KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, November 25, 2012

IBADAH RAYA MINGGU, 25 NOVEMBER 2012


IBADAH RAYA MINGGU, 25 NOVEMBER 2012

Tema: SIAPA YANG TERBESAR DALAM KERAJAAN SORGA
           (Seri 08)

Subtema: ORANG YANG MENYAMBUT YESUS KRISTUS ADALAH ORANG-ORANG YANG KECIL / MERENDAHKAN DIRI SERENDAH-RENDAHNYA.

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kemurahan-Nya, kita boleh berada dalam rumah Tuhan, beribadah melayani Tuhan, dan biarlah kiranya Tuhan memberkati kita dengan limpah, lewat kemurahan Tuhan tentunya.

Kembali kita memperhatikan Matius 18: 1-5, secara khusus, kita hanya membaca ayat 1-2.
Matius 18: 1-2
(18:1) Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"
(18:2) Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka

Murid-murid bertanya kepada Yesus, “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?”.
Sepintas kita melihat, pertanyaan ini baik dan rohani, tetapi kalau kita perhatikan ayat 2, Yesus tidak segera menjawab pertanyaan dari 12 murid, dan tidak menunjuk siapa-siapa yang terbesar di dalam Kerajaan Sorga, justru memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di antara mereka.

Lebih rinci kita lihat kisah yang sama, ditulis oleh Markus.
Markus 9: 33-34
(9:33) Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?"
(9:34) Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka.

Ternyata, terjawablah sudah, murid-murid bertanya tentang “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?”, tetapi dengan cara-cara manusiawi / duniawi.
Saudaraku, kalau kita perhatikan di sini, bila menginginkan yang terbesar dengan cara-cara manusiawi / duniawi, pada saat itu terjadi pertengkaran, terjadi perselisihan di antara murid-murid.

Demikian halnya kalau saya dan saudara menginginkan yang terbesar dengan cara-cara manusiawi / duniawi, pada saat itu terjadi pertengkaran / perselisihan satu dengan yang lain.
Barangkali pertengkaran itu tidak terjadi dengan adu mulut atau adu fisik, tetapi jika seseorang menginginkan yang terbesar, di situ telah terjadi pertengkaran satu dengan yang lain, itu dapat dilihat dari suasana yang ada; suasana menjadi tegang, tidak tenang, tidak kondusif, sehingga segalanya menjadi serba salah, bahkan berbicarapun tidak teratur lagi.

Kita kaitkan kembali ketika murid-murid menginginkan yang terbesar dengan cara-cara manusiawi, di dalam injil Lukas.
Lukas 22: 24
(22:24) Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.

Di antara 12 murid terjadi pertengkaran, hanya karena menginginkan yang terbesar dengan cara-cara manusiawi / duniawi, ini sangat disayangkan sekali, sebab peristiwa ini terjadi pada waktu perjamuan malam.
Perjamuan malam, berarti; ada makan dan minum.
Makanan rohani itulah firman Tuhan, minuman rohani itulah Roh-El Kudus = bagaikan saat beribadah; tetapi pada saat itu, terjadi pertengkaran hanya karena menginginkan yang terbesar.
Jika di antara para imam menginginkan yang terbesar, pasti terjadi perselisihan / pertengkaran satu dengan yang lain.

Mari kita lihat; yang terbesar menurut ukuran manusiawi / duniawi.
Lukas 22: 25
(22:25) Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.

-      Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka.
Berarti; yang terbesar menurut ukuran manusiawi / duniawi adalah raja-raja atau pemerintah-pemerintah di dalam satu kerajaan atau di dalam satu negara.
-      Orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.
Jadi, pelindung-pelindung yang menjalankan kuasa, inilah yang terbesar menurut ukuran manusiawi / duniawi.
Kalau menginginkan yang terbesar dengan cara-cara seperti ini, seseorang tidak perlu datang kepada Tuhan, tidak perlu beribadah melayani Tuhan, cukup memperbesar otot saja, dengan cara fitness, atau cara-cara yang lain, dengan demikian, maka ia akan menjadi yang terbesar dengan cara-cara manusiawi / duniawi, tetapi bagi kita, anak-anak Tuhan, itu tidaklah benar.

Akibat menginginkan yang terbesar dengan cara-cara manusiawi / duniawi.
YANG PERTAMA

Lukas 22: 33
(22:33) Jawab Petrus: "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!"

Ayat ini memberi arti 2 hal, yaitu;
a.    Petrus cepat berkata-kata.
Yakobus 1: 19
(1:19) Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;

Hal yang harus kita perhatikan adalah hendaklah setiap orang cepat untuk mendengar = dengar-dengaran terhadap firman pengajaran yang rahasianya dibukakan, sehingga...
-      Lambat untuk berkata-kata.
-      Lambat untuk marah.

Sebaliknya, kalau tidak dengar-dengaran kepada firman pengajaran yang benar, maka daging akan segera bersuara, sama seperti Simon Petrus; setelah Yesus Kristus menyatakan satu perkara, dia langsung cepat berkata-kata, itu artinya Petrus masih dikuasai hawa nafsu dan keinginan daging.

Sebaiknya memang kita harus dengar-dengaran, ingat filosofi / prinsip domba-domba;
Untuk menjadi domba-domba yang tergembala dalam satu kandang penggembalaan, pertama-tama harus dengan-dengaran, kemudian mengikuti gembala (Yohanes 10: 3, 4)

b.    Roh penurut, tetapi daging lemah.
Artinya; menginginkan yang baik, sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, namun pada saat praktek firman, ia tidak mampu melakukan, inilah yang disebut daging lemah.

Lukas 22: 33
(22:33) Jawab Petrus: "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!"

Mari kita lihat, apakah pernyataan Petrus ini sesuai dengan kenyataannya?

Lukas 22: 55-57
(22:55) Di tengah-tengah halaman rumah itu orang memasang api dan mereka duduk mengelilinginya. Petrus juga duduk di tengah-tengah mereka.
(22:56) Seorang hamba perempuan melihat dia duduk dekat api; ia mengamat-amatinya, lalu berkata: "Juga orang ini bersama-sama dengan Dia."
(22:57) Tetapi Petrus menyangkal, katanya: "Bukan, aku tidak kenal Dia!"

Petrus menyangkal Yesus untuk yang pertama kali.
Praktek penyangkalan Petrus yang pertama: “aku tidak kenal Dia”.

Kalau seorang suami mengatakan kepada isterinya, “aku tidak kenal dia”, atau sebaliknya kalau seorang isteri mengatakan kepada suaminya, “aku tidak kenal dia”, bukankah itu menyakitkan?
Barangkali kita tidak berucap seperti itu kepada suami, kepada isteri, kepada sesama, tetapi kalau kita berpaling kepada sesuatu perkara yang menyenangkan hati, karena disebabkan roh jahat dan roh najis, maka roh kita sedang berkata, “aku tidak kenal dia”, ini sangat menyakitkan, bukan?

Lukas 22: 58
(22:58) Tidak berapa lama kemudian seorang lain melihat dia lalu berkata: "Engkau juga seorang dari mereka!" Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku tidak!"

Untuk yang kedua kalinya, Petrus menyangkal Yesus dan berkata: “Bukan, aku tidak”.
Berarti, dia tidak menunjukkan jati dirinya di hadapan Tuhan, seperti apa = tidak menunjukkan status yang jelas.

Saya menghimbau; sebagai suami, sebagai isteri, sebagai kaum muda, sebagai imam-imam, sebagai sidang jemaat, TUNJUKKAN JATI DIRI, TUNJUKKAN STATUS YANG JELAS DI HADAPAN TUHAN.
Bayangkan sikap Petrus ini, saudaraku, sungguh luar biasa; sebagai seorang murid, dia telah kehilangan jati diri, statusnya sudah tidak jelas lagi, sikap Petrus ini sangat menyakitkan hati Tuhan
Sesungguhnya, seorang murid berpegang teguh kepada kebenaran firman Tuhan, dan seorang murid mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan seorang murid (Yohanes 8: 31-32).
Mengerti kebenaran dan dimerdekakan oleh karena kebenaran = menemukan jati diri dan memiliki status yang jelas.

Lukas 22: 59-60
(22:59) Dan kira-kira sejam kemudian seorang lain berkata dengan tegas: "Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Dia, sebab ia juga orang Galilea."
(22:60) Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan." Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam.

Penyangkalan yang ketiga, Petrus berkata: “Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan”.
Artinya; tidak mau tahu lagi dengan segala sesuatu yang ada / yang terjadi, sekalipun tahu.
Kalau orang tidak mau tahu lagi, orang yang seperti ini berbahaya, dia tahu tetapi tidak mau tahu = tahu tetapi tidak mau berubah. Ini lebih parah dari yang kedua, bahkan dari yang pertama.

Kalau saudara tahu, tetapi tidak mau tahu = tidak terbeban = tidak mau berubah = orang bebal, yang tidak memperoleh pengertian.

Akibat menginginkan yang terbesar dengan cara-cara manusiawi / duniawi.
YANG KEDUA

Lukas 22: 37-38
(22:37) Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi."
(22:38) Kata mereka: "Tuhan, ini dua pedang." Jawab-Nya: "Sudah cukup."

Kalau menginginkan yang terbesar dengan cara-cara duniawi, maka ia akan mengangkat pedang terhadap musuh / lawan.
Bukankah hukum yang terutama dan yang utama adalah;
-      mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan,
-      dan mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri.
Tetapi di sini kita perhatikan, 12 murid yang diwakilkan oleh Simon Petrus, berkata “Tuhan, ini dua pedang”.
Saudaraku, mengangkat pedang terhadap orang yang menyalibkan Yesus, itu bukanlah kasih.
Orang yang mengangkat pedang terhadap musuh, hanyalah orang gila, tetapi di dalam Tuhan, tidaklah demikian, sebab yang benar adalah; mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama.

Yesaya 2: 4-5
(2:4) Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa; maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.
(2:5) Hai kaum keturunan Yakub, mari kita berjalan di dalam terang TUHAN!

Kehidupan anak Tuhan yang berjalan di dalam terang-Nya Tuhan, tidak lagi mengangkat pedang terhadap lawan, tidak ada lagi perang dengan sesama / orang lain, itulah yang benar.

-      Pedang menjadi mata bajak.
Itu menunjukkan bahwa; bangsa tidak bangkit melawan bangsa, tidak ada perselisihan, tidak ada pertengkaran satu dengan yang lain, sebab pedang telah berubah menjadi mata bajak.
Kegunaan mata bajak; untuk mengupayakan mengerjakan, menggarap tanah-tanah di ladang.
Kalau tanah digarap, maka batu-batu disingkirkan sampai tanah hati menjadi subur.
Batu -> kekerasan hati.
-      Tombak-tombak menjadi pisau pemangkas.
Itu menunjukkan bahwa; bangsa tidak bangkit melawan bangsa, tidak ada perselisihan, tidak ada pertengkaran satu dengan yang lain, sebab tombak telah berubah menjadi pisau pemangkas.
Kegunaan pisau pemangkas; untuk memangkas rumput-rumput, ilalang, jerami.
Rumput-rumput, ilalang, jerami, artinya;
·        Kehidupan yang tidak berarti.
·        Kehidupan yang kering-kering, tidak menghasilkan buah.
·        Kehidupan yang tidak mengerti ibadah pelayanan / tanpa kebenaran.
Tombak berubah menjadi pisau pemangkas, itulah yang benar.
Tetapi, setelah mendengar pernyataan Yesus, Petrus berkata “Tuhan, ini dua pedang”, inilah akibat kalau menginginkan yang terbesar dengan cara-cara manusiawi / duniawi.

Keadaan seseorang setelah merasakan akibat.
Lukas 22: 31
(22:31) Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum,

Iblis menuntut, untuk menampi Simon, seperti gandum.
Saudaraku, menampi seperti gandum, berarti; harus melalui penderitaan yang hebat.

Seperti yang sudah saya sampaikan; ketika gandum ditampi supaya terpisah dari jerami, maka pertama-tama dilempar ke atas, kemudian ditadah, dilempar lagi, ditadah lagi, dilempar, dibanting, sampai jerami itu terpisah dari gandum.
Kalau seseorang mampu melalui ujian ini setiap hari, puji Tuhan, sehingga ia semakin murni, seperti gandum.
Tetapi kalau ia tidak mampu menghadapi ujian yang begitu berat (ditampi seperti gandum), maka ia akan putus asa, kecewa, menolak Tuhan, dan akhirnya undur dari ibadah pelayanan, inilah resikonya.

Matius 26: 40-41
(26:40) Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?
(26:41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."

Saudaraku, perhatikan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.
Roh penurut, berarti menginginkan yang baik sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, tetapi kenyataannya, pada saat praktek firman, daging lemah / tidak mampu melakukannya, inilah yang dikuatirkan.
Kalau mampu menghadapi ujian yang begitu berat, silahkan saja, tetapi bagaimana kalau tidak mampu?

Supaya itu semua berlalu, mari kita lihat jalan keluarnya.
Matius 18: 3
(18:3) lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Jalan keluarnya; bertobat = berhenti berbuat dosa, dan jangan mengulangi lagi, seperti 2 tangan 2 kaki yang terpaku, tidak dapat berbuat lagi, dari sanalah mengalir darah. Berarti, pertobatan itu ditandai dengan tanda darah / tanda pengorbanan.
Kalau bertobat namun tidak ada tanda darah / tanda pengorbanan, itu tidaklah mungkin.

Kalau bertobat, secara khusus berhenti supaya tidak lagi menginginkan yang terbesar dengan cara-cara manusiawi / duniawi, berarti; menjadi sama seperti anak kecil, sehingga dengan demikian, menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Sorga.

Matius 18: 4
(18:4) Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.

Menjadi kecil = merendahkan diri serendah-rendahnya.
Tempat yang terendah berada pada titik nol, bukan pada angka satu. Sekalipun angka satu adalah angka yang paling kecil, tetapi angka satu masih ada nilainya / harganya = masih ada harga diri yang dipertahankan, meski nilainya kecil.
Oleh sebab itu, biarlah kita sama seperti anak kecil, berada pada titik nol, bukan pada angka satu, supaya tidak ada harga diri, dengan demikian, berkat berkelimpahan menjadi bagian kita.
Saudaraku, percayalah; harga diri membuat seseorang gagal.
Saya merindukan kita semua berada di titik nol, supaya nyata keberhasilan itu.

Matius 18: 4
(18:5) Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku."

Kalau kita mau menjadi kecil dan merendahkan diri serendah-rendahnya = MENYAMBUT YESUS KRISTUS SEUTUHNYA, tidak hanya bagian tertentu.
Kalau menyambut Yesus hanya pada bagian tertentu, berarti;
-      beribadah melayani karena kepentingan-kepentingan,
-      beribadah melayani karena penonjolan diri,
-      beribadah melayani karena ingin tampil / dilihat orang lain, inilah yang dimaksud menyambut Yesus hanya bagian tertentu, tetapi bagian sengsara-Nya tidak disambut.

Sedikit kesaksian.
Tentang Pdt. In Juwono, sebagai pendiri Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT).
Suatu kali, seorang imam bertanya kepada Pdt. In Juwono (sebagai gembala sidang), “Om, saya inikan pemain musik, berarti rambut saya boleh panjang, seperti Tuhan Yesus?”.
Jawab Pdt. In Juwono, “kalau ingin seperti Tuhan Yesus, jangan hanya rambutnya saja, sekalian saja dengan puasa-Nya, selama 40 hari 40 malam”.

Praktek menyambut Yesus seutuhnya.
Lukas 22: 37
(22:37) Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi."

Menyambut Yesus seutuhnya, berarti; SATU DALAM PENDERITAAN KRISTUS = SENGSARA SALIB = ANIAYA FIRMAN, jangan hanya pada bagian tertentu saja.
Kalau menjadi kecil dan merendahkan diri serendah-rendahnya, berarti; menyambut Yesus seutuhnya, dan salib-Nya.

Saudaraku, ketika kita masuk dalam praktek menjadi kecil dan merendahkan diri serendah-rendahnya, buat daging memang sakit, tetapi bagi orang yang di sekitar kita, mereka akan merasa nyaman.

Ketika menanggung penderitaan di atas kayu salib, Ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, artinya; ketika kita satu dalam penderitaan Kristus, banyak tuduhan-tuduhan yang harus kita terima, bahkan tuduhan itu membuat kita sama seperti pemberontak-pemberontak / penjahat-penjahat yang melakukan banyak kejahatan, tetapi kalau kita mau menerima ini, orang yang disekitar kita merasa nyaman, orang yang di sekitar kita tertolong / dibenarkan.

Mari kita lihat ayat yang sama.
Yesaya 53: 11-12
(53:11) Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.
(53:12) Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.

-      Kalau menanggung penderitaan; membenarkan orang yang di sekitar kita.
-      Kalau kita menanggung penderitaan, berarti; sekaligus berdoa untuk pemberontak.

Kalau kita menanggung penderitaan, bukan berarti menuduh orang lain, sebab kebenaran sejati bukan membenarkan diri, dengan menuduh / menunjuk kesalahan orang lain, tetapi yang benar adalah; kita yang tertuduh, sampai kita disamakan seperti pemberontak / penjahat yang banyak melakukan kejahatan, namun pada saat itu, banyak orang merasa nyaman, sampai banyak orang dibenarkan, karena mereka telah didoakan.

Hasilnya.
Yesaya 53: 12
(53:12) Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.

-      Aku akan membagikan kepadanya ORANG-ORANG BESAR sebagai rampasan.
-      Ia akan memperoleh ORANG-ORANG KUAT sebagai jarahan.
Berarti; memiliki orang-orang besar dan orang-orang kuat = menjadi besar dan kuat, karena menyambut Yesus Kristus seutuhnya / menyambut salib Kristus.
Biarlah ini menjadi kenyataan di dalam kandang penggembalaan yang Tuhan percayakan bagi kita, juga bagi seluruh sidang jemaat, tanpa terkecuali.
Terpujilah Tuhan kekal sampai selama-lamanya. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment