KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, October 19, 2020

IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 17 OKTOBER 2020

 


 
IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 17 OKTOBER 2020
 
STUDY YUSUF
(Seri: 212)
 
Subtema: SAKSI ILAHI MEMUNCAK KEPADA PENYEMBAHAN
 
Shalom.
Puji TUHAN; oleh karena rahmat dan kasih karunia TUHAN, kita boleh dihimpunkan di tengah-tengah Ibadah Kaum Muda Remaja. Segala puji dan segala hormat hanyalah bagi Dia. Dan biarlah damai sejahtera Kristus memerintah di hati kita masing-masing, baik yang mengikuti dalam penggembalaan GPT “BETANIA”, maupun yang mengikuti lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada.
Selanjutnya, kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya kiranya pembukaan firman itu meneguhkan setiap hati kita masing-masing
 
Segera saja kita sambut STUDY YUSUF sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Kaum Muda Remaja dari kitab Kejadian 41.
Kejadian 41:34,40
(41:34) Baiklah juga tuanku Firaun berbuat begini, yakni menempatkan penilik-penilik atas negeri ini dan dalam ketujuh tahun kelimpahan itu memungut seperlima dari hasil tanah Mesir. (41:40) Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu."
 
Untuk mengatasi apa yang akan terjadi ke depan, maka Yusuf memberi nasihat kepada Firaun. Sebab memang, sesuai dengan mimpi Firaun; akan terjadi nanti 7 (tujuh) tahun kelimpahan, dan sesudah 7 (tujuh) tahun kelimpahan itu akan menyusul 7 (tujuh) tahun kelaparan yang hebat. Untuk mengatasi persoalan yang pelik, persoalan yang luar  biasa ini, persoalan yang kompleks ini, persoalan yang akan menimbulkan betapa banyaknya kompleks persoalan-persoalan yang akan terjadi, maka Yusuf memberi suatu nasihat yang baik untuk mengangkat seorang yang berakal budi dan bijaksana untuk mengatasi persoalan yang kompleks ini.
 
Inti dari ayat yang kita baca adalah Yusuf menjadi kuasa di Mesir, berarti; menjadi kuasa atas istana Firaun, dan hanya kepada perintah Yusuf saja seluruh rakyat Mesir taat, tidak kepada yang lain-lain.
Mengapa Yusuf menjadi kuasa di Mesir? Sebab Yusuf adalah seorang yang berakal budi dan bijaksana.
Pendeknya; Yusuf memiliki kebijaksanaan Ilahi, sehingga Yusuf menjadi pemerintah dan kuasa di Mesir atas permintaan dari Firaun itu sendiri.
 
Namun di sisi lain, kita melihat Firaun masih mempertahankan takhtanya, tetapi Yusuf tidak peduli, sebab yang terpenting bagi Yusuf ialah segala rencana Allah dinyatakan sampai pada akhirnya nanti tergenapi, tujuannya adalah untuk menyelamatkan bangsa-bangsa dari dunia ini.
Firaun adalah gambaran dari Iblis atau Setan. Setan memang senantiasa berusaha untuk mempertahankan takhtanya, tetapi Yusuf -- yang adalah gambaran dari sidang mempelai TUHAN -- tidak peduli dengan hal itu, sampai segala rencana Allah dinyatakan dan tergenapi, tujuannya untuk menyelamatkan bangsa-bangsa dari dunia ini.
 
Biarlah kita ikuti pemberitaan firman ini dengan baik dan benar, supaya nama TUHAN dipermuliakan.
 
Kejadian 45:5-8
(45:5) Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. (45:6) Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. (45:7) Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. (45:8) Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.
 
Janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena tindakan-tindakan dari saudara-saudara tua Yusuf tersebut yang telah bertindak dengan sadis, yakni;
-          Menjual Yusuf kepada saudagar-saudagar yang datang dari Midian.
-          Namun sebelum Yusuf dijual, terlebih dahulu ia dilemparkan ke dalam sebuah sumur kosong.
Oleh sebab itu, Yusuf berkata: “Janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri” atas tindakan yang sadis tersebut. Dan hal itu dinyatakan oleh Yusuf kepada saudara-saudaranya setelah terjadi 2 (dua) tahun kelaparan sesudah melewati 7 (tujuh) tahun kelimpahan.
 
Kalau akhirnya Yusuf berada di Mesir dalam kedudukan;
-          Sebagai bapa bagi Firaun.
-          Sebagai tuan atas seluruh istana Firaun.
-          Sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.
itu jelas karena Yusuf berada dalam rencana Allah yang besar. Tujuannya adalah -- tidak lain tidak bukan -- untuk menjamin kelanjutan hidup, serta untuk memelihara hidup gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini.
 
Jadi, kalau kita sampai pada hari ini mengalami banyak sengsara, tidak perlu gelisah, tidak perlu menyesali diri dalam hal mengikuti TUHAN, tidak perlu susah hati dalam mengikuti TUHAN, tidak perlu gelisah di dalam hal mengikuti TUHAN, yang walaupun ibadah ini memang terhubung langsung dengan sengsara salib; tidak perlu gelisah, tidak perlu susah hati, tidak perlu menyesali diri, tetapi bersyukurlah sebab kita sedang berada di dalam sebuah rencana Allah yang besar di dalam rangka menyelamatkan hidup gereja TUHAN.
 
Hal ini tentu saja sesuai dengan nubuatan Daniel; itu hebatnya Firman Allah.
Kitab Suci terdiri dari 66 (enam puluh enam) kitab, yang dibagi 2 (dua) bagian, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dan juga terdiri dari beribu-ribu ayat Firman TUHAN di dalamnya, tetapi sekalipun demikian, semua ayat itu terkait satu dengan yang lain, sekalipun penulisnya berbeda-beda.
Tubuh Kristus itu anggotanya banyak, tetapi diperlengkapi oleh roh yang satu dan yang sama; sekalipun berbeda-beda karunia, tetapi saling melengkapi. Kita semua merupakan tubuh Kristus, harus saling melengkapi.
 
Daniel 12:3
(12:3) Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
 
Tadi nasihat dari pada Yusuf adalah untuk mengangkat orang yang berakal budi dan bijaksana, sebab sesudah 7 (tujuh) tahun kelimpahan akan menyusul 7 (tujuh) tahun kelaparan. Nah, untuk mengatasi masalah yang hebat ini, yang menimbulkan masalah kompleks, maka nasihat dari pada Yusuf adalah untuk mengangkat seorang yang berakal budi dan bijaksana.
Dan di dalam kitab Daniel ini kita melihat: Orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti bintang-bintang di cakrawala. Adapun tugas dari bintang-bintang di langit atau orang-orang bijaksana adalah menuntun banyak orang kepada kebenaran. Jadi, sama dengan apa yang dialami oleh Yusuf tadi; untuk menjamin kelangsungan hidup dan memelihara hidup banyak orang. Dengan demikian, seiras dengan rencana Allah yang dinyatakan lewat pribadi Yusuf tadi, yaitu untuk menjamin kelangsungan hidup dan memelihara hidup gereja TUHAN.
 
SEBAGAI CONTOH.
Matius 2:1-2
(2:1) Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem (2:2) dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."
 
Di sini kita melihat: Bintang Timur menuntun perjalanan hidup rohani dari orang-orang Majus hingga mereka tibalah di Yerusalem. Ini yang pertama untuk kita perhatikan malam ini.
 
Yerusalem, jelas itu menunjuk; ibadah dan pelayanan, dengan kata lain; pusat kerajaan damai sejahtera. Jadi, kalau mau mengalami damai sejahtera, biarlah kita senantiasa berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, itulah Yerusalem. Oleh sebab itu, jangan tinggalkan Yerusalem, jangan tinggalkan ibadah dan pelayanan dengan segala kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya, sesibuk apapun kita ada di dunia ini.
 
Kisah Para Rasul 1:4-8
(1:4) Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang -- demikian kata-Nya -- "telah kamu dengar dari pada-Ku. (1:5) Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus." (1:6) Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" (1:7) Jawab-Nya: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. (1:8) Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."
 
Singkatnya: Yesus melarang murid-murid untuk meninggalkan Yerusalem supaya pada akhirnya mereka menerima janji Allah, yaitu dibaptis oleh Roh Kudus, tujuannya adalah supaya mereka menjadi saksi-saksi Ilahi.
 
Jadilah saksi-saksi Ilahi di mana pun kita berada, dalam keadaan situasi kondisi apapun, supaya nama TUHAN dipermuliakan. Menjadi saksi-saksi Ilahi, dimulai dari;

-          Yerusalem = Di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.

-          Di Yudea = Orang Kristen yang masih kanak-kanak rohani.

-          Samaria = Orang-orang yang masih jauh dari TUHAN; orang Kristen tetapi hubungannya jauh dari TUHAN.

-          Sampai kepada ujung bumi = Orang-orang yang belum mengenal TUHAN.

Oleh sebab itu, jangan tinggalkan Yerusalem; tetap ada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan sampai betul-betul kehidupan kita dipulihkan. Kalau hidup kita sudah dipulihkan, maka kita semua akan dipenuhkan Roh Kudus, dan kita akan berkuasa, dan menjadi saksi-saksi Ilahi dari Yerusalem sampai ke ujung bumi. Di mana pun kita berada, jangan tinggalkan ibadah dan pelayanan, supaya kita menjadi saksi-saksi Ilahi.
 
Kalau kita kaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, menjadi saksi-saksi Ilahi dimulai dari Yerusalem sampai ke ujung bumi, itu bukanlah menjadi suatu ukuran yang hakiki, bukan menjadi ukuran yang sejati. Sebab, untuk menjadi saksi-saksi Ilahi, itu memang harus terjadi; TUHAN memang merindukan kita semua menjadi saksi Ilahi di bumi ini dari Yerusalem sampai ke ujung bumi, tetapi kesaksian manusia bukanlah menjadi suatu tolak ukur sehingga dijadikan sebagai jaminan keselamatan. Kita harus memahami hal itu.
Saya mempunyai alasan untuk mengatakan hal itu; oleh sebab itu, kita kembali membaca Injil Matius 2.
 
Matius 2:1
(2:1) Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem
 
Bintang Timur memang telah menuntun orang-orang Majus sampai tibalah mereka di Yerusalem. Kalau kita sampai pada akhirnya tiba di tengah-tengah ibadah dan pelayanan ini, itu semua karena TUHAN yang menuntun, bukan karena suatu kebetulan. Kita dituntun dari berbagai-bagai latar belakang, kita dituntun (ditarik) dari dunia ini untuk selanjutnya dibawa ke Yerusalem dan berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan ini, semua karena kemurahan dari hati TUHAN kepada kita semua.
Tetapi, tiba di Yerusalem itu barulah bagian yang pertama; atau dengan kata lain, menjadi saksi-saksi Ilahi di bumi ini bukanlah jaminan keselamatan. Tetapi jaminan keselamatan adalah ....
 
Matius 2:2
(2:2) dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."
 
Jadi, tujuan orang-orang Majus dipimpin oleh bintang Timur hingga mereka tiba di Yerusalem ialah datang untuk menyembah Raja di atas segala raja, itulah Putera Allah yang Tunggal, Yang Esa. Jadi, bukan sekedar untuk menjadi saksi, tetapi datang untuk menyembah Raja di atas segala raja, yaitu putera Allah yang Tunggal, Yang Esa.
Berarti, puncak dari ibadah dan pelayanan kita di atas muka bumi ini ialah doa penyembahan, yakni penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.
 
Jika kita dipenuhkan Roh Kudus, dan oleh-Nya kita menjadi saksi Ilahi, puji TUHAN. Tetapi tidak boleh berhenti sampai di situ; ibadah kita harus berada sampai pada puncaknya, itulah doa penyembahan, yakni penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.
 
Mari kita lihat soal PENYEMBAHAN atau PENYERAHAN DIRI dalam Mazmur Daud.
Mazmur 141:1-2
(141:1) Mazmur Daud. Ya TUHAN, aku berseru kepada-Mu, datanglah segera kepadaku, berilah telinga kepada suaraku, waktu aku berseru kepada-Mu! (141:2) Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.
 
Doa dan kerinduan yang mendalam dari Daud kepada TUHAN, yaitu biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.
 
Kerinduan yang mendalam dan yang terbesar yang dimohonkan oleh Daud kepada TUHAN ialah supaya ibadahnya berada pada puncaknya, yakni doa penyembahan.
Doa penyembahan atau penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, itu merupakan persembahan ukupan kepada TUHAN. Kemudian, mengangkat dua tangan atau penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, setara dengan mempersembahkan korban pada waktu petang.
 
Korban pada waktu petang berkuasa untuk melepaskan kita dari kegelapan maut. Mempersembahkan korban pada waktu petang berguna untuk sepanjang malam. Sementara puncak dari gelap malam ialah ketika Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, yaitu antikris, di mana mereka akan menjadi penguasa selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka bumi ini -- yang tentu saja atas seizin TUHAN --, mereka menjadi diktator yang buas dan ganas, dan mereka keji, tidak mempunyai hati nurani, sebab memang mereka adalah gabungan dari 3 (tiga) jenis binatang buas yang keluar dari dalam laut, sesuai dengan yang tertulis dalam Wahyu 13:1-2.
 
Oleh sebab itu, perhatikan baik-baik: Selagi hari masing siang, selagi masih ada waktu, mari kita kerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar. Maksudnya; selagi masih ada kesempatan, mari kita berada di setiap ibadah-ibadah yang TUHAN percayakan, sampai TUHAN -- yang disebut bintang Timur -- menuntun dan memimpin ibadah kita ini sampai kepada puncaknya, yakni doa penyembahan atau penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.
Tetaplah berada di tengah-tengah pertemuan ibadah sampai nanti bintang Timur, sampai nanti TUHAN -- yang adalah Imam Besar -- sebagai orang yang bijaksana, menuntun ibadah kita pada puncaknya, yakni doa penyembahan, dengan lain kata penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.
 
Tidak usah menyesali diri, tidak usah gelisah, tidak usah susah hati kalau kita ada di dalam rencana Allah, ada di tengah-tengah ibadah yang memang terhubung langsung dengan sengsara salib; jangan gelisah, jangan gusar, tidak usah menyesal.
Apakah saudara menyesal menjadi anak TUHAN? Apakah saudara menyesal memikul salib? Apakah saudara menyesal berkorban di tengah ibadah? Kalau jawaban saudara adalah “tidak”, buktikanlah masing-masing kepada TUHAN.
Perhatikanlah firman ini dengan baik sampai betul-betul ibadah ini menuntun kita sampai kepada puncak ibadah, itulah doa penyembahan, yakni penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.
 
2 Tesalonika 2:1-2
(2:1) Tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus dan terhimpunnya kita dengan Dia kami minta kepadamu, saudara-saudara, (2:2) supaya kamu jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh, maupun oleh pemberitaan atau surat yang dikatakan dari kami, seolah-olah hari Tuhan telah tiba.
 
Tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus dan terhimpunnya kita dengan Dia lewat perhimpunan ibadah ini, kami minta kepadamu, saudara-saudara, saya juga meminta kepada saudara-saudara, kepada pemirsa. Apa yang diminta oleh Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Tesalonika? Supaya kamu jangan lekas bingung dan gelisah; tidak usah bingung, tidak usah lekas gelisah, tidak usah bersusah hati walaupun kita ada di tengah ibadah yang terhubung langsung dengan salib.
 
Tenang, tidak usah gelisah, tidak usah susah hati, tidak usah bersedih saat kita berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan ini. Memang ibadah dan pelayanan ini terhubung langsung dengan sengsara salib atau pengalaman kematian Yesus di kayu salib; tetapi jangan menyesal menjadi anak TUHAN, apalagi berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.
Kalau pun kita menjadi tiang penopang yang dipancangkan dalam rumah TUHAN untuk menopang geraknya ibadah dan pelayanan ini; tidak usah menyesal, tidak usah gelisah, tidak usah susah hati, sebab besar upah yang akan kita terima dari TUHAN.
 
2 Tesalonika 2:3-4
(2:3) Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, (2:4) yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah.
 
Oleh sebab itu, perhatikan baik-baik: Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Jangan disesatkan dengan cara ibadah yang berbeda-beda dari ibadah salib ini.
Tetaplah bertahan di tengah ibadah yang terhubung dengan salib. Jangan gelisah, jangan susah hati, jangan mau disesatkan dengan cara-cara ibadah yang berbeda dengan ibadah salib.
 
Namun, sebelum TUHAN datang kembali untuk yang kedua kalinya sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga, terlebih dahulu diawali dengan tampilnya orang-orang murtad. Banyak nanti orang-orang murtad, siapa mereka? Yaitu si pendurhaka, yang tidak lain tidak bukan, itulah antikris.
Antikris atau Pembinasa keji, menurut apa yang sudah kita baca di sini: Mereka akan duduk di Bait Allah, lalu sekaligus menyatakan diri sebagai allah yang akan disembah. Inilah yang disebut puncak dari gelap malam.
 
Jadi, sebelum TUHAN datang kembali untuk yang kedua kali sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga, terlebih dahulu tampilnya antikris atau Pembinasa keji duduk di Bait Allah, dan menyebut diri sebagai allah yang harus disembah; inilah puncak gelap malam.
 
2 Tesalonika 2:7-8
(2:7) Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi sekarang masih ada yang menahan. Kalau yang menahannya itu telah disingkirkan, (2:8) pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulut-Nya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali.
 
Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi sekarang masih ada yang menahan.
“Masih ada yang menahan”, berarti; TUHAN masih memberi kesempatan kepada kita untuk menikmati ibadah dan pelayanan ini; lewat ibadah dan pelayanan ini kita membawa korban dan persembahan; juga lewat ibadah ini kita menikmati korban santapan, pembukaan firman.
 
Tetapi kalau yang menahannya itu telah disingkirkan, dengan kata lain; korban sehari-hari disingkirkan, pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulut-Nya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali.
Tanda yang sangat jelas tampilnya antikris (si pendurhaka) ialah, mereka akan menyingkirkan hadirat Allah, yakni korban sehari-hari, itulah;
1.      Korban sembelihan à Ibadah dan pelayanan yang terhubung dengan sengsara salib.
2.      Korban santapan à Firman Allah yang benar.
 
2 Tesalonika 2:9-10
(2:9) Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, (2:10) dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka.
 
Antikris atau Pembinasa keji disebut juga si pendurhaka atau pemberontak, merupakan kaki tangan dari Iblis atau Setan, yang disebut juga naga merah padam. Lalu, penampilan mereka disertai dengan;
-          Rupa-rupa perbuatan ajaib.
-          Tanda-tanda heran.
-          Mujizat-mujizat palsu.
Kehadiran mereka disertai dengan 3 (tiga) perkara ini. Dan oleh karena perkara-perkara tersebut itu, nanti banyak orang terseret dan tersesat, terpengaruh. Namun mereka yang terpengaruh itu pada akhirnya dilemparkan ke dalam lautan api neraka, binasa sampai selama-lamanya.
 
Oleh sebab itu, saya juga akan kembali menyatakan apa yang dinyatakan Daniel dan Rasul Paulus: Jangan gelisah, jangan susah hati, jangan menyesal kalau TUHAN membawa kita berada di Yerusalem. Di tengah ibadah ini memang terhubung dengan sengsara salib, namun tidak usah menyesal memikul salib, tetapi bersyukurlah, dari pada binasa dilemparkan dalam lautan api sampai selama-lamanya. Pilih mana?
 
Apa tujuan kita hidup? Untuk apa kita hidup; Apakah makan, minum, kawin-mengawinkan? Apakah untuk bekerja, berfoya-foya, menjadi kaya?
Tujuan Adam dan Hawa ditempatkan di taman Eden, tidak lain tidak bukan -- dalam Kejadian 2:16 -- hanya satu, tidak dua, yakni untuk mengusahakan dan memelihara taman Eden. Demikian juga tujuan kita hidup di hari-hari terakhir ini hanya satu, tidak dua, tidak tiga, yakni untuk mengusahakan dan memelihara ibadah dan pelayanan ini.
Maka, kalau TUHAN berikan ibadah dan pelayanan ini bagi kita, itu merupakan sarana yang indah; itu merupakan cara TUHAN untuk menyelamatkan kita. Jadi, kehidupan pemuda remaja, kehidupan anak-anak TUHAN di hari-hari terakhir ini, termasuk saudara yang sedang mengikuti pemberitaan firman lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada; jangan menyesal untuk berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan sekalipun ibadah itu terhubung langsung dengan sengsara salib, sebab ibadah itu adalah sarana bagi kita untuk selamat. Dan itulah tujuan kita hidup, yaitu untuk memuliakan TUHAN, dengan cara; mengusahakan ibadah dan pelayanan ini.
Jadi, saudara jangan salah mengerti tujuan hidup saudara. Jangan lari dari tujuan hidup, jangan lari dari kenyataan hidup.
 
2 Tesalonika 2:9-10
(2:9) Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, (2:10) dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka.
 
Oleh karena perkara-perkara tersebut -- itulah mujizat-mujizat palsu --, maka banyak orang terseret, banyak orang terpengaruh, namun akhirnya binasa.
 
Sekarang pertanyaannya: Siapakah mereka yang terseret (terpengaruh) dan binasa oleh karena mujizat-mujizat palsu tersebut?
Jawabnya ialah mereka adalah orang-orang yang tidak menerima -- berarti; menolak --, serta tidak mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan.
 
Kebenaran yang berkuasa untuk membenarkan hingga menyelamatkan manusia ialah sengsara dan penderitaan atau kematian Yesus di kayu salib; tidak ada yang lain, itu adalah kebenaran yang sejati, kebenaran yang hakiki; jangan ditolak. Sebaliknya, kita harus menerima kebenaran yang sejati, kita harus lebih mengasihi kebenaran yang sejati, itulah sengsara dan penderitaan atau kematian Yesus di kayu salib, itulah kebenaran yang sejati yang berkuasa menyelamatkan manusia; jangan ditolak.
 
Itu sebabnya di atas tadi saya bertanya: APA TUJUAN KITA HIDUP? APAKAH TUJUAN HIDUP KITA?
-          Apakah menjadi kaya? Tidak.
-          Apakah supaya menjadi pejabat tinggi? Tidak.
-          Apakah untuk memiliki gelar yang tinggi? Tidak.
-          Apakah untuk mempunyai kedudukan jabatan yang hebat di dunia? Tidak.
Hanya satu tujuan kita diciptakan oleh TUHAN, hanya satu tujuan kita hidup di atas muka bumi ini -- tidak lain tidak bukan -- yaitu untuk mengusahakan dan memeliharakan ibadah dan pelayanan yang TUHAN percayakan ini, di mana ibadah itu harus terhubung langsung dengan sengsara salib; itulah kebenaran yang sejati.
Pengertian saudara jangan mau digeser, jangan mau diseret dengan rupa-rupa pelayanan yang aneh-aneh. Jadi, jangan salahkah TUHAN kalau akhirnya binasa karena mau diseret oleh ajaran-ajaran asing yang bukan dari sorga.
 
Berarti, seorang gembala sidang atau pemimpin sidang jemaat (pemimpin rumah TUHAN) harus menyatakan kebenaran yang sejati, harus menyatakan kebenaran yang hakiki, jangan sibuk hanya mengadakan rupa-rupa perbuatan ajaib, jangan sibuk hanya mengadakan  tanda-tanda heran, jangan sibuk hanya mengadakan mujizat-mujizat palsu di tengah-tengah ibadah dan pelayanannya di atas muka bumi ini.
Seperti rasul yang ketigabelas, itulah Rasul Paulus; dialah seorang hamba TUHAN yang bijaksana, mengapa? Sebab ia melayani TUHAN dengan cara yang baik, dengan cara yang benar dan berkenan kepada TUHAN.
 
Mari kita lihat 1 Korintus 1.
1 Korintus 1:22-24
(1:22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (1:23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, (1:24) tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.
 
Di dalam beribadah;
-          Orang-orang Yahudi menghendaki tanda-tanda heran, mujizat-mujizat.
-          Orang-orang Yunani mencari hikmat semata.
Berbanding terbalik dengan Rasul Paulus di tengah ibadah dan pelayanannya kepada TUHAN, yaitu memberitakan Kristus yang disalibkan. Sementara pemberitaan firman tentang salib Kristus di tengah ibadah dan pelayanan kepada TUHAN;
-          Untuk orang-orang Yahudi itu merupakan suatu batu sandungan.
-          Untuk orang-orang bukan Yahudi (bangsa kafir) itu merupakan suatu kebodohan.
Tetapi untuk mereka yang dipanggil dari berbagai-bagai tempat, dari berbagai-bagai latar belakang, baik orang Yahudi kah dia yang terpanggil, maupun orang bukan Yahudi -- itulah bangsa kafir -- yang terpanggil; sengsara salib Kristus merupakan kekuatan Allah, sengsara salib Kristus merupakan hikmat Allah.
 
Mari kita melihat keinginan dari orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani:
-          Orang-orang Yahudi menghendaki tanda-tanda heran atau pun mujizat-mujizat di tengah-tengah mereka beribadah dan melayani.
-          Sementara orang-orang Yunani -- atau bukan Yahudi, disebut juga bangsa kafir -- mencari hikmat atau menghendaki hanya sebatas ilmu pengetahuan semata, sama seperti ahli-ahli Taurat.
Namun, sekalipun demikian, berbanding terbalik dengan pelayanan Rasul Paulus di tengah pemberitaan Injilnya kepada TUHAN; Rasul Paulus tidak mau digeser dari pendirian yang baik, tidak mau digeser dari pendirian yang benar, tidak mau digeser dari pendirian yang suci dan mulia, sebab ia tetap memberitakan Kristus yang disalibkan.
Pendeknya: Dalam pemberitaan injil itu, Rasul Paulus memberitakan Injil Sepenuh. Isi pokok dari Injil Sepenuh adalah berita tentang pribadi Yesus yang disalibkan secara utuh, tidak dipotong-potong.
 
Sekarang ini, Setan telah masuk ke dalam rumah TUHAN untuk menyesatkan anak-anak TUHAN, umat Kristen. Mengapa demikian? Sebab banyak hamba-hamba TUHAN seolah-olah menyampaikan berita salib tetapi berita salibnya dipotong-potong. Contoh; menyebut pribadi Yesus yang disalib, tetapi isi pokok dari pelayanan pemberitaan Injil adalah soal berita-berita yang lain, yakni;

-          Berita tentang berkat-berkat, teologi kemakmuran, itulah yang disebut dengan pemberitaan firman yang ditambahkan.

-          Juga isi pokok pemberitaan adalah soal mujizat-mujizat atau disebut juga dengan pemberitaan firman yang dikurangkan.

Itulah yang disebut salib yang dipotong-potong; pemberitaan salib yang dipenggal-penggal.
Namun hal ini sangat beresiko tinggi. Hati-hati; anak-anak TUHAN jangan mau digeser dengan pemberitaan yang lain. Ingat apa yang saya sampaikan ini sebelum anda menyesal di kemudian hari.
 
Kembali saya sampaikan: Dalam pelayanan pemberitaan injil itu, Rasul Paulus memberitakan Injil Sepenuh, di mana isi pokok dari pemberitaan Injil itu ialah tentang pribadi Yesus yang disalibkan secara utuh. Sementara berita salib;

-          Untuk orang Yahudi adalah batu sandungan. Tetapi sekalipun demikian, Rasul Paulus adalah rasul yang ketigabelas, artinya; penuh dengan keajaiban. Apa buktinya? Ia tetap memberitakan tentang pribadi Yesus yang disalibkan.

-          Demikian juga, untuk orang-orang yang bukan Yahudi -- atau orang Yunani atau yang disebut dengan bangsa kafir --, itu adalah suatu kebodohan. Tetapi Rasul Paulus adalah Rasul yang ketigabelas; penuh dengan keajaiban, apa buktinya? Ia tetap bertahan dengan pendiriannya, yakni di dalam hal memberitakan pribadi Yesus yang disalibkan. 

Rasul Paulus tidak terpengaruh dengan keinginan orang Yunani yang hanya sebatas mencari hikmat. Rasul Paulus tidak berubah pendiriannya oleh karena keinginan bangsa Yahudi yang hanya menghendaki tanda-tanda heran atau pun mujizat-mujizat. Rasul Paulus tetap memberitakan pribadi Yesus yang disalibkan; itulah isi dari pelayanan Rasul Paulus di tengah pemberitaan Injil di hadapan TUHAN; Rasul Paulus jujur dan murni di hadapan TUHAN.
 
Kalau begitu, jujurlah kepada hati nurani masing-masing. Manakala ada waktu, kemudian daging mulai menyeret saudara untuk bermalas-malasan untuk tidur; jujurlah kepada hati nurani, segera ingat salib, bekerja pikul salib. Kalau binatang, ia tidak punya hati nurani; jadi, tidak perlu jujur, antikris tidak perlu jujur, sebab mereka adalah binasa buas.
Kalau saudara mengerti arti apa yang sampaikan ini dan saudara disadarkan, sudah seharusnya saudara hancur hati saat ini juga. Betapa baiknya TUHAN untuk menyelamatkan kehidupan kita, bukan?
 
Jadi, yang sebenarnya, yang perlu untuk kita ketahui: Berita tentang sengsara salib dan kematian Yesus di kayu salib adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.
Siapa yang merasa terpanggil, siapapun dia, baik orang Yahudi, maupun bangsa kafir (bukan Yahudi); sengsara salib, kematian Yesus di kayu salib adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah, itu tidak boleh dipungkiri. Oleh sebab itu, jangan keliru, jangan mau digeser dengan ajaran lain. Sekalipun ibadah ini dihubungkan langsung dengan sengsara; jangan gelisah, jangan gusar, jangan susah hati. Berarti, bersyukur; karena ibadah ini adalah cara TUHAN untuk menyelamatkan kita, sarana yang efektif, sarana yang begitu indah dan mulia untuk penyelamatan manusia.
 
Biarlah kiranya sengsara dan penderitaan Yesus Kristus kita jadikan sebagai pondasi, kita jadikan dasar dari bangunan rohani kita, hidup kita, termasuk ibadah pelayanan dan hubungan kita dengan TUHAN. Jadi, sengsara salib, pengalaman kematian Yesus di kayu salib harus dijadikan pondasi, dasar hidup bangunan rohani kita, dasar hidup ibadah pelayanan kita, dasar hidup hubungan kita dengan TUHAN.
Jangan membangun hidup rohani kepada TUHAN dengan uang, tetapi harus dibangun di atas dasar sengsara salib; itu dasar yang baik, itu yang benar.
 
Hasilnya, kalau kita mengacu pada Injil Matius 7:24-25, sekalipun nanti kita mengalami tiga ujian;

1.      Sekalipun ada ujian yang pertama, yaitu hujan turun à ujian dari atas, yakni tipu daya dari roh-roh jahat di udara; namun kita tetap kuat, tidak terperdaya.

2.      Sekalipun ada ujian yang kedua, yaitu datanglah banjir à dosa kenajisan dengan tipu dayanya; namun kita tetap kuat, tidak terpengaruh.

3.      Sekalipun ada ujian yang ketiga, yaitu angin melanda rumah itu à rupa-rupa angin pengajaran palsu; namun kita kuat, tidak terseret, tidak terpengaruh dengan ajaran palsu.

Dengan demikian, hidup kita ini benar di mata TUHAN, karena;
-          Hidup kita dibangun di atas dasar korban Kristus.
-          Ibadah kita dibangun di atas dasar korban Kristus.
-          Pelayanan kita dibangun di atas dasar korban Kristus.
Sehingga kita kuat, tidak rubuh, tidak jatuh dalam pengaruh dari 3 (tiga) perkara tadi, itulah;
-          Tipu daya roh-roh jahat di udara.
-          Tipu daya dari kenajisan.
-          Serta tipu daya dari angin-angin pengajaran palsu.
 
Sebaliknya, kalau rumah tidak dibangun di atas dasar korban Kristus -- sengsara salib atau kematian Yesus Kristus --, maka rumah itu akan rubuh, jatuh, hancur berkeping-keping, tidak kuat terhadap 3 (tiga) jenis ujian tadi, itulah;
-          Roh jahat di udara.
-          Dosa kenajisan dengan tipu dayanya.
-          Angin-angin pengajaran palsu.
 
Oleh sebab itu, dalam segala perkara, biarlah kita senantiasa mengarahkan pandangan kita kepada sengsara Yesus di atas kayu salib di bukit Golgota. Dalam menghadpai persoalan apa saja, arahkan pandangan kepada sengsara salib. Dalam situasi kondisi apapun, arahkan pandangan kepada salib. Jangan izinkan hati kita ini mengarah kepada yang lain supaya kita tetap kuat sampai kepada kesudahannya, sampai TUHAN datang pada kali yang kedua.
 
Kita kembali membaca dan menyelidiki 2 Tesalonika 2.
2 Tesalonika 2:11-12
(2:11) Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, (2:12) supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan.
 
Karena mereka menolak kebenaran yang sejati dan tidak mengasihi kebenaran yang sejati, yaitu sengsara dan penderitaan Yesus di atas kayu salib, akhirnya atas seizin TUHAN, mereka diizinkan untuk disesatkan dan akhirnya dibinaskan, sebab mereka lebih percaya kepada dusta, itulah berita tentang Yesus tetapi salibnya dipenggal, karena harus beralih kepada berita-berita tentang teologi kemakmuran.
 
“ ... Supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan.” Pendeknya; mereka lebih percaya kepada dusta; itu sebabnya mereka diizinkan oleh TUHAN untuk disesatkan oleh pelayanan-pelayanan dusta dari antikris.
 
Kita lihat PELAYANAN DUSTA.
Wahyu 13:1
(13:1) Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat.
 
Binatang keluar dari dalam laut à Antikris. Adapun wujud dari binatang itu adalah;
-          Bertanduk 10 (sepuluh).
-          Berkepala 7 (tujuh).
-          Di atas tanduk-tanduknya terdapat 10 (sepuluh) mahkota.
Tetapi sebetulnya, ini merupakan akal-akalan atau dusta dari antikris, binatang buas tersebut, mengapa demikian? Sebab pada kepalanya tertulis nama-nama hujat.
 
Lebih konkrit lagi soal dusta dari antikris ini, kita perhatikan pada ayat 3.
Wahyu 13:3
(13:3) Maka tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu.
 
Satu dari tujuh kepala itu kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka itu pada akhirnya sembuh, pendeknya; antikris di tengah ibadah pelayanannya mengadakan mujizat kesembuhan. Dan oleh karena mujizat kesembuhan (mujizat palsu) ini, seluruh dunia heran dan akhirnya mengikuti antikris itu.
 
Sebetulnya, mujizat yang mereka adakan itu adalah asli mujizat -- yang sakit sembuh --, tetapi palsu atau dusta. Di mana letak palsu atau dusta? Mengapa saya katakan demikian “asli tetapi palsu (dusta)?”
Di sini kita melihat; binatang atau antikris itu keluar dari dalam laut. Sementara “laut” itu berbicara soal pengalaman kematian dan kebangkitan dari TUHAN Yesus Kristus. Tetapi kita melihat; sementara mereka mengalami luka atau sengsara, namun akhirnya mengalami mujizat kesembuhan.
Sedangkan kalau kita bandingkan dengan pribadi Yesus Kristus ketika terluka, mengalami sengsara di atas kayu salib, selanjutnya sengsara yang dialami Yesus itu membawa Dia masuk dalam pengalaman kematian, lalu dibangkitkan pada hari yang ketiga. Hal ini berbeda dengan pengalaman (pelayanan) dari pada antikris ini; mereka memang terluka, mereka memang mengalami sengsara, tetapi pengalaman sengsara ini dipotong (dipenggal-penggal), sama seperti pemberitaan antikris tadi, yang berbicara soal Yesus yang disalib tetapi salibnya dipotong karena isi dari pemberitaan firman di tengah pelayanan itu hanyalah teologi kemakmuran, berita-berita soal berkat, berita-berita tentang soal mujizat-mujizat kesembuhan. Yang seharusnya ialah sengsara dilanjutkan dengan pengalaman kematian, lalu bangkit pada hari ketiga.
Itu sebabnya saya katakan; mujizat terjadi, tetapi palsu.
 
Saya ini tidak anti dengan berkat-berkat yang terjadi di tengah ibadah dan pelayanan. Juga saya tidak anti soal berkat rohani, itulah mujizat-mujizat kesembuhan.
Ingat; kalau kita dengan sungguh-sungguh mencari Kerajaan Sorga, serta menerima kebenaran dan mengasihi kebenaran yang sejati yang terdapat di dalamnya, maka semuanya akan ditambahkan, semuanya akan mengikuti; berkat jasmani ditambahkan, berkat rohani juga ditambahkan, itulah kesembuhan ilahi.
Tetapi persoalannya sekarang di sini adalah bagaimana kita sebagai anak TUHAN (umat TUHAN) menyikapi pelayanan dalam pemberitaan Injil di hari-hari terakhir ini? Kalau dia kanak-kanak secara rohani, otomatis mudah diseret dengan pemberitaan-pemberitaan yang palsu. Tetapi kalau dia berakal budi bijaksana, dia adalah pribadi yang dewasa secara rohani, maka dia akan lebih menerima kebenaran yang sejati, dia akan lebih mengasihi kebenaran yang sejati, itulah sengsara salib yang selanjutnya membawa Yesus dalam kematian-Nya, lalu hari ketiga bangkit, maut dikalahkan, berkemenangan.
 
Jadi, sudah sangat jelas; Pelayanan dari antikris adalah pelayanan palsu, melayani dengan akal-akalan saja, melayani dengan dusta. Dan banyak orang menyukai dusta, tetapi kita tidaklah demikian, karena TUHAN memimpin ibadah kita kepada ibadah yang benar.
 
Kita bandingkan dengan PENYEMBAHAN yang ada di dalam Kerajaan Sorga.
Wahyu 5:8
(5:8) Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.
 
Tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu. Jelas ini berbicara soal penyembahan, yakni penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.
Tetapi, kita harus mengetahui penyembahan yang benar dan murni, penyembahan tulus ikhlas yang dikerjakan di tengah-tengah ibadah pelayanan di hadapan TUHAN, yakni masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan di tangan mereka; inilah penyembahan atau penyerahan diri sepenuhnya yang murni dan benar di mata TUHAN.
 
Kecapi à Irama sorgawi, irama Allah. Apa itu irama sorgawi? Naik dan turunnya sebuah nada. Mengikuti naik turunnya sebuah nada, itu irama sorgawi, itu kecapi. Seorang yang memegang kecapi harus mengikuti irama sorgawi, mengikuti naik dan turunnya sebuah nada; jadi, tidak monoton seperti gong yang berkumandang, tidak monoton seperti canang yang gemerincing. Kalau seseorang memegang kecapi, berarti dia bisa mengikuti irama sorgawi, irama Allah; naik turunnya sebuah nada. Naik turun sebuah nada itulah gambaran dari pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Sementara cawan emas penuh kemenyan, itulah doa penyembahan dari orang-orang kudus.
Kesimpulannya: Ibadah yang sudah memuncak, itulah ibadah yang sampai kepada doa penyembahan, berarti; penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.
 
Apa tanda ibadah yang murni; apa tanda ibadah yang sudah sampai kepada puncaknya -- itulah doa penyembahan atau penyerahan diri sepenuh --, apa tandanya? Dapat mengikuti irama Allah, irama sorgawi. Dapat mengikuti tinggi rendahnya sebuah nada, itulah pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Jangan kita berbicara menyembah, jangan kita berbicara menyerahkan diri sepenuh, tetapi tidak bisa mengikuti irama sorgawi, tidak masuk dalam pengalaman kematian dan kebangkitan; itulah yang disebut mujizat palsu atau tanda-tanda heran palsu, itulah yang disebut  ibadah palsu yang dikerjakan oleh antikris tadi.
Satu dari tujuh kepala terkena lupa parah, tetapi luka itu akhirnya sembuh, inilah mujizat palsu; sementara binatang itu keluar dari dalam laut. Kalau berbicara laut, itu bebicara tentang kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Tetapi kenyataannya, sengsara itu tidak lanjut kepada kematian, itulah mujizat palsu.
 
Jangan kita mau dibodoh-bodohi oleh ajaran palsu yang sedang marak di tengah-tengah ibadah dan pelayanan. Orang yang mau hidup beribadah kepada TUHAN adalah menderita sengsara. Tetapi, banyak hamba TUHAN tidak berani menyampaikan berita salib seutuhnya, berarti Setan sudah menguasai ibadah itu; itulah yang disebut ibadah palsu. Walaupun ada mujizat, itu tetap mujizat palsu. Walaupun terjadi kesembuhan, itu adalah kesembuhan palsu. Saya harap saudara sadar sesadar-sadarnya mengingat hari-hari ini adalah hari-hari terakhir.
 
2 Tesalonika 2:2-3
(2:2) supaya kamu jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh, maupun oleh pemberitaan atau surat yang dikatakan dari kami, seolah-olah hari Tuhan telah tiba. (2:3) Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa,
 
Supaya kamu jangan lekas bingung dan gelisah; jangan lekas bingung, jangan lekas gelisah, jangan susah hati, sekalipun ibadah ini terhubung dengan sengsara salib, sebab kita harus menantikan kedatangan TUHAN kembali untuk yang kedua kalinya sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga, bukan?
 
Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad ... Sebelum kedatangan TUHAN, terlebih dahulu diawali tampilnya murtad, tampilnya si pendurhaka, itulah antikris. Oleh sebab itu, jangan lekas bingung, jangan lekas gelisah, jangan bersusah hati, dan jangan mau disesatkan dengan cara pelayanan yang hanya mengadakan sebatas mujizat-mujizat palsu dan tanda-tanda heran palsu; jangan mau digeser, tetapi tetaplah bersabar, tetap bertahan sebelum TUHAN datang pada kali yang kedua. Memang antikris akan tampil lebih dulu dengan mujizat palsunya, tetapi tetaplah bersabar; itulah pesan saya sebagai gembala sidang, karena saya harus bertanggung jawab untuk keselamatan jiwa saudara.
 
BAGAIMANA MAKSUD “JANGAN GELISAH, JANGAN GUSAR?
1 Tesalonika 5:3-6
(5:3) Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman -- maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin -- mereka pasti tidak akan luput. (5:4) Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, (5:5) karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. (5:6) Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar.
 
Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman ...” Sama seperti Himeneus dan Filetus, di mana mereka berkata “kebangkitan kita telah berlangsung”, tetapi sengsara salib tidak diajarkan untuk meneguhkan sidang jemaat; itulah cerita Rasul Paulus kepada Timotius, yang diceritakan dengan gamblang.
 
... Maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin ...” Tidak ada perempuan hamil yang tidak ditimpa oleh sakit bersalin. Setiap perempuan yang hamil harus ditimpa dengan sakit bersalin.
Siapa perempuan (pemudi) yang mau menikah secara jasmani? Resikonya ialah ditimpa sakit bersalin, sampai lahirnya anak laki-laki; harus ditimpa dulu oleh sakit bersalin, harus melewati puncak gelapnya malam, harus melewati tanda-tanda adanya Pembinasa keji; lewatilah.
 
Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan ...” Kita ini ada di Yerusalem, berada di tengah ibadah dan pelayanan, tetapi kiranya TUHAN tampil sebagai Imam Besar sebagai orang bijaksana untuk menuntun ibadah kita sampai kepada puncaknya, yakni doa penyembahan, dengan lain kata; penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah.
 
“ ... Karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang ...”  Anak-anak terang = anak-anak siang. Selama hari masing siang, kerjakanlah keselamatan dengan takut dan gentar. Jangan pendirianmu digeser oleh ajaran palsu yang berbicara tentang Yesus yang disalibkan tetapi salibnya dipenggal, karena isi berita pelayanannya adalah soal berkat-berkat dan mujizat-mujizat kesembuhan semata.
 
Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. Kita bukan orang malam, bukan kegelapan. Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, jangan kita tertidur rohani, jangan dinina-bobokan oleh berita-berita yang lain, itulah mujizat palsu dan teologi kemakmuran, sebab itu adalah berita salib yang dipenggal. Sekali lagi saya sampaikan; jangan tidur, jangan dinina-bobokan oleh berita yang lain.
 
1 Tesalonika 5:7
(5:7) Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam.
 
Perhatikan: Mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam.
Kita bukanlah orang-orang malam, bukan orang-orang gelap, bukan? Artinya, tidak tidur rohani, tidak hidup dalam hawa nafsu, tidak mabuk hawa nafsu.
 
2 Petrus 2:13-14
(2:13) dan akan mengalami nasib yang buruk sebagai upah kejahatan mereka. Berfoya-foya pada siang hari, mereka anggap kenikmatan. Mereka adalah kotoran dan noda, yang mabuk dalam hawa nafsu mereka kalau mereka duduk makan minum bersama-sama dengan kamu. (2:14) Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa. Mereka memikat orang-orang yang lemah. Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan. Mereka adalah orang-orang yang terkutuk!
 
Berfoya-foya pada siang hari, mereka anggap kenikmatan. Mereka adalah kotoran dan noda, yang mabuk dalam hawa nafsu mereka kalau mereka duduk makan minum bersama-sama dengan kamu. Itulah antikris yang memang awalnya dari antara kita, tetapi mereka itu tidak sungguh-sungguh mengikuti TUHAN, tidak sungguh-sungguh menerima kebenaran yang sejati, tidak sungguh-sungguh mengasihi kebenaran sejati, tidak sungguh-sungguh memikul salibnya.
Jadi, mereka itu adalah orang malam, mengapa? Mereka itu berfoya-foya pada siang hari, kemudian mereka mabuk dalam hawa nafsu daging, itulah orang malam, bukan orang siang, bukan orang terang. Mereka tidak sungguh-sungguh menerima kebenaran yang sejati, tidak sungguh-sungguh mengasihi kebenaran yang sejati, itulah sengsara salib.
 
Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa. Lihat roh antikris; mata mereka hanya terarah kepada perkara-perkara lahiriah, itu adalah perzinahan secara rohani; tidak terarah kepada sengsara salib.
 
Lihat, antikris di tengah-tengah ibadah dan pelayanannya;

1.      Mereka memikat orang-orang yang lemah. Antikris memikat orang yang lemah imannya, itulah kerohanian yang masih kanak-kanak.

2.      Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan. Hati mereka sudah terlatih di dalam melayani, tetapi tujuan mereka untuk mencari uang. Gampang sekali mereka berbicara uang, sebab mereka sudah terlatih dalam keserakahan.

Saya tidak takut menyampaikan firman ini. Saya justru mempertanggung-jawabkan jabatan saya sebagai hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala, mempertanggung-jawabkan karunia-karunia Roh Kudus yang sudah saya terima dari TUHAN.
 
Lihat, di sini dikatakan mengenai “antikris”, di mana mereka telah terlatih dalam keserakahan. Mereka pandai mencari uang dari orang-orang yang lemah imannya, itulah mereka yang kanak-kanak rohani. Apa buktinya? Mereka tidak mau menceritakan pribadi Yesus yang disalibkan secara utuh. Mereka memang bicara Yesus, menyinggung soal salib, tetapi salibnya dipotong, lalu berita itu sepenuhnya hanya soal;

-          Firman yang ditambahkan, yakni menyampaikan satu dua ayat, lalu ditambah dengan cerita-cerita isapan jempol, ditambah dengan dongeng nenek-nenek tua, ditambah dengan takhayul-takhayul.

-          Berita salib lalu dipenggal lagi dengan teologi kemakmuran, berbicara soal berkat-berkat dan mujizat-mujizat.

Mengapa mereka melakukan hal itu? Itu adalah suatu bukti yang begitu jelas dan nyata, bahwa mereka terlatih dengan keserakahan.
 
Hal ini perlu untuk diamati dan diperhatikan dengan seksama oleh gereja TUHAN, mengingat hari-hari ini adalah hari-hari terakhir; saya tidak mau kita semua binasa. Terlalu banyak hamba TUHAN yang berbicara soal berkat di atas muka bumi ini, terlalu banyak hamba TUHAN yang ibadahnya hanya sebatas mujizat, terlalu banyak; saya berani mengatakan hal ini. Terlalu sedikit hamba TUHAN yang jujur,  terlalu banyak hamba TUHAN terlihat jujur tetapi terlatih kepada keserakahan. Apa buktinya? Tidak berani menyampaikan berita salib, sebab takut jemaat yang kaya (konglomerat) mundur dari ibadahnya.
 
Tetapi lihat, hamba TUHAN yang dikuasai roh antikris: Mereka adalah orang-orang yang terkutuk! Hamba TUHAN yang menjadi kaki tangan Iblis atau Setan atau hamba TUHAN yang dikuasai roh antikris adalah orang-orang yang terkutuk.
Terkutuk, sama artinya; bebas dari pertolongan salib. Sebab, terkutuklah orang yang tergantung di atas kayu salib. Jadi, orang yang terkutuk, ia bebas dari belas kasihan, dengan lain kata; tidak memiliki belas kasihan, bebas dari pertolongan salib. Sesungguhnya, salib adalah belas kasih bagi kita.
 
Sekarang, kita maju terus, kita kembali memperhatikan Mazmur 141.
Mazmur 141:2
(141:2) Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.
 
Penyembahan setara dengan korban pada waktu petang yang berkuasa untuk melepaskan kita dari waktu gelap malam.
 
Mazmur 141:3
(141:3) Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!
 
Ayat 3 ini berbicara soal seruan yang keluar dari mulut, soal penyembahan; hal ini harus dijaga dengan rapi. Kalau ibadah kita sudah dituntun, dipimpin oleh Imam Besar, TUHAN Yesus Kristus, sampai kepada puncaknya, itulah doa penyembahan; pertahankan, awasi dengan rapi, awasi dengan baik. Jangan teledor, jangan terlena dengan berita-berita yang lain.
 
Mazmur 141:4
(141:4) Jangan condongkan hatiku kepada yang jahat, untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang fasik bersama-sama dengan orang-orang yang melakukan kejahatan; dan jangan aku mengecap sedap-sedapan mereka.
 
Supaya kita tetap bertahan di dalam penyembahan yang benar, supaya kita tetap bertahan di dalam penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah; janganlah hati kita mengecap sedap-sedapan mereka.

-        Janganlah hati kita condong kepada pemberitaan yang isinya hanyalah mujizat-mujizat kesembuhan, itulah firman yang dikurangkan.

-       Janganlah hati kita condong kepada firman yang ditambahkan, itulah berita satu ayat firman yang disampaikan ditambahkan dengan cerita isapan jempol.

Tujuannya adalah supaya kita tetap dalam penyembahan; ibadah kita tetap berada dalam puncaknya, itulah penyembahan, dengan lain kata; penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.
Jangan kita menikmati sedap-sedapan mereka. Jangan hati kita condong kepada pemberitaan yang lain-lain di luar berita salib.
 
Sekarang, lihat CIRI-CIRI penyembahan yang benar dan murni.
Matius 2:2,11
(2:2) dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." (2:11) Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.
 
Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia. Inilah ibadah yang dituntun sampai pada puncaknya, itulah penyembahan, dengan lain kata; penyerahan diri sepenuhnya kepada TUHAN.
 
Cirinya ialah orang Majus mempersembahkan tiga perkara:
1.      Emas à kemurnian firman = iman.
2.      Kemenyan à doa penyembahan = kasih.
3.      Mur à urapan Roh Kudus = harap.
Kesimpulannya: Tiga orang Majus ini merupakan saksi-saksi Ilahi.
 
Lalu pertanyaannya: Siapakah orang Majus ini?
Jawabnya: Alkitab tidak mencatat siapa mereka dan di mana alamat rumah mereka, juga Alkitab tidak mencatat apa gelar mereka, apa kedudukan mereka, apa yang mereka punya; Alkitab tidak mencatat itu semua. Inilah saksi-saksi Ilahi yang sudah memuncak sampai kepada penyembahan.
Kalau pun sesuatu dan sesuatu itu mengarahkan kepada suatu alamat, tetapi bagi kita itu tidaklah terlalu penting. Kalau pun kita memiliki sesuatu, entah itu gelar doktor, professor; kalau pun kita memilki suatu kedudukan yang tinggi, jabatan yang tinggi, dan alamat ini mengarah kepada kita; alamat semacam ini tidaklah perlu, tidak terlalu penting. Yang terlalu penting bagi kita adalah ibadah harus sampai kepada penyembahan.
 
Alamat gelar yang ditujukan kepada kita, kedudukan jabatan, alamat apapun, itu tidak terlalu penting untuk dibahas. Di mana pun alamat rumah kita tidak terlalu penting dibahas. Alamat yang mengarah kepada kita, antara lain; kedudukan, jabatan, gelar, harta, kekayaan, uang yang banyak, itu semua tidak perlu dibahas, bukan itu yang terpenting; itu tidak dicatat di dalam Alkitab tentang orang Majus.
Yang terpenting adalah ibadah kita memuncak sampai kepada penyembahan. Hal ini harus kita perhatikan dengan baik supaya kita memperoleh keselamatan dari TUHAN.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment