KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, April 9, 2021

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 30 MARET 2021


 
IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 30 MARET 2021
 
KITAB KOLOSE
(Seri: 137)
 
Subtema: YANG GANJIL DIGENAPI
 
Selamat malam. Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita masing-masing. Segala puji hormat, kebesaran dan kemuliaan, selayaknya hanya bagi Dia, Pribadi di dalam Kekekalan.
Dan saya juga tidak lupa menyapa sidang jemaat di Malaysia, di Bandung, bahkan umat TUHAN yang tekun memberikan dirinya untuk digembalakan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon di mana pun anda berada.
Selanjutnya, mari kita mohonkan kemurahan hati TUHAN dinyatakan pada kita malam ini untuk meneguhkan setiap hati kita, membawa kita rendah serendah-rendahnya di kaki salib TUHAN, karena kita datang dengan satu tujuan yang suci dan mulia, yaitu untuk menyembah Allah yang hidup, Dialah Allah sesembahan kita, dan hanya kepada Dia sajalah kita berbakti, tidak kepada yang lain.
 
Segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan, dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose. Kita masih berada pada Kolose 3:19.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
 
Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Nasihat Firman Allah ditujukan langsung kepada suami-suami, supaya setiap suami tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar.
Oleh sebab itu, nasihat yang benar dan yang suci ini harus diterima sepenuhnya oleh seorang suami dengan hati yang terbuka lebar-lebar, disertai dengan kerendahan hati, sekalipun seorang suami adalah kepala atau pemimpin di dalam hubungan nikah dan rumah tangganya.
 
Selanjutnya, kita akan melihat lebih rinci tentang seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya, pada suratan yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus 5, dengan perikop: “Kasih Kristus adalah dasar hidup suami isteri”.
Kasih Kristus adalah dasar dari hubungan nikah rumah tangga. Kasih Kristus adalah dasar kita beribadah dan melayani, supaya kita menjadi keluarga Allah, keluarga besar GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon. Jangan kita datang beribadah tanpa dasar yang benar.
 
Efesus 5:25-29
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana: Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
 
Di dalam hal mengasihi isterinya, seorang suami ditandai dengan dua hal:
YANG PERTAMA pada ayat 25-27: Seorang suami mengasihi isterinya, sama seperti Kristus menyerahkan diri-Nya bagi jemaat, dengan satu tujuan untuk menguduskan sidang jemaat, tentu saja sesudah dimandikan dengan air dan firman Allah yang limpah.
Dengan demikian, Kristus menempatkan sidang jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang, tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, pendeknya; supaya jemaat kudus dan tidak bercela. Bagian ini telah kita bahas bersama-sama pada waktu yang lalu.
 
YANG KEDUA, pada ayat 28-29: Seorang suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri.
Pendeknya: Siapa yang mengasihi isterinya = mengasihi dirinya sendiri.
Seorang muda harus betul-betul merasakan asuhan dalam penggembalaan GPT “BETANIA”, kemudian seorang muda juga harus betul-betul merasakan rawatan TUHAN dalam penggembalaan ini, supaya nanti hal itu menjadi dasar untuk dia bisa masuk dalam nikah yang suci secara lahiriah. Tetapi saat ini juga, kita sedang berusaha dan sedang berjuang untuk berada dalam nikah yang suci, suatu hubungan intim dengan TUHAN.
 
Siapa yang mengasihi isterinya = mengasihi dirinya sendiri. Mengapa demikian? Untuk mengetahui jawabannya dapat kita temukan pada ayat 31.
Efesus 5:31
(5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
 
Antara suami dengan isterinya sudah menjadi satu daging oleh salib di Golgota. Sebab, pada ayat 31 ini dikatakan: laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya. Jelas hal ini berbicara tentang salib di Golgota.
Sebab, Yesus sendiri telah meninggalkan segala milik kepunyaan-Nya, antara lain:
-          Ia telah meninggalkan Bapa-Nya.
-          Ia telah meninggalkan rumah-Nya di Sorga.
-          Ia juga telah meninggalkan segala kemuliaan-Nya. 
Hal itu ditulis dengan jelas di dalam Filipi 2:5-8, dengan satu tujuan yang mulia; supaya Kristus, yang adalah Kepala, menyatu dengan sidang jemaat, yang adalah tubuh-Nya.
 
Jadi, yang mempersatukan antara tubuh dengan Kepala adalah salib di Golgota. Yang mempersatukan saya dengan sidang jemaat, kemudian antara sidang jemaat yang satu dengan sidang jemaat yang lain adalah salib di Golgota, bukan pengetahuan, bukan kecakapan, bukan kepandaian, bukan harta, kekayaan dan uang, tetapi salib di Golgota.
Biarlah kita betul-betul memahami hal itu dengan sungguh-sungguh, supaya betul-betul ibadah ini mengandung janji dan kuasa, baik untuk masa sekarang, maupun di masa yang akan datang.
 
Efesus 5:29
(5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
 
Bukti seorang suami mengasihi isterinya ialah mengasuh dan merawati isterinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat-Nya.
 
Hal yang senada tentang mengasuh dan merawati, juga akan kita baca pada tulisan Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika.
1 Tesalonika 2:7
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
 
Rasul Paulus berlaku ramah di antara sidang jemaat yang ada di Asia kecil, secara khusus berlaku ramah terhadap sidang jemaat di Tesalonika, sama seperti seorang ibu terhadap anaknya. Tidak ada ibu yang tidak ramah terhadap anaknya.
 
Ibu à Gembala sidang atau pemimpin rumah TUHAN (pemimpin sidang jemaat).
Adapun tugas gembala sidang adalah:
1.      Mengasuh hidup rohani dari sidang jemaat.
2.      Merawati hidup rohani dari sidang jemaat.
 
Malam ini kita kembali untuk memperhatikan penjelasan tentang: MERAWATI.
Sebagai contoh; dapat kita lihat suatu peristiwa yang sungguh sangat manis, di dalam Injil Lukas 10.
Lukas 10:30-34
(10:30) Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. (10:31) Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. (10:32) Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. (10:33) Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. (10:34) Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
 
Ada seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho ... Jelas ini berbicara tentang; seseorang yang meninggalkan ibadah dan pelayanan atau kerohanian yang menurun hanya karena perkara lahiriah.
 
Resiko yang dihadapi apabila meninggalkan atau turun dari pelayanan adalah jatuh ke tangan penyamun-penyamun.
Beberapa minggu yang lalu, kita sudah melihat bahwa penyamun-penyamun ini digambarkan, antara lain;
1.       Mengenai Antikris.
2.       Mengenai gembala upahan, gembala yang tidak bertanggung jawab.
Hal ini telah disampaikan beberapa waktu yang lalu.
Dan itu akan terjadi menurut pengamatan saya sejauh ini saya melayani TUHAN, kurang lebih 20 (dua puluh) tahun; apabila seseorang turun dari pelayanan, meninggalkan ibadah dan pelayanan hanya karena perkara lahiriah, pasti ujung-ujungnya jatuh ke tangan penyamun.
Tetapi kita bersyukur kepada TUHAN Yesus Kristus; oleh karena rahmat-Nya, oleh karena kasih karunia-Nya, sampai sejauh ini kita ada di tangan TUHAN, kita digembalakam oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel. Biarlah kiranya kita senantiasa mengikuti ke mana pun kita dibawa.
 
Akibat jatuh ke tangan penyamun-penyamun:
1.      Hartanya dirampas habis-habisan.
2.      Dipukuli sampai babak belur.
3.      Lalu ditinggalkan dalam keadaan setengah mati.
 
Tadi, kita sudah melihat pada ayat 32-33: Sebenarnya, dalam keadaan sekarat, seorang imam turun melalui jalan itu dan seorang Lewi datang ke tempat kejadian. Namun, baik imam maupun Lewi tersebut hanyalah sekedar melihat, lalu meninggalkannya. Hal ini telah saya sampaikan pada minggu yang lalu.
 
Perlu untuk diketahui: Seseorang yang memegang jabatan imam bagi TUHAN, ia harus mentahbiskan dirinya bagi TUHAN, sesuai dengan Keluaran 29:1.
Ditahbiskan, berarti; seorang imam hidup dalam tahbisan yang benar, yakni, Yang Pertama: Menjadi PENDAMAIAN (grafirat) terhadap dosa, dengan lain kata; rela menjadi korban untuk mendamaikan dosa orang lain.
 
Ditahbiskan, berarti; seorang imam hidup dalam tahbisan yang benar, yakni, Yang Kedua: Ada di dalam tanda PENYERAHAN DIRI SEPENUHNYA untuk taat pada kehendak Allah.
Saya berharap, kita jauh lebih baik untuk dengar-dengaran saja; apapun itu, dengar saja dan turuti, sebab itu jauh lebih baik. Jangan gunakan pengertian masing-masing. Biasanya, orang yang tidak mau berubah, banyak sekali menggunakan alasan, sehingga dia bertahan menjadi orang yang tidak mau dengar-dengaran. Jauh lebih baik untuk dengar-dengaran, dari pada merasa diri lebih baik, lebih benar; ikuti saja, turuti, jangan pakai logika walaupun tidak masuk di akal, sebab TUHAN yang tanggung.
Jika kita dengar-dengaran, maka kalau ada apa-apa, pasti TUHAN yang tanggung; tetapi kalau kita merasa baik, lebih benar, lebih suci, yang hanya menuruti keinginan sendiri, maka kalau ada sesuatu, engkau sendiri yang tanggung. Dengar-dengaran saja. Jika kita ada dalam penggembalaan ini, maka jadilah domba yang dengar-dengaran. Kalau memang mau ikut luaran sana, ikutlah luaran sana. Tetapi kalau memang mau tergembala, maka dengar-dengaran, supaya antara satu dengan yang lain bersatu; jangan karena contoh kita yang tidak baik sehingga orang lain pun rusak.
Pikul saja salib masing-masing, maka TUHAN yang tanggung dan membela, TUHAN yang selamatkan. Itulah yang terjadi kalau kita berada di tangan TUHAN. Tetapi kalau di tangan penyamun, maka penyamun yang tanggung, penyamun yang pikul, penyamun yang membinasakan.
 
Jadi, tahbisan yang benar, yang kedua adalah ada dalam tanda penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah, seperti Anak taat kepada Bapa; itu adalah tabisan.
Kalau ada dalam tanda penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah = melayani tanpa kepentingan, tidak mencari keuntungan, dan tidak mencari kesenangan diri. Jadi, apapun yang kita kerjakan, bukan untuk mencari kesenangan diri.
 
Ditahbiskan, berarti; seorang imam hidup dalam tahbisan yang benar, yakni, Yang Ketiga: Hidup di dalam tanda KEKUDUSAN untuk diteladani oleh sidang jemaat.
 
Kemudian, seorang Lewi juga seharusnya menghargai, bahkan menghormati kasih karunia Allah, sebab ia diangkat untuk melayani, jelas karena hanya kemurahan hati TUHAN, sesuai dengan peristiwa yang dituliskan dalam Keluaran 32:26-29, tepatnya pada saat penyembahan berhala dari bangsa Israel.
Pendeknya: Meninggalkan orang yang sekarat atau tidak peduli dengan orang lain = Tidak menghargai kemurahan Allah = Tidak menghargai kasih karunia yang telah dianugerahkan kepada orang Lewi tersebut. Lewi semacam ini pun tidak bisa diharapkan banyak, karena dia hanya mementingkan dirinya sendiri.
 
Tetapi, ketika seorang Samaria melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan TUHAN.
Kita semua butuh belas kasihan TUHAN. Tidak ada seorang pun di antara kita yang tidak membutuhkan belas kasihan TUHAN.
-          Orang Samaria sebetulnya adalah orang yang jauh dari TUHAN, tidak bergaul dengan TUHAN.
-          Sementara imam dan Lewi adalah yang seharusnya pribadi yang bergaul dengan TUHAN.
Tetapi kalau imam dan Lewi tidak peduli dengan ibadah dan pelayanan, hanya mementingkan kepentingan dirinya, maka itu tidak ada artinya. Namun sekalipun seorang Samaria tidak bergaul dengan TUHAN, sesuai dengan Injil Yohanes 4, tetapi kalau dia penuh dengan belas kasihan, maka orang yang sekarat pasti tertolong.
 
Jadi, sebetulnya, belas kasihan itu terjadi bukan karena dia pendeta, bukan karena dia adalah hamba TUHAN, tetapi belas kasihan itu terjadi kalau TUHAN menyatakan belas kasihan-Nya.
Belas kasihan itu tidak tergantung dari seorang imam, bukan tergantung dari seorang Lewi, tetapi TUHAN berbelas kasihan kepada siapa Ia berbelas kasihan; memang hal ini tidak masuk akal, sebab orang Samaria tidak bergaul dengan orang Yahudi.
 
Sekarang kita akan melihat BUKTI BELAS KASIHAN TUHAN.
Bukti belas kasihan TUHAN, YANG PERTAMA: Luka-luka dibalut, tentu saja sesudah disiram dengan minyak dan anggur.
Jelas ini berbicara tentang salib, sebab sengsara salib menghasilkan;
1.       Minyak à Pengurapan dari Allah Roh Kudus.
2.       Air anggur yang manis à Kasih Allah Bapa.
Yesus rela dipukuli, Yesus rela dilukai, barulah luka-luka dibalut.

-          Untuk menikmati air anggur yang manis, Yesus terlebih dahulu mengalami pemerasan di atas kayu salib.

-          Untuk menghasilkan minyak urapan dari pohon zaitun, Yesus sudah terlebih dahulu mengalami penumbukan (pemukulan) di atas kayu salib.Jadi, sudah jelas; luka-luka dibalut, tentu saja sesudah disiram dengan minyak dan anggur, jelas ini berbicara tentang salib di Golgota, sebab sengsara salib menghasilkan air anggur yang manis dan menghasilkan minyak urapan.
 
Bukti belas kasihan TUHAN, YANG KEDUA: Yang sekarat itu dinaikkan ke atas keledai tunggangannya.
Biarlah TUHAN yang menunggangi, baik hidup, baik ibadah dan pelayanan, maupun nikah dan rumah tangga kita masing-masing. Kalau TUHAN yang menunggangi kita, maka sama seperti keledai muda yang ditunggangi sampai kepada Yerusalem baru. Inilah sasarannya, yaitu Yerusalem baru.
Kalau sasarannya adalah Yerusalem Baru, berarti dibawa kembali ke tempat semula, tempat yang pernah dia tinggalkan.
 
Tadi kita melihat “ada seorang yang turun meninggalkan Yerusalem ke Yerikho”. Tetapi oleh karena belas kasihan TUHAN, dia yang sekarat itu dinaikkan ke atas keledai tunggangannya, di mana sasarannya adalah Yerusalem Baru. Kalau sasarannya adalah Yerusalem Baru, berarti dibawa kembali ke tempat semula, tempat yang pernah dia tinggalkan; ini adalah belas kasihan TUHAN.
Kalau akhirnya nanti kita kembali kepada jabatan semula, ke pangkat semula untuk melayani TUHAN sama seperti pegawai istana Firaun yang kembali kepada jabatan semula untuk memberi cawan (piala) yang berisi anggur kepada Firaun, itu adalah kemurahan TUHAN, dan ini adalah belas kasihan.
 
Jadi, setiap orang yang dipercaya untuk berada di Yerusalem, melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN, itu adalah belas kasihan TUHAN. TUHAN menaruh belas kasihan kepada siapa Ia menaruh belas kasihan. Jadi, semata-mata bukan karena kehendak saya, bukan karena kehendak saudara, bukan karena kehendak manusia. TUHAN mengasihi Yakub tetapi benci kepada Esau, apakah kita dapat berkata bahwa TUHAN berlaku curang? Tidak; Dia adil.
 
Kita akan memperhatikan sedikit soal BELAS KASIHAN ini di dalam Roma 9, dengan perikop: “Pilihan atas Israel”.
Imamat rajani disebut sebagai umat pilihan, bangsa yang kudus, milik kepunyaan Allah sendiri, di mana pekerjaannya adalah untuk memberitakan salib, bukan untuk memberitakan yang lain-lain. Jadi, bukan untuk mencari kepentingan supaya dikenal oleh orang banyak, atau supaya terkenal, tidak.
Saya pun jujur, tujuan saya melayani adalah untuk membawa Pengajaran Mempelai; kalau pun akhirnya dikenal, puji TUHAN, tetapi bukan itu sasaran saya.  
 
Roma 9:12-14
(9:12) dikatakan kepada Ribka: "Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda," (9:13) seperti ada tertulis: "Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau." (9:14) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil!

Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau ... Setelah melihat keadaan semacam ini, apa yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil!
Allah itu adil. Jadi, kalau Allah mengasihi Yakub, lalu membenci Esau -- abang dari Yakub secara lahiriah --, itu bukan berarti TUHAN tidak adil. Kalau kita berkata TUHAN tidak adil, itu mustahil bahwa TUHAN tidak adil; karena Dia adalah Allah yang adil.
 
Roma 9:15
(9:15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: "Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati."

Sudah sangat jelas; TUHAN menaruh belas kasihan kepada siapa Ia mau menaruh belas kasihan. TUHAN bermurah hati kepada siapa TUHAN mau bermurah hati. Jadi, semata-mata bukan karena kehendak manusia. Yang kita butuhkan adalah belas kasihan.
 
Kalau secara logika, orang yang sekarat tadi seharusnya mendapat belas kasihan dari imam yang lewat dari situ, tetapi rupanya imam itu hanya melihat dan meninggalkannya. Dan juga, secara logika, orang yang sekarat tadi seharusnya mendapat belas kasihan dari Lewi yang datang ke tempat itu, tetapi rupanya Lewi pun hanya melihat dan lewat meninggalkannya juga.
Ternyata, belas kasihan itu datang dari orang Samaria yang murah hati. Artinya, TUHAN menaruh belas kasihan kepada siapa Ia mau menaruh belas kasihan. Jadi, semata-mata bukan karena kehendak manusia.
 
Roma 9:16-17
(9:16) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. (9:17) Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: "Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi."
 
Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. Kalau kita dipercaya untuk melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN, itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi bergantung kepada kemurahan hati Allah, belas kasihan TUHAN.
Kalau sampai malam ini kita bisa dipercayakan untuk menikmati Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel, atau digembalakan oleh Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel, itu adalah kemurahan TUHAN.
 
Saya melihat postingan dari seorang ibu dari Nigeria, dia menyampaikan tentang apa yang dia lihat dari TUHAN.
Pesan TUHAN adalah supaya hamba-hamba TUHAN di muka bumi ini jujur di dalam memberitakan firman. Jangan seorang hamba TUHAN sibuk dengan ibadah bumi, yang berbicara soal mujizat. Jangan seorang hamba TUHAN, gembala sidang, pemimpin rumah TUHAN sibuk untuk mengadakan ibadah laut, yang sibuk berbicara soal kelimpahan. Dan ibu ini menyampaikan pesan TUHAN itu disertai dengan air mata, dan dia tidak berdoa, dia tahu kapasitasnya.
 
Bukti belas kasihan TUHAN, YANG KETIGA: Dibawa ke tempat penginapan untuk dirawat.
Penginapan = Tempat untuk berbaring à Kandang penggembalaan.
Singkat kata: Kehidupan yang dirawat adalah kehidupan yang tergembala. Atau sebaliknya, kalau kita tergembala, maka kita akan dirawat oleh TUHAN.
 
Tanda kehidupan yang sudah merasakan rawatan TUHAN ialah ia memiliki Roh Mempelai, Roh Kesatuan, Roh yang mempersatukan, sesuai dengan Kidung Agung 1:7.
Kalau berbicara “Mempelai”, berarti berbicara tentang kesatuan, yang sifatnya mempersatukan, tidak untuk memecah-belah. Jangan sebentar bicara ke si A “begini”, lalu bicara ke si B “begitu”, jangan, itu tidak boleh memiliki roh memecah-belah, sebab saudara nanti akan berurusan langsung dengan TUHAN Yesus.
 
Jadi, orang yang sudah mengalami rawatan TUHAN dalam penggembalaan ini, dia memiliki Roh Mempelai, roh yang mempersatukan. Hati-hati dalam menggunakan media sosial; jangan membuat hati orang menjadi jengkel hanya karena engkau ingin menunjukkan “ini yang benar”, tidak perlu seperti itu, sebab TUHAN Yesus yang benar. Atau, engkau sengaja ingin melawan orang dengan memakai cara-caramu sendiri; itu adalah cara Setan, itu bukan cara anak TUHAN.
Tetapi Roh Mempelai adalah roh pemersatu, bukan roh pemecah-belah. Oleh sebab itu, dalam Kidung Agung dikatakan; mempelai wanita TUHAN rindu mencari tempat untuk berbaring. Di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari ... Itu adalah kerinduan dari mempelai wanita TUHAN.
 
Kehidupan yang sudah dirawat oleh TUHAN, tandanya ialah memiliki Roh Mempelai, sifatnya mempersatukan. Perkataannya sifatnya mempersatukan; perbuatannya sifatnya mempersatukan; tindakannya, solah tingkahnya, segala sesuatunya yang melekat di dalam dirinya sifatnya mempersatukan, itulah kehidupan yang sudah mengalami rawatan (sudah dirawat) oleh TUHAN.
Ayo, mari kita buktikan diri kita masing-masing bahwa kita sudah dirawat oleh TUHAN. Jangan biarkan luka-luka batin mengadakan pemecahan-belah. Jangan biarkan sakit di hati menjadi pemecah belah. Jadi, sakit di hati, luka di batin sudah dirawat oleh TUHAN, maka pasti dia memiliki Roh Mempelai, sifatnya mempersatukan.
 
Lukas 10:30-34, itu semua telah dijelaskan beberapa minggu yang lalu dalam beberapa seri. Sekarang, kita akan masuk ayat yang baru sebagai berkat yang baru, yaitu Injil Lukas 10:35.
 
Lukas 10:35
(10:35) Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.
 
Keesokan harinya orang Samaria menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.
TUHAN Yesus merawat kehidupan rohani kita sampai hari ini. TUHAN Yesus bukan hanya menunggangi hidup kita, tetapi bertanggung-jawab di dalam hal merawat hidup kita masing-masing.
 
Di sini kita perhatikan: Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu.
Dua dinar = Upah dua hari pekerja di Israel. Upah pekerja di Israel adalah sedinar sehari. Jadi, kalau orang Samaria ini memberikan dua dinar ke tempat penginapan itu, berarti sama dengan upah dua hari pekerja di Israel.
 
Kemudian, orang Samaria tersebut berkata: “Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya”, dengan kata lain; jika biaya perawatan itu kurang, maka akan diganti (digenapi) segala kekurangan-kekurangan yang ada.
 
Matius 5:17
(5:17) "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.

Perlu untuk diketahui: TUHAN Yesus datang untuk yang pertama kali bukan untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi, melainkan Yesus datang untuk menggenapinya.
Artinya, Yesus datang bukan untuk membinasakan orang berdosa, yakni orang-orang yang berprilaku ganjil, suatu tabiat yang tidak menyenangkan hati TUHAN,  tetapi TUHAN datang untuk menggenapi segala perbuatan yang ganjil.
 
Seandainya, orang yang sekarat tadi dibiarkan begitu saja, dengan lain kata; tidak mendapat belas kasihan TUHAN, apa yang terjadi? Tentu binasa, sebab dia mendapatkan pukulan karena kesalahannya. Kalau kita menderita karena sengsara salib (aniaya karena firman), itu adalah kasih karunia, itu adalah kemurahan; tetapi kalau kita menderita pukulan, itu karena kejahatan.
Coba seandainya kita menderita memang karena kejahatan lalu dibiarkan begitu saja, apa yang terjadi? Tetapi lihatlah; TUHAN datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, bukan untuk melenyapkan segala keganjilan yang kita perbuat, tetapi untuk menggenapi perbuatan-perbuatan kita yang ganjil.
 
Perbuatan yang ganjil, semua dosa, semua kejahatan diperbuat, lalu dibiarkan begitu saja, ya habis (binasa), tetapi Yesus datang untuk menggenapi. Kalau masih kurang, nanti akan diganti; TUHAN menggenapi hukum Taurat, bukan untuk meniadakannya. TUHAN datang untuk menyempurnakan orang berdosa, bukan untuk membinasakannya; inilah belas kasihan TUHAN yang luar biasa.
 
Coba saudara ingat dosa masa lalu yang di belakang, begitu jahatnya, misalnya; berzinah dengan yang bukan pasangannya, berdusta, menipu, congkak, sombong, merasa diri paling benar, tengil, ini adalah perbuatan ganjil, tetapi TUHAN datang menggenapinya. Bukankah ini adalah belas kasihan? TUHAN datang untuk menggenapi, bukan untuk membinasakan.
Dan itu sudah dibuktikan oleh Yesus di kayu salib; di dalam Injil Yohanes 19:30, sesudah minum anggur asam, Yesus berkata: “Sudah selesai”, artinya; segala yang kurang sudah digenapkan di atas kayu salib.
 
Kita perhatikan Roma 3, dengan perikop: “Semua manusia adalah orang berdosa”.
Semua manusia, dari Adam sampai hari ini, semuanya berdosa, tidak ada yang sempurna. Rasul Paulus juga berdosa, Musa juga berdosa, Elia -- yang diangkat hidup-hidup -- juga berdosa, sebab ternyata Elia takut juga kepada Izebel, dan orang penakut seharusnya tidak masuk Sorga, karena itu dosa; tetapi rupanya, semua oleh karena belas kasihan saja.
Penakut yang merupakan perbuatan ganjil dari Elia, kemudian marahnya Musa juga perbuatan ganjil. Marahnya saja juga perbuatan ganjil; saya tidak benarkan diri. Tidak ada yang sempurna; kita ini ganjil karena banyaknya perbuatan yang salah.
 
Roma 3:19-20
(3:19) Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah. (3:20) Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.

Segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah ... Itulah mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, pasti jatuh dalam dosa
 
Tidak seorang pun yang dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat; karena justru oleh hukum Taurat, orang mengenal dosa.
Singkatnya: Hukum Taurat itu merangsang dosa. Justru hukum Taurat itu yang menyebabkan dosa terjadi. Jadi, setiap orang yang hidup di bawah hukum Taurat pasti binasa, karena orang yang hidup di bawah hukum Taurat tidak ada yang benar, satu pun tidak. Dan TUHAN tahu, TUHAN sangat tahu sekali.
 
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Hukum Taurat itu justru menimbulkan dosa, merangsang dosa.
 
Roma 7:5
(7:5) Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut.
 
Hukum Taurat itu merangsang dosa, teramat lebih bagi mereka yang hidup menurut hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat. Jadi, hukum Taurat itu merangsang dosa agar mereka yang hidup di bawah hukum Taurat berbuah bagi maut = binasa.
Apakah TUHAN mau biarkan orang yang setengah mati, yang sekarat tadi binasa? Tentu tidak.
 
Roma 7:6
(7:6) Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat.
 
Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah satu di dalam kematian TUHAN Yesus Kristus; itu yang membebaskan kita.
 
Jadi, jelas; Yesus Kristus telah menggenapi hukum Taurat. Yesus datang bukan untuk meniadakan, bukan untuk membinasakan orang yang berbuat ganjil karena kejahatannya, tetapi Yesus datang untuk menggenapi orang-orang yang berada di bawah hukum Taurat.
 
Roma 7:7-8
(7:7) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: "Jangan mengingini!" (7:8) Tetapi dalam perintah itu dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan di dalam diriku rupa-rupa keinginan; sebab tanpa hukum Taurat dosa mati.
 
Sangat jelas sekali, bahwa; hukum Taurat itu merangsang dosa di dalam tubuh kita masing-masing.
 
Di dalam hukum Taurat, ada hukum yang berkata: “jangan mengingini”, tetapi justru dengan “jangan mengingini” ini, orang mengenal dosa. Di dalam hukum Taurat ada 9 (sembilan) kali kata “jangan”, tetapi justru dengan kata “jangan”, orang mengenal dosa.
Berarti, jelas bahwa; hukum Taurat itu merangsang dosa. Hukum Taurat itu yang memperkenalkan dosa kepada manusia. Hukum Taurat tidak dapat membenarkan, apalagi menyempurnakan kehidupan kita masing-masing.
 
Tetapi, oleh karena kemurahan hati TUHAN, TUHAN datang bukan untuk membinasakan orang-orang jahat dengan perbuatan yang ganjil, melainkan untuk menggenapi; itulah orang-orang yang berada di bawah hukum Taurat, mereka hidup di dalam hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat.
 
Mari kita lihat Injil Lukas 13, soal DUA DINAR tadi.
Lukas 13:32
(13:32) Jawab Yesus kepada mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. (13:33) Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.
 
Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, ... berarti; ada dua hari. Tetapi lihat: ... Dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai ... TUHAN menggenapi. Jadi, kalau biaya perawatan kurang, maka TUHAN akan ganti kekurangannya.  TUHAN menggenapinya sampai selesai di atas kayu salib.
 
Kalau betul-betul kita tergembala, ingin mendapatkan rawatan TUHAN untuk dirawat oleh TUHAN, tidak usah ragu, sebab TUHAN Yesus bertanggung jawab sepenuhnya atas kehidupan kita masing-masing.
 
Kita kembali membaca Injil Matius 5. Pada ayat 17, TUHAN menggenapi perbuatan ganjil kita, itulah dosa kejahatan, dosa kenajisan, dan lain sebagainya, dan itu sudah digenapi di atas kayu salib. Segala kekurangan kita digenapi oleh-Nya, hari ketiga selesai, dan kita sudah melihat itu, di mana hukum Taurat sudah digenapi.
Hukum Taurat itu tidak membenarkan apalagi menyempurnakan, justru merangsang dosa; tetapi Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, melainkan untuk menggenapi, menyempurnakan segala kekurangan-kekurangan kita.
 
Sesudah digenapi di atas kayu salib, selanjutnya kita perhatikan ayat 18.
Matius 5:18
(5:18) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Kalau TUHAN merawat kita, sampai kepada hal yang kecil pun diperhatikan oleh TUHAN. Kalau TUHAN yang merawat kita, sampai kepada keadaan sekecil apapun sangat diperhatikan oleh TUHAN; Dia peduli, Dia sangat mengerti segala persoalan yang kita hadapi.
 
Seperti pujian yang mengatakan: Terkadang kita merasa tak ada jalan terbuka, tak ada lagi waktu terlambat sudah. TUHAN tak pernah berdusta, Dia selalu pegang janji-Nya. Bagi orang percaya, mujizat nyata. Dia mengerti, Dia peduli persoalan yang sedang terjadi. Dia mengerti, Dia peduli persialan yang kita alami. Namun satu yang Dia minta agar kita percaya sampai mujizat menjadi nyata.
Percayakan hidup kita masing-masing ke dalam dua tangan TUHAN. Di tengah penggembalaan  GPT “BETANIA”, TUHAN merawat hidup kita masing-masing, TUHAN perhatikan sampai keadaan kita yang terkecil sekalipun; tidak usah bingung, tidak usah kuatir, tidak usah takut, tidak usah gentar.
 
Hasil dari penggenapan ini, tandanya, YANG PERTAMA: TUHAN memperhatikan satu iota.
Iota à Huruf kesembilan abjad Yunani = huruf terkecil. Arti rohaninya ialah rendah hati.
Kalau TUHAN sudah merawat dan menggenapinya di atas kayu salib, maka kita semua menjadi orang yang rendah hati. Biarlah dalam pengikutan kita; semakin hari semakin lemah lembut, semakin hari semakin rendah hati; jangan semakin keras hati dan sombong.
 
Yang muda-muda, yang dari kecil sudah dirawat dalam penggembalaan ini, biarlah semakin hari harus semakin nyata satu iota, semakin hari semakin nyata kelemah-lembutan dan kerendahan di hati kita masing-masing. Jangan lari dari pengertian itu.
Memang, saya tahu; manusia ini paling susah untuk diluruskan, apalagi rendah hati. Mengubahkan sikap tabiat yang keras hati itu susah; tetapi bagi yang mempercayakan hidupnya untuk dirawat TUHAN, penggenapan TUHAN nyata dalam hidupnya, sampai menjadi kehidupan yang rendah hati.
Dulu ganjil karena kecongkakannya, dulu ganjil karena kesombongan dan tinggi hatinya, tetapi sudah digenapi, akhirnya menjadi suatu kehidupan yang rendah hati (satu iota).
 
Kalau seseorang sakit hati, maka tidak akan bisa rendah hati. Tetapi itu sudah digenapi, segala sakit sudah dirawat, akhirnya menjadi pribadi yang rendah hati. Kalau seseorang terus sakit hati, pasti dia adalah orang yang sombong; tidak terima perlakukan orang, apalagi kalau ada kalimat-kalimat hujatan, siapa yang bisa terima? Hanya kemurahan TUHAN kalau kita bisa terima jika diperlakukan sedemikian rupa.
Biasanya, orang dapat berkata: “Saya tidak terima”, masih anak kecil saja bisa berbicara seperti itu kepada orang tuanya. Bisa saja orang yang semacam ini berkata kepada gembalanya: “Saya tidak terima”, padahal sudah dirawat tetapi kok tidak terima? Tetapi saya belajar untuk menjadi orang yang rendah hati. Bukan berarti saya sudah paling rendah hati dari pada saudara, tidak; tetapi saya belajar untuk menjadi rendah hati.
Kiranya contoh itu ada saudara lihat dan ikuti; jangan nanti saudara tidak sama dengan bapak rohani saudara, dengan berkata: “Saya tidak terima ditegor”. Sungguh hebat sekali pernyataan ini, lalu apalah firman TUHAN yang dia dengar selama ini?
 
Ayo, TUHAN sudah menggenapi hukum Taurat. Perbuatan ganjil, itulah kejahatan, kesombongan, keangkuhan, itu semua sudah digenapi. Jadilah orang yang rendah hati, yaitu satu iota.
 
Lihatlah orang yang rendah hati, di mana pemakaian TUHAN luar biasa terhadap dia.
Yohanes 3:27-28
(3:27) Jawab Yohanes: "Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. (3:28) Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya.
 
Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. Jadi, semua yang kita miliki adalah karena kemurahan, kepercayaan TUHAN; atau kepercayaan TUHAN, itu karena kemurahan.
 
Lihat pengakuan Yohanes Pembaptis: “ ... aku telah berkata: Aku bukan Mesias ...
Mesias artinya; Pemimpin yang diurapi. Tanpa sadar, kita merasa layak untuk menjadi seorang pemimpin dalam banyak perkara, padahal orang yang semacam ini tidak diurapi TUHAN -- biar engkau merasa dipakai, tetapi itu bukan dari TUHAN --.
Tetapi Yohanes berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya. Jadi, kalau diutus, hanya untuk mempersiapkan jalan bagi Raja. Bukankah ini berarti rendah hati?
 
Pelayan-pelayan TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang diutus, pekerjaannya hanyalah untuk mempersiapkan jalan bagi Raja Sion. Persiapkanlah jalan bagi TUHAN, itu adalah tanda kehidupan yang diutus.
 
Yohanes 3:29
(3:29) Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh.
 
Yang empunya mempelai perempuan ialah mempelai laki-laki ... itu sudah pasti. Mempelai perempuan ini rendah hati; itu sebabnya, Yohanes Pembaptis diutus untuk mendahului jalan Raja, supaya kita semua menjadi kehidupan yang rendah hati, menjadi milik kepunyaan Allah sendiri.
 
... Tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Apakah sukacita kita besar manakala kita mendengarkan Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel?
Jangan sampai kita lebih bersukacita mendengarkan cerita si A, cerita si B, dari pada mendengarkan Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel. Sukacita kita penuh karena dipenuhkan oleh Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel.
 
Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Dia memiliki sukacita mempelai
 
Yohanes 3:30
(3:30) Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.
 
Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. Ia bertambah-tambah dalam diriku, tetapi aku semakin berkurang-kurang, berarti; lemah lembut dan rendah hati.
Biarlah kiranya kerendahan hati semacam ini, TUHAN yang mengakui, bukan karena pengakuan kita. Banyak orang mengaku diri baik, tetapi orang yang setia, siapa yang menemukannya? Tidak ada. Sekali lagi saya sampaikan; biarlah kiranya kerendahan hati kita, TUHAN yang mengakuinya.
 
Matius 11:10-11
(11:10) Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu (11:11) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya.
 
Tadi kita sudah melihat bahwa Yohanes Pembaptis berkata: Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. Dan kerendahan hati semacam ini diakui langsung oleh TUHAN Yesus Kristus. Biarlah TUHAN yang mengakui kerendahan hati kita masing-masing.
 
Banyak kali hamba TUHAN merasa diri paling baik, lebih benar, lebih suci. Kalau saya pakai ayat: dari buahnyalah engkau dapat mengenal setiap hamba TUHAN, kalau kita baca Injil Matius 7. Sudah lihat buahnya, tetapi tetap merasa diri lebih baik, lebih benar, lebih suci, itu bukan rendah hati namanya. Seharusnya, kerendahan hati itu TUHAN yang mengakuinya, bukan manusia, bukan diri sendiri, bukan orang lain, tetapi TUHAN yang mengakuinya. Jadi, kita harus kembali kepada kebenaran firman.
 
Itulah tentang hasil dari penggenapan Yesus di atas kayu salib, yaitu TUHAN memperhatikan satu iota (rendah hati).
 
Hasil dari penggenapan ini, tandanya, YANG KEDUA: TUHAN memperhatikan satu titik.
Satu titik à Orang yang kecil dan mau dikecilkan.
Jadi, orang yang rendah hati berbeda dengan orang yang kecil dan rela dikecilkan. Kalau rendah hati, misalnya;

-          Menghormati siapa yang pantas dihormati, menghormati orang tua, itu rendah hati.

-          Melakukan segala sesuatu yang berkaitan penggembalaan dengan sepengetahuan gembalanya, itu rendah hati.
Tetapi rendah hati dengan kecil dan rela dikecilkan itu berbeda. Orang rendah hati belum tentu mau dikecilkan. Bisa saja seseorang terlihat rendah hati, tetapi belum tentu ia mau dikecilkan.
 
Jadi, “iota” berbeda dengan “titik”.
-          Iota à Orang yang rendah hati.
-          Titik à Orang yang kecil dan mau dikecilkan.
Tetapi orang yang rendah hati berbeda dengan orang yang kecil dan rela dikecilkan; jadi, tidak sama. Jadi, “satu titik” itu jauh lebih kecil dari semua tanda baca yang ada di dalam huruf-huruf dalam setiap kalimat yang digunakan.
 
Titik juga lebih kecil dari pada koma.
-          Koma ( , ) masih ada ekornya (buntutnya).
-          Tetapi titik ( . ) hanyalah titik; kecil dan rela dikecilkan.
 
Apakah sudah nyata penggenapan hukum Taurat di dalam diri kita? Maka tentu kita menjadi seorang yang rendah hati (iota), tetapi tidak berhenti sampai di situ, harus sampai kepada titik. Tetapi ada saja orang Kristen yang rendah hati pun tidak, apalagi titik; yang seharusnya bisa dilakukan, tetapi karena gengsi, karena harga diri, justru tidak dia lakukan.
Jangankan dikecilkan, rendah hati saja tidak; yang seharusnya dia kerjakan dengan rendah hati tetapi tidak dia kerjakan, hanya karena gengsi. Lalu, bagaimana mau menjadi titik?
Tetapi saya berharap, memohon kemurahan TUHAN; apa yang sudah dia kerjakan di atas kayu salib 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu, biarlah betul-betul tergenapi dalam kehidupan kita masing-masing, sehingga sakit hati, luka batin sembuh, akhirnya dipulihkan dan dirawat, menjadi satu iota, menjadi orang yang rendah hati. Tetapi tidak berhenti menjadi orang yang rendah hati, harus sampai satu titik; kecil dan rela dikecilkan.
 
Mari kita lihat pribadi yang rela dikecilkan dalan Injil Yohanes 12.
Yohanes 12:24
(12:24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
 
Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah (rendah hati) dan mati (dikecilkan), ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, jika ia sampai kepada titik nol, rela dikecilkan, maka ia akan menghasilkan banyak buah
 
Yesus sudah berada sampai kepada titik nol.
-          Jatuh ke tanah = Rendah hati.
-          Dan mati = Dikecilkan.
Jadi, bukan hanya rendah hati (jatuh ke tanah), tetapi sampai mati (dikecilkan). Akhirnya, oleh karena satu titik ini, menghasilkan banyak buah.
 
Kalau memang kita sudah rendah hati, ya puji TUHAN, tetapi tidak berhenti sampai di situ, harus lanjut sampai kepada satu titik, sampai dikecilkan.
Jangan sampai kita berkata: “Saya tidak bisa terima. Saya tidak terima. Saya tidak terima.” Lalu, kapan kita ini mau dididik sampai menjadi titik jika terus berkata saya tidak terima terhadap didikan TUHAN? Bagaimana dengan pelayanan kita jika rendah hati saja tidak bisa, apalagi satu titik? Lalu, apa tujuan kita beribadah; apakah hanya untuk satu biji saja yang tidak menghasilkan apa-apa? Tetapi kalau dia jatuh ke tanah (rendah hati), kemudian mati (rela dikecilkan), maka akan menghasilkan banyak buah; itulah yang murni. Jadi, kalau matinya benar, maka bangkitnya pun benar.
 
Jangan saudara melihat keuntungan dari sisi kepentingan diri sendiri, sekalipun menghasilkan banyak. Kalau itu matinya tidak benar, maka hasilnya yang banyak itu juga tidak benar. Belajarlah kepada firman, jangan kepada pengertian sendiri, atau contoh yang salah yang dahulu pernah kita lihat; ingat, kembali ke firman. Back to Bible.
 
TUHAN Yesus menyatakan kasih dan kemurahan-Nya kepada kita. Kalau kita semua menjadi orang yang rendah hati, itu adalah hasil dari penggenapan hukum Taurat. Tetapi tidak boleh berhenti hanya sampai di situ, harus lanjut sampai puncaknya, yaitu menjadi kecil dan rela dikecilkan; mati, turun ke dunia yang paling rendah, sampai akhirnya menghasilkan buah yang banyak. Itulah yang menjadi doa dan kerinduan saya, supaya kita semua menghasilkan buah yang banyak.
Kita mengharap banyak tetapi tidak memperolehnya, mengapa? Karena kita tidak hidup di dalamnya. Kita akan memperolehnya kalau kita hidup sesuai dengan kebenaran Firman TUHAN.
 
Menjadi kecil dan rela dikecilkan, itulah ibadah yang sudah memuncak sampai doa penyembahan.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 
 
 

No comments:

Post a Comment