KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, March 19, 2014

IBADAH RAYA MINGGU, 09 MARET 2014

IBADAH RAYA MINGGU, 09 MARET 2014

Tema:  JEMAAT DI SARDIS (dari Wahyu 3: 1-6)
            (Seri 07)

Subtema: PAKAIAN PUTIH BERSIH ADALAH LENAN HALUS

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam di dalam kasih sayang Yesus Kristus, Tuhan kita.
Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita boleh berada di dalam rumah Tuhan, beribadah melayani kepada Tuhan, sekaligus mempersembahkan korban kepada Tuhan.
Kiranya di hari-hari terakhir ini saya dan saudara dipakai Tuhan dengan luar biasa, membawa jiwa-jiwa untuk digembalakan, selanjutnya dibawa masuk dalam pembentukan tubuh Kristus yang sempurna.

Tiba saatnya untuk memperhatikan sidang jemaat di Sardis dari Wahyu 3: 1-6, namun kita hanya membaca ayat 4 saja.
Wahyu 3: 4
(3:4) Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.

Pada minggu yang lalu, sebagian dari ayat 4 telah saya sampaikan, yaitu: “Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya
Berarti, masih ada beberapa orang di tengah-tengah sidang jemaat di Sardis yang memperhatikan pakaian mereka, sehingga pakaian itu tetap putih, bersih, berkilau-kilauan.
Sesungguhnya, pakaian itu menjadi cemar karena ada keinginan-keinginan untuk melakukan dosa kejahatan dan dosa kenajisan, tetapi puji nama Tuhan, pada akhirnya pakaian kotor dapat dibersihkan di dalam darah Anak Domba, asal kita tetap setia di dalam Tuhan.

Kemudian, kita fokus memperhatikan bagian lain dari ayat 4, yaitu: “ ... mereka akan berjalan dengan Aku dalam PAKAIAN PUTIH ...
Pakaian putih adalah PAKAIAN YESUS KRISTUS, yang DIPAKAI DALAM DUA KESEMPATAN, yaitu;
YANG PERTAMA.
Matius 27: 59
(27:59) Dan Yusuf pun mengambil mayat itu, mengapaninya dengan kain lenan yang putih bersih,

Yesus mengenakan pakaian putih saat Yesus mengalami kematian.
Di sini kita melihat, Yusuf, orang Arimatea, seorang yang kaya, menghadap kepada Pilatus, meminta mayat Yesus, selanjutnya Yusuf mengapani Yesus dengan kain lenan / pakaian putih bersih berkilau-kilauan.
Pengalaman kematian adalah cara untuk menanggalkan pakaian yang lama, pakaian yang telah dicemarkan oleh karena dosa.

Ketika seseorang masuk dalam pengalaman kematian itu adalah pengalaman yang luar biasa, sebab seseorang yang masuk dalam pengalaman kematian tidak dapat dipengaruhi oleh segala sesuatu perkara, terlebih dalam hal yang tidak benar, yang tidak baik dan yang tidak suci.
Itu sebabnya, tidak ada orang mati yang hidup kembali untuk melakukan dosa.

Kita sejenak melihat ...
2 Korintus 4: 10-11
(4:10) Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.
(4:11) Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.

Kalau seseorang satu di dalam kematian Yesus, maka kehidupan Yesus menjadi nyata di dalam dirinya.
Dengan bukti; rela menanggung penderitaan bahkan diserahkan ke dalam maut oleh karena Yesus Kristus, inilah bukti bahwa pribadi Yesus nyata di dalam diri seseorang.

Roma 8: 35-36
(8:35) Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
(8:36) Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."

Di tengah-tengah ibadah pelayanan, Rasul Paulus mengalami penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang, bahkan di sini dikatakan; oleh karena Yesus Kristus, ia ada dalam bahaya maut sepanjang hari di tengah-tengah ibadah pelayanannya kepada Tuhan.
Kesimpulannya; Rasul Paulus tidak terpisah dari kasih Kristus, sehingga dengan demikian nyatalah pribadi Yesus di dalam diri Rasul Paulus.

Keuntungan bila satu di dalam kematian Yesus Kristus.
1)    Roma 8: 34, 37
(8:34) Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?
(8:37) Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.

Yesus menjadi Pembela bagi kita, sehingga dengan demikian dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang oleh karena Dia telah mengasihi kita.
Kalau seseorang menang karena suatu kompetisi olahraga, itu adalah suatu kebanggaan bagi seorang atlet, tetapi bagi Rasul Paulus, kemenangan karena Yesus Kristus menjadi Pembela, menjadikan kita lebih dari pemenang.
Jadi, kemenangan oleh karena perkara lahiriah, bukan karena satu dalam kematian Yesus Kristus, itu tidak ada artinya di hadapan Tuhan, bagi Rasul Paulus itu semua adalah sampah.

SEDIKIT KESAKSIAN;
Seorang pemuda meminta untuk saya telepon. Dia berkata bahwa dia rindu untuk tergembala dan melayani Tuhan di GPT BETANIA” Serang - Cilegon, dengan alasan; kalau dia meninggalkan ibadah dan pelayanan, korban penebus salah tidak lagi berkuasa / berlaku atas dia.
Jadi, bagi dia, gaji/pekerjaan bukan nomor satu, kerinduannya adalah supaya dia tetap tergembala dengan baik dalam satu kandang penggembalaan, ini adalah kesaksian yang luar biasa.

2)    2 Korintus 4: 7-10
(4:7) Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.
(4:8) Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;
(4:9) kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.
(4:10) Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.

Kalau kita satu di dalam kematian Yesus Kristus, maka kita memperoleh kekuatan yang berlimpah-limpah di mana kekuatan itu berasal dari Allah, bukan berasal dari diri masing-masing, justru Alkitab mengatakan roh itu penurut tetapi daging lemah.
Adapun kekuatan yang melimpah-limpah itu antara lain;
-      Ditindas dalam segala hal, namun tidak terjepit
Biasanya orang yang ditindas pasti akan terjepit, tetapi karena Rasul Paulus satu dalam kematian Yesus, sekalipun ia ditindas namun tidak terjepit.

-      Habis akal, namun tidak putus asa
Biasanya orang yang di luar Tuhan, jika habis akal, ia akan putus asa karena merasa tidak ada jalan keluar, kecewa dan akhirnya meninggalkan Tuhan.
Tetapi di sini kita melihat; Rasul Paulus tidak demikian, sekalipun ia habis akal namun tidak putus asa.
Saat tiada jalan, Tuhan pasti buka jalan, sebab itu, ayat firman mengatakan: tidak ada yang mustahil bagi Dia.

Peristiwa / hal yang sama pernah dialami oleh bangsa Israel; saat mereka berada di tepi laut Teberau, orang Mesir berada di belakang mengejar mereka. Jika mereka berjalan ke sebelah kanan, tidak ada artinya, demikian juga jika berjalan ke sebelah kiri, tidak ada jalan keluar.
Akhirnya Tuhan berbicara langsung kepada Musa, sementara umat Israel gelisah ketika melihat orang-orang Mesir mengejar mereka di belakang. Musa mendengar apa yang diperintahkan oleh Tuhan, dia segera mengangkat tongkat lalu tangan yang satu diulur ke atas laut, pada saat itulah Tuhan membuka jalan yang baru kepada bangsa Israel.
Kalau kita menggunakan logika, tidak akan ada jalan keluar dari setiap masalah yang kita hadapi, tetapi kalau kita satu dalam kematian Yesus Kristus, barangkali kita habis akal namun kita tidak putus asa.
Saudaraku, jangan segera putus asa dan kecewa, oleh sebab itu berusahalah untuk masuk dalam pengalaman kematian.

-      Dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian.
Yesus telah menanggungnya di atas kayu salib, untuk sesaat Dia ditinggalkan, dimulai dari di taman Getsemani, 12 murid meninggalkan Yesus Krsitus, sampai akhirnya di atas kayu salib, untuk beberapa saat lamanya Yesus ditinggalkan oleh Bapa, sesuai dengan seruan Yesus di atas kayu salib: “Eli, Eli lama sabhaktani”, artinya; Bapaku, Bapaku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Kalau kita satu dalam penderitaan Yesus, mengalami sengsara salib, Tuhan tidak akan meninggalkan kita sendirian, karena Dia telah menanggungnya di atas kayu salib.
Tuhan peduli dengan saya dan saudara, sebab kita adalah ciptaan-Nya yang paling mulia, Tuhan ciptakan kita bukan untuk ditinggalkan, bukan untuk dimain-mainkan-Nya, percayalah kepada firman Tuhan, dengarlah suara Tuhan.

-      Dihempaskan, namun tidak binasa.
Dihempaskan = dibanting-banting.
Kalau raga ini dibanting satu kali, mungkin masih bisa bertahan, tetapi jika raga ini berkali-kali dibanting, siapa pun tidak akan berdaya, ujung-ujungnya akan binasa.
Tetapi kalau kita satu dalam kematian Yesus, sekalipun dihempaskan, namun tidak binasa, inilah kekuatan yang berlimpah-limpah yang berasal dari Allah.

2 Korintus 4: 7
(4:7) Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.

Perlu untuk diketahui; sesungguhnya manusia itu sama seperti bejana tanah liat.
Kalau bejana tanah liat terjatuh, maka bejana tanah liat itu akan pecah bahkan hancur berkeping-keping tetapi karena di tengah-tengah pelayanannya Rasul Paulus membawa kematian Yesus di dalam dirinya, ia memiliki kekuatan, bejana tanah liat memiliki kekuatan yang luar biasa, kekuatan ekstra di luar nalar manusia.

Bagi orang Yunani, pemberitaan firman tentang salib adalah suatu kebodohan, tetapi sesungguhnya pemberitaan firman tentang salib, tentang kematian itu adalah hikmat Allah dan kekuatan Allah.

Tetap pertahankan dan perhatikanlah pakaian putih, waspadalah senantiasa dalam segala perkara di manapun kita berada.
Ketika daging mulai bersuara, ingat; pertahankanlah pakaian putih, sebab satu kali mendengar suara daging, maka yang kedua kalinya; ditunggangi oleh roh jahat dan roh najis.
Pengalaman kematian adalah pengalaman yang terindah bersama dengan Yesus Kristus, supaya kita layak berjalan dengan Dia.

Pakaian putih adalah PAKAIAN YESUS KRISTUS, yang DIPAKAI DALAM DUA KESEMPATAN, yaitu;
YANG KEDUA.
Imamat 16: 1-4
(16:1) Sesudah kedua anak Harun mati, yang terjadi pada waktu mereka mendekat ke hadapan TUHAN, berfirmanlah TUHAN kepada Musa.
(16:2) Firman TUHAN kepadanya: "Katakanlah kepada Harun, kakakmu, supaya ia jangan sembarang waktu masuk ke dalam tempat kudus di belakang tabir, ke depan tutup pendamaian yang di atas tabut supaya jangan ia mati; karena Aku menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian.
(16:3) Beginilah caranya Harun masuk ke dalam tempat kudus itu, yakni dengan membawa seekor lembu jantan muda untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran.
(16:4) Ia harus mengenakan kemeja lenan yang kudus dan ia harus menutupi auratnya dengan celana lenan dan ia harus memakai ikat pinggang lenan dan berlilitkan serban lenan; itulah pakaian kudus yang harus dikenakannya, sesudah ia membasuh tubuhnya dengan air.

Untuk masuk ke dalam RUANGAN MAHA SUCI, seorang imam besar harus mengenakan lenan halus / pakaian  putih bersih berkilau-kilauan.
Intinya; imam besar memakai pakaian lenan halus saat memasuki ruangan maha suci untuk mengadakan pendamaian dosa = pelayanan pendamaian.

Anak-anak Tuhan, terlebih imam-imam harus memperhatikan pakaiaannya supaya tetap putih bersih berkilau – kilauan dan pakaian itu tidak boleh ditanggalkan.
Ada kalanya saat kita melayani, kita seolah-olah mengenakan pakaian putih, tetapi lepas dari pelayanan pakaian putih di tanggalkan, sehingga perkataan yang terucap seringkali tidak mencerminkan sebagai orang yang menyampaikan firman Tuhan (dalam setiap perkataan) gerak-gerik, sikap, tingkah lakunya juga sama seperti orang dunia, ini adalah kesalahan yang harus kita perhatikan untuk malam ini dan seterusnya.

Imamat 16: 3, 14-16
(16:3) Beginilah caranya Harun masuk ke dalam tempat kudus itu, yakni dengan membawa seekor lembu jantan muda untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran.
(16:14) Lalu ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan itu dan memercikkannya dengan jarinya ke atas tutup pendamaian di bagian muka, dan ke depan tutup pendamaian itu ia harus memercikkan sedikit dari darah itu dengan jarinya tujuh kali.
(16:15) Lalu ia harus menyembelih domba jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa bagi bangsa itu dan membawa darahnya masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah diperbuatnya dengan darah itu seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu jantan, yakni ia harus memercikkannya ke atas tutup pendamaian dan ke depan tutup pendamaian itu.
(16:16) Dengan demikian ia mengadakan pendamaian bagi tempat kudus itu karena segala kenajisan orang Israel dan karena segala pelanggaran mereka, apa pun juga dosa mereka. Demikianlah harus diperbuatnya dengan Kemah Pertemuan yang tetap diam di antara mereka di tengah-tengah segala kenajisan mereka.

Imam besar membawa sebagian darah lembu jantan muda, maupun darah domba jantan, kemudian darah itu dipercikkan dengan ujung jarinya sebanyak tujuh kali di atas tabut pendamaian dan di depan tabut pendamaian, untuk memperdamaikan dosa kenajisan dan kejahatan umat Israel.
Di manapun kita berada, biarlah kita menjadi pendamaian, memperdamaikan dosa manusia kepada Allah Bapa, jangan pernah menanggalkan pakaian putih.
Barangkali kita tidak berhadap-hadapan langsung terhadap lawan jenis, tetapi suara daging, suara mulut bisa membangkit-bangkitkan dosa kenajisan terhadap orang lain, sekali lagi saya katakana  jangan pernah menanggalkan lenan halus / pakaian putih bersih berkliau - kilauan

Jadi, tugas seorang Imam Besar adalah untuk mengadakan pendamaian dengan mempersembahkan lembu jantan muda untuk menghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran.
Kalau potongan-potongan daging dari korban bakaran diletakkan di atas mezbah pada waktu petang, itu dibiarkan sampai besok pagi, sampai hangus, sampai daging tidak bersuara lagi, menunjukkan bahwa kita cinta rumah Tuhan, cinta pelayanan dalam rumah Tuhan, sesuai dengan injil Yohanes 2: 17, “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.”

Ibrani 9: 12-14
(9:12) dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal.
(9:13) Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah,
(9:14) betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.

Yesus telah mengadakan pendamaian terhadap dosa kita, satu kali di atas kayu salib untuk menyucikan segala dosa kenajisan dan juga menyucikan hati nurani kita yang jahat dan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dengan satu tujuan; supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.
Seseorang yang masih menikmati dosa kejahatan dan kenajisan, ia sangat sukar untuk beribadah kepada Tuhan, sedangkan anak-anak Tuhan yang telah diperdamaikan, di mana hati nurani yang jahat telah disucikan dan dari perbuatan yang sia-sia, dengan demikian ia akan menghadap Allah dengan tulus ikhlas, beribadah dan melayani kepada Tuhan, tanpa ada maksud – maksud yang lain.

Ibrani 9: 15
(9:15) Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.
Yesus Kristus adalah pengantara dari suatu perjanjian baru, Dia telah mengadakan pendamaian di atas kayu salib, menyucikan hati nurani yang jahat dan perbuatan kita yang sia-sia, sehingga kita dapat beribadah kepada Tuhan, yaitu; mereka yang telah dipanggil akan menerima bagian yang kekal yang dijanjikan-Nya, itulah Kerajaan Sorga.

Ibadah yang diberikan oleh Tuhan kepada kita mengandung janji dan kuasa, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
-      Janji dan kuasa Tuhan di masa sekarang; Tuhan pelihara dan cukupkan segala sesuatunya.
-      Janji dan kuasa di masa yang akan datang; bahagia bersama dengan Dia di dalam Kerajaan yang kekal.
Jadi, ibadah ini bukan rutinitas, melainkan mengandung janji dan kuasa.

Ibrani 10: 19-24
(10:19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,
(10:20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,
(10:21) dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.
(10:22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
(10:23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
(10:24) Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.

Selain Imam Besar, Yesus Kristus juga adalah Kepala rumah Allah / pemimpin di dalam rumah Allah.
Tugas Imam Besar: berdoa dan memperdamaikan dosa manusia kepada Allah Bapa.
Tugas kepala rumah Allah / pemimpin dalam rumah Allah;
·         Menyucikan sidang jemaat dengan air firman Tuhan sampai tanpa cacat cela / kerut / yang serupa itu = jemaat kudus tak bercela, menjadi cemerlang dihadapan Tuhan
·         Mengasuh, merawat dan menyelamatkan tubuh.

Di sini kita lihat, ada 3 hal; iman, harap, kasih.
Tiga hal di atas adalah hasil dari ketekunan dalam 3 macam ibadah utama;
-      Iman adalah hasil dari ketekunan dalam IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, disertai dengan perjamuan suci.
Dalam pola Tabernakel terkena pada MEJA ROTI SAJIAN.
Ketika menghadap Allah lewat ibadah pelayanan dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, menunjukkan bahwa hati nurani kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita dibasuh dengan air yang murni.
-      Pengharapan adalah hasil dari ketekunan dalam IBADAH RAYA MINGGU disertai dengan kesaksian.
Dalam pola Tabernakel terkena pada PELITA EMAS.
Pengharapan kita kepada Tuhan tidak perlu diragukan, oleh sebab itu marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia yang menjanjikannya setia.
-      Kasih adalah hasil dari ketekunan dalam IBADAH DOA PENYEMBAHAN.
Dalam pola Tabernakel terkena pada MEZBAH DUPA.
Oleh karena kasih inilah kita saling mendorong satu dengan yang lain.
Jadi, oleh karena pelayanan dari Imam Besar, Ia telah memberikan ibadah kepada kita, dalam ibadah inilah kita tekun, sehingga disebutlah ketekunan dalam tiga macam ibadah utama.
Kalau kita tekun dalam tiga macam ibadah utama, ini bukanlah suatu aturan manusia.

Ibrani 8: 5
(8:5) Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: "Ingatlah," demikian firman-Nya, "bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu."

Ibadah dan pelayanan kita di atas muka bumi ini adalah gambar dan bayangan dari apa yang ada di dalam kerajaan Sorga.
Tiga macam ibadah utama itu adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di dalam Kerajaan Sorga, sesuai dengan contoh dari apa yang ada di dalam Kerajaan Sorga, tidak boleh meleset.
Setelah kita tekun dalam tiga macam ibadah utama, terserah mau beribadah dengan sebutan apa saja, tetapi yang lebih utama adalah harus tekun dalam tiga macam ibadah utama.

Ibadah ini diberikan karena pelayanan  Imam Besar yang telah mempertaruhkan nyawa-Nya di atas kayu salib, Ia telah melintas kemah yang lebih besar yang bukan buatan tangan manusia, yaitu tubuh-Nya sendiri, kemah yang lebih sempurna, Dia telah menaklukkan diri-Nya di atas kayu salib. Biarlah kita menaklukkan diri di dalam salib Kristus / menyangkal diri, memikul salibnya.

Ibrani 10: 25
(10:25) Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Oleh sebab itu, janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah = tekun dalam tiga macam ibadah utama.
Sebutan pertemuan-pertemuan ibadah = tekun dalam tiga macam ibadah utama, jadi bukan hanya tekun dalam satu macam ibadah saja, misalnya; hanya tekun dalam Ibadah Raya Minggu, seperti kebanyakan orang ketahui.

Saya tambahkan sedikit lagi; memang kita harus tekun dalam tiga macam ibadah utama, jangan menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah dan kita harus semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat, kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi.
Janganlah kita berkata damai dan aman, sementara kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah.

Ibrani 10: 26
(10:26) Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.

Kalau kita sudah mengetahui tentang kebenaran, terlebih ketekunan dalam tiga macam ibadah utama, namun dengan sengaja kita meninggalkan pertemuan-pertemuan ibadah dan pelayanan yang dipercayakan oleh Tuhan = sengaja berbuat dosa, maka korban penghapus dosa tidak lagi berlaku atas seseorang.
Oleh sebab itu, kalau saya dan saudara dipercayakan ibadah dan pelayanan, jangan merasa diri paling rohani, janganlah kita merasa dibutuhkan, justru kita yang membutuhkan Tuhan.

Jadi, pakaian putih itu dipakai oleh Tuhan ketika Ia memasuki tempat kudus, ruangan maha kudus, untuk mengadakan pendamaian atas dosa kejahatan dan dosa kenajisan saya dan saudara.
Tidak hanya sebatas itu, Dia memberikan ibadah bagi kita, sehingga kita datang kepada-Nya dengan tulus ikhlas, tanpa kepentingan-kepentingan, tanpa motivasi.

Puncak pakaian putih dikenakan.
Wahyu 19: 7-8
(19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
(19:8) Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]

Tuhan memberikan pakaian putih, itulah lenan halus yang berkilau-kilauan kepada pengantin perempuan, inilah puncak di mana pakaian putih itu dipakai.
Yang memakai pakaian putih itu adalah mempelai wanita Tuhan, dan Tuhan sendiri yang memberikannya.
Pakaian putih bersih = lenan halus, arti rohaninya; perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.

Wahyu 7: 9
(7:9) Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.

Mempelai wanita Tuhan memakai jubah putih, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, suatu kumpulan besar orang banyak, yang tidak dapat terhitung banyaknya dari segala suku, kaum, bahasa dan bangsa.
Saya berharap, saya merindukan dan saya berdoa kiranya saya dan saudara ada di antara kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung jumlahnya. Saya merindukan ibadah ini betul-betul mengandung kuasa dan janji, tetapi kita juga harus sungguh-sungguh melayani.

Wahyu 7: 15
(7:15) Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.
Akhirnya, mereka yang berdiri di hadapan takhta Allah melayani Dia siang dan malam di Bait Suci-Nya.
Jadi, kalau kita berjuang melayani Dia siang dan malam di atas muka bumi ini, tujuannya untuk mempersiapkan diri melayani Tuhan siang dan malam di dalam Kerajaan Sorga, maka dimulai dari sejak sekarang kita harus melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Jadi, jangan ada pemikiran bahwa di sorga nanti kita akan hidup enak karena hanya makan dan tidur.
Pelayanan tidak hanya berdiri di mimbar, di mana saja, ingatlah Tuhan siang dan malam, supaya nanti kita juga melayani Tuhan siang dan malam di dalam Kerajaan Sorga.

Wahyu 7: 14
(7:14) Maka kataku kepadanya: "Tuanku, tuan mengetahuinya." Lalu ia berkata kepadaku: "Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.

Kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung jumlahnya dari berbagai suku, kaum, bahasa dan bangsa, telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih dalam darah Anak Domba.
Di sini ada pernyataan dari salah satu dari 24 tua-tua itu: “Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar”
Berarti, sengsara salib, penderitaan, itulah kesusahan yang besar dan itu adalah kesempatan yang baik untuk mencuci jubah sampai putih bersih berkilau-kilauan.
Ketika kita satu dalam penderitaan Kristus, di situlah kesempatan bagi kita untuk mencuci jubah.
Dalam 1 Petrus 4 dikatakan; barangsiapa menderita badani, ia berhenti berbuat dosa.

Memang secara logika, sengsara salib, menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung adalah sesuatu yang tidak enak, tetapi sesungguhnya itu merupakan kesempatan dan cara yang tepat untuk mencuci jubah sampai putih.
Alkitab mengatakan; berbahagialah ketika engkau dinista sebab Roh Kemuliaan turun atas mu.

Wahyu 19: 6-7
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.
(19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.

Saat mempelai wanita Tuhan mengenakan pakaian putih, saat itulah Yesus tampil sebagai Raja sekaligus mempelai Pria Sorga.
Yesus tidak akan pernah tampil sebagai Raja oleh karena perkara-perkara lahiriah. Yesus akan tampil sebagai Raja di dalam kesempurnaan,  tampil atas mempelai wanita Tuhan yang telah disempurnakan.
Yesus tampil, bertakhta, berhadirat di hati yang telah disucikan bahkan yang telah disempurnakan.

Kita lihat sejenak; KETIKA YESUS DIPAKSA MENJADI RAJA.
Yohanes 6: 1-2
(6:1) Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias.
(6:2) Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit.

Di sini kita melihat, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia karena melihat mujizat penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus terhadap orang – orang sakit.

Sekarang, kita lihat; SETELAH YESUS MENGADAKAN MUJIZAT YANG LAIN, yaitu memberi makan 5000 orang dengan 5 roti dan 2 ikan.
Yohanes 6: 13-14
(6:13) Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan.
(6:14) Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia."

Setelah mereka melihat mujizat yang diadakan Yesus, yaitu memberi makan 5000 orang dengan 5 roti dan 2 ikan, mereka berkata: “Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia."
Intinya oleh karena mujizat, mereka mengakui Yesus sebagai nabi yang akan datang.

Yohanes 6: 15
(6:15) Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.

Karena mujizat yang diadakan oleh Yesus, orang banyak berusaha menjadikan Yesus sebagai Raja dengan paksa, namun Yesus menyingkir, Yesus tidak mau tampil sebagai Raja atas mereka yang hanya menghendaki mujizat, tanda heran, perkara-perkara lahiriah, tetapi Yesus mau tampil sebagai Raja hanya kepada mereka yang hatinya telah disucikan dari dosa kejahatan dan dosa kenajisan, sampai sempurna, itulah mempelai wanita Tuhan. Inilah yang membuat kita terdorong terus untuk maju melayani Tuhan. Tentu kita merindukan supaya Dia tampil menjadi Raja dan mempelai laki-laki sorga bagi kita.
Dialah kepala dari tiap-tiap gereja, Dialah suami kita yang akan memperhatikan seluruh anggota tubuh.

Wahyu 7: 15-17
(7:15) Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.
(7:16) Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi.
(7:17) Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka."

Selanjutnya Tuhan membentangkan kemah-Nya di atas mereka, sebagai perlindungan dari Tuhan, sehingga beberapa hal terjadi;
-      mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi,
-      dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi, sebagai ujian dan cobaan.
-      Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka, sebagai tanda bahwa Tuhan memberikan Roh Kudus sebagai penghiburan.
Tanpa disadari, air mata seringkali mengalir karena banyaknya persoalan, penderitaan dan pergumulan, tetapi Tuhan memberi janji, Ia akan menghapus air mata, dengan bukti Tuhan telah membentangkah kemah-Nya, menggembalakan umat-Nya.

Wahyu 3: 4
(3:4) Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.

Selanjutnya di sini dikatakan: mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.
Oleh karena pakaian putih, kita menjadi layak di hadapan Anak Domba dan berjalan bersama dengan Dia.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment