Tema: HAL BERDOA
(Seri
24)
Subtema: MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH DALAM BENTUK
GULUNGAN KITAB
Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya yang besar, kita boleh beribadah pada malam hari ini.
Kita kembali memperhatikan Matius 6: 5-13, namun kita hanya membaca ayat 10
saja.
Matius 6: 10
(6:10) datanglah
Kerajaan-Mu, jadilah
kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
Saudaraku, Matius 6: 10 dibagi menjadi dua bagian;
YANG PERTAMA:
Datanglah Kerajaan-Mu.
YANG KEDUA:
Jadilah kehendak-Mu di
bumi seperti di sorga.
Malam ini kita memperhatikan, bagian yang kedua.
Matius 26: 39, 42
(26:39) Maka Ia maju
sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya
mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang
Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
(26:42) Lalu Ia pergi
untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan
ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah
kehendak-Mu!"
Yesus harus meminum
cawan Allah, berarti; jadilah kehendak Allah = kehendak Allah jadi di bumi seperti di sorga.
Kalau kehendak Allah jadi, berarti bukan lagi kehendak kita yang jadi dalam
segala sesuatu.
Saya kira, kalau kehendak Allah yang jadi, pasti semuanya menjadi lebih
baik, sehingga keadaan pun menjadi lebih baik, hidup menjadi lebih sempurna.
Yesaya 53: 9-10
(53:9)
Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia
ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu
tidak ada dalam mulutnya.
(53:10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia
dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus
salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak
TUHAN akan terlaksana olehnya.
Dengan matinya Yesus
di kayu salib, kehendak Tuhan terlaksana = jadilah kehendak-Mu di bumi
seperti di sorga.
Ibrani 10: 8-9
(10:8) Di atas Ia
berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus
dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun
dipersembahkan menurut hukum Taurat --.
(10:9) Dan kemudian
kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang
pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua.
Yesus datang untuk melakukan kehendak Allah Bapa, sebab korban dan
persembahan dari binatang, sebagai korban bakaran dan korban penghapus dosa,
tidak berkenan bahkan tidak dikehendaki oleh Allah Bapa, sekalipun
dipersembahkan menurut aturan-aturan yang berlaku di dalam hukum Taurat.
Yesus datang ke dunia ini dengan membawa satu misi, yaitu untuk melakukan kehendak Allah Bapa, tidak
ada misi yang lain, sebab kalau kita perhatikan di sini, korban dan persembahan
dari binatang, sebagai korban bakaran dan korban penghapus dosa, tidak
dikehendaki dan tidak berkenan kepada Allah Bapa, sekalipun dipersembahkan
menurut aturan-aturan yang berlaku di dalam hukum Taurat oleh seorang imam di
Tabernakel.
Seorang imam di Bait Suci, harus membasuh kakinya di kolam pembasuhan
barulah dia layak untuk masuk ke dalam ruangan suci, itu adalah salah satu
aturan menurut hukum Taurat, tetapi sekalipun demikian, Tuhan tidak menghendaki
dan tidak berkenan.
Oleh sebab itu, kiranya ibadah pelayanan ini bukan hanya ibadah yang hanya
dijalankan secara lahiriah.
Kalau kita beribadah, mempersembahkan korban hanya bentuk fisik raga kita
saja, itu tidaklah berkenan, tidak ada artinya.
Yesus datang untuk melakukan kehendak Allah Bapa; biarlah misi dari Yesus
ini, juga harus menjadi misi kita di tengah-tengah ibadah pelayanan, supaya kerohanian
kita tidak berjalan di tempat.
Mari kita lihat lebih jauh lagi...
Ibrani 10: 6-7
(10:6) Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak
berkenan.
(10:7) Lalu Aku
berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang
Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku."
Yesus datang untuk melakukan kehendak Allah, dalam bentuk gulungan kitab.
Saya sudah menyampaikan pada minggu yang lalu, melakukan kehendak Allah
bagian yang pertama, dan sekarang kita melihat ketika Yesus melakukan kehendak
Allah bagian yang kedua, yaitu; dalam bentuk GULUNGAN KITAB.
Saya kembali mengatakan; biarlah dimulai dari sejak malam ini dan
seterusnya kita melakukan kehendak Allah dalam bentuk GULUNGAN KITAB.
Wahyu 10: 8-10
(10:8) Dan suara yang
telah kudengar dari langit itu, berkata pula kepadaku, katanya: "Pergilah,
ambillah gulungan kitab yang terbuka di tangan malaikat, yang berdiri di
atas laut dan di atas bumi itu."
(10:9) Lalu aku pergi
kepada malaikat itu dan meminta kepadanya, supaya ia memberikan gulungan kitab
itu kepadaku. Katanya kepadaku: "Ambillah dan makanlah dia; ia akan
membuat perutmu terasa pahit, tetapi di dalam mulutmu ia akan terasa
manis seperti madu."
(10:10) Lalu aku
mengambil kitab itu dari tangan malaikat itu, dan memakannya: di dalam
mulutku ia terasa manis seperti madu, tetapi sesudah aku memakannya,
perutku menjadi pahit rasanya.
Melakukan kehendak Allah dalam bentuk gulungan kitab = makan gulungan kitab.
-
Ketika dimakan, di mulut terasa
manis.
-
Sesudah dimakan, di perut terasa
pahit.
Itulah yang Tuhan kehendaki, Tuhan tidak kehendaki korban dan persembahan /
ibadah lahiriah, tidak Tuhan kehendaki.
Keterangan:
PERUT TERASA PAHIT
Berarti; ketika kita melakukan firman Tuhan, itu akan terasa pahit.
Melakukan firman Tuhan = melakukan kehendak Allah Bapa = jadilah
kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
Ratapan 3: 15-17
(3:15) Ia mengenyangkan aku dengan kepahitan, memberi aku minum
ipuh.
(3:16) Ia meremukkan gigi-gigiku dengan memberi aku makan kerikil;
Ia menekan aku ke dalam debu.
(3:17) Engkau menceraikan
nyawaku dari kesejahteraan, aku lupa akan kebahagiaan.
Allah mengenyangkan perut dengan kepahitan = perut terasa pahit.
Perut terasa pahit, karena perut dikenyangkan oleh 5 hal:
-
Memberi aku minum ipuh.
Minum ipuh, artinya;
minum racun yang berasal dari getah pohon.
Kalau seseorang minum
racun, berarti itu betul-betul menuju kepada kematian daging.
-
Meremukkan gigi-gigiku dengan memberi aku makan kerikil.
Kalau gigi diremukkan,
pastilah seseorang tidak bisa menikmati makanan yang ada. Kalau seseorang tidak
bisa menikmati makanannya, maka otomatis tubuh menjadi lemah, tubuh tidak
berdaya, sebab tubuh tidak bisa memperoleh sari-sari dari setiap makanan.
-
Ia menekan aku ke dalam debu.
= segambar serupa
dengan debu = menjadi hina.
Ketika Ayub menerima
segala yang pahit, dia langsung duduk di atas debu, berarti demikianlah cara
Tuhan menekan seseorang untuk tetap berada dalam debu, untuk menuju kepada
kematian daging.
-
Engkau menceraikan nyawaku dari kesejahteraan.
Artinya; hidup itu
tercerai berai dari kesejahteraan, tidak mengalami damai dan sejahtera.
Bayangkan, semua ini
atas seijin Tuhan, supaya juga mengalami kematian daging.
-
Lupa akan kebahagiaan.
Tidak berbahagia oleh
karena kebahagiaan yang datangnya dari daging, ini juga gambaran dari orang
yang dagingnya mati, tidak bersuara.
Untuk melakukan
kehendak Allah dalam bentuk gulungan kitab, lupa akan kebahagiaan yang berasal
dari perkara-perkara lahiriah.
Sesungguhnya, memperoleh
kebahagiaan dari perkara-perkara lahiriah, itu tidak salah, asal jangan
menimbulkan dosa, namun kalau seseorang melakukan kehendak Allah Bapa dalam
bentuk gulungan kitab, maka ia lupa akan kebahagiaan.
Ketika melakukan kehendak Allah dalam bentuk gulungan kitab, memang tidak
enak, tetapi sekalipun itu terjadi, itu seijin Tuhan, supaya apa? Supaya kita
melakukan kehendak Allah Bapa dalam bentuk gulungan kitab, sebab gulungan kitab
itu harus dimakan sampai mengenyangkan perut.
Yesaya 53: 10
(53:10) Tetapi TUHAN
berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya
sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan
lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.
Saudaraku, sekalipun tidak berbuat kekerasan dan tidak ada tipu di dalam
mulutnya, tetapi Tuhan berkehendak
meremukkan Dia dengan kesakitan, inilah keadaan Yesus ketika melakukan
kehendak Allah Bapa dalam bentuk gulungan kitab.
Ketika seseorang remuk / hancur berkeping-keping (tak berdaya lagi), pada
saat itulah seseorang datang dan merendahkan dirinya di hadapan Tuhan = pada
saat remuk / hancur, seseorang dapat menghargai kemurahan / kasih karunia Tuhan.
Kita patut bersyukur karena Yesus, sebagai Anak Allah, melakukan kehendak
Allah Bapa dalam bentuk gulungan kitab, inilah misi yang telah diusung Yesus,
dan biarlah kita menyambut misi ini seutuhnya, tidak hanya bagian tertentu
saja.
Jika Tuhan mengijinkan kita remuk, biarlah itu terjadi, sebab dengan
keadaan seperti itu, seseorang tidak lagi mengandalkan kekuatannya, melainkan
ia akan datang dengan rendah di bawah kaki Tuhan, memohon belas kasih Tuhan.
Proses
terwujudnya perut dikenyangkan dengan kepahitan.
Ratapan 3: 12-13
(3:12) Ia membidikkan panah-Nya, menjadikan aku sasaran anak panah.
(3:13) Ia menyusupkan ke dalam hatiku segala anak panah dari tabung-Nya.
Segala anak panah yang
berasal dari tabung-Nya ditancapkan / menyusup ke dalam hati.
Artinya; hati menjadi tempatnya firman Tuhan yang diurapi, yaitu ayat yang
satu menjelaskan ayat yang lain.
·
Anak-anak panah -> ayat-ayat
firman Tuhan.
·
Tabung (tempat minyak) ->
urapan Roh-El Kudus.
Jadi, anak-anak Tuhan terlebih dahulu menikmati firman Tuhan yang diurapi,
sehingga kita mampu untuk dikenyangkan dengan segala kepahitan.
Oleh sebab itu, sidang jemaat jangan tertarik dengan firman Tuhan yang
ditambahkan dan dikurangi.
-
DITAMBAHKAN.
Artinya; firman Tuhan
yang disampaikan disertai dengan cerita-cerita isapan jempol, dongeng
nenek-nenek tua, takhayul-takhayul dan lain sebagainya.
-
DIKURANGKAN.
Artinya; menyampaikan
firman Tuhan tanpa pemberitaan salib Kristus, dan diganti dengan teori-teori
kemakmuran dan pelayanan sebatas tanda-tanda dan mujizat-mujizat semata.
Ratapan 3: 14
(3:14) Aku menjadi
tertawaan bagi segenap bangsaku, menjadi lagu ejekan mereka sepanjang
hari.
Ketika anak panah ditancapkan:
-
Menjadi tertawaan bagi segenap bangsaku.
Tertawaan, berarti; dianggap
lucu bagi manusia, ketika melakukan kehendak Allah Bapa.
-
Menjadi lagu ejekan mereka sepanjang hari.
= menjadi cibiran,
buah bibir bagi manusia.
Ketika melakukan
kehendak Allah dalam bentuk gulungan kitab, itu adalah suatu kebodohan bagi
orang dunia dan batu sandungan bagi mereka yang tidak hidup di dalamnya, tetapi
bagi kita, sebagai anak-anak Tuhan, sebagai hamba-hamba Tuhan, itu sudah
menjadi harga mati (suatu keharusan).
Keterangan:
DI MULUT TERASA MANIS.
Berarti; jika melakukan kehendak Allah, di mulut terasa manis.
Mazmur 119: 102-103
(119:102) Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu, sebab Engkaulah yang
mengajar aku.
(119:103) Betapa
manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi
mulutku.
Firman Tuhan, kehendak Allah, janji Allah begitu di langit-langit mulut.
Bukti bahwa kehendak
Allah (gulungan kitab) / janji-janji Allah begitu manis di mulut.
Mazmur 104: 33-34
(104:33) Aku hendak menyanyi
bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi
aku ada
(104:34) Biarlah renunganku
manis kedengaran kepada-Nya! Aku hendak bersukacita karena TUHAN.
Kalau firman Tuhan manis di mulut, berarti; setiap pernyataan-pernyataan,
ungkapan-ungkapan yang keluar dari mulut, semua didengar manis, seperti pemazmur
ini menyanyi, bermazmur bagi Tuhan selama hidup, selagi ada.
Kalau kita mampu mengucapkan kata-kata manis lewat nyanyian syukur, puji-pujian,
dan bermazmur kepada Tuhan, pasti kita juga mampu mengatakan kata-kata manis
kepada siapa saja, tidak ketus ketika berbicara, tidak asal-asal dalam
berkata-kata.
Ketika seseorang merasa jengkel dengan seseorang, pasti keluar kata-kata
yang tidak manis didengar.
Tetapi kalau di mulut ada firman Tuhan / kehendak Allah ada di mulut, maka
kehendak Allah itu manis, dan perkataannya pun manis, dan manis didengar oleh Tuhan
Oleh sebab itu, kalau anak-anak Tuhan enggan mengeluarkan kata-kata pujian kepada
Tuhan, enggan menaikkan nyanyian syukur, enggan bermazmur kepada Tuhan, itu
sangat disayangkan.
Kalau mulut manis didengar oleh Tuhan, pelajarilah lagu-lagu rohani, karena
kita mau melakukan kehendak Allah dalam bentuk gulungan kitab. Jangan perbanyak
menonton televisi, jangan mendengar lagu-lagu dunia, nyanyikanlah pujian bagi Tuhan,
kalau hati manis, maka semuanya menjadi manis, meskipun suaranya kurang baik.
Proses
dari pahit menjadi manis.
Keluaran 15: 22-23
(15:22) Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka
pergi ke padang gurun Syur; tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun
itu dengan tidak mendapat air.
(15:23) Sampailah
mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu,
karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara.
Setibanya bangsa Israel di Mara, mereka tidak dapat minum air yang ada di
situ, karena rasanya pahit, itu sebabnya dinamai orang tempat itu Mara.
Mara, artinya: pahit, sehingga kalau kita melihat kisah Naomi, dia
mengalami kepahitan, karena suami dan kedua anaknya mati, lalu dia kembali ke
Betlehem. Pada saat mereka tiba di pintu gerbang Betlehem, orang-orang berkata
“Naomikah itu?”, lalu Naomi berkata, “Jangan panggil aku Naomi, panggil aku Mara,
karena kepahitan yang sudah Tuhan berikan kepadaku”.
Keluaran 15: 24-25
(15:24) Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka:
"Apakah yang akan kami minum?"
(15:25) Musa
berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa
melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di
sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada
mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka,
Prosesnya dari pahit menjadi manis, adalah;
Musa melemparkan kayu
ke dalam air itu, sehingga berubahlah air itu menjadi manis.
Kayu yang dilemparkan oleh Musa -> kayu
salib Kristus = satu di dalam penderitaan Kristus = aniaya karena firman,
bukan aniaya karena kebodohan = menanggung
penderitaan yang tidak harus ia tanggung = kebenaran yang sejati.
Itulah prosesnya, sehingga kata-kata menjadi manis, kalau memang betul kita
satu dalam penderitaan Kristus.
Berarti; salib Kristus (kayu) mengubah yang pahit menjadi manis.
Amsal 27: 7
(27:7) Orang yang
kenyang menginjak-injak madu, tetapi bagi orang yang lapar segala yang pahit
dirasakan manis.
Bagi orang yang lapar, segala yang pahit dirasa manis.
Lapar -> orang yang lapar akan kebenaran firman Tuhan, kebenaran yang
sejati, itulah salib Kristus, menanggung penderitaan yang tidak harus ia
tanggung, seperti Yesus Kristus menanggung penderitaan di atas kayu salib =
teraniaya karena firman.
Sedikit kesaksian.
Sewaktu saya masih sekolah Alkitab di “Lempin-El”, jarang makan karena
seringnya berpuasa, lalu ketika berbuka puasa dengan bubur yang airnya banyak, terasa
enak (manis), bahkan setiap makanan yang pahit sekalipun, terasa manis pada
waktu itu. Singkong yang basipun dicuci dan dihangatin, terasa enak sekali, betul-betul
saya merasakan pengalaman itu, segala yang pahit menjadi manis.
Hasilnya.
Amsal 22: 11
(22:11) Orang yang mencintai
kesucian hati dan yang manis bicaranya menjadi sahabat raja.
Orang yang manis bicaranya menjadi sahabat raja, menjadi sahabat pemimpin-pemimpin,
menjadi sahabat penguasa-penguasa. Berarti; hidup menjadi tentram, sebab memperoleh
perlindungan dari sang raja.
Yesus adalah Raja di atas segala raja.
Kalau kita perhatikan di sini, orang yang manis bicaranya, ia mencintai
kesucian hati, sebab dari hatilah terpancar kehidupan (Amsal 4: 23).
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment