KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, June 12, 2020

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 09 JUNI 2020



IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 09 JUNI 2020


KITAB KOLOSE
(Seri: 100)

Subtema: KETUNDUKAN SEORANG ISTERI

Shalom.
Selamat malam. Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi setiap kehidupan kita masing-masing, pribadi lepas pribadi. Dan biarlah lewat Ibadah Doa Penyembahan ini, TUHAN memimpin kehidupan rohani kita masing-masing sampai kepada penyembahan yang benar, sehingga kita masing-masing berada pada puncak rohani, dengan lain kata; kita memiliki dua sayap burung nasar yang besar, itulah kehidupan yang dipanggil, dipilih dan setia.

Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada.
Selanjutnya, mari kita mohonkan kemurahan TUHAN, supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita malam ini, untuk menuntun kehidupan kita ini dan membawa kehidupan kita ini rendah serendah-rendahnya, menjadi suatu kehidupan doa, mezbah dupa besar, bagaikan pribadi Yesus Kristus tampil sebagai Imam Besar yang memimpin penyembahan dari orang-orang kudus sampai ke takhta Allah.

Mari kita segera sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di KOLOSE.
Kolose 3:18
(3:18) Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.

Perikop yang kedua dari surat Kolose 3, terkena pada Mezbah Korban Bakaran.
Adapun hubungan dari anggota-anggota rumah tangga di sini, antara lain;
1.      Isteri-isteri.
2.      Suami-suami.
3.      Anak-anak.
4.      Bapa-bapa.
5.      Hamba-hamba.
6.      Tuan-tuan.
Ini semua menjadi keluarga Allah karena diikat oleh kasih Allah yang besar, itulah pribadi Yesus yang telah dikorbankan di atas kayu salib sebagai wujud dari kasih Allah yang besar.

Selanjutnya, kita akan memperhatikan bagian dari anggota-anggota rumah tangga tersebut, dimulai dari ISTERI-ISTERI.
Di sini dikatakan: “Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.” Hal ini memang sudah ditetapkan oleh Firman Allah dari sejak semula, dan apa yang sudah ditetapkan oleh TUHAN tidak boleh diubah oleh siapa pun, tidak boleh diubah oleh pengertian manusia daging.

Kadangkala, oleh karena pengertian manusia, ketetapan Firman TUHAN berubah dengan sendirinya. Contohnya; oleh karena emansipasi, semua berubah, tatanan dalam nikah rumah tangga bisa berubah, tatanan di dalam TUHAN juga berubah. Dan kalau keadaan semacam ini terjadi, itu tentu sangat merugikan diri sendiri, termasuk menyakiti hati TUHAN.

Sebelum kita lanjut dengan pembahasan pada ayat 18 ini, hati saya terdorong untuk mengatakan bahwa; di beberapa negara, baik di Eropa maupun di Amerika sendiri,  emansipasi dan Hak Asasi Manusianya sangat kuat sekali. Tetapi, oleh karena Hak Asasi Manusia yang begitu kuat di belahan dunia bagian barat dan Amerika sana, terkadang, hal-hal yang ditentukan oleh TUHAN bisa terabaikan begitu saja. Sebenarnya, tidak salah dengan adanya emansipasi wanita, tidak salah dengan adanya Hak Asasi Manusia, tetapi terkadang, orang lebih fokus kepada emansipasi wanita dan Hak Asasi Manusia, namun lupa dengan ketetapan-ketetapan dari Firman TUHAN, yang sudah TUHAN tentukan dari sejak semula.

Beberapa waktu yang lalu, ada suatu peristiwa yang sangat tragis sekali, di mana seorang laki-laki kulit hitam mati terbunuh. Saya tidak tahu bagaimana persisnya ia mati terbunuh. Tetapi oleh karena kematian ini, maka banyak orang di negara-negara tertentu menuntut Hak Asasi Manusia. Hal itu memang baik dan tidak salah.
Tetapi yang saya mau sampaikan dalam kesempatan malam ini adalah seandainya setengah dari apa yang mereka lakukan di dalam hal mengikuti TUHAN, itu jauh lebih baik. Banyak manusia menuntut Hak Asasi Manusia, tetapi mengikuti TUHAN tidak sungguh-sungguh. Rela berkorban untuk satu manusia, tetapi tidak mau rela berkorban untuk pribadi Yesus yang sudah dikorbankan di atas kayu salib. Inilah yang membuat hati saya sedikit tergelitik melihat orang yang mengadakan demonstrasi di belahan dunia barat dan Amerika sana. Bukan untuk mengkritisi, bukan untuk mau menghakimi, tetapi yang mau saya pertanyakan; bagaimana pengikutan mereka kepada TUHAN? Bagaimana ketundukan mereka kepada Kristus, sebagai Kepala? Semoga anak-anak TUHAN yang ada di belahan dunia Amerika sana tidak tersinggung dengan apa yang saya sampaikan malam ini.
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Tidak salah dengan emansipasi, tidak salah dengan adanya Hak Asasi Manusia, tetapi yang mau saya sampaikan adalah “Tolong, perhatikan hati TUHAN.” Jangan kita sibuk memperhatikan hati manusia, tetapi hati TUHAN kita abaikan.

Kembali saya sampaikan: “Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.” Hal ini memang sudah ditetapkan oleh Firman Allah dari sejak semula. Apa yang sudah TUHAN tetapkan tidak boleh diubah oleh pengertian manusia, termasuk emansipasi dan Hak Asasi Manusia.

Kejadian 3:16C
(3:16) Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu."

Firman TUHAN kepada perempuan itu: “ … namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.” Singkatnya;
-          Isteri atau perempuan berahi kepada suaminya.
-          Suami berkuasa atas isterinya atau perempuan.
Namun dalam tulisan atau ejaan lama: “ …  dan engkau akan takluk kepada lakimu dan iapun akan memerintahkan dikau.
Berarti, persamaan antara ejaan baru dan ejaan lama adalah:
-          Berahi = takluk. Itulah kedudukan dari seorang isteri kepada suaminya dihadapan Tuhan.
-          Berkuasa = memerintah. Itulah kedudukan seorang suami kepada isterinya dihadapan Tuhan.
Inilah tatanan yang sudah TUHAN tentukan dari sejak semula dan ketetapan ini tidak boleh diubah oleh apapun, termasuk oleh pengertian manusia, Hak Asasi Manusia, maupun emansipasi wanita seperti yang tertulis di dalam 1 Korintus 11:3.

Kesimpulannya: Isteri harus tunduk kepada suaminya, sebab suaminyalah yang berkuasa dan memerintah atas dia (isteri).

Nubuatan ini semakin diteguhkan oleh Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Efesus.
Efesus 5:22-23
(5:22) Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, (5:23) karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.

Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada TUHAN. Jadi, ketundukan seorang isteri kepada suaminya, sama seperti ketundukan seorang isteri kepada Kristus. Hal ini tidak boleh diubah, tidak boleh diputar balik, sebab ini merupakan ketetapan yang sudah TUHAN tentukan dari sejak semula, dan itu diteguhkan kembali dalam pemberitaan firman yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Efesus.

Mengapa isteri tunduk kepada suami sama seperti kepada Kristus? Jawabnya, ialah: Karena Kristus adalah Kepala jemaat.
Kepala, berarti; memerintah dan berkuasa atas tubuhnya, yaitu isterinya. Singkatnya, istilah “kepala” di sini ialah penyelamat tubuh, penyelamat isteri. Jadi, bukan isteri yang menyelamatkan suami, tetapi suami yang menyelamatkan isteri.

Efesus 5:24
(5:24) Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.

Sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri tunduk kepada suaminya dalam segala sesuatu.
Istilah lain dari kalimat “dalam segala sesuatu” ialah; “tanpa syarat.” Artinya, seorang isteri tunduk kepada suaminya tanpa menggunakan syarat.

Sewaktu mengawali pelayanan di Provinsi Banten, dimulai dengan penginjilan; saya menginjili dari door to door. Suatu saat saya pernah berhenti dan masuk ke rumah anak TUHAN, lalu di tengah-tengah keluarga itu saya sampaikan Firman TUHAN, dan bukan kebetulan, yang saya sampaikan adalah mengenai ketundukan seorang isteri. Ketika saya sampaikan tentang ketundukan seorang isteri, sang isteri tiba-tiba (sontak) saja protes kepada saya dan berkata: “Kalau suaminya tukang mabuk, bagaimana mungkin saya harus tunduk kepada suami saya?” Saya kaget waktu dia mengatakan hal itu. Tetapi ketika sang isteri mengatakan demikian, saya langsung berpikir, bahwa ketundukannya itu dengan menggunakan syarat.
Menggunakan syarat, berarti seorang isteri tunduk, apabila suaminya adalah seorang yang; pandai (harus pintar), harus tinggi, harus cakap (ganteng), harus kaya, harus punya pekerjaan, harus punya wibawa, dan lain sebagainya, barulah tunduk; ini merupakan pengertian yang keliru.

Tetapi di hari-hari terakhir ini banyak isteri-isteri yang memutar balik fakta, di mana kebenaran atau Firman TUHAN dipelintir oleh isteri-isteri. Maksudnya, seorang isteri baru mau tunduk kepada suaminya apabila syarat yang diinginkannya telah terpenuhi.
Demikian juga sidang jemaat; mau datang beribadah, mau datang melayani, mau datang berkorban di tengah ibadah dan pelayanan kalau sudah diberkati. Berarti, sudah terlebih dahulu menuntut haknya, sementara kewajibannya belum terpenuhi. Ini adalah suatu kekeliruan yang sangat besar sekali yang harus kita perhatikan dengan seksama. Jangan kita bodoh dengan kebodohan manusia duniawi.

1 Petrus 3:1
(3:1) Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,

Rasul Petrus juga menekankan supaya seorang isteri tunduk kepada suaminya. Jadi, baik Rasul Petrus maupun Rasul Paulus sama-sama menekankan supaya seorang isteri tunduk kepada suaminya. Dengan dua bukti ini sudah cukup menjadi saksi, bahwa seorang isteri memang harus tunduk kepada suaminya.

1 Petrus 3:2-4
(3:2) jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu. (3:3) Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, (3:4) tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.

Ketundukan seorang isteri kepada suaminya, itu merupakan perhiasan manusia batiniah yang sumbernya dari roh yang lemah lembut dan tenteram.

1 Petrus 3:5-6
(3:5) Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya, (3:6) sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.

Kesimpulan dari ketundukan seorang isteri ialah taat kepada suaminya, yang adalah kepala.
Jadi, yang merupakan perhiasan manusia yang tersembunyi yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, itulah ketundukan dari seorang isteri kepada suaminya, sementara kesimpulan dari ketundukan seorang isteri kepada suami adalah taat kepada suaminya, karena suami adalah kepala. -- Arti kepala ialah yang berkuasa, yang memerintah, berarti penyelamat tubuh. -- Memang, sebaiknya, seorang perempuan hiduplah dengan lemah lembut dan tenteram.

Baik perempuan-perempuan muda yang belum menikah, hal ini harus diperhatikan. Tetapi secara rohani, perempuan di sini menunjuk kepada gereja TUHAN, berarti kita semua, baik laki-laki maupun perempuan; sementara yang menjadi Kepala adalah Kristus, Dialah penyelamat tubuh.

Tadi kita sudah menemukan kesimpulan dari ketundukan seorang isteri, yang ternyata adalah taat kepada suami. Sekarang, kita akan lebih jauh melihat tentang KETAATAN.
Ibrani 5:8
(5:8) Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,

Sekalipun Yesus adalah Anak, namun Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya.
Jangan kita berhenti di tengah jalan di dalam hal mengikuti TUHAN, sekalipun harus menyangkal diri dan memikul salib. Biarlah kita menjadi taat dari apa yang kita derita, jangan berhenti di tengah jalan.

Filipi 2:12-13
(2:12) Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, (2:13) karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.

Perikop ayat ini adalah “Tetaplah kerjakan keselamatanmu”. Jangan berhenti di tengah jalan di dalam hal mengikuti TUHAN, sekalipun harus sangkal diri dan memikul salib; itu artinya, tetaplah kerjakan keselamatanmu, berarti; taat dari apa yang telah diderita.

Hai saudara-saudaraku yang kekasih …” Hai keluarga sidang jemaat GPT “BETANIA”  maupun anak-anak TUHAN, umat TUHAN, hamba TUHAN yang terkasih, yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada, biarlah kiranya “Senantiasa taat”. Apa maksudnya?

Kamu senantiasa taat”, berarti mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar di hadapan TUHAN, bukan di hadapan manusia. Sekali lagi saya tandaskan: Mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar itu di hadapan TUHAN, bukan di hadapan manusia. Berarti, mengerjakan keselamatan itu dengan tulus hati, bukan dengan pura-pura.
Kalau mengerjakan keselamatan (sangkal diri, pikul salib) di hadapan manusia, bisa saja kita berpura-pura (terlihat baik), tetapi di belakang tidak; di hadapan manusia sepertinya baik, tetapi di belakang tidak demikian, itu pura-pura.
Tetapi yang TUHAN tuntut, biarlah kiranya kita senantiasa taat, berarti mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar di hadapan TUHAN, bukan di hadapan manusia. Berarti, mengerjakan keselamatan  atau hidup di dalam ketaatan itu dengan tulus hati, bukan dengan pura-pura, bukan dengan kemunafikan, sebab kita sendiri telah diperlengkapi dengan kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan TUHAN.

Biarlah kiranya kita senantiasa taat di hadapan TUHAN, mengapa? Sebab kita sendiri telah diperlengkapi dengan:
1.      Kemauan yang dari TUHAN.
2.      Pekerjaan menurut kerelaan TUHAN.
Biarlah kemauan yang kita miliki itu dari TUHAN, dan biarlah kita melayani pekerjaan di tengah-tengah ibadah pelayanan juga berasal dari kerelaan TUHAN. Kita tidak akan mungkin bisa taat kepada TUHAN dengan kemauan sendiri, dengan kekuatan di dalam hal melayani TUHAN, sebab kemauan manusia terbatas, kemampuan manusia juga terbatas. Tetapi di dalam hal mengerjakan keselamatan, di dalam hal ketaatan kepada TUHAN, kita masing-masing sudah diperlengkapi dengan:
1.      Kemauan menurut kerelaan TUHAN.
2.      Diperlengkapi dengan pekerjaan menurut kerelaan TUHAN.

Jadi, kalau TUHAN meminta kita dan berkata untuk senantiasa taat, bukan berarti TUHAN tidak memiliki alasan untuk mengatakan hal itu, karena TUHAN sudah memperlengkapi kita dengan kemauan menurut kerelaan TUHAN dan pekerjaan menurut kerelaan TUHAN.
Ibadah dan pelayanan yang kita kerjakan ini adalah pekerjaan TUHAN. Kalau kita mengerjakan keselamatan sesuai pengertian kita, maka kita tidak selamat, tetapi biarlah kita mengerjakan keselamatan itu karena kita memiliki kemauan dan pekerjaan menurut kerelaan TUHAN, itulah ibadah dan pelayanan yang sedang kita usahakan ini.

Filipi 2:14-15
(2:14) Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, (2:15) supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,

Ciri-ciri orang yang taat: Mengerjakan segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan tidak berbantah-bantah, pendeknya; tidak terpaksa. Berarti, beribadah dan melayani TUHAN tidak boleh terpaksa, karena TUHAN tidak pernah memaksa kita di dalam hal menentukan pilihan, tetapi TUHAN memberi suatu pengertian yang baik kepada kita sekaliannya; oleh sebab itu, senantiasalah taat.

Tujuan tidak bersungut-sungut dan tidak berbantah-bantah di dalam hal mengerjakan keselamatan adalah supaya kita tidak beraib dan tidak bernoda. Singkatnya, kita bercahaya di antara orang-orang yang bengkok hati dan orang-orang yang sesat hati, sama seperti bintang-bintang di cakrawala yang menjadi petunjuk untuk memimpin orang banyak kepada kebenaran. Jadi, dengan taat, kita sama seperti menjadi bintang-bintang di cakrawala.

Titus 2:9-10
(2:9) Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah, (2:10) jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita.

Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada tuannya. Tuan dari hamba-hamba TUHAN ialah TUHAN Yesus Kristus.
Jika hamba-hamba taat kepada tuannya, sama artinya; jangan membantah dan jangan curang, berarti tulus dan setia. Dengan demikian, hamba kebenaran di dalam melayani pekerjaan TUHAN, memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita.

Singkatnya, kalau seorang hamba taat kepada tuannya, menunjukkan seorang hamba memuliakan ajaran Allah. Ajaran Allah, baik yang tertulis di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, seluruhnya sudah dirangkum di dalam salib Kristus.

Taat menunjukkan dua hal, Yang Pertama: SETIA.
Filipi 2:7-8
(2:7) melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (2:8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Taat sampai mati, “bahkan sampai mati di kayu salib”, sama dengan; setia.
Jadi, pelayanan Yesus Kristus selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka bumi ini tidak berhenti hanya sebatas mengadakan mujizat -- baik itu mujizat kesembuhan, dan mujizat lima roti dan dua ikan untuk lima ribu orang, dan mujizat tujuh roti dan beberapa ikan untuk empat ribu orang laki-laki --, melainkan pelayanan Yesus Kristus berakhir dengan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib, sama dengan; setia. Setialah sampai mati, itulah yang TUHAN mau, itu yang TUHAN tuntut dari kehidupan kita masing-masing.

Filipi 2:9
(2:9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,

Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Anak, dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama. Kalau kita setia sampai mati, maka tentu hal yang sama juga kita alami; TUHAN akan meninggikan kita di tempat yang paling tinggi dan dipermuliakan.
Oleh sebab itu, setialah sampai mati; kerjakanlah keselamatan dengan takut dan gentar; jangan berbantah-bantah dan jangan bersungut-sungut serta jangan curang, berarti tulus, tidak pura-pura.

Amsal 19:22
(19:22) Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong.

Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya. Yang TUHAN tuntut dan TUHAN tentukan dari seorang hamba adalah kesetiaan, itulah yang TUHAN dambakan. Maka, kalau seorang hamba sudah dipercaya talenta, baik dalam hal melayani pemimpin pujian, hal pemain musik, dan lain sebagainya, kembangkanlah talenta itu sampai 100% (seratus persen), sebab apa? Sebab sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya.

Jangan sampai kita beribadah dan dipercayakan suatu talenta atau dipercayakan beberapa talenta, tetapi tidak setia. Saya berharap kita semua setia, terkhusus yang dipercayakan karunia jabatan, dipercayakan pelayanan, biarlah setia di hadapan TUHAN. Jangan hanya memikirkan uang. Saya kira tidak salah, kalau pelayan TUHAN yang bekerja mengambil non-shift untuk setia dalam ibadah pelayanan di hadapan TUHAN, sebab soal penghidupan, masa depan, TUHAN sudah atur semua. Justru nanti apabila kita mengikuti aturan (cara) TUHAN, kita akan diberkati dengan melimpah-limpah.

Oleh sebab itu, dalam mengikuti TUHAN tidak boleh menggunakan logika; menurut kita, kita sudah diberkati dengan cara pemikiran kita, tetapi cara pemikiran TUHAN berbeda, tidak terselami, karena Yesus telah mati dan bangkit untuk kita semua.
Itu sebabnya, sifat yang diinginkan dari seorang hamba adalah kesetiaannya. Tidak boleh dengan cara; hari ini ibadah, tetapi besok tidak, tidak boleh seperti itu, tetapi harus setia selama hayat masih dikandung badan (sampai mati).

Kemudian, perlu untuk kita ketahui: Yang berkemenangan menghadapi musuh, yaitu Babel besar, adalah orang-orang yang setia sampai mati, sesuai Wahyu 17:14.
Wahyu 17:14
(17:14) Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia."

Tuan dari hamba-hamba TUHAN adalah TUHAN Yesus Kristus, dan bersama Dia juga akan turut berkemenangan bersama dengan Dia. Siapa mereka yang turut berkemenangan bersama dengan Anak Domba, Tuan di atas segala tuan? Itulah mereka yang terpanggil, yang telah dipilih, dan yang setia.

Kalau kita kaitkan dengan susunan Tabernakel, “yang terpanggil”, menunjuk; daerah HALAMAN. Berarti, telah dibenarkan oleh darah salib Kristus, dan dibaptis itu menunjuk; orang-orang yang sudah bertobat dan lahir baru. Tetapi tidak berhenti sampai di situ, kalau dikaitkan dengan anatomi manusia, itu terkena pada tungkai kaki bawah (tulang kering) dan tungkai bagian atas (paha); inilah yang akan menopang bagian tubuh.

Kalau kita kaitkan dengan susunan Tabernakel, “yang telah dipilih”, menunjuk; daerah RUANGAN SUCI, dengan tiga macam alat yang ada di dalamnya, itulah;
1.      MEJA ROTI SAJIAN à Ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci.
2.      PELITA EMAS à Ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian.
3.      MEZBAH DUPA EMAS à Ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan = kasih.
Inilah orang yang telah dipilih. Kalau berbicara tentang orang-orang yang dipilih, berarti orang yang senantiasa membawa berita pendamaian, sesuai dengan 1 Petrus 2:9, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” Bangsa yang terpilih, imamat rajani, bangsa yang kudus, milik kepunyaan Allah, tugas mereka ialah untuk membawa dan memberitakan salib di mana pun kita diutus; itulah orang-orang yang dipilih membawa berita pendamaian -- sebab berita salib adalah berita pendamaian --.
Tetapi tidak berhenti sampai di situ, kalau sudah dipilih, dengan lain kata; dipercayakan untuk membawa berita pendamaian, puji TUHAN. Tetapi tidak berhenti sampai dipilih, melainkan harus sampai kepada setia.

Kalau kita kaitkan dengan susunan Tabernakel, “yang setia”, menunjuk; daerah RUANGAN MAHA SUCI, berarti; kesempurnaan, sama dengan; dipermuliakan bersama-sama dengan Dia; tepatnya berada dalam perjamuan malam kawin Anak Domba, sebagai sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini. Untuk sampai kepada akhir perjalanan, dibutuhkan kesetiaan.

Tidak berhenti hanya sebatas dipanggil, tidak berhenti hanya sebatas membawa berita pendamaian (dipilih), tetapi sifat yang dituntut dari seorang hamba adalah setia.
Gereja TUHAN adalah isteri, harus setia kepada suami, itulah Kristus, yang adalah Kepala.

Taat menunjukkan dua hal, Yang Kedua: DENGAR-DENGARAN.
Matius 26:39,42,44
(26:39) Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki. (26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!" (26:44) Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga.

Ya Bapa-Ku”, artinya; Yesus, Anak Allah, dengar-dengaran kepada Bapa, di dalam hal melakukan kehendak Allah Bapa; itulah taat. Jadi, taat, artinya; dengar-dengaran. Dia taat, berarti dengar-dengaran kepada kehendak Allah Bapa.

TUHAN merindukan supaya kita semua menjadi hamba yang dengar-dengaran. Daud adalah contoh hamba yang dengar-dengaran kepada TUHAN, sedangkan Saul adalah contoh hamba yang tidak dengar-dengaran kepada TUHAN. TUHAN tidak menuntut korban dan persembahan, yang TUHAN tuntut dari seorang hamba adalah dengar-dengaran. Untuk apa kita melakukan banyak pekerjaan tetapi tidak dengar-dengaran kepada TUHAN, itu sama dengan orang yang melayani sesuai kehendak sendiri.

Yohanes 10:3-4
(10:3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. (10:4) Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.

Dengar-dengaran adalah tabiat domba untuk mengikuti geraknya firman pengajaran, sampai akhirnya terwujud kesatuan tubuh Kristus yang sempurna -- bangsa kafir dan Israel menyatu --, maka yang dibutuhkan adalah roh dengar-dengaran. Dengan memiliki roh dengar-dengaran, maka kita, sebagai kawanan domba Allah, dimampukan untuk mengikuti geraknya Firman Pengajaran Mempelai yang akan menggembalakan kita sampai kepada kesempurnaan.

Yohanes 10:14-16
(10:14) Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku (10:15) sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. (10:16) Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.

Roh dengar-dengaran ini akan membawa kita sampai kepada kesatuan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi tubuh mempelai. Jadi, seorang hamba TUHAN harus memiliki roh dengar-dengaran untuk selanjutnya mengikuti geraknya Firman Pengajaran Mempelai yang menggembalakan kehidupan kita semua, sampai dibawa kepada kesatuan tubuh Kristus yang sempurna; Israel dan kafir bersatu.
Jadi, kesatuan itu dimulai dari roh dengar-dengaran di tengah-tengah ibadah dan pelayanan dalam kandang penggembalaan ini, supaya kita (penggembalaan ini) menjadi satu dengan penggembalaan yang lain, sampai kepada penggembalaan antar denominasi gereja, sampai nanti puncaknya kafir dan Israel bersatu, dimulai dari roh dengar-dengaran.
Dan teladan dengar-dengaran itu telah dibuktikan oleh Yesus, sebagai Anak,  yang bisa kita perhatikan dalam Injil Yohanes 17, di mana Ia dengar-dengaran terhadap Bapa, supaya kita menjadi satu, sempurna dan dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.

Jadi, jangan kita hanya sekedar mendengar Firman TUHAN, supaya Firman Allah tidak terabaikan begitu saja. Sebagai seorang isteri (gereja TUHAN), harus taat kepada suami, sebab Dialah Kepala, Dia penyelamat tubuh.
Taat, menunjukkan;
1.      Kesetiaan hamba.
2.      Roh dengar-dengaran yang dimiliki oleh seorang hamba.
Saya berharap agar kita semua memiliki roh dengar-dengaran, supaya apa yang menjadi cita-cita, kerinduan dari Allah terwujud, yaitu terwujudnya kesatuan tubuh Kristus yang sempurna. Jangan kita egois, berarti  mau tidak mau, kita harus memiliki roh dengar-dengaran, supaya ibadah pelayanan kita layak dan berkenan kepada TUHAN. Jangan berbantah-bantah, jangan bersungut-sungut, berarti tulus di dalam hal melayani pekerjaan TUHAN.

1 Korintus 11:3
(11:3) Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah.

-          Kepala dari laki-laki adalah Kristus.
-          Kepala dari perempuan ialah laki-laki.
-          Kepala dari Kristus ialah Allah.
Kita harus mengetahui tatanan ini, jangan diputar balik. Jangan sampai kita tidak menempatkan Kristus, sebagai Kepala, tetapi tatanan ini harus benar-benar nyata dalam kehidupan kita masing-masing, dalam hidup, ibadah, pelayanan, dalam nikah dan rumah tangga kita masing-masing.

1 Korintus 11:4-6
(11:4) Tiap-tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang bertudung, menghina kepalanya. (11:5) Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya. (11:6) Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya.

Tiap-tiap perempuan yang berdoa atau yang bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, ia menghina kepalanya. Berdoa dan bernubuat, tetapi tidak tunduk kepada Kristus, sebagai Kepala, itu = menghina Kristus.
Jadi, baik dalam hal berdoa -- artinya, menaikkan permohonan, syukur dan syafaat --, harus ditandai dengan ketundukan. Demikian juga di dalam hal bernubuat atau di dalam hal menyampaikan Firman TUHAN, harus ditandai dengan ketundukan. Kalau tidak, maka sama dengan menghina Kristus, yang adalah Kepala.

Oleh sebab itu, maka gereja TUHAN harus berambut panjang atau menudungi kepalanya, itu adalah tanda ketundukan. Jadi, kalau kita melayani, harus tunduk kepada Kristus, yang adalah Kepala. Jangan kita melayani, tetapi pada sisi yang lain, hanya menuruti keinginan sendiri. Jangan kita melayani, tetapi mengambil jalannya sendiri, sebab itu sama dengan menghina Kristus, yang adalah Kepala.
Banyak orang Kristen salah mengerti; dia mengira dengan banyak berkorban, tanpa dengar-dengaran, tanpa kesetiaan, tanpa ketundukan, dia berpikir bahwa pengorbanannya yang banyak itu berkenan, tidak. Sebanyak apapun pengorbanan, tetapi kalau tidak tunduk, tidak setia, tidak dengar-dengaran, sama artinya; menghina kepala. Jadi, apapun yang kita kerjakan, itu penghinaan kepada TUHAN. Tidak tunduk (taat), tidak dengar-dengaran, tidak setia, maka apapun yang kita kerjakan, itu merupakan penghinaan, melecehkan TUHAN. Bukan korban yang banyak itu yang TUHAN tunggu, tetapi yang TUHAN tunggu dari seorang isteri (Gereja Tuhan) adalah taat, setia, dengar-dengaran.

Setelah kita menerima didikan TUHAN ini, jangan nanti kita lantas menangis dan memberontak. Biarlah kita bijaksana dan dewasa dalam menyikapi pemberitaan Firman TUHAN. Semakin hari sudah seharusnya semakin dewasa, semakin hari semakin bijaksana. Siapapun tidak bisa menjadi dewasa dan bijaksana hanya dengan menurut ukuran dan kemampuan kita, dengan pengetahuan kita, dengan gelar yang kita punya, dengan kedudukan, jabatan, ijazah yang tinggi, tidak bisa.

1 Korintus 11:13
(11:13) Pertimbangkanlah sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung?

Pertimbangkanlah sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung? Berdoa, tetapi tidak tunduk, patutkah demikian? Memohon kemurahan TUHAN, tetapi tidak tunduk kepada TUHAN, mungkinkah hal itu? Menginginkan sesuatu dari TUHAN, tetapi tidak tunduk, mungkinkah itu? Saya pikir tidak mungkin/mustahil.

1 Korintus 11:14
(11:14) Bukankah alam sendiri menyatakan kepadamu, bahwa adalah kehinaan bagi laki-laki, jika ia berambut panjang,

Sebaliknya, alam sendiri menyatakan, bahwa adalah kehinaan bagi laki-laki, jika ia berambut panjang. Artinya, ketundukan itu jangan diputar balik. Yang tunduk adalah gereja TUHAN, bukan Kristus yang tunduk kepada gereja TUHAN. Jadi, jangan diputar balik. Ini hukum alam sendiri yang menyatakan, belum berbicara secara rohani.

Itu sebabnya, di muka tadi saya dahulukan soal emansipasi dan Hak Asasi Manusia. Tidak salah dengan emansipasi, tidak salah dengan Hak Asasi Manusia, tetapi yang mau saya pertanyakan; sudah sejauh mana kita mengikuti TUHAN? Mengapa untuk satu manusia kita rela mati, rela berkorban, rela habis-habisan, rela memberikan tenaga, pikiran, waktu, semuanya tersita hanya untuk satu manusia, tetapi untuk korban Kristus justru kita abaikan.
Hukum alam saja mengatakan “adalah kehinaan bagi laki-laki, jika ia berambut panjang”, artinya; gereja harus tunduk kepada Kristus, sebagai Kepala. Itu hukum alam yang mengatakan, tidak perlu kita sampai ngejelimet mengerti Firman TUHAN.

1 Korintus 11:15
(11:15) tetapi bahwa adalah kehormatan bagi perempuan, jika ia berambut panjang? Sebab rambut diberikan kepada perempuan untuk menjadi penudung.

Kalau gereja TUHAN tunduk di tengah ibadah dan pelayanan, itu merupakan suatu penghormatan, sebab rambut panjang diberikan kepada perempuan untuk menjadi penudung, menjadi pelindung, menjadi naungan. Kristus, yang adalah Kepala, Dialah yang menaungi kita semua. Ketundukan itu menunjukkan bahwa kita berada dalam naungan TUHAN Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga. Sebaliknya, kalau Gereja Tuhan tidak tunduk, berarti tidak berada dalam naungan TUHAN.

Efesus 5:24
(5:24) Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.

Ketundukan seorang isteri kepada suami, sama seperti ketundukan sidang jemaat kepada Kristus, yang tunduk dalam segala sesuatu, dengan kata lain; tunduk tanpa syarat.
Jangan sampai isteri tunduk karena suaminya harus ganteng, gagah, hebat, punya kedudukan, punya jabatan, punya gelar doktor, profesor, punya pekerjaan yang baik, barulah isteri tunduk, tetapi kalau suami menganggur, maka tidak perlu tunduk, kalau suami tidak punya uang, maka tidak perlu tunduk; itu salah. Harus tunduk dalam segala sesuatu; istilah dalam segala sesuatu adalah tanpa syarat. Tunduklah dalam segala sesuatu, tunduk tanpa syarat, karena Kristuslah yang menyelamatkan tubuh. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment