KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, August 24, 2012

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 24 AGUSTUS 2012



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 24 AGUSTUS 2012

subtema: "PERJANJIAN TUHAN ADALAH PERJANJIAN KESELAMATAN BAGI BANI LEWI"

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Karena kemurahan Tuhan, kita boleh beribadah kepada Tuhan malam hari ini.

Kembali kita memeriksa kitab Maleakhi 2.
Minggu lalu kita sudah melihat pernyataan Allah kepada para imam yang melayani di Tabernakel, di mana orang Lewi / bani Lewi berpegang teguh kepada perjanjian Tuhan. Tujuan Tuhan menyatakan itu kepada para imam, supaya mereka sadar dan mata rohani mereka tercelik, sehingga mereka melihat; bahwa Tuhan mempunyai otoritas, kekuasaan, ketegasan, untuk menentukan segala sesuatunya. Ini harus kita perhatikan sungguh-sungguh, terlebih imam-imam yang mengambil bagian pelayanan dalam setiap ibadah yang Tuhan percayakan pada kita.

Sekarang kita perhatikan Maleakhi 2: 5
(2:5) Perjanjian-Ku dengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan sejahtera dan itu Kuberikan kepadanya -- pada pihak lain ketakutan -- dan ia takut kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku.

Selanjutnya, Tuhan memberitahukan perjanjian-Nya dengan bani Lewi kepada para imam yang melayani di Tabernakel.

Adapun perjanjian itu, ialah:
PERJANJIAN PERTAMA; Tuhan memberikan kehidupan dan sejahtera.

Keterangan;
a.    Tuhan memberikan kehidupan

Mari kita lihat kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan yang berasal dari Tuhan.
Galatia 2: 20
(2:20) namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
Kehidupan yang sesungguhnya adalah hidup dalam iman.
Iman artinya; percaya walaupun tidak melihat.

Tetapi, bagi mereka yang tidak mengerti kehidupan yang sesungguhnya, mereka hanya percaya kalau melihat.
Kalau hidup karena melihat berarti menaruh harapan pada perkara lahiriah, dan itu bukanlah hidup yang sesungguhnya.
Saudaraku, orang-orang yang tidak hidup dalam Kristus, menaruh pengharapan pada hal-hal yang terlihat, itu bukanlah hidup, sebab hal-hal yang lahiriah sifatnya semu, tidak kekal.
Semoga saudara dapat memahami hal ini. Oleh sebab itu, tidak perlu menangisi hal-hal yang lahiriah.

Saya melayani, juga karena iman, bukan karena kolekte, sepersepuluh dan lain-lain, kalaupun ada, itu adalah berkat-berkat dari Tuhan.

Tanda bila hidup dalam iman.
Tandanya; berani berkata dengan tegas bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” = HIDUPKU YANG SEKARANG, BUKAN AKU LAGI, MELAINKAN KRISTUS DALAM AKU.
Berani mengatakan dengan tegas, bukan setengah-setengah, di hadapan orang-orang yang tidak beriman.

Di sini harus ada ketegasan, tidak perlu malu! Saya sudah membuktikan hal ini, sejak melayani Tuhan, berarti sejak Kristus di dalam aku, sekalipun saya dibelakangi, dihina, dikecilkan orang lain, saya tidak malu.
Banyak orang Kristen yang mengecilkan saya di awal-awal merintis pelayanan di Serang dan Cilegon, namun saya tidak malu, sebab hidup ku ini bukannya aku lagi melainkan Kristus di dalam aku.
Oleh sebab itu, penyerahan diri kepada Tuhan, jangan setengah-setengah, nanti yang terjadi adalah setengah mati.

Kristus di dalam aku, artinya; tidak lagi menuruti hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging itu sendiri, karena Kristus yang disalibkan itu, tinggal di dalam kita = hidup di dalam pimpinan Roh-El Kudus.
Jadi, penyaliban atas daging = dipimpin Roh-El Kudus.

Roma 8: 6
(8:6) Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.

Kalau hidup menurut keinginan daging / hawa nafsu = mati / maut.
Tetapi kalau menuruti keinginan Roh, adalah hidup + damai sejahtera.

Roma 8: 9
(8:9) Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.

Hidup dalam Roh, berarti Roh Allah itu sendiri berdiam di dalam hidup manusia.

Lebih rinci lagi kita melihat Roma 8: 10
(8:10) Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.

Roh adalah kehidupan karena kebenaran.

Roma 8: 11-12
(8:11) Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.
(8:12) Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging.

Daging itu mati, tetapi Roh memberi kehidupan sebab Roh itu mematikan seluruh perbuatan-perbuatan daging.
Itu sebabnya tadi saya katakan; penyaliban daging = hidup dalam pimpinan Roh-El Kudus.

Mana yang saudara pilih; berhasil karena ketegasan atau masih mengasihi daging, namun setengah mati karena penyerahan diri setengah-setengah? Saudaraku, perlu ketegasan untuk menjawab pertanyaan ini.

Kembali kita perhatikan Galatia 2.
Galatia 2: 19
(2:19) Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus;
Hidup untuk Allah berarti disalibkan bersama dengan Kristus, inilah hidup yang sesungguhnya.
Sebab daging adalah tempatnya / arealnya hukum taurat yang paling empuk.

Keterangan;
b.    Tuhan memberikan damai sejahtera.

Bilangan 6: 26
(6:26) TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.

Memperoleh damai sejahtera ketika Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepada saya dan saudara.
Menghadapkan wajah = muka bertemu muka.
Siapakah kita, sehingga Allah menghadapkan wajah-Nya kepada kita, ini sungguh luar biasa.

Kalau kita bertemu dengan pak RT / pak lurah saja, kita sudah menunjukkan sikap yang manis.
Namun yang kita hadapi, yang kita lihat, bukan muka pemimpin di atas bumi ini, melainkan wajah Allah, di situlah damai sejahtera tercipta.

Mari kita lihat satu peristiwa ketika muka bertemu muka (Tuhan menghadapkan wajah-Nya).
Lukas 19: 1-5
(19:1) Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu.
(19:2) Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.
(19:3) Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.
(19:4) Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.
(19:5) Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu."

Yesus melihat Zakheus ketika ia berada di atas pohon ara = Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepada Zakheus = muka bertemu muka.
Saudaraku, saya sudah katakan, ketika kita memperoleh damai sejahtera, itu terjadi pada saat Tuhan menghadapkan wajah-Nya, disini kita akan melihat pembuktiannya.

Mari kita lihat; peristiwa saat Tuhan menghadapkan muka-Nya.
Lukas 19: 6-7
(19:6) Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.
(19:7) Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa."

Yesus menumpang di rumah Zakheus = Allah berhadirat, Allah bertakhta, Allah berdiam.
Dalam 2 Samuel 6: 1-2, 10, di situ jelas tertulis bahwa dimana hadirat Allah, di situ ada berkat-berkat Tuhan, yang mendatangkan damai sejahtera, seperti Obed-Edom telah menerima berkat itu.

Berkat damai sejahtera yang diterima Zakheus;
Lukas 19: 8
(19:8) Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."

-      Zakheus memberikan setengah dari harta kekayaannya kepada orang miskin.
Ini adalah berkat damai sejahtera.
Saudaraku, lebih baik memberi dari pada menerima, apalagi yang membutuhkan itu adalah orang yang sangat membutuhkan, itulah orang miskin / orang yang tak punya.
Jadi, kalau memberi, berilah yang terbaik, supaya pemberian itu tidak sia-sia.

Memberi setengah dari harta kekayaan, arti rohaninya untuk kita sekarang adalah; kehidupan yang seimbang di mata Tuhan = oraet labora / berdoa sambil bekerja. Ini adalah kehidupan yang seimbang.

Kalau orang hanya beribadah terus menerus, tanpa bekerja, itu bukanlah keadaan yang seimbang. Atau sebaliknya, setiap hari bekerja, tetapi tidak ada doa, tidak beribadah melayani Tuhan, itu berarti tidak menempatkan diri seimbang di hadapan Tuhan.
Bekerja, sambil beribadah, melayani Tuhan, itulah keadaan yang seimbang, itulah yang benar.

Matius 22: 16-21
(22:16) Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka.
(22:17) Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?"
(22:18) Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?
(22:19) Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya.
(22:20) Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?"
(22:21) Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."

Keseimbangan itu, seperti pernyataan Yesus kepada orang-orang Farisi "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Wajib kita bekerja, wajib juga kita melayani Tuhan. Kalau kita bisa melakukan ini, inilah yang disebut keseimbangan, dan keseimbangan itu adalah suatu kewajiban.

·         Kita wajib memberikan kepada kaisar = manusia memiliki kewajiban untuk mengasihi sesama.
·    Kita wajib memberikan kepada Allah = manusia memiliki kewajiban untuk melayani Tuhan = mengasihi Tuhan.
Jadi, jangan malas, harus memiliki kewajiban dan tanggung jawab di hadapan Tuhan.
Malas = jahat (Matius 25: 26).

-      Zakheus mengembalikan 4 kali lipat kepada orang-orang yang pernah diperas.
Ini juga berkat damai sejahtera.
Misalkan ia memeras 10000, berarti Zakheus mengembalikan 40000 kepada orang yang ia peras. Ini adalah sikap yang benar di hadapan Tuhan.

Saudaraku, mengembalikan 4 kali lipat kepada orang-orang yang diperas berarti; mengingat injil keselamatan, sebab berbicara angka 4 -> 4 injil, yaitu
1.    Injil Matius
Menggambarkan Yesus sebagai Raja = imamat yang rajani = melayani disertai dengan kuasa, otoritas dari Allah, kuasa sang Rajani.
Ciri-ciri seorang raja; mempunyai etika.
Baik cara duduk, cara berjalan, berbicara, semua ada etikanya. Juga imamat yang rajani, kalau melayani penuh dengan kuasa, jangan sembarangan saat bertindak, berbuat, berbicara, dan lain-lain.
2.    Injil Markus
Menggambarkan Yesus sebagai hamba. Dalam bahasa Yunani, hamba adalah doulos, artinya; melayani disertai kerendahan hati, melayani tanpa ada hak atas diri sendiri.
3.    Injil Lukas
Menggambarkan Yesus sebagai manusia sengsara = satu dengan salib Kristus.
Saya tambahkan sedikit. Kisah kematian Lazarus, kisah manusia sengsara, tidak ada dalam injil yang lain, selain di dalam injil Lukas.
4.    Injil Yohanes
Menggambarkan Yesus Kristus sebagai Anak Allah, penuh keadilan dan kebenaran.

Inilah yang dikerjakan Zakheus, dia mengingat injil keselamatan.

Lukas 19: 9
(19:9) Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.

Zakheus mengingat injil keselamatan, itu sebabnya Yesus berkata “Hari ini telah terjadi keselamatan pada rumah ini”. Biarlah kiranya hal ini kita ingat dengan baik.

Syarat muka bertemu muka (syarat supaya Tuhan menghadapkan wajah-Nya).
Lukas 19: 2-4
(19:2) Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.
(19:3) Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.
(19:4) Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.

Syaratnya; ada kerinduan yang berapi-api = berkobar-kobar, berapi-api, bernyala-nyala dalam setiap ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan.
Dimana ada kemauan, di situ ada jalan. Kalau tidak ada kerinduan yang berapi-api, tidak berkobar-kobar, bernyala-nyala dalam setiap ibadah pelayanan, maka Tuhan tidak akan membukakan jalan. Ini harus dipahami dengan sungguh-sungguh.

Saudaraku, di mana saja saya beribadah, saya tetap berkobar-kobar, sebab saya beribadah kepada Tuhan, bukan kepada manusia.
Trobosan-trobosan / sesuatu yang luar biasa, yang mustahil akan terjadi, ketika Tuhan menghadapkan wajah-Nya. Oleh sebab itu, biarlah kita memiliki kerinduan seperti kerinduan Zakheus untuk melihat seperti apakah Yesus.

Zakheus, untuk dapat melihat Yesus, dia terus berupaya semaksimal mungkin. Dia naik ke atas pohon untuk dapat melihat Yesus. Ini adalah kerinduan yang luar biasa, kerinduan yang berapi-api.
Banyak orang Kristen tidak memiliki kerinduan yang berapi-api, seperti kerinduan Zakheus, tidak bernyala-nyala, tidak berkobar-kobar dalam setiap ibadah pelayanan = kita membiarkan jalan itu tertutup, mujizat tidak terjadi, tidak terjadi trobosan-trobosan di dalam hidup maupun di tengah-tengah ibadah pelayanan. Jangan membiarkan kobodohan itu terjadi.
Kita harus kembali memperhatikan firman yang benar dan murni, yaitu; seseorang harus memiliki kerinduan yang berapi-api, berkobar-kobar, bernyala-nyala dalam setiap ibadah pelayanan, tetapi bukan untuk dilihat manusia tentunya.

