KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, November 20, 2016

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 16 NOVEMBER 2016

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 16 NOVEMBER 2016

“KITAB KOLOSE”
(SERI: 101)

Subtema: PERSEKUTUAN TANPA DORONGAN ROH KUDUS

Shalom saudaraku!
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita semua. Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Doa Penyembahan.

Sebelum kita tersungkur di bawah kaki Tuhan, terlebih dahulu kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose.
Kolose 1: 21
(1:21) Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat,

Kita perhatikan kalimat: “Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah”, ini menunjuk kepada :
-         Bangsa kafir = orang-orang yang tidak bersunat.
-         Orang fasik dengan segala perbuatan fasik mereka.
Yang dahulu hidup jauh dari Allah memusuhi Allah di dalam hati dan pikiran mereka dan itu nyata dari setiap perbuatan-perbuatan jahat mereka.
Pendeknya, setiap orang yang berbuat jahat menunjukkan bahwa dia masih hidup jauh dari Allah sekalipun ia berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan yang Tuhan percayakan.

Lebih jauh kita melihat orang yang dahulu hidup jauh dari Allah.
Efesus 2:1
(2:1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.

Yang dahulu hidup jauh dari Allah; banyak melakukan pelanggaran juga banyak melakukan dosa, sedangkan upah dosa adalah maut.

Efesus 2:2-3
(2:2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
(2:3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.

Penyebab-penyebab terjadinya dosa:
1.     Mengikuti jalan dunia ini.
Menunjukkan bahwa dunia ini mempunyai arus yang sangat kuat untuk mempengaruhi dan menghanyutkan kerohanian anak-anak Tuhan sampai mengalami kematian rohani, itulah yang disebut ilah zaman.
2.     Mentaati penguasa kerajaan angkasa.
Pertanyaannya: Siapakah mereka yang mentaati penguasa kerajaan angkasa?
Jawabnya: mereka adalah orang-orang yang dikuasai roh pendurhakaan.
Roh pendurhakaan = melawan/pemberontakan kepada Tuhan.
3.     Hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging.
Perlu untuk diketahui:
-  Hidup menurut keinginan daging memikirkan hal-hal yang dari daging, berarti; tidak memikirkan hal-hal yang dari roh, itulah perkara di atas, perkara rohani, yaitu ibadah dan pelayanan. Pendeknya, tidak mengerti pekerjaan Tuhan, tidak mengerti berkorban.
-   Hidup menurut keinginan daging menunjukkan bahwa seseorang masih berada di bawah hukum Taurat.
Hukum Taurat; “mata ganti mata, gigi ganti gigi”, arti rohaninya ialah kejahatan dibalas dengan kejahatan = orang yang berbuat salah tidak luput dari penghukuman.
Orang yang berada di bawah hukum Taurat tidak kenal belas kasih/jauh dari kasih karunia, kemurahan hati Tuhan.
Orang yang masih berada di bawah hukum Taurat, menjalankan ibadahnya hanya secara lahiriah, yaitu;  mulut memuji Tuhan tetapi hatinya jauh dari Tuhan = mempersembahkan tubuh jasmaninya kepada Tuhan tetapi manusia batiniahnya tidak dipersembahkan kepada Tuhan. Inilah ibadah yang sia-sia, ibadah yang tidak mengandung janji, baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang.

Efesus 2:11-12
(2:11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia,
(2:12) bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.

Yang dahulu hidup jauh dari Allah, berarti: “Tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel, tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia” = binasa, berujung kepada kematian yang kekal. Itulah keadaan orang yang dahulu hidup jauh dari Allah (bangsa kafir dan orang fasik).

Keterangan: TANPA PENGHARAPAN.
Tanpa pengharapan berarti: putus asa -> orang yang mudah goyah, tidak memiliki pendirian yang teguh di dalam Tuhan.
Tandanya; suka bersungut-sungut, suka berkeluh kesah, suka ngomel, jauh dari ucapan syukur dan lain sebagainya.

Dikaitkan dengan pribadi Ayub, sebab Ayub pernah berkata sebanyak tujuh kali, bahwa ia hidup tanpa pengharapan.

Sekarang kita melihat PENYEBAB AYUB BERKATA, BAHWA IA HIDUP TANPA PENGAHARAPAN.
Ayub 2:13
(2:13) Lalu mereka duduk bersama-sama dia di tanah selama tujuh hari tujuh malam. Seorang pun tidak mengucapkan sepatah kata kepadanya, karena mereka melihat, bahwa sangat berat penderitaannya.

Ketika Ayub dan sahabat-sahabatnya duduk di tanah, tidak seorang pun  mengucapkan sepatah kata kepada Ayub, karena mereka melihat, bahwa sangat berat penderitaannya. Ini menunjukkan persekutuan tanpa dorongan Roh Kudus.
Bayangkan duduk bersama-sama di tanah selama tujuh hari tujuh malam, tapi tanpa mengucapkan sepatah kata pun -> persekutuan tanpa dorongan Roh Kudus.

Yesaya 30:1
(30:1) Celakalah anak-anak pemberontak, demikianlah firman TUHAN, yang melaksanakan suatu rancangan yang bukan dari pada-Ku, yang memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh dorongan Roh-Ku, sehingga dosa mereka bertambah-tambah,

Memasuki persekutuan tetapi tanpa dorongan Roh Kudus, disebutlah mereka itu anak-anak pemberontak.
Jadi, kalau malam ini kita mengadakan suatu persekutuan lewat doa penyembahan, tetapi persekutuan ini tanpa dorongan Roh Kudus, disebutlah anak-anak pemberontak di hadapan Tuhan. Sebab itu, jangan menjalankan ibadah secara lahiriah; datang, dengan mulut memuliakan Tuhan, tetapi hati jauh dari Tuhan, pikirannya melayang-layang. Ini disebut dengan anak-anak pemberontak.

Bukti-bukti pemberontakan Ayub dan ketiga sahabat-sahabatnya.
Ayub 3:1
(3:1) Sesudah itu Ayub membuka mulutnya dan mengutuki hari kelahirannya.

Ayub mengutuki hari kelahirannya. Inilah keluh kesah/sungut-sungut Ayub di hadapan Tuhan = Ayub memberontak di hadapan Tuhan.
Jadi, orang yang berkeluh kesah, orang yang bersungut-sungut disebutlah anak-anak pemberontak.
Keluh kesah Ayub di sini adalah, ia mengutuki hari kelahirannya karena penderitaan hebat yang dialami Ayub, sampai ia mengutuki hari kelahirannya.
Banyak orang yang seperti ini, menyesal dilahirkan karena banyak penderitaan, menyesal menjadi manusia karena banyak penderitaan, seperti itulah Ayub. Sesungguhnya ini merupakan pemberontakan kepada Tuhan.

Dulu saya pernah mengalami yang seperti ini, sebelum dipanggil Tuhan, dipilih untuk melayani Tuhan, saya banyak stres karena kesalahan sedikit saja, sampai akhirnya mempersalahkan Tuhan dan  mengutuki hari kelahiran, menyesal menjadi manusia. Sebetulnya ini suatu pemberontakan.

Ayub 1-2 : kesalehan Ayub diuji.
Ayub 3 : keluh kesah Ayub (mengutuki hari kelahirannya, sampai menginginkan kematian).
Ayub 4-31 : percakapan antara Ayub dengan ketiga sahabat-sahabatnya (Elifas, Bildad, Zofar).
Namun di tengan-tengah percakapan inilah Ayub mengatakan di hadapan Tuhan dan di hadapan para sahabatnya, bahwa dia hidup tanpa pengharapan sebanyak tujuh kali.
Kesimpulannya, oleh karena perkataan sahabat-sahabatnya, akhirnya Ayub mengaku hidup tanpa pengharapan sebanyak tujuh kali.

Sekarang kita melihat bagian dari KATA-KATA ELIHU.
Ayub 32:2-3
(32:2) Lalu marahlah Elihu bin Barakheel, orang Bus, dari kaum Ram; ia marah terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih benar dari pada Allah,
(32:3) dan ia juga marah terhadap ketiga orang sahabat itu, karena mereka mempersalahkan Ayub, meskipun tidak dapat memberikan sanggahan.

Di sini kita melihat Elihu bin Barakheel, orang Bus, dari kaum Ram, marah terhadap Ayub dan ketiga sahabat-sahabat Ayub.

Alasan Elihu marah kepada Ayub dan ketiga sahabat-sahabat Ayub.
-         Alasan Elihu marah kepada Ayub: karena Ayub menganggap dirinya lebih benar dari pada Allah.
-   Alasan Elihu marah kepada sahabat-sahabat Ayub (Elifas, Bildad, Zofar): karena mereka mempersalahkan Ayub meskipun tidak dapat memberikan sanggahan. Mempersalahkan Ayub dikala Ayub tertindas.

Ayub 32:12-13
(32:12) Kepadamulah kupusatkan perhatianku, tetapi sesungguhnya, tiada seorang pun yang mengecam Ayub, tiada seorang pun di antara kamu menyanggah perkataannya.
(32:13) Jangan berkata sekarang: Kami sudah mendapatkan hikmat; hanya Allah yang dapat mengalahkan dia, bukan manusia.

Merasa memiliki hikmat karena umur sudah tua, maka Elifas, Bildad, Sofar, dengan leluasa mempersalahkan Ayub sampai pada akhirnya, Ayub mengaku, bahwa ia hidup tanpa pengharapan. Tetapi dengan tegas Elihu berkata: Tiada seorang pun yang mengecam Ayub, dan  menyanggah perkataannya.”
Alasannya: “Sebab hanya Allah yang dapat mengalahkan Ayub, bukan manusia.”
Pendeknya, pertolongan hanya datang dari Tuhan, bukan dari manusia.

Ayub 32:8-9
(32:8 )Tetapi roh yang di dalam manusia, dan nafas Yang Mahakuasa, itulah yang memberi kepadanya pengertian.
(32:9 ) Bukan orang yang lanjut umurnya yang mempunyai hikmat, bukan orang yang sudah tua yang mengerti keadilan.

Perlu untuk diketahui: pemberitaan firman tentang salib Kristus dan firman yang diurapi, memberi pengertian kepadanya. Jadi, bukan dari orang yang lanjut umurnya (tua) mempunyai hikmat dan mengerti keadilan.
Pendeknya, hikmat dan pengertian datangnya dari salib, untuk menyatakan keadilan kepada orang yang tertindas.
Banyak di antara kita merasa sudah rohani, sudah merasa lebih tua, merasa lebih memiliki hikmat, akal budi, dan pengertian, sehingga dengan leluasa berkata-kata yang tidak benar. Ini kesalahan besar terjadi dari ketiga sahabat-sahabat Ayub, termasuk hamba-hamba Tuhan di dalam Pengajaran Mempelai, bila tidak bertobat.
Sebetulnya hikmat dan pengertian itu datangnya dari pemberitaan firman tentang salib, bukan karena umur seseorang tua.
Berbeda dengan ketiga sahabat Ayub (Elifas, Bildad, Zofar), merasa berhikmat, karena umur sudah tua, sehingga leluasa untuk mempersalahkan Ayub, seolah-olah perkataan mereka dari Tuhan, tetapi sesungguhnya tidak, melainkan dari diri mereka masing-masing. Dan sampai akhirnya Ayub mengaku, bahwa dia hidup tanpa pengharapan sebanyak tujuh kali. Sampai separah itu, juga terjadi menimpa sidang jemaat, bila seorang gembala sidang tidak bertobat.
Maka kita harus bersyukur kepada Tuhan, karena lewat hari perhentian di dalam ketekunan tiga macam ibadah pokok, kita senantiasa menikmati pemberitaan firman tentang salib.
Semakin kita ditekan, semakin kita memiliki hikmat, semakin kita ditindas, semakin kita memiliki hikmat.
Tapi kalau yang disampaikan adalah kata-kata manis yang diumbar oleh seorang hamba Tuhan kepada sidang jemaat, itu bukan hikmat atau pengertian dari sorga, tetapi itu adalah suara dagingnya dan ini mengandung resiko, menyebabkan sidang jemaat hidup tanpa pengharapan.
Hikmat itu datang saat tertekan, saat ditindas, itulah yang disebut dengan pemberitaan firman tentang salib. Saat tiada jalan, Tuhan buka jalan.
Kalau kita melayani tanpa salib, tanpa pemberitaan firman tentang salib/memikul salib di tengah ibadah dan pelayanan =  berjalan di tengah jalan yang sudah ada jalannya. Tetapi kalau kita melayani dengan memikul salib, tertindas di tengah ibadah dan pelayanan dan senantiasa menikmati pemberitaan firman tentang salib, secara to the point mengoreksi dosa, saat tiada jalan maka Tuhan membuka jalan, itu jalan kita.
Berbeda dengan perkataan ketiga sahabat Ayub (Elifas, Bildad, Zofar), justru melemahkan Ayub, sampai akhirnya Ayub mengaku, bahwa dia hidup tanpa pengharapan sebanyak tujuh kali.

Jangan pernah merasa sudah tua, tetapi tidak mau memikul salib, orang semacam ini tidak memiliki hikmat, pengertian, dan tidak akan memberi keadilan kepada orang tertindas.

Kesimpulannya, Ayub pasal 32-37: perkataan Elihu kepada Ayub dan tiga sahabatnya. Berarti Ayub pasal 32-37 -> mewakili Elihu.

Sekarang kita akan melihat pembuktian kebenarannya dari Ayub pasal 42.
Ayub 42:7-8
(42:7) Setelah TUHAN mengucapkan firman itu kepada Ayub, maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Téman: "Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub.
(42:8) Oleh sebab itu, ambillah tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan dan pergilah kepada hamba-Ku Ayub, lalu persembahkanlah semuanya itu sebagai korban bakaran untuk dirimu, dan baiklah hamba-Ku Ayub meminta doa untuk kamu, karena hanya permintaannyalah yang akan Kuterima, supaya Aku tidak melakukan aniaya terhadap kamu, sebab kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub."

Ketiga sahabat Ayub tidak berkata benar tentang Allah.
Kalau hamba Tuhan, tidak benar berbicara tentang Tuhan, pendeknya tidak membicarakan firman tentang salib, inilah yang menyebabkan sidang jemaat hidup tanpa pengharapan.
Inilah pemberontakan dari ketiga sahabat-sahabat Ayub.
Ayub memberontak (pasal 3), bukti pemberontakannya, dia bersungut-sungut, berkeluh kesah, mengutuki hari kelahirannya, menyesal diciptakan ke dunia, karena begitu berat beban penderitaan. Sedangkan pemberontakan dari ketiga sahabat Ayub, tidak berkata benar tentang Tuhan. Itu sebabnya Tuhan berencana hendak menghukum ketiga sahabat Ayub (Elifas, Bildad, Sofar).
Kesimpulannya:
-         Pemberontakan Ayub adalah: mengutuki hari kelahirannya.
-      Pemberontakan ketiga sahabat Ayub adalah: mereka tidak berkata benar tentang Tuhan kepada Ayub.

Dampak  negatif dari anak-anak pemberontak.
Yesaya 30:1
(30:1) Celakalah anak-anak pemberontak, demikianlah firman TUHAN, yang melaksanakan suatu rancangan yang bukan dari pada-Ku, yang memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh dorongan Roh-Ku, sehingga dosa mereka bertambah-tambah,

Dampak negatifnya: “Celakalah anak-anak pemberontak.”
Pendeknya, orang-orang yang memberontak akan ditimpa celaka. Inilah dampak negatif dari pemberontakan Ayub
dan ketiga sahabat-sahabat Ayub.
Celaka di sini di mulai  dari 3 X 7 penghukuman dari Allah Tri Tunggal (Wahyu 6-16), yaitu:
Celaka yang pertama: penghukuman dari tujuh meterai yang akan dibuka oleh Anak Domba = penghukuman dari Allah Roh Kudus.
Penghukuman ini berlaku bagi mereka yang tidak tekun dalam ibadah raya minggu.

Celaka yang kedua: penghukuman dari tujuh sangkakala, yang akan ditiup oleh tujuh malaikat Allah = penghukuman dari Anak Allah.
Penghukuman ini berlaku bagi mereka yang tidak tekun dalam ibadah pendalaman alkitab, disertai dengan perjamuan suci.

Celaka yang ketiga: penghukuman dari cawan murka Allah yang akan ditumpahkan oleh tujuh malaikat Allah atas bumi = penghukuman dari Allah Bapa.
Penghukuman ini berlaku bagi mereka yang tidak tekun dalam ibadah doa penyembahan.
Dampak dari pemberontakkan, akan mengalami celaka yang berasal dari 3 X 7, penghukuman dari Allah Tri Tunggal.

Ibrani 10:22-24
(10:22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
(10:23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
(10:24) Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.

Iman, harap, dan kasih -> ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok.
-  Ketekunan dalam ibadah pendalaman alkitab disertai dengan perjamuan suci, ibadah ini menghasilkan iman.
-  Ketekunan dalam ibadah raya minggu disertai dengan kesaksian, ibadah ini menghasilkan pengharapan.
-        Ketekunan dalam doa penyembahan, ibadah ini menghasilkan kasih.
Ibrani 10:25
(10:25) Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, artinya tekun dalam tiga macam ibadah pokok. Tidak hanya satu kali pertemuan-pertemuan, artinya jangan jauh dari ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, seperti yang sudah saya sampaikan di atas tadi.
Jangan menjauhkan diri dari setiap pertemuan-pertemuan ibadah, mengingat hari kedatangan Tuhan sudah  tidak lama lagi.
Sekarang ini Indonesia sedang dilanda banjir yang hebat, bukan hanya di satu daerah, tetapi hampir merata di semua daerah.
Bandung, yang tidak pernah terdengar terjadi banjir, karena daerahnya berada di ketinggian. Tetapi sekarang daerah yang tinggi juga sudah banjir, dunia sudah menuju pada kehancurannya, dan fenomena-fenomena yang sekarang ini terjadi, termasuk menimpa negara kita yang kita kasihi ini, bukan suatu kebetulan. Peristiwa Jesica menunjukkan bahwa orang sudah mengabaikan kebenaran, peristiwa Ahok, setelah saya lihat Wahyu 4:11, itu terjadi atas seijin Tuhan.
Kalau kita tidak sungguh-sungguh dan tidak paham ketekunan tiga macam ibadah pokok, habislah dia.
Gereja Tuhan yang tidak mengenal Pengajaran Mempelai (tidak mengenal salib) dalam terang-Nya Tabernakel akan mengalami kesulitan menghadapi 3 X 7 celaka besar, sebagai penghukuman dari Allah trinitas.

Jadi mereka yang tekun dalam tiga macam ibadah pokok, harus saling menasihati, dan juga semakin giat dan tekun dalam tiga macam ibadah pokok, menjelang kedatangan Tuhan yang semakin dekat.
Kalau ada yang lemah, nasihati, dan yang sudah tekun dalam tiga macam ibadah pokok, maka semakin giat terus.

Ibrani 10:26
(10:26 ) Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.

Kalau dengan sengaja meninggalkan ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, maka korban penghapus dosa tidak akan berlaku atas dia, darah Yesus tidak berlaku atas dia.
Terlebih imam, meninggalkan ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, darah Yesus tidak berlaku atas dia, biar bagaimanapun  dia berupaya berbuat baik kepada sesama manusia, darah Yesus tidak berlaku atas dia, saya yakin berkata seperti itu.
Sebaik-baiknya manusia, kalau dia meninggalkan ibadah dan pelayanannya, maka darah Yesus tidak akan berlaku atas dia, walaupun darah Yesus berkuasa.

Ibrani 10:27
(10:27)  Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka.

Selanjutnya, dilemparkan ke dalam lautan api, itulah kematian yang kedua, itu sangat dahsyat dan mengerikan, karena menghanguskan orang durhaka.
Kalau dengan sengaja meninggalkan ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, maka dia akan menghadapi kematian yang kedua, untuk menghanguskan orang-orang durhaka.
Orang-orang yang dikuasai roh pendurhakaan -> orang-orang yang memberontak.
Bersungut-sungut adalah memberontak, merasa diri berhikmat karena sudah lama, sudah tua di penggembalaan dan akhirnya leluasa berbicara dan membuat orang lemah, itu juga pemberontakan. Karena orang seperti ini tidak menghargai ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok dan itu sudah terjadi (Ayub 2:13). Tujuh hari tujuh malam duduk di tanah, tanpa mengucapkan sepatah kata dari mulut mereka, tanpa hari perhentian.
Tiga macam ibadah pokok ini adalah hari perhentian bagi Tuhan. Mari kita menguduskan hari sabat, jangan kita menjauh dari pertemuan-pertemuan, berarti tiga macam ibadah pokok. Tetapi kalau hanya  pertemuan, seperti orang kristen tahu, hanya ibadah raya minggu, cukup satu kali.
Hati-hati, dapur api neraka tujuh kali lebih panas dari pada dapur apapun di muka bumi ini, termasuk dapur api Krakatau steel yang membuat biji baja hangus sampai mencair, lebih panas dari situ.
Lebih panas dari dapur apapun, menghanguskan dan mendahsyatkan. Siapa yang kuat?
Maka jangan coba-coba memberontak, mendurhaka dengan meninggalkan tiga macam ibadah pokok, darah Yesus tidak berlaku atas dia.
Hati-hati bagi yang sudah melayani, saya sudah sampaikan dalam ibadah kaum muda remaja di Serang, justru karunia-karunia itulah dan jabatan-jabatan yang diperoleh tiap-tiap orang, yang menyelamatkan dia.

Jalan keluarnya.
Ayub 2:13
(2:13) Lalu mereka duduk bersama-sama dia di tanah selama tujuh hari tujuh malam. Seorang pun tidak mengucapkan sepatah kata kepadanya, karena mereka melihat, bahwa sangat berat penderitaannya.

Duduk di tanah selama tujuh hari tujuh malam. Hari ketujuh -> hari perhentian bagi Tuhan Allah.
Saat kita masuk pada hari perhentian itu bagaikan duduk di atas tanah, berarti merendahkan diri di hadapan Tuhan -> orang-orang yang menyadari diri sebagai orang berdosa.

Wahyu 8:1
(8:1) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya.

Sunyi senyaplah di sorga -> hari perhentian, itulah hari ketujuh. Sunyi senyap di sini bukan berarti tidak ada kegiatan, itu namanya pemalas.

Kegiatan-kegiatan pada hari perhentian.
Wahyu 8:2-4
(8:2) Lalu aku melihat ketujuh malaikat, yang berdiri di hadapan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala.
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.
(8:4 )Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.

Yang pertama: tujuh sangkakala diberikan kepada malaikat yang ada di hadapan Allah.
Malaikat sidang jemaat adalah gembala sidang, yang harus menyuarakan firman Allah, sama seperti tujuh malaikat dari ketujuh sidang jemaat yang di Asia kecil.
Jadi pekerjaan dari malaikat sidang jemaat adalah; menyuarakan firman Allah, menyampaikan firman Allah dengan baik, dengan benar, dengan terang benderang, seperti tujuh malaikat. Kepada tiap-tiap malaikat meniup satu sangkakala -> malaikat sidang jemaat yang menyuarakan firman Allah, disampaikan dengan terang benderang, dibacakan dengan jelas, diperdengarkan dengan jelas dan dituruti dengan benar sebelum Tuhan datang untuk kali yang kedua, dimana Ia akan tampil sebagai Raja untuk menghakimi segala suku bangsa.
Mendengarkan sangkakala yang ditiupkan dengan terang benderang, maka keadaan sidang jemaat juga terang benderang, ada  dalam terang, tidak ada lagi dosa yang disembunyikan di dalam kegelapan (dosa yang terselubung), sebab semua dosa dibongkar habis oleh firman Tuhan.

Keluaran 19:16-20
(19:16 ) Dan terjadilah pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan.
(19:17)  Lalu Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai Allah dan berdirilah mereka pada kaki gunung.
(19:18) Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena TUHAN turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat.
(19:19 ) Bunyi sangkakala kian lama kian keras. Berbicaralah Musa, lalu Allah menjawabnya dalam guruh.
(19:20)  Lalu turunlah TUHAN ke atas gunung Sinai, ke atas puncak gunung itu, maka TUHAN memanggil Musa ke puncak gunung itu, dan naiklah Musa ke atas.

Jadi, sebelum Tuhan turun ke atas gunung Sinai, terlebih dahulu sangkakala itu diperdengarkan dengan keras, terlebih dahulu firman itu disampaikan dengan terang benderang, supaya keadaan kita terang benderang saat Tuhan datang pada kali yang kedua.
“Bunyi sangkakala kian lama kian keras.” Artinya, semakin lama, bunyi dari pada sangkakala ini ditiup semakin mengeluarkan suara keras. Demikian juga firman Pengajaran Mempelai, semakin lama disampaikan, semakin lama kita digembalakan, semakin kita ditegur habis oleh firman Allah.
Awalnya kita seperti diberikan penginjilan, tetapi semakin lama, semakin ditegur dengan keras. Jadi, jangan saudara semakin lama semakin mundur, semakin lama harus semakin sanggup menerima firman yang keras. Bukan semakin lama, semakin menolak, memberontak, bersungut-sungut, sebab nanti akan terhilang.
Semakin keras ditiupkan, maka kita semakin siap  ditegur oleh firman Allah, sebelum Tuhan turun kembali untuk kali yang kedua, dimana Dia akan tampil sebagai Raja untuk menghakimi segala suku, kaum, bangsa di hadapan-Nya sesuai dengan Matius 25:32-33, bagaikan gembala memisahkan domba dari kambing, domba ditempatkan di sebelah kanan, dan kambing ditempatkan disebelah kiri.

Semakin lama, semakin keras, artinya:
1.     Firman Allah to the point mengoreksi dosa.
2.     Mengadakan penyucian terhadap dosa.

Yang kedua: kepada malaikat itu diberikan banyak kemenyan untuk dibakar, sehingga asap dupa kemenyan itu membumbung naik di hadirat Tuhan -> doa penyembahan.
Doa penyembahan ini adalah kekuatan kita, ketika kita menyembah dengan menggunakan dua lutut, di situ letak kekuatan kita, menghadapi apapun.
Kalau kita  perhatikan Wahyu pasal 11, diberikan perintah kepada dua saksi Allah ( Musa dan Elia), supaya mengukur Bait Suci Allah dengan tongkatnya. Tongkat di sini berarti tongkat kerajaan, yaitu kebenaran.
Jadi ukurannya adalah kebenaran dari sorga, dan yang diukur adalah Bait Suci Allah, dan yang tekun dalam tiga macam ibadah pokok, memuncak sampai kepada doa penyembahan.

Wahyu 11:1
(11:1) Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.

Jadi yang diukur di sini menurut tongkat kerajaan (kebenaran Allah) adalah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya, sampai ibadah itu memuncak kepada doa penyembahan, itulah mezbah.
Jangan sampai kita berfellowship (bersekutu), tetapi tanpa dorongan Roh Kudus, seperti Ayub dan ketiga sahabatnya, selama tujuh hari tujuh malam duduk di atas tanah, tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Bandingkan dengan ayat 2.
Wahyu 11:2
(11:2) Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya."

Ibadah yang tidak memuncak sampai kepada doa penyembahan diserahkan kepada antikris, untuk diinjak-injak selama 3  ½ tahun.
Jadi hargailah hari perhentian, jangan sampai tidak ada kegiatan-kegiatan pada hari perhentian.
Ayub dan ketiga sahabatnya selama tujuh hari tujuh malam duduk di tanah, tanpa mengucapkan sepatah katapun, mereka berdiam, mereka terbawa perasaan karena melihat penderitaan Ayub, berarti terbawa suasana (daging). Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment