KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, October 23, 2020

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 20 OKTOBER 2020

 

 
IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 20 OKTOBER 2020
 
KITAB KOLOSE
(Seri: 118)
 
Subtema: RELA MEMBAGI INJIL ALLAH
 
Shalom.
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sudah memungkinkan kita untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan ini, semua karena kemurahan TUHAN Yesus Kristus kepada kita semua. Saya juga tidak lupa menyapa anak TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan firman TUHAN lewat live streaming video internet, Youtube, Facebook, dimanapun anda berada dalam maupun luar negeri.
Selanjutnya kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya pembukaan firman itu nyata dan meneguhkan setiap kehidupan kita. Imam Besar Agung yang akan memimpin ibadah ini dan membawa kehidupan kita sampai kepada puncak rohani itulah doa penyembahan, dengan lain kata penyerahan diri kita sudah semakin bertambah-tambah atau penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, bukan taat kepada perkara lahiriah, bukan taat kepada keinginan di hati, tidak taat lagi kepada perkara daging, apalagi kepada roh jahat dan roh najis.
 
Selanjutnya, segera segera kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
 
“Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.”
Di sini kita melihat: Nasihat Firman Allah ditujukan langsung kepada suami-suami supaya setiap suami tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar.
Oleh sebab itu, nasihat yang suci ini harus diterima oleh seorang suami dengan hati yang lapang dan dengan segala kerendahan hatinya, meskipun suami adalah seorang kepala, suami adalah seorang pemimpin di dalam hubungan nikah dan rumah tangganya, termasuk saya sendiri sebagai seorang suami.
 
Seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya dapat kita pelajari dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus.
Efesus 5:25-29
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
 
Suami-suami di dalam hal mengasihi isterinya dinyatakan sebanyak 2 (dua) kali, yakni:
1. Ayat 25-27,  Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.
2. Ayat 28-29, suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri.
 
Suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri. Pendeknya; siapa yang mengasihi isterinya = mengasihi dirinya sendiri, mengapa demikian?
 
Efesus 5:31
(5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
 
Antara suami dan isterinya sudah menjadi satu daging oleh karena salib di Golgota.
Sebab, di sini dikatakan: “Laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya”, jelas hal ini berbicara tentang; salib di Golgota.
 
Sebagaimana dengan Yesus, Anak Allah, Ia telah meninggalkan segala milik kepunyaan-Nya, antara lain;
- Ia telah meninggalkan Bapa-Nya,
- Ia telah meninggalkan rumah-Nya di sorga,
- Ia telah meninggalkan kemuliaan-Nya.
Sesuai dengan Filipi 2:5-7, Dia telah tinggalkan segala sesuatunya, turun ke dunia ini; sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya, taat sampai mati bahkan sampai mati di kayu salib.
 
Sekali lagi saya sampaikan: Menjadi satu daging oleh karena salib di Golgota. Oleh sebab itu, supaya kita juga menyatu dengan TUHAN, tidak rugi rasanya kalau ibadah ini kita kerjakan dan terhubung langsung dengan sengsara salib, supaya kelak kita menyatu dengan TUHAN, tidak ada cara lain.
Seperti apapun hebatnya seorang manusia dengan tingkat kejeniusan yang sangat tinggi, dan dia mau berupaya untuk mempersatukan manusia dengan TUHAN, itu tidak akan mungkin bisa. Yang bisa mempersatukan antara tubuh dengan Kepala, antara jemaat dengan Kristus, sebagai Kepala, sebagai suami, hanya satu, yaitu salib di Golgota, sehingga keduanya menjadi satu daging.
Jadi, apa yang dirasakan oleh isteri, itulah yang dirasakan oleh suami; demikian juga sebaliknya.
 
Efesus 5:29
(5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
 
Di sini dikatakan: “Tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya”.
 
Lebih rinci kita akan melihat tentang MENGASUH dan MERAWATI.
1 Tesalonika 2:7
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
 
Rasul Paulus berlaku ramah terhadap sidang jemaat, sama seperti seorang ibu.
Ibu à Gembala Sidang atau pemimpin rumah TUHAN. Sedangkan dari tugas seorang gembala sidang adalah:
1. Mengasuh kerohanian dari sidang jemaat.
2. Merawati kerohanian dari sidang jemaat.
 
Sejauh ini TUHAN telah mengasuh dan merawati hidup kita semua, sebab Ia adalah Gembala Agung yang penuh kasih dan sayang dan bertanggung jawab terhadap kehidupan kita masing-masing.
 
1 Tesalonika 2:8
(2:8) Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.
 
Oleh karena kasih sayang yang besar terhadap sidang jemaat di Tesalonika, Rasul Paulus ditandai dengan 2 hal;
1.       Rela membagi Injil Allah.
2.       Rela membagi hidupnya.
 
Dengan demikian, Rasul Paulus telah menunjukkan suatu tanggung jawab yang besar sebagai seorang gembala sidang (pemimpin sidang jemaat) di hadapan TUHAN.
Memang, sebaiknya, dimulai dari hamba TUHAN atau pelayan-pelayan TUHAN, imam-imam, sampai kepada seluruh sidang jemaat, sudah seharusnya mengikuti contoh teladan dari apa yang ditunjukkan oleh Rasul Paulus di hadapan TUHAN. Singkatnya: Kita semua harus menunjukkan rasa tanggung jawab kita di hadapan TUHAN. Belajar untuk bertanggung jawab.
 
Kembali saya sampaikan: Dengan kasih sayang yang besar, di dalam hal mengasihi sidang jemaat di Tesalonika, Rasul Paulus ditandai dengan dua hal;
1.      Rela membagi Injil Allah.
2.      Rela membagi hidupnya.
 
Tentang: “RELA MEMBAGI INJIL ALLAH.”
Persamaan dari kata “rela” adalah bersedia dengan segala ketulusan dan dengan segala keikhlasan di hati, tanpa pamrih dan tanpa mengharapkan imbalan apapun.
Sebetulnya, kalimat “rela membagi Injil Allah” bukanlah suatu kalimat biasa, itu adalah kalimat atau pernyataan Rasul Paulus dengan suatu kandungan makna yang begitu berarti dan kandungan makna yang begitu berkuasa. Jadi, kalimat “rela membagi Injil Allah” itu bukan suatu kalimat atau pernyataan yang sederhana, itu suatu pernyataan yang begitu berkuasa dan begitu bermakna; oleh sebab itu, doakan, kita akan melihat pernyataan ini supaya kita diberkati oleh TUHAN malam ini.
 
1 Korintus 9:9-10
(9:9) Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: "Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!" Lembukah yang Allah perhatikan? (9:10) Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya.
 
Di sini ada kalimat: "Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!" Pernyataan ini bukan ditujukan kepada lembu, tetapi kepada kita semua, kepada umat Allah. Maksudnya adalah;
-          Pembajak harus membajak dalam pengharapan.
-          Pengirik harus mengirik dalam pengharapan.
Maksudnya ialah untuk memperoleh bagiannya sebagai hasil dari pekerjaannya.
 
1 Korintus 9:11-12
(9:11) Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah, kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? (9:12) Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus.
 
Seorang hamba TUHAN rasa-rasanya tidaklah berlebihan jikalau ia menuai hasil duniawi atau berkat secara lahiriah dari sidang jemaat yang dia layani. Sebagaimana saya; kalau saya mendapat atau menuai hasil, di mana saya diberkati secara duniawi (secara lahiriah) dari sidang jemaat yang saya layani, apakah itu berlebihan? Saya kira hal itu tidaklah berlebihan.
Mengapa demikian? Sebab ia telah menaburkan benih rohani yaitu firman Allah, sebagaimana Rasul Paulus telah membagi Injil Allah kepada sidang jemaat di Korintus.
 
Namun, yang luar biasa di sini kita perhatikan: Sekalipun ada hak untuk menuai hasil duniawi (berkat lahiriah) dari sidang jemaat yang dilayani oleh karena pemberitaan Injil Kristus kepada jemaat di Korintus, namun Rasul Paulus tidak mempergunakan hak itu, sebaliknya, Rasul Paulus menanggung segala sesuatu di tengah-tengah pemberitaan Injil Allah kepada sidang jemaat di Korintus dan sidang jemaat yang lainnya yang dipercayakan untuk dilayani oleh Rasul Paulus secara khusus di Asia kecil.
Rasul Paulus tidak mempergunakan hak itu, sebaliknya Rasul Paulus menanggung segala sesuatunya di tengah pemberitaan Injil Allah, tujuannya adalah supaya tanpa rintangan di dalam hal pemberitaan Injil Kristus kepada sidang jemaat yang dia layani; supaya tidak ada rintangan untuk Rasul Paulus di dalam hal memberitakan Injil Kristus kepada sidang jemaat di Korintus.
 
SEBAGAI CONTOH: Dalam setiap kunjungan-kunjungan kita ke daerah-daerah dalam rangka Kebaktian Persekutuan Hamba-Hamba TUHAN, kita belajar untuk tidak menerima hasil duniawi dari pelayanan itu. Belajar untuk tidak menerima kolekte sekalipun ada kolekte, bahkan untuk perongkosan pulang dan pergi, kita tanggung sendiri. Kemudian, untuk penginapan pun seringkali kita tanggung sendiri.
Kunjungan yang terakhir sebelum pandemi Covid-19 melanda seantero dunia ini ialah di Tanjungbalai, Karimun; segala perongkosan, tiket pesawat, tiket kapal ferry untuk penyeberangan, kita juga tanggung sendiri, termasuk biaya penginapan hotel untuk 8 (delapan) orang tim GPT “BETANIA”, semua kita yang tanggung. Mengapa kita harus melakukan hal seperti itu? Tujuan kita menanggung segala sesuatunya ialah supaya keberadaan kita, tim GPT “BETANIA” 8 (delapan) orang itu, dan teramat lebih pemberitaan Firman Allah diterima, dengan kata lain; tanpa rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus; itulah tujuan kita.
 
1 Korintus 9:13-14
(9:13) Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? (9:14) Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.
 
Demikian pula Tuhan telah menetapkan … TUHAN yang menetapkannya. Jadi, bukan karena keinginan oleh seorang hamba TUHAN, gembala sidang,  pemimpin rumah TUHAN, bukan, melainkan menurut ketetapan Firman TUHAN dari sejak semula.
 
Perlu untuk kita ketahui bersama-sama:
-          Mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu juga.
-          Mereka yang melayani mezbah mendapat bagiaan dari mezbah itu juga.
Sesuai dengan apa yang telah TUHAN tetapkan dari sejak semula sampai kepada sekarang ini; biarlah kita menyadari akan hal itu.
Jadi, setiap hamba TUHAN yang memberitakan Injil harus hidup dari pemberitaan Injil itu, sebab itu merupakan hak dari si pemberita Injil. 
 
1 Korintus 9:15
(9:15) Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satu pun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya aku pun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada ...! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapa pun juga!
 
Sekalipun ada hak untuk menerima berkat itu, namun sekalipun demikian; Rasul Paulus tidak pernah mempergunakan apa yang  menjadi hak-haknya itu. Termasuk menulis surat kepada sidang jemaat di Asia kecil; mulai dari sidang jemaat di Roma sampai kepada sidang jemaat di Tesalonika, juga menulis surat perorangan kepada tiga pribadi, yang terakhir menulis surat kepada jemaat di Ibrani; dia menulis itu juga bukan untuk mencari upah, dan dia tidak menggunakan hak itu untuk menerima upah.
 
Oleh sebab itu, Rasul Paulus tidak pernah mempergunakan apa yang menjadi hak-haknya, bahkan Rasul Paulus berkata: Aku lebih suka mati dari pada...!
Titik titik ini bisa kita jawab sendiri, terserah apa jawaban saudara. Tetapi yang pasti, jawabannya di sini, antara lain;
-          Aku lebih suka mati dari pada tidak melayani TUHAN atau berdiam diri saja di rumah.
-          Aku lebih suka mati dari pada memberitakan Injil karena uang atau upah.
-          Aku lebih suka mati dari pada melayani dengan pamer-pamer (penonjolan diri).
-          Aku lebih suka mati dari pada melayani tanpa kerendahan hati. Dan seterusnya.
Perhatikanlah itu: Aku lebih suka mati dari pada...!, yang terakhir ialah aku lebih suka mati dari pada melayani tanpa kerendahan hati.
 
Jawaban yang tepat tentang titik titik, ada pada ayat 16.
1 Korintus 9:16
(9:16) Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.
 
Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri, menyombongkan diri (merasa diri hebat). Justru melayani Allah/memberitakan Injil Allah merupakan suatu keharusan bagi Rasul Paulus.
 
Selanjutnya, Rasul Paulus berkata: Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil, sekalipun ia tidak mempergunakan apa yang menjadi haknya. Dengan demikian, Rasul Paulus rela membagi Injil Allah = memberitakan Injil tanpa menggunakan hak dan tanpa pamrih dan tanpa imbalan.
 
Saya berharap, kita memahami apa yang telah kita terima pada malam ini; melayani adalah suatu keharusan walaupun kita tidak menggunakan hak-hak itu sendiri.
 
1 Korintus 9:17
(9:17) Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku.
 
Kata kuncinya adalah andaikata Rasul Paulus memberitakan Injil Allah menurut kehendaknya sendiri, maka ia berhak menerima upah, ia berhak menerima imbalan.
Sebaliknya, yang benar adalah pemberitaan Injil Allah bukan menurut kehendak manusia, bukan menurut kehendak Rasul Paulus, melainkan tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepada Rasul Paulus. Pendeknya: Beban di dalam hal pemberitaan Injil Allah harus dipikul oleh seorang hamba TUHAN, teramat lebih seorang gembala sidang atau pemimpin rumah TUHAN.
 
Tadi Rasul Paulus berkata: Andaikata Rasul Paulus memberitakan Injil menurut kehendaknya sendiri, maka ia berhak untuk menerima upah, berhak untuk menerima imbalan. Sebaliknya, yang benar adalah pemberitaan Injil Allah bukan menurut kehendak manusia, melainkan pemberitaan Injil Allah adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepada Rasul Paulus.
Pendeknya: Beban di dalam hal pemberitaan Injil harus dipikul oleh seorang hamba TUHAN, harus dipikul oleh seorang gembala sidang, harus dipikul oleh seorang pemimpin rumah TUHAN.
 
Beban di dalam hal memberitakan Injil kepada umat Allah itu harus dipikul oleh seorang hamba TUHAN, harus dipikul oleh seorang gembala sidang, harus dipikul oleh seorang seorang pemimpin rumah TUHAN. Beban itu harus dipikul, beban pemberitaan Injil Allah harus dipikul karena itu merupakan tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan oleh seorang hamba TUHAN.
Namun, beban ini tidaklah ringan, sesungguhnya beban ini sangatlah berat. Mengapa demikian? Karena pemberitaan Injil Allah tersebut tidak dilakukan menurut kehendak manusia, tidak dikerjakan dengan sesuka hati oleh seorang gembala sidang.
 
Tetapi, sangat disayangkan, karena terlalu banyak hamba TUHAN memberitakan Injil Allah menurut kehendak sendiri atau menyampaikan Firman Allah dengan sesuka hati. Berarti, menyampaikan Firman Allah menurut pengertiannya sendiri sebagai manusiawi.
 
Akibat memberitakan Injil menurut kehendak manusia;
YANG PERTAMA: Banyak hamba TUHAN berhalusinasi (berkhayal) tentang Kerajaan Sorga, sebagaimana yang tertulis dalam Yesaya 14:13-14.
YANG KEDUA: Banyak hamba TUHAN merangkai Kerajaan Sorga dengan kata-kata yang manis dan muluk-muluk, sesuai dengan Roma 16:18.
YANG KETIGA: Ada juga hamba TUHAN yang mengaku bahwa dia diutus TUHAN untuk memimpin 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang dimateraikan oleh TUHAN yang tertulis di dalam Wahyu 7:1-8, Wahyu 14:1-5, Wahyu 21:6-17. Menurut ayat-ayat tersebut, kita mengetahui bahwa 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut merupakan inti mempelai -- yang seluruhnya berasal dari 12 (dua belas) suku Israel --, sementara kita sendiri bukan orang Yahudi; kita hanyalah bangsa kafir yang mendapat kemurahan.
Kok bisa hamba TUHAN mengada-ngada; dia bukan bangsa Yahudi, tetapi dia mengada-ada bahwa TUHAN mengutus dia untuk memimpin 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang? Siapa kita, siapa inti mempelai? Inilah akibat kalau memberitakan Injil menurut kehendak manusia. Kita ini bukan bangsa Yahudi, kita adalah bangsa kafir yang mendapat kemurahan.
YANG KEEMPAT: Ada juga hamba TUHAN yang mengaku bahwa dia diutus untuk mengembalikan kuasa perjamuan kudus dan minyak urapan. Kalau hamba TUHAN tersebut memang membaca Injil Yohanes 6 secara teliti tentang “perjamuan kudus”, maka ia tidak berani mengaku bahwa ia diutus oleh TUHAN untuk mengembalikan kuasa dari “perjamuan kudus.”
Kemudian, kalau hamba TUHAN tersebut mengerti kuasa dari Roh Allah yang suci, maka hamba TUHAN tersebut tidak akan menyiram minyak di atas kepala sidang jemaat yang dia layani. Banyak hamba TUHAN menyiram minyak goreng yang digunakan oleh seorang ibu untuk memasak di dapur, lalu disiramkan ke atas kepala sidang jemaat. Kalau dia mengerti soal pengurapan, dia tidak akan melakukan hal itu.
 
Hamba TUHAN semacam ini adalah hamba TUHAN yang suka mengada-ngada, seakan-akan dia telah memperlihatkan Kerajaan Sorga di depan mata sidang jemaat yang dia layani, namun sebetulnya dia sedang memanipulasi mata sidang jemaat yang dia layani, sebetulnya sidang jemaat yang dia layani tidak melihat Kerajaan Sorga. Dia hanya mengada-ada, sehingga seakan-akan Kerajaan Sorga itu nampak dan terlihat jelas di depan mata sidang jemaat, tetapi sebetulnya tidaklah demikian.
Inilah akibat memberitakan Injil menurut kehendak manusia; sesuka hati, merangkai Kerajaan Sorga dengan kata-kata yang manis, merangkai Kerajaan Sorga dengan kata-kata yang muluk-muluk, disertai dengan pengakuan-pengakuan yang lain, supaya seolah-olah Kerajaan Sorga itu nampak di depan mata seluruh sidang jemaat yang dia layani, tetapi sesungguhnya itu memanipulasi.
 
Yang ironisnya lagi; tidak sedikit hamba TUHAN, ada banyak hamba TUHAN mengaku-ngaku mengalami seperti yang dialami oleh Rasul Paulus, ia mengakui bahwa ia telah diangkat oleh TUHAN ke tingkat yang ketiga dari sorga. Sementara ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga, lalu dia mengaku TUHAN memperlihatkan segala suasana Kerajaan Sorga. Lalu dari sorga, dia dibawa lagi untuk diperlihatkan segala sesuatu di dalam neraka. Tetapi anehnya, TURUN LAGI KE BUMI ...? Loh, sudah menikmati kebahagiaan, tetapi turun lagi ke bumi; bukankah ini tidak masuk logika?
Pendeknya: Mengaku naik turun, naik turun ke Sorga, sebagaimana dengan seorang guru agama Yahudi, yang bernama Nikodemus.
 
Yohanes 3:1-2
(3:1) Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. (3:2) Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya."
 
Nikodemus adalah seorang guru agama Yahudi; tetapi rupanya, sudut pandangnya tentang Kerajaan Sorga sangat sempit dan cara berpikirnya juga pendek, sementara Kerajaan Sorga itu sangat luas, tidak sempit, tidak pendek, tidak sesempit cara berpikir manusia duniawi yang hidup secara manusiawi saja.
 
Mengapa sudut pandang Nikodemus tentang Kerajaan Sorga sempit? Jawabnya; karena Nikodemus melihat Kerajaan Sorga dari sudut pandangnya, yaitu dari sisi tanda-tanda heran atau pun mujizat-mujizat semata.
Kalau mujizat atau tanda-tanda heran terjadi di tengah ibadah dan pelayanan, itu bukanlah 100% (seratus persen) gambaran dari suasana sorga, itu adalah bagian dari karunia-karunia dan jabatan-jabatan yang TUHAN percayakan kepada seorang hamba TUHAN, itu bukan potret dari Kerajaan Sorga, melainkan kaitan dari karunia-karunia dan jabatan-jabatan yang diterima oleh seorang hamba TUHAN. Sekali lagi saya sampaikan: Kalau melihat dari sudut mujizat dan tanda-tanda heran itu bukan potret Kerajaan Sorga, itu bukan suasana Kerajaan Sorga yang sesungguhnya.
 
Yohanes 3:3
 (3:3) Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah."
 
Oleh sebab itu, dengan spontanitas, Yesus berkata kepada Nikodemus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali.” Yang terpenting adalah dilahirkan kembali. Hamba TUHAN harus mengerti soal dilahirkan kembali. Hamba TUHAN tidak boleh sibuk hanya soal tanda-tanda heran atau pun mujizat.
 
Kalau hamba TUHAN hanya berpikir bahwa Kerajaan Sorga hanya soal tanda-tanda heran atau mujizat, berarti pengertiannya tentang Kerajaan Sorga masih sempit, masih pendek. Sementara suasana sorga itu luas, tidak sesempit cara berpikir Nikodemus, yang notabene adalah guru agama Yahudi, tetapi pemikirannya sangat dangkal soal Kerajaan Sorga, karena dia memandang Kerajaan Sorga hanya dari sudut tanda-tanda heran atau pun mujizat-mujizat.
Oleh sebab itu, secara spontan, Yesus berkata: “Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” Kalau hamba TUHAN, imam-imam, pelayan TUHAN sampai kepada seluruh sidang jemaat tidak dilahirkan kembali, tidak mengalami kelahiran kembali, maka ia tidak dapat melihat Kerajaan Sorga. Oleh sebab itu, jangan berpikir pendek.
 
Itu sebabnya, di awal pemberitaan firman tentang kalimat “Rela membagi Injil Allah” bukanlah sebuah kalimat yang sederhana, bukanlah sebuah pernyataan yang sederhana, tetapi mengandung makna yang begitu mendalam, mengandung makna yang begitu berarti bagi kita malam ini.
 
Yohanes 3:7-8
(3:7) Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. (3:8) Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh."
 
Sesudah berpesan supaya dilahirkan kembali, Yesus lanjut berkata: “Angin bertiup ke mana ia mau.” Betul, tidak bisa diatur, tidak bisa dipaksa oleh manusia. Namun, engkau mendengar bunyinya; bunyinya bisa terdengar, tetapi dari mana atau mau ke mana tidak bisa diatur.
 
Kehidupan yang dilahirkan kembali, dilahirkan oleh Roh, maka ia akan dikuasai bahkan dikendalikan oleh Roh TUHAN itu sendiri, termasuk di dalam hal memberitakan Injil Allah dilakukan menurut kehendak Allah, bukan lagi menurut kehendak manusia.
Jadi, memberitakan Injil Allah, membagi Injil Allah kepada umat Allah, bukan lagi menurut kehendak manusia, tetapi betul-betul hamba TUHAN itu di dalam kendali dari pada kuasa yang besar dari Roh Kudus, Roh Allah yang suci. Inilah yang benar, sehingga Rasul Paulus layak berkata: Rela membagi Injil Allah.
 
Ingat hamba-hamba TUHAN, pelayan-pelayan TUHAN; melayani harus dalam kendali dari Allah Roh Kudus. Jangan sesuka hati hidup di luar ibadah sana; bermain-main dengan kejahatan dan kenajisan. Kalau engkau ada hubungan dengan perempuan, stop (hentikan) hubungan kenajisannya; hubungan dengan baik boleh, tetapi jangan tunjukkan gambar (foto) kenajisanmu berdua itu di media sosial. Seorang hamba TUHAN harus betul-betul melayani dalam keadaan dikendalikan oleh Roh Kudus seutuhnya, bukan semata-mata di dalam ibadah, tetapi juga di luar ibadah.
 
Yohanes 3:9
(3:9) Nikodemus menjawab, katanya: "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?"
 
Jawab Nikodemus: "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?"
Dari jawaban ini kita mendapat pengertian, bahwa Nikodemus melayani TUHAN menurut pengertiannya sendiri, menurut kehendaknya sendiri, termasuk di dalam hal memberitakan Injil Allah.
Bayangkan, guru agama Yahudi memberitakan Injil Allah hanya menurut pengertiannya sendiri, apa buktinya? Dia tidak mengerti tentang kelahiran baru, dia tidak mengerti tentang Kerajaan Sorga; dia hanya mengerti soal tanda-tanda heran atau pun mujizat.
 
Yohanes 3:10
(3:10) Jawab Yesus: "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?
 
Nikodemus adalah guru agama Yahudi, tetapi tidak mengerti tentang Kerajaan Sorga, tidak mengerti tentang kelahiran kembali, kehidupan yang diubahkan dari manusia daging jadi manusia rohani, dari manusia nafsani jadi manusia Ilahi; dia tidak mengerti tentang hal itu sementara hal itu adalah tentang Kerajaan Sorga.
Kalau soal mujizat kesembuhan dan tanda-tanda heran yang lain, itu hanya terkait dengan karunia-karunia dan jabatan-jabatan dari seorang hamba TUHAN, itu bukan potret wajah Kerajaan Sorga. Potret dan gambar dari Kerajaan Sorga, gambar wujud Allah yang nyata ialah ketika manusia daging diubahkan menjadi manusia rohani, manusia nafsani diubahkan menjadi manusia Ilahi; itulah gambar sorga yang seutuhnya.
 
Maka, tentu saja kita mendapat suatu pelajaran yang berharga dari apa yang dinyatakan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus; dengan rela membagi Injil Allah. Suatu kalimat yang berharga; sungguh mulia dan suci bagi kita malam ini.
 
Yohanes 3:11-12
(3:11) Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. (3:12) Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi?
 
Selanjutnya Yesus berkata kepada Nikodemus: “Sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui.” Kemudian, Yesus kembali berkata: “Kami bersaksi tentang apa yang kami lihat” tentang Kerajaan Sorga.
Apa yang Dia dengar dari Bapa, apa yang Dia lihat dari Bapa, itulah yang Dia sampaikan; itulah suasana sorga. Artinya, membagi Injil Allah menurut kehendak Allah, berada dalam kendali Allah Roh Kudus yang besar.
Jadi, kalau hamba TUHAN memberitakan Injil Allah, rela membagi Injil Allah, berarti;
-          Dia memberitakan injil Allah sesuai dengan apa yang dia dengar, apa yang dia lihat dari Allah, dari sorga.
-          Kemudian, bersaksi kepada sidang jemaat sesuai dengan apa yang dia dengar, apa yang dia lihat dari Allah, dari sorga.
Dan itulah yang disampaikan oleh Yesus kepada guru agama Yahudi, yang bernama Nikodemus itu, tetapi sekalipun demikian, ia tidak percaya dan tidak mengerti.
Inilah resiko yang terjadi kalau seorang hamba TUHAN membagi Injil Allah menurut kehendak sendiri.
 
Ah, sekarang marak sekali hamba TUHAN semacam ini yang suka mengada-ngada; menyampaikan firman TUHAN, merangkai Kerajaan Sorga dengan kata-kata manis, merangkai Kerajaan Sorga dengan kata-kata yang muluk-muluk; itu namanya hamba TUHAN halusinasi, supaya seolah-olah Kerajaan Sorga itu nampak di depan mata sidang jemaat, padahal sebetulnya tidak; itu namanya manipulasi.
Kalau seorang hamba TUHAN membagi injil Allah menurut kehendak manusia, bukan kendali dari Allah Roh Kudus, maka ia lebih jahat dari seorang penjahat di luaran sana. Percayalah; hamba TUHAN yang membagi injil Allah tanpa kerelaan, hamba TUHAN yang memberitakan Injil menurut kehendak manusia, hamba TUHAN yang menyampaikan Injil Allah tidak sesuai dengan apa yang dia dengar dan dia terima dan dia saksikan dari Allah, berarti ia lebih jahat dari seorang penjahat.
Kalau penjahat di luaran sana; tertangkap oleh karena kejahatannya, ia langsung dijebloskan ke dalam penjara. Kalau hamba TUHAN, ia tidak dijebloskan ke dalam penjara, karena tidak ada hukum dunia seperti itu; itu sebabnya saya katakan lebih jahat dari penjahat di luaran sana. Apalagi kalau hamba TUHAN itu terlatih dalam keserakahan, kemudian rohnya pandai memikat sidang jemaat yang lemah imannya untuk mendapat (meraup) keuntungan; bukankah itu lebih jahat dari seorang penjahat? Kalau penjahat di luaran sana, ia berbuat jahat -- mencuri misalnya -- itu karena ia tidak mempunyai uang, namun kalau karena kejahatannya pada akhirnya ia dijebloskan ke penjara, itu karena kesalahannya, tetapi kalau hamba TUHAN berbuat jahat, siapa yang mau jebloskan? Kalau hamba TUHAN terlatih dalam keserakahan, memikat imannya yang lemah, siapa yang mau jebloskan ke dalam penjara?
Oleh sebab itu, seorang hamba TUHAN, gembala sidang, pemimpin rumah TUHAN, guru agama tidak boleh membagi Injil Allah menurut kehendak manusia.
 
Seharusnya kita bersyukur di hadapan TUHAN, sebab TUHAN tidak memanipulasi kita semua. Sadarlah kalau saudara sedang diberkati oleh TUHAN. Bersyukurlah kalau kita sedang mendapat hak asuh langsung dari TUHAN. Bersyukurlah kalau kita mendapat hak rawat langsung dari TUHAN. Tidak ada alasan untuk bermegah, sombong, keras hati, tidak mau rendah hati di tengah ibadah dan pelayanan.
 
Sekarang, kita akan ayat 13; mengapa saya harus sampaikan ayat 1-12, sebab inilah alasan saya mengapa di atas tadi saya sudah katakan: Hamba TUHAN pandai merangkai Kerajaan Sorga hanya dengan sebuah kata-kata, Kerajaan Sorga dirangkai dengan kata-kata yang manis-manis, Kerajaan Sorga dirangkai dengan kata-kata yang muluk-muluk.
Yohanes 3:13
(3:13) Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.
 
Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga … Tidak ada seorangpun hamba TUHAN yang telah naik ke sorga, tidak ada seorangpun pelayan TUHAN yang telah naik ke sorga. Kalau ada hamba TUHAN mengaku sering naik turun sorga, ia adalah pendusta. Inilah gambaran hamba TUHAN yang membagi Injil Allah menurut kehendak manusia.
 
… Selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain Yesus Kristus, mengapa? Karena Dia telah turun dari sorga ke dunia orang mati, lewat sengsara salib. Siapa yang berani mati di atas kayu salib? Hanya satu-satunya pribadi Yesus, tidak ada yang lain.
Maka, timbul pertanyaan saya sekarang: Adakah seorang hamba TUHAN rela mati di kayu salib demi sesamanya? Bukankah tidak ada? Dan kalau ada hamba TUHAN yang demikian, itu adalah mati konyol, tidak mengerti rencana TUHAN.
 
Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Pernyataan TUHAN ini adalah untuk menggenapi Yosua 3:4, hanya antara kamu dan tabut itu harus ada jarak kira-kira dua ribu hasta panjangnya, janganlah mendekatinya -- maksudnya supaya kamu mengetahui jalan yang harus kamu tempuh, sebab jalan itu belum pernah kamu lalui dahulu.
Ketika bangsa Israel telah menyebrangi laut Teberau dan berada di padang gurun, TUHAN berkata: Orang belum pernah melalui jalan itu. Jalan yang mereka tempuh belum pernah dilewati oleh siapapun. Oleh sebab itu, Yosua memerintahkan supaya mengatur jarak antara umat Israel dengan pemikul Tabut Perjanjian, dan adapun jarak mereka adalah 2000 (dua ribu) hasta antara imam yang memikul tabut dengan umat Israel, karena jalan yang mereka lalui itu belum pernah ditempuh, belum pernah dilalui oleh siapapun.
Termasuk di dalam hal “naik ke sorga”, belum pernah seorang pun naik ke sorga selain dia yang turun ke dunia orang mati. Jadi, pernyataan ini menggenapi Yosua 3:4. Jangan kita mau dikelirukan lagi, termasuk para pemirsa, anak TUHAN, umat TUHAN dalam dan luar negeri, jangan mau ditipu lagi; merangkai Kerajaan Sorga hanya dengan kata-kata manis, jangan mau ditipu lagi.
 
Kesimpulannya: Memberitakan Injil Allah bukan menurut kehendak manusia, melainkan menurut kehendak Allah, di bawah kendali dari Allah Roh Kudus yang besar. Berarti, seorang hamba TUHAN tidak boleh mengada-ngada tentang Kerajaan Sorga, tidak boleh mengaku-ngaku tentang Kerajaan Sorga.
Oleh sebab itu, beban di dalam hal memberitakan Injil Allah harus dipikul oleh seorang hamba TUHAN, teramat lebih gembala sidang, pemimpin rumah TUHAN.
 
SEBAGAI CONTOH;
Wahyu 5:1
(5:1) Maka aku melihat di tangan kanan Dia yang duduk di atas takhta itu, sebuah gulungan kitab, yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya dan dimeterai dengan tujuh meterai.
 
Gulungan kitab, yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya, namun sayangnya gulungan kitab itu dimeterai dengan tujuh meterai, sehingga tulisan itu tidak bisa dibaca, karena masih tertutup, karena dimeterai oleh tujuh meterai.
Persamaannya adalah firman TUHAN yang ditulis pada dua loh batu; huruf-huruf yang mati ditulis pada dua loh batu, masih dalam bentuk Logos. Kalau firman TUHAN dalam bentuk leterlet, itu sama dengan huruf-huruf firman TUHAN ditulis pada loh-loh batu, belum dibukakan rahasia firman-Nya, masih dalam bentuk Logos. Logos, berarti; huruf-huruf firman itu ditulis pada loh-loh batu, tetapi belum terbuka rahasianya.
 
Gulungan kitab, yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya dimeterai dengan tujuh meterai = Firman TUHAN masih dalam bentuk Logos = huruf-huruf yang tertulis pada loh-loh batu. Artinya; firman Allah yang belum dibukakan; masih tertutup; belum terbuka rahasia firman-Nya = Logos.
 
Wahyu 5:2-3
(5:2) Dan aku melihat seorang malaikat yang gagah, yang berseru dengan suara nyaring, katanya: "Siapakah yang layak membuka gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya?" (5:3) Tetapi tidak ada seorang pun yang di sorga atau yang di bumi atau yang di bawah bumi, yang dapat membuka gulungan kitab itu atau yang dapat melihat sebelah dalamnya.
 
"Siapakah yang layak membuka gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya?" Tidak ada seorang pun yang dapat membukakan rahasia firman, baik;
-          Yang di sorga à Para malaikat-malaikat sorgawi.
-          Yang di bumi à Hamba-hamba TUHAN, termasuk hamba TUHAN yang telah menerima 5 (lima) jabatan, termasuk saya sendiri tidak dapat membukakan rahasia firman dari diri saya sendiri.
-          Yang di bawah bumi à Makhluk-makhluk yang berada di alam maut, termasuk Iblis atau Setan.
 
Oleh sebab itu, seorang malaikat yang gagah, yang berseru dengan suara nyaring, katanya: "Siapakah yang layak membuka gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya?" Tidak ada seorangpun yang dapat membuka gulungan kitab, tidak ada seorangpun hamba TUHAN dengan lima jabatan dapat membukakan rahasia firman dari dalam dirinya sendiri, dari pengertiannya sendiri.
 
2 Petrus 1:20-21
(1:20) Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, (1:21) sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.
 
Perlu untuk diketahui: Nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri. Tidak pernah nubuat atau rahasia firman dibukakan dengan hasil kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus, seorang hamba TUHAN dengan 5 (lima) jabatan memberitakan Injil Allah atas nama Allah.
Jadi, jelas; seorang hamba TUHAN tidak dapat membukakan rahasia firman dari dalam dirinya sendiri, melainkan harus dalam kendali Roh Allah. Hamba TUHAN di dalam memberitakan Injil Allah harus di dalam kendalinya Roh Allah, sehingga dengan demikian terjadilah pembukaan rahasia Firman Allah.
 
Memberitakan injil Allah tidak boleh dilakukan menurut kehendak sendiri, sebab pembukaan Firman Allah tidak dapat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus atau ilham Roh Kudus.
Dorongan Roh Kudus atau ilham Roh Kudus itu contohnya; ayat Firman Allah yang satu menjelaskan ayat firman yang lain, sampai nanti terjadi pembukaan rahasia firman Allah; ayat menjelaskan ayat, itulah ilham Roh Kudus, itu adalah dorongan Roh Kudus.
Kalau ayat firman dijelaskan menurut pengertian manusia, itu adalah dorongan daging. Tetapi ayat Firman Allah dijelaskan oleh ayat firman yang lain, itu adalah dorongan Roh Kudus sampai nanti terjadi pembukaan rahasia firman. Jadi, pembukaan firman bukan dihasilkan oleh pengertian manusia, bukan oleh karena kehendak manusia.
Maka, kita bersyukur dengan apa yang dinyatakan oleh Rasul Paulus, yaitu rela membagi Injil Allah. Bagaimana dengan imam-imam, apakah rela melayani TUHAN?
 
Karena pembukaan firman terjadi bukan karena kehendak manusia, dan tidak ada seorangpun yang dapat membukakan rahasia firman dari dalam dirinya sendiri siapapun dia, baik yang di sorga (malaikat-malaikat), di bumi (itulah hamba TUHAN dengan lima jabatan, termasuk saya sendiri), dan juga yang di bawah bumi (itulah alam berzah, dengan Setan-Setan yang ada di dalamya); melihat situasi kondisi yang demikian, mari kita lihat reaksi dari pada Rasul Yohanes pada ayat 4.
 
Wahyu 5:4
(5:4) Maka menangislah aku dengan amat sedihnya, karena tidak ada seorang pun yang dianggap layak untuk membuka gulungan kitab itu ataupun melihat sebelah dalamnya.
 
Rasul Yohanes menangis dengan amat sedihnya karena tidak ada seorang pun yang dapat membukakan rahasia firman Allah. Tangisan semacam ini tidak sama dengan tangisan dari kebanyakan orang.
Kebanyakan orang menangis dan bersedih ketika ia tertindas, kemudian dihimpit persoalan, kemudian oleh karena kematian (kedukaan), dan lain sebagainya; memang tangisan semacam ini tidak jadi masalah, tidak jadi soal, sebab hal itu adalah hal yang wajar yang bisa saja terjadi manakala dalam kedukaan, karena kematian yang kita kasihi, kemudian menangis karena dihimpit persoalan (tidak punya uang, tidak punya beras, tidak punya rumah); itu wajar secara manusiawi.
Namun perlu untuk kita ketahui: Tangisan semacam ini tidak dapat menyelesaikan persoalan, berbeda dengan tangisan Rasul Yohanes di Pulau Patmos. Tangisan yang disebabkan oleh karena dihimpit persoalan tidak dapat menyelesaikan persoalan, tidak dapat memberi jawaban atas persoalan yang menghimpit.
 
Jadi, tangisan dari Rasul Yohanes bukan karena ia dibuang ke pulau Patmos dan mengalami kelaparan yang hebat, tetapi ia menangis untuk pembukaan gulungan kitab yang tertutup (termeterai); Rasul Yohanes menangis untuk pembukaan Firman Allah.
Demikian juga seorang hamba TUHAN; tangisannya di bawah kaki salib adalah hanya untuk pembukaan Firman TUHAN, bukan karena tidak ada beras, bukan karena sidang jemaat mundur, bukan karena tidak ada kolekte, bukan karena persembahan persepuluhan sudah mulai berkurang, bukan.
Tangisan seorang hamba TUHAN di kaki salib adalah hanya untuk satu perkara, tidak untuk yang lain, yakni untuk pembukaan rahasia Firman Allah. Tangisan seorang hamba TUHAN hanyalah untuk pembukaan rahasia firman; inilah tangisan yang dapat menghapus air mata, yang dapat menyelesaikan persoalan, menjadikan segala sesuatu baru.
Inilah hamba TUHAN yang rela membagikan Injil Allah sesuai kehendak Allah, karena dorongan Roh Allah, oleh karena ilham Roh Allah, bukan karena dorongan daging, bukan karena pengertian manusia daging; inilah yang dapat menyelesaikan masalah, menghapus air mata.
 
Oleh sebab itu, saya harus mengatakan secara jujur: Saya tidak terlalu paham secara sepenuhnya, tidak terlalu mengerti persoalan saudara secara 100% (seratus persen). Apa yang menjadi pergumulan sidang jemaat saya tidak mengerti 100% (seratus persen); mungkin secara kasat mata bagian luarnya bisa saya tahu, tetapi secara detil saya tidak paham. Maka, sidang jemaat juga harus mendoakan saya; menaikkan doa permohonan supaya TUHAN senantiasa membukakan firman-Nya, sebab manakala terjadi pembukaan rahasia firman, itulah yang dapat menyelesaikan persoalan, menguraikan kekusutan-kekusutan sampai menghapus air mata karena menjadikan segala sesuatu baru.
Jadi, perlu juga saudara mendoakan pembukaan firman, karena saya tidak sanggup mengerti isi hati saudara secara mendalam. Kalau kita ibadah, jangan hanya asal ibadah rutinitas, tetapi perlu mendoakan pembukaan firman.
 
Daniel 9:23
(9:23) Ketika engkau mulai menyampaikan permohonan keluarlah suatu firman, maka aku datang untuk memberitahukannya kepadamu, sebab engkau sangat dikasihi. Jadi camkanlah firman itu dan perhatikanlah penglihatan itu!
 
Ketika engkau mulai menyampaikan permohonan keluarlah suatu firman. Ketika Daniel menaikkan permohonan kepada TUHAN, keluarlah suatu firman. Ini adalah tugas dari seorang hamba TUHAN, ini adalah tugas dari seorang gembala sidang, pemimpin rumah TUHAN, yaitu banyak menangis di bawah kaki salib TUHAN.
Ini adalah tugas saya, yaitu banyak menangis di bawah kaki salib TUHAN, karena terlalu banyak perkara yang akan terjadi, banyak persoalan-persoalan yang terjadi dalam kehidupan kita masing-masing. Maka, untuk menyelesaikan persoalan yang rumit, persoalan yang besar dan kecil dari antara seluruh sidang jemaat, kita butuh pembukaan firman Allah. Dan kalau kita mohonkan pembukaan firman dari TUHAN, dari hati yang mendalam, dari kerinduan yang berapi-api, maka TUHAN berkata: “keluarlah suatu firman”, terjadilah pembukaan rahasia firman untuk dapat mengatasi segala persoalan, menguraikan kekusutan-kekusutan, menyelesaikan persoalan yang menghimpit kehidupan kita, sebab oleh karena persoalan itu air mata tidak bisa dibendung. Kita perlu mohonkan kemurahan hati TUHAN, supaya terjadi pembukaan rahasia firman TUHAN.
 
… Maka aku datang untuk memberitahukannya kepadamu … Karena TUHAN sudah bukakan firman-Nya kepada Daniel, Gabriel pun memberitahukan persoalan itu. Lalu ada lagi yang perlu kita ketahui di sini terkait dengan pembukaan firman, “sebab engkau sangat dikasihi”, itu adalah bukti kita dikasihi.
Kalau terjadi pembukaan firman dalam setiap pertemuan ibadah, itu bukti bahwa kita sidang jemaat dikasihi TUHAN. Tetapi kalau seorang gembala sidang, pemimpin rumah TUHAN hanya sibuk soal mujizat kesembuhan, tanda-tanda heran, mengadakan ibadah-ibadah tetapi supaya jemaat rubuh, jatuh, tumbang, teler, muntah-muntah, bukan itu yang TUHAN mau; itu adalah gambaran hamba TUHAN yang sedang berhalusinasi, imajinasinya tentang sorga adalah dangkal.
 
Sekali lagi saya sampaikan: Pembukaan firman dalam setiap pertemuan ibadah adalah tanda TUHAN mengasihi saya dan saudara.
Betapa besar kasih TUHAN kepada kita, tidak terukur lagi. Oleh karena pengertian yang kita dapat dari TUHAN, maka kita dapat menyenangkan hati TUHAN dalam setiap pertemuan ibadah. Kalau kita tidak mempunyai pengertian yang baik, pengertian yang benar, pengertian yang suci, pengertian yang mulia dari sorga, dari Allah, tidaklah mungkin sidang jemaat dapat menyenangkan hati TUHAN dalam setiap pertemuan ibadah, sehingga banyak kesalahan yang terjadi, sesuka hati.
Tetapi oleh pengertian ini, kita dapat menyenangkan hati TUHAN, supaya nanti sebentar kita dengan hati yang hancur merenungkan kebaikan TUHAN; ternyata, pembukaan rahasia firman adalah tanda bahwa TUHAN sangat mengasihi kita semua tanpa terkecuali.
 
Daniel 12:4
(12:4) Tetapi engkau, Daniel, sembunyikanlah segala firman itu, dan meteraikanlah Kitab itu sampai pada akhir zaman; banyak orang akan menyelidikinya, dan pengetahuan akan bertambah."
 
Kalau hari ini terjadi pembukaan rahasia firman, itu adalah tanda bahwa hari-hari ini adalah hari-hari terakhir. Oleh sebab itu, biarlah kita bersungguh-sunguh. Apa buktinya kalau hari-hari ini adalah hari-hari terakhir? TUHAN sudah bukakan firman-Nya.
 
Dan bagi mereka yang ingin mendapat vaksin virus Corona, sekarang ini sudah diterima angka 666 di tangannya, dan yang tidak mau terima maka membayar 5 (lima) juta. Dan itu sudah disampaikan oleh pemerintah terang-terangan, bukan lagi sembunyi-sembunyi.
 
Apa tandanya bahwa sekarang adalah akhir zaman? TUHAN sudah singkapkan rahasia firman, sebagaimana nubuatan Daniel 12:4. Oleh sebab itu, banyak orang akan menyelidikinya, dan pengetahuan akan bertambah. Lewat pembukaan rahasia firman, pengetahuan akan bertambah.
Banyak pengetahuan di dunia ini, dan itu bagus, baik itu pengetahuan tentang dunia, pengetahuan tentang alam semesta, pengetahuan tentang kelautan, pengetahuan tentang binatang, pengetahuan tentang darat, dan lain sebagainya, ada lagi pengetahuan di bidang pendidikan, di bidang marinir, macam-macam, itu semua bagus, tidak salah; namun semua pengetahuan itu belum sempurna untuk membawa kita mengenal TUHAN. Tetapi lewat pembukaan rahasia firman, pengetahuan akan bertambah tentang pengenalan akan TUHAN.
 
2 Petrus 1:5,8
(1:5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (1:8) Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.
 
Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu … Motor penggerak kita menjalankan ibadah adalah iman, bukan? Tetapi kepada iman itu perlu ditambahkan, antara lain; “kebajikan”, tetapi yang tidak kalah penting untuk ditambahkan adalah “kebajikan pengetahuan”, lewat pembukaan rahasia firman; maka, pengetahuan akan semakin bertambah tentang pengenalan akan TUHAN.
 
Apabila pengetahuan itu ditambahkan kepada iman dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita; itulah yang terpenting. Sebab, yang ada ini akan berlalu, diganti dengan langit dan bumi yang baru.
 
Tidak salah mempunyai pengetahuan sehingga kita mengenal tentang alam semesta, tetapi pengetahuan semacam itu belum sempurna untuk menyelamatkan kita. Tetapi lewat pembukaan rahasia firman, pengetahuan akan bertambah-tambah tentang pengenalan akan TUHAN Yesus Kristus, TUHAN dan Juruselamat yang menyelamatkan manusia; Dia juga sekaligus Imam Besar yang memimpin ibadah ini sampai kepada puncaknya, itulah doa penyembahan, penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.
 
KEKEKALAN; Penyembahan!
KEKEKALAN; Penyerahan diri!
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 

No comments:

Post a Comment