Saudara bisa sukses / berhasil di dunia, tetapi tanggung resiko sendiri.
Jika saudara mau sukses, berhasil di dalam Tuhan jangan setengah-setengah, harus sungguh-sungguh, Tuhan pasti membuka jalan saat tiada jalan.
Latihan badani terbatas, latihlah dirimu beribadah, sebab ibadah mengandung janji baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Harus ada kerinduan yang berapi-api.
Nasihat firman jangan diabaikan, di situlah letak keberhasilan kita.

Adapun perjanjian itu, ialah:
PERJANJIAN KEDUA; Tuhan mengaruniakan roh takut dan gentar (Maleakhi 2: 5).

Dalam sisi yang lain, Tuhan memberikan kepada bani Lewi roh takut dan gentar.
Kiranya Tuhan juga mengaruniakan roh takut dan gentar kepada saya dan saudara, itu adalah kerinduan saya sebagai gembala sidang.

Filipi 2: 12-13
(2:12) Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,
(2:13) karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.
(2:14) Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan,

Saudaraku, yang saya kasihi dalam nama Tuhan Yesus Kristus;
Bila Tuhan mengaruniakan roh takut dan gentar, maka di situlah kita dimampukan untuk mengerjakan keselamatan yang Tuhan berikan.

Itu sebabnya saya tadi katakan, biarlah kiranya Tuhan mengaruniakan roh takut dan gentar kepada saya dan saudara, sehingga kita dimampukan untuk mengerjakan keselamatan yang Tuhan berikan kepada saya dan saudara.

Kita perlu melihat keselamatan yang Tuhan berikan kepada saya dan saudara.
Mari kita melihat keselamatan yang diberikan Tuhan.
Keluaran 12: 5-7
(12:5) Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela, berumur setahun; kamu boleh ambil domba atau kambing.
(12:6) Kamu harus mengurungnya sampai hari yang keempat belas bulan ini; lalu seluruh jemaah Israel yang berkumpul, harus menyembelihnya pada waktu senja.
(12:7) Kemudian dari darahnya haruslah diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah di mana orang memakannya.

Ketika bangsa Israel hendak keluar dari Mesir, mereka menyembelih anak domba jantan yang tidak bercela, berumur setahun, pada waktu senja. Kemudian disembelih, lalu darahnya disapukan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas pintu.
Ini adalah keselamatan yang Tuhan berikan kepada bangsa Israel. Pada saat itu, mereka dibebaskan dari tanah Mesir, tanah perbudakan = dibebaskan dari dosa.
Domba jantan yang tidak bercela -> pribadi Yesus Kristus yang disalibkan / korban Kristus.

Jadi, keselamatan yang Tuhan berikan, ada tandanya, yaitu tanda darah, pada;
-      Kedua tiang pintu -> jiwa dan roh.
-      Ambang atas pintu -> tubuh.
Berarti, tandanya; ada tanda darah pada jiwa, roh dan tubuh.
Kalau kita kaitkan pada pola Tabernakel, terkena pada mezbah korban bakaran.
Berarti pengorbanan Yesus Kristus, adalah keselamatan yang Tuhan berikan, untuk membebaskan saya dan saudara dari dosa.

Selanjutnya, 3 hari kemudian, bangsa Israel menyebrang laut teberau, itu menunjuk kepada baptisan air; mati dan bangkit bersama Kristus, dalam pola Tabernakel terkena pada kolam pembasuhan.
Mezbah korban bakaran dan kolam pembasuhan tembaga berada di daerah halaman, berarti halaman adalah daerah pembenaran karena keselamatan yang telah diberikan oleh Tuhan.

Tuhan sudah memberikan keselamatan oleh darah pengorbanan, kematian dan kebangkitan-Nya, oleh sebab itu, kerjakanlah keselamatan itu dengan takut dan gentar.
PERTANYAANNYA; Dimana tempat mengerjakan keselamatan?
Dalam pola Tabernakel, terkena pada ruangan suci, itulah tempat mengerjakan keselamatan.
Ruangan suci = tempat pengudusan, di situlah kita mengerjakan keselamatan itu.

Di dalam ruangan suci terdapat 3 macam alat;
1.    Meja roti sajian
Artinya; tekun dalam Ibadah Pendalaman Alkitab, disertai perjamuan suci = domba-domba diberi makan.
Ibadah Pendalaman Alkitab menghasilkan iman.

2.    Kaki dian emas
Artinya; tekun dalam ibadah raya Minggu disertai dengan kesaksian = persekutuan Allah Roh Kudus = domba-domba diberi minum.
Ibadah Raya Minggu menghasilkan pengharapan.

Setelah makan, harus dikasih minum, kalau tidak minum, yang terjadi adalah cekukan.
Istilah cekukan di sini ialah; mengerti kebenaran tetapi mulut tidak dijaga.

3.    Mezbah dupa
Artinya; tekun dalam ibadah doa penyembahan = domba-domba diberi nafas hidup.
Ibadah doa penyembahan menghasilkan kasih. Itu sebabnya, arti doa penyembahan adalah hanyut dan tenggelam dalam kasih Allah.
Sesuai Ibrani 10: 22-24, biarlah kita tekun dalam 3 macam ibadah utama, yang menghasilkan iman, harap dan kasih, tidak menjauhkan diri dari setiap pertemuan-pertemuan ibadah, tetapi biarlah kita saling mendorong dengan kasih, mengingat hari Tuhan sudah tidak lama lagi.
Tuhan sudah memberikan keselamatan, tetapi keselamatan itu harus dikerjakan.

Ciri-ciri mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar.
Filipi 2: 12
(2:12) Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,

Cirinya;
1.    Taat
Artinya; patuh pada ajaran yang benar = dengar-dengaran = seperti murid yang selalu mau diajar oleh kebenaran firman Tuhan.
Tetapi ketaatan ini tidak lengkap rasanya, kalau tidak ditandai dengan ketundukan.

2.    Melakukan segala sesuatu untuk Tuhan, dengan tidak bersungut-sungut dan tidak berbantah-bantah.
Segala sesuatu kita lakukan untuk Tuhan dengan baik, apapun itu bentuknya. Saudaraku, kalau kita melakukan segala sesuatu untuk Tuhan, tidak perlu ragu melakukannya, tanpa bersungut-sungut, berarti tidak ngomel dan tidak menggerutu.

Kapan waktu yang tepat untuk melakukan itu semua?
Bukan hanya saat Rasul Paulus hadir, tetapi disaat Rasul Paulus tidak hadir di hadapan jemaat di Filipi, ini adalah waktu yang tepat.
Artinya; saat dilihat dan saat tidak dilihat oleh orang lain, tetap mengerjakan keselamatan dengan taat, tanpa bersungut-sungut, dan tanpa berbantah-bantah.

Tujuan Tuhan memberikan perjanjian kepada bani Lewi.
Kembali kita membaca Maleakhi 2: 5
(2:5) Perjanjian-Ku dengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan sejahtera dan itu Kuberikan kepadanya -- pada pihak lain ketakutan -- dan ia takut kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku.

Kita melihat persamaan ayat ini dalam kitab Bilangan 25.
Bilangan 25: 12
(25:12) Sebab itu katakanlah: Sesungguhnya Aku berikan kepadanya perjanjian keselamatan yang dari pada-Ku

Tuhan memberikan perjanjian kepada suku Lewi, dengan tujuan / maksud; tidak lain tidak bukan, supaya Tuhan memberikan keselamatan bagi suku Lewi = perjanjian keselamatan.

Kalau Tuhan percayakan ibadah dan karunia jabatan, maksud Tuhan adalah supaya Tuhan memberikan keselamatan kepada saya dan saudara, tidak ada maksud yang lain = untuk mendatangkan kebaikan bagi kita semua.
Rancangan Tuhan, bukan rancangan kecelakaan, tetapi rancangan damai sejahtera masa depan yang indah, itulah perjanjian keselamatan (Yeremia 29: 11).

Bilangan 25: 13
(25:13) untuk menjadi perjanjian mengenai keimaman selama-lamanya bagi dia dan bagi keturunannya, karena ia telah begitu giat membela Allahnya dan telah mengadakan pendamaian bagi orang Israel."

Di sini kita melihat, ketika Tuhan mengadakan perjanjian kepada suku Lewi, itu karena:
-      suku Lewi begitu giat membela kehormatan Allah.
-      suku Lewi telah mengadakan pendamaian bagi orang Israel.

Sidang jemaat, secara khusus imam-imam yang dipercaya melayani Tuhan, harus giat membela kehormatan Tuhan. jangan mempermalukan nama Tuhan, apalagi kepada mereka yang tidak mengenal Tuhan. Kita sudah banyak mendengar firman Tuhan, tetapi sikap kita seringkali tidak mencerminkan sebagai imam, karena tidak giat membela kehormatan Tuhan, sebaliknya justru mempermalukan nama Tuhan.

Bilangan 25: 1-3
(25:1) Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab.
(25:2) Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu.
(25:3) Ketika Israel berpasangan dengan Baal-Peor, bangkitlah murka TUHAN terhadap Israel;

Bangsa Israel ketika berkemah di Sitim,
-      mereka berzinah dengan perempuan-perempuan Moab,
-      selanjutnya menyembah Baal-Peor,
-      ketika menyembah Baal-Peor, mereka mempersembahkan korban sembelihan
-      dan makan dari korban yang dipersembahkan kepada Baal-Peor,
Sehingga dengan demikian, bangkitlah murka Tuhan terhadap Israel, tetapi suku Lewi / bani Lewi tidak turut bersama suku-suku yang lain, mereka giat membela kehormatan Tuhan.

Kemudian saat bangsa Israel berzinah dan menyembah Baal-Peor, murka Tuhan bangkit, tetapi suku lewi menjadi pendamaian bagi bangsa Israel, sehingga Tuhan memberi kesempatan untuk berubah kepada bangsa Israel.
Kalau suku lewi tidak menyurutkan murka Tuhan, seketika itu juga bangsa Israel akan binasa.

Sekali lagi saya katakan; giatlah membela kehormatan Tuhan, jadilah pendamaian, jadilah kesaksian untuk membawa banyak jiwa, untuk diperdamaikan kepada Tuhan.
Kita harus giat membela kehormatan Tuhan, terlebih kepada orang-orang yang tidak mengenal Tuhan.

Bangsa Israel terlalu tegar tengkuk, tetapi untung ada satu suku, yaitu suku Lewi. Kalau tidak ada satu suku ini, habislah bangsa Israel, tentu habislah kita semua. 
Apakah kita bagian dari satu suku ini? Ijinkanlah diri saudara menjadi bagian dari satu suku itu, menjadi Lewi Lewi di akhir zaman, karena masih banyak tanggung jawab kita untuk memperdamaikan saudara-saudara kita kepada Tuhan. Jadilah pendamaian, jadilah kesaksian, giatlah membela kehormatan Tuhan.
Saya berharap, saudara-saudara seiman, baik yang di dalam negeri, maupun di luar negeri, jadilah Lewi Lewi di akhir zaman, dengan catatan; giatlah membela kehormatan Tuhan dan menjadi pendamaian bagi sesama kita.

Hasilnya;
Bilangan 25: 13
(25:13) untuk menjadi perjanjian mengenai keimaman selama-lamanya bagi dia dan bagi keturunannya, karena ia telah begitu giat membela Allahnya dan telah mengadakan pendamaian bagi orang Israel."

Hasilnya; dikaruniakan jabatan imam untuk selama-lamanya, dimulai dari malam ini, kita melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, sampai Tuhan mengaruniakan karunia jabatan pada kerajaan 1000 tahun damai.
Bagi imam yang melayani di 1000 tahun damai, tidak berlaku kematian yang kedua bagi mereka, selanjutnya Tuhan karuniakan keimaman untuk selama-lamanya di dalam kerajaan yang kekal, Yerusalem yang baru, kerajaan sorga.

Perhatikanlah firman Tuhan malam ini. GIATLAH MEMBELA KEHORMATAN TUHAN, JADILAH PENDAMAIAN.

Sungguh luar biasa firman malam hari ini. Firman pengajaran memang bukan satu-satunya jalan untuk masuk dalam kerajaan sorga, tetapi dengan firman pengajaran, mempermudah kita untuk masuk ke dalam kerajaan sorga, sebab firman pengajaran menggunakan pola kerajaan sorga, itulah pola Tabernakel.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment