KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, November 19, 2016

IBADAH RAYA MINGGU, 13 NOVEMBER 2016



IBADAH RAYA MINGGU, 13 NOVEMBER 2016

Subtema: KESAKSIAN DAN NASIHAT FIRMAN DARI BAPA GEMBALA.

Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita sekaliannya. Oleh karena kemurahan hati Tuhan kita sekaliannya dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian.
Kita telah memperhatikan kesaksian demi kesaksian. Kita sudah mendengarkan kesaksian kesaksian tersebut, apa yang telah dialami, itu yang telah disaksikan, dan apa yang menjadi kesaksian saudara-saudara kita, saya kira menjadi berkat bagi kita sekaliannya, hidup rohani kita dikuatkan kembali, supaya kita semakin lebih lagi sungguh-sungguh untuk melayani Tuhan, sungguh-sungguh di dalam penyerahan diri kepada Tuhan, sungguh-sungguh menguduskan diri, mengasihi Tuhan lebih dari hari-hari yang lalu.

Kesaksian yang pertama dari Maria Reli Panggabean, penyesalannya saat memberontak kepada Tuhan, berani melepaskan diri dari pelayanan, merusak hubungannya dengan Tuhan, tentu dengan sesama. Tetapi pada akhirnya dia merasakan betapa sakitnya jauh dari ibadah, jauh dari pelayanan, sampai pada akhirnya firman demi firman yang dia dengar, merubah cara berpikir, sudut pandang, mainsetnya, semuanya diubah, dan firman yang terakhir tadi malam dalam Ibadah Kaum Muda Remaja menguatkan kehidupannya, sampai akhirnya ada niat untuk bersaksi pada malam ini.
Itulah firman tentang Study Yusuf, dimana Yusuf dilupakan oleh juru minuman itu, namun itu terjadi atas seijin Tuhan, tidak ada sesuatu perkara, tidak ada sesuatu yang terjadi, yang dialami anak-anak Tuhan, apalagi hamba-hamba Tuhan, yang tidak seijin Tuhan, termasuk Yusuf sendiri. Dia dilupakan, dia ditinggalkan oleh juru minuman itu selama dua tahun lamanya...Kejadian 41:1.
Kalau bicara ditinggalkan, dilupakan, itu pernah terjadi menimpa bangsa Israel, mereka berada di Mesir selama 430 tahun lamanya, mereka diperbudak dengan kerja paksa sampai memahitkan hati mereka. Demikian juga kalau seseorang masih diperbudak oleh dosa tanpa hari perhentian, maka ia akan tertindas oleh karena kelemahannya, sampai memahitkan hatinya. Namun pada akhirnya Tuhan melepaskan mereka dengan tangan yang teracung, tangan yang kuat, membawa mereka dekat dengan Tuhan oleh darah Anak Domba Paskah yang disembelih pada waktu senja. Mereka berdoa dan doa itu sampai kepada Tuhan, dan mereka dilepaskan.
Yang kedua, suku Yehuda pernah dibuang ke Babel selama tujuh puluh tahun lamanya. Pembuangan ini berarti ditinggalkan, dilupakan. Mereka dibuang ke Babel, tempatnya roh jahat, roh najis bersembunyi. Jadi, kalau mereka ditinggalkan, itu karena dosa kenajisan mereka sudah sampai berada di ujung dari pada pakaian mereka. Betapa dalamnya mereka jatuh dalam dosa oleh karena kenajisannya itu. Sampai akhirnya mereka digambarkan laksana jandalah ia, berarti perempuan/isteri tanpa kepala, tanpa suami, itulah yang digambarkan dengan Yehuda, dan kotanya, itulah Yerusalem, menjadi kota yang terpencil, dan sangat menyeramkan sekali. Seorang janda setiap hari, setiap malam menangis tersedu-sedu, betapa pahit yang dialami seorang janda. Betapa pahit yang dialami seorang janda, itu pasti, sebab saya sendiri saksinya di situ, karena bunda, orangtua kami, Oppung Isai, adalah seorang janda, saya melihat di situ.
Kemudian, tidak ada lagi keramaian di kota, tidak ada lagi ibadah dan pelayanan, dan betul kota itu terpencil sekali, dan sangat lemah dan rapuh, apabila musuh menyerang, dia akan tertawan, anak-anaknya juga menjadi tawanan dari pada musuh. Kemudian, imam-imamnya, nabi-nabinya, tidak mendapatkan pembukaan rahasia firman. Semakin sunyi senyaplah kondisi kerohanian dari orang-orang Yehuda pada waktu itu. Tetapi oleh karena kemurahan Tuhan, tangan Tuhan yang kuat dan teracung, membawa mereka kembali kepada Yeruslem. Tuhan ingat mereka kembali, ingat kepada perjanjian-Nya, ingat perjanjian terhadap nenek moyang bangsa Israel, juga ingat kepada Yehuda. Akhirnya mereka kembali.
Itulah kasih sayang dan kasih setia Tuhan. Kasih sayang; perhatian dalam bentuk lahiriah. Kasih setia Tuhan; Tuhan ampuni mereka kembali dengan pengampunan tanpa batas. Kalau ada seorang ibu yang dapat melupakan anaknya, tetapi Tuhan tidak meninggalkan saya dan saudara.
Dalam kesesakan, kita merasa bahwa Tuhan meninggalkan kita. Dalam penderitaan, seolah-olah kita dalam kesendirian, tidak ada orang yang mengerti, tidak ada yang mau tahu, bahkan Tuhan sendiri seolah-olah meninggalkan kita. Tetapi sebetulnya tidak demikian. Tuhan tetap ingat kita, Tuhan tidak bisa melupakan kita. Bahkan kehidupan kita dilukiskan di dalam dua tangan Tuhan yang terpaku, di situ ada lukisan. Dalam dua tangan yang terpaku ini, di tangan kanan ada umur panjang, di tangan kiri ada kekayaan dan kehormatan. Pada dua tangan Yesus yang terpaku, kehidupan setiap orang sudah terlukis.
Kemudian di situ juga dikatakan, tembok-tembokmu ada di ruang mataku. Menjadi biji mata Tuhan kalau kita tetap percaya kepada Tuhan. Tembok = perisai = iman.
Kalau kita tetap percaya, kita akan menjadi biji mata Tuhan, berarti dilindungi, dibela oleh Tuhan.
Tuhan bawa kembali, masakan Tuhan melupakan isteri dari sejak masa mudanya, lalu diberi keyakinan, jangan malu terhadap masa keremajaanmu, jangan malu, jangan tersipu-sipu, sebab Allah akan mejadikan engkau isteri, dan Ia akan bergirang melihat engkau, seperti muda belia bergirang hatinya terhadap pengantinnya, demikian juga Allah akan bergirang melihat kehidupan kita semua.
Lalu dalam Kejadian 41: 1 itu, selang dua tahun, bermimpilah Firaun. Firaun bermimpi itu bukan suatu kebetulan, tetapi Firaun bermimpi, Tuhan ijinkan terjadi. Sebab kalau Firaun bermimpi, maka harus ada orang yang mengartikan mimpi, itulah seorang nabi. Demikianlah cara Tuhan untuk mengingat kembali Yusuf.
Jadi, seorang nabi mendapatkan pertolongan dari Tuhan dengan cara karunia jabatan yang dipercayakan oleh Tuhan. Juga anak Tuhan yang beribadah dan melayani Tuhan akan tertolong lewat ibadah dan pelayanan yang dipercayakan oleh Tuhan. Seorang imam mendapatkan pertolongan lewat pelayanan seorang imam. Seorang gembala mendapatkan pertolongan dari Tuhan, lewat jabatan gembala yang dipercayakan Tuhan.
Maka, ini menjadi perhatian khusus bagi kita semua. Beberapa waktu lalu saya sudah sampaikan, bahwa yang tertulis dalam kitab kehidupan adalah orang-orang yang melayani Tuhan. Sekalipun Musa meminta namanya dihapuskan oleh karena pemberontakan, oleh karena penyembahan berhala bangsa Israel, tetapi Tuhan berkata dengan tegas: siapa yang berbuat dosa kepada-Ku, nama itulah yang akan dihapuskan.
Jadi sekalipun Musa protes, demon, tetapi Tuhan tetap dengan pendirian-Nya, karena keputusan-Nya itu adil bagi kita semua. Jadi, ini harus menjadi perhatian khusus bagi kita semua.
Karena Yusuf nabi, maka cara Tuhan menolong Dia lewat jabatan nabi. Oleh sebab itulah diijinkanlah Firaun bermimpi dan pada ayat berikutnya, tidak ada satu orangpun yang dapat mengartikan mimpi, baik ahli nujum dan orang yang berilmu di Mesir, tidak dapat mengartikan mimpi itu. Lalu pada ayat 8, teringatlah kesalahannya yang pernah melupakan Yusuf, itulah juru minuman, dia ceritakan kembali itu kepada Firaun. Jadi nabi tertolong lewat jabatan nabi yang dipercayakan. Imam yang tertolong lewat jabatan imam yang dipercayakan kepada Tuhan. Anak Tuhan yang beribadah dan melayani tertolong lewat ibadah dan pelayanan yang dipercayakan oleh Tuhan. Kalau tidak melayani, tidak selamat. Ada ayatnya banyak. Kitab yang terakhir, itulah kitab Wahyu, jelas tertulis di situ, ada tujuh perkara dalam Kerajaan Sorga, namun hanya ada dua kegiatan di dalamnya yaitu; ibadah dan melayani.
Jadi, atas dasar inilah Bapak Barita dan Maria Reli bersaksi.

Dan tadi kita sudah dengar bahwa pemberontakan Bapa Barita bertahun-tahun, itu saya alami. Tetapi tidak mungkin dalam kesempatan ini bisa saya ceritakan semua pemberontakan-pemberontakannya  itu. Sakit sebetulnya. Mulut mungkin tidak melawan tetapi roh-roh ini menyakitkan sekali. Tetapi di dalam kesetiaan Yesus sebagai Anak Tunggal Bapa, di situ terangkum seluruh kehendak Allah Bapa, terangkum seluruh apa yang menjadi maunya Tuhan, sehingga kehendak-Nya terlaksana.
Kalau seorang hamba Tuhan tidak setia, maka tidak akan pernah terlaksana apa yang menjadi kehendak Allah. Dia taat sampai mati, bahkan sampai mati di atas kayu salib = setia, terlaksanalah seluruh kehendak Allah, terangkumlah seluruh kehendak Allah.
Belajar setia, setia dan setia. Kesetiaan di mulai dari dipanggil, berarti terlepas dari kegelapan. Kemudian dipilih, berada dalam terang-Nya yang ajaib, melayani Tuhan, dengan setia. Jadi kesetiaan itu dimulai dari dipanggil, dipilih, dan akhirnya setia.

Kemudian, Mita juga bersaksi. Keharuan hatinya dinyatakan di hadapan Tuhan, dan saya sendiri melihat, kami suami isteri melihat dan mendengar, dan kita semua juga sudah melihat dan mendengar kesaksiannya, keharuannya terhadap kemurahan hati Tuhan.
Apa yang tidak pernah dipikirkan oleh manusia, apa yang tidak pernah didengar oleh telinga, itu yang Tuhan berikan, itu yang Tuhan sediakan, bagi mereka yang mengasihi Tuhan.
Awalnya hanya untuk menjadi simpatisan, tetapi tanpa disadari, firman Allah telah mengikat oleh kasih Allah yang begitu besar dalam kehidupannya. Tetapi bukan saja dia, oleh karena kesaksiannya juga, dengan kekuatan firman, Roh dan kasih Tuhan, juga membawa Polma (saudarinya) bersama-sama dengan kita sekalian. Juga di antara kita, Yosua dan Timotius, oleh karena kesaksian dua anakku ini, sehingga ibu Girsang juga terbawa dan tergembala bersama-sama dengan kita semua. Juga Rut, oleh karena kesaksian Kevin, dia bisa tergembala bersama-sama dengan baik. Tidak terpikirkan.
Biarlah karena kesaksian kita, semua tertolong. Di mulai dari diri kita masing-masing.
Mungkin keluarga kita belum mengenal firman Pengajaran Mempelai, tetapi di mulai dari diri masing-masing kita memperkenalkan firman Pengajaran Mempelai kepada mereka. Sungguh-sungguh mencari Kerajaan Sorga dan kebenaran yang ada di dalamnya, maka semuanya ditambahkan, dengan demikian kita bisa memperhatikan keluarga kita masing-masing untuk sama-sama digembalakan oleh Pengajaran Tabernakel dalam penggembalaan ini.

Kemudian, kesaksian saya secara pribadi. Saya bersyukur kepada Tuhan, oleh karena perkenanan Tuhan, yang telah memungkinkan saya, kami, untuk melayani Tuhan, suami isteri. Tuhan karuniakan dua anak laki-laki. Bagi orang lain tidak cakep, tetapi bagi saya cakep, saya bersyukur. Saya sangat bersyukur. Awalnya saya berpikir, kalau saja hanya satu anak laki-laki, Isai, tidak jadi soal bagi saya, yang penting sehat. Tetapi tanpa diduga-duga, Tuhan karuniakan seorang anak laki-laki Mark Mikha, lahir tanggal 18, tepatnya pada saat natal sekolah minggu dan PAK, dengan tema pada waktu itu dari kitab Mikha. Berbicara tentang Betlehem, Efrata, sekali-kali engkau bukan yang terkecil, karena dari padamu akan lahir seorang raja, seorang pemimpin besar, Yesus Kristus, Raja besar, tunas Daud. Atas dasar itulah akhirnya saya beri nama Mikha. Tetapi Mikha kelak harus melayani Tuhan, saya awali dengan Mark (Markus).
Markus berarti hamba. Kalau dikaitkan dengan empat makhluk hidup, itu makhluk hidup yang kedua, rupanya seperti lembu. Lembu ini dapat dipergunakan sebagai korban dan persembahan kepada Tuhan. Seluruhnya dapat digunakan dengan baik, baik kulitnya, dagingnya, potongannya dapat dipersembahkan.
Selama hidup dalam mengerjakan pekerjaan di ladang dan di sawah, menggarap ladang dan sawah. Kemudian, kalau dia disembelih, menjadi korban dan persembahan kepada Tuhan, seluruhnya berguna bagi Tuhan, itulah hamba. Di tengah pelayanan mau merendahkan diri, itulah hamba. Dan biarlah nama itu tergenapi, seperti Saulus menjadi Paulus, Abram menjadi Abraham, biarlah itu tergenapi dalam kehidupan anak-anak kami.
Saya juga berharap supaya kita saling berdoa satu dengan yang lain, supaya ibadah pelayanan dalam kandang penggembalaan ini terus berjalan dan diberkati oleh Tuhan. Tidak ada satupun firman yang sengaja saya pelintirkan, supaya kita semua tidak menambahkan dan tidak mengurangkan, tidak melanggar hukum Allah, sebab pelanggaran hukum Allah adalah dosa dan upah dosa adalah maut. Jangan itu terjadi.
Kita semua ada di tempat ini menjadi keluarga besar GPT “BETANIA” Serang & Cilegon. Kita semua adalah anggota tubuh Kristus, banyak anggota tetapi hanya satu tubuh. Sekalipun berbeda tetapi kita diikat dan disatukan oleh kasih Allah yang besar. Saling memperhatikan satu dengan yang lain, saling merasakan satu dengan yang lain, sehati sepikir, se iya dan sekata, bergandengan tangan terus untuk melayani Tuhan. Hidup dalam kesucian, senantiasa memandang korban Kristus, supaya kita kuat di tengah kandang penggembalaan ini. Supaya apa yang menjadi kerinduan kita, terwujud, ke depan Tuhan pakai kita untuk membawa pengajaran mempelai dalam terangnya Tabernakel, membawa pengajaran besar ini bukan hanya di Provinsi Banten, di kota-kota dalam negeri ini, tetapi kalau Tuhan percayakan, kita sampai ke luar negeri, tidak tertutup kemungkinan, tergantung penyerahan kita masing-masing. Saya mengatakan ini bukan berarti supaya kelihatan sok rohani. Tetapi saya punya keyakinan, asal betul-betul dalam penyerahan diri yang sungguh-sungguh,
Oleh sebab itu, biarlah kita menjalankan ibadah ini dengan ibadah yang sejati dan ibadah yang murni. Ibadah yang sejati adalah mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan. Ibadah yang murni; tidak memandang muka, mengunjungi janda-janda (kehidupan yang belum menempatkan Kristus sebagai kepala), mengunjungi yatim piatu (kehidupan yang tidak mempunyai ayah dan ibu, itulah gembala sidang). Tuhan pasti percayakan pengajaran ini untuk kita bawa, asal kita menjalankan ibadah yang sejati dan ibadah yang murni.

Kita sudah memasuki Wahyu 6: 1. Tuhan sudah menyatakan kemuliaan-Nya lewat Wahyu 6: 1, dan persungutan-persungutan selama ini telah dihentikan oleh karena Roh Kudus, sebagaimana tongkat Harun yang bertunas menghentikan persungutan bangsa Israel. Persungutan dan suara daging yang lain, yang menginginkan ini dan itu, hanya bisa dihentikan oleh Roh Kudus.
Biarlah kita tetap hidup dalam kegiatan Roh, berarti dalam lingkungan ibadah dan pelayanan, supaya daging dan persungutannya tidak terlihat lagi.

Wahyu 6: 1
(6:1) Maka aku melihat Anak Domba itu membuka yang pertama dari ketujuh meterai itu, dan aku mendengar yang pertama dari keempat makhluk itu berkata dengan suara bagaikan bunyi guruh: "Mari!"

Anak Domba itu membuka yang pertama dari ketujuh meterai.”
Yang dibuka di sini adalah gulungan kitab dan ketujuh meterainya. Ini adalah kegiatan dari pada Roh Kudus.
Biarlah kita semua berada dalam kegiatan Roh Kudus. Hidup dalam Roh, berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, sehingga dengan demikian kita dapat menikmati pembukaan rahasia firman Allah. Kalau terjadi penyingkapan rahasia firman Allah, maka segala yang terkandung dalam hati akan tersingkap, segala selubung di dalam hati akan disingkapkan. Pendeknya; dosa dibongkar habis, dosa dituntaskan dengan habis.
Pembukaan meterai adalah penghukuman terhadap dosa sedang berlangsung. Firman Allah rahasianya yang dibukakan, yang disingkapkan (diungkapkan) kepada kita, berarti telah berlangsung keputusan untuk menjatuhkan hukuman terhadap dosa.
Kalau hari ini kita menolak keputusan Tuhan untuk menghukum dosa, maka kelak pada saat meterai yang pertama dengan meterai yang ketujuh dibuka, maka kita turut mendapat hukuman dari Allah Roh Kudus. Lebih baik sekarang kita menerima pembukaan rahasia firman, dari pada nanti pada saat pembukaan meterai yang pertama turut dihukum oleh Allah Roh Kudus.
Jadi, setiap ungkapan adalah keputusan Tuhan untuk menjatuhkan hukuman terhadap dosa. Jangan tolak pembukaan rahasia firman, supaya nanti tidak mendapat penghukuman, supaya tidak binasa.
Bersyukur selalu. Jangan mencari firman-firman yang lain. Tidak memberi jaminan hidup.

Masih banyak di antara kita yang belum bersaksi, Pendi, Supri belum bersaksi, Ibu Girsang belum bersaksi, Polma belum bersaksi, dan mungkin yang sudah bersaksi ingin bersaksi kembali, seperti Lidia, ijinkan kesaksian, pengalaman hidup disaksikan, jangan memaksakan sesuatu, supaya jangan terputus. Ijinkan aliran Roh Kudus itu mengalir, supaya kesaksian itu mengalir, jangan terputus.

Minggu yang akan datang kita akan memperhatikan Wahyu 6.
Kemudian, ada yang mau saya saksikan kembali. Terimakasih kepada Tuhan, sehingga sampai hari ini saya dipercayakan dalam pemberitaan, dalam pembukaan rahasia firman Tuhan, selain jabatan gembala, Tuhan karuniakan jabatan pembukaan rahasia firman, itulah firman nabi. Semata-mata bukan karena saya bisa (Wahyu 5: 2-3), oleh sebab itu tetaplah dukung doa supaya pelayanan ini berjalan dengan baik.
Yang pasti kita harus tetap bersatu hati, tidak boleh mengambil jalan masing-masing. Jangan mendahului Tuhan, belajar menantikan apa yang menjadi kehendak Tuhan, jangan menuruti perasaan daging, seperti Ayub dan tiga sahabatnya, itu yang membuat susah ke depan. Biarlah kita tetap dalam kegiatan Roh, dan belajar untuk taat, setia, dengar-dengaran.
Tadi saya dengar-dengaran loh, Bapa Barita telepon supaya jangan lewat pasar lama karena ada galian. Waktu saya dengar-dengaran, saya diserempet, pintu mobil digesek habis oleh motor gerobak.  Saya turun dan melihat kerusakannya. Tidak apa-apa. Kalau dengar-dengaran, Yesus sebagai Anak belajar taat, setia, dengar-dengaran, taat dari apa yang diderita-Nya, sehingga dengan demikian, Bapa mendengarkan segala doa-doa dan keluhan-keluhan-Nya. Kalau kita taat, setia dan dengar-dengaran, Tuhan dengar doa-doa kita.
Bagian dari doa saya terhadap sidang jemaat, saya sudah dengar kesaksian tadi. Itu bagian doa saya.
Kalau kita dengar-dengaran, doa didengar. Apa bukti doa didengar? Tiga saudara kita sudah menyaksikan kemurahan Tuhan, sampai akhirnya mau menyerahkan diri, digembalakan oleh firman Pengajaran Mempelai dan mau menghargai karunia jabatan, tetapi harus siap menerima resiko.
Saudaraku, firman Pengajaran Mempelai, dalam terang-Nya Tabernakel, dapat  menjadikan yang tidak ada menjadi ada. Belajar dengar-dengaran, belajar terima resiko. Belajar menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Dengar-dengaran saja. Tenang. Tuhan dengar doa kita. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
 Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang






No comments:

Post a Comment