KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, October 4, 2020

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 01 OKTOBER 2020

    

 
IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 01 OKTOBER 2020
 
KITAB RUT
(Seri: 112)
 
Subtema: PEREMPUAN BERDOSA MEMBAWA DIRI RENDAH DI KAKI SALIB
 
Shalom.
Segala puji dan segala hormat hanya bagi Dia yang sudah memungkinkan kita untuk mengusahakan dan memelihara Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci.
Saya tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN  yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, harapan saya; biarlah kiranya TUHAN juga hadir di sana sebagai Imam Besar, melayani, berdoa dan memperdamaikan dosa kita masing-masing, sehingga ibadah yang sedang kita kerjakan malam ini tidak menjadi percuma, tidak menjadi sia-sia, melainkan mengandung janji dan kuasa, baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang, bahkan ibadah ini menjadi korban dan persembahan, korban api-apian yang baunya menyenangkan hati TUHAN. Selanjutnya, kita mohonkan kemurahan TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita sekaliannya.
 
Mari kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari STUDY RUT. Sekarang kita sedang memperhatikan Rut 3, dari ayat 1-18. Memang, kita sudah mendapat penjelasan dari Rut 3:1 pada dua minggu berturut-turut, namun saya tetap akan menyampaikan dengan tandas, bahwa isi pokok dari Rut 3:1-18 dibagi dalam dua kisah:
-          Isi pokok dari Rut 3:1-7 adalah Rut berada di bawah kaki Boas.
-          Isi pokok dari Rut 3:8-18 adalah Rut memohon supaya Boas rela menjadi penebusnya.
Boas rohani, itulah pribadi dari Tuhan Yesus Kristus, yang tidak bisa terlepas dari pada gandum, yakni Firman Allah.
 
Selanjutnya, kita akan melihat suatu kehidupan (suatu pribadi) yang membawa dirinya rendah serendah-rendahnya di bawah kaki salib Kristus, yakni;
1.      Perempuan berdosa.
2.      Maria, saudari dari Marta dan Lazarus.
 
Tentang: PEREMPUAN BERDOSA.
Ialah pribadi yang membawa kehidupannya rendah serendah-rendahnya di kaki salib Kristus.
 
Lukas 7:36
(7:36) Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan.
 
Seorang Farisi, dia adalah Simon si kusta, mengundang Yesus untuk makan di rumahnya. Kemudian, Yesus pun memenuhi undangan itu, lalu duduk makan di rumah Simon si kusta, orang Farisi itu.
 
Dari sikap orang Farisi ini, sekilas pandang menunjukkan bahwa ia sama seperti yang tertulis di dalam Wahyu 22:17, yaitu
1.      Seorang utusan TUHAN yang dipenuhkan dengan Roh Kudus.
2.      Gereja TUHAN atau mempelai TUHAN yang sempurna.
Sekilas pandang, ia sama seperti seorang utusan TUHAN (hamba TUHAN) yang dipenuhkan dengan Roh Kudus. Sekilas pandang, ia sama sepereti gereja TUHAN atau mempelai TUHAN yang sempurna.
Memang, di situ kita melihat, Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah." Kata "marilah" menunjukkan undangan.
 
Lukas 7:37-38
(7:37) Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. (7:38) Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.
 
Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Banyak orang berdosa, tetapi belum tentu terkenal, bukan? Tetapi perempuan ini terkenal karena sebagai seorang berdosa; berarti, bisa dibayangkan dosanya itu sungguh luar biasa.
 
Satu sisi; Simon si Kusta, orang Farisi, mengundang Yesus untuk makan di rumahnya. Kemudian di sisi lain, seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa datang membawa sebuah buli-buli pualam atau marmer berisi minyak wangi, lalu:
1.      Membasahi kaki Yesus dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya.
2.      Mencium kaki Yesus
3.      Meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi tersebut.
 
Singkatnya:

-      Simon si Kusta mengundang Yesus makan di rumahnya; dia telah melakukan yang baik menurut pandangannya.

-          Kemudian, di lain pihak, perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa, juga bertindak sesuai 3 (tiga) perkara di atas tersebut.

Mereka sama-sama melakukan tindakan menurut pandangan iman mereka masing-masing.
Namun, yang menjadi tolak ukur dari segala sesuatu yang kita perbuat atau yang kita kerjakan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan kita di hadapan TUHAN ialah tentu saja mata TUHAN dan hati TUHAN; jadi, bukan mata manusia dan pemikiran manusia.
Berarti, ukuran segala sesuatu yang kita kerjakan atau ukuran segala sesuatu yang kita perbuat, bukanlah menurut pengertian dan pikiran manusia daging.
 
Lukas 7:39
(7:39) Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa."
 
Melihat tindakan-tindakan dari perempuan itu kepada Yesus, Simon si kusta berkata dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa."
Pendeknya: Simon si kusta -- atau yang disebut orang Farisi -- merasa diri lebih baik, lebih benar dan lebih suci dari perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa.
 
Ingat, di atas tadi sudah saya sampaikan: Segala sesuatu yang kita kerjakan di tengah ibadah dan pelayanan di hadapan TUHAN, ukurannya adalah mata TUHAN, ukurannya adalah hati TUHAN, bukan pengertian dari manusia daging, bukan perasaan hati, bukan pikiran manusia daging, bukan, supaya kita jangan salah-salah menuduh TUHAN melakukan sesuatu yang bukan-bukan.
 
Lukas 7:40-42
(7:40) Lalu Yesus berkata kepadanya: "Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu." Sahut Simon: "Katakanlah, Guru." (7:41) "Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh. (7:42) Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?"
 
Karena melihat dan mengetahui bahwa orang Farisi tersebut merasa diri lebih baik, lebih benar dan lebih suci dari perempuan berdosa tersebut, maka segera Yesus bercerita kepada orang Farisi tersebut tentang dua orang yang berhutang kepada si pelepas uang;
-          Yang seorang berhutang 500 dinar.
-          Yang lain berhutang 50 dinar.
Tetapi karena keduanya tidak sanggup membayar hutang mereka, maka hutang mereka dihapuskan oleh si pelepas uang tersebut.
 
Setelah Yesus menceritakan hal tersebut, selanjutnya segera saja Yesus mengajukan pertanyaan kepada Simon si kusta, orang Farisi tersebut.
Adapun pertanyaan Yesus yaitu: Siapakah di antara mereka -- kedua orang yang berhutang yang telah dilepaskan hutangnya -- yang akan terlebih mengasihi dia -- si pelepas hutang --?
 
Kita akan melihat jawaban dari Simon si kusta, orang Farisi tersebut.
Lukas 7:43-46
(7:43) Jawab Simon: "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus kepadanya: "Betul pendapatmu itu." (7:44) Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: "Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. (7:45) Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. (7:46) Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi.
 
Jawab Simon: "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Pendeknya, secara ilmu matematika atau secara pengetahuan, Simon si kusta orang Farisi tersebut, benar dan cerdas. Itu sebabnya Yesus berkata: "Betul pendapatmu itu."
Namun di sela-sela Yesus membenarkan pendapat dari orang Farisi tersebut, selanjutnya Yesus meneguhkan supaya kebenaran itu mencelikkan mata rohani dari orang Farisi tersebut, dengan cara menyatakan suatu perbandingan antara Simon si kusta, orang Farisi dengan perempuan berdosa tersebut.
Adapun perbandingan yang Yesus nyatakan, yaitu; ketika Yesus masuk ke dalam rumah orang Farisi tersebut:
YANG PERTAMA:
-          Dari sisi Simon, orang Farisi: tidak memberikan kepada Yesus air untuk membasuh kaki Yesus.
-          Dari sisi perempuan yang berdosa: membasahi kaki Yesus dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya.
YANG KEDUA:
-          Dari sisi Simon, orang Farisi: tidak mencium Yesus.
-          Dari sisi perempuan yang berdosa: dia tiada henti-hentinya mencium kaki Yesus.
YANG KETIGA:
-          Dari sisi Simon, orang Farisi: tidak meminyaki kepala Yesus dengan minyak.
-          Dari sisi perempuan yang berdosa: dia meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi.
 
Pendeknya, tiga hal yang wajar yang seharusnya dapat dilakukan oleh Simon si kusta, orang Farisi, sebagaimana menurut adat istiadat dari orang Yahudi, namun tiga hal tersebut tidak dilakukan oleh Simon orang Farisi selama Yesus berada di rumahnya.
 
YANG PERTAMA: Simon si kusta tidak memberikan air kepada Yesus untuk membasuh kaki Yesus.
Bandingkan dengan Yohanes 2:6 “Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung.” 
Pendeknya, kebenaran menurut hukum Taurat yang dicampur dengan adat istiadat pun tidak dapat dipenuhi oleh Simon si kusta, orang Farisi tersebut.
Yesus tidak meminta supaya Simon si kusta untuk membasuh kaki Yesus kecuali air basuhan, tetapi ternyata Simon si kusta tidak memberikan air sebagai pembasuhan kaki untuk membasuh kaki Yesus. Padahal kalau dibandingkan dengan Yohanes 2:6, kebenaran hukum Taurat yang dicampur aduk dengan adat istiadat pun tidak layak, yaitu untuk masuk ke rumah harus memberi air untuk membasuh kaki. Itu merupakan hal yang wajar, tetapi hal itu pun tidak dilakukan oleh Simon si kusta, orang Farisi tersebut.
 
YANG KEDUA: Simon si kusta tidak mencium pipi Yesus.
Bandingkan dengan:

-      Roma 16:16, “Bersalam-salamlah kamu dengan cium kudus. Salam kepada kamu dari semua jemaat Kristus.

-      1 Korintus 16:20, “Salam kepadamu dari saudara-saudara semuanya. Sampaikanlah salam seorang kepada yang lain dengan cium kudus.”

-          2 Korintus 13:12, “Berilah salam seorang kepada yang lain dengan cium yang kudus. Salam dari semua orang kudus kepada kamu.

-          1 Tesalonika 5:26, “Sampaikanlah salam kami kepada semua saudara dengan cium yang kudus.”

Mencium, sama dengan: ganti dari salam-salaman, menurut adat istiadat orang Yahudi. Hal itu pun tidak dapat dilakukan oleh Simon si kusta.
 
YANG KETIGA: Simon si kusta tidak meminyaki kepala Yesus dengan minyak.
Bandingkan dengan:

-      Mazmur 133:2, “Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya.”

-          Pengkotbah 9:7-9, “Mari, makanlah rotimu dengan sukaria, dan minumlah anggurmu dengan hati yang senang, karena Allah sudah lama berkenan akan perbuatanmu. Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu. Nikmatilah hidup dengan isteri yang kaukasihi seumur hidupmu yang sia-sia, yang dikaruniakan TUHAN kepadamu di bawah matahari, karena itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam usaha yang engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari.”

Hal itu merupakan tanda persekutuan antara tubuh dan kepala serta persekutuan dengan sesama anggota tubuh, dalam kesukaan.
 
Sebetulnya, ketiga perkara tersebut adalah hal yang wajar untuk dilakukan baik menurut hukum Taurat dan menurut adat istiadat orang Yahudi. Namun, ketiga hal tersebut tidak dilakukan oleh Simon si kusta, orang Farisi tersebut.
Kesimpulannya; ketika Yesus datang ke rumahnya:

-          Simon si kusta tidak memberikan Yesus air untuk membasuh kaki.

-        Simon si kusta tidak mencium pipi kanan dan pipi kiri Yesus sebagai tanda salam-salaman. Hal ini merupakan hal yang wajar saja.

-          Simon si kusta tidak meminyaki rambut (kepala Yesus). Hal ini juga merupakan hal yang wajar untuk dilakukan, merupakan tanda persekutuan dalam kesukaan.

 
Sebaliknya, perempuan berdosa melakukan tiga hal di luar kewajaran manusia, yakni:
1.      Dia membasahi kaki Yesus dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya.
2.      Tiada henti-hentinya mencium kaki Yesus.
3.      Meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi.
 
Kita akan melihat, arti rohani dari ketiga perkara tersebut.
Perempuan berdosa melakukan tiga hal, YANG PERTAMA: Membasahi kaki Yesus dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya.
Menyeka dengan rambut, artinya: segala kemuliaan dipersembahkan atau diperuntukkan hanya bagi Allah, bukan untuk hal yang lain.
Sebab, rambut panjang dari seorang wanita merupakan tanda dari ketundukannya kepada seorang laki-laki. Biarlah kiranya segala puji, segala hormat, dan segala pengagungan hanya bagi Dia dari sekarang sampai selama-lamanya, sampai Maranatha TUHAN Yesus datang kembali sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.
 
1 Korintus 11: 5
(11:5) Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya.
 
Berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung (tidak ada penudung) = menghina kepalanya = perempuan yang dicukur rambutnya.
Seorang wanita harus memiliki rambut panjang untuk dijadikan sebagai penudung kepala, karena segala kemuliaan dan pengagungan hanya bagi Dia, tidak untuk yang lain.
 
1 Korintus 11: 6-7
(11:6) Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya. (11:7) Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah. Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki.
 
Mau tidak mau seorang perempuan harus menudungi kepalanya. Sebab perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki.
Rambut panjang harus menudungi kepala seorang perempuan untuk menyinarkan kemuliaan laki-laki.
Biarlah segala kemuliaan, pengagungan hanya bagi Dia, tidak untuk yang lain.
 
Simon si kusta berbangga mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya, tidak sedikit orang Kristen bangga dengan korban dan persembahannya. Apa artinya korban dan persembahan, kalau kita tidak tunduk kepada TUHAN, tidak dengar-dengaran kepada TUHAN?
Perhatikan, penaklukan pribadi Yesus kepada Bapa sungguh luar biasa, itu yang benar.
 
1 Korintus 11: 3
(11:3) Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah.
 
Inilah yang harus kita ketahui:

-          Kepala dari laki-laki ialah Kristus.

-     Kepala dari perempuan ialah laki-laki. Mau tidak mau isteri harus tunduk kepada suami untuk menyinarkan kemuliaan laki-laki. Kalau seorang perempuan tidak tunduk, berarti sama dengan: menghina laki-laki (kepala), tidak menyinarkan kemuliaan laki-laki.

-          Kepala dari Kristus ialah Allah.

Biarlah segala puji, hormat, kemuliaan, keagungan hanya bagi Dia, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga, tidak untuk yang lain. Ini yang harus kita ketahui, perlu untuk diketahui, dan harus diketahui.
 
Coba kita lihat: PENAKLUKKAN YESUS KEPADA ALLAH.
Ibrani 5:5
(5:5) Demikian pula Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar, tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini", (5:6) sebagaimana firman-Nya dalam suatu nas lain: "Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek." (5:7) Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. (5:8) Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
 
Yesus Kristus adalah Imam Besar menurut peraturan Melkisedek -- berarti keimamannya tidak akan berubah, kekal sampai selama-lamanya --, tetapi sekalipun demikian, Ia tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar.
 
Sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya. Tunduk dan pasrah; berarti Dia telah menaklukkan diri-Nya kepada Allah Bapa, sekalipun Dia adalah Anak, sekalipun Dia adalah Imam Besar menurut peraturan Melkisedek -- artinya keimamannya kekal, tidak akan beralih --. Tetapi sekalipun Dia adalah Anak, Dia tunduk dan pasrah; menaklukkan diri-Nya kepada Allah Bapa.
 
Jelas rambut panjang menyinarkan kemuliaan kepala (laki-laki).
Kalau diperhatikan pada poster atau gambar Yesus; rambut Yesus terlihat panjang, jangan beranggapan bahwa Yesus adalah perempuan, sebab hal itu semua mengandung arti rohani, termasuk kumis dan jenggot pada gambar Yesus, hal itu juga mengandung arti rohani.
Kalau Kristus sebagai Anak juga tunduk dan pasrah kepada Allah Bapa, teramat lebih perempuan harus menyinarkan kemuliaan laki-laki. Biarlah kita meneladani apa yang telah dikerjakan oleh Yesus; Dia telah menaklukan diri-Nya kepada Allah.
 
1 Korintus 11:15
(11:15) tetapi bahwa adalah kehormatan bagi perempuan, jika ia berambut panjang? Sebab rambut diberikan kepada perempuan untuk menjadi penudung.
 
Kehormatan bagi perempuan, jika ia berambut panjang. Sebab rambut diberikan kepada perempuan untuk menjadi penudung.
Biarlah kiranya kita semua mendapat penghargaan dan penghormatan dari TUHAN, sebagaimana Yesus, Anak Allah, Dia dipermuliakan.
Kalau kita segera menundukkan diri, maka kita akan mendapat penghargaan dan penghormatan di mata TUHAN, itulah rambut panjang.
 
1 Petrus 3:5
(3:5) Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya,
 
Ketundukan seorang perempuan kepada suaminya, merupakan hiasan di kepala atau mahkota di kepala wanita = mendapat penghargaan dan penghormatan dari TUHAN, karena seorang isteri menundukkan dirinya kepada kepala (suami).
Seorang perempuan yang memiliki gelar tinggi, bukan berarti dia harus mengatur suaminya dengan kepandaian, justru seorang perempuan mendapat penghormatan dan penghargaan dari Allah kalau dia menundukkan dirinya kepada kepala (suami). Ketundukkan seorang isteri kepada suami, itu merupakan perhiasan kemuliaan dari kepala. Jangan kita sama seperti perempuan yang tidak tunduk kepada suami, itu membusukkan tulang suaminya. Kalau tulang sudah busuk, apa yang dapat diperbuat? Tidak ada.
 
Biarlah segala puji, hormat, kemuliaan, dan pengagungan hanya bagi Dia, dari sekarang sampai selama-lamanya.
 
Perempuan berdosa melakukan tiga hal, YANG KEDUA: “Tiada henti-hentinya mencium kaki Yesus.”
Mencium kaki Yesus, berbicara tentang penyembahan sebagai puncak dari ibadah kita di atas muka bumi ini. Biarlah kita senantiasa membawa hidup kita rendah di bawah kaki salib Kristus, itu merupakan tempat yang terindah. Mengapa saya katakan itu sebagai tempat yang terindah?
 
Segera saja kita membaca Matius 23.
Matius 23:1-12
(23:1) Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: (23:2) "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. (23:3) Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. (23:4) Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. (23:5) Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; (23:6) mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; (23:7) mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. (23:8) Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara.  (23:9) Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. (23:10) Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. (23:11) Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. (23:12) Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.
 
Pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang, prakteknya:
1.      Memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang.
2.      Suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat.
3.      Suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.
Singkatnya: Ibadah dan pelayanan dari ahli Taurat dan orang farisi tidak sampai kepada puncak ibadah. Perlu untuk diketahui: puncak ibadah adalah doa penyembahan.
Kalau menjalankan ibadah hanya secara Taurat, berarti ibadahnya belum sampai kepada puncaknya, kalau hanya untuk pamer dan dilihat orang lain itu adalah ibadah yang belum sampai kepada puncaknya.
 
Di tengah ibadah dan pelayanan, biarlah kiranya kita semua saling memperhatikan satu dengan yang lain, itulah yang disebut saudara bersaudara.
 
Ayat 8-12, adalah ibadah yang membawa kita sampai kepada puncaknya, itulah doa penyembahan.
Apa buktinya? Barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan; ini puncak ibadah = doa penyembahan. Inilah yang TUHAN mau.
Kalau ibadah sudah memuncak yaitu berada dalam doa penyembahan (hidup dalam penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah), maka kehidupan yang semacam ini terlepas dari daya tarik bumi, misalnya: di tengah-tengah ibadah dan pelayanan tidak untuk mencari hormat, tidak suka dipanggil Rabi, tidak suka dipangil Guru, tidak mau dijadikan sebagai Mesias, atau disebut orang nomor satu.
 
Kalau pemimpin menurut ukuran dunia adalah siapa yang berkuasa itu adalah pemimpin. Tetapi kalau ibadah sudah berada pada tempat yang tertinggi, dengan lain kata sudah berada pada puncaknya itulah doa penyembahan (hidup dalam penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah) terlepas dari daya tarik bumi; tidak suka dihormati, tidak suka dipanggil Rabi, tidak suka dipangil Guru, tidak mau disebut orang nomor satu.
 
Kita akan melihat satu perkara yang lepas dari daya tarik bumi, di dalam Wahyu 8:3-4.
Wahyu 8:3-4
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
 
Asap dupa kemenyan yang naik di hadirat TUHAN menembusi takhta Allah, berarti; penyembahan membawa kita untuk berada di takhta Allah, di tempat yang tertinggi
Semua perkara yang ada di bumi ini, jika dilemparkan ke atas pada akhirnya akan jatuh ke bawah. Hanya satu perkara yang lepas dari daya tarik bumi, itulah asap dupa kemenyan (doa penyembahan) yang naik di hadirat TUHAN; tidak gila hormat, tidak gila gelar, tidak mencari pujian, tidak mau disebut orang nomor satu = LEPAS DARI DAYA TARIK BUMI.
 
Kalau hidup rohani kita sudah sampai kepada puncaknya, dengan lain kata sudah berada dalam doa penyembahan (sama artinya: hidup dalam penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah), kehidupan yang semacam ini terlepas dari daya tarik bumi; tidak bermegah dengan atribut-atribut yang sumbernya dari bumi. Kalau ada gelar puji TUHAN, kalau diberkati puji TUHAN, namun tidak terikat dengan perkara yang di bawah.
 
Pendeknya, tiada henti-hentinya perempuan yang berdosa itu menciumi kaki Yesus. Puji Tuhan, Haleluya..
 
Lukas 7:45
(7:45) Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku.
 
Yesus berkata kepada Simon si kusta, orang Farisi: Engkau tidak mencium Aku. Tetapi sebaliknya, perempuan berdosa tiada henti-hentinya mencium kaki Yesus.
 
“Tiada henti-hentinya.” Artinya; penyembahan kita tidak hanya satu kali, atau penyerahan diri bukan hanya sesaat, bukan karena ada kepentingan, tetapi penyerahan membawa sampai ke tempat tertinggi, sampai ke Takhta Allah.
 
Kita bersyukur kepada TUHAN dua belas ketul roti di atas meja semuanya diolah dari tepung yang terbaik. Satu ketul roti terbuat dari dua persepuluh efa tepung yang terbaik. Kemudian, dua belas ketul roti diatur menjadi dua tumpuk masing-masing terdiri dari enam ketul roti, tetapi di atas dua tumpuk roti itu terdapat cawan emas lalu disitulah kemenyan tulen dicurahkan.
Jadi, pembukaan firman memberi pengertian yang baik kepada kita, yang sekaligus membawa kita sampai kepada penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.
 
Doakan supaya TUHAN terus bukakan firman-Nya, supaya dari pembukaan firman ini kita memperoleh suatu pengertian yang suci, pengertian yang mulia, dan sekaligus ibadah inilah yang membawa kita sampai kepada puncak rohani kita yaitu doa penyembahan. Bagaikan kemenyan tulen yang dicurahkan di atas dua tumpuk roti, masing-masing terdiri dari enam ketul roti.
 
Perempuan berdosa melakukan tiga hal, YANG KETIGA: “Meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi.”
Minyak, berbicara tentang; pengurapan dari Allah Roh-El Kudus.
Kita bersyukur kepada TUHAN Yesus, karena dua tangan TUHAN yang kuat menarik kita untuk berada pada perhimpunan Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci; kita berada dalam kegiatan Roh, namun biarlah kiranya kita semua berada di dalam pengaruh yang besar dari kuasa Roh El Kudus, memberi diri untuk dipimpin oleh Roh Kudus.
Orang yang hidup menurut keinginan Roh memikirkan perkara-perkara yang di atas, perkara-perkara rohani, itulah ibadah dan pelayanan. Sebaliknya, mereka yang hidup menurut daging memikirkan hal-hal yang dari daging, tidak memikirkan perkara di atas, perkara rohani. Jadi, jangan kita jauh dari kegiatan Roh, biarlah kita selalu berada dalam kegiatan Roh, bahkan menjadi tawanan Roh.
Jangan kita ingin melepaskan diri dari kegiatan rohani ini. Jangan melepaskan diri dari kegiatan Roh untuk menginginkan hal-hal yang bersifat daging.
 
Kita lihat PRIBADI YESUS dalam pengaruh yang besar dari kuasa Roh-El Kudus di dalam Injil Matius 4.
Matius 4:1
(4:1) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.
 
Yesus dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun untuk dicobai Iblis. Singkatnya: Ayat ini menunjukkan bahwa Yesus benar-benar berada di bawah pengaruh yang besar dari kuasa Roh El Kudus. Demikianlah kiranya seluruh kehidupan kita betul-betul di bawah pengaruh dari kuasa Roh-El Kudus.
 
Di sini kita melihat: Yesus dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun untuk dicobai oleh Iblis. Sebenarnya, hal ini sangat bertolak belakang dengan keinginan daging (maunya manusia daging).
Tetapi karena Yesus berada dalam pengaruh yang besar dari kuasa Roh-El Kudus, maka Dia dibawa ke padang gurun dengan satu tujuan; untuk dicobai Iblis. Ini adalah sesuatu yang tidak diinginkan, sesuatu yang tidak dikehendaki oleh daging tentunya.
Biasanya, manusia daging berusaha untuk melepaskan diri dari ujian, cobaan, tetapi mereka yang hidup di bawah pengaruh yang besar oleh kuasa Roh-El Kudus; rela untuk menghadapi cobaan. Haleluya..
 
Matius 4:2-10
(4:2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. (4:3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." (4:4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (4:5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, (4:6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." (4:7) Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" (4:8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, (4:9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." (4:10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
 
Kalau kita berada di bawah pengaruh yang besar dari kuasa Roh-El Kudus, maka kita akan berkemenangan terhadap pencobaan. Dan mereka yang hidup di bawah pengaruh yang besar dari kuasa Roh-El Kudus; juga menghormati pembukaan Firman Allah.
Kalau kita mau menghormati pembukaan Firman Allah, maka nilai dari pembukaan firman lebih tinggi dari pada yang lain, derajatnya lebih tinggi dari yang lain, sehingga TUHAN memberi kemenangan kepada kita semua.
Sebagaimana dengan pribadi Yesus Kristus, di dalam bertindak, ditentukan oleh Firman Allah.
 
Itulah kehidupan yang dipenuhkan oleh Roh Kudus;
1.      Mampu menghadapi ujian.
2.      Menghormati pembukaan firman. Prakteknya, setiap tindakan ditentukan oleh Firman Allah.
Yesus tiada satu kali pun melangkahi pembukaan firman, Dia menghormati pembukaan firman, lebih dari yang lain, lebih dari soal makan minum.
 
Bagi mereka yang hidup dalam pengaruh yang besar dari kuasa Roh-El Kudus;
1.      Mereka itu hidup dari perkataan yang keluar dari mulut Allah.
2.      Tidak mau mencobai TUHAN.
3.      Hidup di dalam penyembahan yang benar.
Kalau kita menyembah Allah yang hidup, maka TUHAN memperlihatkan keindahan sorga. Tetapi kalau anak TUHAN menyembah Setan, maka Setan akan memperlihatkan keindahan dunia.
Biarlah kiranya kehidupan kita betul-betul dalam pengaruh yang besar dari kuasa Roh Kudus; yang memberi kemenangan dalam setiap pencobaan, menghormati pembukaan firman. Mengapa anak-anak TUHAN tidak mau menghormati pembukaan firman? Karena dia belum berada di bawah pengaruh yang besar dari Roh Kudus. Puncaknya, Roh kudus memimpin hidup kita berada dalam suatu kedudukan ibadah yang tertinggi yaitu; doa penyembahan.
 
Matius 4:11
(4:11) Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.
 
Kalau kita menang terhadap cobaan, maka Allah memerintahkan “malaikat-malaikat datang melayani kehidupan kita.”
Hari-hari terakhir ini adalah hari-hari yang jahat, keadaan dunia sudah semakin gelap (malam), karena dosa sudah semakin memuncak. Puncak dosa, itulah dosa makan minum dan kawin mengawinkan (dosa kenajisan). Perhatikanlah hal ini dengan sungguh-sungguh dan dengan baik.
 
Biarlah kiranya kita semua hidup di dalam pengaruh yang besar dari kuasa Roh-El Kudus, mengapa demikian? Karena hari-hari terakhir ini adalah hari-hari yang jahat, keadaan dunia semakin gelap. Apa tandanya dunia semakin gelap? Dosa sudah merajalela, itulah dosa makan minum dan kawin mengawinkan. Kemudian, untuk melakukan dosa apa saja, Setan membuka akses seluas-luasnya, tetapi kalau kita berada dalam kegiatan Roh, berada dalam pengaruh yang besar dari kuasa Roh Kudus, maka malaikat TUHAN melayani kehidupan kita masing-masing, malaikat TUHAN berjaga-jaga di sekeliling kita, berlaksa-laksa di sekeliling kehidupan kita semua. Biar Setan membuka akses selebar-lebarnya untuk mengarahkan manusia kepada dosa, tetapi TUHAN memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melayani kehidupan kita masing-masing; ingat itu. Betapa indahnya kehidupan yang sudah dilayani oleh malaikat-malaikat TUHAN.
 
Kita lebih jauh melihat Roma 8.
Roma 8:12
(8:12) Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging.
 
Kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, baik daging orang tua, baik daging saudara laki-laki, daging saudara perempuan, daging siapa saja.
 
Roma 8:13-15
(8:13) Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. (8:14) Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. (8:15) Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"
 
Kalau kita hidup di dalam kuasa Roh-El Kudus, maka Roh Kudus itu akan mematikan perbuatan-perbuatan daging = hidup dalam suasana kebangkitan (bersuasanakan kebangkitan).
Apa tanda kalau kita bersuasanakan kebangkitan? Di sini jelas dikatakan: Kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" = mengakui bahwa TUHAN Yesus Kristus adalah Bapa yang baik.
 
Perlu untuk diketahui:
Bapa yang baik tidak akan memberi batu, kalau anaknya minta roti.
Batu à Hukum Taurat. Kerugian kalau hidup di bawah hidup Taurat ialah mata ganti mata, gigi ganti gigi, arti rohaninya; kejahatan dibalas dengan kejahatan. Tetapi Bapa yang baik tidak memberi batu kepada anak yang meminta roti; itu adalah kasih karunia, itu adalah kemurahan.
Yesus adalah roti hidup, roti yang turun dari sorga, mengapa? Sebab Yesus telah memecah-mecahkan segenap hidup-Nya di atas kayu salib; itu adalah kasih karunia.
 
Bapa yang baik tidak akan memberi ular ketika anaknya meminta ikan
-          Ular à Iblis atau Setan.
-          Ikan à Kuasa Roh-El Kudus.
 
Kita bersyukur kepada TUHAN, Dia adalah Bapa yang baik;
-          Tidak memberikan batu kalau anaknya meminta roti.
-          Tidak memberikan ular kalau anaknya meminta ikan.
 
Kita lihat itu di dalam Galatia 5, Bapa yang baik tidak memberi batu kepada anak yang meminta roti dan tidak memberikan ular kepada anak yang meminta ikan, SEBAGAI BUKTINYA.
Galatia 5:16,18
(5:16) Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. (5:18) Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.
 
Hiduplah oleh Roh, maka saya dan saudara tidak akan menuruti keinginan daging, tidak hidup menurut tabiat-tabiat daging. Kemudian, kalau saya dan saudara memberi diri dipimpin oleh Roh, maka kita tidak hidup di bawah hukum Taurat. Demikianlah Bapa yang baik tidak akan memberi batu kalau anaknya meminta roti.
Batu à Hukum Taurat. Sedangkan roti hidup, itulah pribadi Yesus Kristus yang disalibkan, Dia telah memecah-mecahkan segenap hidup-Nya di atas kayu salib, itu adalah: kasih karunia dan kebenaran. TUHAN Yesus Kristus adalah Bapa yang baik.
 
Di dalam Lukas 7, setelah Yesus berkata pada ayat 42, “Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu.” Setelah Yesus menceritakan hal itu, selanjutnya Yesus mengajukan pertanyaan: Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?” Jawab Simon si kusta, orang Farisi: “Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya.”
Kalau menurut matematika, Simon si kusta ini adalah orang yang cerdas, punya pengetahuan, itu sebabnya Yesus berkata kepadanya: “Betul pendapatmu itu.” Yesus membenarkan pendapat Simon si kusta.
Tetapi di sela-sela Dia membenarkan pendapat Simon si kusta, orang Farisi itu, Yesus sekaligus menyatakan suatu kebenaran untuk mencelikkan mata rohani dari pada Simon si kusta lewat suatu perbandingan antara tindakan dari pada Simon si kusta dan tindakan dari pada perempuan berdosa. Dan kita sudah melihat tindakan itu; tentu saja, kebenaran itu sudah diteguhkan, serta mencelikkan mata rohani setiap mereka yang mendengar di situ.
 
Lukas 7:47
(7:47) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih."
 
Sebab itu, Yesus berkata kepada Simon si kusta: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, mengapa? Sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih.
 
Setiap orang yang merasa paling berdosa lalu ketika dosanya yang banyak itu diampuni, maka ia banyak berbuat kasih. Sebaliknya; orang yang sedikit diampuni, maka sedikit juga ia berbuat kasih. Itu sebabnya Yesus berkata kepada Simon si kusta: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, mengapa demikian? Sebab ia telah banyak berbuat kasih.
 
Orang yang banyak berbuat kasih, orang yang banyak berkorban di tengah ibadah dan pelayanan adalah orang yang menyadari sebagai orang yang paling berdosa, namun dosanya sudah diampuni. Sebaliknya, orang yang sedikit diampuni, maka sedikit juga ia berbuat kasih, sedikit berkorban, baik tenaga, pikiran, waktu, uang, dan lain sebagainya.
Jadi, kalau diukur menurut kasih karunia, perempuan berdosa ini limpah dengan kasih karunia.
 
Orang yang merasa diri yang paling berdosa tetapi dosanya yang banyak itu diampuni, pasti ia berkobar-kobar dalam melayani TUHAN. Tetapi kalau merasa diri paling benar, paling suci = sedikit diampuni = sedikit berbuat kasih.
Tetapi sangat lucu rasanya, jika seseorang berbuat dosa yang banyak dan dosa yang banyak itu diampuni, namun masih sombong, tidak tahu diri; sangat lucu orang seperti ini. Kalau dia menyadari diri sebagai orang yang berdosa, bahkan dialah yang paling berdosa, lalu dosa yang banyak itu diampuni, pasti ia banyak berbuat kasih, tidak hitung-hitungan di dalam hal berkorban. Orang yang suka hitung-hitungan, pasti sedikit diampuni dosanya.
 
Jadi, kalau diukur menurut kasih karunia, perempuan berdosa ini limpah kasih karunia, digambarkan seperti seorang yang berhutang 500 dinar, yang seorang lagi 50 dinar.
Angka 50 itu dapat ditemukan di dalam Tabernakel, dengan lain kata; ditemukan di dalam Kerajaan Sorga, tetapi angka 500 tidak ditemukan di dalam Tabernakel. Berarti, kalau dosanya yang banyak itu diampuni, itu adalah kasih karunia/kemurahan yang double.
 
Ayo, semakin bijaksanalah, semakin dewasalah. Kalau seseorang hitung-hitungan dengan tenaga, pikiran dan waktu, pasti dosanya sedikit diampuni; dan orang semacam ini adalah orang yang tidak pernah menyadari dirinya sebagai orang berdosa. Ayo, jangan hitung-hitungan dalam hal berkorban, karena dosa yang banyak itu sudah diampuni oleh TUHAN.
Kalau memang tugas kita harus membersihkan gereja, mengatur kursi, itu adalah kasih karunia. TUHAN sudah berikan kendaraan; waktu kita menerima berkat kendaraan sepeda motor, kita berkata: Puji TUHAN, digunakan untuk melayani pekerjaan TUHAN, tetapi setelah dosanya diampuni, dia lupa melayani pekerjaan TUHAN dengan menggunakan motornya; ini adalah orang yang tidak menyadari kasih karunia. Ayo, belajarlah dewasa, ingat dosa yang banyak sudah diampuni TUHAN
 
Lukas 7:48
(7:48) Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: "Dosamu telah diampuni."
 
Lalu Yesus berkata kepada perempuan itu: "Dosamu telah diampuni."
Bersyukurlah, kalau dosa yang banyak itu diampuni TUHAN. Ingat; siapa kita dahulu sebelum dipanggil oleh TUHAN? Kita datang dengan latar belakang yang berbeda-beda; ada orang yang hidup dalam perdukunan sebagai kutuk nenek moyang, hidup dalam kenajisan, hidup dalam percabulan, dalam penyembahan berhala, dosa kejahatan, dosa kecemaran, kesombongan, keangkuhan, tetapi pada akhirnya TUHAN berkata: “Dosamu telah diampuni”, itu adalah kemurahan.
 
Kehidupan yang tidak terdapat dalam Kerajaan Sorga, tetapi mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga, itu adalah kemurahan. Secara khusus angka 500 tidak ditemukan di dalam Tabernakel, tetapi kalau dosa yang banyak itu diampuni, itu adalah kemurahan.
 
Lukas 7:49-50
(7:49) Dan mereka, yang duduk makan bersama Dia, berpikir dalam hati mereka: "Siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa?" (7:50) Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: "Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!"
 
Selanjutnya, Yesus berkata kepada perempuan itu: “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!
Motor penggerak di tengah-tengah kita beribadah dan melayani dan mengerjakan pekerjaan TUHAN adalah iman yang suci. Jadi, apabila hidup kita semakin suci, semakin iman.
 
Demikian Rut di bawah kaki Boas; mendapat kemurahan. Bukankah Rut adalah bangsa kafir, bangsa Moab, bagaikan 500 dinar, angka yang tidak terdapat di Tabernakel, tetapi dosa yang banyak itu telah diampuni.
Selain berkata: “Dosamu telah diampuni”, selanjutnya Yesus berkata: “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat! Sebagaimana dengan Rut, telah meninggalkan Negeri Moab, untuk pergi ke Betlehem bersama dengan Naomi mertuanya itu.
 
KESIMPULANNYA, akhir kata; Setiap kehidupan yang mau masuk dalam penebusan, sudah seharusnya membawa diri untuk selalu berada di kaki salib kristus. Amin.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 
 
 
 

No comments:

Post a Comment