KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, December 20, 2019

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 17 DESEMBER 2019



IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 17 DESEMBER 2019


KITAB KOLOSE
(Seri: 76)

Subtema: PENDUSTA TINGGAL DI LUAR

Shalom.
Selamat malam. Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita.
Sebelum kita sujud menyembah di kaki salib Tuhan, biarlah kiranya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita malam ini untuk melawat setiap kehidupan kita. Kita menaikkan permohonan, sehingga keluarlah firman, itulah pembukaan firman dari sorga, dari Allah bagi kita malam ini.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada.

Mari segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di KOLOSE.
Kolose 3:9
(3:9) Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,

Jangan lagi kamu saling mendustai”, berarti; antara yang satu dengan yang lain jangan lagi saling mendustai tetapi marilah kita menampilkan hati kita masing-masing dengan sebenar-benarnya di hadapan Tuhan maupun sesama, dengan cara berkata jujur, sebab setiap perkataan yang keluar dari mulut berasal dari hati.

Singkatnya: Dengan berkata jujur, menunjukkan; seseorang tidak hidup dalam kepalsuan.
Kalau kita mengucapkan kata-kata, baik dalam bentuk menyapa, memanggil, menyebut dengan berkata jujur, berarti menunjukkan bahwa ia tidak hidup dalam kepalsuan.

Mazmur 12:3
(12:3) Mereka berkata dusta, yang seorang kepada yang lain, mereka berkata dengan bibir yang manis dan hati yang bercabang.

Yang dimaksud dengan berkata dusta ialah berkata dengan bibir yang manis, tetapi hatinya bercabang, dengan lain kata; hatinya tidak semanis dan tidak seindah perkataan-perkataan yang keluar dari mulut, karena hatinya bercabang. Hatinya bukan kepada Tuhan, tetapi kepada yang lain, itulah bercabang. Inilah yang disebut manusia pendusta.

-       Wahyu 21:8, “ ... Semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.”
-       Wahyu 21:27, “Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya ... orang yang melakukan dusta ...
-       Wahyu 22:15, “ ... Setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar.”
Pada tiga ayat tersebut, dinyatakan bahwa; dosa dusta adalah dosa yang terakhir. Artinya, dusta dapat digunakan sebagai alat kemas yang indah untuk membungkus segala jenis kejahatan dan segala jenis kenajisannya.

Akibat dosa dusta.
Wahyu 21:8
(21:8) Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."

Semua pendusta mendapat bagian di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang, inilah kematian yang kedua, sama dengan; binasa untuk selama-lamanya. Ini adalah bagian dari pendusta.
Oleh sebab itu, marilah kita berkata jujur lahir maupun batin.

Wahyu 21: 27
(21:27) Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.

Sepintas mengenai: “Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis.
Sesuatu yang najis, baik lahir maupun batin, tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Ada saya lihat, kekuatan dari roh najis ini yang membuat orang lupa. Bisa terhibur dibuatnya sampai bekerja meluap-luap, kemudian seperti memberi kekuatan, tetapi sebetulnya itu tidak benar. Kepada orang yang seperti ini, ketika dinyatakan salib, justru yang terjadi adalah sebaliknya; menjadi lemah.
Sebab itu, Tuhan sekarang ini sedang menyelami hati kita masing-masing. Ayo, belajar beradaptasi untuk menyatukan diri dengan salib. Oleh sebab itu, mari kita belajar dengan pelan namun pasti untuk terus menyatu dengan salib Kristus.
Bukan Tuhan tidak tahu soal itu semua. Walaupun secara gamblang kita tidak mendengar suaranya untuk menegur kita semua, tetapi malam ini Tuhan menegur kita lewat firman-Nya yang disampaikan. Terimalah dengan bijaksana. Belajar dewasa dan jangan bersungut-sungut. Belajar dewasa, artinya; jangan bersungut-sungut seperti kanak-kanak saat dengar firman, karena orang najis tidak masuk sorga.
Itu penambahan sedikit tentang dosa kenajisan, sebab kita harus fokus mengenai dusta.

Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya orang yang melakukan dusta (berkata dusta).
Tidak akan masuk ke dalamnya, maksudnya; tidak masuk ke dalam Yerusalem Baru, yaitu kota kudus dan kota setia, itulah mempelai wanita Tuhan.

Wahyu 22:15
(22:15) Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar.

Yang terakhir adalah dusta. Jadi, dusta itu adalah betul-betul dosa terakhir. Itu bukanlah ungkapan yang saya buat sendiri, tetapi ungkapan yang saya sampaikan ini sesuai dengan firman yang saya selidiki.

Setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya tinggal di luar, dengan lain kata; tidak layak masuk kota Yerusalem baru, itulah kota Mempelai, kota indam-idaman.

Contoh mereka yang tinggal di luar.
YANG PERTAMA.
Matius 7:21-23. Nabi-nabi palsu awalnya sudah berada di dalam, tetapi pada akhirnya berada di luar Tuhan, sebab pada akhirnya Tuhan berkata kepada mereka: “Aku tidak pernah mengenal kamu!”, kemudian Tuhan kembali berkata: “Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!
“Enyahlah dari pada-Ku”, artinya; berada di luar tubuh Kristus, sama dengan; berada di luar Tabernakel, sama dengan; berada di luar wilayah Kerajaan Sorga.

Biarlah kita terus dalam pimpinan Roh Tuhan. Minta Roh Tuhan memimpin kita supaya ingat firman yang didengar, jangan dilepas. Jangan turuti kelemahan, baik kelemahan dari daging sendiri, maupun kelemahan dari daging orang lain.

Matius 7:22
(7:22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?

Hamba-hamba Tuhan atau nabi-nabi palsu tersebut telah melakukan perkara-perkara ajaib, antara lain;
1.     Bernubuat demi nama Tuhan.
2.     Mengusir setan demi nama Tuhan.
3.     Mengadakan banyak mujizat demi nama Tuhan.
Mereka melakukan tiga perkara ajaib itu demi nama Tuhan, tetapi sayangnya, mereka mengabaikan kebenaran yang bersumber dari firman Allah.

Matius 7:21
(7:21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.

Hamba-hamba Tuhan tersebut melakukan perkara ajaib demi nama Tuhan, tetapi hamba-hamba Tuhan tersebut lupa terhadap korban penebusan yang dikerjakan oleh Yesus, Anak Allah.
Singkatnya: Mereka mengabaikan firman Allah, sebab Yesus, Anak Allah, adalah firman Allah. Dia telah melakukan korban penebusan, itulah korban yang dikerjakan oleh Yesus dalam penebusan kepada manusia di atas kayu salib.
Korban penebusan itu adalah kehendak Allah, dan itulah yang mereka lupakan, sama dengan; mengabaikan firman Allah, akhirnya mereka dibuang.

Contoh mereka yang tinggal di luar.
YANG KEDUA.
Matius 25:1-13. Lima gadis yang bodoh awalnya berada (tinggal) di dalam, namun pada akhirnya tinggal di luar, sebab pintu telah tertutup bagi mereka.

Matius 25:1-3
(25:1) "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. (25:2) Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. (25:3) Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak,

Lima gadis yang bodoh sebenarnya sudah berada di dalam, turut mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki sorga, tetapi sayangnya, mereka tidak membawa minyak persediaan, dengan lain kata; mengabaikan minyak, sama dengan; mengabaikan urapan dari Allah Roh Kudus. Akhirnya, pintu tertutup bagi mereka.

Tuhan sudah mengalirkan minyak Roh Kudus dari sorga sampai ke bumi ini, lewat ibadah dan pelayanan yang Tuhan percayakan, dan minyak urapan itu ada di atas kepala, tanda bahwa Tuhan mengkhususkan kita sebagai milik kepunyaan Allah.
Jangan mengabaikan, berarti; jangan jauh di luar kegiatan Roh.

Contoh mereka yang tinggal di luar.
YANG KETIGA.
Lukas 15:25-32. Anak yang sulung berada di ladang atau tinggal di dalam, tetapi pada akhirnya ia tidak mau masuk, sama dengan; tinggal di luar.

Lukas 15:27-29
(15:27) Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. (15:28) Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. (15:29) Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.

Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk”, artinya; anak sulung tidak mau mengampuni adiknya, tanda bahwa anak sulung itu mengalami krisis kasih.
Selanjutnya, dalam keadaan krisis kasih, ayahnya itu keluar dan berbicara dengan dia.
Yesus, Anak Allah, telah meninggalkan sorga yang mulia, turun ke bumi, dan sudah berbicara kepada kita secara gamblang sampai kepada suara yang terakhir kita dengar keluar dari mulut-Nya, itulah “Eli, Eli, lama sabakhtani?
Lalu bagaimana sikap dari anak sulung ini? Justru sebaliknya, dia bersungut-sungut, dia mempersalahkan adiknya dan membela dirinya (membenarkan dirinya). Padahal sudah mendapatkan penjelasan dari Pengajaran Salib, namun dia tetap bersungut-sungut, dia tetap mempersalahkan adiknya, dan selanjutnya dia membela dirinya.

Memang, kalau seseorang dalam keadaan krisis kasih, pertama-tama dia pojokkan dulu orang lain, dia cari kesalahan orang, baru selanjutnya dia beberkan kebenaran dirinya.
Inilah kondisi dari anak sulung, krisis kasih, mengabaikan kasih, akhirnya dia tinggal di luar, tidak mau masuk.
Kesimpulannya;
-       Kalau melayani Tuhan, berada di ladang Tuhan, melayani pekerjaan Tuhan, tetapi tidak memiliki kasih, sama dengan; pendusta.
-       Juga beribadah dan melayani Tuhan, sekalipun dalam Pengajaran Mempelai, seperti lima gadis yang bodoh, tetapi mengabaikan minyak / urapan Roh Allah, sama dengan; pendusta.
-       Juga hamba-hamba Tuhan sekalipun bernubuat demi nama Tuhan, mengusir Setan demi nama Tuhan, mengadakan tanda-tanda ajaib demi nama Tuhan, atau sama dengan berseru kepada-Nya; Tuhan, Tuhan, tetapi mengabaikan kehendak Allah Bapa, mengabaikan korban penebusan yang dikerjakan oleh Yesus, Anak Allah, sama dengan; pendusta.

Kita dewasa, karena didewasakan oleh Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel. Pengajaran Mempelai ini mendewasakan dan menyucikan. Pengajaran Mempelai adalah firman penyucian yang mendewasakan gereja Tuhan, bukan bicara perkara-perkara lahiriah.

Kesimpulan dari tiga kisah ini adalah:
1.     Nabi palsu tinggal di luar karena tidak menghargai FIRMAN ALLAH, yakni kehendak Allah yang dikerjakan Yesus, Anak Allah, di atas kayu salib.
2.     Lima gadis yang bodoh tinggal di luar karena tidak menghargai ROH ALLAH.
3.     Anak yang sulung tinggal di luar sebab dia kehilangan KASIH ALLAH.
Semua ini adalah gambaran dari pendusta.

Oleh sebab itu, sangat mengerikan rasanya apabila kita, yang awalnya ada di dalam, namun pada akhirnya ada di luar. Sangat disayangkan dengan segala sesuatu yang telah dikorbankan, mulai dari tenaga, pikiran, waktu, semuanya, akhirnya menjadi sia-sia. Jangan sia-siakan nyawa kita masing-masing, jiwa kita masing-masing, masa depan jangan kita sia-siakan.
Kesempatan yang tersisa gunakan sebaik mungkin, manfaatkan korban Kristus untuk mengubah segala sesuatu untuk melakukan yang baik. Tidak ada segala sesuatu yang tidak bisa diubahkan oleh korban Kristus.

Jalan keluarnya.
Wahyu 21:27
(21:27) Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.

Sedikit mengenai: “kekejian.
Kekejian itu berarti berdoa tetapi memalingkan telinganya terhadap firman.

Supaya kita masuk dan menjadi bagian dari tubuh Kristus atau berada di dalam wilayah Kerajaan Sorga, menjadi tubuh mempelai, yaitu dengan cara: “Hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba”, layak untuk masuk ke dalamnya, layak untuk menjadi mempelai Tuhan.
Mari kita belajar supaya nama tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba.

Yohanes 10:2-4
(10:2) tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. (10:3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. (10:4) Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.

Gembala memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya. Berarti, supaya nama itu dikenal dan diingat, bahkan ditulis dalam kitab kehidupan Anak Domba; harus menjadi suatu kehidupan domba yang tergembala. Jangan liar. Jangan beredar-edar di luaran sana. Jangan menyingkir dari penggembalaan ini dengan banyak mencari alasan.

Tanda tergembala:
1.     Domba-domba mendengar suara gembala, sama dengan; dengar-dengaran.
Kita harus membuktikan diri menjadi suatu kehidupan yang dengar-dengaran di hadapan Tuhan, bukan kepada manusia, seperti Samuel mendengar suara panggilan sebanyak tiga kali.
Bukti Samuel memiliki roh yang dengar-dengaran: Samuel tidak memberontak, tidak bersungut-sungut ketika ia mendengar suara panggilan itu sebanyak tiga kali, padahal Samuel sedang tidur dengan nyenyak. Ini bukti bahwa betul-betul roh dengar-dengaran itu dia miliki.
Ini adalah pembuktian yang nyata kalau seseorang sudah memiliki roh dengar-dengaran, yaitu sudah bisa mengabaikan daging, tidak lagi menikmati daging, tidak lagi mempertahankan keinginan daging.
2.     Domba-domba mengikuti gembala.
Memang ini yang benar; domba-domba harus mengikuti gembala, bukan gembala mengikuti irama dari domba-domba. Jadi, jangan sampai gembala mengikuti maunya orang kaya; karena sidang jemaat kaya, lalu gembala mengikuti apa saja maunya jemaat kaya itu, ini adalah kesalahan di hadapan Tuhan. Itu bukan penggembalaan menurut ukuran Tuhan.
Yang benar adalah domba-domba mengikuti gembala, bukan gembala yang mengikuti maunya domba-domba, bukan gembala yang mengikuti irama dari domba-domba. 

Praktek dengar-dengaran.
Yohanes 10:3
(10:3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.

Gembala memanggil domba-domba yang tergembala lewat Pengajaran Mempelai, kemudian; “Menuntunnya ke luar.” Menuntun ke luar, tujuannya; supaya menyatu dengan anggota tubuh yang lain, yang berada di luar kandang penggembalaan.

Jadi, kalau sekali waktu kita dibawa oleh Tuhan keluar dari penggembalaan ini untuk menyatu dengan penggembalaan yang lain lewat kebaktian-kebaktian persekutuan yang Tuhan percayakan, itulah PPT (Pengajaran Pembangunan Tabernakel), jangan bersungut-sungut.
Itulah praktek dengar-dengaran; dibawa ke luar, maka domba-domba mendengar suara Pengajaran Mempelai untuk dibawa masuk dalam penyatuan tubuh, menyatu dengan anggota tubuh yang lain di luar penggembalaan ini.

Yohanes 10:14-15
(10:14) Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku (10:15) sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.

Gembala yang baik mengenal domba-dombanya, dan sebaliknya domba-domba juga mengenal gembalanya, sama dengan; saling kenal mengenal. Dengan demikian, jelas bahwa; nama tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba.
Nama dikenal, diingat, berarti tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba.

Yohanes 10:16
(10:16) Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.

Ada lagi pada-Ku domba-domba lain.
Jadi, bukan hanya dalam satu penggembalaan itu saja, masih ada penggembalaan di luar penggembalaan ini. Prakteknya; harus keluar, menyatu dengan anggota tubuh yang lain, lewat suara panggilan Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel.

Sudah sangat jelas sekali, bahwa praktek dengar-dengaran adalah mau keluar, menyatu dengan anggota tubuh yang lain yang ada di luar penggembalaan ini.
Jika Tuhan ijinkan, tanggal 22-23 Januari 2020 kita akan ke luar untuk mengadakan Kebaktian Persekutuan di Lampung bersama dengan Persekutuan Hamba Tuhan Garis Depan, di Tulang Bawang – Lampung. Kita akan membawa Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT) ini selama dua hari, dengan tiga sesi pemberitaan firman. Kita harus dengar suara Pengajaran Mempelai untuk kita dibawa ke luar sehingga kita menyatu dengan anggota tubuh yang lain.
Jangan hitung-hitungan dengan tenaga, pikiran, waktu, dengan korban, dengan apa saja, termasuk uang dan materi, perkara apapun yang kita miliki.

Praktek domba-domba mengikuti gembala.
Sejauh ini kita telah digembalakan oleh Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, oleh sebab itu, mari ikuti kemana saja kita dibawa. Yang pasti, Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel ini akan membawa kita masuk di dalam rencana Allah yang besar, yaitu dibawa masuk dalam kesatuan tubuh, itulah yang disebut tubuh mempelai, ikuti saja.

Kemudian, arti mengikuti gembala sama, artinya; mengikuti contoh teladan yang ditinggalkan oleh gembala, karena gembala itu ada di depan menuntun domba-dombanya dan domba-domba mengikuti gembala.

1 Petrus 2:19
(2:19) Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.

Menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung itu adalah kasih karunia.
Jadi, kalau kita teraniaya karena firman, kemudian sengsara karena salib, itu adalah kasih karunia. Teraniaya karena firman, sengsara karena salib, dan kita lakukan semua itu dengan sesadar-sadarnya. Orang semacam ini limpah kasih karunia, penuh dengan kemurahan.
Kalau seseorang limpah dengan kemurahan, maka tidak usah takut dengan masa depan, tidak usah ragu dengan masa depan, tidak usah takut dan tidak usah kuatir soal jodoh, soal pekerjaan, soal apa saja kebutuhan-kebutuhan, terlalu kecil bagi Tuhan, asal saja limpah kasih karunia. Tinggal tunggu waktu, apakah betul-betul sudah mantap dengan kasih karunia itu atau belum.

1 Petrus 2:20
(2:20) Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.

Kita sudah melakukan yang baik, tetapi menderita. Kita sudah melakukan firman, tetapi dizholimi, difitnah, dibenci, dikucilkan, disakiti dan dikata-katai dengan kata-kata angin, itu adalah kasih karunia kepada Allah.

1 Petrus 2:21
(2:21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.

Kita dipanggil bukan untuk yang lain-lain. Kita dipanggil untuk yang satu itu, yaitu kasih karunia. Karena Kristus pun telah menderita, bukan karena kebodohan-Nya, tetapi Kristus menderita untuk saya dan saudara.
Menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung adalah teladan yang Dia tinggalkan bagi kita. Oleh sebab itu, ikutilah teladan yang Dia tinggalkan, supaya kita limpah kasih karunia.

Mengikuti teladan yang ditinggalkan sama seperti mengikuti jejak-jejak-Nya yang berdarah, tapak-tapak kaki Yesus itu harus diikuti dengan tepat dan benar, tidak melenceng ke kiri dan ke kanan. Kalau kita mengikuti teladan yang ditinggalkan-Nya bagaikan mengikuti jejak-jejak yang berdarah, maka di mana Dia berada, di situ pun kita berada, asal jangan melenceng dari situ. Di mana Dia berhenti, di situ kita berhenti.
Seperti Rut di dalam mengikuti Naomi, Rut berkata: “Ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi ... di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan”, itulah jejak terakhir, hari perhentian. Tidak terpisah dari kasih Allah, itulah hari perhentian. Kasih adalah adalah hari perhentian.

Sebab itu, jangan lagi kita saling mendustai, tetapi marilah kita menampilkan hati ini, kita tampilkan diri ini dengan sebenar-benarnya di hadapan Tuhan dan sesama, dengan satu cara, yaitu dengan berkata jujur.
Jangan berkata tidak jujur. Kalau berkata dengan tidak jujur; manis mulutnya, hatinya bercabang.

Mulai sekarang, biarlah kita limpah kasih karunia. Jangan sampai tadinya sudah di dalam, akhirnya keluar, semua sia-sia. Perhatikanlah hal ini. Biarlah kiranya nanti, dengan mengikuti contoh teladan ini, kita ikuti terus sampai nanti kita ada di kaki salib Tuhan, sujud menyembah Allah.
Itulah tingkat perjalanan rohani kita yang paling tinggi, yaitu ada di kaki salib Tuhan, sujud menyembah Allah yang hidup, Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub, tanda penyerahan diri sepenuh kepada Tuhan. Ikuti saja contoh teladan yang Dia tinggalkan, maka limpah kasih karunia. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang



No comments:

Post a Comment