KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, March 4, 2013

IBADAH RAYA MINGGU, 03 MARET 2013



IBADAH RAYA MINGGU, 03 MARET 2013

Tema:  BERKAT TUHAN PANGKAL SELAMAT
            (Seri 13)

Subtema: BAGI ORANG YANG BERIMAN, CUKUP SATU KATA, YAITU “YA”

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya, kemurahan-Nya, kita boleh berada di dalam rumah Tuhan, untuk beribadah melayani Tuhan.
Tuhan memberi kesempatan bagi kita, supaya firman nubuatan itu tergenapi bagi kita sekalian. Cepat atau lambat firman nubuatan itu akan terjadi, asalkan kita tetap berada di dalam rumah Tuhan.

Segera kita menikmati firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Mazmur 127: 1-5, namun secara khusus kita membaca ayat 3 saja.
Mazmur 127: 3b
(127:3) Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah.

Buah kandungan (anak) adalah suatu upah.
Berbahagialah si mandul karena pada akhirnya ia pun mendapatkan upah, itulah Sara.
Demikian juga dengan para ibu; berbahagialah karena dikaruniakan anak, sebab itu adalah suatu upah.

Kita kaitkan dengan; JANJI TUHAN KEPADA ABRAM.
Kejadian 15: 1
(15:1) Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar."

Abram menerima upah yang sangat besar, sesuai dengan janji firman Tuhan, lewat suatu penglihatan.

Kejadian 15: 5
(15:5) Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."

Upah yang akan diterima oleh Abram, banyaknya seperti bintang-bintang di langit.
Jadi, anak cucu / keturunan dari pada Abram nantinya, seperti bintang-bintang di langit banyaknya.
Sementara pada waktu Allah berfirman demikian, Abram belum punya anak, padahal usianya pada waktu itu sudah cukup tua; bagi manusia, ini adalah sesuatu yang mustahil.

Roma 4: 18
(4:18) Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."

Sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, tetapi Abram tetap berharap dan percaya kepada janji firman Tuhan, bahkan ia diteguhkan sebagai bapa dari banyak bangsa.
Jadi saudaraku, bapa orang percaya adalah Abraham (bukan yang lain), sesuai dengan ketetapan Tuhan.

Ibrani 11: 12
(11:12) Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.

Sesungguhnya tidak ada dasar bagi Abram untuk berharap dan percaya, karena Abram telah mati pucuk.
Mati pucuk, berarti; ujungnya (pucuknya) hanya sampai Abram saja.
Sekalipun demikian, Abram tetap percaya terhadap janji firman Tuhan, sehingga di sini dikatakan: maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit.

Roma 4: 17
(4:17) seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" -- di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada.

Sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, biarlah kita tetap berharap kepada kebenaran firman Tuhan, sebab Firman Tuhan berkuasa;
-      menjadikan yang tidak ada menjadi ada,
-      bahkan menghidupkan yang mati.
Barangkali secara logika tidak ada dasar bagi kita untuk berharap, tetapi biarlah kita percaya kepada janji firman Tuhan saja.
Pada malam hari ini, Tuhan berfirman terang-terangan / secara langsung kepada kita, tidak perlu menunggu penglihatan, dan biarlah kiranya saya dan saudara lebih percaya kepada nubuatan firman Tuhan, karena firman nubuatan memberi kepastian.

Sekarang kita lihat; RESPON ABRAM TERHADAP JANJI FIRMAN TUHAN.
Kejadian 15: 2
(15:2) Abram menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu."

Respon dari pada Abram adalah: “YA TUHAN ALLAH”.
Hanya satu kata: “Ya” kepada Tuhan Allah, sebagai respon Abram terhadap janji firman Tuhan.

2 Korintus 1: 17-18
(1:17) Jadi, adakah aku bertindak serampangan dalam merencanakan hal ini? Atau adakah aku membuat rencanaku itu menurut keinginanku sendiri, sehingga padaku serentak terdapat "ya" dan "tidak"?
(1:18) Demi Allah yang setia, janji kami kepada kamu bukanlah serentak "ya" dan "tidak".

Ketika Rasul Paulus bertindak dengan iman, dalam melakukan suatu rencana-rencana di tengah-tengah ibadah pelayanan kepada Tuhan, TIDAK SERAMPANGAN, dengan kata lain bukanlah serentak “Ya” dan “Tidak”.

2 Korintus 1: 19-20
(1:19) Karena Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kamu, yaitu olehku dan oleh Silwanus dan Timotius, bukanlah "ya" dan "tidak", tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada "ya".
(1:20) Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah.

Di dalam Kristus hanya ada satu kata, yaitu: “Ya”.
Biarlah kiranya di tengah-tengah ibadah pelayanan; kita tidak serampangan, jangan mendua hati, sebab di dalam Tuhan cukup hanya satu kata, yaitu: “Ya”, baik tindakan iman, baik rencana-rencana di tengah-tengah ibadah pelayanan, jangan serampangan.

Ketika seseorang mengatakan “Ya” kepada Tuhan, maka selanjutnya ...
2 Korintus 1: 20
(1:20) Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah.

Oleh sebab itu, selanjutnya kita harus mengatakan: “Amin”.
Amin adalah bahasa Ibrani, artinya; pasti, sungguh, benar.
Berarti, janji firman itu; pasti, sungguh, benar adanya = pasti terjadi, sungguh terjadi, benar terjadi.

Biarlah kita yang beribadah kepada Tuhan, kita yang sudah mengatakan: “Ya”, harus dilanjutkan dengan mengatakan: “Amin”. Ketika ada kata-kata membangun, jangan malu-malu, jangan gengsi untuk berkata: “Amin”.

Ciri-ciri orang yang tidak serampangan.
Yakobus 5: 12
(5:12) Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman.

Cirinya; jika ya katakan: “Ya”, jika tidak katakan: “Tidak”.
Berarti; ya di atas ya, tidak di atas tidak = di dalam satu kata ada ketegasan dan ada kepastian (sebab di dalam Kristus ada kepastian).
Janganlah berkata: “Ya” namun sebetulnya tidak, sebaliknya janganlah berkata: “Tidak” namun sebetulnya ya, juga tidak perlu berkata: “Sumpah deh”.

Ayat yang sama...
Matus 5: 37
(5:37) Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

Kalau ya katakan: “Ya”, kalau tidak katakan: “Tidak”, lebih dari pada itu, BERASAL DARI PADA SI JAHAT.
Oleh sebab itu, jangan coba-coba bersumpah demi apa saja, sebab lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

Saya beri contoh lebih dari pada itu berasal dari si jahat, yaitu; BERADA DI DALAM HUKUM TAURAT.
Matius 5: 38
(5:38) Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.

Jadi setiap orang yang berada di bawah hukum Taurat, dikuasai oleh si jahat, sebaliknya apabila seseorang dikuasai si jahat pasti ia berada di bawah hukum Taurat.
Hukum Taurat itu: MATA GANTI MATA, TANGAN GANTI TANGAN, GIGI GANTI GIGI, arti rohaninya; kejahatan dibalas dengan kejahatan = berasal dari si jahat.

Matius 5: 39-42
(5:39) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.
(5:40) Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.
(5:41) Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.
(5:42) Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.

Sesungguhnya, jangan melawan orang yang berbuat jahat / jangan membalas kejahatan dengan kejahatan.
Prakteknya;
1.    Praktek yang pertama: SIAPA PUN YANG MENAMPAR PIPI KANANMU, BERILAH JUGA KEPADANYA PIPI KIRIMU.
Artinya; mengasihi sesama dengan sepenuhnya, tidak separuh, tidak sebagian.
Kasih itu tidak boleh tanggung-tanggung tetapi harus sepenuhnya.
Kulit (pipi) -> perasaan / kasih = dapat merasakan kasih Allah.

Mengasihi harus sepenuhnya, karena dengan demikian, ia menunjukkan ketegasan dan kepastian di hadapan Tuhan.

2.    Praktek yang kedua: KEPADA ORANG YANG HENDAK MENGADUKAN ENGKAU KARENA MENGINGINI BAJUMU, SERAHKANLAH JUGA JUBAHMU.
Artinya; melayani orang yang mempersalahkan perbuatan dan kelakuan kita.
-      Pakaian -> perbuatan / kelakuan sehari-hari.
-      Jubah, itu adalah pakaian Imam Besar,
sedangkan imam = pelayan-pelayan Tuhan.
Jadi, kalau ada orang yang mempersalahkan (menuduh) kelakuan / perbuatan sehari-hari, jangan dilawan (jangan balas kejahatan dengan kejahatan), tetapi layanilah dia = memberikan jubah.

3.    Praktek yang ketiga: KALAU ADA ORANG MEMAKSA BERJALAN SATU MIL, BERJALANLAH DENGAN DIA SEJAUH DUA MIL.
Artinya; memberi yang terbaik.
Berbicara dua -> firman Allah dan Roh Kudus, sebab kalau hanya satu, rasanya timpang, karena firman Allah dan Roh Kudus, kedua-duanya tidak dapat dipisahkan, sedangkan pekerjaan dari pada firman Allah dan Roh Kudus selalu memberi yang terbaik.
-      Roh Kudus; senantiasa menolong, menghibur bahkan memimpin kita dalam seluruh kebenaran.
-      Firman Allah; membasuh kita sampai tanpa cacat cela di hadapan Tuhan.

4.    Praktek yang keempat: BERILAH KEPADA ORANG YANG MEMINTA KEPADAMU, JANGAN MENOLAK ORANG YANG MAU MEMINJAM DARI PADAMU.
Arti rohaninya untuk kita sekarang; menutupi kekurangan-kekurangan sesama.
Kalau seseorang tidak kekurangan, dia tidak mungkin meminta, kalau seseorang tidak kekurangan, dia tidak mungkin meminjam.
Ini adalah kepastian dan ketegasan dari seseorang yang mengatakan: “Ya” kepada Tuhan.

Memang, ketika kita menunjukkan sikap yang tegas / kepastian di hadapan Tuhan tidaklah mudah, dibutuhkan pengorbanan, sebab;
-      mengasihi sepenuhnya (tidak hanya sebagian), dibutuhkan pengorbanan.
-      melayani orang yang mempersalahkan perbuatan dan kelakuan kita, dibutuhkan pengorbanan.
-      memberi yang terbaik, juga dibutuhkan pengorbanan.
-      menutupi kekurangan-kekurangan sesama, juga dibutuhkan pengorbanan.
Dengan pengorbanan seseorang, berarti ia memiliki tanda darah (menghargai korban Kristus).

Roma 5: 9
(5:9) Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.

Kalau kita menunjukkan KEPASTIAN dan ketegasan, maka ada tanda darah, demikian halnya ada KEPASTIAN untuk diselamatkan dari murka Allah oleh darah Yesus Kristus (ada hubungan timbal balik).

Jadi kesimpulannya; kepastian yang kita tunjukkan tidak sebanding dengan kepastian yang Tuhan berikan (keselamatan yang Tuhan berikan).
Oleh sebab itu, kalau ya katakan: “Ya”, kalau tidak katakan: “Tidak”, sebab lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

SAYA TAMBAHKAN SEDIKIT MENGENAI KEPASTIAN:
Ilmu pasti disebut juga matematika, berarti; penjumlahan / menambah (+) , perkalian (x), pembagian (:), pengurangan (-).
Untuk kebanyakan orang, mengerti tentang menambah dan mengali (perkalian) saja, tetapi untuk dua hal yang lain, yaitu membagi-bagi (:) dan mengurangkan (-) miliknya untuk pekerjaan Tuhan, itu sangat sukar sekali.
-      Kalau pandai menambahkan untuk miliknya dan pandai berkali-kali untuk memperoleh sesuatu hal = ya,
-      tetapi kalau tidak mau membagi-bagikan apa yang dia miliki untuk pekerjaan Tuhan dan tidak mau mengambil (mengurangkan) dari apa yang dia miliki untuk pekerjaan Tuhan = tidak.
Berarti, kalau seseorang hidup seperti ini; ia tidak menunjukkan ketegasan dan kepastian di hadapan Tuhan, dengan kata lain, tidak ada tanda darah, karena tidak rela berkorban.

Sekarang kita lihat kelanjutannya ...
Hasil dari kepastian.
Kejadian 15: 6
(15:6) Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.

Percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
Kepercayaan dari pada Abram diperhitungkan oleh Tuhan, sebagai kebenaran.
Jadi, ketegasan dan kepastian yang saudara tunjukkan, akan DIPERHITUNGKAN OLEH TUHAN SEBAGAI KEBENARAN.

Mari kita lihat, bahwa; TUHAN MEMPERHITUNGKAN SEBAGAI KEBENARAN.
YANG PERTAMA
Roma 4: 3-5
(4:3) Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran."
(4:4) Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya.
(4:5) Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.

Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.
Namun dalam hal ini saya tidak mengajarkan saudara untuk tidak bekerja, tetapi yang Tuhan maksud, jangan sampai oleh karena pekerjaan (duduk sampai jauh malam), dengan kata lain tidak ada hari perhentian, sehingga tidak percaya kepada Tuhan.

Mazmur 32: 1-2
(32:1) Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!
(32:2) Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!

Berbahagialah orang yang diampuni dosa / pelanggarannya, yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan karena tidak berjiwa penipu.
Jadi, letak persoalannya, bukan pada seseorang yang bekerja atau tidak bekerja, melainkan tidak memiliki jiwa penipu.

Mari kita lihat, bahwa; TUHAN MEMPERHITUNGKAN SEBAGAI KEBENARAN.
YANG KEDUA
Galatia 3: 6-7
(3:6) Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
(3:7) Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham.

Mereka yang hidup dari iman adalah anak-anak Abraham = anak-anak Allah yang hidup oleh iman, bukan lagi hidup karena mengandalkan kekuatan, ijazah, pekerjaan, kepintaran dan sebagainya.

Kalau saya dan saudara secara lahiriah diberkati dengan limpah, puji Tuhan, tetapi jangan sampai bersandar / berharap dan percaya kepada harta kekayaan, namun biarlah kita hidup oleh iman kepada Tuhan.
Sampai pada malam hari ini, saya melayani Tuhan karena iman, melakukan segala sesuatu karena iman, bukan karena kekuatan saya, kelebihan-kelebihan saya, dan lain sebagainya.

Mari kita lihat, bahwa; TUHAN MEMPERHITUNGKAN SEBAGAI KEBENARAN.
YANG KETIGA
Yakobus 2: 23
(2:23) Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah."

Kalau hidup oleh iman, menjadi sahabat Allah.
Sahabat itu lebih dari pada teman, sahabat itu mengerti segala sesuatu tentang sahabatnya, bahkan dia mengetahui sekecil apapun tentang sahabatnya.

Yohanes 15: 13-15
(15:13) Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
(15:14) Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.
(15:15) Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.

Tidak ada yang tersembunyi bagi sahabat Allah, sebab Yesus Kristus akan memberitahukan segala sesuatu yang didengar-Nya dari Allah Bapa, sehinga semua terbuka / tersingkap.
Jadi, antara sesama sahabat tidak ada lagi rahasia, itulah yang disebut sahabat.

Kelebihan-kelebihan jikalau seseorang menjadi sahabat Allah:
-      Merasakan kasih Allah yang besar, lewat pengorbanan Yesus Kristus (ayat 13).
-      Berbuat apa yang diperintahkan oleh Tuhan (ayat 14).
-      Tidak lagi disebut hamba, melainkan sahabat Allah (ayat 15).
Sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya.

Amsal 17: 17
(17:17) Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.

Seorang sahabat;
-      menaruh kasih setiap waktu,
-      dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.

Kesimpulan dari “ketika Tuhan memperhitungkan sebagai kebenaran” adalah;
-      Hidup dari iman.
-      Tidak memiliki jiwa penipu, walau tidak bekerja.
-      Menjadi sahabat Allah.

SEDIKIT KESAKSIAN:
Saya mempunyai seorang teman hamba Tuhan, boleh juga dikatakan sahabat. Saya mengetahui banyak hal tentang beliau, demikian juga sebaliknya, dia mengetahui banyak hal tentang saya, tidak ada yang tersembunyi di antara kami berdua.

Kita bangga, jikalau kita menjadi sahabat-sahabat bagi orang lain, tetapi tentu akan lebih bangga lagi bila kita menjadi sahabat Allah, sama halnya dengan Abram, ia menjadi sahabat Allah, karena imannya.
Kita patut bersyukur pada malam hari ini, sebab kasih-Nya besar bagi kita, Tuhan mencurahkan segala isi hati-Nya, karena kita adalah sahabat-sahabat Allah.
Biarlah kita menunjukkan ketegasan dan kepastian kita di hadapan Tuhan, maka kita pun akan memperoleh kepastian dari Tuhan Allah, yaitu menerima keselamatan karena darah Yesus membenarkan kita sekaliannya. Terpujilah Tuhan kekal selama-lamanya. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment