KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, March 20, 2014

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 19 MARET 2014

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 19 MARET 2014

Tema: DARI KITAB KOLOSE
          (Seri 06)

Subtema: ORANG YANG BERPENGHARAPAN BERMEGAH DALAM KESENGSARAAN

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih sayang Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita.
Pada malam hari ini kita dimungkinkan untuk beribadah melayani Tuhan, semua karena kemurahan hati Tuhan bukan karena gagah, hebat, kuat kita.

Kita kembali memperhatikan surat yang dikirim Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Kolose.
Kolose 1: 3-5
(1:3) Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu,
(1:4) karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus,
(1:5) oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di sorga. Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil,

Rasul Paulus mengucap syukur kepada Tuhan Allah karena ia mendengar keberadaan dari sidang jemaat di Kolose.
Saya perlu mengatakan satu hal; biasanya seseorang mengucap syukur setelah mencapai sesuatu yang diharapkan ataupun setelah ia menerima berkat-berkat lahiriah.
Namun di sini kita perhatikan, Rasul Paulus mengucap syukur atas apa yang didengar mengenai sidang jemaat di Kolose. Jadi, dia mengucap syukur bukan karena karunia-karunia yang telah ia terima dari Tuhan, bukan karena jabatan Rasul yang ia terima dari Tuhan, bukan karena pemakaian Tuhan yang luar biasa atas dia, dan bukan karena kelebihan-kelebihan yang lain, ini adalah ucapan syukur yang sempurna di dalam Tuhan.

Tidak salah kalau kita mengucap syukur atas berkat-berkat yang kita terima tetapi juga harus mengucap syukur atas kelebihan-kelebihan saudara-saudara kita dalam hal rohani karena mereka dipakai Tuhan, juga tidak boleh iri  karena pemakaian Tuhan atas seseorang imam, kemudian tidak boleh membenci orang yang tidak kita sukai, supaya kita mampu mengucap syukur dengan sempurna.
Oleh sebab itu, lebih baik kita memperhatikan firman tentang kebenaran, supaya hukum itu dituliskan ke dalam hati dan di tuliskan pada akal kita masing-masing sehingga terjadi pembaharuan budi, artinya; tau apa yang baik yang berkenan dan yang sempurna bagi Allah.

Rasul Paulus mengucap syukur mengenai tiga hal dari sidang jemaat di Kolose, antara lain;
YANG KETIGA: OLEH KARENA “PENGHARAPAN” SIDANG JEMAAT DI KOLOSE
Kolose 1: 5
(1:5) oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di sorga. Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil,

Adapun pengharapan sidang jemaat di Kolose adalah pengharapan yang disediakan bagi mereka di sorga. Berarti disediakan kemuliaan, sebab berbicara tentang kerajaan surga, itu berbicara tentang kemuliaan.
Surga = kemuliaan = shekinah glory.

Supaya kita mengerti keadaan seseorang yang penuh pengharapan kepada Tuhan, kita segera melihat ...
Roma 5: 2B-3
(5:2) Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.
(5:3) Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,

Di dalam kasih karunia, kita berdiri dan bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah, yaitu Kerajaan Sorga yang disediakan.
Jadi, jangan bermegah atas hasil yang kita capai, atas harta, kekayaan, uang, atau apa saja yang kita miliki.

Bermegah dalam pengharapan akan menerima Kerajaan Sorga yang disediakan, berarti; harus dengan rela hati bermegah dalam kesengsaraan.
Memang, untuk memperoleh kemuliaan, harus diawali dengan kesengsaraan, sesuai dengan rumus yang telah ditentukan oleh Yesus Kristus; setelah Ia mati di atas kayu salib, selanjutnya Ia bangkit (hidup) pada hari ketiga, kemudian Ia naik ke Surga dan dipermuliakan.
Kemuliaan tidak akan bisa dicapai kalau tidak diawali dengan kesengsaraan, jadi memang harus dengan rela hati bermegah dalam kesengsaraan.
Orang yang dengan sadar rela bermegah dalam kesengsaraan, ia akan mengabaikan pikiran dan perasaan daging.

Seringkali anak-anak Tuhan terbawa pikiran dan perasaan daging sehingga anak-anak Tuhan kaku di tengah-tengah ibadah pelayanan.
Roh itu penurut tetapi daging lemah, kemudian di dalam daging itu banyak sekali terdapat kekurangan-kekurangan, kelemahan-kelemahan yaitu; kejahatan dan kenajisan.

2 Korintus 10: 12-13
(10:12) Memang kami tidak berani menggolongkan diri kepada atau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu yang memujikan diri sendiri. Mereka mengukur dirinya dengan ukuran mereka sendiri dan membandingkan dirinya dengan diri mereka sendiri. Alangkah bodohnya mereka!
(10:13) Sebaliknya kami tidak mau bermegah melampaui batas, melainkan tetap di dalam batas-batas daerah kerja yang dipatok Allah bagi kami, yang meluas sampai kepada kamu juga.

Kalau menggunakan ukuran manusia/daging adalah suatu kebodohan. Oleh sebab itu, jangan gunakan pikiran dan perasaan manusia daging, sebab di dalam daging banyak sekali terdapat kelemahan.
Kalau kita perhatikan Rasul Paulus di tengah-tengah pelayanannya, ia tidak menggunakan pikiran dan perasaan manusia daging, sehingga ia tidak kaku dalam melayani Tuhan.
Jadi, melayani Tuhan itu sesuai dengan patok/ukuran yang ditentukan oleh Tuhan. Lebih dari pada itu, maka tidak bisa mencapai/menjangkau jiwa-jiwa.
Rasul Paulus melayani dengan patok/ukuran yang sudah Tuhan tentukan, sehingga ia dapat menjangkau jiwa-jiwa, secara khusus menjangkau sidang jemaat di Korintus.

Sedikit kesaksian;
Dahulu, sebelum terpanggil menjadi hamba Tuhan, otomatis saya tidak mengerti tentang kebenaran. Sekalipun saya dilahirkan sebagai orang Kristen namun saya tidak mudah menyatu dengan orang lain, tidak mudah mengasihi sesama dengan baik/sempurna, sehingga saya menjadi pribadi yang kaku.
Berbanding terbalik dengan sekarang; setelah saya mengenal kasih Allah, mengenal kebenaran dari Allah, hidup dalam pimpinan Roh Kudus, sekarang saya lebih fleksibel. Saya tidak susah untuk  bergaul dengan orang yang lebih tua dari saya, dan saya tidak malu bertemu dengan anak kecil, sehingga saya berusaha  berbaur dan menjangkau mereka.
Seandainya saya tidak mengenal kebenaran, barangkali ketika saya melihat seseorang, maka yang muncul adalah pikiran-pikiran negatif.

Sekali lagi saya katakan; Rasul Paulus tidak bermegah melampaui batas, tetap di dalam batas-batas daerah kerja yang dipatok Allah sampai akhirnya ia dapat menjangkau sidang jemaat di Korintus.
“... tetap di dalam batas-batas daerah kerja yang dipatok Allah ...”, artinya; menghargai rekan sekerja di ladang Allah, tidak saling mengganggu, tidak saling menyakiti.
Prakteknya; tidak merusak pelayanan/daerah kerja yang dipatok Tuhan kepada yang lain.

2 Korintus 10: 14-16
(10:14) Sebab dalam memberitakan Injil Kristus kami telah sampai kepada kamu, sehingga kami tidak melewati batas daerah kerja kami, seolah-olah kami belum sampai kepada kamu.
(10:15) Kami tidak bermegah atas pekerjaan yang dilakukan oleh orang lain di daerah kerja yang tidak dipatok untuk kami. Tetapi kami berharap, bahwa apabila imanmu makin bertumbuh, kami akan mendapat penghormatan lebih besar lagi di antara kamu, jika dibandingkan dengan daerah kerja yang dipatok untuk kami.
(10:16) Ya, kami hidup, supaya kami dapat memberitakan Injil di daerah-daerah yang lebih jauh dari pada daerah kamu dan tidak bermegah atas hasil-hasil yang dicapai orang lain di daerah kerja yang dipatok untuk mereka.

Rasul Paulus tidak bermegah atas jerih lelah orang lain, maksudnya; tidak bermegah atas pekerjaan pelayanan yang dilakukan orang lain, ia hanya berharap supaya iman dari sidang Jemaat di Korintus makin bertumbuh dan itu merupakan penghormatan baginya.
Rasul Paulus memang tidak bermegah atas pekerjaan / pelayanan yang dilakukan orang lain, supaya ia dapat memberitakan Injil kepada orang lain / di tempat lain,  yang belum menerima pelayanan, pemberitaan Injil (belum mengenal Tuhan)

Roma 15:20-21
(15:20) Dan dalam pemberitaan itu aku menganggap sebagai kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya di tempat-tempat, di mana nama Kristus telah dikenal orang, supaya aku jangan membangun di atas dasar, yang telah diletakkan orang lain,
(15:21) tetapi sesuai dengan yang ada tertulis: "Mereka, yang belum pernah menerima berita tentang Dia, akan melihat Dia, dan mereka, yang tidak pernah mendengarnya, akan mengertinya."

Rasul Paulus tidak melayani di daerah batas patok yang ditentukan kepada orang lain, dimana Injil telah diletakkan, dengan kata lain tidak membangun di atas dasar yang telah diletakkan oleh orang lain.

Rasul Paulus menjangkau orang yang belum mengenal Tuhan, sehingga;
-      Mereka, yang belum pernah menerima berita tentang Dia, akan melihat Dia
-      Mereka, yang tidak pernah mendengarnya, akan mengertinya.

Kesimpulannya: orang yang belum menerima akan melihat, dan yang tidak mendengar akan mengerti tentang Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat, sekaligus Mempelai Pria Sorga = orang lain dapat menerima firman pengajaran mempelai.

Lebih jauh kita melihat tentang dimana Rasul Paulus tidak bermegah atas dirinya sendiri.
2 Korintus 12: 5-6
(12:5) Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku.
(12:6) Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku.

Kembali kita melihat mengenai Rasul Paulus; ia tidak bermegah atas kelebihan-kelebihan yang ia terima dari Tuhan, atas penyataan-penyataan Allah yang luar biasa, melainkan ia bermegah atas kelemahan-kelemahannya sendiri. Rasul Paulus tidak bermegah melampaui batas kerja yang telah ditentukan Tuhan kepadanya, sehingga ia tidak menyakiti hamba-hamba yang lain.
Rasul Paulus menahan diri supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadanya lebih dari pada yang dilihat dan didengar orang lain, sehingga orang lain tidak tersandung.

Seringkali kita bermegah atas diri sendiri, membesar-besarkan diri sehingga orang lain tersandung, karena perkataan-perkataan yang terucap itu tidak sesuai dengan perbuatan.
Tetapi di sini kita melihat, ia berkata: “...aku bukan orang bodoh lagi...”, artinya; kalau ia bermegah, ia hanya bermegah dalam kelemahannya.
Rasul Paulus memberi teladan yang baik bagi sidang jemaat yang ia layani.

2 Korintus 12: 9
(12:9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.

Rasul Paulus terlebih suka bermegah atas kelemahannya, sebab dengan bermegah atas kelemahan, kuasa Kristus turun menaungi dia.
Tiga kali Rasul Paulus meminta supaya utusan iblis itu mundur dari padanya, tetapi justru Tuhan berbicara: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, justru dalam kelemahanlah kuasa Tuhan menjadi sempurna.
Kalau kita bermegah dalam kelemahan, maka kuasa Tuhan sempurna di dalam diri seseorang, dan itu merupakan kasih karunia Allah kepada orang yang bermegah dalam kelemahan.
Saya kira, tidak ada satu orang pun yang menyukai apabila ada duri dalam daging, yang menusuk dan menyakiti daging, tetapi Tuhan justru berkata: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu”, supaya dalam kelemahan, kuasa Tuhan menjadi sempurna.

2 Korintus 12: 10
(12:10) Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

Rasul Paulus bermegah di dalam kelemahan-kelemahan, itu sebabnya ia berkata: “aku senang dan rela ....
-      di dalam kelemahan,
-      di dalam siksaan,
-      di dalam kesukaran,
-      di dalam penganiayaan
-      dan kesesakan,
Selanjutnya dia berkata: “...jika aku lemah, maka aku kuat”, sebab kuasa Tuhan sempurna menaungi orang yang bermegah dalam kelemahan-kelemahan / dalam kesengsaraan.

Dampak positif bermegah dalam kelemahan:
Roma 5: 3-4
(5:3) Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,
(5:4) dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.

YANG PERTAMA: kesengsaraan itu menimbulkan KETEKUNAN.
Memang, orang yang sengsara biasanya tekun. Kalau orang sengsara tidak tekun, berarti ia tidak menyadari kalau ia adalah orang yang sengsara.
Jadi kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan. Semakin seseorang sengsara, maka ia akan semakin tekun.

Oleh sebab itu, beberapa kali saya berbicara kepada bunda, orang tua kami, kalau bapak (alm) memperhatikan / memperdulikan kami bertiga (saya, adik saya, dan juga bunda) barangkali sekarang ini  saya tidak beribadah dan melayani dengan ketekunan.
Tetapi oleh karena kemurahan Tuhan, lewat kesengsaraan ini, kita belajar tekun di dalam Tuhan.
Jadi, sekali lagi saya katakan; kalau seseorang tidak tekun dalam kesengsaraan, dia adalah orang yang tidak mengenal dirinya sebagai orang yang sengsara ( tidak tau diri).

Adapun ketekunan itu ...
Ibrani 10: 22-24
(10:22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
(10:23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
(10:24) Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.

Ketika kita tekun beribadah di dalam rumah Tuhan, maka terlihat sekali tiga hal;
1.    IMAN yang teguh.
Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena pada meja roti sajian à ketekunan di dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci.
Berarti, Ibadah Pendalaman Alkitab itu menghasilkan iman.
2.    PENGHARAPAN
Kalau dikaitkan denggan pola Tabernakel terkena pada pelita emas à ketekunan di dalam Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian
Berarti, Ibadah Raya Minggu itu menghasilkan pengharapan.
3.    KASIH
Kalau dikaitkan denggan pola Tabernakel terkena pada mezbah dupa à ketekunan di dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Berarti, Ibadah Doa Penyembahan itu menghasilkan kasih.
Sedangkan kegunaan kasih; saling memperhatikan dan saling mendorong.

Sementara kalau kita tekun dalam tiga macam ibadah utama di dalam rumah Tuhan, maka di tengah-tengah ibadah itu hadir Seorang Imam Besar.
Tugas Seorang Imam Besar; berdoa dan memperdamaikan dosa kita kepada Allah Bapa di atas kayu salib.
Selain disebut sebagai imam besar, Dia juga Kepala Rumah Allah. Kristus adalah kepala dari rumah Tuhan/gereja Tuhan. Kalau Dia tampil sebagai kepala, maka Ia akan mengadakan penyucian terhadap dosa oleh kuasa penyucian air dan firman, kemudian akan mengasuh, merawat dan menyelamatkan tubuh-Nya (Efesus 5:26-30), tanda belas kasih-Nya.
Jadi, kalau kita sudah mencapai pada ketekunan itu, ada keuntungan; kita senantiasa berada di dalam rumah Tuhan untuk tekun dalam tiga macam ibadah utama.
Ketika kita berada dalam rumah Tuhan, maka Imam Besar hadir untuk mengadakan pendamaian terhadap dosa kejahatan dan kenajisan, dan sebagai kepala rumah Tuhan Ia mengadakan penyucian lewat air dan firman Tuhan, sehingga Ia menempatkan sidang jemaat-Nya cemerlang, tanpa cacat cela atau kerut atau yang serupa itu.

Dampak positif bermegah dalam kelemahan.
YANG KEDUA: ketekunan menimbulkan TAHAN UJI.
Orang itu menjadi pribadi yang tahan uji, berarti ia tidak lekas putus asa, kecewa dan tinggalkan Tuhan.
Orang yang lekas putus asa, kecewa dan meninggalkan Tuhan karena tidak tahan uji, adalah;
-      Orang yang tidak mengenal Kristus Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat
-      Orang yang tidak memiliki kasih Allah.
Kalau seseorang memiliki kasih Allah dan memperoleh pengetahuan yang benar untuk mengenal pribadi Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, ia tidak akan lekas putus asa dan kecewa, ia pasti tahan uji.
Andaikata kita tidak tekun dalam Tuhan, barangkali kita tidak tahan uji, justru membalas kejahatan dengan kejahatan, hidup di bawah hukum Taurat. Tetapi karena kita belajar tekun dalam tiga macam ibadah utama dan melayani Tuhan dalam tiga macam ibadah utama, ketika mendengar perkataan kasar, menerima ancaman pembunuhan dan kata-kata hinaan, semua itu menjadi biasa. Kalau tidak tahan uji akan merugikan diri sendiri.

1 Korintus 3: 12-15
(3:12) Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami,
(3:13) sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu.
(3:14) Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah.
(3:15) Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.

Ada dua jenis bangunan;
-      Jenis bangunan yang pertama; terbuat dari emas, perak dan batu permata
-      Jenis bangunan yang kedua; terbuat dari kayu, rumput kering dan jerami
Setiap bangunan yang berdiri di atas dasar itu akan diuji oleh nyala api, sebab Tuhan mau melihat apakah bangunan itu tahan uji atau tidak.

Sekarang kita lihat;
-      Jenis bangunan yang PERTAMA; terbuat dari emas, perak dan batu permata
Apabila tiga hal itu diuji oleh nyala api siksaan, maka emas, perak dan batu permata tidak akan terbakar, tidak akan berubah dan hangus menjadi abu. Emas tetaplah emas, perak tetaplah perak, batu permata tetaplah batu permata = tahan uji, bangunan yang akan mendapat upah.
-      Jenis bangunan yang KEDUA; terbuat dari kayu, rumput kering dan jerami
Kalau tiga hal di atas diuji oleh nyala api siksaan, ia akan terbakar dan hangus, berubah menjadi abu. Ini adalah suatu kerugian yang besar, sebab di dalam kitab Kejadian 3 dengan jelas Tuhan berkata kepada ular itu bahwa ular makan dari debu tanah untuk selama-lamanya.
Ular gambaran dari pada Iblis Setan yaitu; roh jahat dan roh najis.
Jadi, saya akan tandaskan orang yang tidak tahan uji, orang yang semacam ini akan dikuasai oleh roh jahat dan roh najis, saya tidak ragu untuk mengatakan hal ini, seperti orang-orang yang ada di luar sana (diluar Tuhan), setiap kali menghadapi ujian pelariannya justru kepada dosa, misalnya; merokok, narkoba, minum-minuman keras, berjudi bahkan sampai pada perzinahan. Inilah kerugian yang besar itu.
Anak-anak Tuhan sebagai bangunan Allah telah berupaya membangun dirinya masing-masing lewat pelayanan para nabi dan para rasul, memberi diri dibangun di atas dasar yang telah diletakkan, bahkan dengan berjerih lelah melayani Tuhan sehingga, begitu banyak pengorbanan dan perjuangan yang telah kita lakukan, tetapi kalau akhirnya bangunan itu tidak tahan uji oleh nyala api siksaan, maka bangunan itu akan terbakar dan hangus menjadi abu, sehingga ia akan memperoleh kerugian-kerugian yang besar.

Kita melihat dan mengetahui teladan dan kesaksian hidup dari seorang Ayub; dia harus kehilangan harta dan kekayaan yang begitu banyak jumlahnya, dia harus kehilangan anaknya laki-laki maupun perempuan. Tidak sampai di situ , dia juga harus mengalami barah yang berbau busuk dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dan yang tragisnya lagi, isteri yang belum rohani tidak mendukung apa yang dikerjakan oleh Ayub, itu paling menyakitkan sekali, bahkan isterinya ini menghina dan mengolok-olok Ayub karena Ayub melakukan pekerjaan yang mulia di hadapan Tuhan.
Hati Tuhan pilu ketika melihat perzinahan-perzinahan pada zaman Nuh, itu sebabnya tadi saya katakan; hati Tuhan pilu melihat isteri Ayub yang belum rohani.
Biarlah kita belajar merasakan apa yang dirasakan Tuhan supaya kita dihormati manusia dan dikenan oleh Tuhan.

Dampak positif bermegah dalam kelemahan.
YANG KETIGA: tahan uji menimbulkan PENGAHARAPAN.
Pengharapan kita kepada Tuhan tidak sia-sia. Kalau kita berharap kepada manusia, seringkali kita kecewa dan dikecewakan.
Saya terkadang berharap kepada sidang jemaat, supaya sidang jemaat mendukung ibadah pelayanan dalam kandang penggembalaan. Ketika gembala tidak mendapat apa yang diharapkan, maka akan muncul kekecewaan.
Tetapi kalau kita berharap kepada Tuhan, Tuhan tidak pernah membuat kita kecewa, justru Tuhan memberikan kita pengharapan, dan Ia tidak membiarkan kita menaruh pengharapan kepada yang lain, oleh sebab itu,  jangan berkanjang kepada pengetahuan masing-masing.

Ibrani 10: 23
(10:23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.

Biarlah kita berpegang teguh/menaruh pengharapan sepenuhnya kepada Tuhan, sebab Ia yang menjanjikannya setia
Tuhan setia kepada saya dan saudara, setia terhadap apa yang dijanjikan-Nya, sebagaimana sidang jemaat di Kolose menaruh pengharapan akan Kerajaan Sorga, kemuliaan yang disediakan.
Sekali lagi saya katakan; marilah kita berpegang teguh pada pengharapan kita kepada Tuhan, tidak kepada yang lain. Jangan merasa aman dan damai dengan apa saja yang ada di bumi ini apalagi kepada manusia, tetapi biarlah kita menaruh pengharapan bahkan berpegang teguh kepada Tuhan.

Kemudian, PENGHARAPAN itu adalah KESUCIAN.
1 Yohanes 3: 3
(3:3) Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.

Setiap orang yang menaruh pengharapan kepada Allah; menyucikan dirinya supaya sama seperti Dia yang adalah suci adanya.
Kerinduan Tuhan seperti yang tertulis dalam 1 Petrus 1: 15-16, “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus
Biarlah kita menyucikan diri dalam segala perkara karena memang kita menaruh pengharapan kepada Tuhan. Kecuali kalau kita tidak menaruh pengharapan kepada Tuhan, kita tidak perlu menyucikan diri, sama seperti orang yang tidak percaya pada kuasa kebangkitan, yang menaruh pengharapan kepada hidup satu kali, sehingga di situlah akan terjadi banyak kejahatan karena menurut mereka hidup hanya satu kali, mereka tidak tahu bahwa Tuhan akan membangkitkan orang-orang mati untuk selanjutnya dihakimi.

Roma 8: 24-25
(8:24) Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?
(8:25) Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.

Kalau kita menaruh pengharapan atas Kerajaan Sorga, kemuliaan yang disediakan, tentu kita akan menantikannya dengan tekun.
Menaruh pengharapan atas kemuliaan yang disediakan, yaitu Kerajaan Sorga, berarti menaruh pengharapan kepada yang tidak kita lihat.
Oleh sebab itu, biarlah kita menaruh pengharapan sepenuhnya kepada Tuhan, bahwa Tuhan akan menyediakan Kerajaan Sorga, Tuhan akan memperlihatkan dengan jelas, dengan benar, dengan terang, seiring dengan seketika waktu, Tuhan ubahkan kita semua.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang 

No comments:

Post a Comment