KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, December 10, 2019

IBADAH RAYA MINGGU, 08 DESEMBER 2019



IBADAH RAYA MINGGU, 08 DESEMBER 2019

WAHYU PASAL 11
(Seri: 15)

Subtema: BERKUASA MENUTUP DAN MEMBUKA LANGIT (KESAKSIAN ELIA)
Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan. Oleh karena kasih dan kemurahan-Nya kita diijinkan untuk mengusahakan Ibadah Raya Minggu.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan, yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan, lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada. Mari kita berdoa dengan rendah hati memohon kepada Tuhan supaya kiranya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita sore ini, sehingga kehadiran kita tidak menjadi sia-sia, melainkan ibadah ini mengandung janji maupun kuasa, baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Hidup, ibadah, nikah dan rumah tangga kita dipulihkan.
Pendeknya; ibadah ini menjadi dupa yang berbau harum, menyenangkan hati Tuhan, karena kita pun datang di hadirat Tuhan, menghampiri takhta kudus-Nya, lewat ketulusan dan rendah hati untuk terus beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan. Apa yang kita kerjakan sekarang ini bukan merupakan rutinitas, bukan hanya untuk pelengkap begitu saja. Tetapi kita betul-betul datang menyerahkan diri sepenuhnya; tubuh, jiwa, roh, lahir batin kita kepada Tuhan, untuk dipakai dibentuk, masuk dalam pembentukan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi tubuh mempelai. Itulah sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini, bukan yang lain-lain.
Soal berkat akan menyusul, asal sungguh-sungguh. Kalau matinya benar, bangkitnya benar. Itu saya alami sendiri.

Segera kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari WAHYU PASAL 11, dan kita kembali membaca ayat 6.
Wahyu 11:6
(11:6) Mereka mempunyai kuasa menutup langit, supaya jangan turun hujan selama mereka bernubuat; dan mereka mempunyai kuasa atas segala air untuk mengubahnya menjadi darah, dan untuk memukul bumi dengan segala jenis malapetaka, setiap kali mereka menghendakinya.

Mereka -- maksudnya kedua saksi itu -- mempunyai kuasa.
Kalimat ini ditulis sebanyak dua kali, maka ayat 6 ini akan dibagi menjadi dua bagian sebagai kesaksian dari dua pribadi yang luar biasa, itulah Musa dan Elia.

KALIMAT YANG PERTAMA: Mereka mempunyai kuasa menutup langit, supaya jangan turun hujan selama mereka bernubuat. Ini merupakan kesaksian dari nabi Elia.

1 Raja-Raja 17:1
(17:1) Lalu berkatalah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead, kepada Ahab: "Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan."

Elia berkata kepada raja Ahab: “Sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan.” Berarti, Elia berkuasa untuk menutup langit, sehingga hujan tidak turun.
Ini merupakan suatu kesaksian yang sangat kuat dan luar biasa, sehingga dia bisa menentukan, di dalam hal   menutup langit, sehingga hujan tidak turun.

Kita simak dan perhatikan firman ini baik-baik, supaya Tuhan pelihara hidup, ibadah, pelayanan serta nikah dan rumah tangga kita, anak-anak, cucu, semua dipelihara oleh Tuhan.

Yakobus 5:17
(5:17) Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan.

Elia menutup langit supaya hujan jangan turun sehingga bumi mengalami kekeringan selama 3.5 (tiga setengah) tahun, tepatnya pada zaman raja Ahab memerintah atas Israel.

Sebetulnya, kalau kita perhatikan di sini: “Elia adalah manusia biasa”, berarti keberadaannya sama dengan kita. Pendeknya, walaupun Elia adalah seorang nabi tetapi ia adalah manusia biasa. Baik nabi, baik rasul, tidak ada yang sempurna, hanya Tuhan yang sempurna.
Tetapi yang menjadi perbedaan antara kita dengan nabi Elia adalah dia sungguh-sungguh berdoa. Kelebihan yang menonjol dari Elia ialah terletak pada kesungguh-sungguhannya.
Kata sungguh, sama dengan; benar. Berarti, sungguh-sungguh, sama dengan; serius dalam kebenaran, dengan lain kata; tidak bermain-main dalam kebenaran, tidak bermain-main dalam kesucian.

Saya tandaskan sore ini: Anak-anak Tuhan, teramat lebih imam-imam, pelayan-pelayan Tuhan, harus serius di dalam melayani Tuhan, serius untuk hidup dalam kebenaran, serius untuk hidup dalam kesucian. Tidak boleh bermain-main dalam kesucian, tidak boleh bermain-main dalam kebenaran.
Karena kita tampilkan kebenaran dan kesucian ini bukan di depan mata manusia, tetapi kita tampilkan kebenaran dan kesucian di hadapan Tuhan. Mata manusia hanya melihat apa yang ada di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.
Tidak boleh bermain-main lagi. Sekali lagi, serius dalam kebenaran. Serius dalam kesucian. Serius dalam melayani Tuhan. Serius dalam beribadah. Serius dalam nikah. Serius dalam memperhatikan rumah tangga. Serius juga nanti akhirnya dalam hal menunaikan tugas masing-masing di manapun anda bekerja.

Sebab kedatangan Tuhan sudah dekat. Jangan sampai suami, isteri, anak-anak, orang tua kita binasa.
Sebelum terjadi kebinasaan, Musa dan Elia bersaksi pada masa aniaya antikris selama 1.260 (seribu dua ratus enam puluh) hari atau sama dengan 42 (empat puluh dua) bulan atau sama dengan 3.5 (tiga setengah) tahun. Andaikata pada masa aniaya antikris itu, salah satu dari anggota keluarga kita, misalnya anak, lehernya digorok oleh pedang antikris di depan mata, bagaimanakah perasaan hati kita sebagai orang tua? Sebab itu, ayo, sungguh-sungguh. Serius dalam kebenaran. Serius dalam kesucian. Serius beribadah. Serius melayani Tuhan. Tidak boleh lagi bermain-main di hari-hari terakhir ini. Dalam nikah dan rumah tangga juga tidak boleh bermain-main.
Hubungan kita dengan Tuhan adalah hubungan nikah. Kristus adalah Kepala. Gereja Tuhan (sidang jemaat) adalah tubuh-Nya.

Bukti Elia sungguh-sungguh.
1 Raja-Raja 17:2-3
(17:2) Kemudian datanglah firman TUHAN kepadanya: (17:3) "Pergilah dari sini, berjalanlah ke timur dan bersembunyilah di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan.

Kemudian datanglah firman TUHAN kepadanya.” Berarti; Firman itu gamblang, tidak disembunyikan.
Gereja Tuhan harus mengerti firman. Imam yang menyampaikan firman dan sidang jemaat harus mengerti. Tulisan ini (Firman Tuhan yang tertulis dalam kitab suci) harus dimengerti, tidak boleh ditutup-tutupi satu kata pun. Maka, hamba Tuhan juga harus sungguh-sungguh di dalam melayani untuk bisa menyampaikan isi hati Tuhan dengan gamblang.

Firman Tuhan kepada Elia: “Pergilah dari sini, berjalanlah ke timur dan bersembunyilah di tepi sungai Kerit ...
Tuhan memerintahkan Elia supaya bersembunyi di tepi sungai Kerit. Bersembunyi, artinya; menyingkir.
Kita perlu menyingkir dari tiga hal:
1.     Dunia.
2.     Daging.
3.     Setan.
Kita perlu menyingkir dari dunia, daging, dan Setan, supaya kita lepas dari pengaruh-pengaruh dunia ini, pengaruh dari daging ini, pengaruh dari Setan.
Inilah bukti bahwa Elia sungguh-sungguh berdoa, sungguh-sungguh beribadah, sungguh-sungguh dalam melayani Tuhan. Sungguh-sungguh, berarti; serius dalam kebenaran, serius dalam kesucian, serius dalam tahbisan yang baik, benar dan murni di hadapan Tuhan. Serius dalam nikah suci dan rumah tangga.

Marilah kita ikuti pemberitaan firman sore hari ini dengan sunguh-sungguh. Sebab kita ini beribadah ibarat belajar juga. Hidup ini belajar, maka kita harus belajar dari Tuhan soal kebenaran yang sejati, tidak dari manusia.
Jangan kita datang beribadah hanya mencari berkat lahiriah semata, tetapi carilah Tuhan, cari Kerajaan Sorga didalamnya ada kebenaran.

Kita lihat tiga perkara itu (daging, dunia dan Setan).
Efesus 2:1
(2:1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.

Perikop atau judul dari ayat ini adalah “Semua adalah kasih karunia.
Semua adalah kasih karunia, semua adalah kemurahan. Kemurahan itu artinya; yang tidak layak menjadi layak. Kita adalah bangsa kafir -- bukan bangsa Yahudi -- yang tidak layak, namun menjadi layak, sebab semua karena kasih karunia, kemurahan.

Orang yang hidup di luar Tuhan (di luar Israel), itulah bangsa kafir, pasti binasa karena dosa dan pelanggaran-pelanggarannya, itu pasti, tidak bisa tidak.
Yang dahulu hidup jauh dari Tuhan itu adalah bangsa kafir, tidak mengenal Tuhan Yesus Kristus, sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga. Bangsa kafir pasti binasa oleh karena dosa. Bangsa kafir pasti binasa oleh karena banyaknya pelanggaran-pelanggarannya. Kalau bicara pelanggaran, berarti tidak mengerti peraturan, tidak mengerti hukum-hukum dari sorga turun ke bumi.

Mari kita lihat pelanggaran yang terjadi.
Efesus 2:2-3
(2:2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. (2:3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.

Ada tiga hal penyebab terjadinya dosa dan pelanggaran-pelanggaran:
1.     Dunia.
2.     Iblis atau Setan.
3.     Daging.

Pertanyaan pertama: Mengapa dunia dapat menimbulkan dosa?
Jawabnya: Karena dunia ini mempunyai arus yang sangat kuat untuk menghanyutkan kerohanian dari pada anak-anak Tuhan sampai binasa.
Dunia ini punya arus yang sangat kuat, tujuannya adalah tidak lain tidak bukan untuk menghanyutkan kerohanian anak-anak Tuhan. Kalau kerohanian anak-anak Tuhan sudah hanyut, maka anak-anak Tuhan pasti binasa.
Lihat saja kecanggihan teknologi sekarang, termasuk salah satunya adalah HP (handphone) atau gadget (android). Baru buka gadget (android) saja, di situ Setan sudah menyodorkan banyak hal-hal yang tak suci di dalamnya. Belum membuka konten yang tak suci saja (baru membukanya gadget (android) itu), Setan sudah menyediakan hal yang tak suci. Itu sebabnya saya katakan: Dunia ini mempunyai arus yang sangat kuat, tujuannya untuk menghanyutkan kerohanian anak-anak Tuhan. Kalau sudah hanyut; tenggelam, akhirnya binasa.

Dalam ayat 2 dikatakan: “Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini ...
Walaupun kita ada di dunia ini, jangan kita mengikuti jalan dunia. Walaupun kita ada di dunia ini, jangan terlena dengan kesibukan-kesibukan dunia. Walaupun kita ada di dunia ini, jangan terpengaruh dengan kerajaan dan kemegahan dunia ini, apapun yang disuguhkan oleh dunia.
Asal kita ada dalam tanda penyerahan dengan sungguh-sungguh, maka kerajaan dunia dengan kemegahannya tidak akan dapat menghanyutkan kehidupan rohani kita masing-masing.

Pertanyaan kedua: Mengapa Iblis atau Setan dapat menimbulkan dosa?
Jawabnya: Karena Iblis atau Setan telah mendirikan kerajaan sendiri, sebagai tandingan dari Kerajaan Sorga, dan Setan adalah penguasa kerajaan angkasa, sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Durhaka berarti; memberontak.
Setan sekarang sedang bekerja. Kepada siapa dia bekerja? Kepada orang-orang yang durhaka.

Perbedaan antara “kerajaan angkasa” dan “Kerajaan Sorga”:
-       Kerajaan angkasa, di dalamnya terdapat pemberontakan atau pendurhakaan, sama dengan; tidak abadi, sama dengan binasa.
-       Kerajaan Sorga, di dalamnya terdapat kebenaran, sama dengan; abadi, sama dengan; hidup untuk selama-lamanya bersama dengan Dia di dalam Kerajaan Sorga.

Kembali saya tandaskan: Perhatikanlah firman yang kita terima sore hari ini. Kita belajar dari Tuhan Yesus, bukan dari manusia, bukan dari orang pintar, bukan dari dukun, supaya tidak terjadi pemberhalaan.
Dengan berkata: “Kami tidak mendirikan patung di rumah. Kami tidak mendirikan berhala”, tetapi kalau kita belajar dari orang lain soal kebenaran, bukan dari Tuhan Yesus, itu berhala, itu perzinahan rohani, menduakan hati Tuhan.

Pertanyaan ketiga: Mengapa daging dapat menimbulkan dosa?
Jawabnya: Karena daging mempunyai keinginan yang bertolak belakang dengan keinginan Roh.
Maka mereka yang hidup menurut daging pastilah hidup menurut daging, yakni memikirkan perkara-perkara di bawah, perkara-perkara lahiriah, bukan perkara-perkara di atas (perkara rohani).
Sebaliknya, hidup menurut Roh Allah, memikirkan hal-hal yang dari Roh, yakni perkara-perkara di atas atau perkara-perkara rohani, itulah ibadah dan pelayanan dengan segala kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya.
Jadi, dari sini kita mengerti; kita ini hidup menurut daging atau menurut Roh Allah? Supaya kalau kita mengerti ini, kita pasti rendah hati, tidak merasa diri benar, tidak merasa suci sendiri, tidak memberontak, tidak mendurhaka.

Tetapi Elia telah menyingkir dari dosa yang ditimbulkan oleh;
-       Dunia dengan arusnya yang menghanyutkan.
-       Setan, yakni roh jahat dan roh najis.
-       Daging dengan segala hawa nafsunya.
Elia telah bersembunyi di tepi sungai Kerit, menyingkir. Mari kita menyingkir dengan sungguh-sungguh, dengan serius. Ikut Tuhan harus serius, supaya dalam menjalankan hidup, ibadah, pelayanan, nikah dan rumah tangga juga serius ke depan.
Hubungan kita dengan Tuhan adalah hubungan nikah suci, maka harus serius juga. Kita harus membangun nikah yang suci di atas dasar yang benar.

Jadi, kalau seorang hamba Tuhan menyingkir dari dosa yang ditimbulkan oleh tiga perkara di atas, maka akan nyata di dalam pribadinya:
1.     Tahbisan yang benar dan suci, sama dengan; tidak bermain-main dalam dosa.
2.     Di tangannya ada roti tidak beragi, sama dengan; menyampaikan berita Firman yang suci, yakni kebenaran dan kemurnian dari sorga.
3.     Menjadi suatu pribadi yang indah, berarti; membawa damai dan membawa kesatuan di dalam nikah, tidak merusak nikah dengan kenajisan, tidak merusak hubungan antara satu dengan yang lain dengan kejahatan. Jadilah hidup yang indah.

Kiranya Tuhan memberkati kita sore ini, sehingga ibadah ini tidak sia-sia. Ibadah, pelayanan, nikah dan rumah tangga kita dipulihkan oleh Tuhan, juga pekerjaan, semuanya akan ditambahkan.

Dampak positif pelayanan Elia.
1 Raja-Raja 17:4-6
(17:4) Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana." (17:5) Lalu ia pergi dan ia melakukan seperti firman TUHAN; ia pergi dan diam di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan. (17:6) Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu.

Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana.
Dari mana saja, Tuhan bisa kirimkan berkat, sehingga kita tidak susah-susah mencari berkat. Tetapi cari dahulu Kerajaan Sorga, maka berkat Tuhan perintahkan datang dari mana saja. Yang penting hati dan pikiran kita mencari Kerajaan Sorga, di mana kebenaran ada di dalamnya. Hidup suci, hidup benar, serius di situ. Jangan bermain-main.

Lalu ia pergi dan ia melakukan seperti firman TUHAN.
Jangan melakukan hanya menurut kehendak sendiri. Suami jangan melenceng sendiri, isteri jangan melenceng sendiri. Pikirkan Kerajaan Sorga. Berarti; menuruti firman.

Kesimpulan dari ayat 4-6 adalah Elia melakukan tepat seperti yang diperintahkan oleh Tuhan Allah kepadanya, menunjukkan bahwa Elia adalah pribadi yang taat, setia, dengar-dengaran.
Dampak positif taat, setia, dengar-dengaran: Dipelihara oleh Tuhan. Asal kita menuruti firman Tuhan, maka dipelihara oleh Tuhan. Cara Tuhan untuk memelihara dan memberkati hamba Tuhan dan sidang jemaat adalah dengan cara yang ajaib, tidak bisa kita pikirkan (tak terselami) dengan cara manusiawi.
Asal kita turuti firman Tuhan, Tuhan pasti pelihara, Tuhan pasti berkati, Tuhan pasti bela. Hamba Tuhan juga sidang jemaat yang dilayani diberkati dengan ajaib. Tidak bisa kita pikirkan secara pikiran manusiawi.
Jangan kita berpikir dan berkata: “Dari mana saya diberkati? Dari mana pekerjaan saya?” Tidak usah. Ikuti firman Tuhan. Turuti firman Tuhan. Jangan turuti kata hati, apalagi melihat kekurangan dan kelemahan orang lain.

Turuti firman Tuhan, pasti dipelihara, dibela, dilindungi oleh Tuhan, dicukupkan secara ajaib, baik hamba Tuhan, baik sidang jemaat yang dilayani.
Maka, sidang jemaat juga berdoa untuk saya supaya hidup saya menuruti firman Tuhan, sehingga hidup  dalam kesucian, kebenaran, dan dalam tahbisan yang benar di dalam melayani pekerjaan Tuhan, dengan demikian sidang jemaat juga akan merasakan berkatnya. Pengaruh gembala kepada jemaat itu besar. Sebaliknya, jemaat jangan merasa diri bisa. Kuncinya; masing-masing kita harus turuti firman Tuhan.

Burung gagak, menunjuk; bangsa kafir, bangsa yang tidak mengenal Tuhan.
Tetapi kalau seorang hamba Tuhan, seorang pelayan Tuhan (imam) taat, setia, dengar-dengaran, maka ia dapat menolong bangsa yang tidak mengenal Tuhan, itulah burung gagak. Itulah hubungan timbal baliknya.
Pendeknya; bangsa kafir tertolong, Elia pun minum dari sungai Kerit. Tetapi kemudian, pada ayat 7-24, setelah sungai Kerit itu kering, Elia pergi ke Sarfat.

1 Raja-Raja 17:7
(17:7) Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu.

“... Sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu.
Hal ini terjadi sesuai dengan ketentuan firman yang diucapkan Elia kepada Ahab tadi.

Sungai Kerit kering, Elia tidak bisa lagi minum air dari sungai Kerit, Elia pun pergi ke daerah Sarfat untuk menolong kehidupan dari pada janda Sarfat dan satu anaknya. Dan itu pun sesuai dengan ketentuan firman Tuhan kepada Elia.
Elia pergi ke Sarfat bukan karena kehendak sendiri, bukan karena keinginan sendiri, tetapi ketentuan dari pada firman. Semua harus ditentukan oleh firman.

Saya melayani, di dalam hal memberitakan firman Tuhan, harus ditentukan oleh Tuhan, oleh firman itu sendiri. Seorang imam, baik itu pemimpin pujian, pembaca firman, singer, kolektan, pemain musik, semuanya melayani atas dasar ketentuan firman. Jangan kita melakukan untuk melangkah seterusnya dengan ketentuan sendiri, itu salah. Setiap tindak tanduk atau langkah-langkah untuk dilangkahkan selanjutnya harus menurut ketentuan dari firman Tuhan. Baik juga yang berbisnis harus sesuai ketentuan firman. Yang kuliah juga bertanya, “Om, doakan.” Saya tidak berkuasa, tetapi kerinduan dari sidang jemaat pasti didengar Tuhan.
Kalau melangkah karena keinginan sendiri, engkau berhasil menurut keinginan sendiri, bukan menurut keinginan Tuhan, kelak engkau akan menuai apa yang engkau perbuat. Tetapi kalau itu ketentuan firman, Tuhan yang tanggung, bahkan sehelai rambut pun diperhatikan dalam dirimu. Perkara kecil sekalipun diperhatikan oleh Tuhan. Biarlah kiranya kita melangkah sesuai ketentuan firman, Elia pun seperti itu; dia pergi ke Sarfat karena ketentuan firman. Yang berada di jenjang SMA (Sekolah Menengah Atas) mau melanjutkan jenjang berikutnya, yaitu perkuliahan (Perguruan Tinggi), ayo tanya Tuhan. Harus sesuai ketentuan firman. Yang mau bekerja atau mau berbisnis, mau langkah apapun, melebarkan sayap, harus sesuai ketentuan firman, tanya Tuhan.
Kalau engkau berhasil tanpa tanya Tuhan, ke depan resikonya besar yang tidak bisa engkau tanggung sendiri, membuat engkau pusing sendiri. Tanpa kita sadari, kita sering bersungut-sungut kepada Tuhan, padahal kita yang salah; melangkah tanpa ketentuan firman.

Jadi, Elia pergi ke Sarfat sesuai ketentuan firman untuk menolong seorang janda di Sarfat dan satu orang anaknya.

Yakobus 1:26
(1:26) Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.

Kalau seseorang menganggap dirinya beribadah dan melayani di tengah ibadah, tetapi tidak mengekang lidah, atau  daging masih bersuara, tidak bisa menahan (mematikan) suara (perkataan) daging, sebaliknya hidup menurut hawa nafsu daging, maka sia-sialah ibadahnya.

Banyak orang Kristen merasa diri beribadah, merasa diri melayani Tuhan, dengan lain kata merasa diri sudah suci, tetapi tidak mengekang lidah, hidup menurut hawa nafsu daging (suara daging), maka ibadahnya, pelayanannya sia-sia. Percayalah.
Yang benar adalah caranya Elia, yaitu menurut firman Tuhan, seperti apa?

Yakobus 1:27
(1:27) Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

Mari kita semakin dewasa di dalam mengikuti Tuhan, sebab kita harus mengerti tentang ibadah yang murni dan ibadah yang tak bercacat di hadapan Allah Bapa kita, ialah;
1.     Mengunjungi janda-janda dan yatim piatu.
2.     Hamba Tuhan itu mejaga dirinya agar tidak dicemarkan oleh dunia.
Inilah ibadah yang murni, yang tidak bercacat di hadapan Tuhan.

Keterangan: MENGUNJUNGI JANDA-JANDA DAN YATIM PIATU.
Terlebih dahulu kita perhatikan tentang MENGUNJUNGI JANDA.
Janda, sama dengan; tidak bersuami, menunjuk; gereja Tuhan yang tidak mempunyai kepala, karena tidak menempatkan Kristus, sebagai Kepala. Kristus adalah kepala gereja, sedangkan Gereja Tuhan (sidang jemaat) adalah tubuh-Nya.

Mari kita lihat kalau gereja Tuhan tidak mempunyai kepala.
Matius 8:18-19
(8:18) Ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingi-Nya, Ia menyuruh bertolak ke seberang. (8:19) Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya: "Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi."

Ahli Taurat ini serasa paling benar karena dia mengerti firman, tetapi tidak mau memikul salib dan tidak mau menderita karena kebenaran. Ahli Taurat ini berkata: “Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi”, dia berkata begitu tetapi dengan caranya dia. Mengerti firman tetapi tidak mau menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung, ini kebenaran diri sendiri, mengikuti Tuhan dengan caranya sendiri. Banyak orang Kristen hidup seperti ini, tetapi Tuhan luruskan pengertian yang salah dari ahli Taurat ini.

Matius 8:20
(8:20) Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."

Tubuh tanpa kepala (gereja tanpa Kristus) sama dengan;
1.     Liangnya serigala.
Pekerjaan dari serigala: Merusak kandang penggembalaan, sesuai Injil Yohanes 10:12, sehingga kawanan domba dalam penggembalaan itu tercerai-berai. Domba-domba menjadi liar, beredar-edar, tidak tergembala di luar penggembalaan. Tidak sedikit orang Kristen seperti ini beredar-edar, tidak tergembala, tidak tekun dalam tiga macam ibadah pokok, berarti tanpa sadar dia sudah menjadi liangnya serigala. Kalau tidak tekun dalam tiga macam ibadah, itulah yang disebut tubuh tanpa kepala.
Serigala, menunjuk; roh-roh jahat. Pekerjaan dari roh jahat itu memang merusak penggembalaan supaya domba-domba itu liar. Jadilah suatu kehidupan domba yang tergembala, jangan liar. Kalau liar, biasanya begitu; beredar-edar sesuka hati, liar; mau memberi korban terserah, mau tidak memberi korban terserah, mau memberikan persepuluhan atau tidak, mau memberikan persembahan khusus atau tidak, namanya sudah liar, tidak terkendali, dia sudah menjadi liangnya serigala, roh jahat sudah menguasai hatinya, seperti Yudas. Tetapi akhir hidup dari pada Yudas adalah perutnya pecah, semua yang di dalam perut keluar (pecah), artinya; tidak ada lagi persekutuan dengan Tuhan.

2.     Sarangnya burung.
Pekerjaan dari burung: Menghambat pembangunan tubuh Kristus, sama dengan; merusak nikah suci.
Akibatnya: akan menyangkali Tuhan dan berulang-ulang kali menyangkali Tuhan tanpa merasa diri bersalah.
Sudah menyangkali Tuhan, tetapi tidak merasa diri bersalah, itu yang terjadi kalau nikah sucinya sudah rusak. Kalau dia sudah menjadi sarangnya burung, berarti hubungannya dengan Tuhan, antara tubuh dan kepala sudah rusak, nikah sucinya sudah rusak. Kalau nikah sucinya sudah rusak, maka di situlah terjadi penyangkalan demi penyangkalan, berulang-ulang menyangkali Tuhan, seperti Petrus menyangkali salib Kristus, menyangkali Tuhan, menyangkali kebenaran, menyangkali kesucian, menyangkali yang sifatnya dari sorga, tanpa merasa bersalah sedikit pun. Hati-hati kalau sudah seperti itu.
Untung Petrus setelah penyangkalannya yang ketiga, dia mendengar ayam berkokok. Setelah mendengar ayam berkokok, ada penyesalan. Pada saat terjadi penyesalan, tandanya ada dua;
-       Hati hancur.
-       Air mata tidak bisa lagi dibendung. Air mata itu tanda kerendahan hati, karena air selalu mengalir ke bawah.

Saya, sebagai gembala, selalu memperhatikan gerak-gerik sidang jemaat, sekecil apapun, bukan hanya lahir, tetapi juga batinnya. Kalau suami berani menyangkali nikahnya, dia tidak pantas menjadi imam, dan nikahnya pasti hancur, anaknya (buah nikah) pasti hancur. Tidak boleh merusak nikah suci, supaya tidak ada penyangkalan. Penyangkalan tidak boleh terjadi baik lahir maupun batin, tetapi itu yang masih terjadi saya lihat di depan mata saya. Jangan saudara pikir saya tidak bisa melihat. Berkali-kali saya katakan: Biar dibalik tembok, tetap saya tahu, karena saya mempunyai mata batin, tanda bahwa hubungan itu erat dengan Tuhan, mengetahui semuanya.
Bukankah Tuhan itu baik, mengajari supaya kita baik, suci, benar, nikah rumah tangga diberkati, anak cucu diberkati. Teguran salib itu untuk membenarkan kita.

Burung, menunjuk; roh najis, yang adalah dosa yang paling dibenci oleh Tuhan, sesuai dengan Wahyu 18.

Tetapi, Elia sangat memperhatikan kehidupan janda di Sarfat dan satu anaknya, itulah yatim. Betul-betul ibadah dan pelayanan nabi Elia ini tidak bercacat dan murni di hadapan Allah Bapa.

Sekarang kita perhatikan tentang mengunjungi yatim piatu.
Yatim, berarti; tidak mempunyai bapa. Gembala sidang atau pemimpin sidang jemaat (pemimpin di dalam rumah Tuhan) disebut juga dengan bapa rohani. Tetapi kalau sidang jemaat tidak sungguh-sungguh beribadah dan tidak mengakui pemimpin sidang jemaat sebagai bapa rohani, ini sama dengan anak yatim.
Tetapi kita perhatikan tadi; nabi Elia dari tepi sungai Kerit melangkah ke Sarfat untuk memperhatikan janda dan anak yatim, itulah ibadah yang tak bercacat dan murni di hadapan Tuhan.

Keterangan: HAMBA TUHAN MENJAGA SUPAYA DIRINYA SENDIRI TIDAK DICEMARI OLEH DUNIA.
Inilah tugas yang kedua dari seorang hamba Tuhan, apalagi dia sudah menerima jabatan gembala sebagai pemimpin rumah Tuhan. Harus menjaga diri agar tidak dicemari oleh dunia ini.

1 Timotius 4:14-15
(4:14) Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua. (4:15) Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang.

Jangan lalai dalam mempergunakan sembilan karunia-karunia; karunia menyembuhkan, mengajar, dan lain sebagainya. Dan jangan melalaikan sembilan jabatan, termasuk jabatan gembala.
Sidang jemaat harus melihat dan mengerti tentang kemajuan rohani dari pemimpin rumah Tuhan (pemimpin sidang jemaat), gembala sidang. Sidang jemaat harus tahu, tidak boleh tidak mau tahu. Juga hamba Tuhan tidak boleh main akal-akalan kepada sidang jemaat; pura-pura benar, pura-pura suci, tetapi pikirannya hanya cari uang saja, hal itu tidak boleh terjadi.

1 Timotius 4:16
(4:16) Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.

Awasilah dirimu sendiri”, berarti; jaga diri agar tidak dicemari oleh dunia ini. Kemudian “Awasilah ajaranmu”, berarti; jaga roti tanpa ragi di tanganmu supaya jangan dicemari, jangan khamir dengan ragi.
Bertekunlah dalam semuanya itu”, berarti; bertekun menjaga diri, bertekun menjaga firman yang murni di tangan, dengan demikian hamba Tuhan itu selamat dan jemaat yang dilayaninya juga selamat.

Jadi, seorang hamba Tuhan harus bertekun mengawasi diri dan mengawasi ajarannya, jangan sampai khamir dengan ragi dosa kejahatan, dosa kenajisan dan dosa yang ditimbulkan oleh dunia ini.
Apabila seorang hamba Tuhan memperhatikan dua perkara ini, dengan demikian dia beribadah dan melayani Tuhan, dengan ibadah yang tidak bercacat dan murni di hadapan Tuhan.

Saudara tidak boleh mencari hamba Tuhan yang sesuka hati melayani Tuhan. Saudara harus melihat kebenarannya, kesucian yang dia terima dari Tuhan, dan saudara harus melihat tahbisannya; jika masih bermain-main dalam kesucian, tinggalkan. Saya juga berani mengambil resiko ini. Tinggalkan, jangan bertahan di situ. Jangan karena melihat gereja mewah. Jangan karena melihat gereja luxe. Jangan lihat karena embel-embel perkara lahiriah yang dimiliki oleh hamba Tuhan itu, tetapi lihat kemajuan rohaninya; apakah dia menjaga diri, mengawasi ajarannya, tidak ada ragi, ajarannya tidak khamir dengan dosa dunia, tidak khamir dengan dosa karena daging, tidak khamir karena dosa Iblis atau Setan (roh jahat dan roh najis).
Kalau hamba Tuhan itu bertekun di dalamnya, ia menyelamatkan dirinya sendiri dan menyelamatkan sidang jemaat yang dilayani.

Jadi, saudara tidak boleh bermain-main dalam beribadah, tidak boleh asal ikut-ikutan begitu saja. Yang kita cari adalah Sorga, bukan neraka. Selamanya di sorga, selamanya di neraka.
Saya sudah beri contoh tadi: Bagaimana orang tua pada masa aniaya antikris nanti, jika nanti di depan matanya pedang antikris menggorok leher anaknya, bagaimana rasanya? Atau sebaliknya, anak melihat orang tua digorok lehernya karena orang tua belum mengerti kebenaran. Jadi, tidak boleh bermain-main. Ini adalah perhatian Tuhan bagi kita, jangan disia-siakan.

Sebetulnya, kalau Tuhan mau gereja yang tertinggal itu binasa pada masa aniaya antikris berlangsung, bisa saja, tetapi kenyataannya, faktanya, Tuhan masih utus dua saksi Allah, dan yang kita lihat petang sore ini adalah Elia. Kesaksian ini yang harus kita perhatikan dengan sungguh-sungguh.
Kalau Tuhan mau, bisa saja Tuhan biarkan gereja yang tertinggal itu binasa, dan Tuhan tidak bersalah atas itu, karena Tuhan juga sudah menyatakan kebenaran-Nya di atas kayu salib.
Tetapi Tuhan masih menunjukkan panjang sabar-Nya, penuh dengan kasih karunia, kemurahan, supaya yang tidak layak menjadi layak. Supaya pada akhirnya bangsa kafir bersatu dengan Israel, terwujudnya kesatuan tubuh, yakni; nikah yang suci.
Kita harus bijaksana mengerti, menyikapi rencana Tuhan ini. Jangan sesuka hati di dalam beribadah dan melayani Tuhan.

1 Raja-Raja 17:9
(17:9) "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan."

Dari ayat ini kita perhatikan, bahwa; kalau hamba Tuhan, pelayan Tuhan melangkah sesuai ketentuan firman Tuhan, maka dia akan menghadapi segala sesuatu sesuai dengan apa yang direncanakan Tuhan.
Di sini sudah Tuhan rencanakan, bahwa nanti apabila sampai di Sarfat, Elia bertemu dengan seorang janda dan anaknya. Jadi, kalau kita melangkah sesuai dengan firman, kita ada dalam rencana Allah yang besar.

1 Raja-Raja 17:10
(17:10) Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum."

Saudara jangan heran dan berkata: Kok, hamba Tuhan itu tahu ya tentang saya?
Tuhan sudah terlebih dahulu memberi tahukan perkara itu kepada Elia. Itulah yang sedang terjadi di ayat 10.
Maka, Elia tidak heran ketika dia melihat dan bertemu dengan janda Sarfat. Saudara juga jangan heran kalau saya mengetahui tindak tanduk saudara.

Dari sinilah kita baru mengerti: Ibadah ini bukan ibadah ecek-ecek, bukan ibadah main-main. Kita sedang serius melayani pekerjaan Tuhan. Kebaktian Natal Persekutuan: Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT) sudah di depan mata, tanggal 27-28 Desember 2019. Ayo, kita serius mulai dari sekarang, bersatu hati saling melengkapi. Tempatkan Kristus sebagai Kepala supaya jangan menjadi liangnya serigala dan sarangnya burung. Hormati nikah suci supaya Tuhan percayakan pekerjaan yang lebih besar ke depan.

1 Raja-Raja 17:10-12
(17:10) Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum." (17:11) Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: "Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti." (17:12) Perempuan itu menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikit pun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati."

Bayangkan, kalau andaikata Elia tidak diutus ke Sarfat, berarti pengharapan janda dan anak yatim ini hanya bergantung pada segenggam tepung, setelah itu diolah dan mereka makan, habis dan tamatlah riwayat mereka (mati). Tetapi Tuhan mempunyai rencana yang besar.

Kehidupan kita ini persis seperti janda Sarfat; tinggal menungggu waktu, maka kita akan habis, binasa, seperti kayu kering yang dikumpulkan orang sudah dekat dengan kutuk pembakaran. Hanya segenggam tepung, itulah kebenaran diri sendiri.
Harta yang saudara miliki, apapun yang saudara miliki hanya segenggam. Apa kekuatan segenggam, kalau bukan kekuatan genggaman tangan Tuhan. Tetapi banyak orang Kristen, banyak orang yang memiliki harta, merasa diri bisa hidup hanya karena hartanya, padahal semuanya itu hanya segenggam. Hidup nyawa manusia hanya segenggam tangannya saja. Apapun kedudukan saudara, apapun jabatan saudara, seberapa banyak harta saudara, hanya segenggam tangan saja. Setelah itu, mati, persis seperti kayu kering, dekat dengan kutuk pembakaran.

Luar biasa rencana Allah. Kesaksian Elia di masa 1260 (seribu dua ratus enam puluh) hari luar biasa. Kalau sampai kita tidak menghargai kesaksian semacam ini di petang sore ini, sungguh kita adalah orang yang paling bodoh, sungguh kita adalah orang yang tidak berakal budi, persis seperti binatang. Binatang sangat sukar untuk diubahkan, mau seperti apapun kita berbuat, binatang sangat sukar diubahkan. Maka binatang hidup untuk dimusnahkan, bukan diselamatkan masuk dalam Kerajaan Sorga.
Kiranya saudara, kita semua mengerti segala sesuatu apa yang direncanakan oleh Tuhan. Hidup ini, harta yang kita punya, hanya segenggam tangan, setelah itu binasa, seperti kayu kering, sudah dekat dengan kutuk pembakaran.

1 Raja-Raja 17:13-14
(17:13) Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. (17:14) Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itu pun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi."

Janda di Sarfat mengatakan: “... Aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.” Lalu Elia berkata: “Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan”, tetapi ada yang harus diperhatikan.

Elia memerintahkan untuk membuat sepotong roti bundar kecil, tetapi harus dibuat lebih dahulu kepada Elia, barulah kepada dia dan anaknya.
Kita belajar untuk menampilkan kebenaran itu pertama-tama kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Kalau kebenaran dinyatakan pertama-tama kepada manusia, itu adalah orang munafik, penjilat; di depan mata baik, di belakang tidak.
“... Buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.” Mulai sore ini, kebenaran itu pertama-tama harus ditampilkan kepada Tuhan.

Roti bundar kecil, menunjuk; kebenaran yang disertai dengan kasih dan rendah hati.
-       Roti itu berbicara tentang kebenaran. Yesus adalah roti hidup, roti yang turun dari sorga, dari Allah, untuk memberi hidup manusia. Ia telah memecah-mecahkan segenap hidup-Nya di atas kayu salib untuk kita nikmati sebab tubuh dan darah-Nya memberi kita hidup.
-       Bundar, menunjuk; kasih Allah yang tidak berkesudahan.
-       Kecil, itu artinya; rendah hati.
Berarti, kita hidup benar di dalam kasih disertai dengan kerendahan hati, pertama-tama kita tampilkan kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Baru sesudah itu, “... Barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.
Mari kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, akal budi, dan mengasihi sesama seperti diri sendiri. Mengasihi sesama itu harus seperti mengasihi diri sendiri.
Kebenaran itu harus ditunjukkan pertama-tama kepada Tuhan, barulah kepada diri sendiri, kepada sesama.

1 Raja-Raja 17:15-16
(17:15) Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. (17:16) Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.

Kalau kita melakukan tepat seperti yang Tuhan mau, maka;
1.     Tepung dalam tempayan tidak akan habis. Artinya, kebenaran itu akan bertahan dan tetap menjadi bagian kita. Kebenaran salib yang menghantar kita dari bumi sampai ke sorga tidak berkesudahan.
2.     Minyak dalam buli-buli tidak berkurang. Artinya, pengurapan itu yang mengawetkan hidup suci, minyak urapan itu mengawetkan hidup kebenaran, minyak urapan itu mengawetkan kita sehingga kita tidak terkikis oleh situasi, oleh pengaruh yang tak suci. Minyak urapan itu mengawetkan kehidupan kita sampai Tuhan datang.
Pertahankan minyak urapan di atas kepala. Jangan keluar dari tempat kudus dengan tekun dalam tiga macam ibadah pokok. Tujuannya, supaya jangan melanggar kekudusan tempat kudus Allah.

Yakobus 5:18
(5:18) Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya.

Tadi nabi Elia berkata: “Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itu pun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.
Mari kita lakukan tepat dan benar seperti firman yang kita dengar sore hari ini. Kalau Tuhan mau, supaya kita binasa pada masa 1260 (seribu dua ratus enam puluh) hari, itu bisa Tuhan lakukan, dan Tuhan tidak bersalah atas itu. Tetapi Tuhan masih dan sangat memperhatikan kita sore hari ini.

“Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya.”
Oleh karena doa nabi Elia ini, maka langit terbuka, turunlah hujan membasahi bumi, sehingga bumi mengeluarkan buahnya.
Biarlah kiranya buah yang manis itu dapat dicicipi dan dinikmati oleh Tuhan lewat ibadah dan pelayanan kita di hari-hari terakhir ini.

Hamba Tuhan sangat berpengaruh besar untuk membasahi setiap hati dari sidang jemaat (umat Tuhan). Kalau tanah hati itu sudah dibasahi, berarti tanah itu menjadi tanah yang baik, tanah yang lembut, manakala benih firman itu disampaikan, ia akan bertumbuh, berakar dan berbuah.

Yakobus 5:19-20
(5:19) Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran dan ada seorang yang membuat dia berbalik, (5:20) ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.

Inilah kesaksian dari pada Elia selama aniaya antikris berlangsung 1260 (seribu dua ratus enam puluh) hari. Jadi, selama aniaya antikris belum berlangsung, kita harus memperhatikan kesaksian Elia ini. Kesaksian Elia ini sedang berusaha, berjuang untuk menyelamatkan jiwa kita dan menutupi dosa kita dan Tuhan tidak melihat dosa dan pelanggaran kita.
Seperti pujian mengatakan: “... Dia tak ingat dosaku dan segala cacat celaku. Dia lupakan betapa hinaku dulu ...” Dia lupakan, Dia tidak ingat kita ini adalah debu tanah.

Intinya: Elia dapat menutup langit sehingga hujan tidak turun dan Elia juga dapat menentukan sehingga langit terbuka (hujan turun).

Tetapi berbicara tentang LANGIT TERBUKA, itu terjadi sesudah pembasuhan oleh air dan firman (baptisan air).
Sesudah Yesus dibaptis, terbukalah langit. Biarlah sore ini kita memberi diri disucikan, dibasuh oleh air dan firman dari segala cacat cela kita semua, nanti langit terbuka, berkat-Nya dicurahkan kepada kita.
Ikut Tuhan tidak seperti apa yang kita pikirkan. Ikut Tuhan harus seperti pikiran Tuhan.

1 Raja-Raja 18:41
(18:41) Kemudian berkatalah Elia kepada Ahab: "Pergilah, makanlah dan minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran."

“...Bunyi derau hujan sudah kedengaran.” Bukan hanya dapat menutup langit karena ia sungguh-sungguh berdoa, tetapi hujan juga turun atas ketentuan dari nabi Elia.

1 Raja-Raja 18:42-45
(18:42) Lalu Ahab pergi untuk makan dan minum. Tetapi Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya. (18:43) Setelah itu ia berkata kepada bujangnya: "Naiklah ke atas, lihatlah ke arah laut." Bujang itu naik ke atas, ia melihat dan berkata: "Tidak ada apa-apa." Kata Elia: "Pergilah sekali lagi." Demikianlah sampai tujuh kali. (18:44) Pada ketujuh kalinya berkatalah bujang itu: "Wah, awan kecil sebesar telapak tangan timbul dari laut." Lalu kata Elia: "Pergilah, katakan kepada Ahab: Pasang keretamu dan turunlah, jangan sampai engkau terhalang oleh hujan." (18:45) Maka dalam sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai, lalu turunlah hujan yang lebat. Ahab naik kereta lalu pergi ke Yizreel.

“ ... Ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya ...” Elia sungguh-sungguh merendahkan dirinya di hadapan Tuhan. Lalu Elia berkata kepada bujangnya (pengerjanya): “Naiklah ke atas, lihatlah ke arah laut.” Enam kali bujangnya melihat ke atas, tetapi tidak ada apa-apa.
Namun sebenarnya, Elia sudah tahu bahwa hujan akan turun karena dia sudah merendahkan diri dengan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan dengan muka sampai ke tanah, memohon kembali kemurahan Tuhan karena dia sangat memperhatikan kekeringan dunia, termasuk janda Sarfat. Tuhan memperhatikan kerohanian yang kering-kering tidak menghasilkan buah. Dia sedang menyelamatkan jiwa dunia, sedang menutupi dosa dunia, supaya Tuhan tidak melihat dosa itu, sama artinya; Tuhan telah mengadakan pelayanan pendamaian di tengah ibadah pelayanan sore hari ini.

Oleh kerendahan hati dari nabi Elia, hujan turun, sebab dia telah merendahkan diri, berlutut di kaki salib Tuhan, dengan muka sampai ke tanah, di dalam doa memohon supaya hujan turun, karena dia memikirkan jiwa-jiwa dunia dan sedang menutupi dosa dunia, seperti Yesus telah menutupi dosa dunia di atas kayu salib. Dia yang benar dijadikan berdosa, darah-Nya tercurah untuk menutupi dosa manusia. Dosa diampuni tidak dengan amal soleh.

Selanjutnya, PERHATIKAN HAL INI dan JANGAN DILUPAKAN.
Pengerja dari nabi Elia itu berkata: “Wah, awan kecil sebesar telapak tangan timbul dari laut.
Setelah saya renungkan, apa ini Tuhan? Berikan hikmat-Mu, Tuhan. Dengan rendah hati, saya memohon dalam penyembahan. Lalu Tuhan berikan hikmat-Nya bagi kita sore hari ini.
Awan kecil sebesar telapak tangan timbul dari laut”, tanda bahwa langit terbuka dan hujan turun. Awan kecil sebesar telapak, kalau sumbernya dari telapak tangan Tuhan, tangan yang tersalib akan membasahi dunia.
Kalau tepung segenggam tangan manusia, itu tidak ada artinya. Tetapi awan kecil sebesar telapak tangan, kalau itu sumbernya dari tangan yang terpaku di atas kayu salib akan membasahi jiwa-jiwa, menyelamatkan jiwa-jiwa dan  menutupi banyak dosa manusia...Yakobus 5:19-20.

Sekarang ini, perhatian Tuhan tertuju kepada kita tanpa terkecuali, siapapun yang hadir saat ini. Jangan beribadah hanya karena melihat gereja mewah. Yang muda-muda beribadah, jangan hanya karena melihat lawan jenis, hanya karena melihat yang cantik-cantik, jangan. Jangan lihat serba lux nya. Lihat pemberitaan firman, itu yang menyelamatkan jiwamu.

Nanti lihatlah, awan kecil sebesar telapak tangan, kalau itu sumbernya dari tangan yang terpaku, Yesus yang disalibkan, maka tanda bahwa langit terbuka, hujan pun dicurahkan membasahi bumi, supaya menghasilkan buah kebenaran, kesucian, dan kemurnian. Amin. 

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

"awan kecil sebesar telapak tangan"
jika bersumber dari tangan yang terpaku di atas kayu salib,
maka LANGIT TERBUKA, hujan dicurahkan membasahi bumi;
- menyelamatkan jiwa-jiwa
- menutupi banyak dosa
supaya menghasilkan buah kebenaran, kesucian dan kemurnian


No comments:

Post a Comment