dia diremukkan, tetapi tulang-tulangnya tidak dipatah-patahkan, dia dapat menghitung tulang rusuknya itu dengan baik… Mazmur 22:18.
Inilah pekerjaan keselamatan; Yesus, Anak Allah, telah menyelesaikan pekerjaan-Nya di atas kayu salib, dengan satu tujuan, yaitu supaya terwujudnya kesatuan tubuh Kristus yang sempurna. Sedangkan dongeng isapan jempol hanya menimbulkan dengki, cidera, fitnah, curiga, percekcokan, dengan lain kata; tidak terwujud kesatuan tubuh (tulang rusuk yang patah). Biarlah kita semakin cerdas, semakin bijaksana, semakin dewasa untuk memahami rencana Allah.

Pilih mana; kesenangan sesaat lewat dongeng isapan jempol atau keselamatan yang telah diselidiki dan diteliti dengan seksama oleh para nabi sesuai dengan maksud Roh Kudus? Tetapi satu hal yang perlu saya tandaskan; sengsara salib itu merupakan kehendak Allah.

Kesimpulannya, jenis pelayanan yang kedua dari nabi-nabi (guru-guru) palsu digambarkan dengan …
2 Petrus 2:16
(2:16) Tetapi Bileam beroleh peringatan keras untuk kejahatannya, sebab keledai beban yang bisu berbicara dengan suara manusia dan mencegah kebebalan nabi itu.

Bileam melayani karena mencari untung (uang), dia tidak peduli dengan teguran, yakni binatang yang bersuara seperti manusia; itu adalah kebebalan. Kalau melayani karena mencari untung, itu adalah kebebalan.

2 Petrus 2:17
(2:17) Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat.

Guru-guru palsu digambarkan “seperti mata air yang kering”, artinya; sumber air tetapi tidak dapat memberi kepuasan, dengan lain kata tidak dapat menyelesaikan persoalan, tidak dapat menyelesaikan permasalahan, tidak dapat menyelesaikan segala kesulitan-kesulitan yang menghimpit.

Padahal kita mengetahui dengan jelas, bahwa Firman Allah itu berkuasa menyatakan yang tidak ada menjadi ada, bahkan yang mati dihidupkan kembali. Singkatnya, Firman Allah itu melenyapkan kemustahilan… Roma 4:17.
Tetapi kenyataannya, nabi-nabi palsu, guru-guru palsu, mesias-mesias palsu, pemimpin-pemimpin rumah TUHAN yang palsu, mereka digambarkan seperti mata air yang kering, artinya; sumber air tetapi tidak dapat memberi kepuasan, tidak dapat memberi jalan keluar dari setiap pergumulan dan persoalan yang sedang dihadapi oleh anak-anak TUHAN, oleh sidang jemaat yang dia layani.

Sebetulnya, ini adalah hal yang merugikan. Tidak salah bila seorang yang sakit menjadi sembuh, tidak salah bila seseorang diberkati dari yang tidak ada menjadi ada, itu juga merupakan mujizat. Tetapi, tidak ada artinya mujizat, kalau seseorang tidak mengalami keubahan, sebab hal itu tidak dapat menyelesaikan persoalan hidupnya.

Sekarang, bandingkan dengan SUMBER MATA AIR KEHIDUPAN.
Yohanes 4:15-19
(4:15) Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air." (4:16) Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini." (4:17) Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, (4:18) sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar." (4:19) Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi.

Kata perempuan Samaria kepada Yesus: “Tuhan, berikanlah aku air itu …” Malam ini kita juga sedang berkata yang sama seperti yang dinyatakan oleh perempuan Samaria ini kepada Yesus, Anak Allah. Dengan kita datang duduk dengar firman, sebetulnya kita juga sedang berkata kepada TUHAN Yesus: “Tuhan, berikanlah aku air itu.

Bukankah kita ini adalah kehidupan yang digambarkan seperti perempuan Samaria; hidup tanpa kepuasan sehingga terjerat dengan berbagai masalah. Kalau tidak ada kepuasan, maka seseorang akan menuruti keinginan-keinginan yang tidak ada puasnya, dan akhirnya pasti terjerat dengan masalah. Seseorang ingin kaya dengan cara-cara yang tidak beres, akhirnya terjerat dengan masalah. Sekali lagi saya tandaskan; kalau menuruti keinginan-keinginan yang tidak ada puasnya, pasti suatu kali kelak akan terjerat dengan masalah; demikian jugalah yang terjadi dengan perempuan Samaria ini.
Tidak salah menuntut ilmu setinggi-tingginya, tetapi jangan sampai karena keinginan daging mencari kepuasannya, akhirnya tinggalkan TUHAN, tinggalkan ibadah pelayanan, termasuk perkara-perkara yang lain.

Di sini kita melihat, bahwa sebelum bertemu dengan Yesus, sebetulnya perempuan Samaria ini sudah hidup dengan lima laki-laki, ditambah satu laki-laki -- yang sekarang ada bersama dengan perempuan Samaria, saat ia sedang berbicara dengan Yesus --. Berarti, seluruhnya ada enam laki-laki, menunjukkan bahwa rasa dahaga dari perempuan Samaria ini belum dipuaskan, dia haus dengan laki-laki.
Tetapi ketika dia berjumpa dengan sumber mata air kehidupan, rasa dahaganya dipuaskan, hidupnya disucikan, nikahnya disucikan. Singkat cerita, perempuan Samaria dibebaskan dari dosa kenajisan, yang mana dahulu ia tidak puas dengan satu dua tiga laki-laki, tetapi akhirnya, dia bertemu dengan sumber mata air kehidupan, itulah laki-laki yang ketujuh, Yesus Kristus memuaskan rasa dahaga dari perempuan Samaria. Berbicara hari ketujuh, itu merupakan hari perhentian, di situ ada kepuasan yang memuaskan rasa dahaga sebab masalah diselesaikan.

Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini." Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami.”
Malam ini, Firman TUHAN sudah menghampiri kita, lalu sekarang, apakah kita mau datang mengakui dosa kita, seperti perempuan Samaria yang mau mengakui dosa? Rasa dahaga apa yang belum dipuaskan, yang belum terselesaikan? Apakah soal kenajisan, ataukah soal keuangan, atau soal ambisi, kedudukan, jabatan, pekerjaan? Malam ini Firman TUHAN menghampiri kita, maka sekarang dari pihak kita; apakah kita mau datang dengan hati yang terbuka untuk mengakui segala kekurangan kita?

Kalau kita datang dengan jujur untuk mengakui segala kekurangan, maka malam ini TUHAN akan beri kepuasan kepada kita, sebab Dia adalah mata air kehidupan yang akan memuaskan rasa dahaga kita, menyelesaikan masalah kita, memulihkan keadaan kita; hidup, ibadah, pelayanan, nikah, dan rumah tangga, ekonomi, pekerjaan, semuanya dipulihkan dan dipuaskan, asal yakin dan percaya kepada sumber mata air kehidupan, bukan percaya kepada dongeng isapan jempol.
Sampai akhirnya, perempuan Samaria menjadi suatu kesaksian yang besar -- bukan kesaksian yang kecil -- di kota Samaria, dan ia pun hidup dalam penyembahan yang benar. Lewat ibadah ini, TUHAN sedang memimpin kehidupan kita sampai kepada penyembahan yang benar, itulah puncak ibadah.
Kemudian, perempuan Samaria itu juga meninggalkan tempayannya, meninggalkan kehidupan yang lama, meninggalkan kehidupan manusia daging. Tempayan tanah liat à kehidupan manusia daging. Dan sekarang, hidupnya menjadi tempayan rohani, tempatnya air kehidupan, sehingga dia menjadi suatu kesaksian yang besar. Perempuan Samaria ini mengakui pribadi Mesias, itulah Kristus yang diurapi, berarti; menempatkan Kristus, sebagai Kepala.

Yohanes 4:25
(4:25) Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami."

Aku tahu, bahwa Mesias akan datang …” Perempuan Samaria ini mengakui pribadi yang diurapi, sebab Mesias artinya Yang Diurapi. Pemimpin-pemimpin yang diurapi dalam Alkitab, antara lain;
1.     Raja.
2.     Imam-imam.
3.     Nabi.
Kemudian, di sini dilanjutkan: “… Yang disebut juga Kristus.” Kristus adalah Kepala dari sidang jemaat. Dia adalah pribadi yang lebih sempurna dari pemimpin-pemimpin yang lain.

Kita bersyukur, sebab sampai sejauh itu TUHAN memimpin kehidupan rohani dari perempuan Samaria. Jadi, tidak hanya berhenti sampai kepada air kehidupan yang memberi kepuasan dari rasa dahaga, sehingga dia lepas dari rasa dahaganya, tidak hanya berhenti sampai di situ. Tetapi Dia juga memimpin kehidupan rohani perempuan Samaria sampai kepada penyembahan yang benar dan menempatkan Kristus, sebagai Kepala, dan akhirnya, perempuan Samaria ini menjadi suatu kesaksian yang sangat besar di kota Samaria, sehingga banyak orang Samaria percaya Yesus Kristus adalah TUHAN dan Juruselamat.

Yohanes 4:19
(4:19) Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi.

Nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi”, inilah ajaran yang sehat dan murni.

Sekarang, pertanyaannya: MENGAPA NABI-NABI (GURU-GURU) PALSU MELAYANI DENGAN JENIS PELAYANAN YANG KEDUA, YAITU DENGAN DONGENG ATAU CERITA-CERITA ISAPAN JEMPOL? JAWABNYA AKAN KITA PERHATIKAN DALAM 2 Petrus 2:1-3.
2 Petrus 2:1-3
(2:1) Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. (2:2) Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat. (2:3) Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda.

Menyampaikan ajaran lain atau menyampaikan dongeng isapan jempol, tetapi menyangkal penguasa yang telah menebus mereka.
Pendeknya, nabi-nabi palsu sibuk dengan dongeng, tetapi mengabaikan salib Kristus. Mengapa demikian? Sebab mereka melayani hanya untuk mencari untung dari sidang jemaat dengan cerita atau dongeng isapan jempol. Mereka bukan melayani TUHAN, tetapi mereka melayani diri mereka sendiri, mereka mencari untung dengan cara cerita atau dongeng isapan jempol.
Dengan sengaja mereka menyampaikan dongeng atau cerita isapan jempol dan mengabaikan salib Kristus, dengan satu tujuan; melayani untuk mencari keuntungan. Jadi, mereka tidak melayani TUHAN.

Kalau hamba TUHAN menyampaikan firman dengan dongeng isapan jempol, sebetulnya ia tidak sedang melayani TUHAN, melainkan ia sedang melayani dirinya sendiri. TUHAN mereka adalah perut mereka. Sehingga dengan dongeng cerita isapan jempol, mereka mencari keuntungan yang besar dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah. Ini adalah suatu kekeliruan yang harus disadari oleh gereja TUHAN, sidang jemaat, anak-anak TUHAN, orang Kristen di hari-hari terakhir ini, asal mau diluruskan.

Hal yang senada dapat kita lihat dalam 1 Timotius 6:3-5.
1 Timotius 6:3-5
(6:3) Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat -- yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus -- dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, (6:4) ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, (6:5) percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.

Melayani dengan ajaran lain atau menyampaikan dongeng isapan jempol, bertujuan untuk mencari keuntungan di tengah-tengah ibadah = tidak berpikiran sehat = kehilangan kebenaran, dengan lain kata; tidak selamat.

Itulah tentang ekor naga merah padam yang besar → nabi-nabi palsu dengan dua jenis pelayanan yang nyata.

Sekarang, timbul pertanyaan berikutnya: SIAPA YANG DISERET OLEH EKOR NAGA?
Wahyu 12:4A
(12:4) Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya.

Ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit. Jadi, yang diseret oleh ekor naga merah padam yang besar itu adalah sepertiga bintang-bintang di langit. Bintang-bintang à guru-guru atau pemimpin-pemimpin dalam rumah TUHAN, termasuk gembala sidang.

Wahyu 1:20
(1:20) Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kaulihat pada tangan kanan-Ku dan ketujuh kaki dian emas itu: ketujuh bintang itu ialah malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh jemaat."

Ketujuh bintang di tangan kanan Yesus, Anak Allah, itu adalah malaikat ketujuh jemaat, sama dengan; pemimpin-pemimpin dalam rumah TUHAN, termasuk gembala sidang.

Daniel 12:3
(12:3) Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.

Bintang-bintang di cakrawala, menunjuk kepada; orang-orang bijaksana atau pemimpin-pemimpin di dalam rumah TUHAN.

Tetapi dalam Wahyu 12:4A kita melihat, bahwa; sepertiga dari bintang-bintang di langit akan dilemparkan ke bumi.
Bumi à perkara-perkara di bawah atau perkara lahiriah.

Matius 23:16-19
(23:16) Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. (23:17) Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? (23:18) Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. (23:19) Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu?

Ahli Taurat dan orang Farisi melayani TUHAN tetapi mereka terikat dengan perkara lahiriah, yaitu;
-       Terikat dengan emas di dalam Bait Suci.
-       Terikat dengan persembahan yang di atas mezbah.
Mereka tidak terikat dengan kesucian dan tidak terikat dengan pelayanan korban kepada TUHAN. Artinya, mereka tidak hidup dalam kesucian dan tidak hidup dalam pelayanan atau penyerahan diri sepenuh kepada TUHAN.
Inilah nanti yang menjadi sasaran dari pada ekor naga merah padam yang besar. Inilah bintang-bintang di langit yang akan dilemparkan ke bumi.

Maka, seharusnya, mulai dari sekarang sidang jemaat mengetahui apakah pemimpin di dalam rumah TUHAN, yakni gembala sidang, terikat dengan perkara lahiriah, sibuk dengan perkara lahiriah, tetapi tidak sibuk dengan soal kesucian, tidak sibuk dengan penyerahan diri?
Kalau sibuk dengan perkara lahiriah, melayani tetapi terikat dengan perkara lahiriah, maka disebutlah pemimpin-pemimpin buta.
-       Pemimpin buta ini terikat dengan emas, bukan terikat dengan kesucian.
-       Pemimpin buta terikat dengan persembahan yang di atas mezbah, bukan terikat dengan mezbah.

Mengabaikan kesucian, dan tanpa penyerahan diri sepenuh kepada TUHAN; inilah bintang-bintang yang nanti akan diseret.
Oleh sebab itu, sekali lagi saya tandaskan: sudah seharusnya kita atau sidang jemaat secara khusus mengenali pemimpin di dalam rumah TUHAN, apakah ia seorang yang bertanggung jawab atau tidak, atau justru seringkali meninggalkan pelayanan, meninggalkan penggembalaan hanya untuk sesuap nasi, lalu diganti dengan yang bukan tanggung jawab dari seorang gembala sidang terhadap sidang jemaat. Pelayanan itu diganti oleh orang-orang yang bukan seharusnya bertanggung jawab di tempat tersebut.

Inilah bintang-bintang yang nanti akan diseret oleh ekor naga merah padam yang besar itu. Maka, kita akan mencari SOLUSINYA malam hari ini dalam 1 Timotius 4.
1 Timotius 4:6-7
(4:6) Dengan selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, engkau akan menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini. (4:7) Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah.

Inilah yang dituntut oleh Rasul Paulus kepada Timotius, dimana Rasul Paulus sangat mendesak supaya menasihati orang-orang tertentu untuk tidak mengajarkan dongeng isapan jempol.
Jalan keluarnya, yang pasti ialah jauhilah takhayul atau dongeng isapan jempol, dan selanjutnya latihlah diri beribadah. Sebab pada ayat 8 dikatakan: “Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.

Prakteknya:
Yang pertama: “Terdidik dalam soal-soal pokok iman.”
Kalau dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, “soal-soal pokok iman” terkena pada daerah HALAMAN.
Di halaman terdapat dua alat;
1.     Mezbah Korban Bakaran à Pertobatan.
2.     Kolam Pembasuhan à Baptisan Kristus, yaitu mati dan bangkit bersama dengan Kristus = Lahir baru.

Yang kedua: “Terdidik dalam ajaran sehat.”
Kalau dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, “ajaran sehat” terkena pada Ruangan Suci, dengan tiga alat di dalamnya:
1.     Meja Roti Sajian à Persekutuan dengan Firman Allah, serta tubuh dan darah Yesus.
2.     Pelita Emas à Persekutuan dengan Roh Allah yang menjadikan kita terang yang ajaib.
3.     Mezbah Dupa Emas à Persekutuan dengan kasih Allah lewat doa penyembahan.

Ibadah itu harus terukur, ibadah itu harus terus meningkat sampai kepada puncaknya, itulah doa penyembahan, bagaikan Mezbah Dupa yang sudah sangat dekat sekali dengan tirai, terjadi perobekan daging untuk membuka jalan, sehingga kita boleh berada di dalam Ruangan Maha Suci. Itulah ajaran sehat.

Hari-hari ini kita tidak boleh sibuk lagi dengan dongeng isapan jempol, tetapi ibadah ini sudah seharusnya memuncak sampai kepada penyembahan, memuncak sampai kepada penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, itulah perobekan daging, sehingga dengan demikian kehendak Allah terlaksana, dan kita dilabuhkan sampai kepada Ruangan Maha Suci/tubuh mempelai.

Kita bersyukur kepada TUHAN, sebab dengan sederhana kita memahami betul tentang ekor naga, dengan perannya menyeret sepertiga bintang-bintang di langit. Siapakah sepertiga bintang-bintang di langit? Tadi sudah dijelaskan, diuraikan dengan begitu rupa, walaupun dengan sederhana.
Tetapi tentu kita bersyukur dan berterima kasih kepada TUHAN; oleh karena pengertian-pengertian ini, kita disadarkan kembali, kita diluruskan kembali, sehingga pelayanan ini semakin hari semakin berkenan sehingga menyenangkan hati TUHAN yang akan memimpin hidup kita sampai kepada tujuan iman. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI


Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang



No comments:

Post a Comment