KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, October 14, 2020

IBADAH RAYA MINGGU, 11 OKTOBER 2020

 


 
IBADAH RAYA MINGGU, 11 OKTOBER 2020
 
WAHYU PASAL 12
(Seri: 26)
 
Subtema: TUHAN MEMIMPIN SAMPAI IBADAH TERTINGGI
 
Segala puji, segala hormat tentu saja hanya bagi Dia, tidak untuk yang lain-lain. Selanjutnya, kita bersyukur oleh kemurahan TUHAN yang telah menghimpunkan kehidupan rohani kita di tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu ini, semua karena kemurahan TUHAN.
Selanjutnya, saya juga tidak lupa menyapa umat TUHAN, anak-anak TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada; salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita masing-masing.
 
Selanjutnya, mari kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya kiranya TUHAN kembali membukakan firman-Nya bagi kita sore ini supaya kita boleh merasakan lawatan TUHAN di tengah-tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu, dan juga TUHAN melawat anak-anak TUHAN di dalam maupun luar negeri yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming; TUHAN memberkati kita semua.
 
Kita kembali memperhatikan Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Wahyu 12. Kita akan memasuki Wahyu 12:13B, untuk selanjutnya kita akan memasuki berkat yang baru, yakni Wahyu 12:14.
Wahyu 12:13B
(12:13) Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu.
 
Ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu. Perkara ini suatu kali nanti akan tergenapi tepatnya pada masa aniaya antikris berlangsung di atas muka bumi ini selama 3.5 (tiga setengah) tahun.
Pada masa itu, antikris menjadi diktator yang sangat bengis, menjadi diktator yang sangat buas seperti gabungan dari tiga jenis binatang buas, yakni macan tutul, beruang, dan singa, sehingga antikris disebut dengan Pembinasa keji.
 
Pada kesempatan minggu yang lalu telah diterangkan, semoga masih jelas dalam ingatan masing-masing, jangan berlalu begitu saja, karena itu adalah rencana TUHAN dalam setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi. Jangan kita datang dengan ibadah rutinitas.
 
Untuk melihat perkara ini sejenak, kita buka Injil Matius 24. Kita akan melihat sedikit tentang antikris, itulah Pembinasa keji, yang bersikap seperti binatang buas.
Matius 24:15
(24:15) "Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel -- para pembaca hendaklah memperhatikannya --
 
Apabila Pembinasa keji berdiri di tempat kudus akan terjadi perkara-perkara yang dapat dilihat langsung oleh mata, sesuai nubuatan Daniel.
 
Kita akan melihat nubuatan Daniel.
Daniel 11:30-31
(11:30) karena akan datang kapal-kapal orang Kitim melawan dia, sehingga hilanglah keberaniannya. Lalu pulanglah ia dengan hati mendendam terhadap Perjanjian Kudus dan ia akan bertindak: setelah pulang kembali, ia akan menujukan perhatiannya kepada mereka yang meninggalkan Perjanjian Kudus. (11:31) Tentaranya akan muncul, mereka akan menajiskan tempat kudus, benteng itu, menghapuskan korban sehari-hari dan menegakkan kekejian yang membinasakan.
 
Antikris akan menajiskan tempat kudus dengan cara menghapuskan korban sehari-hari dan menegakkan kekejian yang membinasakan.
 
Kita akan melihat KEKEJIAN YANG MEMBINASAKAN.
Daniel 9:27
(9:27) Raja itu akan membuat perjanjian itu menjadi berat bagi banyak orang selama satu kali tujuh masa. Pada pertengahan tujuh masa itu ia akan menghentikan korban sembelihan dan korban santapan; dan di atas sayap kekejian akan datang yang membinasakan, sampai pemusnahan yang telah ditetapkan menimpa yang membinasakan itu."
 
Pada pertengahan tujuh masa  = 3.5 tahun yang kedua, Pembinasa keji menajiskan tempat kudus, sekaligus menghentikan korban sehari-hari, yaitu;
Yang Pertama: Korban sembelihan à Ibadah pelayanan yang terhubung langsung dengan sengsara salib. Saya tambahkan sedikit lagi; kalau kita datang di dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah, dan di tengah-tengah ibadah, kita dihubungkan langsung dengan sengsara salib (perkara korban), maka kita tidak perlu takut, tidak perlu kuatir, jangan kaget-kaget, sebab itu merupakan kemurahan TUHAN bagi kita. Jangan cari ibadah yang tidak berbicara tentang sengsara salib, sebab itu adalah orang bebal yang tidak mengerti rencana TUHAN. Kalau Allah tidak mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal dan mati di kayu salib, maka kita pun tidak usah memikul salib; tetapi rencana TUHAN telah dinyatakan di atas kayu salib. Jadi, bersyukur, kalau di tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu dalam setiap pertemuan ibadah, kita dihubungkan langsung dengan sengsara salib; bersyukur.
Yang Kedua: Korban santapan à Firman Allah sebagai kebutuhan jiwa kita masing-masing. Selagi kita masih bisa menikmati korban santapan, nikmati saja korban santapan.
 
Inilah yang dihentikan oleh Pembinasa keji untuk selanjutnya menajiskan Bait Suci Allah.
 
Daniel 8:11-12
(8:11) Bahkan terhadap Panglima bala tentara itu pun ia membesarkan dirinya, dan dari pada-Nya diambilnya korban persembahan sehari-hari, dan tempat-Nya yang kudus dirobohkannya. (8:12) Suatu kebaktian diadakan secara fasik menggantikan korban sehari-hari, kebenaran dihempaskannya ke bumi, dan apa pun yang dibuatnya, semuanya berhasil.
 
Bahkan terhadap Panglima bala tentara itu pun ia membesarkan dirinya ...”, dia membesarkan dirinya di hadapan Panglima sorgawi.
“ ... Dan dari pada-Nya diambilnya korban persembahan sehari-hari ..., dari pada Balatentara itu diambilnya korban persembahan sehari-hari, itulah korban sembelihan dan korban santapan.
“ ... Dan tempat-Nya yang kudus dirobohkannya.” Selanjutnya, tempat yang kudus, Bait Suci Allah, dirobohkan.
 
Suatu kebaktian diadakan secara fasik ...” Korban sembelihan, korban santapan diganti dengan kebaktian secara fasik. Jadi, jangan suka mengeluh kalau kita datang di tengah ibadah, apalagi bila dihubungkan langsung dengan sengsara salib; jangan mengeluh. Jangan cari ibadah yang tidak ada salib, jangan cari ibadah yang tidak ada korban. Carilah ibadah yang ada “korban”, selagi ada kesempatan, sebab nanti manakala Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, mereka akan menajiskan Bait Suci Allah, dengan menghentikan korban sehari-hari -- yaitu; korban sembelihan, dan korban santapan -- lalu diganti dengan kebaktian fasik, diganti dengan kebaktian kesombongan.
Apa yang memicu terjadinya banyak kesombongan di tengah ibadah? Merasa diri mampu, gelar tinggi dari seorang pembicara, dari seorang gembala sidang, selalu mengagung-agungkan gelar doktor dan lain sebagainya; itu memicu kesombongan dan tidak ada artinya. Korban sehari-hari diganti dengan hal-hal seperti itu, diganti dengan hal-hal yang berbicara lahiriah untuk memicu kesombongan (ibadah fasik, ibadah sombong).
 
TUHAN Yesus baik kepada kita; TUHAN perhatikan kita semua lebih dari yang ada ini. Jangan sampai saudara sudah melayani tetapi tidak mengerti soal korban sembelihan dan korban santapan; ini adalah ibadah yang mengerikan.
 
Kembali kita perhatikan: “Suatu kebaktian diadakan secara fasik menggantikan korban sehari-hari”, pendeknya; kebenaran dihempaskan ke bumi. Oleh sebab itu, jangan kita menjalankan ibadah bumi yang hanya berbicara soal mujizat, tetapi mengabaikan sengsara salib. Biar sejuta kali mujizat terjadi di depan mata, tetapi bila salib diabaikan, itu semua nol, tidak ada artinya ibadah semacam itu.
Yang penting adalah cari dahulu Kerajaan Sorga dan kebenaran di dalamnya, maka mujizat secara lahiriah, perkara-perkara lahiriah diberkati, mujizat secara rohani, yang sakit menjadi sembuh, itu semua akan menyusul. Saya ini tidak anti berkat, saya tidak anti mujizat, tetapi cari dahulu Kerajaan Sorga dan kebenaran yang ada di dalamnya, maka semua akan mengikuti. Sepatah kata saja yang keluar dari mulut Yesus; sembuh, sembuh, sembuh, sembuh, tergantung tingkat kerohanian seseorang.
 
“ ... Apa pun yang dibuatnya, semuanya berhasil.” Apapun yang dikerjakan oleh antikris, yang disebut Pembinasa keji, semuanya berhasil, sepertinya diberkati. Oleh sebab itu, jangan keliru lagi. Jangan keliru dengan ibadah yang berbicara soal berkat-berkat. Saya ngeri kalau melihat hamba TUHAN yang sibuk berbicara soal berkat.
Waktu itu, di Jawa Tengah, ada seorang hamba TUHAN yang terkenal -- yang sekarang sudah almarhum --; setiap kali mengadakan KKR, ia selalu bicara soal management keungan. Akhirnya, setelah beliau meninggal, sidang jemaat yang ditinggalkan melakukan hal yang bodoh; mereka mau menghidupkan hamba TUHAN yang sudah mati itu. Kalau begini, di mana akal sehatnya? Karena yang diajarkan hanya soal uang, uang, uang, uang, dan hanya mengajarkan berkat-berkat, itulah ibadah laut. Sedangkan sibuk dengan mujizat-mujizat, itulah ibadah bumi. Biarlah kita terus berdoa supaya di dalam perhimpunan ibadah ini kita selalu menikmati ibadah sorgawi; itu adalah doa saya.
 
Perhatikan: Apa pun yang dibuatnya, semuanya berhasil, disertai keberhasilan. Oleh sebab itu, ukuran ibadah bukanlah berkat dan keberhasilan. Hati-hati; antikris di tengah kebaktian fasik juga disertai dengan keberhasilan.
Yang mengerti hal ini hanyalah tingkat rohani yang sudah dewasa; sedangkan kanak-kanak belum mengerti.
 
Wahyu 13:1
(13:1) Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat.
 
Binatang yang keluar dari dalam laut à antikris;
-          Bertanduk 10 (sepuluh).
-          Berkepala 7 (tujuh).
-          Di atas tanduk-tanduknya terdapat 10 (sepuluh) mahkota.
Jadi, 10 + 7 + 10 = 27, itu berbicara tentang Injil di mana Yesus diceritakan sepenuhnya. Injil sepenuh menceritakan Yesus dari sorga, turun ke bumi; mati, bangkit, dan naik kembali. Jadi, angka-angka yang melekat di dalam diri antikris ini merupakan akal-akalan, supaya sama seperti riwayat dari pada pribadi Yesus Kristus.
 
Wahyu 13:2
(13:2) Binatang yang kulihat itu serupa dengan macan tutul, dan kakinya seperti kaki beruang dan mulutnya seperti mulut singa. Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan kekuasaannya yang besar.
 
Binatang yang kulihat itu serupa dengan macan tutul, dan kakinya seperti kaki beruang dan mulutnya seperti mulut singa, itu adalah binatang buas. Maka, kalau mereka nanti menjadi diktator buas, bengis, bejat, karena memang mereka adalah binatang buas.
Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan kekuasaannya yang besar. Setan memberi kuasa kepada antikris, ia memberikan kekuatannya, takhtanya dan kekuasaannya yang besar.
 
Jadi, binatang yang keluar dari dalam laut à antikris, yang merupakan gabungan dari 3 jenis binatang:
1. Macan tutul.
2. Beruang.
3. Singa.
Sehingga antikris ini sama seperti binatang buas (keji).
 
Tadi kita sudah perhatikan: Setelah menajiskan Bait Suci Allah dengan menghapuskan korban sehari-hari, lalu ditegakkanlah kebaktian fasik. Sementara mereka mengerjakan kebaktian fasik, disertai dengan keberhasilan, dan itu terbukti.
 
Wahyu 13:3
(13:3) Maka tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu.
 
Satu dari antara tujuh kepalanya seperti kena luka yang membahayakan hidupnya; ini berbicara tentang sengsara salib. Tetapi sayangnya, sengsara tidak lanjut sampai kepada pengalaman kematian dan kebangkitan, sementara antikris ini keluar dari dalam laut. Apa arti laut? Itu merupakan bayangan dari baptisan Kristus, baptisan dalam kematian dan kebangkitan-Nya, tetapi rupanya, sesudah mengalami luka yang membahayakan -- berbicara soal sengsara -- namun tidak dilanjutkan dengan pengalaman kematian dan kebangkitan.
Jadi, sudah jelas; ibadah laut ini hanyalah ibadah akal-akalan. Hanya sibuk bicara soal mujizat kesembuhan, tetapi tidak berbicara soal sengsara salib, tidak berbicara soal pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus; jelas ini adalah akal-akalan.
 
Doakan, supaya saya jangan mengakal-akali saudara. Doakan, supaya kita jangan menjalankan ibadah akal-akalan. Terlalu banyak saya melihat orang Kristen masuk dalam perangkap dan tipu muslihat Iblis Setan, tetapi ketika disodorkan yang baik justru tidak mau; inilah yang membuat hati saya sedih. Berapa banyak penduduk di Provinsi Banten ini, secara khusus Serang dan Cilegon? Tetapi hanya segelintir saja yang mau terima Pengajaran Mempelai. Maka, hati saya sedih sekali melihat orang yang suka dengan ibadah laut, padahal itu adalah akal-akalan. Itu sebabnya di atas tadi saya katakan: Biar sejuta kali mujizat terjadi, tetapi kalau berita salib diabaikan, maka tidak ada artinya mujizat itu, sebab ibadah semacam ini adalah ibadah akal-akalan. Biarlah hati dan pikiran kita diterangi.
 
... Tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu. Ketika antikris menjalankan ibadah laut, artinya; sibuk mengadakan mujizat kesembuhan, maka seluruh dunia heran. Dan oleh karena mujizat yang diadakan antikris ini, mereka mengikuti ibadah fasik, mereka mengikuti ibadah dari antikris.
Apakah sesudah terjadi kesembuhan, lantas seseorang menjadi selamat? Tentu tidak, bukan? Yang menyelamatkan adalah pekerjaan Yesus di atas kayu salib, bukan? Dia mati, lalu bangkit pada hari ketiga, lalu naik ke sorga; itu adalah jalan, kebenaran dan hidup, bukan soal mujizatnya. Mujizat akan terjadi asal cari dahulu Kerajaan Sorga dan kebenaran di dalamnya, maka mujizat dan berkat akan mengikuti.
 
Wahyu 13:4
(13:4) Dan mereka menyembah naga itu, karena ia memberikan kekuasaan kepada binatang itu. Dan mereka menyembah binatang itu, sambil berkata: "Siapakah yang sama seperti binatang ini? Dan siapakah yang dapat berperang melawan dia?"
 
Dan mereka menyembah naga itu. Akhirnya, orang-orang yang mengikuti antikris menyembah naga, menyembah Setan.
Kalau orang Kristen menyembah Setan, yang diperlihatkan hanyalah keindahan dunia; kerajaan dunia dan kemegahan dunia. Sebagaimana Yesus ketika dibawa oleh ular itu ke atas gunung yang sangat tinggi, dari situ dia memperlihatkan kerajaan dunia dan keindahan dunia, serta kemegahannya. Tetapi Setan selanjutnya berkata: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” Namun Yesus memiliki firman yang luar biasa, itulah Pengajaran Mempelai, itu sebabnya Yesus menjawab: “Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!
Akhirnya, orang yang mengikuti ibadah fasik, ia jatuh dalam penyembahan berhala = menyembah Setan.
 
Dan mereka menyembah binatang itu. Jadi, selain menyembah naga (Setan), juga menyembah binatang. Sambil berkata: "Siapakah yang sama seperti binatang ini? Dan siapakah yang dapat berperang melawan dia?" Sidang jemaat yang dilayani oleh antikris, sudah menjalankan ibadah fasik, ibadah sombong.
Kalau ukuran ibadah hanya bicara soal berkat, mujizat, maka menjadi sombong; itulah yang memicu kehidupan dari sidang jemaat menjadi sombong, menjalankan ibadah fasik. Biarlah pikiran kita ini terbuka.
 
Wahyu 13:5
(13:5) Dan kepada binatang itu diberikan mulut, yang penuh kesombongan dan hujat; kepadanya diberikan juga kuasa untuk melakukannya empat puluh dua bulan lamanya. (13:6) Lalu ia membuka mulutnya untuk menghujat Allah, menghujat nama-Nya dan kemah kediaman-Nya dan semua mereka yang diam di sorga.
 
Kemudian, naga (Setan) memberikan mulut kepada binatang itu, yang penuh kesombongan dan hujat. Lalu, binatang atau antikris itu membuka mulutnya untuk;
1. Menghujat Allah.
2. Menghujat nama-Nya.
3. Menghujat kemah kediaman-Nya.
4. Menghujat semua mereka yang diam di sorga.
Jika seseorang menghujat “Anak”, ia masih memperoleh pengampunan. Jika seseorang menghujat “Bapa”, ia masih memperoleh pengampunan. Tetapi jika menghujat Roh Kudus, tidak ada pengampunan.
 
Jadi, menjalankan ibadah fasik = menghujat Roh Kudus, berarti; tidak ada pengampunan. Oleh sebab itu, biarlah kita menghargai ibadah pelayanan yang TUHAN percayakan, di mana kita sudah digembalakan oleh Pengajaran Mempelai. Hati-hati; hargai Pengajaran Mempelai setinggi-tingginya, sebab itu yang akan membawa kita satu dengan TUHAN, Kristus sebagai Kepala; seperti tubuh menyatu dengan kepala.
 
Itulah sekilas dari hal yang tertinggal pada minggu yang lalu. Dan lewat pemaparan secara singkat ini, kita sudah memperhatikan nubuatan Daniel secara singkat juga.
 
Setelah TUHAN menunjukkan kepada kita tentang nubuatan Daniel, sesuai dengan apa yang tertulis dalam Injil Matius 24, maka kita kembali memperhatikan Injil Matius 24.
Matius 24:15-18
(24:15) "Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel -- para pembaca hendaklah memperhatikannya -- (24:16) maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan. (24:17) Orang yang sedang di peranginan di atas rumah janganlah ia turun untuk mengambil barang-barang dari rumahnya, (24:18) dan orang yang sedang di ladang janganlah ia kembali untuk mengambil pakaiannya.
 
Apabila saya dan saudara melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus sesuai dengan nubuatan Daniel yang sudah dipaparkan secara singkat sore ini, maka para pembaca hendaklah memperhatikannya.
Apa yang telah dinubuatkan oleh nabi Daniel, maka para pembaca hendaklah memperhatikannya, berarti; jangan diabaikan, jangan bermasa bodo. Pemaparan tentang nubuatan Daniel walaupun singkat tadi, namun jangan diabaikan, jangan bermasa bodo, dengan cara;
YANG PERTAMA: Orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan.
Artinya; kerohanian yang masih kanak-kanak harus dibawa sampai ke tingkat tertinggi, yakni penyembahan.

-          Yudea à Kanak-kanak rohani. Sewaktu Yesus masih kanak-kanak, Ia berada di Yudea.

-          Pegunungan à Puncak rohani = doa penyembahan = penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah.

Jangan abaikan hal yang pertama ini; jangan bermasa bodo. Memang, kita butuh makan, minum, pakaian, tetapi bukan itu yang menjadi prioritas utama, sebab itu adalah ibadah laut
 
YANG KEDUA: Orang-orang yang sedang di peranginan (di atas rumah) janganlah ia turun mengambil barang-barang dari rumahnya.
Artinya; kehidupan yang sudah berada dalam kegiatan Roh, bahkan sudah penuh dengan Roh, jangan lagi membiarkan rohaninya turun hanya karena perhatiannya tertuju kepada perkara di bawah, perkara duniawi, perkara lahiriah.
Ayo, yang sedang berada di peranginan (kegiatan Roh), jangan lagi turun rohani, jangan lagi memikirkan perkara di bawah, jangan lagi memikirkan perkara duniawi, jangan lagi memikirkan perkara lahiriah.
Hal ini tidak boleh diabaikan; perhatikan diri masing-masing, perhatikan orang yang di sekitar yang terkasih, yang ada di dalam rumah kita masing-masing, dimulai dari diri kita lebih dulu; jangan egois.
 
YANG KETIGA: Orang yang sedang di ladang, janganlah kembali untuk mengambil pakaian.
Artinya; kalau sudah bekerja di ladang TUHAN, jangan lagi kembali ke tabiat yang lama. Yang sudah melayani, perhatikan hal ini sungguh-sungguh, hai imam-imam; jangan kembali ke tabiat lama.
 
Kita patut bersyukur, sebab TUHAN itu baik. Jangan bermasa bodo dengan tiga perkara ini, tetapi perhatikanlah dengan sungguh-sungguh.
 
Kemudian, ada yang akan mengalami celaka, tetapi kita janganlah turut celaka. Siapa yang celaka di sini?
Matius 24:19
(24:19) Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu.
 
Kehidupan yang akan masuk dalam celaka, yakni:
Yang Pertama: Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil à Hamba-hamba TUHAN yang tidak bertobat, belum lahir baru, masih mengandung dosa.
Ibu à Gembala sidang, pemimpin sidang jemaat, di mana tugasnya adalah mengasuh dan merawati sidang jemaat. Tetapi kalau seorang gembala sidang belum bertobat, bagaimana sidang jemaat bertobat? Itu adalah sesuatu yang mustahil.
Oleh sebab itu, kita harus saling mendoakan. Saya belum sempurna, tetapi biarlah kita saling mendoakan. Terkadang, sekali waktu saya bisa menegur seseorang dengan tegas ketika ia salah; itu adalah kekurangan saya, tetapi biarlah kita saling mendoakan.
 
Yang Kedua: Celakalah ibu-ibu yang menyusukan bayi = Hamba-hamba TUHAN (gembala sidang atau pemimpin sidang jemaat) yang kerohaniannya masih kanak-kanak.
Kalau gembala sidang kanak-kanak rohani, maka sidang jemaat pun akan masih kanak-kanak rohani. Tiadalah mungkin sidang jemaat dengan kerohanian yang dewasa, kalau gembala sidangnya masih kanak-kanak rohani.
 
Inilah yang akan masuk dalam celaka yang besar itu. Tetapi kalau kita perhatikan hal ini, maka tentu saja kita tidak turut masuk dalam celaka itu.
 
Matius 24:20-21
(24:20) Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat. (24:21) Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi.
 
Berdoalah, berarti; ada suatu kerinduan yang begitu mendalam untuk memohon belas kasih TUHAN supaya lepas dari celaka yang besar. Mengapa harus berdoa? Maksudnya adalah supaya waktu saya dan saudara melarikan diri;
Yang Pertama: Jangan jatuh pada musim dingin.
Sekarang ini kita masih merasakan kehangatan kasih Allah, oleh sebab itu hargai kehangatan kasih Allah. Ibadah dan pelayanan merupakan kehangatan kasih Allah; hargai.
Yang Kedua: Jangan pada hari Sabat.
Hari Sabat adalah hari ketujuh. Satu hari bagi TUHAN = 1000 (seribu) tahun bagi manusia. Berbicara soal hal ini, mari kita perhatikan peta zaman; hari ketujuh adalah hari perhentian. TUHAN memberikan kita waktu untuk bekerja selama 6 (enam) hari, waktu untuk mempersiapkan diri.
 
Pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat, karena pada masa aniaya antikris, mereka tampil sebagai diktator yang sangat ganas, bahkan menjadi sama seperti binatang buas (bengis), tidak punya hati nurani -- sama seperti binatang yang tidak mempunyai hati nurani --.
 
Pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. Jadi, siksaan yang dahsyat itu nanti terjadi (berlangsung) selama 3.5 tahun; sesudah itu, tidak akan terjadi lagi.
Perhatikanlah hal ini, jangan diabaikan, jangan bermasa bodoh, dimulai dari diri kita masing-masing lebih dulu.
 
Kita kembali memperhatikan Wahyu 12.
Wahyu 12:13B
(12:13) Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu.
 
Ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu. Hal ini akan terjadi (tergenapi) masa aniaya antikris. Memang, itu akan terjadi, tetapi ... mari kita perhatikan ayat 14, kita memasuki berkat yang baru. Kita berdoa kepada TUHAN, supaya kita kembali diberkati.
 
Wahyu 12:14
(12:14) Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.
 
Memang, naga memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu, tetapi kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar. Ini merupakan suatu berkat yang tiada tara, kemurahan yang luar biasa, sebab kepada perempuan itu diberi sayap dari burung nasar yang besar. Ini berkat yang tiada tara, kemurahan yang luar biasa. Keajaiban TUHAN nyata, itu merupakan kemurahan hati TUHAN bagi kita.
 
Matius 24:28
(24:28) Di mana ada bangkai, di situ burung nazar berkerumun."
 
“Di mana ada bangkai, di situ burung nasar berkerumun.” Bangkai, jelas itu menunjuk kepada kematian Yesus Kristus.
Jadi, kalau perempuan itu menerima sayap dari burung nazar yang besar, itu merupakan keajaiban TUHAN untuk gereja yang sempurna, dan itu merupakan kemurahan hati TUHAN. Yesus mati (bangkai) untuk menerima sayap dari burung nazar yang besar, itu adalah kemurahan hati TUHAN bagi kita.
 
Matius 27:50
(27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
 
Yesus berseru pula dengan suara nyaring. Berseru pula, berarti terulang kembali seruan yang pertama, itulah: “Eli, Eli, lama sabakhtani? Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Yesus harus menanggung penderitaan seorang diri, di atas kayu salib.
Sesudah itu, lalu menyerahkan nyawa-Nya = mati = bangkai.
 
Berarti, kalau kita berbicara “bangkai”, itu berbicara tentang doa penyembahan, yakni penyerahan diri Yesus sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah. “Eli, Eli, lama sabakhtani?”, itu merupakan doa penyahutan Imam Besar, sebab Dia sudah mengerjakan pekerjaan-Nya di atas kayu salib, Dia sahut Allah Bapa. “Eli, Eli, lama sabakhtani?”, itu adalah penyembahan, dan sesudah menyembah, Dia menyerahkan diri-Nya = mati = bangkai.
Jadi, kalau berbicara tentang “bangkai”, itu berbicara soal doa penyembahan, dengan lain kata; penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah, tidak lagi taat kepada kehendak daging, hati, pikiran, dan perasaan manusia.
 
Kita bersyukur, keajaiban adalah kemurahan TUHAN bagi kita. Ini adalah cara TUHAN untuk menolong kita; jangan setiap kali ibadah kita hanya sibuk berbicara mujizat dan berkat, itu adalah ibadah tipu-tipu, termasuk para pemirsa perhatikan firman ini baik-baik, di mana pun anda berada, TUHAN sudah menyatakan keajaiban-Nya kepada saudara.
 
Singkatnya: Ibadah kita di bumi ini harus berada pada sebuah kedudukan yang tertinggi, itulah yang disebut puncak ibadah, doa penyembahan. Kalau hanya bicara soal berkat, itu baru ibadah laut, bukan ibadah sorga. Sedangkan ibadah bumi; sibuk berbicara soal mujizat-mujizat.
Tetapi sekalipun kita ada di bumi, kita harus menjalankan ibadah sorga, ibadah yang harus membawa kita kepada puncak ibadah, doa penyembahan, dengan lain kata; penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.
 
Matius 27:51
(27:51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,
 
Dan lihatlah, buka mata hati kita lebar-lebar. Lihatlah, apa yang kita lihat di sini? Tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah, ini berbicara soal perobekan daging. Daging Yesus sudah dirobek, sehingga terbukalah jalan untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Terbelahlah tabir Bait Suci dari atas sampai ke bawah; jadi, bukan robek dalam bentuk horizontal. Kalau bentuk horizontal, mungkin memang robek, tetapi masih ada tirai (hasil perobekan yang menggantung) di atas dan tirai di bawah, otomatis kita tidak bisa melangkah masuk ke dalam. Tetapi tabir Bait Suci itu robek dari atas sampai ke bawah, maka terbukalah jalan lebar-lebar untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
 
Penyembahan membuka jalan untuk masuk ke dalam Ruangan Maha Suci. Doa Penyembahan ini berbicara penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, bukan lagi taat kepada daging, sebab daging sudah robek dari atas sampai ke bawah, lalu terbukalah jalan untuk berada dalam Ruangan Maha Suci.
Jadi, TUHAN tidak menipu kita, bukan? TUHAN tidak menipu kita dan ibadah ini tidak menipu kita. Oleh sebab itu, biarlah kita bersyukur kepada TUHAN.
 
Kembali kita membaca ayat 51 ini.
Matius 27:51
(27:51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,
 
Lewat penyembahan atau penyerahan diri Yesus sepenuhnya, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah = perobekan daging. Jadi, perobekan daging itu dimulai dari doa penyembahan, itulah puncak ibadah. Robeklah tirai dari atas sampai ke bawah, itu berbicara tentang perobekan daging, itulah penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, bukan lagi tata kepada daging, karena daging sudah robek, sudah dihukum oleh sengsara salib.
 
Perlu untuk saya tambahkan sedikit: Daging ini hanyalah sebatas takhta Setan, maka supaya daging jangan menjadi ladang yang subur dan supaya jangan menjadi takhta Setan, maka daging harus dihukum dengan salib, harus alami perobekan daging. Ingat; Harus mengalami perobekan daging, sebab daging hanyalah sebatas takhta Setan, daging hanyalah ladang yang subur bagi roh jahat dan roh najis, maka daging harus dihukum dengan sengsara salib.
 
Mari kita lihat PEROBEKAN DAGING YESUS.
Kita akan memperhatikan Ibrani 10, dengan perikop “Ketekunan.” Nanti kita akan melihat maksud dari ketekunan ini, namun baca dulu ayat 19-20, untuk melihat perobekan daging Yesus.
 
Ibrani 10:19-20
(10:19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, (10:20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,
 
Jadi, saudara-saudaraku yang kukasihi di dalam Kristus Yesus, Bapak/Ibu saudara yang terkasih, para pemirsa yang terkasih, perhatikan firman ini baik-baik.
Oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, bukan karena berkat dan mujizat. Karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri; daging Yesus telah robek, maka terbukalah jalan untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
 
Jadi, hanya oleh karena darah salib Kristus kita dapat masuk ke tempat yang Maha Kudus, Ruangan Maha Suci, bayangan dari Kerajaan Sorga, bukan soal berkat (ibadah laut), bukan soal mujizat (ibadah bumi), melainkan oleh darah salib, itulah perobekan daging Yesus. Mulai sekarang, mari kita bersama-sama belajar dan berjuang untuk masuk dalam pengalaman perobekan daging.
 
Ingat, jangan pernah lupa: Daging hanyalah takhta Setan. Jangan saudara pikir daging untuk dielus-elus, tidak. Daging ini adalah takhta Setan, ladang yang subur bagi Setan; oleh sebab itu, daging harus dihukum, dengan apa? Dengan salib.
Biarlah kita belajar untuk mengalami perobekan daging; biar dirobek-robek saja daging itu.
 
Jadi, sudah sangat jelas sekali, bahwa ibadah kita di bumi harus sampai kepada puncaknya, yakni penyembahan, itulah penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, buktinya; Yesus, Anak Allah, telah mengalami perobekan daging.
 
Barulah kita memperhatikan soal KETEKUNAN.
Ibrani 10:21
(10:21) dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.
 
Imam adalah pemimpin rumah TUHAN. Yesus, Imam Besar, menurut peraturan Melkisedek; mengapa peraturan Melkisedek? Karena imamatnya tidak akan beralih kepada siapa saja, dan Dia juga pemimpin sidang jemaat, Kepala rumah TUHAN.
Bersyukur, karena kita memiliki Imam Besar yang seperti ini. Coba, kalau kita memiliki seorang gembala sidang (pemimpin rumah TUHAN) yang membawa sidang jemaat kepada suatu ibadah laut, kepada suatu ibadah bumi, apa yang terjadi?
Tetapi puji TUHAN, kita memiliki Imam Besar Agung, Dialah Kepala Rumah TUHAN yang bertanggung jawab bagi tubuh Kristus.
 
Ibrani 10:22-24
(10:22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. (10:23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. (10:24) Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
 
Karena itu marilah kita menghadap Allah. Jangan kalau sudah diberkati baru menghadap Allah. Yesus telah mengalami perobekan daging, karena Dialah Imam Besar, kepala rumah TUHAN; oleh sebab itu, marilah kita menghadap Allah dalam setiap pertemuan ibadah dengan hati yang tulus, hati yang penuh keikhlasan, jangan pura-pura, serta yakin dan percaya bahwa Yesus adalah pintu gerbang sorga.
 
Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia; ya dan amin.
 
Dan marilah kita saling memperhatikan satu dengan yang lain, tidak boleh egois, karena kita menjalankan ibadah dengan tulus, jangan pura-pura, harus dengan keikhlasan. Saya juga belajar memperhatikan; kalau ada pemuda yang dikirim ke sini, saya carikan pekerjaannya, satu taruh di satu tempat, gratis, asal mau datang beribadah digembalakan oleh Pengajaran Mempelai dengan tulus ikhlas. Dari mana saja, saya tampung; asal tergembala, gratis, dan semoga dia mau belajar mengerti mengucap syukur, tetapi bukan untuk saya, melainkan untuk pekerjaan TUHAN. Tujuannya adalah supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
 
Dari ayat 22-24 ini, kita temukan 3 kata;
-          Pada ayat 22, kita temukan kata iman.
-          Pada ayat 23, kita temukan kata pengharapan.
-          Pada ayat 24, kita temukan kata kasih.
 
Tiga kata tersebut, jelas itu berbicara tentang ibadah, yang kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel, terkena pada tiga alat yang ada di dalam Ruangan Suci.

-      Kata “Iman” terkena pada Meja Roti Sajian à Ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci = domba-domba diberi makan. Bersyukur, kalau tekun dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.

-          Kata “Pengharapan” terkena pada Pelita Emas à Ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian Roh = domba-domba diberi minum air Roh Kudus. Kehidupan yang diurapi oleh Roh-El Kudus akan menjadi terang seperti pelita, menjadi kesaksian Roh, lewat kesaksian zangkoor, maupun kesaksian-kesaksian yang lain.

-     Kata “Kasih” terkena pada Mezbah Dupa à Ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan = TUHAN memberi nafas hidup.

 

Itulah soal ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, dimulai dari tekun dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci, kemudian tekun dalam Ibadah Raya Minggu -- seperti yang kita jalankan sore ini --, lalu puncaknya adalah tekun dalam Ibadah Doa Penyembahan. Yang terakhir adalah tekun dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Jadi, puncak dari ibadah adalah Doa Penyembahan, bukan Ibadah Raya Minggu, bukan Ibadah Pendalaman Alkitab, walaupun harus tekun dalam tiga macam ibadah pokok. Namun ibadah kita di bumi ini harus memuncak sampai kepada doa penyembahan, “Eli, Eli, lama sabakhtani?”, itulah penyembahan, yakni penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah; mengalami perobekan daging.
 
Kesaksian itu penting, zangkoor itu penting, kesaksian firman juga penting, tetapi itu semua belum memuncak, ibadah ini belum memuncak; oleh sebab itu, harus sampai kepada penyembahan. Itulah yang terakhir, yaitu kasih. Tidak cukup hanya iman, sebab itu hanyalah dasar, motor penggerak supaya kita menjalankan ibadah ini. Pengharapan itu bagus, sebab Ia yang menjanjikan itu adalah setia; firman (janji) itu ya dan amin, tetapi itu belum sempurna. Yang menyempurnakan kita adalah kasih. Yang membawa kita masuk sampai kepada Ruangan Suci adalah doa penyembahan. Mezbah Dupa jauh lebih dekat dengan perobekan daging.
 
Terkait dengan PENYEMBAHAN, sebagai puncak dari ibadah kita di bumi ini, maka kita sinkronkan dengan apa yang dilihat oleh Rasul Paulus ketika ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga.
Peristiwa ketika Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga diceritakan dalam 2 Korintus 12:14B, tetapi kita akan melihat terlebih dahulu; pada saat Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga, hal itu ia tuliskan dalam Ibrani 9:1-4, dengan perikop: “Tempat kudus di bumi dan di sorga.” Di bumi ini kita perlu tekun dalam tiga macam ibadah pokok, tetapi kita harus tahu; ibadah di bumi yang membawa kita memuncak sampai ibadah di sorga, ibadah yang seperti apa?
 
Ibrani 9:2
(9:2) Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus.
 
Inilah yang dilihat oleh Rasul Paulus: Kemah yang pertama atau sama dengan Ruangan Suci terdapat dua alat:
1.      Kandil atau Pelita emas = Ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu, disertai dengan kesaksian Roh.
2.      Meja Roti Sajian = Ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab, disertai dengan perjamuan suci.
Itulah tentang kemah yang pertama.
 
Memang, sekilas kita melihat, kalau kita bandingkan dengan Tabernakel Musa, sepertinya bertolak belakang, karena ketiga-tiganya ada di dalam Ruangan Suci. Tetapi sesungguhnya itu tidaklah bertolak belakang, ada maksudnya di situ; oleh sebab itu, yang kita lihat adalah arti rohaninya.
 
Ibrani 9:3-4
(9:3) Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. (9:4) Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,
 
Di dalam Ruangan Maha Suci, Rasul Paulus sudah melihat mezbah pembakaran ukupan dari emas. Jadi, jelas; doa penyembahan membawa kita masuk ke dalam Ruangan Maha Suci. Oleh sebab itu, ibadah kita di muka bumi ini harus memuncak sampai kepada doa penyembahan. Ibadah di bumi tidak hanya berhenti sebatas Ibadah Pendalaman Alkitab; ibadah di bumi tidak hanya berhenti sebatas Ibadah Raya Minggu, tetapi ibadah di bumi harus memuncak sampai kepada doa penyembahan, dengan lain kata; penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, berarti tidak taat lagi kepada daging, sebab daging sudah dirobek sehingga itulah yang membawa hidup rohani kita masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
 
Jadi, apa yang dilihat oleh Rasul Paulus tidak bertolak belakang dengan apa yang dilihat oleh Musa di atas gunung Sinai. Hukum Taurat adalah bayangan dari kesempurnaan, bukan hakekat, melainkan bayangan.
 
Perlu saya tambahkan sedikit: Semua perkara kalau dilemparkan ke atas pasti jatuh ke bawah -- itulah yang disebut daya tarik bumi --. Hanya satu perkara yang lepas dari daya tarik bumi yakni asap dupa kemenyan naik sampai menembusi takhta Allah; itulah doa penyembahan yang membawa kita masuk sorga. Penyembahan adalah penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.
Untuk hal yang benar, kita tidak perlu lawan, karena toh juga untuk keselamatan diri kita dan keluarga kita, sebab penyesalan itu selalu terjadi di kemudian hari, selalu terlambat. Oleh sebab itu, sebelum terlambat, sekarang TUHAN masih memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk tekun dalam tiga macam ibadah pokok.
 
Barulah kita masuk Wahyu 12:14B.
Wahyu 12:14B
(12:14) Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.
 
Bagian A: Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar. Tidak ada cara lain untuk menerima sayap burung nasar yang besar, selain dengan penyembahan, penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah. Tidak ada cara lain, selain apa yang sudah kita terima sore ini. Biar dia hamba TUHAN memiliki gelar doktor, biar dia seorang motivator, biar dia seorang pejabat tinggi, namun tidak akan memberi sayap burung nasar yang besar, kecuali dengan cara rencana TUHAN; inilah keajaiban TUHAN.
 
Kita sudah sampai kepada sayap burung nasar yang besar; biarlah firman itu mendarah daging, jangan ditolak, supaya ibadah kita di bumi jangan percuma. Biarlah ibadah ini memuncak sampai kepada puncaknya, itulah doa penyembahan; kita menyerah kepada TUHAN sampai membawa kita kepada kehendak Allah, jangan dilawan.
 
Sesudah menerima sayap burung nasar yang besar, itulah bangkai, selanjutnya kita perhatikan bagian B: Supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.
Perempuan (gereja TUHAN) yang sempurna, setelah menerima sayap burung nasar yang besar, lalu ia terbang ke tempatnya di padang gurun, untuk dipelihara jauh dari ular, Setan (antikris) selama 3.5 (tiga setengah) tahun. Itulah kegunaan sayap burung nasar yang besar.
Jadi, kalau kita tidak memiliki sayap burung nasar yang besar, maka tidak mungkin kita dapat menghindarkan diri atau melepaskan diri dari kejaran antikris, siapapun dia; sekalipun pejabat tinggi, konglomerat, orang kaya, berkedudukan tinggi, memiliki gelar doktor, namun itu semua tidak bisa melepaskan diri kita dari jerat antikris, kecuali gereja yang sempurna, mempelai TUHAN, kepadanya diberikan sayap burung nasar yang besar. Inilah hebatnya Pengajaran Mempelai.
 
Maka, tentu saja kembali saya sampaikan untuk sekian kali, saya tidak bosan mengatakan: Kita bersyukur memiliki pola Kerajaan Sorga, itulah Tabernakel, dalam Terangnya Mempelai, atau saya balik; Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel.
Maka, semuanya menjadi simple; sorga itu terlalu dekat di depat mata kita, tinggal kita mau menjalankannya atau tidak, melangkah sesuai ketetapan firman atau tidak, itu saja persoalannya, hati ini persoalannya. Sorga itu tidak ke mana-mana, tetapi kalau kita tidak memiliki pola Tabernakel sebagai miniatur Kerajaan Sorga, maka sorga itu tidak tahu di mana.
 
Suatu kali mereka yang mengikuti live streaming berkata: Di mana sorga itu? Saya bilang; dia tidak mengerti. Lalu saya berkata kepada pelayan yang bertugas menjawab komentar dari pemirsa, untuk menjawab pertanyaan itu: Ikuti terus Pengajaran Mempelai, nanti mengerti. Tidak bisa hanya diceritakan dengan sepenggal kata, seperti seorang penginjil mengadakan KKR di mana-mana yang cukup hanya dengan satu ayat, lalu cerita si kancil, si kura-kura, si buaya, tidak seperti itu, melainkan harus sabar menantikan ayat per ayat.
Maka, untuk mendengar firman, harus dibutuhkan roh Maria, itulah roh mempelai; roh kesatuan, rendah hati dan lemah lembut. Oleh sebab itu, perhatikanlah cara kamu mendengar.
 
Kembali saya sampaikan: Setelah menerima sayap burung nasar yang besar, lalu perempuan (gereja TUHAN) yang sempurna terbang ke tempatnya di padang gurun, untuk dipelihara jauh dari mata ular, tidak dapat dijangkau oleh antikris -- kaki tangan dari Setan (ular) --.
 
Ayub 39:30
(39:30) Atas perintahmukah rajawali terbang membubung, dan membuat sarangnya di tempat yang tinggi?
 
Ayat ini memberi pemahaman, bahkan mencelikkan mata rohani kita:

Yang Pertama: Atas perintahmukah rajawali terbang membubung? Siapa manusia yang memerintahkan supaya rajawali terbang tinggi di langit? Tidak ada.

Yang Kedua: Atas perintahmukah rajawali membuat sarangnya di tempat yang tinggi? Siapa yang memerintahkan rajawali membuat sarang di bukit batu yang tinggi? Tidak ada.

Biar dia adalah seorang doktor, namun dia tidak bisa melakukan hal itu. Sekalipun dia memiliki gelar yang tinggi, namun tidak bisa; sekalipun ia adalah konglomerat juga tidak bisa, bukan dia yang memerintahkan sehingga rajawali terbang tinggi, dan membuat sarangnya di bukit yang tinggi. Sekalipun dia pejabat, dia tidak bisa memerintahkan rajawali untuk melakukan perkara itu.
Jelas, Tuhanlah yang memimpin ibadah kita untuk selanjutnya dibawa ke tempat yang tinggi, itulah doa penyembahan. Tidak ada yang bisa; hanya TUHAN yang memimpin ibadah ini, Dia adalah Imam Besar, Kepala rumah TUHAN, membawa kita ke tempat yang tinggi, doa penyembahan, puncak ibadah.
 
Jangan hanya tekun Ibadah Raya Minggu; saya tidak mengancam, tetapi dengar dan lakukanlah firman kalau tidak mau binasa. Tekunlah dalam tiga macam ibadah pokok, di mana puncaknya adalah Ibadah Doa Penyembahan. Sayangnya, kita tidak menyelenggarakan Ibadah Doa Penyembahan pada hari Minggu, melainkan pada hari Selasa.
Tetapi saudara jangan takut juga dengan pernyataan ini, dengan berkata: saya diancam, sehingga saudara tidak mau juga datang dalam Ibadah Raya Minggu, dan akhirnya berkeliaran ke sana ke mari; rohaninya liar, tidak tergembala, ibadahnya tidak dipimpin TUHAN, tetapi biarlah ibadah kita dipimpin oleh TUHAN. Kalau TUHAN yang memimpin, maka ibadah kita akan terus dipimpin sampai ke tempat yang tinggi, itulah doa penyembahan. Semakin tercelik mata rohani kita, asal kita membuka hati lebar-lebar; oleh sebab itu, miliki roh Mempelai, roh Maria.
 
Ayub 39:31
(39:31) Ia diam dan bersarang di bukit batu, di puncak bukit batu dan di gunung yang sulit didatangi.
 
Doa Penyembahan, yakni penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, adalah gunung batu yang tinggi yang sulit didatangi oleh antikris; jauh dari mata si ular -- tidak bisa dijangkau oleh mata ular, tidak bisa dijangkau oleh antikris --.
Gunung batu yang tinggi; Yesus adalah gunung batu. Dan kalau berbicara gunung batu, itu berbicara tentang korban Kristus.
Demikianlah rajawali membuat sarangnya di atas gunung batu yang tinggi, sulit dijangkau oleh mata ular, itulah antikris. Ular tidak bisa menjangkau gunung batu yang tinggi; matanya, kakinya, itulah antikris, tidak bisa menjangkau gunung batu yang tinggi.
 
Oleh sebab itu, ibadah tidak cukup hanya berhenti pada Ibadah Raya Minggu dan tidak cukup hanya berhenti pada Ibadah Pendalaman Alkitab serta perjamuan suci; itu masih tertinggal di bumi. Yang membawa kita ke tempat yang tinggi adalah Doa Penyembahan; sayap burung nasar yang besar, itulah sayap burung rajawali.
Tidakkah kita selayaknya bersyukur menerima pengertian ini? Banyak orang Kristen yang ketika diberikan uang, baru di situ ia mengucap syukur, tetapi tidak bersyukur dengan rencana TUHAN, padahal itu terkait dengan nyawa; seolah-olah uang ini bisa membayar nyawa.
 
Ayub 39:32
(39:32) Dari sana ia mengintai mencari mangsa, dari jauh matanya mengamat-amati;
 
Kelebihan dari burung nasar (burung rajawali) ialah dari jauh matanya mengamat-amati. Artinya, anak-anak TUHAN yang ibadahnya sudah memuncak; memiliki pandangan nubuatan, memiliki pandangan yang memandang jauh ke depan, itulah rajawali.
 
Berbeda dengan ibadah yang tidak mengerti Pengajaran Tabernakel; dia tidak memiliki pandangan nubuatan, dia tidak memiliki pandangan yang jauh ke depan, sebab pandangannya pendek (cetek), apa buktinya? Sibuk berbicara soal perkara lahiriah, sibuk bicara soal berkat-berkat jasmani, sibuk bicara soal mujizat-mujizat; cetek pikirannya, pendek pikirannya.
 
Tetapi kalau burung rajawali, di sini dikatakan: Dari jauh matanya mengamat-amati, dia sanggup memandang jauh ke depan, itulah kelebihan rajawali. Miliki pandangan nubuatan, jangan pendek cara berpikir.
Perhatikan: Kerajan Sorga itu luas, tidak sempit, tidak sesempit cara berpikir manusia duniawi -- yang pikirannya duniawi saja --. Oleh sebab itu, miliki pandangan nubuatan, ibadah harus memuncak, itulah doa penyembahan; penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah. Robek daging itu; jangan taat lagi kepada daging, itulah penyembahan, itulah ibadah yang memuncak.
 
Mari kita melihat pribadi yang memiliki pandangan nubuatan.
2 Korintus 4:16-18
(4:16) Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. (4:17) Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. (4:18) Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.
 
Kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Kalau terjadi pembaharuan manusia batiniah (manusia dalam), memang pasti manusia lahiriahnya merosot, hal yang lahiriah merosot; hal yang lahiriah tidak penting baginya selain yang rohani saja.
 
Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Kemudian, rela menanggung penderitaan karena penderitaan di bumi dianggap sebagai penderitaan ringan dibanding Kerajaan Sorga.
 
Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, kami tidak memperhatikan perkara di bumi, kami tidak memperhatikan perkara lahiriah, tetapi memperhatikan perkara yang tak kelihatan, memperhatikan perkara di atas, memperhatikan perkara sorgawi, memperhatikan perkara rohani, itulah ibadah dan pelayanan dengan segala kegiatan yang ada di dalamnya; itulah pandangan nubuatan.
Karena yang kelihatan adalah sementara, yang ada ini hanyalah sementara; langit, bumi dan segala isinya akan berlalu, diganti dengan langit bumi yang baru, itulah mempelai TUHAN. Sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal; inilah pandangan nubuatan.
 
Jadi, pandangan nubuatan adalah memandang jauh ke depan, seperti pribadi Rasul Paulus; tidak pusing dengan perkara di bawah, tidak pusing dengan perkara lahiriah. Pikirannya tidak sempit, pandangannya tidak sempit; oleh sebab itu, biarlah kita memandang jauh ke depan.
Ciri memandang jauh ke depan:

1.   Tidak tawar hati. Sekalipun manusia lahiriah merosot, namun tidak tawar hati, tidak malu, tidak sungkan, tidak minder, melainkan tetap rendah hati.

2.      Rela menderita memikul salib di tengah ibadah dan pelayanan, itulah arti ibadah.

Itulah ciri orang yang memiliki pandangan nubuatan, memandang jauh ke depan.
 
Maka, kita kembali memperhatikan Ayub 39.
Ayub 39:33
(39:33) anak-anaknya menghirup darah, dan di mana ada yang tewas, di situlah dia."
 
Anak-anaknya menghirup darah. Kita semua adalah anak-anak TUHAN, bukan? TUHAN Yesus adalah Bapa kita yang baik, di mana darah-Nya sudah tercurah di atas Calvari. Kalau memang kita adalah anak-anak TUHAN, maka kita harus peka dengan darah salib. Kalau kita peka dengan darah salib, berarti kita peka dengan korban; kita peka dengan ibadah pelayanan; peka dengan pekerjaan TUHAN; peka dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan ibadah dan pelayanan; peka dengan perkara di atas, perkara rohani.
 
Kemudian, tentang burung rajawali; Di mana ada yang tewas, di situlah dia; di mana ada bangkai, di situlah burung nasar berkerumun; itulah doa penyembahan, penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, itulah sayap burung nasar yang besar.
Walaupun memang sayap burung nasar yang besar itu adalah Firman dan Roh, tetapi jangan berhenti hanya sebatas firman dan Roh, melainkan harus memuncak sampai kepada penyembahan, penyerahan diri sepenuh; di mana ada bangkai, di situ burung nasar berkerumun.
Jangan anti dengan sengsara dan pengalaman kematian Yesus. Jangan anti dengan bangkai Yesus. Jangan gerah dengan pengalaman kematian Yesus Kristus, sebab dari situlah kita mendapat sayap burung nasar yang besar.
 
Tadi kita sudah melihat; apakah manusia yang memiliki gelar doktor, seorang yang pandai itu, memerintahkan sehingga rajawali terbang tinggi di langit? Apakah manusia yang memerintahkan sehingga kita berada pada puncak ibadah? Tidak.
TUHAN yang memimpin ibadah kita sampai kepada puncaknya. Bersyukurlah kepada TUHAN.
 
Sebetulnya, ada keinginan saya untuk menyampaikan soal diasingkan di padang belantara, tetapi ini sudah menunjuk 1 jam 30 menit pemberitaan firman. Tidak terasa kita sudah menerima firman 1 jam 30 menit; kemurahan TUHAN berlangsung bagi kita semua. Minggu depan, kita akan lanjutkan kembali. Bantu doa supaya TUHAN bukakan rahasia firman-Nya. Amin.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 

No comments:

Post a Comment