KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, December 22, 2019

IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 21 DESEMBER 2019



IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 21 DESEMBER 2019

STUDY YUSUF
(Seri: 176)

Subtema: MEMPELAI PEREMPUAN MEMPUNYAI LEHER SEPERTI MENARA DAUD

Shalom saudaraku.
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita semua, biarlah kiranya Tuhan memberkati kita agar kita tidak keras hati.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet, Youtube, Facebook dimanapun anda berada, kiranya Tuhan memberkati kita lewat lawatan firman-Nya pada malam ini.

Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pemuda Remaja tentang study Yusuf.
Kejadian 41:50-52
(41:51) Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku." (41:52) Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: "Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku."

Sebelum datang tujuh tahun kelaparan itu lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki.
-       Yang sulung bernama: Manasye.
-       Yang kedua bernama: Efraim.

Selanjutnya marilah kita menyimak arti rohani kedua nama anak laki-laki Yusuf tersebut, dimulai dari anak yang sulung, yakni Manasye.
MANASYE, artinya: Allah telah membuat Yusuf lupa sama sekali terhadap dua perkara, yakni:
1.     Yusuf lupa kepada kesukarannya.
2.     Yusuf lupa kepada rumah bapanya.

Tentang: Yusuf lupa kepada kesukarannya.
Adapun kesukaran Yusuf dibagi dalam tiga fase:
-       Fase yang pertama: “Ketika Yusuf tinggal bersama-sama dengan saudara-saudaranya.” (Kejadian 37).
-       Fase yang kedua: “Ketika Yusuf tinggal di rumah Potifar.” (Kejadian 39).
-       Fase yang ketiga: “Ketika Yusuf berada di dalam penjara.” (Kejadian 40)

Sekarang kita masih berada pada FASE YANG KEDUA: KETIKA YUSUF BERADA DI RUMAH POTIFAR.
Kejadian 39:6b
(39:6) Segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf, dan dengan bantuan Yusuf ia tidak usah lagi mengatur apa-apa pun selain dari makanannya sendiri. Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya.

“Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya.”
Saudara ketentuan firman Allah terhadap sidang mempelai Tuhan ialah manis sikapnya dan elok parasnya, mengapa demikian? Karena mempelai perempuan Tuhan tidak boleh ada cacat dan celanya.

Biarlah kiranya kita senantiasa membawa korban dan persembahan, dan mempersembahkannya dengan persembahan yang berbau harum, berkenan, tidak bercacat, tidak bercela.

LANGKAH-LANGKAH SUPAYA TIDAK ADA CACAT DAN CELA:
Efesus 5:26-27
(5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.

Sidang jemaat dikuduskan oleh Tuhan sesudah dimandikan dengan air dan firman Allah.
Tujuannya ialah untuk menempatkan sidang jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu.
Pendeknya, jemaat kudus dan tidak bercela.

Kolose 1:19-20
(1:19) Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, (1:20) dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.

Seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, yaitu Yesus Anak Allah. Maka segala sesuatunya baik yang di bumi maupun yang di sorga diperdamaikan oleh darah salib Kristus.
Tidak ada seorangpun yang dapat sampai kepada Allah, tanpa kehidupannya diperdamaikan oleh darah salib Kristus.

Kolose 1:21-22
(1:21) Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, (1:22) sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.

Yang dahulu hidup jauh dari Allah, telah diperdamaikan-Nya di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya.
Tujuannya untuk menempatkan sidang jemaat kudus, dan tidak bercela, dan tidak bercacat di hadapan-Nya.
Singkatnya setelah kita memperhatikan dua ayat di atas itulah Efesus 5:26-27 dan Kolose 1:19-22 kita dapat mengambil kesimpulan dari dua ayat ini, bahwa bagian Tuhan adalah menguduskan sidang jemaat dengan air dan firman, demikian juga dengan kematian-Nya untuk menguduskan sidang jemaat dengan darah-Nya. Tujuannya; supaya sidang jemaat tidak bercacat dan tidak bercela.

Sungguh heranlah kasih Allah yang telah memperjuangkan sidang jemaat-Nya, kehidupan anak pemuda remaja, untuk dibawa sampai kepada derajat yang tinggi yakni tidak bercacat dan tidak bercela, kita bersyukur disitu. Jangan sampai tidak mengerti mengucap syukur.
Tidak ada seorangpun yang sampai kepada Allah, kalau tidak ada seorang yang menjadi pengantara antara tubuh dengan kepala, antara manusia dengan Allah Bapa. Dan itulah yang sedang diperjuangkan oleh Anak lewat pengalaman kematian dan kebangkitan-Nya, itu berbicara baptisan air, penyucian oleh air dan firman.
Kita dikuduskan di hadapan diri-Nya supaya tidak bercacat dan tidak bercela di hadapan diri-Nya. Demikian juga Ia telah memperdamaikan dosa kita oleh kematian-Nya di dalam tubuh jasmani-Nya, sehingga oleh darah-Nya kita menjadi kudus, tidak bercacat, dan tidak bercela.
Sungguh heran kasih Allah yang telah memperjuangkan kehidupan kita, yang telah memperjuangkan manusia berdosa, yang telah memperjuangkan kehidupan pemuda remaja, supaya hidup kudus tidak bercacat dan tidak bercela di hadapan-Nya. Maka kita tidak boleh lupa mengucap syukur kepada Tuhan, karena ternyata hidup ini hanya karena kasih karunia Tuhan kepada kita, bahkan kita dibawa sampai kepada derajat yang tinggi tidak bercacat dan tidak bercela, semua karena kemurahan Tuhan. Jangan sampai tidak mengerti akan hal itu.

Kolose 1:23
(1:23) Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.

Bagian kita supaya rencana Allah terlaksana yaitu sidang jemaat-Nya hidup kudus, tidak bercacat, dan tidak bercela, maka kita memperhatikan dua perkara penting, yakni:
1.     Bertekun dalam iman, berarti tetap teguh dan tidak bergoncang.
Sekalipun harus mengalami ujian, tetap bertekun dalam iman, tidak jauh dari ibadah dan pelayanan dan hiduplah di dalamnya sampai Tuhan datang, bertekunlah di dalamnya sampai Tuhan datang.
Jangan pernah kecewa dan putus asa dan jangan pernah mempersalahkan Tuhan. Tuhan itu baik, Dia sedang memperjuangkan kehidupan kita lewat air basuhan firman supaya kita kudus tidak bercacat dan tidak bercela.
Kemudian, oleh kematian diri-Nya di atas kayu salib, juga kita diperdamaikan dalam tubuh jasmani Yesus, sehingga oleh darah-Nya kita kudus tidak bercacat dan tidak bercela.
2.     Jangan mau digeser dari pengharapan Injil.
Pengharapan Injil, menunjuk kepada; Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel yang penuh kuasa melabuhkan kita sampai ke belakang Tabir yaitu Ruangan Maha Suci.

Kita melihat pembuktiannya:
Ibrani 6:19-20
(6:19) Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, (6:20) di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.

Pengharapan Injil itulah Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel dan itu merupakan sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, mengapa demikian? Karena Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel berkuasa melabuhkan kehidupan kita, kehidupan pemuda remaja, sampai ke belakang Tabir yakni Ruangan Maha Suci, dengan lain kata; menjadi mempelai Tuhan yang tidak bercacat dan tidak bercela, sama dengan sempurna adanya.

Jadi saudara tidak perlu ragu terhadap Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, itulah pengharapan Injil.
Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel berkuasa melabuhkan kehidupan kita sampai Ruangan Maha Suci, dengan lain kata berkuasa membawa kehidupan kita di hadapan diri-Nya menjadi mempelai Tuhan yang tidak bercacat dan tidak bercela.

Kita kembali untuk melihat ...
Kolose 1:23
(1:23) Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.

Rasul Paulus berkata: “Yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.”
Singkatnya, Rasul Paulus adalah pelayan Tuhan untuk memberitakan Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.

Sebagai bukti:
a.     2 Korintus 11:2
(11:2) Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.

Singkatnya, ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa Rasul Paulus adalah pelayan Tuhan untuk memberitakan Pengajaran Mempelai.
Dan Pengajaran Mempelai ini membawa gereja Tuhan sebagai perawan suci tanpa cacat, tanpa cela di hadapan diri-Nya, itulah Kristus sebagai Mempelai Laki-Laki Sorga.

b.     2 Korintus 12:1-4
(12:1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. (12:2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (12:3) Aku juga tahu tentang orang itu, -- entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- (12:4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.

Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa Rasul Paulus adalah pelayan Tuhan untuk memberitakan Pengajaran Tabernakel.
Sebab dia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga, jelas ini menunjuk kepada Ruangan Maha Suci. Dengan demikian Rasul Paulus adalah pelayan Tuhan untuk memberitakan Pengajaran Tabernakel.

Lebih rinci, sebagai bukti bahwa dia pelayan Tuhan dalam memberitakan Pengajaran Tabernakel.
Ibrani 9:2-4
(9:2) Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus. (9:3) Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. (9:4) Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,

Tanda bahwa Rasul Paulus telah diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga, ia dapat menunjukkan keadaan dari: Ruangan Suci dan Ruangan Maha Suci.
Kesimpulannya, Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel sangat berkuasa untuk membawa sidang jemaat dalam rencana Allah yang besar yakni menjadi mempelai Tuhan yang tak bercacat dan tak bercela.
Saudari Maria pernah bermimpi bahwa Rasul Paulus memegang kedua tangannya dengan erat, sebetulnya dia sudah tidak mampu melangkahkan kedua kakinya. Tetapi Tuhan menunjukkan keberadaan dari Rasul Paulus lalu memegang kedua tangannya, sehingga dalam keadaan susah payah dia berjalan melangkah bersama Rasul Paulus.
Inilah yang sedang terjadi dalam kehidupan kita masing-masing, lewat Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, Tuhan memegang kedua tangan kita. Itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita.

Oleh sebab itu bertekun dalam iman, tetap teguh, jangan bergoncang, kemudian jangan mau digeser dari pengharapan Injil. Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel itu merupakan sauh yang kuat, yang berkuasa melabuhkan kehidupan kita sampai ke belakang Tabir itulah Ruangan Maha Suci, berarti menjadi mempelai perempuan Tuhan tak bercacat dan tak bercela.

2 Petrus 3:11-14
(3:11) Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup (3:12) yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. (3:13) Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. (3:14) Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.

Langit yang pertama dan bumi yang pertama dan segala unsur-unsurnya akan berlalu.
Untuk menantikan langit yang baru dan bumi yang baru kita harus bertekun dalam iman, berarti tetap teguh dan tidak bergoncang, kemudian jangan mau digeser dari pengharapan Injil sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama akan berlalu.
Kalau langit yang pertama dan bumi yang pertama harus berlalu (dilemparkan ke dalam lautan api yang bernyala-nyala), maka yang harus kita perhatikan:
1.     Betapa suci dan salehnya kita harus hidup, supaya jangan turut binasa dilemparkan dalam nyala api neraka bersama dengan langit yang pertama dan bumi yang pertama.
2.     Berdamai dengan Tuhan, jangan sampai kita tidak berdamai dengan Tuhan supaya kita tidak bercacat dan tidak bercela. Kalau kita sudah berdamai dengan Tuhan tandanya kita selesai dengan sesama, tidak ada konflik, tidak ada masalah, tidak ada perselisihan.
Berdamai dengan Tuhan, jangan sampai kita putus asa dan kecewa, jangan sampai kita mempersalahkan Tuhan sementara kita banyak salah di hadapan Tuhan, itu yang disebut berdamai dengan Tuhan sebelum hari Tuhan tiba.
Lihat tanda-tanda teror dari setan sudah terlihat dengan bersamaan ular kobra dimana-mana, yang belum pernah terjadi. Setelah dunia ini digoncang dengan tsunami, dengan gunung meletus, dengan longsor, dengan banjir, terakhir setan teror dunia ini dimana-mana, ular kobra sudah mengadakan terornya. Itu tanda bukan kebetulan, karena kalau kita kaitkan dengan Matius 24 maka tanda zaman ini sangat sinkron dengan kedatangan Tuhan yang dituliskan dalam Injil Matius 24.
Jadi dua hal ini harus diperhatikan, betapa suci dan salehnya dan berdamai dengan Tuhan, jangan kecewa dan mempersalahkan Tuhan sementara kita banyak salah.
2 Petrus 3:15
(3:15) Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya.

Panjang sabar Tuhan adalah kesempatan bagi kita untuk beroleh keselamatan. Panjang sabar Tuhan adalah kemurahan bagi kita.
Selagi Tuhan berkemurahan itu adalah kesempatan untuk hidup suci dan saleh, dan mengadakan perdamaian dengan Tuhan. Selagi masih ada kesempatan jangan kita sibuk berburu daging seperti Esau.

Ibrani 12:15
(12:15) Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.

Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, jangan jauh dari kemurahan Tuhan. Panjang sabarnya Tuhan adalah kesempatan bagi kita untuk beroleh selamat, kalau kita memanfaatkan kesempatan yang ada ini, kita menghargai kemurahan Tuhan.
Tujuan menghargai kemurahan Tuhan adalah agar jangan tumbuh akar pahit.
Orang yang suka kecewa, orang yang mempersalahkan Tuhan dan sesama, orang yang mempersalahkan situasi, kondisi, dan keadaan, itu adalah tanda bahwa di dalam diri orang semacam ini sedang tumbuh akar pahit, sedang mengalami kepahitan.

Dampak negatif akar pahit:
1.     Menimbulkan kerusuhan.
2.     Mencemarkan banyak orang.
Itu orang yang sudah mengalami akar pahit.
Ibrani 12:16-17
(12:16) Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. (12:17) Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.

Di sini kita perhatikan Esau tidak menghargai kesempatan yang ada sebab Esau sibuk berburu daging. Sehingga ketika ia hendak menerima berkat itu ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk mencari berkat yang satu itu, sekalipun ia mencucurkan air mata, sekalipun ia meraung-raung, ia ditolak.
Kesempatan yang ada ini tinggal sedikit, namun sekalipun demikian itu adalah panjang sabarnya Tuhan, itu adalah kemurahan Tuhan, itu adalah kasih karunia Tuhan. Jangan jauh dari kasih karunia Tuhan, supaya jangan tumbuh akar pahit.

Pendeknya, Esau rela mengorbankan yang rohani untuk hal yang jasmani, sebaliknya Yakub mengorbankan yang jasmani untuk memperoleh yang rohani.
Kesimpulannya, Yakub adalah gambaran orang yang mau memanfaatkan kesempatan yang masih tersisa ini.
Jadi kelebihan dari Esau adalah:
1.     Dia memiliki hak kesulungan.
2.     Jubah berbulu.
Sebaliknya, Yakub badannya klimis, tidak punya apa-apa. Yakub mengorbankan yang jasmani untuk memperoleh yang rohani. Yakub adalah gambaran dari orang yang mau memanfaatkan kesempatan yang masih tersisa ini, walaupun tinggal sedikit.

Ayo pilih mana mengorbankan yang rohani demi yang lahiriah, sibuk dengan yang lahiriah, berburu daging,  sementara kesempatan tinggal sedikit, atau seperti Yakub badannya bersih, tidak ada apa-apa, tetapi rela mengorbankan yang jasmani demi hal yang rohani, hak kesulungan?
Jangan sibuk berburu daging, tidak salah kuliah tetapi jangan ibadah dikorbankan, jangan Tuhan dikorbankan sebab Tuhan sudah berkorban untuk kita. Jadilah pribadi yang cerdas dan bijaksana, untuk menyikapi rencana Allah yang besar, sementara kesempatan yang tersisa tinggal sedikit. Jangan gunakan kesempatan yang tersisa ini untuk sibuk berburu daging.

Kita rindu untuk menjadi mempelai Tuhan, maka Tuhan telah menampilkan diri-Nya di tengah Ibadah Pemuda Remaja ini lewat Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, sebagai sauh yang kuat untuk melabuhkan kita sampai ke belakang Tabir.
Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel merupakan tangan Tuhan yang kuat untuk membawa kehidupan kita mendekat dengan Dia, untuk membawa kehidupan kita di dalam dekapan kasih sayang dan kasih setia Tuhan, sehingga kita dapat merasakan kehangatan kasih sayang dan kasih setia Tuhan. Itulah kehidupan dari mempelai Tuhan, tak bercacat dan tak bercela.
Semakin mempelai perempuan Tuhan itu betul-betul merasakan kehangatan kasih sayang dan kasih setia, senantiasa mendapat belaian kasih sayang dan kasih setia, mendapat puji-pujian dari Mempelai Laki-Laki Sorga.

Kidung Agung 4:1-7
(4:1) Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau! Bagaikan merpati matamu di balik telekungmu. Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari pegunungan Gilead. (4:2) Gigimu bagaikan kawanan domba yang baru saja dicukur, yang keluar dari tempat pembasuhan, yang beranak kembar semuanya, yang tak beranak tak ada. (4:3) Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu, dan elok mulutmu. Bagaikan belahan buah delima pelipismu di balik telekungmu. (4:4) Lehermu seperti menara Daud, dibangun untuk menyimpan senjata. Seribu perisai tergantung padanya dan gada para pahlawan semuanya. (4:5) Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar kijang yang tengah makan rumput di tengah-tengah bunga bakung. (4:6) Sebelum angin senja berembus dan bayang-bayang menghilang, aku ingin pergi ke gunung mur dan ke bukit kemenyan. (4:7) Engkau cantik sekali, manisku, tak ada cacat cela padamu.

Di sini kita melihat Mempelai Laki-Laki memuji mempelai perempuan, karena mempelai perempuan tidak bercacat dan tidak bercela.
Selanjutnya di sini kita melihat Mempelai Laki-Laki melukiskan leher mempelai perempuan bagaikan menara Daud.

Sebetulnya kesempatan malam ini adalah bagi kita untuk melihat dan memeriksa tentang bagaikan belahan buah delima pelipismu dibalik telekungmu, tetapi karena perkara ini bisa kita temukan di dalam Kidung Agung 6:7, maka kesempatan malam ini kita langsung menerima lehermu seperti menara Daud, dibangun untuk menyimpan senjata. Seribu perisai tergantung padanya dan gada para pahlawan semuanya.
Kita berdoa supaya Tuhan memberkati kita semua.

Di sini kita melihat Mempelai Laki-Laki melukiskan leher dari mempelai perempuan bagaikan menara Daud. Mengapa leher dari mempelai perempuan Tuhan digambarkan atau dilukiskan dengan manara Daud? Jawabnya adalah karena menara Daud dibangun untuk menyimpan senjata para pahlawan atau tempat dimana para pahlawan menggantungkan segala persenjataan mereka.
Sementara leher adalah pengantara antara kepala dan tubuh manusia, tetapi disitulah senjata para pahlawan digantungkan.

Kita tidak perlu merasa takut dan ngeri mendengar kalimat ini karena seolah-olah senjata para pahlawan memang harus digantungkan pada leher kita. Tetapi yang harus kita lihat disini adalah arti rohani dari pada leher. Leher adalah penghubung antara kepala dengan tubuh manusia.

1 Yohanes 2:1-2
(2:1) Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. (2:2) Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.

Perhatikan kalimat: “Jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus.”
Yesus Kristus telah mengadakan pendamaian terhadap dosa manusia, mengadakan pendamaian terhadap dosa dunia, Dialah yang menjadi pengantara antara Allah dengan manusia sebab Dia telah memperdamaikan dosa manusia di atas kayu salib.
Tetapi sekalipun kita memiliki pengantara yang tugasnya memperdamaikan dosa dunia, jangan kita seenaknya berbuat dosa, jangan sesuka hati kita berbuat keinginan daging sendiri di luaran sana, jangan bermain-main terhadap dosa kejahatan apalagi dosa kenajisan.

Kita patut bersyukur kepada Allah karena kita memiliki seorang pengantara yang senantiasa mengadakan pendamaian terhadap dosa, bahkan yang senantiasa mendoakan kita setiap saat, setiap jam, setiap detik kepada Bapa di sorga, manakala kita sebagai anak-anak Tuhan berbuat dosa.
Kita bersyukur disitu jangan lupa pekerjaan dari Imam Besar yang mengadakan pendamaian dosa oleh darah-Nya dan juga senantiasa menaikkan doa-doa syafaat di dalam doa syafaat nama kita disebut, manakala kita sebagai anak-anak Tuhan jatuh dalam berbagai perbuatan dosa.
Setiap saat Yesus menaikkan doa syafaat kepada Bapa, setiap jam, setiap saat, manakala kita jatuh ke dalam dosa. Kita bersyukur sebab kita memiliki seorang Imam Besar yang adil.

2 Korintus 5:18-21
(5:18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. (5:19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (5:20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. (5:21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

Kesimpulan dari pembacaan ayat ini: ternyata Tuhan telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada setiap pelayan-pelayan Tuhan, para imam, kepada para hamba Tuhan.
Berarti setiap pelayan-pelayan Tuhan harus memiliki tanda darah, sebab Kristus memiliki tanda darah sehingga Dia disebut pengantara antara Bapa dan anak-anak Tuhan yang berbuat dosa.
Jadi imam-imam harus membawa berita pendamaian, harus menjadi pengantara, harus menjadi korban untuk memperdamaikan dosa manusia. Bawalah berita pendamaian itu, beritakanlah salib lewat perkataan, perbuatan kita masing-masing.
Tuhan tidak pernah salah memilih orang-orang untuk memberitakan salib. Manusia yang sering keliru di dalam kekeliruannya, tetapi Tuhan tidak pernah salah.

Pendeknya, untuk kesalahan orang lain kita harus menjadi penghubung/pengantara untuk mendoakan orang lain dalam kesalahan mereka. Kalau memang kita adalah pengantara antara manusia berdosa kepada Allah kita harus doakan kesalahan orang lain.
Seperti Yesus sebagai Imam Besar, Dia senantiasa mendoakan kita manakala kita jatuh dalam dosa apapun, Dia menjadi pengantara antara Allah dengan anak-anak Tuhan, Dia tidak pernah melupakan kita, Dia terus menerus menaikkan syafaat-syafaat-Nya kepada Bapa, dalam syafaat itu nama kita disebut kalau kita mau diperdamaikan oleh Tuhan.
Sejuta kali kita didoakan oleh seorang hamba Tuhan kalau kita tidak mau berdamai, tidak ada arti doa, tidak ada arti semuanya itu. Doa berarti kalau kita mau berdamai dengan Tuhan.

Kita lihat contoh dari sikap seorang pengantara:
1 Samuel 25:18
(25:18) Lalu segeralah Abigail mengambil dua ratus roti, dua buyung anggur, lima domba yang telah diolah, lima sukat bertih gandum, seratus buah kue kismis dan dua ratus kue ara, dimuatnyalah semuanya ke atas keledai, (25:19) lalu berkata kepada bujang-bujangnya: "Berjalanlah mendahului aku; aku segera menyusul kamu." Tetapi Nabal, suaminya, tidaklah diberitahunya. (25:20) Ketika perempuan itu dengan menunggang keledainya, turun dengan terlindung oleh gunung, tampaklah Daud dan orang-orangnya turun ke arahnya, dan perempuan itu bertemu dengan mereka. (25:21) Daud tadinya telah berkata: "Sia-sialah aku melindungi segala kepunyaan orang ini di padang gurun, sehingga tidak ada sesuatu pun yang hilang dari segala kepunyaannya; ia membalas kebaikanku dengan kejahatan. (25:22) Beginilah kiranya Allah menghukum Daud, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika kutinggalkan hidup sampai pagi seorang laki-laki saja pun dari semua yang ada padanya." (25:23) Ketika Abigail melihat Daud, segeralah ia turun dari atas keledainya, lalu sujud menyembah di depan Daud dengan mukanya sampai ke tanah. (25:24) Ia sujud pada kaki Daud serta berkata: "Aku sajalah, ya tuanku, yang menanggung kesalahan itu. Izinkanlah hambamu ini berbicara kepadamu, dan dengarkanlah perkataan hambamu ini. (25:25) Janganlah kiranya tuanku mengindahkan Nabal, orang yang dursila itu, sebab seperti namanya demikianlah ia: Nabal namanya dan bebal orangnya. Tetapi aku, hambamu ini, tidak melihat orang-orang yang tuanku suruh.

Di sini kita melihat Abigail adalah seorang pengantara yang luar biasa. Tugas dari pengantara adalah untuk mengadakan pendamaian terhadap dosa, memperdamaikan dosa manusia kepada Allah.
Demikian juga Abigail memperdamaikan dosa suaminya kepada Daud, karena Nabal sama seperti namanya; “Nabal namanya dan bebal orangnya.”
Maka saat dia mengadakan pendamaian itu dia langsung tersungkur di ujung kaki Daud dengan mukanya sampai ke tanah, ini berbicara soal kerendahan hati. Mari kita gunakan leher menjadi pengantara antara Allah dengan manusia berdosa.
Seperti halnya dengan Abigail, pada saat ia memperdamaikan dosa suaminya ia tidak berkata: ampunilah kesalahan suamiku, tetapi dia berkata: Aku sajalah, ya tuanku, yang menanggung kesalahan itu.”
Berarti untuk memperdamaikan dosa manusia kitalah yang harus menjadi korban, itu pengantara. Dia tidak berkata ampunilah kesalahan suamiku, tetapi dia berkata akulah yang bersalah, artinya seorang pengantara harus menjadi korban, harus ada tanda darah, hargailah kasih Kristus.

Berapa banyak diantara kita bermain-main dengan dosa kenajisannya, saya selalu bawa nama orang yang bermain-main dalam dosa kenajisan di kaki salib Tuhan: sekaligus minta ampun masih kurang memberi contoh teladan kepada mereka, ampuni hamba. Untuk menantikan pembukaan firman juga harus berjam-jam berada di kaki salib Tuhan.

Manakala pembukaan rahasia firman terjadi maka Yesus tampil sebagai Imam Besar untuk menyingkapkan semua dosa, untuk memperdamaikan dosa kita di atas kayu salib, pengantara yang harus menjadi korban.
Jadi saudara jangan bersungut-sungut ketika rahasia firman dibukakan pada saat itu koreksi demi koreksi berlangsung terhadap dosa yang disembunyikan.
Itu Abigail, dia berkata akulah yang bersalah, berarti seorang pengantara pada saat dia memperdamaikan dosa, dialah yang harus menjadi korban, tidak mempersalahkan orang yang berbuat salah. Dialah pengantara yang adil bagi kita.

Kalau saudara mengerti arti dari korban pendamaian lewat pembukaan firman malam ini hatimu sudah seharusnya hancur malam ini.
Mengaku dosa harus dengan kekuatan firman bukan dengan pikiran, logika, dan perasaan supaya terlihat baik. Maka orang semacam ini pasti ada komitmen tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.

Lihat apa yang dipersembahkan Abigail kepada Daud, antara lain: mengambil dua ratus roti, dua buyung anggur, lima domba yang telah diolah, lima sukat bertih gandum, seratus buah kue kismis dan dua ratus kue ara.

Kita  kembali membaca ayat 19 ...
1 Samuel 25:19
(25:19) lalu berkata kepada bujang-bujangnya: "Berjalanlah mendahului aku; aku segera menyusul kamu." Tetapi Nabal, suaminya, tidaklah diberitahunya.

Abigail adalah seorang yang rendah hati dan Abigail bukanlah seorang yang merasa pahlawan, pada saat dia sedang mengadakan pendamaian terhadap dosa suaminya, sebab ia tidak memberitahukan perkara itu kepada suaminya. Diam-diam dia mempersembahkan semua korban kepada Tuhan, dia tidak merasa seperti pahlawan.

Apapun yang kita kerjakan di tengah-tengah kegiatan Roh, di tengah perhimpunan ibadah kita, jangan pernah merasa berkorban, jangan pernah merasa berjasa dan jangan pernah merasa rugi seberapa besar yang engkau persembahkan kepada Tuhan, karena semua itu berasal dari Tuhan.
Semua itu hanyalah sarana supaya kita menjadi suatu kehidupan yang hidup sesuai dengan rencana Tuhan. Sarana ini dipakai Tuhan, dikirim Tuhan, supaya kita mau melakukan segala sesuatu menurut ketetapan-ketetapan-Nya.
Tuhan beri hikmat, kita gunakan hikmat untuk melayani Tuhan. Kita miliki harta, kita gunakan harta untuk melayani Tuhan, itu hanya sebuah sarana supaya kita semakin dekat, supaya kita layak menjadi korban pendamaian, menjadi pengantara. Jadi jangan picik dalam pengertian yang bodoh.
Tuhan bisa membuat kita sakit sehingga kita tidak bisa bekerja, untuk melakukan apa yang diinginkan oleh Tuhan. Tetapi Tuhan dengan panjang sabar-Nya harus kita manfaatkan dengan baik. Mulai malam ini jadilah pengantara antara kepala dengan tubuh, bawalah berita pendamaian itu.

Lalu pada ayat 24 ...
1 Samual 25:24
(25:24) Ia sujud pada kaki Daud serta berkata: "Aku sajalah, ya tuanku, yang menanggung kesalahan itu. Izinkanlah hambamu ini berbicara kepadamu, dan dengarkanlah perkataan hambamu ini.

Dia (Abigail) tidak mempersalahkan suaminya, tetapi dia merasa dia saja yang bersalah.
Ayo kalau rindu menjadi imam, mulai sekarang sudah harus tertanam perkataan dari pada Abigail ini: “Aku sajalah, ya tuanku, yang menanggung kesalahan itu. Izinkanlah hambamu ini berbicara kepadamu, dan dengarkanlah perkataan hambamu ini.” Naikkanlah doa syafaat itu kepada Tuhan.
Kita bersyukur kepada Tuhan, Dia adalah pengantara yang adil bagi kita semua

1 Samuel 25:27-28
(25:27) Oleh sebab itu, pemberian yang dibawa kepada tuanku oleh budakmu ini, biarlah diberikan kepada orang-orang yang mengikuti tuanku. (25:28) Ampunilah kiranya kecerobohan hambamu ini, sebab pastilah TUHAN akan membangun bagi tuanku keturunan yang teguh, karena tuanku ini melakukan perang TUHAN dan tidak ada yang jahat terdapat padamu selama hidupmu.

Selama kita membawa berita pendamaian ini kita tidak pernah mempersalahkan Tuhan, bahwa Tuhan tidak pernah merancangkan sebuah kesalahan, kejahatan, dan kecelakaan kepada kita semua, sekalipun situasi kondisi tidak berpihak kepada kita semua.

Abigail ini mempunyai pandangan nubuatan. Seorang pengantara memiliki pandangan nubuatan, memandang jauh ke depan, tidak pendek cara berfikir sehingga tidak jatuh dalam dosa.

Mari kita memeriksa kembali apa arti rohani menara Daud.
Kidung Agung 4:4
(4:4) Lehermu seperti menara Daud, dibangun untuk menyimpan senjata. Seribu perisai tergantung padanya dan gada para pahlawan semuanya.

“Para pahlawan menggantungkan senjata-senjata mereka.”
Bukankah senjata itu digunakan untuk berperang oleh para pahlawan? Tetapi di sini para pahlawan menggantungkan senjata mereka. Kalau senjata digantung berarti peperangan sudah selesai, selama peperangan belum selesai senjata para pahlawan tidak akan pernah digantungkan, tidak pernah berhenti dan tidak pernah digantungkan, seperti para pahlawan menggantungkan senjata mereka pada menara Daud.
Arti rohaninya untuk kita sekarang: anak-anak Tuhan tidak perlu lagi berperang, cukup memusatkan perhatian kepada korban Kristus supaya kita dapat menyembah Dia, cukup memandang salib Kristus supaya leher ini digunakan untuk menundukkan kepala di kaki salib Tuhan. Walaupun persoalan yang kita hadapi belum selesai, tetapi jiwa kita yakin pasti kita berkemenangan terhadap musuh.

Ayo bawa segala persoalan mu di bawah kaki salib, walaupun masalah belum selesai, tetapi jiwa kita harus  yakin kita berkemenangan, gunakan leher sebaik mungkin.
Perjuangan kita bukan melawan darah dan daging, tetapi kita berjuang melawan roh-roh jahat di udara dengan segala tipu dayanya, pusatkan perhatian kepada korban, gunakan leher, bawa diri untuk sujud menyembah di bawah kaki salib.

Itulah senjata digantungkan pada menara Daud, tinggal kita tersungkur di kaki salib sujud menyembah kepada Tuhan, walaupun masalah belum selesai tetapi jiwa kita yakin kita berkemenangan, sebab itu kita menyembah.
Kita berdiam diri bukan karena kita bodoh, kita sujud menyembah di kaki salib Tuhan bukan karena kita bodoh.
Beda dengan orang dunia manakala kecurangan terjadi dari pihak orang lain dia harus hadapi, tetapi kita tidak, kita harus berdiam diri, tetapi bukan karena kita bodoh, kita sujud menyembah bukan karena kita bodoh.
Mungkin masalah belum selesai tetapi jiwa kita yakin kita berkemenangan manakala kita berada dalam penyembahan yang besar.

Wahyu 8:3-4
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.

Mulai malam ini, detik ini, mari gunakan leher untuk merendahkan diri di kaki salib Tuhan.
Maka dalam penyembahan kita membawa segala persoalan kita kepada Tuhan dan pada saaat penyembahan itu naik, maka kita mendapat keselamatan dari Tuhan bahkan berkemenangan. Sebab Yesus adalah Mezbah Dupa besar yang sedang memimpin doa penyembahan dari orang-orang kudus untuk membawa penyembahan itu sampai kepada hadirat Tuhan, kita terlepas dari segala persoalan di bumi ini.

Satu malaikat yang kuat itu tidak lain tidak bukan adalah pribadi Yesus, Anak Allah, Dia adalah Imam Besar yang sedang mengadakan pendamaian dosa, bahkan sedang memimpin doa penyembahan dari orang-orang kudus, untuk membawa penyembahan itu sampai naik ke hadirat Allah, masalah telah selesai dari atas muka bumi.
Dialah pengantara yang adil, Dia mendoakan kita senantiasa, Dialah Imam Besar yang bersyafaat setiap saat, setiap jam, setiap detik kepada kita semua, dalam syafaat nama kita disampaikan kepada Bapa.
Demikian juga mempelai perempuan berkemenangan, tidak dapat dihanyutkan oleh air yang disemburkan oleh mulut naga sebesar sungai karena bumi datang menolongnya, itulah doa penyembahan... Wahyu 12:15-16.
Kalau hari ini kita sedang berdiam, hari ini kita ada dalam penyembahan, bukan karena kita bodoh, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, bukan karena kita bodoh, kita menyadari Yesus Imam Besar pengantara kita, Dia sudah bersyafaat untuk kita semua. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment