KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, April 16, 2021

IBADAH RAYA MINGGU, 11 APRIL 2021


 
IBADAH RAYA MINGGU, 11 APRIL 2021
 
KITAB WAHYU
(Seri:20)
 
Subtema: PENYEMBAHAN KELIRU KARENA PENGIKUTAN KELIRU
 
Selamat petang menjelang malam. Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita masing-masing. Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sudah melayakkan kita untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian.
Saya juga tidak lupa berdoa untuk sidang jemaat TUHAN di Malaysia dan di Bandung, bahkan juga umat ketebusan TUHAN yang tekun memberikan dirinya digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia, lewat live streaming Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Dan marilah kita berdoa, kita mohon kemurahan TUHAN dengan segala kerinduan dan segala kerendahan di hati, supaya pembukaan firman Allah yang akan kita terima ini betul-betul meneguhkan setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
 
Mari segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Wahyu 13, dan kita masih berada pada ayat 8. Ini adalah seri ketiga pemberitaan Firman TUHAN dari ayat 8; semua karena kemurahan TUHAN. Rupa-rupanya, TUHAN masih memberkati kita dari ayat 8 ini; semua karena kemurahan dari hati TUHAN, tidak ada yang ketinggalan, semua berkat TUHAN akan dinyatakan dari ayat 8 bagi kita sekaliannya.
Kalau TUHAN memberkati kita, maka berkatnya itu tidak pernah setengah-setengah. Kalau TUHAN memberkati kita, maka berkat TUHAN tidak pernah tanggung-tanggung untuk kita terima dari sorga, dari Allah, lewat Ibadah Raya Minggu sore hari ini.
 
Wahyu 13:8
(13:8) Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih.
 
Semua orang yang diam di atas bumi akan menyembah binatang yang keluar dari dalam laut, itulah antikris. Ini adalah suatu penyembahan yang keliru.
 
Oleh karena kita sudah melihat penyembahan yang keliru sedemikian rupa, maka timbullah pertanyaan bagi kita tentunya: Mengapa penyembahan yang keliru ini bisa terjadi? Mengapa penyembahan yang salah ini bisa terjadi menimpa anak-anak TUHAN yang diam di atas muka bumi ini?
Sebab, seandainya saya bertanya kepada umat TUHAN saat ini: “Apakah anda menyembah Yesus sebagai TUHAN dan Juruselamat, Allah Abraham Ishak Yakub, Allah Israel?” Tentu jawabannya adalah “Ya, saya menyembah Allah yang hidup, TUHAN dan Juruselamat”. Tetapi pada hakekatnya, pada dasarnya atau prakteknya, kadang-kadang bertolak belakang dari pengungkapan yang keluar dari mulut.
Demikian juga setiap orang selalu menyatakan dirinya “memuji TUHAN” dengan cara masing-masing, tetapi di dalam hal memuji TUHAN pun harus sesuai dengan kebenaran Firman TUHAN.
 
Di sini kita melihat: Semua orang yang diam di atas bumi akan menyembah binatang yang keluar dari dalam laut, akan menyembah antikris. Ini adalah suatu penyembahan yang keliru, penyembahan yang salah. Oleh karena penyembahan ini, timbul pertanyaan: MENGAPA INI BISA TERJADI? Mengapa penyembahan yang keliru ini bisa terjadi? Sudah jelas keliru, sudah jelas salah, tetapi masih tetap menyembah antikris, padahal yang seharusnya kita menyembah Allah yang hidup, sebab hanya kepada Dia sajalah kita berbakti, hanya kepada Dia sajalah kita beribadah, sampai kepada puncak ibadah, itulah doa penyembahan, sesuai dengan Injil Matius 4 dan Injil Lukas 4. Ketika ibadah itu memuncak sampai doa penyembahan, Yesus terlepas dari daya tarik bumi, dengan kata lain; tidak jatuh dalam penyembahan yang keliru, tidak jatuh dalam penyembahan yang salah, tidak menyembah antikris.
 
Supaya kita bisa memahami mengapa penyembahan yang keliru ini terjadi, maka tentu kita harus memperhatikan “awalnya”, kita harus memperhatikan dari mana datangnya mereka, sampai akhirnya mereka jatuh dalam penyembahan yang salah. Awalnya yang harus kita periksa; BAGAIMANA AWALNYA MEREKA DATANG BERIBADAH KEPADA TUHAN?
 
Wahyu 13:3-4
(13:3) Maka tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu. (13:4) Dan mereka menyembah naga itu, karena ia memberikan kekuasaan kepada binatang itu. Dan mereka menyembah binatang itu, sambil berkata: "Siapakah yang sama seperti binatang ini? Dan siapakah yang dapat berperang melawan dia?"
 
Seluruh dunia mengikuti antikris itu hanya karena mujizat kesembuhan yang diadakan oleh antikris.
 
Sebab, di sini kita melihat; satu dari antara 7 (tujuh) kepala terkena luka yang sangat membahayakan -- dengan lain kata; hampir menuju kematian --, tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh. Berarti, antikris sedang mengadakan mujizat kesembuhan. Lalu oleh karena mujizat kesembuhan yang diadakan oleh antikris tersebut, maka seluruh dunia heran, lalu mengikuti binatang tersebut.
Pendeknya: Penyembahan yang keliru diawali dari pengikutan yang keliru. Penyembahan yang salah diawali dari pengikutan yang salah.
 
Jadi, kalau penyembahannya salah, itu karena pengikutannya yang keliru, pengikutannya yang salah. Maka, mulai dari hari ini kita harus memperhatikan Firman TUHAN malam ini, supaya kita tahu seperti apa pengikutan kita di hadapan TUHAN. Pengikutan kita harus sesuai dengan kehendak TUHAN, harus sesuai dengan Firman TUHAN. Jangan kita mengikuti TUHAN sesuai dengan kehendak manusia, sebab akhirnya nanti, pengikutan yang keliru akan sampai kepada penyembahan yang keliru juga.
Jadi, kalau penyembahannya keliru, itu karena pengikutan mereka keliru; mereka mengikuti binatang itu karena mujizat terjadi, lalu mereka heran dengan mujizat palsu.
 
Selanjutnya kita akan melihat; CONTOH PENGIKUTAN YANG KELIRU, YANG PERTAMA.
Kita akan memperhatikan Injil Matius 8, dengan perikop: “Hal mengikut Yesus”.
Matius 8:18-22
(8:18) Ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingi-Nya, Ia menyuruh bertolak ke seberang. (8:19) Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya: "Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." (8:20) Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." (8:21) Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepada-Nya: "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku." (8:22) Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka."
 
Pengikutan yang salah dan keliru dari Matius 8:18-22, disebabkan oleh 2 (dua) hal, antara lain, HAL PERTAMA: Tidak menempatkan Kristus sebagai Kepala atas tubuh.
Itu sebabnya Yesus berkata: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Kalau tubuh tidak menempatkan Kristus sebagai Kepala, maka akibatnya ialah tubuh menjadi liangnya serigala dan sarangnya burung.
 
Mari kita lihat arti rohani, tentang: Menjadi liangnya serigala.
Artinya; tubuh dikuasai oleh roh jahat.
Dari mana kita tahu tubuh dikuasai oleh roh jahat? Itu bisa terlihat dari ciri-cirinya, yaitu liar, tidak tergembala
 
Mari kita buktikan, dengan sejenak membaca Injil Yohanes 10.
Yohanes 10:12
(10:12) sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.
 
Pekerjaan serigala adalah:
-          Menerkam, berarti; merusak, menyakiti.
-          Kemudian, mencerai-beraikan domba-domba. Kalau domba-domba tercerai-berai, sama artinya; liar, tidak tergembala.
 
Jadi, kalau tubuh sudah menjadi liangnya serigala, sama artinya; dikuasai oleh roh jahat. Apa ciri-cirinya, apa tandanya kalau kehidupan seseorang dikuasai oleh roh jahat? Cirinya (tandanya) adalah liar, tidak tergembala.
Yang TUHAN dambakan dari saya dan saudara adalah hati saudara, jiwa saudara, bukan "tubuh" saudara. Tubuh bisa saja ada di tengah ibadah, tetapi belum tentu hati manusia diberikan kepada TUHAN. Jadi, kalau dia tidak tergembala = liar = dikuasai oleh roh jahat = sudah menjadi liangnya serigala.
Tidak semua orang yang datang beribadah disebut menjadi domba yang tergembala, maka kehidupan yang tidak tergembala sama artinya liar (tidak tergembala).
 
Mari kita lihat arti rohani, tentang: Menjadi sarangnya burung.
Artinya; tubuh dikuasai oleh roh najis.
Soal roh najis ini juga sudah dinyatakan di dalam kitab Wahyu; berarti, di hari-hari terakhir ini, soal kenajisan ini akan menjadi hal yang luar biasa, bahkan nanti bisa menjadi kepala atas tubuh.
 
Wahyu 18:2-3,9
(18:2) Dan ia berseru dengan suara yang kuat, katanya: "Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu, dan ia telah menjadi tempat kediaman roh-roh jahat dan tempat bersembunyi semua roh najis dan tempat bersembunyi segala burung yang najis dan yang dibenci, (18:3) karena semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya dan raja-raja di bumi telah berbuat cabul dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya." (18:9) Dan raja-raja di bumi, yang telah berbuat cabul dan hidup dalam kelimpahan dengan dia, akan menangisi dan meratapinya, apabila mereka melihat asap api yang membakarnya.
 
Tanda bahwa tubuh (gereja TUHAN) telah dikuasai oleh burung yang najis ialah gereja sibuk dengan kelimpahan, gereja sibuk berbicara kekayaan, itu sama dengan nafsu cabul, seperti Esau.
 
Jadi, kalau hamba TUHAN sibuk berbicara soal kelimpahan, sibuk berbicara soal keberkatan di tengah ibadah dan pelayanan, itu namanya telah dikuasai oleh kenajisan percabulannya. Itulah yang menajiskan kehidupan gereja TUHAN; telah menduakan hatinya TUHAN kepada kelimpahan. Kalau kita berzinah atau menduakan hati TUHAN, itulah yang menajiskan seseorang. Dan kalau seseorang datang menghadap TUHAN lewat ibadah dan pelayanannya kepada TUHAN hanya karena untuk mencari keuntungan, datang hanya untuk mencari kelimpahan, itu yang disebut kenajisan.
Maka, pedagang-pedagang -- mohon maaf, tetapi tidak semua -- lebih suka mencari seorang hamba TUHAN yang sibuk berbicara soal keberkatan, yang sibuk berbicara soal kelimpahan, padahal itu berbicara soal kenajisan di tengah tubuh Kristus. Kalau sibuk berbicara soal kelimpahan, berarti bukan Kristus yang menjadi Kepala atas tubuh, tetapi roh najis yang menjadi kepala atas tubuh, menjadi sarangnya burung.
Bukan salah kalau kita diberkati, bukan salah kalau kita limpah dengan kemurahan TUHAN, bukan salah kalau ada berkat-berkat luar biasa yang kita terima, tetapi sasaran dari ibadah ini bukan soal kelimpahan, namun soal bagaimana hati TUHAN disenangkan. Jangan sampai menyenangkan yang lain, sebab itu namanya kenajisan, nafsu cabul, nafsu rendah.
 
Sekali lagi saya sampaikan: Kalau gereja sibuk dengan kelimpahan dan kekayaan dan keberkatan, itu sama dengan nafsu cabul seperti Esau, sehingga hak kesulungan itu jatuh kepada Yakub -- di mana Yakub berganti nama menjadi Israel --.
Esau sebagai anak sulung diberikan jubah yang maha indah yang datangnya dari Roh pengasihan, tetapi jubah yang maha indah itu disimpan di dalam lemari di dalam rumahnya. Seharusnya, kalau seorang hamba TUHAN melayani TUHAN harus dengan karunia jabatan yang ada. Saya sebagai seorang hamba TUHAN sudah menerima jabatan seorang gembala, maka itulah jubah saya. Dan sebagai seorang gembala sidang, saya harus melayani TUHAN dengan karunia jabatan yang TUHAN percayakan.
 
Pengikutan yang salah dan keliru dari Matius 8:18-22, disebabkan oleh 2 (dua) hal, antara lain, HAL KEDUA: Terlebih dahulu menguburkan orang mati.
Seorang lain, yaitu salah seorang murid mau mengikut TUHAN, tetapi berkata: “Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku (orang mati)” = Mau mengikuti TUHAN tetapi lebih mengutamakan untuk menguburkan orang yang mati. Ini adalah pengikutan yang keliru, pengikutan yang salah.
Terlebih dahulu menguburkan orang mati, arti rohaninya ialah lebih mengutamakan perkara-perkara lahiriah dan hal-hal yang bersifat daging.
 
Soal “orang-orang mati” ini, kita akan dilengkapi di dalam Roma 8.
Roma 8:5
(8:5) Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.
 
Hidup menurut daging, maka ia akan memikirkan hal-hal yang dari daging, ia tidak mungkin memikirkan hal-hal yang dari Roh, tidak mungkin memikirkan perkara-perkara di atas, tidak mungkin memikirkan perkara-perkara rohani, tidak mungkin memikirkan kegiatan ibadah dan pelayanan, itulah kegiatan Roh.
 
Roma 8:6
(8:6) Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.
 
Keinginan daging adalah maut (mati), tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.
Singkatnya:
-          Daging = Mati (maut).
-          Sedangkan Roh, perkara di atas, perkara rohani, yakni ibadah dan pelayanan = Hidup.
Oleh sebab itu, TUHAN Yesus berkata: “Biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka”. Tetapi kalau kita sudah berada dalam kegiatan Roh, jangan lagi sibuk dalam kegiatan daging.
 
Itu sebabnya saya katakan: Orang yang berada di tengah ibadah, belum tentu tergembala; orang yang berada di tengah ibadah, belum tentu hidup, apabila dia masih menuruti daging dan segala keinginan-keinginan yang jahat itu.
Oleh sebab itu, jangan kita ditipu oleh kebodohan yang disebabkan oleh ketegaran hati masing-masing. Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Jangan mau lagi dibodoh-bodohi oleh ketegaran hati.
 
Roma 8:7-8
(8:7) Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. (8:8) Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.
 
Orang yang hidup menurut daging dengan segala keinginan-keinginannya, maka ia menjadi seteru Allah, menjadi musuh Allah, sebab orang yang hidup menurut daging tidak takluk (tidak taat) kepada Firman Allah.
Singkat kata: Mereka yang hidup menurut daging tidak berkenan kepada Allah, sekalipun ada di tengah-tengah ibadah pelayanan. Seolah-olah dia mengikuti TUHAN, padahal keliru.
 
Begitu banyak pengertian yang kita peroleh, namun apakah itu sangat berarti bagi bagi hidup rohani kita? Apakah pengertian dari sorga itu berlalu begitu saja, sehingga pengikutan ini keliru?
Saya berharap; setiap yang sudah melayani TUHAN, jangan lagi pamitan untuk “mengubur orang mati”, tetapi hendaklah orang-orang mati mengubur orang-orang matinya. Biarlah hal ini segera kita praktekkan, selepas kita beribadah malam ini. Biarlah selepas kita beribadah, kita tindak-lanjuti firman yang kita terima. Jangan mau dibodoh-bodohi oleh ketegaran hati.
 
Matius 8:22
(8:22) Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka."
 
Pengikutan yang benar ialah biarlah orang-orang mati mengubur orang-orang mati mereka. Tetapi mereka yang beribadah dan melayani TUHAN, mereka yang berada di dalam kegiatan Roh -- itulah ibadah dan pelayanan --, tidak ada sangkut pautnya dengan orang mati, itulah daging dengan segala keinginan-keinginannya.
 
Selanjutnya kita akan melihat; CONTOH PENGIKUTAN YANG KELIRU, YANG KEDUA.
Saya kira, contoh-contoh ini harus diperhatikan dengan baik, supaya pengikutan kita jangan keliru. Kalau awal pengikutan kita sudah keliru, maka nanti puncaknya, yaitu penyembahannya akan keliru juga; inilah yang harus kita waspadai di hari-hari terakhir ini, menjelang kedatangan TUHAN yang tidak lama lagi, yang diawali antikris sudah ada di depan pintu dan dia sudah mulai bergerak; oleh sebab itu, jangan kita berlambat-lambat, jangan kita dilibas habis oleh 3 (tiga) binatang pertama, supaya jangan sia-sia ibadah ini, jangan sia-sia pengorbanan tenaga, pikiran, waktu yang sudah kita korbankan selama sampai detik ini.
 
Kita akan memperhatikan Matius 16, dengan perikop: “Pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus dan syarat-syarat mengikut Dia”.
Matius 16:21
(16:21) Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
 
Orang-orang yang berada di Yerusalem, orang-orang yang berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan harus menanggung banyak penderitaan, harus menanggung sengsara salib, untuk selanjutnya mati, dan bangkit pada hari ketiga; itu adalah cara TUHAN membangun bait-Nya yang suci. Jadi, jangan sampai kita tidak memahami hal ini.
Dan itu dinyatakan dengan jelas dan gamblang kepada 12 (dua belas) murid; dan petang malam ini, TUHAN juga menyatakan hal yang sama kepada kita masing-masing, pribadi lepas pribadi.
 
Bukankah kita sekarang ini berada di tengah-tengah Yerusalem, berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan? Maka, setiap orang yang berada di Yerusalem, berada di tengah ibadah pelayanan, dia harus dengan sadar, dia harus dengan rela menanggung banyak penderitaan, itulah sengsara salib, untuk selanjutnya mati dan bangkit, kehidupan diubahkan. Sengsara sampai diubahkan; mati dan bangkit, sampai diubahkan (lahir baru); itulah yang TUHAN mau. Dan biarlah itu kita alami masing-masing.
 
Kita kaitkan dengan yang dinyatakan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose, di dalam Kolose 3.
Kolose 3:1-3
(3:1) Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. (3:2) Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. (3:3) Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.
 
Tanda yang nyata (real) apabila seseorang telah menyatu dengan kematian dan kebangkitan Kristus:
-          Mencari perkara di atas, di mana Kristus ada duduk di sebelah kanan Allah = Mencari Kerajaan Sorga dan kebenaran yang ada di dalamnya. Anak Allah duduk di sebelah kanan Allah Bapa, itu kebenaran.
Itulah yang terjadi kalau betul-betul menyatu dengan kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus Kristus, yaitu mencari perkara di atas = mencari Kerajaan Sorga dan kebenaran yang ada di dalamnya.
-          Memikirkan perkara di atas, bukan perkara di bawah, perkara-perkara lahiriah, perkara duniawi.
 
Sedikit saya tambahkan: Kalau kerohanian seseorang sudah tinggi, itu ibarat pesawat yang naik jauh tinggi. Semakin tinggi, dari bumi kita melihat semakin kecil, karena dari bumi kita melihatnya. Sebaliknya, kalau kerohanian itu sudah sangat tinggi, maka melihat yang di bawah juga kecil.
Jadi, tergantung rohaninya; kalau rohaninya masih perkara daging, belum satu dalam pengalaman kematian dan kebangkitan, maka perkara rohani, perkara di atas akan terlihat kecil. Tetapi kalau manusia rohani dan kerohaniannya sudah sangat tinggi, sebaliknya perkara di bawah ini akan terlihat terlalu kecil, mulai kesibukan, pekerjaan, study, pendidikan, kuliah, apa saja terlalu kecil bagi manusia rohani yang kerohaniannya sudah tinggi.
Itulah tanda yang nyata, yang real, manakala seseorang satu dalam kematian dan kebangkitan-Nya, yaitu mencari perkara di atas dan memikirkan perkara di atas, bukan perkara di bawah.
 
Sebetulnya, itulah maksud TUHAN, sehingga Yesus memberitahukan penderitaan-Nya untuk yang pertama kali kepada 12 (dua belas) murid. Kalau memang kita sudah ada di Yerusalem, kalau memang kita sudah ada di tengah ibadah dan pelayanan, maka sengsara salib itu harus kita tanggung untuk selanjutnya kita satu dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Kalau kita benar-benar satu dalam kematian dan kebangkitan-Nya, maka nyata di dalam dirinya, bahwa dia senantiasa mencari perkara di atas dan memikirkan perkara di atas.
Sebetulnya TUHAN mau pelihara kok, seperti burung yang terbang di atas; tidak menabur, tidak menuai, tidak mengumpulkan di dalam lumbung, tetapi dipelihara oleh Bapa di sorga, maka lebih-lebih lagi kita ciptaan-Nya yang istimewa. Sebetulnya demikian, tetapi ada kalanya pengertian yang mulia ini direcoki oleh pikiran perasaan hati manusia, akhirnya ragu, kuatir, takut, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, bulatkan hatimu untuk Firman TUHAN.
 
Rupa-rupanya, TUHAN sangat memperhatikan murid-murid-Nya, bukan? Tetapi TUHAN juga tidak mengecualikan kita. Kita datang dari latar belakang apapun, namun tidak TUHAN kecualikan, Dia tidak memandang muka kita masing-masing.
 
Kita kembali untuk memperhatikan Injil Matius 16 tadi.
Matius 16:21-22
(16:21) Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. (16:22) Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
 
Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." Luar biasa sekali pernyataan Petrus ini, seperti penasihat agung, padahal tidak tahu apa yang dibicarakannya, itulah Petrus. Apakah ada banyak Petrus Petrus di tengah penggembalaan ini?
"Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." Luar biasa Petrus ini, cepat sekali nyerocos omongannya. Biasanya, orang yang cepat bicara, maka ia lambat mendengar; sebaliknya, cepat mendengar, maka lambat bicara.
 
Setelah mendengarkan apa yang dinyatakan oleh Yesus kepada murid-murid pada ayat 21, mendengar hal itu -- penderitaan Yesus --, maka Petrus berkata: Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu!” Kemudian, Petrus berkata: Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau. Dari pernyataan ini, menunjukkan bahwa; Petrus menolak sengsara salib, menolak pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Sebetulnya, ini adalah suatu kerugian besar.
 
Lihat; baru beberapa hari setelah Yesus mati, namun mereka (Petrus dan 11 murid lainnya) langsung kembali ke tabiat lama. Petrus yang semula penjala ikan, kembali lagi menjala ikan, kembali ke tabiat lama. Sebetulnya, di situ banyak kegagalan; ketika mereka menjala ikan, mereka tidak mendapat ikan apa-apa, banyak kegagalan.
Andai saja kita betul-betul menanggung sengsara di tengah ibadah pelayanan, dan sengsara salib kita gunakan sebagai sarana yang paling efektif untuk masuk dalam pengalaman kematian dan kebangkitan, pasti tanda  kematian dan kebangkitan itu nyata dalam kehidupan kita masing-masing; dipelihara oleh TUHAN, seperti burung pipit di udara. Tidak menabur, tidak menuai, tidak mengumpulkan di dalam lumbung, tetapi dipelihara oleh TUHAN; lebih-lebih ciptaan yang teristimewa, yaitu manusia.  Tetapi lihatlah Petrus ini; dia konyol sekali, dia tidak mengerti apa yang diucapkannya.
 
Matius 16:23
(16:23) Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
 
Apabila seorang hamba TUHAN, imam-imam, pelayan-pelayan TUHAN berada di Yerusalem, berada di tengah-tengah ibadah pelayanan tanpa sengsara salib, tanpa kematian dan kebangkitan Kristus, maka akan menjadi batu sandungan bagi rencana TUHAN, menjadi batu sandungan bagi rencana penyelamatan.
 
Manusia diselamatkan bukan dengan uang, bukan dengan harta kekayaan, bukan dengan kekuatan manusia, bukan karena kedudukannya, bukan karena jabatannya, bukan, tetapi oleh salib di Golgota. Oleh sebab itu, ketika Petrus menolak sengsara salib, Petrus menolak pengalaman kematian dan kebangkitan, Yesus langsung berkata: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia”, dengan lain kata; menjadi batu sandungan di dalam rangka penyelamatan.
Memang Setan ini berusaha untuk menghalang-halangi supaya banyak orang masuk neraka bersama dengan dia, sebab dia tidak mau sendirian di neraka, bahkan kalau bisa sebanyak mungkin orang masuk ke dalam neraka.
 
Kalau seseorang tidak mau menanggung penderitaan di tengah ibadah dan pelayanan, tidak mau memikul salib (sengsara salib), dan tidak mau satu dalam kematian dan kebangkitan Kristus, maka ia menjadi batu sandungan.
Oleh sebab itu, kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar; kalau tidak, maka seseorang akan menjadi batu sandungan di dalam rangka penyelamatan. Dan itu sangat menyedihkan hati TUHAN sebetulnya; itu sebabnya, Yesus langsung berkata: “Enyahlah Iblis” Petrus bukan Setan, bukan Iblis, tetapi Setan berusaha untuk menghalang-halangi rencana penyelamatan yang akan dikerjakan oleh Yesus di atas kayu salib.
 
Ingat dan perhatikan: Kalau seorang imam (pelayan TUHAN) menolak sengsara salib, tidak satu dalam kematian dan kebangkitan Kristus, pasti orang semacam ini menjadi sandungan, tidak menjadi contoh teladan. Dan itulah yang membuat hati TUHAN sangat pilu, sedih, susah hati memikirkan yang demikian.
Sesungguhnya TUHAN memikirkan hati kita, tetapi sebaliknya hati kita tidak memikirkan kesusahan hati TUHAN. Jadi, manusia ini pada dasarnya egois, tegar tengkuk, mau menang sendiri; sudah diberkati, tetapi tidak mau tahu mengucap syukur.
Seharusnya, kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar, berarti pikul salib, lanjut mati dan bangkit; tetapi yang terjadi justru malas dan tidur. Melayani di atas mimbar bisa dikerjakan dengan cepat, tetapi tidak mau memikul salib; orang semacam ini menjadi batu sandungan. Camkanlah itu.
 
Pendeknya: Petrus tidak memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah, melainkan apa yang dipikirkan oleh manusia, sehingga Petrus menjadi batu sandungan, Peturs menjadi seteru salib; oleh sebab itu, dengan tegas Yesus berkata: “Enyahlah Iblis.” Petrus bukan Setan, bukan Iblis, tetapi cara Petrus menolak salib, menolak kematian dan kebangkitan-Nya, itu adalah cara Setan.
Jadi, setiap perbuatan kita ada rohnya, setiap tindakan kita pasti ada rohnya; mengapa duduknya tidak beres, mengapa pura-pura saat mendengar firman, itu semua ada rohnya, dan itu harus diusir. Jadi, segala roh yang membuat kita menolak salib, menolak kematian dan kebangkitan, “dalam nama Yesus dipatahkan, “dalam nama Yesus” saya usir, “enyah engkau kau Iblis dari tempat ini, enyah engkau kau Iblis dari hati kami, enyah engkau kau Iblis dari pikiran kami, enyah engkau kau Iblis dari tubuh jiwa roh kami, enyah engkau kau Iblis dari hati pikiran perasan kami, sebab darah Yesus yang berkuasa”. Itulah doa saya kepada TUHAN.
Ingat: Setiap tindakan ada rohnya. Mengapa seseorang tidak dengar-dengaran; mengapa pergerakannya merusak suasana? Itu semua ada rohnya. Oleh sebab itu, Yesus berkata: “Enyahlah Iblis.” Perhatikanlah betapa TUHAN mengasihi kita semua.
 
Matius 16:24
(16:24) Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
 
Syarat untuk mengikut TUHAN supaya pengikutan kita jangan keliru ialah menyangkal dirinya, memikul salibnya, mengikut TUHAN. Ini adalah syarat yang tidak keliru.
 
Tentang: MENYANGKAL DIRINYA.
Artinya; tidak bermegah sekalipun memiliki kelebihan-kelebihan di dalam dirinya.
Sebagaimana dengan Rasul Paulus, di mana kisahnya ditulis di dalam 2 Korintus 12:1-5, di hadapan sidang jemaat di Korintus, dia mengakui bahwa dia sudah diangkat oleh TUHAN ke tingkat yang ketiga dari sorga -- disebut Firdaus --.  Pada saat ia diangkat ke tingkat yang ketiga, di situ dia menerima 2 (dua) hal:
Hal Pertama: Penglihatan-penglihatan, jelas menunjuk kepada; doa penyembahan. Rasul Paulus melihat cawan pembakaran ukupan emas itu sudah menembusi takhta Allah, sudah berada di kemah pada bagian yang kedua, itulah Ruangan Maha Suci. Jadi jelas, dari sini kita mengetahui bahwa ibadah dari Rasul Paulus sudah berada pada puncaknya, itulah doa penyembahan.
Hal Kedua: Penyataan-penyataan, menunjukkan keadaan rohani dari Rasul Paulus, di mana dia sudah berada di dalam hubungan intim, nikah suci yang rohani antara tubuh dengan Kepala; inilah nyanyian baru. Kalau hubungan itu intim, tidak ada yang tahu selain orang itu dengan TUHAN; inilah penyataan-penyataan, nyanyian baru, hubungan intim, hubungan dalam nikah yang suci, suatu persekutuan yang begitu indah, suatu persekutuan yang begitu mempesona hati, di situ tidak ada lagi nyanyian yang lama, kecuali nyanyian yang naru.
Kalau hubungan itu begitu intim dengan TUHAN, yang terdengar di situ adalah nyanyian baru; tetapi kalau hubungan suami isteri tidak intim, yang ada hanyalah nyanyian lama, kata-kata yang lama, bahkan bisa keluar semua jenis di dalam kebun binatang keluar dari mulut.
 
Tetapi sekalipun Rasul Paulus sudah berada pada tingkat rohani yang sangat tinggi demikian rupa, namun Rasul Paulus tidak bermegah.
Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku. Rasul Paulus mau bermegah, tetapi bukan atas kelebihannya; dia mau bermegah atas kelemahan yang ada di dalam dirinya. Apa kelemahan yang ada di dalam dirinya?
Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku. Rasul Paulus tidak mau bermegah, dia menahan dirinya karena dia bukan orang bodoh, dia sudah tahu kebenaran, dia tidak bodoh lagi.
Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Inilah kelemahan yang dimaksud, yaitu suatu utusan Setan untuk menggocoh Rasul Paulus, tujuannya adalah supaya Rasul Paulus jangan meninggikan diri.
Jadi, Rasul Paulus tidak bermegah atas kelebihannya, tetapi Rasul Paulus bermegah atas kelemahan yang ada di dalam dirinya, itulah duri dalam daging. Kalau sampai hari ini kita digocoh oleh Setan atas seizin TUHAN, itulah duri dalam daging.
Dan Rasul Paulus sudah berseru sampai 3 (tiga) kali supaya duri dalam daging ini tercabut, tetapi TUHAN berkata: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Dan Rasul Paulus tahu itu; oleh sebab, Rasul Paulus terlebih suka bermegah atas kelemahannya supaya kuasa Kristus turun menaungi Dia; kuasa TUHAN yang menjadi perlindungan atas dia. Inilah contoh sangkal diri.
 
Seringkali kita baru mengetahui satu ayat, lalu sok ingin pamer ayat itu, belum dua ayat, padahal kita tidak lakukan ayat firman yang kita sampaikan; inilah yang berbahaya. Kehidupan yang seperti ini jadinya sama seperti calo; calo dari Cilegon memberangkatkan penumpang ke Jakarta, namun dia tetap tinggal di terminal Cilegon; itulah hamba TUHAN calo. Tetapi lucunya, dia bukan hamba TUHAN namun seperti calo.
Saya adalah hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala sidang. Apa meterainya? TUHAN mempercayakan sidang jemaat. Lalu, kita siapa? Jadi, jauh lebih baik tergembala dan dengar-dengaran.
 
Tentang: MEMIKUL SALIBNYA.
Memikul salib = rela menderita.
Kalau rela menderita, rela memikul salib, artinya; taat kepada kehendak Allah. Salib itu bukan kehendak Yesus, salib itu adalah kehendak Allah Bapa. Jadi, kalau memikul salib = rela menderita, artinya; taat kepada kehendak Allah, karena salib itu adalah kehendak Allah, bukan kehendak siapa-siapa.
 
Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
 
Yesus rela menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung di atas kayu salib = meminum cawan Allah. Dan akhirnya, jadilah kehendak Allah, dengan lain kata; kehendak Allah terlaksana oleh-Nya. Itu sebabnya, Yesus berkata: “Ya Bapa-Ku”.
 
Ya Bapa-Ku”, itu adalah tanda dengar-dengaran. Misalnya; ada perintah: “Dari Taman Krakatau kirim editan ya”, maka seorang imam akan berkata: “Ya, Om” atau “Ya, bapa rohaniku”. Itulah yang dengar-dengaran, berkata “Ya” saja.
Demikian juga Abraham waktu diminta untuk mempersembahkan Ishak, anak yang tunggal sebagai korban bakaran, begitu mendengar pernyataan dari Sorga, dari Allah, dia langsung berkata: “Ya, TUHAN”. Setelah sampai di gunung Moria untuk mengeksekusi Ishak dengan pedangnya, berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, TUHAN" Ini menunjukkan Abraham dengar-dengaran lahir batin.
Pernyataan Allah yang pertama, Abraham jawab: “Ya, TUHAN”, itu menunjukkan dengar-dengaran lahiriah, tetapi batinnya belum. Setelah sampai di gunung Moria hendak mengeksekusi, Abraham kembali dipanggil oleh TUHAN, lalu Abraham menjawab: “Ya, TUHAN” dari hatinya. Intinya; Dengar-dengaran harus lahir batin, tidak cukup di mulut, sehingga kehendak Allah terlaksana.
 
Inilah pengikutan yang benar. Jadi, jangan kita mengikuti sebuah kelompok, sebuah golongan, sebuah ibadah dan pelayanan dalam sebuah penggembalaan hanya karena mujizat yang ada; keliru pengikutan yang seperti itu. Jangan karena bicara mujizat, jangan karena bicara kelimpahan; itu keliru.
 
Ibrani 5:7-8
(5:7) Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. (5:8) Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
 
Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia ... Ayat 7 ini menceritakan penderitaan yang hebat yang ditanggung oleh Yesus, Anak Allah, di atas kayu salib.
 
Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya ... Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya. Belajar itu tidak boleh berhenti; belajar untuk melakukan kehendak Allah Bapa tidak boleh berhenti, tidak boleh berpuas diri.
Kita ini sedang belajar memikul salib; taat kepada kehendak Allah Bapa. Tetapi jangan juga dengan sengaja malas, dengan sengaja tidak dengar-dengaran.
 
Ketika kita salah, kita berkata: “Sedang belajar, Om” Ini kan pernyataan yang bodoh sekali bagi saya. Lalu, dengan cepat berkata: “Maaf, Om”. Nanti besok dia sengaja lagi berbuat salah, lalu dalam kesalahan itu dia berkata lagi: “Saya sedang belajar, Om. Maaf Om
Saya mendengar “maaf Om” ini, seolah-olah saya yang salah, saya yang tidak memaafkan. Bukan persoalan dimaafkan atau tidak, persoalannya adalah jangan sengaja salah.
Kalau kesalahan dua tiga kali dalam hal mengerjakan satu bidang, kemudian salah berkali-kali, itu bukan salah lagi namanya, itu adalah kebodohan yang disengaja. Kalau salah satu kali, dua kali, tiga kali dalam mengerjakan satu bidang, saya masih memaafkan, saya masih memaklumi, bahkan bisa lebih, tetapi kalau sudah berkali-kali saya akan langsung tegaskan biar dia perempuan atau pun laki-laki.
Tetapi sampai hari ini, kita harus belajar dengan sungguh-sungguh, belajar dengan tulus, bukan belajar hanya untuk menggunakan alasan “belajar” padahal sengaja berbuat salah. Saya berharap, kita semua dapat memahami apa yang TUHAN mau, supaya keadaan kita lebih baik ke depan.
Ingat ya; TUHAN berkemurahan kepada siapa TUHAN mau berkemurahan, semata-mata bukan karena kemampuan manusia.
 
Ibrani 5:9
(5:9) dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,
 
Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, akhirnya Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya. Dialah pokok keselamatan itu.
Kalau Dia belajar taat dari apa yang diderita-Nya, demikian juga dengan kita, sehingga kita juga diselamatkan.
 
Kita lihat dulu Injil Matius 7.
Matius 7:22-23
(7:22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? (7:23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
 
1.      Bernubuat = berbicara firman.
2.      Mengusir Setan.
3.      Mengadakan banyak mujizat.
Tiga perkara ini adalah tiga perkara yang hebat, yang semuanya dilakukan demi nama TUHAN.
Tetapi lihatlah’ pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu!” Kemudian, TUHAN kembali berkata: Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!
 
Jadi ternyata, bukan karena sudah menyampaikan firman, bukan karena sudah mengusir Setan, bukan karena sudah mengadakan banyak mujizat terjadi di tengah ibadah pelayanan, lalu selamat, dikenal oleh TUHAN, justru sebaliknya TUHAN berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu!” Kemudian, TUHAN berkata: Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan! Sebaliknya, disebut pembuat kejahatan.
Loh, sudah menyampaikan firman, mungkin di media sosial Facebook, Youtube, TikTok, blogspot, Instagram, kemudian di tengah ibadah pelayanan ada pengusiran Setan, di tengah ibadah pelayanan juga banyak mujizat terjadi, bukankah itu sudah hebat? Tetapi TUHAN berkata: “kamu sekalian pembuat kejahatan!” Mengapa Allah berkata demikian pada hari-Nya nanti? Mari kita lihat ayat 20-21.
 
Matius 7:20-21
(7:20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. (7:21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
 
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga ... Jadi, bukan itu ukurannya, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya. Inilah yang TUHAN mau.  
Bukan soal engkau pandai menyampaikan firman dengan dalih mu supaya orang lain tertolong; bukan karena di tengah ibadah dan pelayanan ada pengusiran Setan; bukan karena di tengah ibadah dan pelayanan terjadi banyak mujizat, sensasi-sensasi yang luar biasa, lalu dia masuk sorga. Jadi, bukan karena berseru nama “TUHAN” lalu dia masuk sorga, tetapi adalah orang yang belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritanya. Itulah yang disebut memikul salib; kalau berdiri di atas mimbar, itu belum terjamin memikul salib.
 
Mulai dari sekarang, marilah kita belajar taat dari apa yang kita derita. Jangan taat kepada kehendak daging, tetapi belajar menjadi taat dari apa yang telah kita derita. Salib itu kehendak Allah, bukan kehendak Yesus Kristus. Taat saja atas kehendak Allah, maka segalanya terlaksana, percayalah. Percayakan dirimu kepada firman, jangan percayakan kepada perasaan yang salah. Segala sesuatunya diizinkan, tetapi bukan segala sesuatunya berguna dan membangun.
 
Demikianlah kita sudah melihat;
-          Menyangkal diri, berarti tidak bermegah.
-          Memikul salib, berarti taat kepada kehendak Allah, karena salib adalah kehendak Allah.
Biarlah hal ini kita perhatikan supaya kita jangan keliru di dalam hal mengikuti TUHAN.
 
Tentang: MENGIKUT TUHAN.
Mengikut TUHAN, artinya; setia.
Sudah menyangkal diri, itu bagus; memikul salibnya, itu juga bagus; tetapi tidak boleh berhenti sampai di situ. Hari ini kita bisa sangkal diri dan pikul salib, tetapi besok dan lusa belum tentu. Jadi, harus sampai mengikut TUHAN, artinya; setia. Harus setia.
Siapa yang mau belajar setia? Setialah. Mengikut TUHAN tidak boleh berhenti di tengah jalan = setia.
 
Kita akan memperhatikan Lukas 9, dengan perikop: “Pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus dan syarat-syarat mengikut Dia”.
Lukas 9:22-23
(9:22) Dan Yesus berkata: "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga." (9:23) Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.
 
Yesus berkata: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya” Sampai kapan sangkal diri dan pikul salib itu? Jawabnya; “setiap hari”, lalu “mengikut Aku. Berarti setia; di mana Dia ada, di situ kita ada; jangan menyimpang ke kiri dan ke kanan, sesuai dengan Injil Yohanes 12.
 
Soal “kesetiaan” ini, kita harus pelajari lebih jauh. Hanya saja, saya ngeri-ngeri sedap menyampaikan ini, mengapa? Terlalu tinggi pengetahuan kita tetapi tidak menjadi praktek, maka resikonya besar. Ibaratnya, karena kebiasaan minum obat dosis tinggi, akhirnya menjadi kebal, tidak mempan lagi dengan dosis rendah; ini bahaya kalau tidak menjadi praktek, akhirnya semua menjadi ahli Taurat, jadi lebih parah dari orang Farisi dan ahli Taurat. Dan itu yang saya rasakan hari-hari ini; sungguh sangat sedih hati saya. Yang tahu hati saya sedih adalah TUHAN Yesus dan isteri saya.
Biarpun saya tidak tegor seorang pelayan TUHAN dalam kesalahannya, tetapi saya sedih sekali, sebab dia lebih suka tidur di rumah, padahal sudah disediakan fasilitas lengkap. Seandainya dia kontrak rumah di luaran sana, tidak cukup gajinya; tetapi oleh karena kemurahan TUHAN, dilengkapi semua, tetapi masih juga menyia-nyiakan kemurahan TUHAN, lebih suka tidur di fasilitas yang disediakan TUHAN, namun tetap saja tidak ada kegerakan di hatinya, tidak ada Roh Kudus bekerja di hatinya. Bagaimana mungkin manusia semacam ini berkenan kepada TUHAN kalau daging terus setiap hari? Oleh sebab itu TUHAN berkata: biarlah orang-orang mati mengubur orang-orang matinya.  Lebih suka tidak diajar dan dididik soal memikul salib, tetapi bodoh; saya heran sekali, apakah karena datang dari kampung dan tidak mempunyai pendidikan, saya tidak mengerti.
Tetapi seharusnya, kita harus bijaksana, karena Petrus juga tidak mempunyai pendidikan, dia juga datang dari latar belakang yang tidak mempunyai pendidikan. Kebebalan yang begitu hebat, kekonyolan dari pada Petrus juga bisa berubah kalau ada tanda kematian dan kebangkitan.
 
Menyangkal diri, memikul salibnya setiap hari, barulah mengikut TUHAN; setia. Biarlah kiranya roh setia ini betul-betul menguasai kita seutuhnya.
 
Matius 16:25-26
(16:25) Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. (16:26) Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
 
Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia jika ia kehilangan nyawanya? Atau, apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia ini, jika pengikutannya keliru, jika ia tidak setia? Apakah dengan harta yang banyak, harta yang digambarkan seisi dunia ini, bisa mengganti nyawa, lalu kita selamat masuk Sorga? Tidak bisa.
Itu sebabnya, apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia jika ia harus kehilangan nyawanya, jika pengikutannya keliru?
 
Biarpun kita mempunyai uang yang banyak, seisi dunia, tetapi kalau pengikutan kita keliru, itu semua tidak ada artinya. Nyawa ini tidak bisa ditebus dengan uang milyaran, uang triliunan, bahkan seisi dunia ini, tetapi kalau pengikutan salah, itu semua tidak ada artinya.
Kita sudah melihat Wahyu 13:8, kok bisa jatuh dalam penyembahan yang keliru? Ternyata mereka datang atau berangkat dari ibadah yang keliru pula.
 
Lebih jauh kita melihat soal mengikut TUHAN di dalam Injil Yohanes 12.
Yohanes 12:24-26
(12:24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. (12:25) Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. (12:26) Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.
 
Yesus berkata: Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.
Jadi, orang yang melayani TUHAN harus mengikuti TUHAN, dan di mana TUHAN berada, di situ pun pelayan-pelayan TUHAN berada; inilah pengikutan yang benar, maka hamba TUHAN (pelayan TUHAN) harus setia.
 
Gambaran dari kehidupan seorang hamba TUHAN yang setia, sudah dinyatakan di dalam ayat 24: Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati.
Jadi, gambaran dari kesetiaan seorang hamba TUHAN yang mengikut TUHAN ialah;
-          Jatuh ke dalam tanah = Merendahkan diri atau seorang yang rendah hati.
-          Kemudian mati.
Kalau kata “mati” ini kita langsung hubungkan dengan Filipi 2:7-8, Ia telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
-          Yesus telah merendahkan diri-Nya = Jatuh ke dalam tanah = rendah hati.
-          Kemudian, Ia taat sampai mati, bahkan sampai mati di atas kayu salib = setia.
Inilah pengikutan yang benar.
Jadi, di mana TUHAN berada, maka pelayan TUHAN juga seharusnya ada di situ = setia. Inilah pengikutan yang benar.
Kalau kita mau dengan rela hati, mau dengan tulus hati menerima pengikutan yang benar yang diajarkan Yesus kepada murid-murid,  maka saya yakin 100% (seratus persen), ibadah kita memuncak sampai doa penyembahan, tidak mungkin jatuh ke dalam penyembahan keliru. Terlalu yakin saya mengatakan itu.
 
Itulah soal pengikutan yang benar, supaya pada akhirnya kita tidak jatuh dalam penyembahan yang keliru. Itulah yang saya maksud di atas tadi, kalau saya tanya orang Kristen sekarang: “Anda menyembah Setan atau menyembah TUHAN?” Pasti jawaban orang Kristen kepada saya adalah “Menyembah TUHAN, pak Pendeta. Menyembah TUHAN, Om”, tetapi prakteknya tidak juga.
Tetapi malam ini, TUHAN sudah luruskan, TUHAN sudah terangi hati dan pikiran kita masing-masing dari firman yang TUHAN bukakan, bukan dari pengertian saya. Jadi, mutlak harus diterima.
 
Sekarang, kita kembali membaca Wahyu 13:8.
Wahyu 13:8
(13:8) Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih.
 
Tadi kita sudah melihat; pengikutan yang keliru, pengikutan yang salah, tetapi TUHAN akhirnya luruskan dengan baik, dengan benar, supaya murid-murid mengikuti TUHAN Yesus dengan benar pula, yaitu menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut TUHAN.
 
Sekarang, timbul pertanyaan: SIAPAKAH ORANG-ORANG YANG MENYEMBAH ANTIKRIS? Yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis di dalam Kitab Kehidupan Anak Domba yang telah disembelih.
Orang-orang yang namanya tidak tertulis dalam Kitab Kehidupan Anak Domba yang telah disembelih, itu adalah orang-orang yang jatuh di dalam penyembahan yang keliru, namanya tidak tertulis dalam Kitab Kehidupan Anak Domba yang telah disembelih.
 
Kita kaitkan soal nama yang tidak tertulis dalam Kitab Kehidupan Anak Domba di dalam Injil Yohanes 10.
Yohanes 10:2
(10:2) tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.
Siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Biarlah kiranya kita melewati pintu; jalan sempit, pintu sesak, atau pintu sesak, jalan sempit; itu adalah jalan keselamatan.
 
Di dalam Tabernakel, ada 3 (tiga) jenis pintu:
Yang pertama adalah PINTU GERBANG, artinya; percaya. Percaya itu adalah pintu gerbang sorga -- walaupun belum masuk sorga --.
Sesudah melewati pintu gerbang, selanjutnya masuk ke daerah “Halaman”, di mana ada 2 (dua) alat di dalamnya:
1.      Mezbah Korban Bakaran à Pertobatan.
2.      Kolam Pembasuhan à Baptisan Kristus, baptisan dalam kematian untuk mengubur hidup lama, lalu hari ketiga bangkit, menjadi hidup baru.
Lalu pintu yang kedua disebutlah PINTU KEMAH, artinya; kepenuhan Roh-El Kudus atau baptisan Roh.
Baptisan darah, baptisan air, selanjutnya adalah baptisan Roh; itu adalah kesaksian kita di bumi ini. Sebab, ada 3 (tiga) kesaksian di sorga, yaitu Bapa, Yesus dan Roh Kudus. Di bumi juga ada 3 (tiga) kesaksian, yaitu darah, air dan Roh.
Sesudah kita melewati pintu kemah, kan makin sempit toh? Kalau kita penuh dengan Roh Kudus, maka daging dengan tabiatnya sudah tidak dilewati lagi. Jadi, semakin sempit, bukan?
Awalnya hanya percaya; dulu tidak percaya. Oh, luas sekali padang gurun dunia ini. Setelah percaya (pintu gerbang), menjadi sedikit sempit, sebab tidak percaya lagi kepada berhala. Lalu melewati berapa alat di sana sampai kepenuhan Roh Kudus, oh makin sempit lagi, karena sudah harus penuh dengan Roh Kudus, dipimpin oleh Roh Kudus, bukan lagi dipimpin oleh daging.
Sampai akhirnya berada di dalam “Ruangan Suci” dengan 3 (tiga) macam alat di dalamnya, untuk kita sekarang artinya adalah ketekunan dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok.
1.      Meja Roti Sajian à Tekun dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
2.      Pelita Emas à Tekun dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian (pelita menyala, urapan Roh Kudus).
3.      Mezbah Dupa à Tekun dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Dan penyembahan ini sudah dekat dengan pintu yang ketiga, yaitu PINTU TIRAI.
Tirai bisa dilewati, setelah robek dari atas sampai ke bawah, diawali dari penyembahan. Penyembahan, artinya; penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah, berarti; terjadi perobekan daging, sehingga terbukalah jalan untuk berada di dalam Kerajaan Sorga. Bagaikan asap dupa kemenyan naik menembusi takhta Allah, itulah doa penyembahan, itu yang membawa kita dari bumi sampai ke sorga. Jadi, sudah semakin sempit, dan yang terakhir adalah perobekan daging.
 
Inilah yang dianggap layak untuk menjadi gembala sidang; sudah melalui pintu. Jadi, kelayakan seorang hamba TUHAN yang menerima jabatan gembala, bukan karena dia S1, S2, S3, bukan karena doktor, bukan, bukan karena dia professor, bukan, tetapi dia sudah melalui pintu. Jadi, saudara jangan keliru dengan pemahaman yang keliru.
 
Yohanes 10:3-4
(10:3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. (10:4) Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.
 
Kalau kita digambarkan menjadi suatu kehidupan domba yang tergembala, maka yang nyata terlihat dalam kehidupan yang tergembala ada 2 (dua), yaitu:
1.      Mendengar suara gembala = Dengar-dengaran.
2.      Mengikuti gembala. Sejauh ini kita sudah digembalakan oleh firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel untuk membawa kita kepada kesatuan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi mempelai TUHAN.
 
Tetapi, manakala kita dengar-dengaran dan mengikuti suara gembala, lihat pada ayat 3: Ia (gembala) memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Berarti, dikenal; diakui di hadapan Allah Bapa, diakui di hadapan para malaikat, sama artinya; namanya sudah tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba yang telah disembelih.
Nama tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba kalau domba tergembala dengan sungguh-sungguh. Dan kalau tergembala, maka 2 (dua) hal terlihat dengan nyata, yaitu dengar-dengaran dan mengikuti.
 
Dahulu, sebelum kita mengerti soal penggembalaan, kita pikir sekedar datang beribadah, memuji TUHAN, duduk, dengar firman, doa, selesai itu lalu pulang. Tetapi setelah kita menerima Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, soal penggembalaan ini bersifat hakiki. Jadi, bukan sekedar beribadah, namun harus tergembala; itu sebabnya, Dia disebut Gembala Agung, kita disebut domba-domba.
Jadi, bukan sekedar beribadah, supaya apa? Kalau kita benar-benar domba, maka 2 (dua) hal nyata:
1.      Dengar-dengaran. Jika ada perintah: “Yang di Taman Krakatau, ayo kirim editan”, langsung berkata: “Iya Om”.
2.      TUHAN gembalakan kita dengan firman Pengajaran Mempelai, ikut saja, jangan ikuti cara-cara yang lain, jangan ikuti suara asing lagi.
Maka di sini dengan jelas, dikatakan: Ia (gembala) memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya. Yesus adalah Gembala Agung, sedangkan kita adalah domba-domba-Nya. Kalau kita dengar-dengaran, lalu mengikuti gembala, maka nama kita terdaftar di sorga. Jadi, tidak boleh sekedar beribadah, melainkan harus tergembala; dengar-dengaran dan ikuti gembala.
Firman Pengajaran Mempelai sudah menggembalakan kita, maka ikutilah dari belakang; tidak boleh semaunya saja. Berbeda dengan gereja-gereja yang belum mengerti “penggembalaan”, sesuka hati mengadakan ini dan itu tanpa sepersetujuan gembala, sesuka hati, tidak mengerti apa-apa, tetapi nama tidak terdaftar di sorga; pilih mana?
 
Kalau kita adalah domba yang dengar-dengaran, kalau kita domba yang mengikuti Gembala Agung, maka nama terdaftar di sorga. Sebaliknya, kita akan melihat nama yang tidak terdaftar di sorga di dalam Yohanes 10:22-28, dengan perikop: “Yesus ditolak oleh orang Yahudi
Yohanes 10:22
(10:22) Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin.
 
Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin. Nanti sekiranya TUHAN izinkan kita mempunyai Bait Allah, rumah TUHAN, maka sesudah selesai pembangunannya akan ditahbiskan oleh TUHAN Yesus.
Ditahbiskan berarti bangunan itu untuk kemuliaan TUHAN, bukan lagi digunakan untuk dijadikan pasar menjadi sarang penyamun, tidak boleh ada roh jual beli di situ, tidak sibuk berbicara soal kelimpahan.
 
Yohanes 10:23-26
(10:23) Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. (10:24) Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami." (10:25) Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, (10:26) tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku.
 
Jadi, orang yang tidak percaya kepada pekerjaan TUHAN Yesus Kristus, tidak percaya kepada sengsara salib (kematian dan kebangkitan-Nya), ia bukanlah domba, sekalipun ia adalah keturunan Abraham, namun tidak berasal dari Allah.
Kalau tidak dengar-dengaran, tidak mengikuti gembala, berarti ia bukan domba, sehingga nama tidak dikenal.
 
Yohanes 10:27-28
(10:27) Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (10:28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.
 
Itulah perbedaan antara “domba” dengan “yang bukan domba”:
-          Kalau dia adalah domba, maka dia mendengar dan mengikuti gembala, sehingga nama terdaftar terdaftar di Sorga.
-          Kalau dia bukan domba, maka tidak dapat masuk sorga, karena namanya idak terdaftar, tidak tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba.
 
Pilih mana;
-          Tergembala, nama dikenal, sebab nama sudah tertulis dalam kitab kehidupan (nama terdaftar dan dikenal),
-          atau mengikuti keinginan sendiri, memuaskan keinginan sendiri, terlena di dunia ini, semua keinginan di hati tercapai, tetapi nama tidak tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba, karena tidak dengar-dengaran, tidak mengikuti gembala, tidak tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba, tidak dikenal, terhapus dari kitab kehidupan Anak Domba yang disembelih itu.
Jangan kita pendek cara berpikir, tetapi panjanglah dalam berpikir, karena Kerajaan Sorga itu tidak sempit, tidak sesempit cara berpikir manusia; sorga itu luas.
 
Tetapi saya adalah hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala; saya harus berjuang supaya nama kita semua tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba. Jadi, saudara tidak boleh berprasangka buruk kepada saya, jikalau TUHAN perintahkan saya supaya kita semua menjadi domba-domba yang dengar-dengaran, jikalau TUHAN perintahkan saya supaya kita dijadikan domba-domba yang mau mengikuti geraknya Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, yang sudah menggembalakan kita sampai sejauh ini. Ke mana pun kita dibawa, ikuti saja; yang pasti, Pengajaran Mempelai membawa kita kepada Yerusalem yang baru, Mempelai TUHAN, milik kepunyaan Allah sendiri.
 
Ingin rasanya melanjutkan firman di dalam Kisah Para Rasul 17, karena di situ juga ada penyembahan yang keliru; ketika Rasul Paulus pergi memberitakan Injil kepada orang-orang Yunani di Atena. Di Atena ini banyak sekali penyembahan berhala, tetapi yang lucunya, ketika Rasul Paulus masuk ke dalam sebuah kuil penyembahan berhala, di situ ada tertulis: “Kepada Allah yang tidak dikenal” Coba, kita akan sedikit telusuri.
 
Kita sudah dengar firman satu jam tiga puluh menit, tetapi Maria duduk dekat di kaki TUHAN dan terus mendengar Firman TUHAN; satu jam sudah berlalu dan masih terus dengar Firman TUHAN; satu jam tiga puluh menit berlalu, tetap terus mendengar Firman TUHAN, karena firman yang dibukakan begitu mempesona, memberi daya tarik yang luar biasa. Tidak ada lagi daya tarik dari perkataan-perkataan manusia yang kosong.
 
Kisah Para Rasul 17:21-23
(17:21) Adapun orang-orang Atena dan orang-orang asing yang tinggal di situ tidak mempunyai waktu untuk sesuatu selain untuk mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru. (17:22) Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata: "Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. (17:23) Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.
 
Paulus ini sedang menceritakan Pribadi TUHAN Yesus Kristus, Allah yang hidup, Allah yang tidak bisa dilihat oleh mata. Oleh sebab itu, dia datang ke Atena untuk menceritakan tentang pribadi Allah yang tidak dikenal, yang tidak dilihat oleh mata.
Satu sisi mereka menyembah berhala, tetapi anehnya; di mezbah berhala itu ada tulisan yang mengatakan “Kepada Allah yang tidak dikenal”. Oleh sebab itu, Rasul Paulus berkata: apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.
 
SIAPA ALLAH YANG TIDAK DIKENAL?
Kisah Para Rasul 17:24-25
(17:24) Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, (17:25) dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang.
 
Lihat, Allah yang hidup itu Dialah yang memberikan hidup, Dialah yang memberikan nafas, Dialah yang memberikan segala sesuatu kepada semua orang.
Karena nafas, kita bisa bekerja; karena nafas, kita bisa beraktifitas; jadi, semua yang kita miliki, ternyata dari TUHAN. Kita harus sadari itu.
 
Kemudian, apa lagi tentang “Allah yang tidak dikenal
Kisah Para Rasul 17:26-27
(17:26) Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka, (17:27) supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing.
 
Kita bisa menemukan Dia, kita bisa menjamah Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing. Itulah yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada orang-orang di Atena, termasuk orang asing yang ada di Atena.
 
Kisah Para Rasul 17:28
(17:28) Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.
 
Di sini kita perhatikan, di dalam Allah yang hidup:
-          Di dalam Dia, kita hidup.
-          Di dalam Dia, kita bergerak, bekerja, melayani di tengah ibadah, berarti pikul salib.
-          Di dalam Dia, kita ada. Apa arti kita ada? Diakui di hadapan Allah Bapa dan diakui di hadapan para malaikat-Nya, dengan kata lain; nama tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba.
 
Wahyu 3:5
(3:5) Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.
 
Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya ... Itu adalah tanda bahwa nama tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba, yaitu diakui di hadapan Bapa dan diakui di hadapan para malaikat.
 
Kita ada; keberadaan kita diakui di hadapan Allah Bapa, diakui juga di hadapan para malaikat-Nya, dengan lain kata; nama tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba yang telah disembelih. Itulah tujuan dari Rasul Paulus untuk berkunjung ke Atena.
Betapa mulianya TUHAN itu; tetapi kita seringkali bersungut-sungut, tidak tahu apa yang kita kerjakan, hanya membawa dirinya sendiri. Tetapi Rasul Paulus tidak demikian; dia harus mengorbankan dirinya untuk berkunjung ke Eropa Timur, sampai kepada Yunani, supaya nama bangsa kafir juga tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba yang telah disembelih itu.
 
Lihatlah; Allah yang membuat kita hidup, Allah yang membuat kita bergerak (bekerja, melayani di tengah ibadah, pikul salib), lalu Allah yang membuat kita ada, sampai nama tertulis di dalam Kitab Kehidupan Anak Domba, berarti “ada” diakui di hadapan Allah, “ada” diakui di hadapan para malaikat, sebab nama tertulis di dalam Kitab Kehidupan Anak Domba.
Itulah tujuan ibadah kita; tidak lagi menyembah berhala, tidak lagi menyembah Setan, tidak lagi menyembah antikris, melainkan menyembah Allah yang hidup. Jadi, sudah sangat jelas; Dia yang membuat kita hidup, Dia yang membuat kita bergerak, Dia yang membuat kita ada, untuk hormat dan kemuliaan hanya bagi Dia. Haleluya.. Amin.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 

No comments:

Post a Comment