KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, November 1, 2016

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 28 OKTOBER 2016



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 28 OKTOBER 2016
“KITAB MALEAKHI”
Subtema: HUKUM-HUKUM PERANG.

Shalom saudaraku.
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita sekaliannya. Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.

Kita kembali memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci dari kitab Maleakhi.
Maleakhi 4: 1
(4:1) Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka.

Terlebih dahulu kita memperhatikan kalimat: “Bahwa sesungguhnya hari itu datang”, ini berbicara tentang kedatangan Yesus Kristus untuk yang kedua kalinya, dimana Ia akan tampil sebagai Raja untuk menghakimi semua bangsa = hari penghakiman.
Sebagai gambaran hari penghakiman: “menyala seperti perapian”, maka yang akan terbakar di sini adalah jerami.
Jerami adalah batang padi/batang gandum yang kering sesudah dituai -> kerohanian yang kering-kering = tidak berbuah, tidak dapat berbuat apa-apa, itulah orang yang jauh dari Tuhan, hidup tanpa persekutuan dengan Tuhan.

Pertanyaannya: Siapakah yang digambarkan seperti jerami?
Yaitu semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami.

Segera saja kita memperhatikan ORANG FASIK dalam...
Maleakhi 3: 15
(3:15) Oleh sebab itu kita ini menyebut berbahagia orang-orang yang gegabah: bukan saja mujur orang-orang yang berbuat fasik itu, tetapi dengan mencobai Allah pun, mereka luput juga."

Perhatikan kalimat berikut ini: “Bukan saja mujur orang-orang yang berbuat fasik itu, tetapi dengan mencobai Allah pun, mereka luput juga”, inilah paham yang dianut oleh orang fasik; suka mencobai Tuhan.
Orang Kristen suka mencobai Tuhan, saat  tertekan, tertindas, dalam pergumulan, beban hidup berat, suka mencobai Tuhan, dengan berkata: “Kalau Tuhan ada, Dia pasti tolong saya”, perkataan ini sama dengan  mencobai Tuhan. Sebaliknya merasa diri hebat, mampu dan kuat, itu juga bagian dari mencobai Tuhan, sebab orang yang merasa diri bisa dan mampu, tidak butuh Tuhan.

Orang fasik dikaitkan dengan PRIBADI SAUL.
1 Samuel 24: 12-13
(24:12) Lihatlah dahulu, ayahku, lihatlah kiranya punca jubahmu dalam tanganku ini! Sebab dari kenyataan bahwa aku memotong punca jubahmu dengan tidak membunuh engkau, dapatlah kauketahui dan kaulihat, bahwa tanganku bersih dari pada kejahatan dan pengkhianatan, dan bahwa aku tidak berbuat dosa terhadap engkau, walaupun engkau ini mengejar-ngejar aku untuk mencabut nyawaku.
(24:13) TUHAN kiranya menjadi hakim di antara aku dan engkau, TUHAN kiranya membalaskan aku kepadamu, tetapi tanganku tidak akan memukul engkau;

Daud berkata kepada Saul: “...walaupun engkau ini mengejar-ngejar aku untuk mencabut nyawaku”.
Pendeknya; Saul berusaha untuk membunuh Daud.

1 Samuel 24: 14
(24:14) seperti peribahasa orang tua-tua mengatakan: Dari orang fasik timbul kefasikan. Tetapi tanganku tidak akan memukul engkau.

Karena Saul berusaha untuk membunuh Daud, maka Daud menyampaikan peribahasa orang tua-tua kepada Saul: “Dari orang fasik timbul kefasikan”, menunjukkan bahwa Saul adalah orang fasik.

Bukti-bukti kefasikan Saul (SERI KEFASIKAN SAUL YANG KETIGA).
1 Samuel 17: 32
(17:32) Berkatalah Daud kepada Saul: "Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu."

Daud berkata kepada Saul: “Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia”.
Perkataan ini menunjukkan bahwa Saul telah menjadi tawar hati karena Goliat orang Filistin itu. Ini adalah kefasikan Saul yang ketiga.

Amsal 24: 10
(24:10) Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.

Jikalau seseorang tawar hati pada masa kesesakan/pada saat menghadapi pergumulan, tanda bahwa kekuatannya sangat kecil sekali di hadapan Tuhan.

Efesus 3: 13
(3:13) Sebab itu aku minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu.

Sesungguhnya, dibalik pergumulan, dibalik kesesakan, dibalik salib, Tuhan menyediakan kemuliaan, supaya kita tidak putus asa. Sebaliknya, dibalik kemuliaan, Tuhan menyediakan salib, supaya kita jangan sombong, tetap rendah hati.

1 Samuel 17: 10-11
(17:10) Pula kata orang Filistin itu: "Aku menantang hari ini barisan Israel; berikanlah kepadaku seorang, supaya kami berperang seorang lawan seorang."
(17:11) Ketika Saul dan segenap orang Israel mendengar perkataan orang Filistin itu, maka cemaslah hati mereka dan sangat ketakutan.

Kalau seorang pemimpin tawar hati dan menjadi takut di dalam kesesakan, maka rakyatnya pun akan menjadi sama.
Sama halnya dalam kandang penggembalaan ini; kalau saya tawar hati dalam kesesakan dan akhirnya menjadi takut, pasti sidang jemaat juga mengalami hal yang sama. Kalau gembala sidang seorang yang pemberani, maka sidang jemaat sebagai kawanan domba Allah juga akan menjadi seorang pemberani.

1 Samuel 17: 23-24
(17:23) Sedang ia berbicara dengan mereka, tampillah maju pendekar itu. Namanya Goliat, orang Filistin dari Gat, dari barisan orang Filistin. Ia mengucapkan kata-kata yang tadi juga, dan Daud mendengarnya.
(17:24) Ketika semua orang Israel melihat orang itu, larilah mereka dari padanya dengan sangat ketakutan.

Ketika bangsa Israel mendengarkan perkataan Goliat, larilah mereka dan ketakutan, tetapi tidak dengan Daud.
Jadi, terlihat sekali perbedaan antara Daud dengan Saul, padahal Daud juga mendengarkan perkataan yang sama yang diucapkan Goliat kepada Saul, tetapi Daud tidak lari, tidak takut, tidak menjadi tawar hati.

Tanda bahwa Saul sedang mengalami ketakutan yang hebat.
1 Samuel 17: 33
(17:33) Tetapi Saul berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit."

Dari mulut orang yang tawar hati, akan mengucapkan kata-kata yang menyebabkan orang lain juga tawar hati.
Dari mulut orang yang benar dan suci pasti keluar perkataan yang benar dan suci. Dari mulut yang najis pasti mengeluarkan kata-kata yang najis. Dari mulut orang munafik, juga pasti keluar kata-kata yang sifatnya kemunafikan.
Demikian halnya dengan Saul; karena dia tawar hati,perkataan yang keluar dari mulutnya membuat orang lain  tawar hati. Ini adalah pemimpin yang tidak baik, tidak pantas, tidak layak menjadi pemimpin.

Kalau sidang jemaat, berada dalam pergumulan yang berat, kemudian seorang gembala membiarkannya ataupun tidak memberi motivasi supaya dia kembali bergairah melayani, itu adalah gembala yang tidak baik.
Tetapi kita melihat di sini, perkataan Saul, justru menyebabkan orang yang mendengarnya tawar hati, melemahkan orang lain. Ini adalah contoh pemimpin yang tidak baik.
Kita semua adalah imam, kita semua adalah pemimpin. Jadilah pemimpin yang baik.
Setiap perkataan yang keluar dari mulut, jangan melemahkan orang lain, jangan menyebabkan orang lain juga tawar hati.

Bandingkan dengan pemimpin yang baik.
Keluaran 14: 10-12
(14:10) Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada TUHAN,
(14:11) dan mereka berkata kepada Musa: "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir?
(14:12) Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini."

Bangsa Israel mengalami ketakutan yang hebat terhadap Firaun dan Mesir, dan oleh karena ketakutan itu mereka tidak dapat melihat rencana Allah yang besar, rencana Allah yang indah, yang akan Tuhan sediakan dalam kehidupan mereka.
Justru sebaliknya, mereka memilih untuk tetap tinggal di Mesir dan rela diperbudak dengan kerja paksa sampai memahitkan hati mereka. Ini adalah pemikiran yang salah.
Apa yang menyebabkan? Karena bangsa Israel mengalami ketakutan yang hebat, menunjukkan bahwa bangsa Israel tawar hati.

Keluaran 14: 13-14
(14:13) Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya.
(14:14) TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja."

Musa berkata kepada bangsa Israel: “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN
Perkataan Musa tidak membuat rakyatnya menjadi tawar hati, justru sebaliknya menjadi seorang yang pemberani.
Musa mengatakan itu kepada bangsa Israel, sebab Tuhan yang akan berperang untuk bangsa Israel, dan mereka diam saja.
Alasan Musa untuk memberi keyakinan yang pasti kepada bangsa Israel, karena dia telah melihat bahwa Tuhan memberi kemenangan bagi bangsa Israel. Tuhan berperang ganti bangsa Israel.
Seorang pemimpin yang baik, dia harus melihat visi dan misi dari Tuhan, harus memiliki pandangan nubuatan yang jauh ke depan. Sama seperti Yohanes Pembaptis, setelah dia melihat Yesus sebagai anak domba yang disembelih untuk menghapus dosa manusia, selanjutnya dia melihat Yesus tampil sebagai raja...Yohanes 1:29-36.

Sekarang kita melihat pemimpin yang lain.
Yosua 23: 6-10
(23:6) Kuatkanlah benar-benar hatimu dalam memelihara dan melakukan segala yang tertulis dalam kitab hukum Musa, supaya kamu jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri,
(23:7) dan supaya kamu jangan bergaul dengan bangsa-bangsa yang masih tinggal di antaramu itu, serta mengakui nama allah mereka dan bersumpah demi nama itu, dan beribadah atau sujud menyembah kepada mereka.
(23:8) Tetapi kamu harus berpaut pada TUHAN, Allahmu, seperti yang kamu lakukan sampai sekarang.
(23:9) Bukankah TUHAN telah menghalau bangsa-bangsa yang besar dan kuat dari depanmu, dan akan kamu ini, seorang pun tidak ada yang tahan menghadapi kamu sampai sekarang.
(23:10) Satu orang saja dari pada kamu dapat mengejar seribu orang, sebab TUHAN Allahmu, Dialah yang berperang bagi kamu, seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu.

Yosua berkata kepada bangsa Israel: “Bukankah TUHAN telah menghalau bangsa-bangsa yang besar dan kuat dari depanmu”->ketujuh penduduk negeri tanah Kanaan.
Untuk yang kedua kali Yosua berkata: “Satu orang saja dari pada kamu dapat mengejar seribu orang”.
Yosua menguatkan hati bangsa Israel karena Tuhan yang berperang ganti Israel, pendeknya dia telah melihat kemenangan yang telah Tuhan berikan kepada bangsa Israel.

Kesimpulannya:
Musa melepaskan bangsa Israel dari Mesir dan Firaun, itulah dosa yang di belakang.
Mesir dan Firaun -> dosa masa lalu. Mesir = dunia dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya, sedangkan Firaun adalah gambaran dari Iblis/Setan, itu adalah dosa masa lalu, sebelum kita dipanggil di dalam Tuhan.
Yosua mengalahkan atau menghalau tujuh penduduk negeri Kanaan, yaitu bangsa-bangsa yang besar dan kuat.
Tujuh penduduk negeri -> dosa di depan, yaitu penyembahan berhala dan dosa kenajisan.
Justru setelah kita dipanggil, berada dalam terangnya yang ajaib, dosa yang harus dihadapi adalah penyembahan berhala dan kenajisan.

Ketika bangsa Israel tidak mengindahkan apa yang dikatakan Yosua kepada mereka, akhirnya bangsa Israel bergaul dengan tujuh penduduk negeri tanah Kanaan, dan jatuh dalam penyembahan berhala.
Setelah mereka jatuh dalam penyembahan berhala, tidak lama kemudian mereka dibuang ke Babel, jatuh dalam dosa kenajisan, itu dosa di depan.
Justru setelah di dalam Tuhan, yang menjadi musuh utama adalah penyembahan berhala dan dosa kenajisan.
Tuhan sudah sediakan hari perhentian, kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel, terkena pada tiga macam alat yang ada dalam ruangan suci -> ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, tetapi justru tiga macam ibadah pokok ini kita abaikan karena berhala. Tetapi jangan salah, kalau seseorang sudah jatuh dalam penyembahan berhala, dia sama dengan binatang yang ditunggangi oleh perempuan kekejian, artinya; ditunggangi dosa kenajisan. Manusia tanpa roh = binatang.
Biarlah kita hidup dalam roh, memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus.
Hidup dalam Roh Kudus = ada di dalam kegiatan roh yaitu ibadah dan pelayanan.

Musa dan Yosua dapat mengalahkan musuh-musuh mereka, karena mereka telah melihat kemenangan yang telah Tuhan berikan kepada mereka. Yesus telah mengalahkan musuh abadi, Ia telah meremukkan kepala ular dengan tumit-Nya di atas kayu salib 2016 tahun yang lalu.

Sejenak kita melihat; HUKUM-HUKUM PERANG.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang hukum-hukum perang. Imam juga disebut seorang pemimpin, harus mengetahui hukum-hukum perang supaya menjadi pemimpin yang baik dalam peperangan.

Ulangan 20: 1
(20:1) "Apabila engkau keluar berperang melawan musuhmu, dan engkau melihat kuda dan kereta, yakni tentara yang lebih banyak dari padamu, maka janganlah engkau takut kepadanya, sebab TUHAN, Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir, menyertai engkau.

Seorang prajurit/tentara Tuhan apabila melihat tentara musuh lebih banyak, tidak perlu takut kepadanya, karena Tuhan yang berperang ganti kita.

Ulangan 20: 2-3
(20:2) Apabila kamu menghadapi pertempuran, maka seorang imam harus tampil ke depan dan berbicara kepada rakyat,
(20:3) dengan berkata kepada mereka: Dengarlah, hai orang Israel! Kamu sekarang menghadapi pertempuran melawan musuhmu; janganlah lemah hatimu, janganlah takut, janganlah gentar dan janganlah gemetar karena mereka,

Apabila menghadapi pertempuran, seorang imam (seorang pemimpin) harus menunjukkan sikapnya di hadapan Tuhan dan di hadapan bangsanya dengan dua hal:
YANG PERTAMA: “SEORANG IMAM HARUS TAMPIL KE DEPAN”.
Arti rohaninya; menjadi teladan atau dapat memberi contoh yang baik.

Sekarang kita lihat TELADAN YESUS KRISTUS.
Yohanes 13: 13-15
(13:13) Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.
(13:14) Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu;
(13:15) sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.

Yesus telah memberi teladan kepada dua belas murid, yaitu bahwa Yesus yang adalah guru dan Tuhan telah membasuh kaki murid-murid-Nya.
Jadi, kalau Yesus yang adalah Tuhan dan guru mau membasuh murid, maka seorang pemimpin juga harus memberi teladan dalam hal membasuh kaki sesama.
Membasuh kaki sesama, artinya; mengampuni sesama, berarti hidup di dalam  kasih, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa dan kasih itu juga mengikat dan mempersatukan sampai akhirnya untuk menyempurnakan.
Jadi, dalam hal pengampunan ini kaitannya dengan salib. Memikul salib di tengah-tengah ibadah dan pelayanan pasti mampu mengampuni sesama.
Kalau seseorang melayani Tuhan, tetapi tidak mengampuni kesalahan orang lain, itu yang disebut kebangkitan palsu karena kematiannya palsu. Kalau kematiannya palsu, maka kebangkitannya juga palsu.

Kita lihat sejenak ketika Yesus membasuhi kaki murid-murid.
Yohanes 13: 4-5
(13:4) Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya,
(13:5) kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.

Proses ketika Yesus membasuh kaki murid-murid:
1. Menanggalkan jubah-Nya".
     = tidak mempertahankan hak sebagai milik yang harus dipertahankan. Jubah itu kebesaran.
2. Mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya”.
     Lenan halus yang terikat pada pinggang, artinya; seorang hamba tidak menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan  
     (Yesaya 11: 5).
     Berikat pinggang -> hamba yang sedang melayani Tuhan.

Setelah Yesus membasuh kaki murid-murid, selanjutnya Ia menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya.
Jadi, kalau seorang hamba tidak menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, dia dapat mengampuni sesamanya termasuk membersihkan orang lain/membenarkan orang lain.
Banyak di antara kita hanya bisa mengampuni, tetapi tidak terlihat tanda bahwa ia mengampuni, sebab ia tidak mau diikat dengan kasih Allah untuk menjadi satu anggota tubuh seutuhnya di hadapan Tuhan, seperti jawab Yesus kepada Petrus: Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku”...Yohanes 13:8.
Sesungguhnya kalau anggota tubuh diikat oleh kasih, maka akan terlihat kasih mesra. Tidak boleh hanya mengampuni tetapi tidak diikat dengan kasih Allah.

Yohanes 13: 10
(13:10) Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua."

“Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi, selain membasuh kakinya...”
Berarti, mengampuni dan mengasihi adalah hal yang wajib dilakukan.

Yohanes 13: 7
(13:7) Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak."

Perkataan Yesus kepada Simon Petrus “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak”, supaya kita mengerti, biarlah kita mengikuti teladan Yesus Kristus.

1 Petrus 2: 21-23
(2:21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
(2:22) Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.
(2:23) Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.

Kita dipanggil, dilepaskan dari kegelapan dosa dan sekarang berada dalam terang-Nya yang ajaib supaya kita mengikuti teladan yang ditinggalkan-Nya.
Teladan yang ditinggalkan-Nya, antara lain:
1.  Ia tidak berbuat dosa” = suci, bahkan sempurna.
2.  Tipu tidak ada dalam mulut-Nya” = tidak ada dusta dan tipu daya dalam perkataan-Nya.
     Bapa dari segala dusta adalah Iblis/Setan. Kalau seseorang berdusta, menandakan ia adalah anak dari Iblis/Setan.
     Kalau tidak ada dusta dan tipu daya, maka tidak suka memelintir perkataan. Kadang kita ini sekalipun telah menerima     
     Pengajaran mempelai, suka memelintir perkataan; langsung menjawab kata-kata yang indah, tetapi tidak nyata dalam
     hal praktek, itu adalah kata-kata dusta.
     Jadi, dusta itu suka memelintir, suka memegahkan suatu perkataan tetapi tidak dilaksanakan.
3.  Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki” = tidak membalas kejahatan dengan kejahatan =   
     terlepas dari hukum Taurat.
4.  Ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil
     Menyerahkan segala persoalan hidup ke dalam tangan Tuhan.

Pendeknya; Yesus telah meninggalkan teladan, yaitu: belas kasih atau kasih karunia kepada kita.
Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan berarti telah meninggalkan teladan yang baik, yaitu menganugerahkan kasih karunia-Nya kepada kita.
Kalau kita terus mengikuti teladan Yesus, kita akan melihatnya. Tadi Yesus berkata kepada Simon: “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak”, inilah yang Dia maksud, Yesus telah menyatakan kasih karunia-Nya dan menaruh belas kasih kepada kita semua kalau kita mengikuti teladan-Nya.

Sekarang kita melihat; TELADAN RASUL PAULUS.
2 Tesalonika 3: 7-9
(3:7) Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu,
(3:8) dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun di antara kamu.
(3:9) Bukan karena kami tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti.

Rasul Paulus menjadi teladan yang baik bagi sidang jemaat di Tesalonika karena dia bekerja keras untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan di antara sidang jemaat di Tesalonika, supaya jemaat di Tesalonika juga kiranya mengikuti teladan dari Rasul Paulus.
Makan dari hasil kerja keras, berarti cukupkanlah diri dari gaji/penghasilan. Ibadah kalau disertai dengan rasa cukup, akan memberi keuntungan yang besar, syaratnya: asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.

Barulah kita melihat ...
Filipi 3: 7-9,17
(3:7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
(3:8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,
(3:9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.
Filipi 3: 17
(3:17) Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.

Juga Rasul Paulus menjadi teladan bagi sidang jemaat di Filipi.
Rasul Paulus menganggap semua kemampuan daging, potensi daging, semua yang ada di belakang menjadi sampah, supaya ia memperoleh Kristus dan kebenaran, sehingga dengan demikian menjadi contoh teladan. Kalau seseorang tidak memiliki Kristus, tidak memiliki kebenaran, tidak akan bisa menjadi contoh teladan, sekalipun memiliki kelebihan-kelebihan secara lahiriah.

YANG KEDUA: SEORANG IMAM HARUS BERBICARA KEPADA BANGSA ISRAEL”.
Adapun perkataan yang harus disampaikan seorang imam (pemimpin) kepada bangsa Israel, yaitu:“Janganlah lemah hatimu, janganlah takut, janganlah gentar, janganlah gemetar karena mereka.”

Ulangan 20: 4
(20:4) sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kamu untuk berperang bagimu melawan musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan kepadamu.

Dia mengucapkan kata-kata di atas tadi, karena seorang imam (pemimpin) telah melihat kemenangan yang telah Tuhan berikan kepada bangsa Israel.Jadi, bukan dengan tanpa alasan dia berkata seperti itu.
Melihat kemenangan yang telah Tuhan berikan, persamaannya: jikalau Tuhan di pihak kita, maka siapakah yang akan melawan kita?

Roma 8: 31-32
(8:31) Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?
(8:32) Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?

Allah telah menyerahkan Anak-Nya yang tunggal bagi kita untuk mengaruniakan segala sesuatu bagi kita bersama dengan Dia, termasuk kemenangan yang telah Tuhan karuniakan.
Jadi, Allah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu kepada manusia dan mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama dengan Dia (Anak Allah), termasuk kemenangan, sehingga pertanyaan: “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”, jawabnya “TIDAK ADA”.
Dalam kesesakan, dalam pergumulan, dalam penderitaan, dalam kesukaran di tengah ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita, jangan tawar hati dan jangan menjadi takut. Lihatlah, Tuhan telah memberikan kemenangan bagi kita, tinggal persoalannya; kita mau maju berperang atau mundur?
Lewat pemberitaan firman ini, saya semakin diyakinkan untuk terus berjuang bersama dengan Tuhan, dan saya semakin tidak takut lagi. Justru apa yang ditakutkan, dicemaskan seseorang, itu yang mendatangi seseorang.
Pikul saja salib, kalau biasa pikul salib dan merendahkan diri, apa pun yang ada di dunia ini tidak ada yang kita takuti, sebab jaminannya adalah salib. Saya semakin diyakinkan, sehingga tidak ada keragu-raguan untuk terus berjuang, bersama dengan Dia, kita pasti menang.
Dia karuniakan segala sesuatu, termasuk kemenangan Tuhan berikan kepada kita. Tidak perlu takut, tidak perlu ragu.

Roma 8: 33-34
(8:33) Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?
(8:34) Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?

Ada dua pertanyaan yang dijawab oleh kasih Allah:
1. “Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah?”
    Jawabnya: tidak ada, sebab Allah sendiri yang akan membenarkan orang-orang pilihan. Inilah bukti Tuhan di pihak kita.
2. “Siapakah yang akan menghukum orang-orang pilihan Allah?
    Jawabnya: tidak ada, sebab Kristus Yesus telah mati, hari ketiga Dia bangkit, kemudian Dia naik dipermuliakan, duduk di   
    sebelah kanan Allah Bapa, sebagai Pembela bagi orang-orang pilihan. Tidak ada yang bisa menghukum kita, sebab hanya
    Tuhan yang menentukan segala sesuatunya. Bagi orang-orang pilihan.

Orang-orang pilihan -> Imamat rajani = bangsa yang kudus, milik kepunyaan Allah.

Roma 8: 35-36
(8:35) Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
(8:36) Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."

Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Tidak ada, sekalipun menghadapi tujuh perkara tadi, karena orang-orang pilihan siap untuk menjadi domba sembelihan, sangkal diri dan pikul salib, sampai akhirnya orang-orang pilihan itu lebih dari pemenang.
Malam ini kita ibarat seperti dicharge, digairahkan kembali oleh Tuhan, diberi kekuatan yang baru.

Kesimpulannya; seorang pemimpin berbicara kepada bangsa Israel -> orang-orang yang mengasihi Dia, orang-orang yang tidak terpisahkan dari kasih Allah sampai rela menjadi domba sembelihan, sehingga dengan demikian, perkataan dan perbuatannya sama.

Kita kembali memperhatikan HUKUM-HUKUM PERANG.
Ulangan 20: 5-8
(20:5) Para pengatur pasukan haruslah berbicara kepada tentara, demikian: Siapakah orang yang telah mendirikan rumah baru, tetapi belum menempatinya? Ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya jangan ia mati dalam pertempuran dan orang lain yang menempatinya.
(20:6) Dan siapa telah membuat kebun anggur, tetapi belum mengecap hasilnya? Ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya jangan ia mati dalam pertempuran dan orang lain yang mengecap hasilnya.
(20:7) Dan siapa telah bertunangan dengan seorang perempuan, tetapi belum mengawininya? Ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya jangan ia mati dalam pertempuran dan orang lain yang mengawininya.
(20:8) Lagi para pengatur pasukan itu harus berbicara kepada tentara demikian: Siapa takut dan lemah hati? Ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya hati saudara-saudaranya jangan tawar seperti hatinya.

Para pengatur pasukan (pemimpin) harus berbicara kepada tentara Tuhan tentang empat perkara, yaitu:
1. Siapakah orang yang telah mendirikan rumah baru, tetapi belum menempatinya?”
     Mendirikan rumah baru, tetapi belum menempatinya, berarti rumah kosong.

     Matius 12: 43-45
     (12:43) "Apabila roh jahat keluar dari manusia, ia pun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya.
     (12:44) Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan rapi teratur.
     (12:45) Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat ini."

Keadaan rumah itu kosong, bersih, tersapu, kemudian rapi teratur.
Bersih, tersapu, rapi teratur itu baik, tetapi tidak ada artinya kalau rumah itu kosong.
Kosong, arti rohaninya; Allah tidak berdiam di dalam bait-Nya.
Bersih, tersapu, dan rapi teratur -> orang yang menjalankan ibadah dan pelayanan secara lahiriah, seperti;
-  Ahli-ahli Taurat; mengerti firman tetapi tidak menjadi pelaku.
-  Orang-orang Farisi; melayani dengan wibawa mereka tetapi penuh dengan kemunafikan.
   Secara aturan lahiriah bagus, rapi dan teratur, tetapi apa artinya kalau kosong, Tuhan tidak diam dalam hidupnya,
   firman tidak mendarah daging, dan penuh dengan kemunafikan. Justru itu membahayakan diri seorang pelayan Tuhan.
Kalau seseorang berbuat jahat sebelum dia dipanggil, itu adalah hal yang wajar, mengapa? Karena tidak mengetahui dan
mengenal kebenaran.
Tetapi, apabila seseorang telah dipanggil dari kegelapan, dilepaskan dari dosa kejahatan, kemudian berada dalam
terang-Nya yang ajaib, namun pada akhirnya kembali mengulangi kesalahan yang sama, itu adalah kejahatan yang
sempurna, tujuh kali lebih jahat dari yang pertama.

     Sama seperti roh jahat; setelah lepas, kemudian ia mencari tempat yang tandus, tetapi ketika dia tidak melihat, dia ingin
     kembali dan pada saat dia kembali, dia melihat rumah itu kosong, lalu diajaknyalah tujuh roh yang lain, yang lebih jahat
     lagi.
     Kita juga anak-anak Tuhan, dulu sebelum dipanggil masih berada dalam kegelapan dan banyak dosa disembunyikan di
     situ, hal itu wajar saja, karena tidak mengenal kebenaran, tetapi setelah dipanggil dan berada dalam terang yang ajaib
     namun kembali lagi mengulangi kesalahan yang sama, itu kejahatannya sempurna.

Maka seorang pemimpin harus berkata kepada orang yang seperti ini: “Ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya
jangan ia mati dalam pertempuran dan orang lain yang menempatinya
Orang yang seperti ini tidak boleh diikutsertakan dalam pelayanan supaya ia tidak tewas dan orang lain (roh jahat dan roh najis) yang akan menempatinya.

2.  Siapa telah membuat kebun anggur, tetapi belum mengecap hasilnya?
     Untuk mendapat suatu pengertian, kita akan bandingkan dengan ayat lain.
     Imamat 19: 23-25
     (19:23) Apabila kamu sudah masuk ke negeri itu dan menanam bermacam-macam pohon buah-buahan, janganlah kamu memetik buahnya selama tiga tahun dan jangan memakannya.
     (19:24) Tetapi pada tahun yang keempat haruslah segala buahnya menjadi persembahan kudus sebagai puji-pujian bagi TUHAN.
(19:25) Barulah pada tahun yang kelima kamu boleh memakan buahnya, supaya hasilnya ditambah bagimu; Akulah
TUHAN, Allahmu.

Selama tiga tahun, bangsa Israel tidak boleh memetik dan makan buah yang ditanam oleh mereka.
Kemudian, tahun yang keempat, haruslah segala buah menjadi persembahan kudus sebagai puji-pujian bagi Tuhan.
Kesimpulannya; membuat kebun anggur tetapi belum mengecap hasilnya, berarti ibadah dan pelayannnya belum menjadi persembahan kudus sebagai puji-pujian bagi Tuhan.
     Orang yang seperti ini juga ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya ia jangan mati dalam pertempuran, dan orang lain yang mengecap hasilnya.

3.  “Siapa yang telah bertunangan dengan seorang perempuan, tetapi belum mengawininya?”
Bertunangan tetapi belum mengawininya, artinya; belum dewasa rohani.
Kalau hanya bertunangan, dari sejak usia 17 tahun sudah bisa dipertunangkan, atau dari sejak remaja, bahkan bisa saja dari sejak lahir sudah dipertunangkan, tetapi belum kawin = belum dewasa.

Seorang anak Tuhan yang belum dewasa rohani, tidak dapat bertanggung jawab dengan tugas yang dipercayakan kepadanya.

Ulangan 24: 5
(24:5) Apabila baru saja seseorang mengambil isteri, janganlah ia keluar bersama-sama dengan tentara maju berperang atau dibebankan sesuatu pekerjaan; satu tahun lamanya ia harus dibebaskan untuk keperluan rumah tangganya dan menyukakan hati perempuan yang telah diambilnya menjadi isterinya."
Apabila seseorang baru menikah, tidak boleh berperang selama satu tahun, untuk memperhatikan keperluan-keperluan rumah tangganya = bertanggung jawab -> kedewasaan rohani.
Sedangkan orang yang masih bertunangan, boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya ia jangan mati dalam pertempuran dan orang lain yang mengawininya. Itu bagaikan pembangunan tubuh Babel; orang lain yang mengawininya, roh najis yang berkuasa.

4.  “siapa takut dan lemah hati”
Takut dan lemah hati = tawar hati, tidak mempunyai keberanian untuk melawan musuh.
Ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya hati saudara-saudaranya jangan tawar seperti hatinya.
1 Samuel 17: 9-10
(17:9) Jika ia dapat berperang melawan aku dan mengalahkan aku, maka kami akan menjadi hambamu; tetapi jika aku dapat mengungguli dia dan mengalahkannya, maka kamu akan menjadi hamba kami dan takluk kepada kami."
(17:10) Pula kata orang Filistin itu: "Aku menantang hari ini barisan Israel; berikanlah kepadaku seorang, supaya kami berperang seorang lawan seorang."

Goliat orang Filistin itu menantang tentara Tuhan, barisan Tuhan, dengan berperang seorang lawan seorang.
Konsekuensinya: siapa yang kalah, bangsanya menjadi hamba dari bangsa orang yang menang itu.

Sekarang kita lihat bagaimana respon Saul mendengar pernyataan ini.
1 Samuel 17: 11
(17:11) Ketika Saul dan segenap orang Israel mendengar perkataan orang Filistin itu, maka cemaslah hati mereka dan sangat ketakutan.

Saul cemas hati dan sangat ketakutan mendengarkan tantangan dari Goliat, orang Filistin itu, menandakan bahwa Saul tawar hati.
Ketika Saul takut dan cemas hati, rakyat itu pun takut dan cemas hati, dan rakyatpun dirugikan.
Kalau gembalanya pemberani, maka sidang jemaat yang dilayani pasti pemberani. Kalau gembalanya tulus, pasti sidang jemaatnya tulus. Kalau gembalanya menjaga kesucian, pasti sidang jemaatnya juga akan menjaga kekudusan. Kalau gembalanya rajin, pasti sidang jemaat yang dilayani juga rajin. Tetapi kalau gembalanya takut dan cemas hati, maka sidang jemaatnya pun takut dan cemas hati.

Tadi dalam Amsal 20: 10, kalau tawar hati dalam kesesakan, kecillah kekuatanmu. Demikian juga dalam Efesus 3: 13, dibalik salib Tuhan menyediakan kemuliaan bagi kita. Sejauh mana kita turun direndahkan ke dunia orang mati, sejauh itu Tuhan akan meninggikan kita. Pantulan kebangkitan itu sejauh kita ditekan, sejauh kita mengalami sengsara salib, itulah pengalaman kematian, sampai kita pantas menerima kelayakan dari Tuhan, (dipermuliakan).
Jadi, jangan dulu kecil hati, kecut hati, jangan lantas tawar hati, disaat menghadapi pergumulan, sebab dibalik salib Tuhan akan menyediakan kemuliaan. Percayalah kepada firman.

2 Korintus 4: 16
(4:16) Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.

Rasul Paulus tidak tawar hati saat menghadapi maut sekalipun. Tidak tawar hati ketika manusia lahiriahnya merosot.
Ketika manusia batiniah dibaharui dari sehari ke sehari, maka manusia lahiriah akan semakin merosot, daging kita akan semakin merosot, namun sekalipun demikian Rasul Paulus tidak tawar hati dalam menghadapi maut, dalam menghadapi kesesakan. Itu memang konsekuensi supaya manusia batiniah dibaharui dari sehari ke sehari, yaitu memikul salib.
Jika tidak pikul salib, tidak akan ada pembaharuan manusia batiniah.

Ulangan 28: 28-30
(28:28) TUHAN akan menghajar engkau dengan kegilaan, kebutaan dan kehilangan akal,
(28:29) sehingga engkau meraba-raba pada waktu tengah hari, seperti seorang buta meraba-raba di dalam gelap; perjalananmu tidak akan beruntung, tetapi engkau selalu diperas dan dirampasi, dengan tidak ada seorang yang datang menolong.
(28:30) Engkau akan bertunangan dengan seorang perempuan, tetapi orang lain akan menidurinya. Engkau akan mendirikan rumah, tetapi tidak akan mendiaminya. Engkau akan membuat kebun anggur, tetapi tidak akan mengecap hasilnya.

Bertunangan dengan seorang perempuan tetapi orang lain menidurinya. Mendirikan rumah tetapi tidak akan mendiaminya. Membuat kebun anggur tetapi tidak mengecap hasilnya.
Itu adalah orang-orang yang terkutuk, yang tidak mengandalkan Tuhan, tidak mendengar firman dan tidak melakukannya, sebab hatinya jauh dari Tuhan. Orang yang terkutuk adalah orang yang tidak mengandalkan salib. Kutuk hanya bisa dipatahkan di atas kayu salib. Itulah orang-orang yang kalah tadi.
Maka, seorang pemimpin pasukan, dia harus berbicara kepada tentaranya dengan kata-kata yang memberi pengaruh yang positif.

Akibat tawar hati.
1 Samuel 17: 33
(17:33) Tetapi Saul berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit."

Kata Saul kepada Daud: “Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit”.
Perkataan ini menunjukkan bahwa Saul tidak melihat kemenangan yang diberikan Tuhan kepada dia dan bangsa Israel = pesimis, tidak optimis, tidak percaya diri, kalah sebelum berperang.

Perkataan Saul dibagi menjadi dua bagian:
1.  Sebab engkau masih muda”.
Saudaraku, kemampuan seseorang untuk menghadapi musuh, termasuk pergumulan-pergumulan, tidak diukur dari usia, apakah orang itu masih muda atau sudah tua.
Perkataan Saul kita bandingkan dengan firman Allah dalam ...
1 Timotius 4: 12
(4:12) Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
Nasihat Rasul Paulus: Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu, sehingga dengan teladan-teladan ini, seorangpun tidak menganggap Timotius rendah karena usianya masih muda.
Kalau kita menjadi teladan, orang tidak menganggap remeh orang muda. Usia boleh muda, tetapi kalau kita menjadi teladan, menjadi kesaksian, orang tidak akan menganggap remeh orang muda.
Banyak orang Kristen sampai tua tidak bisa membuka Alkitab, bagaimana mungkin bisa menjadi teladan? Sedangkan untuk menjadi teladan harus membaca, lalu ada keinginan untuk dengar sampai melakukan firman Tuhan.
Berarti firman Tuhan bertolak belakang dengan perkataan Saul.

1 Korintus 2: 1-5
(2:1) Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu.
(2:2) Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.
(2:3) Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar.
(2:4) Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh,
(2:5) supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.

Kita membutuhkan pemberitaan firman tentang salib Kristus bukan semata-mata hanya pemberitaan dengan kata-kata yang indah saja, supaya kita tidak bergantung pada hikmat manusia, tetapi bergantung kepada kekuatan Allah yang bersumber dari salib Kristus.
Saul berkata: “engkau masih muda”, menunjukkan bahwa Saul mengandalkan hikmat dan kekuatan manusia, dia tidak melihat kemenangan yang Tuhan berikan di atas kayu salib. Oleh sebab itu, kita tidak membutuhkan hikmat manusia karena itu tidak memberikan kekuatan, kita membutuhkan pemberitaan firman tentang salib untuk memberi kekuatan.
Sekalipun usia kita masih muda, tetapi kita tetap kuat, tidak dianggap rendah, karena kita menjadi teladan.

2.  Sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit
Saul mengukur kekuatan seseorang dari sudut waktu atau lamanya.
Kita bandingkan dengan firman Tuhan, apakah perkataan Saul ini benar atau tidak.
Ibrani 5: 11-14
(5:11) Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan.
(5:12) Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras.
(5:13) Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil.
(5:14) Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.

Kalau seseorang masih memerlukan susu, asas-asas pokok atau dasar-dasar pokok tentang penyataan Allah sekalipun bertahun-tahun ikut Tuhan, tidak akan menjadi jaminan untuk menjadi seorang pengajar, tidak akan pernah menjadi guru.
Sebaliknya, kalau seseorang lebih menyukai makanan keras, maka makanan keras inilah yang akan mendewasakan seseorang, dan ia akan menjadi seorang pengajar yang baik.
Jadi, perkataan Saul bertentangan dengan kebenaran firman.

Goliat dari sejak muda sudah menjadi prajurit, maka Saul berkata kepada Daud: “tidak mungkin engkau akan mengalahkan dia”.
Perlu saya tandaskan, kalau seseorang masih memerlukan susu, sekalipun bertahun-tahun ikut Tuhan, tidak mau ditegor secara to the point oleh firman yang keras, tidak mungkin menjadi pengajar, sebaliknya kalah, kalah dan kalah dan tidak berdaya dalam menghadapi pergumulan. Ini harus sungguh-sungguh diperhatikan, jangan dengar perkataan manusia.
Kalau mau memutuskan sesuatu, tanya Tuhan dulu, jangan gegabah, jangan seperti orang fasik.

Ciri-ciri orang yang tawar hati.
1 Samuel 17: 38-39
(17:38) Lalu Saul mengenakan baju perangnya kepada Daud, ditaruhnya ketopong tembaga di kepalanya dan dikenakannya baju zirah kepadanya.
(17:39) Lalu Daud mengikatkan pedangnya di luar baju perangnya, kemudian ia berikhtiar berjalan, sebab belum pernah dicobanya. Maka berkatalah Daud kepada Saul: "Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya." Kemudian ia menanggalkannya.

Saul mengenakan baju perangnya kepada Daud, ditaruhnya ketopongnya = memperlengkapi Daud dengan senjata perang yang dia miliki, arti rohaninya; mengandalkan manusia dan kekuatannya sendiri, termasuk pengalamannya sendiri, ini sangat bertolak belakang dengan kebenaran.
Pengalaman seseorang dalam mengikuti Tuhan dalam kandang penggembalaan tentu berbeda-beda, apalagi pengalaman orang yang tidak tergembala pun berbeda-beda. Tetapi karena dia tidak melihat kemenangan yang Tuhan berikan kepada bangsa Israel, akhirnya Saul memberikan jubahnya, ketopongnya, dia mengandalkan manusia dan kekuatannya sendiri, termasuk pengalamannya. Ini tidak benar.

1 Samuel 10: 1
(10:1) Lalu Samuel mengambil buli-buli berisi minyak, dituangnyalah ke atas kepala Saul, diciumnyalah dia sambil berkata: "Bukankah TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja atas umat-Nya Israel? Engkau akan memegang tampuk pemerintahan atas umat TUHAN, dan engkau akan menyelamatkannya dari tangan musuh-musuh di sekitarnya. Inilah tandanya bagimu, bahwa TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja atas milik-Nya sendiri:

Tanda pengurapan: menyelamatkan bangsa Israel dari tangan musuh-musuh di sekitarnya, termasuk Filistin dan Amalek, dan pengurapan itu menunjukkan bahwa dia sedang diperlengkapi dengan perlengkapan rohani, tandanya; menyelamatkan bangsa Israel dari tangan musuh yang di sekitarnya.
Itulah pengurapan dari Tuhan; memperlengkapi seorang imam, memperlengkapi seorang pemimpin di tengah ibadah dan pelayanan, di tengah pergumulan, di tengah segala sesuatu yang sedang dihadapi, tidak perlu mengandalkan manusia dan kekuatannya sendiri, apalagi mengandalkan orang fasik seperti Saul. Pengalaman orang fasik dengan orang yang tergembala bertolak belakang.
Berapa kali orang pintar berbicara di televisi, tetapi bagi saya salib yang benar.

Jalan keluarnya.
1 Samuel 17: 33-34
(17:33) Tetapi Saul berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit."
(17:34) Tetapi Daud berkata kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya,

Daud berkata kepada Saul: “Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya”.
Daud tidak mengandalkan manusia dan kekuatannya dan tidak mengandalkan perlengkapan Saul, sebaliknya menggunakan pengalaman ketika ia tergembala, digembalakan oleh gembala agung.
Daud tidak tawar hati karena dia menggunakan pengalaman semasa tergembala, yang tertulis di dalam Mazmur 23, Yesus adalah gembalaku, tak kan kekurangan aku baik secara rohani dan lahiriah, kemudian dibaringkan di atas padang rumput yang hijau, menikmati firman penggembalaan, dituntun pada air yang jernih, berarti hidup dalam pimpinan/ tuntunan Roh Kudus, sampai akhirnya gada dan tongkatmu yang menghibur aku, sekalipun berjalan dalam lembah kekelaman, berjuang menghadapi musuh, dia tetap berkemenangan, itulah pengalaman Daud, bagaikan kebajikan dan kemurahan mengikuti dia seumur hidupnya.
Gunakanlah pengalaman ini. Jangan lari dari penggembalaan, kita rugi kalau tidak tergembala. Jangan andalkan daging dan kekuatan manusia. Andalkan Tuhan.

1 Samuel 17: 12-15
(17:12) Daud adalah anak seorang dari Efrata, dari Betlehem-Yehuda, yang bernama Isai. Isai mempunyai delapan anak laki-laki. Pada zaman Saul orang itu telah tua dan lanjut usianya.
(17:13) Ketiga anak Isai yang besar-besar telah pergi berperang mengikuti Saul; nama ketiga anaknya yang pergi berperang itu ialah Eliab, anak sulung, anak yang kedua ialah Abinadab, dan anak yang ketiga adalah Syama.
(17:14) Daudlah yang bungsu. Jadi ketiga anak yang besar-besar itu pergi mengikuti Saul.
(17:15) Tetapi Daud selalu pulang dari pada Saul untuk menggembalakan domba ayahnya di Betlehem.

Daud selalu pulang untuk menggembalakan kambing domba ayahnya di Betlehem, artinya: selalu ingat kandang penggembalaan.
Sesibuk-sibuknya kita di dunia ini, kita harus kembali ke dalam kandang penggembalaan.
Berbeda dengan ketiga abangnya, Eliab, Abinadab dan Syama selalu mengikuti Saul berperang ke mana saja, tetapi Daud selalu kembali ke kandang penggembalaan, mengutamakan penggembalaan, menikmati kemurahan, di situ dia memperoleh kekuatan.
Kalau kita terus berperang, terus bekerja, habis amunisi kita. Tetapi di tengah-tengah kesibukan dunia ini, lalu kita kembali ke dalam kandang penggembalaan, maka kita akan memperoleh kekuatan yang baru.
Mungkin hari-hari yang lalu kita telah menghadapi masalah dan kalah, tetapi pada saat kita kembali ke dalam kandang penggembalaan, kita dipulihkan dan dikuatkan oleh Tuhan kembali.
Maka kalau saya tidak tergembala, kerohanian saya akan kering-kering sekali. Saya harus tergembala, sama-sama kita digembalakan, Yesus adalah Gembala Agung.

Kuasa dalam penggembalaan.
1 Samuel 17: 34-36
(17:34) Tetapi Daud berkata kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya,
(17:35) maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya.
(17:36) Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup."

Oleh karena pengalaman di dalam penggembalaan ini, Daud berkemenangan, ia mampu mengalahkan singa dan beruang, bahkan Tuhan sendiri yang melepaskan Daud dari cakar singa dan beruang.
Singa dan beruang, itulah binatang yang keluar dari dalam laut -> roh antikris.
Roh antikris -> roh jual beli, mamon, uang.
Mamon, uang adalah cakar dari singa dan beruang. Ingat, akar dari segala kejahatan adalah cinta uang.

1 Timotius 6: 10
(6:10) Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

Kalau seseorang cinta uang, maka kejahatan berakar dalam hidupnya.
Ingat sewaktu kita cinta uang, untuk mengembalikan sepersepuluh, berkorban dengan ketidakrelaan.
Oleh karena memburu uang;
-    Beberapa orang menyimpang dari kebenaran iman.
-    Menyiksa diri dengan berbagai-bagai duka.
Lihat orang yang cinta uang, setelah keinginan untuk kaya terwujud, justru menyiksa diri dengan berbagai-bagai duka.

Perhatikanlah ini sungguh-sungguh. Ini adalah cakar singa dan beruang yang menyakiti.
Tetapi oleh karena pengalaman Daud tergembala, ia lepas dari cakar singa dan beruang, tidak tersakiti oleh karena uang.

Dampak positif dapat mengalahkan singa dan beruang:
1 Samuel 17: 36
(17:36) Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup."

Kalau kita bisa mengalahkan singa dan beruang, termasuk melepaskan diri dari cakar singa dan berung, maka Goliat, orang Filistin yang tidak bersunat itupun dapat dikalahkan.
Goliat -> musuh dalam selimut, itulah daging. Daging tidak boleh dininabobokan, tidak boleh dimanjakan, jangan malas, jangan sampai tidak mau tahu ibadah dan pelayanan. Sekali waktu daging menjadi binatang buas, akan menerkam kalau daging dininabobokan, malas, tidak mau pikul salib. Tetapi kalau kita mampu mengalahkan singa dan beruang, maka otomatis, musuh dalam selimut, yaitu daging, mampu kita kalahkan. 
Tidak bersunat, berarti; anggota-anggota tubuh tetap dalam dosa.
Kalau bisa kita kalahkah singa dan beruang, lepas dari cakar-cakarnya, maka kita bisa kalahkan daging atau orang Filistin yang tidak bersunat itu. Sering sekali kita gagal, menuruti hawa nafsu daging, bahkan anggota tubuh dikuasai oleh dosa, karena kita belum lepas dari cinta akan uang. Biarlah pengalaman dalam penggembalaan nyata dalam hidup kita.

1 Samuel 17: 17-18
(17:17) Isai berkata kepada Daud, anaknya: "Ambillah untuk kakak-kakakmu bertih gandum ini seefa dan roti yang sepuluh ini; bawalah cepat-cepat ke perkemahan, kepada kakak-kakakmu.
(17:18) Dan baiklah sampaikan keju yang sepuluh ini kepada kepala pasukan seribu. Tengoklah apakah kakak-kakakmu selamat dan bawalah pulang suatu tanda dari mereka.

Daud membawa bertih gandum seefa dan sepuluh roti kepada kakak-kakaknya = sepersepuluh = kebenaran yang disertai dengan kasih.
Sepuluh hukum Allah ditulis pada dua loh batu. Yang pertama telah dipecahkan oleh Musa -> salib Kristus adalah kasih Allah, itulah kebenaran yang disertai dengan kasih.
Jangan biarkan orang lain takut karena tawar hati sampai dia berkemenangan.
Kalau Daud tidak ada, Israel kalah, karena Saul telah tawar hati, rakyatnya sudah ketakutan. Masing-masing kita harus punya pengalaman sendiri dalam penggembalaan sampai kita berkemenangan membawa kebenaran yang disertai dengan kasih. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

                                 Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment