KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, December 1, 2019

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 28 NOVEMBER 2019




IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 28 NOVEMBER 2019

KITAB RUT
(Seri: 72)

Subtema: RUT MELAYANI TANPA KENAL LELAH DISERTAI KERENDAHAN HATI

Shalom.
Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada. Dan oleh karena itu, mari kita berdoa memohon dengan rendah hati kepada Tuhan, supaya kiranya Tuhan membukakan firman-Nya malam ini dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.

Segera saja kita mendengar firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari KITAB RUT.
Sebelum kita membaca Rut 2:15-16, terlebih dahulu kita membaca ayat 14.
Rut 2:14
(2:14) Ketika sudah waktu makan, berkatalah Boas kepadanya: "Datanglah ke mari, makanlah roti ini dan celupkanlah suapmu ke dalam cuka ini." Lalu duduklah ia di sisi penyabit-penyabit itu, dan Boas mengunjukkan bertih gandum kepadanya; makanlah Rut sampai kenyang, bahkan ada sisanya.

Pada ayat 14, ada dua perkara yang telah Tuhan tunjukkan (nyatakan kepada kita), yakni:
1. “Makanlah Rut sampai kenyang, bahkan ada sisanya.”
2. Boas berkata: “... celupkanlah suapmu ke dalam cuka ini.
Dua perkara itu merupakan pengalaman Rut di dalam melayani pekerjaan Tuhan di ladang Tuhan, dan kiranya itu juga menjadi pengalaman kita di hari-hari terakhir ini.

Sesungguhnya, Rut 2 dibagi menjadi dua bagian:
1.     Ayat 1-13, Rut sedang memungut jelai gandum di ladang Boas, sama dengan; aktivitas Rut atau berada dalam tahbisan.
2.     Ayat 14-23, Rut membawa gandum yang berlimpah-limpah, sama dengan; hasil dari tahbisan itu sendiri.

Pendeknya, Rut 2:14 menceritakan bahwa Rut diberkati dalam kehidupan sehari-harinya.
Demikian halnya dengan seorang pekerja; pasti diberkati oleh Tuhan, dipelihara oleh Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, karena Tuhan tahu apa yang menjadi kebutuhan kita di dalam mengikuti Tuhan. Tuhan tahu segala sesuatu yang kita perlukan.

Sekarang, kita akan memasuki ayat 15-16, untuk menikmati berkat yang telah Tuhan sediakan bagi kita malam ini sebagai uluran dua tangan Tuhan yang menolong kehidupan kita masing-masing, menolong hidup, ibadah, pelayanan, nikah, dan rumah tangga kita masing-masing, sehingga ke depan kehidupan kita jauh lebih berkenan kepada Tuhan. Itulah yang menjadi doa dan kerinduan kita masing-masing tentunya.

Rut 2:15-16
(2:15) Setelah ia bangun untuk memungut pula, maka Boas memerintahkan kepada pengerja-pengerjanya: "Dari antara berkas-berkas itu pun ia boleh memungut, janganlah ia diganggu; (2:16) bahkan haruslah kamu dengan sengaja menarik sedikit-sedikit dari onggokan jelai itu untuk dia dan meninggalkannya, supaya dipungutnya; janganlah berlaku kasar terhadap dia."

Terlebih dahulu kita memperhatikan kalimat pada ayat 15A, yakni: “Setelah ia bangun untuk memungut pula.
Ketika waktu makan, Rut tidak berlama-lama untuk menggunakan waktu makannya. Tetapi sesudah selesai waktu makan, di sini kita perhatikan: “Setelah ia bangun untuk memungut pula”, menunjukkan bahwa Rut adalah pribadi yang tidak lupa diri, sebaliknya Rut adalah pribadi yang tidak pernah mengenal lelah.

Sebenarnya, kalau kita perhatikan dalam;
-       Rut 2:10,13, Rut mendapat belas kasihan sebagai tanda perhatian Boas kepada Rut.
-       Rut 2:11, Rut mendapat pujian dari Boas.
Namun sekalipun demikian, Rut tetap saja tidak lupa diri. RUT ADALAH RUT, maksudnya; Rut adalah pribadi yang tidak mengenal lelah untuk bekerja di ladang Tuhan, tidak ada kata menyerah untuk bekerja di ladang Tuhan. Dia tidak termakan pujian dan hormat. Dia tidak terlena menggunakan waktu makan dengan lama-lama. Inilah yang dicari oleh Tuhan dari seorang pekerja di ladang Tuhan.
Kiranya roh Rut semacam ini ada di dalam diri kita masing-masing setelah mendengar apa yang kita terima dari Tuhan malam ini.

Ini adalah suatu contoh yang baik bagi kita, oleh sebab itu jangan sampai berkat-berkat yang kita peroleh membatasi kita untuk terus bekerja di ladang Tuhan.

Rut 2:7B
(2:7) Tadi ia berkata: Izinkanlah kiranya aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketika pun ia tidak berhenti."

Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketika pun ia tidak berhenti”, artinya; Rut itu tidak pernah mengenal kata lelah.
Saat susah dan pada saat sudah terberkati, Rut tetaplah Rut, pribadi yang tidak mengenal rasa lelah.

Roma 12:10
(12:10) Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.

“Saling mendahului dalam memberi hormat”, berarti; di dalam melayani Tuhan, saling merendahkan diri. Jangan saling menonjolkan diri, jangan tunggu-tunggu untuk dihormati. Jangan tunggu-tunggu untuk menerima pujian dan lain sebagainya, melainkan saling merendahkan diri di dalam melayani Tuhan.

Roma 12:11
(12:11) Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.

Kerajinan tidak menjadi kendor, sama dengan; roh yang menyala-nyala di dalam melayani Tuhan dan pekerjaan-Nya. Itulah kehidupan Rut, tidak pernah mengenal lelah di dalam melayani Tuhan dan pekerjaan di dalam ladang Tuhan.
Biarlah kiranya kita terus bernyala-nyala, berkobar-kobar di dalam melayani Tuhan dan melayani pekerjaan Tuhan.

Keluaran 3:2-3
(3:2) Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. (3:3) Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?"

“Semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api”, artinya; sekalipun kita ini adalah bangsa kafir, tetapi di dalam melayani Tuhan dan pekerjaan-Nya, tetap dengan roh yang menyala-nyala, kerajinan tidak menjadi kendor.
Kalau kerajinan tidak menjadi kendor atau melayani dengan roh yang menyala-nyala, itu merupakan penglihatan yang hebat. Kalau kerajinan menjadi kendor, beribadah bermalas-malasan, melayani dengan terpaksa, atau melayani karena kepentingan, itu bukan penglihatan yang hebat.

Semak duri adalah gambaran dari bangsa kafir. Rut adalah bangsa Moab, bangsa kafir.

Keluaran 3:4
(3:4) Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia menjawab: "Ya, Allah."

Di sini kita perhatikan: “Berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepada Musa”, artinya; kalau kita melayani Tuhan dengan roh yang bernyala-nyala, pada saat itu juga kita dapat mendengar langsung suara Tuhan.

Banyak orang Kristen merindu dan mendambakan untuk dapat mendengar suara Tuhan dengan jelas, tetapi ia tidak dapat mendengar, sama seperti orang yang mempunyai telinga tetapi tidak dapat mendengar, sama seperti orang yang mempunyai mata tetapi tidak dapat melihat. Banyak kehidupan orang Kristen semacam ini.
Tetapi bagi orang yang melayani Tuhan tanpa kenal lelah, kerajinan tidak menjadi kendor, melayani dengan roh yang menyala-nyala; ia akan mendengar suara Tuhan pada saat Tuhan berseru. Dengan mudah sekali mendengarkan suara Tuhan pada saat Tuhan berseru.

Dulu, sebelum saya terpanggil menjadi seorang hamba Tuhan, saya mendambakan Tuhan selalu berseru, berkata-kata kepada saya, tetapi itu tidak pernah saya terima. Tetapi sekarang saya mengerti; setiap kali kita melayani Tuhan dengan roh yang bernyala-nyala, Tuhan berseru, dan kita langsung mendengarkan suara-Nya itu. Itu saya alami sendiri, sehingga saya mudah sekali mengerti tentang segala sesuatu yang ada di sekitar saya, karena Tuhan yang memberitahukan.

Keluaran 3:6-7
(3:6) Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah. (3:7) Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka.

Allah berseru kepada Musa tentang kesengsaraan dan penderitaan yang dialami oleh bangsa Israel di tanah Mesir. Berarti, kalau kita melayani Tuhan dengan roh yang bernyala-nyala atau tidak mengenal lelah di dalam melayani pekerjaan Tuhan; kita dengan mudah mengerti tentang kesengsaraan dan penderitaan orang lain, dengan kata lain; peka terhadap kesusahan orang lain.

Kalau orang bebal, kehidupan orang yang di luar Tuhan, senantiasa hidup bergelimpangan dosa, dia tidak peka terhadap kesusahan orang lain, tidak peka dengan sengsara orang lain, tidak peka dengan penderitaan orang lain.
Banyak orang menderita dan sengsara karena diperbudak dosa, sama halnya seperti bangsa Israel, mereka mengalami kesengsaraan dan penderitaan karena mereka diperbudak dengan kerja paksa di Mesir oleh pengerah-pengerah yang ada di Mesir. Tetapi kehidupan seorang hamba yang melayani tanpa mengenal lelah, melayani dengan roh yang menyala-nyala, dia mengerti tentang kesengsaraan orang lain, mengerti tentang penderitaan orang lain, mengerti kesusahan hati orang lain, tidak bebal.

Siapapun sidang jemaat yang datang ke pastori, saya langsung mengerti isi hatinya dari raut wajahnya dan dari sorot matanya. Dan kalau saya tahu dia dalam kesusahan, saya langsung tanya: “Mengapa? Ada apa?” Itu tidak bisa dipungkiri. Saya tidak boleh berdiam diri. Harus belajar untuk mengerti kesusahan orang lain.

Ibrani 5:1
(5:1) Sebab setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa.

Seorang imam ditetapkan untuk melayani Tuhan dan kedudukannya berada di antara Allah dengan manusia berdosa untuk memperdamaikan manusia berdosa kepada Allah.

Ibrani 5:2
(5:2) Ia harus dapat mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat, karena ia sendiri penuh dengan kelemahan,

Seorang imam harus mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat. Mengapa? Karena seorang imam juga tidak luput dari kelemahan-kelemahannya.
Mengapa kita harus mengampuni orang yang bersalah? Karena kita juga tidak luput dari dosa, kejahatan, dan kesalahan-kesalahan.

-       Orang yang jahil, menunjuk; pengganggu. Jangan ada di antara kita yang mengganggu, mengambil damai sejahtera dari orang lain.
-       Orang yang sesat, menunjuk; orang yang tidak berjalan di jalan Tuhan, dengan lain kata; menurut kata hati, menuruti keinginan di hati saja. Elimelekh bersama isteri (Naomi) dan dua anaknya pernah sesat, karena dia menuruti keinginan hatinya. Baru saja bangsa Israel, termasuk Betlehem, Efrata mengalami resesi, kekeringan, Elimelekh segera saja mengambil jalannya sendiri. Akhirnya, dalam kesesatan itu banyak pengalaman kematian dan penderitaan yang dialami.

Praktek mendengar suara Tuhan.
Keluaran 3:4-6
(3:4) Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia menjawab: "Ya, Allah." (3:5) Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus." (3:6) Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.

Ada tiga praktek atau tindakan Musa saat mendengar suara Tuhan.
1.     Musa berkata: “Ya, Allah”.
2.     Musa menanggalkan kasutnya.
3.     Musa menutupi mukanya.

Selanjutnya, mari kita simak tiga perkara di atas tersebut.

Keterangan: MUSA BERKATA: “YA, ALLAH.
Setelah mendengar suara Allah, musa menjawab: “Ya, Allah”, menunjukkan bahwa; Musa adalah pribadi yang dengar-dengaran. Biarlah kiranya kita melayani Tuhan dan melayani pekerjaan-Nya disertai dengan roh yang dengar-dengaran.

Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"

“Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!”, artinya; kalau seorang hamba Tuhan dengar-dengaran, maka kehendak Allah terlaksana olehnya.
Masih banyak pekerjaan Tuhan yang belum terlaksana di dalam ibadah pelayanan dalam penggembalaan yang Tuhan percayakan ini.

Tidak ada artinya seorang hamba melayani tuannya tanpa dengar-dengaran. Melayani dengan segala jerih lelah tanpa dengar-dengaran, tidak ada artinya. Bahkan sekalipun ia mengerjakan banyak pekerjaan di tengah ibadah pelayanan itu, tetapi jika ia tidak dengar-dengaran; tidak ada artinya. Membawa korban di atas mezbah banyak-banyak, kalau ia tidak dengar-dengaran, justru memperbanyak mezbah itu akan memperbanyak dosanya.
Maka alangkah bodoh sekali kalau seseorang melayani dengan jerih lelah tetapi tidak dengar-dengaran.  Apa upah yang kita dapat dari Tuhan? Apakah hanya sebatas kesenangan, kepuasan di dalam hati saja upah yang harus kita peroleh? Memang sepertinya kalau kita melakukan semuanya itu, puas hati, tetapi hati Tuhan tidak puas. Tetapi itu tidak ada artinya?
Bukankah kita melayani Tuhan hanya untuk menyenangkan hati Tuhan. Oleh sebab itu, belajarlah bijaksana. Tidak boleh beribadah dan melayani secara rutinitas, sebab kita akan menerima upah dari sorga, bukan dari saya.

Perlu untuk diketahui: Kalau seorang hamba melayani tetapi tidak dengar-dengaran, suka mendahului kehendak Allah. Tuhan tidak suka dengan hamba yang seperti ini, sekalipun dia banyak mempersembahkan persembahannya di atas mezbah.

Yesaya 53:10-11
(53:10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya. (53:11) Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.

Melayani disertai dengan roh dengar-dengaran, hasilnya; membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, yakni sengsara salib yang ditanggungnya.
Tetapi TUHAN berkehendak”, berarti; supaya kehendak Tuhan nyata, maka kita harus menanggung banyak penderitaan.

Yesaya 53:12
(53:12) Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.

Siapa yang merindu, Tuhan bagikan kepada kita di tengah ibadah pelayanan ini, orang-orang besar sebagai rampasan? Belajar dengar-dengaran kepada Tuhan. Jangan mendengar suara daging, apalagi roh jahat dan roh najis, karena tujuan kita melayani adalah untuk menyenangkan hati Tuhan, bukan manusia.
Dalam kesempatan Ibadah Doa Penyembahan, kita sudah berkali-kali mendengarkan pemberitaan: “Jangan lagi kamu saling mendustai”, tetapi rupanya kita masih saling mendustai. Mendustai hubungan kita dengan Tuhan, menyangkali salib Tuhan, menyangkali kehendak Tuhan. Hati Tuhan tidak puas.
Tetapi kalau kita melayani dengan roh yang dengar-dengaran; hati Tuhan puas, sebab hasilnya; membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, itulah sengsara salib yang dipikulnya. Untuk apa kita melayani sesuai kehendak sendiri, memuaskan hasrat sendiri, tetapi hati Tuhan tidak puas?
Jangan kerjakan perbuatan sia-sia yang tidak ada artinya. Mari belajar memuaskan hati Tuhan, jangan puaskan hati orang lain, lawan jenis.
Tetapi kalau kita melayani Tuhan disertai dengan roh dengar-dengaran, hasilnya; membenarkan orang dengan hikmatnya, yakni sengsara salib yang kita tanggung, kita pikul, maka hati Tuhan puas. Belajar untuk memuaskan hati Tuhan mulai detik ini. Kita melakukan firman adalah untuk Tuhan, bukan untuk dilihat orang lain.

Sehingga Tuhan akan membagikan kepadanya;
-       Orang-orang besar sebagai rampasan.
-       Orang-orang kuat sebagai jarahan.
Kalau itu ada di tengah ibadah pelayanan ini, kita enak (ringan) melayani Tuhan, tidak lagi sengsara oleh karena kebodohan. Kita sanggup melakukan perkara yang besar ke depan, kalau betul-betul kita melayani disertai dengan roh yang dengar-dengaran.

Orang-orang besar sebagai rampasan dan orang-orang kuat sebagai jarahan, itu adalah upah bagi seorang hamba, kalau ia melayani disertai dengan roh dengar-dengaran. Dengar-dengaran itu berarti banyak menanggung  penderitaan.
Camkanlah ini dengan baik. Biarlah perkara ini tertulis di dalam kepikiran-kepikiran kita, menguasai alam pemikiran kita sepenuhnya. Jangan ada yang lain lagi. Itulah kehidupan yang dimeteraikan, bagaikan 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang dimeteraikan, inti mempelai Tuhan.

Keterangan: MUSA MENANGGALKAN KASUT.
Keluaran 3:5
(3:5) Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus."

Tanggalkan kasut dari kaki kanan dan kaki kiri, artinya; mengalami pengudusan baik lahir maupun batin, sebab Musa berdiri di tempat kudus dan takhta kasih karunia atau kemurahan.
Saat ini kita sedang berdiri di tempat kudus. Kita sekarang berdiri di takhta kasih karunia. Tanggalkan kasut dari kaki kanan dan kaki kiri, biarlah kita mengalami penyucian lahir batin. Jangan hanya bagian kanan atau bagian kiri. Bukan hanya sebelah luar, tetapi lahir batin mengalami pengudusan, karena kita sekarang berdiri di tempat kudus, tempat kasih karunia.
Jadi, orang yang hidup di dalam Tuhan, terkhusus mereka yang beribadah dan melayani di tengah-tengah ibadah tersebut; full kasih karunia, penuh dengan kasih karunia, penuh dengan kemurahan Tuhan. Kalau seseorang melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, berdiri di tempat kudus, berdiri di takhta kasih karunia, pasti penuh dengan kasih karunia, tidak bisa tidak.
Kalau melayani tanpa kasih karunia, perlu dipertanyakan, perlu dikoreksi; ada apa? Mengapa hari-hari bermasalah dan tidak pernah tuntas, baik keuangan, ekonomi dan lain sebagainya, perlu dipertanyakan.

Wahyu 7:9
(7:9) Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.

Berdiri di hadapan takhta kudus dan di hadapan takhta kasih karunia, tandanya:
1.     Memakai jubah putih.
2.     Memegang daun-daun palem.

Tentang: Memakai jubah putih, menunjuk; tabiat dari seorang pelayan Tuhan (hamba Tuhan), yaitu hidup di dalam kebenaran dan dipercaya. Pakaian itu adalah tabiat. Kita mengenal orang dari tabiatnya, dari pakaiannya. Tabiat dari seorang pelayan Tuhan adalah hidup benar dan dipercaya. Jangan sampai kita melayani, tetapi tidak hidup benar dan tidak bisa dipercaya, suka main belakang, itu bukan jubah putih.

Wahyu 7:14
(7:14) Maka kataku kepadanya: "Tuanku, tuan mengetahuinya." Lalu ia berkata kepadaku: "Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.

Sumber dari tabiat kebenaran dan dipercaya adalah senantiasa menjunjung tinggi korban Kristus. Biarlah kiranya kita senantiasa menjunjung tinggi korban Kristus.

Kalau kita perhatikan Zerubabel; dia dapat menyelesaikan pembangunan rumah Tuhan yang di Yerusalem. Zerubabel adalah seorang buangan yang dikembalikan ke Yerusalem, dipercaya oleh Tuhan membangun rumah Tuhan di Yerusalem bersama dengan imam Besar Yosua, dia dapat menyelesaikannya dengan baik. Bahkan gunung besar, semua rata bagi Zerubabel. Tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi pelayanan dari Zerubabel. Mengapa? Karena dia mengangkat batu utama, itulah batu penjuru, dasar dari bangunan itu. Ketika di tangannya ada batu utama, orang yang melihatnya itu berkata: Bagus, bagus betul batu itu. Orang-orang ikut memuliakan korban Kristus.
Inilah yang harus kita kerjakan di hari-hari terakhir ini; orang lain harus mengenal salib Kristus. Ingat itu, jangan permalukan. Kita ini membawa nama Tuhan Yesus, baik terhadap tetangga yang tidak mengenal Tuhan Yesus.
Jangan telanjangi dirimu kepada mereka oleh karena kenajisan itu. Ayo, pakai jubah putih, tabiat seorang pelayan Tuhan; hidup benar, dipercaya oleh Tuhan.
Jangan merasa diri benar dengan ukuran kebenaran diri sendiri. Kita semua sudah belajar dari sebatang buluh, lewat kitab Wahyu 11:1, menjadi tongkat pengukur, tetapi itu sudah terlebih dahulu mengena ke kepala Yesus, Dia sudah menanggung penderitaan, itu adalah tolak ukurnya, bukan kebenaran diri sendiri.

Tentang: Memegang daun-daun palem, menunjukkan bahwa; seorang hamba Tuhan atau pelayan Tuhan menghargai bahkan menghormati ibadah dan pelayanan, itulah hari perhentian.
Seorang pelayan Tuhan menghargai dan menghormati hari perhentian, yakni ibadah dan pelayanan. Kalau melayani tetapi tidak mengerti untuk menghargai dan menghormati ibadah dan pelayanan, saya kira perlu dipertanyakan; benar-benar mau melayani Tuhan atau tidak?

Wahyu 7:15
(7:15) Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.

Kalau kita mau menghargai, mau menghormati ibadah dan pelayanan, barulah kita layak berdiri di hadapan takhta Allah dan dipercaya untuk melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Sampai pada akhirnya, Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka, artinya; Tuhan diam di antara mereka, sama dengan; Tuhan diam bersama-sama dengan mereka.
Kalau Tuhan diam di tengah-tengah mereka, ada di antara mereka, berarti Tuhan menjadi Raja dan berkuasa atas kehidupan mereka, dengan demikian; nyatalah kemuliaan Allah. Kalau Tuhan ada di antara kita, di tengah-tengah nikah dan rumah tangga, di tengah-tengah ibadah dan pelayanan dalam penggembalaan ini, nyatalah kemuliaan Allah.

Inilah yang kita syukuri dari Tuhan Yesus; Dia yang duduk di atas takhta-Nya itu membentangkan kemah-Nya di antara mereka. Artinya, Tuhan diam di antara mereka atau bersama-sama dengan mereka, berarti; nyata kemuliaan Allah.
Apa tanda nyata kemuliaan Allah? Dosa tidak lagi berkuasa, otomatis, dukacita, perkabungan, ratap tangis, tidak ada lagi.

Keterangan: MUSA MENUTUPI MUKANYA.
Keluaran 3:6
(3:6) Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.

Setelah mendengar pernyataan Allah yang mengakui diri-Nya sebagai Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, Allah Israel, lalu Musa menutup: mukanya.
Menutup: mukanya, menunjukkan bahwa Musa adalah seorang hamba yang takut akan Tuhan, merasa diri tidak layak, merasa diri sebagai orang yang paling berdosa, sebab tidak ada seorang pun yang dapat melihat Allah.
Seorang hamba harus memiliki roh takut akan Tuhan, sama dengan; takut berbuat dosa. Takut akan Tuhan bukan berarti kita harus bersembunyi di kolong jembatan, bersembunyi di kolong tempat tidur, atau bersembunyi di kolong apa saja. Tetapi takut akan Tuhan itu sama dengan takut berbuat dosa. Sekecil apapun dosa itu dia tidak berani lagi.

Mengapa kita harus takut akan Tuhan? Sebab Allah yang kita sembah adalah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, sama dengan; Allah yang hidup.
Kita tidak perlu takut kepada berhala-berhala. Berhala perak dan emas atau berhala-berhala apapun tidak perlu takut. Justru berhala-berhala ini menyeret seseorang untuk jatuh ke berbagai-bagai dosa, sebab itu kita tidak perlu takut kepada berhala, karena Allah yang kita sembah adalah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, Allah yang hidup.

Apa tandanya Allah kita hidup? Dia berkuasa untuk menyelamatkan, untuk membebaskan kehidupan kita dari dosa, sebab Dia telah mencurahkan darah-Nya di atas kayu salib. Kehidupan kita ini sudah ditebus dari perbuatan sia-sia, dosa yang diwariskan dari nenek moyang, bukan dengan barang yang fana, bukan dengan perak dan emas, bukan dengan berhala, bukan dengan yang lain-lain, melainkan oleh darah Kristus, yang sama dengan darah Anak Domba yang tak bercacat, tak bernoda, dan tak bercela.
Memang kita selayaknya harus takut akan Tuhan, sebab Dia adalah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, Allah yang hidup. Apa tanda Dia adalah Allah yang hidup? Darah-Nya telah tercurah di atas kalvari untuk menebus kehidupan kita yang berdosa dari perbuatan yang sia-sia yang diwariskan dari nenek moyang.
Kalau warisan itu emas batangan berkilo-kilo, itu bagus, tetapi ini adalah perbuatan sia-sia. Tetapi darah Yesus sanggup membebaskan kita dari dosa warisan.

Matius 22:29
(22:29) Yesus menjawab mereka: "Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!

Orang-orang Saduki sesat; tidak mengerti Kitab Suci dan tidak mengerti kuasa Allah.

Matius 22:30-33
(22:30) Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga. (22:31) Tetapi tentang kebangkitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika Ia bersabda: (22:32) Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup." (22:33) Orang banyak yang mendengar itu takjub akan pengajaran-Nya.

Allah yang kita sembah adalah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, Allah orang hidup.
Orang hidup, artinya; berada dalam suasana kebangkitan. Tanda suasana kebangkitan;
1.     Sama seperti malaikat; tidak punya tulang, tidak punya daging dan darah, artinya; tidak hidup lagi menurut hawa nafsu dan keinginan daging. Pikirannya sudah pikiran rohani, perasaannya sudah perasaan rohani, tidak terlihat lagi tabiat daging, sama dengan; manusia rohani.
2.     Hidup suci, dengan lain kata; lepas dari dosa kawin dan mengawinkan, sama dengan; lepas dari dosa kenajisan.

Itulah orang yang hidup (suasana kebangkitan), dan Allah yang hidup disembah oleh orang yang hidup (berada dalam suasana kebangkitan).

Syarat melayani Tuhan dengan roh yang menyala-nyala.
Keluaran 3:1
(3:1) Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.

“Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya.”
Kata “biasa” bukan menunjuk suatu kebiasaan atau rutinitas, bukan ibadah rutinitas, bukan ibadah Taurat, bukan ibadah lahiriah. “Biasa menggembalakan”, artinya; dalam hal tergembala dalam sebuah penggembalaan sudah mendarah daging.

Kalau seseorang yang tergembala sudah mendarah daging, akan merasa kurang pas ketika berada jauh dari ruang lingkup penggembalaan, ada sesuatu yang kurang pas dalam dirinya. Tetapi kalau tergembala itu belum mendarah daging, sekalipun dia tidak beribadah, tidak melayani, itu biasa. Tidak tertuduh, tidak merasa bersalah. Tetapi di sini kita melihat; Musa itu biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya. Jadi, tergembala itu sudah mendarah daging, tergembala itu sudah menjadi nafas hidup, sehingga kalau jauh dari ruang lingkup penggembalaan ada sesuatu yang kurang pas.
Saya juga begitu, kalau saya jauh dari ibadah / tidak melayani, karena mengikuti kegiatan di luaran sana, rasanya ada sesuatu yang kurang, pikiran saya tidak tenang, apalagi memikirkan keadaan kawanan domba dalam kandang penggembalaan ini; bagaimana nanti jika datang serigala yang buas?

Dalam susunan TABERNAKEL, penggembalaan terkena kepada RUANGAN SUCI. Di dalamnya terdapat tiga macam alat;
1.     Meja Roti Sajian.
2.     Pelita Emas.
3.     Mezbah Dupa.
Tiga alat tersebut berbicara tentang ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, antara lain;
1. MEJA ROTI SAJIAN, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci, itulah persekutuan dengan firman Allah dan persekutuan dengan tubuh dan darah Yesus, sama dengan; domba-domba diberi makan sehingga ada kekuatan.
     Kalau domba-domba lapar, tidak ada kekuatan. Kalau domba-domba diberi makan; ada kekuatan, terkhusus untuk menghadapi dosa. Demikian juga kalau kita menikmati makanan sehat akan memberi pertumbuhan rohani yang sehat dan memberi sistem imun yang baik; kebal terhadap penyakit, yakni; dosa kejahatan, kebal terhadap penyakit, yakni; dosa kenajisan dan dosa yang lain.
2. PELITA EMAS, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian, sama dengan; persekutuan dengan Roh Kudus, sama dengan; diberi minum oleh Roh Kudus. Kita semua diberi minum oleh Roh Kudus, sehingga menjadi kesaksian, sehingga menjadi contoh teladan sesuai dengan karunia-karunia, sesuai dengan jabatan-jabatan yang dipercayakan oleh Roh Tuhan kepada kita.
3. MEZBAH DUPA, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan, sama dengan; persekutuan dengan kasih Allah, sama dengan; diberi nafas hidup. Pendeknya; Kasih Allah adalah nafas hidup kita.

Imamat 24:4
(24:4) Di atas kandil dari emas murni haruslah tetap diaturnya lampu-lampu itu di hadapan TUHAN."

Di atas kandil dari emas murni harus tetap diatur lampu-lampu di hadapan Tuhan.

Imamat 24:7
(24:7) Engkau harus membubuh kemenyan tulen di atas tiap-tiap susun; kemenyan itulah yang harus menjadi bagian ingat-ingatan roti itu, yakni suatu korban api-apian bagi TUHAN.

Di atas roti sajian itu harus membubuh kemenyan tulen, yakni suatu korban api-apian bagi Tuhan.

Keluaran 30:1
(30:1) "Haruslah kaubuat mezbah, tempat pembakaran ukupan; haruslah kaubuat itu dari kayu penaga;

Di atas mezbah ada dupa (kemenyan) yang dibakar oleh api.

-       Di atas roti sajian ada api.
-       Di atas kandil ada api.
-       Di atas mezbah dupa ada api.
Jadi, ada api di atas meja roti, ada api di atas kandil, ada api di atas mezbah pembakaran ukupan, itu berbicara tentang;
-       Api penyucian yang dikerjakan oleh FIRMAN ALLAH.
-       Api penyucian yang dikerjakan oleh ROH KUDUS.
-       Api penyucian yang dikerjakan oleh KASIH ALLAH.
Sehingga dengan demikian; seorang hamba Tuhan, seorang pelayan Tuhan berkobar-kobar, bernyala-nyala di dalam melayani Tuhan, sama dengan; melayani dengan roh yang bernyala-nyala, kerajinan tidak akan pernah menjadi kendor, tidak akan bermalas-malas.
Mengapa seorang hamba tidak lagi berkobar-kobar dalam melayani Tuhan, kerajinan menjadi kendor? Karena tidak mengalami penyucian oleh api firman, api Roh Kudus dan api dari kasih Allah.
Jadi, penting bagi kita untuk tergembala dan tergembala sampai mendarah daging. Sebab tergembala itu tidak boleh karena rutinitas, tidak boleh karena kebiasaan, tidak boleh karena aturan gereja, tidak boleh supaya untuk menyenangkan gembala sidang, menyenangkan hati manusia. Tetapi penggembalaan itu sudah seharusnya mendarah daging.
Beribadah tidak boleh karena ini dan itu, tetapi tergembala itu harus mendarah daging, sebab di situ kita boleh mengalami penyucian oleh api firman, api Roh kudus, api dari kasih Allah, maka kita akan melihat betapa Tuhan akan  pakai kita dengan luar biasa, dengan heran, oleh kuasa-Nya yang dari sorga. Nyatalah kemuliaan-Nya, nyatalah penglihatan yang hebat itu di tengah-tengah kita bekerja melayani pekerjaan Tuhan.

Kita masing-masing belajar untuk membuka diri disertai dengan kerendahan hati, dan kelemah-lembutan supaya betul-betul kita mengalami penyucian oleh api firman, Roh dan kasih-Nya, sehingga kita berkobar-kobar di dalam melayani Tuhan.
Itulah pribadi Rut; baru saja dia makan, dia langsung mau bekerja lagi. Rut adalah Rut, mengapa saya katakan demikian?
-       Pada ayat 14, pada waktu makan, Rut makan sampai kenyang, bahkan ada sisa.
-       Pada ayat 15A, baru saja selesai waktu makan, dia langsung bekerja seperti biasa.
Itu sebabnya saya katakan; Rut adalah Rut. Rut tidak mengenal lelah, dan itu dibuktikan dalam Rut 2:7, dari pagi sampai sore tidak pernah berhenti.

Ayo, kalau kerajinan sudah menjadi kendor, berarti kita periksa hati kita malam ini; mungkin hati ini sudah tidak lagi mengalami penyucian api firman, api Roh dan api dari kasih Allah.

Kita kembali untuk memperhatikan Rut 2.
Rut 2:15-16
(2:15) Setelah ia bangun untuk memungut pula, maka Boas memerintahkan kepada pengerja-pengerjanya: "Dari antara berkas-berkas itu pun ia boleh memungut, janganlah ia diganggu; (2:16) bahkan haruslah kamu dengan sengaja menarik sedikit-sedikit dari onggokan jelai itu untuk dia dan meninggalkannya, supaya dipungutnya; janganlah berlaku kasar terhadap dia."

Pada ayat 15B-16, jelas dikatakan: “Dari antara berkas-berkas itu pun ia boleh memungut, janganlah ia diganggu; bahkan haruslah kamu dengan sengaja menarik sedikit-sedikit dari onggokan jelai itu untuk dia dan meninggalkannya, supaya dipungutnya; janganlah berlaku kasar terhadap dia.
Mari kita melihat ayat-ayat yang menjadi dasar bagi Rut untuk memungut gandum di ladang Boas.

Imamat 19:1-2
(19:1) TUHAN berfirman kepada Musa: (19:2) "Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.

Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.
Mengapa harus kudus? Sebab Tuhan itu kudus. Tetapi tidak terlepas dari ayat 9-10.

Imamat 19:9-10
(19:9) Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya, dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu. (19:10) Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya dan buah yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu.

Dasar dari Rut untuk memungut jelai gandum di ladang Boas adalah;
-       Janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya.
-       Janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu.
-       Sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya.
-       Buah yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut.
Tetapi semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing.
Jadi, Tuhan sangat memperhatikan orang miskin dan orang asing.

Imamat 23:22
(23:22) Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu, semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu."

Pada saat penuaian di ladang, harus ditinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing. Inilah dasar bagi Rut sehingga dia berani untuk menuai jelai gandum di ladang Boas. Berarti, Rut ini betul-betul menghargai dan menghormati kemurahan Tuhan.

Bukankah kita ini adalah orang asing, bangsa kafir? Kita ini adalah orang miskin; miskin kasih karunia, miskin kemurahan, miskin kebajikan, tetapi di sini kita perhatikan; Tuhan memperhatikan orang miskin, Tuhan memperhatikan orang asing, bangsa kafir. Kalau Rut memanfaatkan ayat ini, berarti Rut menghormati kemurahan Tuhan, Rut menghargai kemurahan Tuhan. Belajar untuk menghargai kemurahan.
Kesempatan bagi kita untuk beribadah dan melayani, itu adalah kemurahan bagi kita yang adalah orang miskin dan bangsa kafir.

Kita kembali memperhatikan Rut 2.
Rut 2:7,2
(2:7) Tadi ia berkata: Izinkanlah kiranya aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketika pun ia tidak berhenti." (2:2) Maka Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi: "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku." Dan sahut Naomi kepadanya: "Pergilah, anakku."

Seorang hamba Tuhan yang melayani dengan roh menyala-nyala, pasti perkataannya sesuai dengan perbuatannya, atau perbuatannya sesuai dengan perkataannya. Tidak ada dusta.
Kemudian, di sini kita melihat; Rut itu memungut berkas-berkas jelai di belakang penyabit-penyabit, artinya; Rut melayani Tuhan dengan kerendahan hati.

Mazmur 22:27
(22:27) Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya!

Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang;
-     Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah (Mazmur 37:11).
-     Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan (Mazmur 149:4).


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment