KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, October 8, 2020

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 06 OKTOBER 2020

 


 
IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 06 OKTOBER 2020
 
KITAB KOLOSE
(Seri: 116)
 
Subtema: MENJADI TONTONAN BUKAN PENONTON OLEH PENGALAMAN KEMATIAN
 
Shalom.
Kita patut bersyukur; oleh karena rahmat dan kemurahan hati TUHAN, kita dimungkinkan untuk mengusahakan dan memelihara Ibadah Doa Penyembahan, dan sebentar kita akan tersungkur di kaki salib TUHAN. Namun, biarlah kiranya nanti firman yang membawa kita sujud di kaki salib TUHAN, sujud menyembah Allah yang hidup.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, marilah kita mohonkan kemurahan dari TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita, sehingga kita boleh menikmati uluran dua tangan TUHAN yang penuh kasih, memberi pertolongan bagi kita, menguraikan kekusutan dari segala persoalan yang kita alami di atas muka bumi ini, sekaligus membawa kita tersungkur di kaki salib-Nya.
 
Segera saja kita menyambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
 
Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hal ini merupakan pernyataan Allah yang ditujukan langsung kepada suami-suami supaya setiap suami tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar.
Nasihat firman ini mau tidak mau harus diterima oleh seorang suami dengan segala kerendahan hatinya, meskipun seorang suami adalah kepala atau pemimpin di dalam hubungan nikah dan rumah tangganya.
 
Seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya, dapat kita pelajari dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus.
Efesus 5:25-29
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
 
Suami-suami di dalam hal mengasihi isterinya dinyatakan sebanyak 2 (dua) kali, antara lain:
1.      Ayat 25-27.
2.      Ayat 28-29.
 
HAL PERTAMA, yaitu ayat 25-27, telah disampaikan dengan baik. Kiranya itu tetap masih melekat dalam ingatan kita masing-masing.
 
HAL KEDUA, yaitu ayat 28-29, Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.
Kesimpulannya: Suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri, berarti; siapa yang mengasihi isterinya = mengasihi dirinya sendiri; mengapa demikian? Mari kita perhatikan jawabannya di ayat 31.
 
Efesus 5:31
(5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
 
Jadi, antara suami dan isterinya sudah menjadi satu tubuh oleh salib di Golgota. Sebab, laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, jelas hal ini berbicara tentang; salib di Golgota.
 
Sebagaimana dengan yang tertulis dalam Filipi 2:5-8, Yesus, Anak Allah, Ia telah meninggalkan segala milik kepunyaan-Nya, antara lain;
-          Ia telah meninggalkan Bapa-Nya,
-          Ia telah meninggalkan rumah-Nya di sorga,
-          Ia telah meninggalkan kemuliaan-Nya.
 
Sekarang, kita akan melihat BUKTI SUAMI MENGASIHI ISTERINYA.
Efesus 5:29
(5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
 
... Tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya ...
Jadi, bukti suami mengasihi isterinya ialah mengasuh dan merawati tubuhnya.
 
Lebih rinci kita memperhatikan tentang MENGASUH dan MERAWATI di dalam 1 Tesalonika 2.
1 Tesalonika 2:7
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
 
Di sini kita melihat; Rasul Paulus berlaku ramah terhadap sidang jemaat, sama seperti seorang ibu.
 
Ibu à Gembala Sidang atau pemimpin sidang jemaat. Sedangkan tugas dari seorang gembala sidang ialah:
1.      Mengasuh kerohanian dari sidang jemaat.
2.      Merawat kerohanian dari sidang jemaat.
 
Sejauh ini, TUHAN telah mengasuh dan merawati hidup rohani kita semua, bukan? Sebab Ia adalah Gembala Agung, penuh kasih dan sayang. Pendeknya: Yesus adalah Gembala Agung, pribadi yang bertanggung jawab.
 
1 Tesalonika 2:8
(2:8) Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.
 
Dalam kasih sayang yang besar terhadap sidang jemaat di Tesalonika, Rasul Paulus;
-          Rela membagi Injil Allah.
-          Bahkan rela membagi hidupnya sendiri.
Dalam hal ini, Rasul Paulus telah menunjukkan suatu tanggung jawab yang besar di hadapan Allah.
 
Memang sebaiknya, hamba TUHAN sampai kepada sidang jemaat sudah seharusnya mengikuti contoh teladan dari apa yang ditunjukkan oleh Rasul Paulus ini, supaya kehidupan kita, pribadi lepas pribadi, semuanya menunjukkan tanggung jawabnya masing-masing di hadapan TUHAN.
Melayani harus penuh dengan tanggung jawab. Melayani bukan hanya sekedar pengetahuan, melayani bukan sekedar untuk pamer-pamer, tetapi melayani harus disertai dengan rasa tanggung jawab, sebagaimana Rasul Paulus bertanggung jawab terhadap sidang jemaat yang dilayani, sesuai dengan kepercayaan TUHAN kepada dia.
 
1 Tesalonika 2:9
(2:9) Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu.
 
Kemudian, di sini dikatakan: Rasul Paulus bekerja siang malam dengan segala usaha dan jerih lelah di dalam hal memberitakan Injil terhadap sidang jemaat di Tesalonika.
Bekerja siang malam dengan segala usaha dan jerih lelah = tidak mengenal lelah = tidak ada kata menyerah, apalagi mengeluh. Jangan kita mengeluh apapun yang terjadi, biarlah terjadi, kita hadapi saja.
 
Terkait dengan hal ini, kita lihat sebagai BUKTINYA di dalam 1 Korintus 4:9.
1 Korintus 4:9
(4:9) Sebab, menurut pendapatku, Allah memberikan kepada kami, para rasul, tempat yang paling rendah, sama seperti orang-orang yang telah dijatuhi hukuman mati, sebab kami telah menjadi tontonan bagi dunia, bagi malaikat-malaikat dan bagi manusia.
 
Demi pemberitaan Injil, Rasul Paulus rela menerima tempat yang paling rendah atau tempat yang paling bawah, sehingga dengan demikian ia rela menjadi;
-          Tontonan bagi dunia.
-          Tontonan bagi malaikat-malaikat.
-          Tontonan bagi manusia.
Ini adalah sikap yang benar dan mulia yang dia tampilkan di hadapan TUHAN. Jangan sampai kita disebut sebagai Kristen penonton, tetapi kita semua harus penuh dengan dedikasi dan tanggung jawab, loyal kepada TUHAN, itulah yang disebut dengan tahbisan yang suci dan benar di hadapan TUHAN.
 
Perhatikan kalimat:  “ ... Tempat yang paling rendah ...” Ukurannya ialah sama seperti orang-orang yang telah dijatuhi hukuman mati.
 
Lebih jauh kita memperhatikan Efesus 4.
Efesus 4:8-9
(4:8) Itulah sebabnya kata nas: "Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia." (4:9) Bukankah "Ia telah naik" berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah?
 
Perhatikan kalimat: "Ia telah naik" berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah.
Turun ke bagian bumi yang paling bawah = tempat yang paling rendah, yang telah diterima oleh Rasul Paulus dari TUHAN di tengah-tengah pemberitaan Injil -- kepada sidang jemaat di Tesalonika dan sidang jemaat di Korintus --, di tengah-tengah ibadah dan pelayanannya kepada TUHAN. Jelas ini merupakan pengalaman kematian dari TUHAN Yesus Kristus.
 
Sejenak kita akan melihat tentang PENGALAMAN KEMATIAN, supaya kita mengerti tentang pengalaman kematian ini, supaya kita benar-benar menyatu dengan pengalaman kematian dari TUHAN Yesus Kristus, sebagaimana Rasul Paulus di tengah-tengah pemberitaan Injil, dia telah menerima tempat yang paling rendah, ukurannya sama seperti orang-orang yang menerima hukuman mati. Tempat yang paling rendah, turun ke dunia paling bawah, itu adalah pengalaman kematian.
Jadi, sebagaimana Yesus telah masuk dalam pengalaman kematian, demikian juga Rasul Paulus telah menerima tempat yang paling rendah, itu adalah pengalaman kematian.
 
Mari kita lihat PENGALAMAN KEMATIAN ini dalam Yesaya 53:7.
Yesaya 53:7
(53:7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
 
Dalam keadaan tertindas, namun tidak membuka mulutnya. Artinya, tidak bersuara atau tidak bersungut-sungut manakala harus menyangkal diri dan memikul salibnya di tengah-tengah kita melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN. Jadi, tidak perlu bersungut-sungut.
 
Melayani TUHAN harus penuh dengan pengorbanan, sekalipun dalam keadaan tertindas, mulut tidak terbuka. Pendeknya, biarlah kiranya kita semua menikmati pengalaman kematian itu. Jangan biasakan diri bersungut-sungut saat kita harus berkorban, baik korban tenaga, pikiran, perasaan, waktu, materi, bahkan korban uang sekalipun, tidak perlu bersungut-sungut.
Nikmati saja pengalaman kematian TUHAN, supaya betul-betul kita satu dengan pengalaman kematian, seperti apa yang dinyatakan oleh Rasul Paulus di tengah pemberitaan Injil kepada sidang jemaat di Tesalonika dan pemberitaan Injil kepada jemaat di Korintus; telah menerima tempat yang paling rendah. Jangan sesekali bersungut-sungut.
 
Kemudian, pengalaman kematian itu DIGAMBARKAN DENGAN DUA HAL.
Yesaya 53:7
(53:7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
 
Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya; dalam keadaan tertindas namun tidak bersungut-sungut, daging tidak bersuara. Berapa banyak kita korban, namun tidak perlu bersungut-sungut, tidak perlu ngomel.
 
Pengalaman kematian digambarkan dengan 2 (dua) hal, yakni;
1.      Seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian.
2.      Seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya.
Kedua-duanya -- baik anak domba mupun induk domba -- tidak membuka mulutnya = daging tidak bersuara = tidak bersungut-sungut, tidak ngomel, dan tidak menggerutu sama sekali, sekalipun harus tertindas di tengah-tengah ibadah dan pelayanan. Itulah pengalaman kematian; karena memang tidak ada orang mati bersuara.
 
Kalau masih ngomel, bersungut-sungut karena banyak korban tenaga, pikiran, uang, materi, itu bukanlah pengalaman kematian. Tetapi sebaiknya, segera saja kita masuk dalam pengalaman kematian, menyatu dengan pengalaman kematian Yesus Kristus, bahkan menikmatinya, tidak perlu bersungut-sungut, sebab itu tidak ada artinya.
 
Perlu untuk diketahui:
YANG PERTAMA: Anak domba yang dibawa ke pembantaian à Pribadi Yesus, Dialah Anak Domba Allah yang telah menyerahkan segenap hidup-Nya untuk dibantai di atas kayu salib di bukit Golgota, sehingga oleh darah salib Kristus kita dibenarkan.
Berarti, kebenaran itu tidak cukup hanya di mulut, tetapi seluruh hidup harus dilumuri oleh darah salib Kristus; inilah suatu kehidupan yang telah dibenarkan.
YANG KEDUA: Induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya à Kasih Allah yang heran dan ajaib, yang merupakan kasih yang sempurna.
Perhatikan baik-baik: Mulut Allah memang tidak terbuka, tetapi kasih-Nya yang heran dan ajaib telah dinyatakan bagi kita.
 
Yesaya 1:18
(1:18) Marilah, baiklah kita beperkara! -- firman TUHAN -- Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.
 
Di sini dikatakan: Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.
Bulu domba berbicara tentang kasih Allah yang heran dan ajaib, yang berkuasa untuk mengampuni dosa, yang juga dinyatakan dalam Injil Yohanes 3:16, karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal.
 
Jadi, betul, sekalipun mata kita tidak melihat mulut Allah terbuka, tetapi Allah telah menyatakan kasih-Nya yang heran dan ajaib.
Apa buktinya? Sekalipun dosa itu merah pekat seperti kain kesumba, namun akan menjadi putih seperti bulu domba; itulah pengampunan dari kasih Allah yang heran dan ajaib. Namun, kasih Allah tidak berhenti hanya sebatas mengampuni dosa.
 
Sebelum kita melihat lebih jauh tentang kasih Allah yang heran, saya ingatkan kembali, bahwa: Yesus telah turun ke bagian bumi yang paling bawah, hal itu dinyatakan oleh Rasul Paulus sebagai tempat yang paling rendah = pengalaman kematian = daging tidak bersuara = tidak bersungut-sungut, tidak ngomel, tidak menggerutu sekalipun tertindas.
 
Kita kembali memperhatikan Efesus 4:8.
Efesus 4:8
(4:8) Itulah sebabnya kata nas: "Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia."
 
Setelah melewati pengalaman kematian itu, di sini kita melihat; selanjutnya, hari ketiga Ia bangkit, berarti Ia hidup, bahkan naik ke tempat yang tinggi.
 
Ada dua tanda bahwa Yesus, Anak Allah, hidup, bahkan naik ke tempat yang tinggi.
YANG PERTAMA: Ia membawa tawanan-tawanan = Dibebaskan dari penjara dunia dan kebinasaan, untuk selanjutnya dibawa ke tempat tinggi, Yerusalem yang baru.
YANG KEDUA: Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia.
 
Efesus 4:10-12
(4:10) Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu. (4:11) Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, (4:12) untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,
 
Lewat pengalaman kematian dan kebangkitan-Nya, selain membebaskan tawanan-tawanan dari penjara dunia, selanjutnya Ia memberikan lima jabatan;
1. Jabatan rasul.
2. Jabatan nabi.
3. Jabatan penginjil.
4. Jabatan gembala.
5. Jabatan guru.
Tujuan memberikan lima jabatan adalah untuk memperlengkapi hamba-hamba TUHAN dengan lima jabatan tersebut.
 
Jadi, kita patut bersyukur; setelah melewati pengalaman kematian, hari ketiga Yesus bangkit, hidup, bahkan naik ke tempat tinggi.
Tandanya ialah membebaskan tawanan, artinya; kehidupan kita ini dilepaskan dari penjara dunia ini. Dan tanda-tanda itu sudah nyata; dunia ini sedang digoncang oleh wabah Corona (Covid-19) dengan virusnya yang mematikan sekali, sehingga menggoncang pemerintahan, menggoncang politik dalam kenegaraan, menggoncang ekonomi, bahkan menggoncang nikah-nikah dan rumah tangga, tidak sedikit orang bercerai sekarang ini. Tetapi, ini merupakan pembebasan bagi anak-anak TUHAN. Jadi, dengan adanya goncangan ini, merupakan tanda pembebasan bagi anak-anak TUHAN dari dunia ini.
 
Selanjutnya, pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus juga memberikan pemberian, antara lain; lima jabatan, itulah jabatan rasul, nabi, penginjil, gembala, dan guru.
Tujuan memberikan lima jabatan tersebut adalah untuk memperlengkapi hamba-hamba TUHAN;
- Bagi pekerjaan pelayanan.
- Bagi pembangunan tubuh Kristus -> Sidang Mempelai Tuhan. 
 
Singkatnya: Sasaran akhir dari ibadah pelayanan di atas muka bumi ini adalah PESTA NIKAH ANAK DOMBA atau perjamuan malam kawin Anak Domba, atau menjadi mempelai wanita TUHAN, milik kepunyaan TUHAN.
 
Jadi, kita patut bersyukur, kalau Rasul Paulus telah meneladani pengalaman kematian dari TUHAN Yesus Kristus. Di tengah-tengah pemberitaan Injil, Ia rela membagi hidupnya bagi sidang jemaat yang dilayani oleh Rasul Paulus.
Siang malam dengan segala usaha dan jerih lelah melayani pekerjaan TUHAN, tidak mengenal lelah, bahkan tidak bersungut-sungut, pantang menyerah, tidak mengeluh, bahkan ia sudah menjadi tontonan bagi dunia, tontonan bagi malaikat-malaikat, bahkan tontonan bagi manusia. Itu adalah pengalaman kematian.
 
Jangan kita menjadi Kristen penonton di tengah ibadah dan pelayanan. Sedapat mungkin kita harus mengambil bagian. Apapun yang bisa kita kerjakan, kerjakan saja untuk TUHAN. Jangan kita menjadi Kristen penonton, sekalipun di tengah ibadah pelayanan itu, kita sama seperti Rasul Paulus yang menerima tempat yang paling rendah, jelas itu berbicara tentang pengalaman kematian.
Memang dalam pengalaman kematian ini, kita menjadi tontonan dunia, menjadi tontonan malaikat-malaikat di sorga, menjadi tontonan manusia, karena kita bukan Kristen penonton.
 
Biarlah kita segera saja masuk dalam pengalaman kematian dari TUHAN Yesus Kristus sebagaimana Rasul Paulus telah menerima tempat yang paling rendah, tempat yang paling bawah, itulah pengalaman kematian. Dan di tengah-tengah pengalaman kematian, ia rela menjadi tontonan.
 
Roma 5:6
(5:6) Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah.
 
Waktu kita masih lemah -- berarti; rentan terhadap dosa --, di situlah banyak terjadi pendurhakaan, di situlah banyak terjadi pemberontakan-pemberontakan kepada TUHAN. Tetapi ingat; Kristus telah mati untuk kita oleh karena kehendak ALLAH.
 
Roma 5:7
(5:7) Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar -- tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati --.
 
Perlu untuk diketahui: Tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar. Mungkin untuk orang yang baik, ada yang berani mati, tetapi kematian semacam ini disebut dengan kematian konyol, tidak ada artinya. Banyak diluaran sana orang yang mati konyol; hanya karena pertemanan, lantas ia mati konyol.
 
Roma 5:8
(5:8) Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
 
Selanjutnya di sini kita melihat: Allah telah menunjukkan kasih-Nya yang ajaib, Allah telah menunjukkan kasih-Nya yang heran, kasih yang sempurna, mengapa? Sebab Kristus telah mati untuk kita; Ia mati ketika kita masih berdosa, ketika kita masih dikuasai kejahatan dan kenajisan, mati ketika kita masih jauh dari TUHAN, oleh karena kehendak Allah. Inilah kasih yang heran dan ajaib itu.
 
Tidak mudah seseorang mau mati untuk orang yang benar. Mungkin untuk orang yang baik, ada orang yang berani mati, tetapi saya katakan itu adalah mati konyol, tidak ada artinya. Tetapi pada ayat 8 ini justru dikatakan; Allah telah menunjukkan kasih-Nya yang ajaib dan heran, sebab Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa.  Jadi, TUHAN mati untuk kita bukan karena kita baik, dan benar, dan suci, tetapi ketika KITA BERDOSA.
 
Maka, jelas sekali apa yang dinyatakan oleh Rasul Paulus; tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar, apalagi mati untuk orang berdosa? Tetapi lihatlah; Allah menunjukkan kasih-Nya yang heran dan ajaib, sebab Kristus telah mati untuk kita, mati ketika kita masih berdosa, mati ketika kita masih jauh dari TUHAN.
 
2 Korintus 5:15
(5:15) Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.
 
Kristus telah mati untuk semua orang, supaya kita yang hidup tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Yesus yang telah mati dan bangkit untuk kita. Karena Yesus telah mati untuk kita, maka kita yang masih hidup ini, tidak lagi hidup untuk diri sendiri, tidak lagi hidup untuk kepentingan diri sendiri, tetapi kita hidup untuk Dia yang sudah mati dan bangkit untuk kita; itu sama dengan penyerahan diri.
 
Singkatnya: Pengalaman kematian itu membawa kehidupan kita sampai kepada penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah; hal ini setara dengan ibadah yang sudah memuncak sampai kepada penyembahan (Ibadah Doa Penyembahan).
 
2 Korintus 2:15
(2:15) Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa.
 
Singkat kata: Pengalaman kematian membawa kita sampai kepada penyembahan, yakni penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah = ukupan yang berbau harum, seperti yang tertulis juga pada Mazmur 141:2.
Jadi, penyembahan, yakni penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, itu merupakan bau harum. Penyerahan diri kita ini bagaikan ukupan, yakni; asap dupa kemenyan yang naik di hadirat TUHAN; berbau harum.
 
Jadi, dari sini kita melihat; betapa hebatnya Rasul Paulus telah membuktikan dirinya di dalam hal bertanggung jawab di hadapan TUHAN di tengah-tengah ibadah dan pelayanannya kepada sidang jemaat di Tesalonika dan juga jemaat di Korintus, dan jemaat-jemaat yang lain di Asia kecil. Kita patut bersyukur kepada TUHAN.
Penyerahan diri, sama seperti asap dupa kemenyan yang naik di hadirat TUHAN; berbau harum.
 
Segera saja kita meneladani pengalaman kematian dari TUHAN Yesus Kristus, seperti Rasul Paulus telah meneladani pengalaman kematian dari TUHAN Yesus Kristus, bahkan kita menikmatinya.
Ketika masuk dalam pengalaman kematian, kita memang menjadi tontonan dari dunia, tontonan malaikat-malaikat, dan tontonan manusia, tetapi; tidak menjadi Kristen penonton.
 
Malam ini kita akan membawa diri kita rendah di kaki salib TUHAN, tersungkur di hadapan takhta Allah, sujud menyembah Dia, Allah yang hidup, Allah Abraham Ishak, Yakub, Allah Israel, Allah yang berkuasa, TUHAN dan Juruselamat yang berdaulat atas kehidupan kita semuanya, karena kita tidak lagi menjadi Kristen penonton, melainkan oleh karena pengalaman kematian itu, kita menjadi tontonan dunia, menjadi tontonan malaikat-malaikat, menjadi tontonan manusia (sesama). Amin.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 

No comments:

Post a Comment