KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, April 9, 2021

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 01 APRIL 2021


 
IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 01 APRIL 2021
 
KITAB RUT
(Seri:132)
 
Subtema: DILAHIRKAN OLEH BENIH ILAHI
 
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sudah memberi kesempatan bagi kita untuk berada di tengah-tengah Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
Tidak lupa saya menyapa sidang jemaat di Malaysia dan di Bandung: “Shalom, TUHAN Yesus Kristus memberkati.” Baik juga umat TUHAN yang tekun memberikan dirinya digembalakan lewat GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia, baik di dalam maupun di luar negeri, TUHAN memberkati saudara. Selanjutnya, kiranya ada suatu persekutuan yang baik, ada suatu persekutuan yang indah di antara kita.
 
Segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari STUDY RUT. Kita masih berada pada Rut 3:10.
Rut 3:10
(3:10) Lalu katanya: "Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu, karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya.
Kita akan melihat bagian dari perkataan Boas kepada Rut dari ayat 10 ini ialah: “ … karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya.
 
Pendeknya, Rut tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, menunjukkan 2 (dua) hal:

1.      Bagi Rut, Allah adalah segala-galanya. Bagaimana dengan kita, apakah Allah adalah segala-galanya?

2.      Rut melihat masa depan atau kemuliaan kekal.

 
Jadi, apa yang diperbuat oleh Rut dibenarkan oleh Salomo di dalam Amsal 22.
Amsal 22:15A
(22:15) Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya.
 
Kebodohan melekat pada hati orang muda
Muda di sini, jelas menunjuk;
-          Orang yang tidak berpengalaman.
-          Orang yang tidak memiliki pengertian yang benar.
Jelas, orang yang semacam ini tidak dapat menyenangkan hati TUHAN di tengah-tengah ibadah dan pelayanannya.
 
Jadi, apa yang diperbuat oleh Rut ini dibenarkan oleh hikmat Salomo, karena dia mau menyenangkan hati TUHAN dalam setiap perkataan dan perbuatannya.
 
Kemudian, lebih rinci tentang ORANG MUDA di dalam 2 Timotius 2.
2 Timotius 2:22-23
(2:22) Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. (2:23) Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran,
 
Di sini kita melihat: Dengan tegas, Rasul Paulus memperingatkan Timotius untuk tidak melakukan 2 (dua) hal:
Yang pertama: “JAUHILAH nafsu orang muda
Jadi, pernyataan Rasul Paulus ini selaras dengan hikmat Salomo, “kebodohan melekat pada hati orang muda”.
Sebaliknya, Rasul Paulus berkata: “KERJARLAH”. Apa yang dikejar? Antara lain;
1.      Keadilan
2.      Kesetiaan
3.      Kasih
4.      Damai
Kemudian, 4 (empat) hal ini dikejar atau dikerjakan, tentu bersama-sama dengan orang-orang yang berseru kepada TUHAN dengan hati yang murni. Jangan sampai saudara lebih bersekutu dengan orang dunia yang tidak mengenal kebenaran, yang jauh dari kesucian, dari pada anak-anak TUHAN dalam satu penggembalaan GPT “BETANIA”.
 
Dengan tegas, Rasul Paulus memperingatkan Timotius untuk tidak melakukan 2 (dua) hal:
Yang kedua: “HINDARILAH”, antara lain;
1.      Soal-soal yang dicari-cari.
2.      Soal-soal yang bodoh.
3.      Soal-soal yang tidak layak.
Mengapa “soal-soal” di atas harus dihindari? Sebab hal-hal tersebut menimbulkan pertengkaran
Jadi, soal-soal yang dicari-cari, soal-soal yang bodoh, soal-soal yang tidak layak menimbulkan pertengkaran; hindari itu.
 
2 Timotius 2:16
(2:16) Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan.

Yang tidak kalah penting untuk juga harus dihindari, yaitu omongan yang kosong dan yang tak suci.
Mengapa perkara itu harus dihindari? Sebab omongan yang kosong dan yang tak suci tersebut hanya menambah kefasikan. Jadi, omongan yang kosong dan tak suci ini memicu terjadinya dosa kefasikan di dalam diri seseorang. Dosa kesombongan, dosa keangkuhan dipicu oleh omongan yang kosong, dipicu oleh omongan yang tak suci.
 
Mari kita lihat CONTOH omongan yang kosong dan tak suci.
2 Timotius 2:17-19
(2:17) Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus, (2:18) yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian orang. (2:19) Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: "Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya" dan "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan."

Himenus dan Filetus mengajarkan kepada sidang jemaat, bahwasanya kebangkitan itu telah berlangsung, tetapi penderitaan atau kematian dari TUHAN Yesus Kristus sebagai dasar yang teguh, sebagai dasar yang kokoh tidak diajarkan kepada sidang jemaat. Inilah yang disebut kebangkitan palsu; mengajarkan suasana kebangkitan tanpa pengalaman kematian.
Pendeknya: Jikalau kematiannya palsu, maka otomatis kebangkitannya juga palsu. Kalau kematiannya semu, pasti kebangkitannya juga semu.
 
Singkat kata: Mengajarkan kepada sidang jemaat tentang kebangkitan tanpa sengsara salib, tanpa pengalaman kematian Kristus, itu merupakan omongan yang kosong dan yang tak suci.
 
Kemudian, mengajarkan kebangkitan tanpa kematian, itu menyebabkan sidang jemaat berlaku fasik, berlaku sombong dan angkuh di hadapan TUHAN, sampai pada akhirnya nanti akan menghujat Allah, dan itu terbukti sesuai dengan Wahyu 13:1-8, kebangkitan tanpa pengalaman kematian. Antikris mengadakan mujizat kesembuhan, tetapi mengesampingkan sengsara salib, mengesampingkan kematian, akhirnya orang-orang yang mengikuti antikris pun menghujat Allah (berlaku fasik).
 
Jadi, omongan yang kosong dan yang tak suci itu jelas-jelas menambah kefasikan; omongan yang kosong dan yang tak suci itu memicu terjadinya dosa kesombongan, dosa keangkuhan, lupa kepada TUHAN, karena terlena dengan perkara duniawi, sampai akhirnya menghujat Allah. Dengan demikian, kebangkitan tanpa kematian merusak iman dari sidang jemaat.
 
Kemudian, omongan yang kosong dan tak suci disebut juga dengan penyakit kanker, karena menjalar ke sel-sel tubuh, menjalar ke anggota-anggota tubuh yang lain. Jadi, kalau seorang hamba TUHAN sibuk dengan omongan yang kosong dan yang tak suci, itu yang menyebabkan seluruh sidang jemaat mengalami penyakit kanker.
Tentu saja kita tetap berdoa kepada TUHAN, supaya di tengah pemberitaan firman ini tanpa omongan yang kosong dan yang tak suci. Bicara pengalaman kematian tanpa kebangkitan, itu adalah omongan yang kosong, memicu terjadinya dosa kesombongan, keangkuhan, lupa kepada TUHAN; kalau dosa semacam ini dipertahankan, lama-lama atau ujung-ujungnya ialah;
-          Menghujat Allah.
-          Menghujat Anak Allah.
-          Menghujat kemah kediaman-Nya dengan segala kegiatan Roh = menghujat Roh Allah.
Kalau sudah sampai pada puncak penghujatan, TUHAN tidak akan mengampuni orang semacam ini.
 
Bagi saya tidak rugi untuk mengulangi menyampaikan hal ini kembali kepada saudara, karena saya rindu hal ini diteguhkan bagi kita masing-masing, supaya kita jangan mengejar-ngejar orang-orang muda, sebab kebodohan melekat pada hati orang muda, kebodohan melekat pada hati orang yang tidak berpengalaman di bidangnya. Kalau hamba TUHAN liar, berarti dia tidak mempunyai pengalaman di bidang pelayanan. Dan itu sudah terbukti sesuai dengan Ibrani 5-6, kalau ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi seorang pengajar, tetapi masih diberi minum susu, asas-asas pertama, tidak mengerti ajaran sehat.
 
Jauhilah nafsu orang muda. Hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci, sebab itu adalah penyakit kanker, yang merusak iman sidang jemaat. Jadi, kalau sibuk bicara tentang kebangkitan tanpa sengsara salib atau pengalaman kematian Kristus, itu adalah omongan yang kosong dan yang tak suci, yang memicu terjadinya dosa kesombongan.
Kalau mempertahankan dosa kesombongan, dosa keangkuhan, lupa kepada TUHAN, maka berujung kepada menghujat TUHAN; jika sampai pada puncak penghujatan, maka darah salib Kristus tidak berlaku kepada orang yang demikian.
 
Kita kembali untuk membaca Rut 3:10.
Rut 3:10
(3:10) Lalu katanya: "Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu, karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya.

Bagian yang harus kita perhatikan dari perkataan Boas pada ayat 10 ini adalah: “ ... karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya.
 
Singkat kata: Rut tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, antara lain;
a.       Orang muda yang miskin.
b.      Orang muda yang kaya.
 
Marilah kita mengikuti penjelasan tentang: A. Rut tidak mengejar-ngejar orang-orang muda YANG MISKIN
Kita akan kembali diberkati, dilawat oleh TUHAN dari bagian A ini. Marilah kita berdoa supaya kuasa TUHAN nyata dalam kehidupan kita malam ini.
 
Tentang Rut tidak mengejar-ngejar orang-orang muda yang miskin ini, kita hubungkan langsung dengan Amsal 28.
Amsal 28:19
(28:19) Siapa mengerjakan tanahnya akan kenyang dengan makanan, tetapi siapa mengejar barang yang sia-sia akan kenyang dengan kemiskinan.
 
Kalau hati kita dipenuhkan oleh Firman TUHAN, memberikan diri supaya hati ini dikerjakan oleh Firman TUHAN, maka kita akan makan dan kenyang, tetapi siapa mengejar barang yang sia-sia akan kenyang dengan kemiskinan.
Berarti, orang muda yang miskin à barang yang fana atau segala perkara-perkara yang ada di dunia ini; kalau itu yang menjadi nomor satu, dia akan kenyang dengan kemiskinan, tidak kaya dalam kebajikan, tidak kaya dalam kemurahan hati, tidak kaya dalam hal ibadah dan pelayanannya kepada TUHAN.
 
Pada minggu yang lalu, kita sudah melihat contoh yang demikian, yang terjadi (berlaku) terhadap sidang jemaat di Laodikia; merasa bahwa dirinya sudah kaya karena mereka memperkayakan diri, tidak kekurangan apa-apa. Tetapi sebaliknya; di mata TUHAN, sidang jemaat di Laodikia ini adalah jemaat yang melarat, malang, miskin, plus buta; berarti, begitu dalamnya kejatuhan itu dialami oleh sidang jemaat di Laodikia.
Ada orang melarat, malang, miskin, tetapi tidak buta; namun, sidang jemaat di Laodikia sudah miskin, kemudian juga buta. Tetapi, andaikata ada pilihan, mana yang harus dipilih; miskin atau buta? Pasti kebanyakan orang memilih miskin saja dari pada buta, sebab orang kaya buta pun tidak ada artinya hidup di atas muka bumi ini.
 
Kalau firman Allah mengerjakan hati kita, kita makan kenyang; tetapi kalau kita mengejar barang yang fana, kita akan kenyang dengan kemiskinan. Kenyang dengan kemiskinan = super lapar.
 
Perlu untuk diketahui: Segala sesuatu atau segala perkara yang ada di atas muka bumi ini bersifat sementara atau temporary, berarti; tidak kekal, tidak abadi, sekali waktu akan berlalu, yang ada ini sekali waktu akan berlalu. Jadi, barang-barang fana atau segala yang ada di atas muka bumi ini sifatya sementara; temporary, tidak kekal, tidak abadi. Sekali waktu langit bumi dan segala isinya akan berlalu, diganti langit dan bumi yang baru; inilah yang kita dambakan sebetulnya. Tetapi, anehnya di hari-hari terakhir, menjelang kedatangan TUHAN, antikris sudah di depan mata, masih saja banyak orang Kristen mengejar kesia-siaan, mengejar orang muda yang miskin itu, sekalipun sudah mengerti firman.
Kalau langit dan bumi ini akan berlalu, berarti segala sesuatu yang ada di atas muka bumi ini adalah kesia-sian. Jangan kita kejar itu, sebab itu yang akan menyebabkan seseorang kenyang dengan kemiskinan.
 
Sebaliknya, mengusahakan dan memeliharakan ibadah dan pelayanan di atas muka bumi ini bukanlah suatu kesia-siaan, melainkan sangat berarti bagi TUHAN. Sebab, segala yang hidup harus menyembah Allah yang Hidup, bukan kepada allah yang mati, sebab hanya kepada Dia sajalah kita berbakti, hanya kepada Dia sajalah kita beribadah dan melayani kepada TUHAN.
Berbakti atau beribadah, menyembah kepada TUHAN, tidaklah sia-sia; tetapi kalau mengejar barang fana, segala perkara yang ada di dunia ini, maka akan kenyang dengan segala kemiskinan, dan itu adalah kesia-siaan.
 
1 Petrus 1:23
(1:23) Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.
 
Kita semua telah dilahirkan kembali, tetapi dilahirkan bukan dengan benih yang fana, bukan benih dari seorang laki-laki; tetapi sebaliknya, kita semua telah dilahirkan oleh benih Ilahi, yaitu firman Allah.
Biarlah hal itu terjadi dan kita alami; dilahirkan kembali oleh benih Ilahi itulah Firman Allah, karena Firman Allah itu sifatnya:
-          Sifatnya hidup = Tidak akan binasa.
-          Sifatnya kekal = abadi, tidak sementara, tidak temporary.
Biarlah kiranya kita semua mengalami kelahiran baru, lahir bukan dari benih seorang laki-laki, tetapi lahir dari benih Ilahi, itulah Firman Allah yang hidup dan kekal.
 
1 Petrus 1:24-25
(1:24) Sebab: "Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur, (1:25) tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya." Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu.
 
Perlu untuk diketahui: Semua yang hidup adalah seperti rumput, dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput -- kemuliaan manusia itu persis seperti bunga rumput --, tetapi ketika rumput menjadi kering, maka bunga pun gugur, kemuliaannya pun gugur.
Berarti, barang fana, segala perkara yang ada di dunia ini, yang dahulu dijadikan manusia sebagai kemuliaannya adalah sia-sia. Karena kalau rumput kering, maka bunga atau kemuliannya juga gugur, berarti; yang ada ini adalah kesia-siaan.
 
Berarti, segala yang hidup, segala perkara di atas muka bumi ini bersifat sementara, bersifat temporary, tidak kekal; tetapi Firman TUHAN tetap untuk selama-lamanya. Biarlah kiranya kita semua diubahkanm (lahir baru) oleh benih Ilahi, itulah Firman Allah yang hidup dan kekal.
 
Apa yang telah dituliskan oleh Rasul Petrus ini senada dan seirama dengan apa yang diungkapkan oleh Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Galatia. Mari kita periksa di dalam Galatia 4.
Galatia 4:8-9
(4:8) Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah. (4:9) Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya?
 
Jemaat di Galatia adalah gambaran dari perempuan (gereja TUHAN) yang mengejar-ngejar orang muda yang miskin dan lemah.
Sebab, jemaat di Galatia ini sebenarnya sudah meninggalkan segala berhala, tidak lagi menghambakan diri kepada perkara-perkara yang ada di dunia ini, sesudah mengenal Allah. Tetapi sayangnya, mereka kembali lagi menghambakan diri kepada berhala-berhala, kepada barang fana, kepada perkara-perkara yang ada di atas muka bumi ini, kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin.
 
Di hari-hari terakhir, hal yang sama akan terjadi sesuai dengan apa yang dituliskan oleh Rasul Petrus: Sudah bertobat total, meninggalkan berhala-berhala, meninggalkan allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah yang hidup, tidak lagi menghambakan berhala-berhala di dunia ini, tidak lagi takluk kepada roh-roh dunia dengan segala perkara di dalamnya, karena sudah mengenal TUHAN; tetapi sayangnya, jemaat di Galatia kembali lagi, takluk lagi kepada berhala-berhala yang pada hakekatnya bukan Allah yang hidup. Tetapi hal yang sama, itu akan terjadi di hari-hari terakhir ini, dan itu dituliskan oleh Rasul Petrus. Rasul Petrus ini merupakan satu dari antara rasul yang ternyata juga mempunyai pandangan nubuatan, memandang jauh ke depan.
 
Kita bersyukur kepada TUHAN kalau apa yang dimiliki Rasul Petrus ini juga bisa kita terima malam ini, supaya kita juga bisa memiliki pandangan yang jauh ke depan.
Harapan saya, kiranya sidang jemaat dapat mengerti Firman TUHAN yang disampaikan pada malam ini; tetapi, tidak hanya untuk dimengerti, selanjutnya pengertian itu mengubahkan kehidupan kita masing-masing.
 
2 Petrus 2:17
(2:17) Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat.
 
Guru-guru palsu digambarkan dengan 2 (dua) hal, YANG PERTAMA: Seperti mata air yang kering.
Artinya: Tidak mempunyai pembukaan rahasia Firman TUHAN untuk disampaikan kepada sidang jemaat.
 
Pertanyaannya: Apakah yang terjadi jika seorang hamba TUHAN melayani tanpa pembukaan rahasia firman?
Mari kita lihat jawabannya, di dalam 1 Timotius 6, dengan perikop: “Mengenai penyakit bersilat kata dan mengenai cinta uang
1 Timotius 6:3-4
(6:3) Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat -- yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus -- dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, (6:4) ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga,
 
Jika seorang hamba TUHAN dalam pelayanannya tanpa pembukaan rahasia firman, maka ia akan tampil seperti seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakit hamba TUHAN semacam ini adalah mencari soal-soal dan bersilat kata; hal ini terpaksa ia lakukan, supaya kelihatannya waw, memukau sidang jemaat yang dia layani.
 
Sebenarnya, mencari soal-soal ini harus dihindari dengan sikap yang tegas, sesuai dengan nasihat Rasul Paulus kepada Timotius, di dalam 2 Timotius 2:23, sebab soal-soal yang dicari-cari menimbulkan pertengkaran, bahkan perpecahan di dalam tubuh.
Kemudian, tentang bersilat kata, sebenarnya juga harus dihindari. Seorang hamba TUHAN harus menghindari bersilat kata. Jangan pandai-pandai, pura-pura pandai padahal tidak tahu apa-apa; hal ini harus dihindari supaya jangan bersilat kata. Apa itu bersilat kata? Yang salah jadi benar, yang benar jadi salah.
 
Tetapi, dengan rendah hati juga saya mohon kepada TUHAN, supaya kiranya mulut ini tetap terjaga dengan baik; menghindari soal-soal yang dicari-cari dan menghindari bersilat kata, supaya sidang jemaat tidak dirugikan dan hati TUHAN juga tidak pilu.
Sebetulnya, kalau seorang hamba TUHAN mencari soal-soal dan pandai bersilat kata, itu membuat hati TUHAN sakit, pilu sekali. Dan itu sudah disampaikan oleh seorang anak TUHAN, seorang ibu di Nigeria menyampaikan apa yang dia lihat pada waktu penyembahan pagi hari: Dia melihat bahwa banyak orang berjalan, tetapi ujungnya akan menuju kepada kebinasaan (jurang maut). Lalu, setelah melihat itu, dia menangis dan heran, “Mengapa banyak orang yang akan binasa?” Lalu TUHAN berkata: “Hamba-hamba TUHAN pandai menyampaikan omongan yang kosong dan tak suci, menyampaikan kebangkitan tanpa kematian. Kemudian, pandai bersilat kata.” Setelah mendengar itu, ia melihat TUHAN Yesus disalibkan di atas kayu salib, lalu Yesus menangis darah, dan aliran tangisan itu begitu kencang sekali, dan dia heran akan hal itu. Di sampingnya, ada seorang laki-laki da bertanya kepadanya: “Mengapa Yesus menangis darah?” Lalu dia memberitahukan: “TUHAN Yesus hati-Nya pilu, sakit hati-Nya, karena banyak hamba-hamba TUHAN bersilat kata, banyak hamba TUHAN memberitakan kebangkitan tanpa kematian, tidak mengajarkan ajaran sehat” Lalu TUHAN memerintahkan dia supaya secepatnya menyampaikan berita ini, karena TUHAN mau datang.
Dengan ini saya juga mau luruskan kesaksian yang pertama (pada hari Selasa) tentang ibu ini, bahwa ternyata ibu ini masih hidup, tidak mati. Saya berharap, saya bisa berbicara langsung dengan ibu ini, dengan gembala sidangnya; jika TUHAN buka jalan. Bagi saya, ini penting sekali.
 
Kembali saya sampaikan: Seharusnya, seorang hamba TUHAN menghindari soal-soal yang dicari-cari, kemudian menghindari bersilat kata.
 
Praktek bersilat kata ialah menyampaikan firman Allah yang ditambahkan dan yang dikurangkan.
Ditambahkan, artinya; menyampaikan satu atau dua ayat Firman Allah, lalu ditambah dengan:

-          Cerita-cerita isapan jempol, yaitu cerita si kancil, cerita si buaya dan si kura-kura, supaya berita firman itu kelihatan menarik, padahal itu adalah cerita isapan jempol.

-          Dongeng nenek-nenek tua yang tidak jelas keasliannya = dusta.

-          Takhayul-takhayul, filsafat-filsafat kosong.

Bayangkan, menyampaikan satu dua ayat firman, lalu ditambahkan dengan cerita isapan jempol, ditambahkan dengan cerita si kancil, si kura-kura, si buaya, supaya terlihat “waw”, padahal sedang memanipulasi sidang jemaat.
Mana mungkin satu dan dua ayat Firman TUHAN disempurnakan hanya karena dongeng nenek-nenek tua, hanya karena cerita isapan jempol, cerita si kancil, si kura-kura dan buaya, itu mustahil. Sidang jemaat jangan mau dibodoh-bodohoi.
Dikurangkan, artinya; pengajaran Firman Allah yang benar dan murni -- disebut dengan pengajaran sehat, yakni pengajaran salib -- diganti atau dikurangkan dengan 2 (dua) hal:
Hal Pertama: Teologi kemakmuran, artinya; orang Kristen tidak boleh miskin, harus kaya. Bicara “Theo” (TUHAN), tetapi ditambahkan “logika”, akhirnya begini, maksudnya; orang Kristen tidak boleh miskin, harus kaya; kalau ikut TUHAN harus kaya, tidak boleh miskin. Kalau ikut TUHAN, seorang hamba TUHAN jemaatnya harus banyak, tidak boleh sedikit.
Lalu, bagaimana dengan Musa? Tidak semua hamba TUHAN sama seperti Musa yang memiliki sidang jemaat sebanyak dua juta lebih. Bagaimana dengan nabi Elia, yang hanya berjumpa dengan seorang janda saja, ditambah satu anak Sekolah Minggu? Apakah “teologi” semacam ini masuk akal? Tidak.
Hal Kedua: Sibuk dengan mujizat-mujizat, sibuk dengan sensasi-sensasi, misalnya; di tengah pelayanan, hamba TUHAN tersebut ...

-          Sibuk untuk membuat jemaat rubuh, jatuh telentang ke lantai. Tetapi puji TUHAN, rupa-rupanya, hamba TUHAN yang sibuk mengadakan pelayanan seperti itu, lama-lama malu juga karena tidak ada tertulis di dalam Alkitab; sudah mulai pudar.

-          Sibuk untuk membuat jemaat tertawa dalam roh, “kikikikik” dalam roh. Rupa-rupanya, ajaran ini juga mulai pudar; puji TUHAN.

-          Sibuk membuat jemaat muntah-muntah; ajaran ini pun sudah pudar.

Tetapi Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel tetap bertahan eksis sampai hari ini, tidak pernah berubah.
 
1 Timotius 6:4
(6:4) ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga,
 
Sebenarnya, bersilat kata dan mencari soal-soal akan menyebabkan dengki, cidera (melukai), fitnah dan curiga. Berarti, tidak mempersatukan anggota tubuh yang berbeda-beda; sebaliknya, perbedaan itu akan semakin terbentang luas, sehingga anggota tubuh yang berbeda-beda terpisah satu dengan yang lain. Perbedaan itu akan membedakan sampai terpisah, karena sudah ada dengki, cidera (melukai hati orang lain), fitnah dan curiga.
 
Sewaktu saya menjadi pengerja di Banyuwangi sedikit tertekan, karena sebagai seorang pengerja harus dengar-dengaran kepada bapa gembala -- sebab itulah yang diajarkan waktu kami mengikuti Sekolah Alkitab di Lempin-El Saron, Makassar, angkatan 7 (tujuh) --. Kalau seorang hamba dicurigai, itu membuat seseorang tertekan; kemudian, ada dengki, saling melukai, dan lain sebagainya.
Tetapi puji TUHAN, setelah saya renungkan, itu pun terjadi atas seizin TUHAN, supaya TUHAN mendidik saya. Lewat didikan ini, saya juga penuh dengan hikmat Allah yang heran dan dahsyat, sampai akhirnya pengalaman itu juga berguna sampai detik ini.
 
Sekali lagi saya sampaikan: Kalau ada dengki, cidera (melukai), fitnah dan curiga, hal itu tidak akan mempersatukan anggota tubuh yang berbeda-beda; sebaliknya, memperlebar perbedaan itu sendiri.
Sebenarnya, yang mempersatukan anggota tubuh yang berbeda-beda adalah darah salib Kristus, sesuai dengan Efesus 2:13-14. Inilah pengajaran sehat yang seharusnya diajarkan kepada sidang jemaat, bukan ajaran asing.
 
1 Timotius 6:5
(6:5) percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.
 
Guru-guru palsu mencari soal-soal dan bersilat kata di tengah-tengah ibadah dan pelayanannya, tujuannya adalah untuk mencari keuntungan semata. Inilah keadaan dari guru-guru palsu di hari-hari terakhir ini.
 
Kita kembali memeriksa guru-guru palsu di dalam 2 Petrus 2:17 tadi.
2 Petrus 2:17
(2:17) Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat.
 
Guru-guru palsu digambarkan dengan 2 (dua) hal, YANG KEDUA: Seperti kabut yang dihalaukan taufan.
Artinya; guru-guru palsu tidak mempunyai bobot, tidak mempunyai kapasitas yang dianggap layak untuk menyenangkan hati TUHAN. Kehidupan yang semacam ini adalah kehidupan yang tidak diperhitungkan oleh TUHAN, bagaikan dihalaukan oleh taufan.
Sebenarnya, kalau kita melihat jalan-jalan TUHAN yang dituliskan oleh hikmat Salomo di dalam Amsal 30:19, ada 4 (empat) jalan-jalan TUHAN:
1.      Jalan rajawali di udara.
2.      Jalan ular di atas cadas.
3.      Jalan kapal di tengah-tengah laut.
4.      Jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis.
 
Jalan rajawali di udara à Yesus sebagai Raja dalam kemuliaan-Nya. Namun oleh karena pengurapan-Nya, kita diangkat menjadi raja-raja dan imam-imam untuk memerintah di atas muka bumi ini.
Jalan yang kedua adalah jalan ular di atas cadas à Sengsara Yesus sebagai manusia.
Barulah yang ketiga adalah jalan kapal di tengah laut à Perjalanan seorang hamba; kebangkitan seorang hamba dalam pelayanannya, persis seperti kapal di tengah lautan, bermuatan barang-barang yang berharga dan yang menarik, yang berlayar mengarungi lautan bebas, walaupun menghadapi taufan, angin ribut, menghadapi gelombang dan lain sebagainya, untuk mencari pelabuhan hati kita masing-masing. Manakala sudah tiba di pelabuhan hati kita, maka barang yang berharga itu akan dipindahkan untuk menjadi bagian hati kita masing-masing. Itu adalah hamba TUHAN yang memiliki bobot sorgawi, yang memiliki kapasitas yang dapat menyenangkan hati TUHAN. Dia memiliki barang yang berharga untuk dipindahkan ke hati kita masing-masing; dan dalam kesempatan yang lain, kita juga harus menjadi syahbandar yang baik, menjadi pelabuhan hati yang baik.
 
Tetapi guru-guru palsu seperti kabut yang dihalaukan taufan, gambaran dari seorang hamba TUHAN yang tidak memiliki bobot, tidak memiliki kapasitas yang dapat menyenangkan hati TUHAN. Seharusnya, hamba TUHAN membawa harta yang berharga untuk dipindahkan ke dalam hati kita masing-masing, bukan sibuk dengan perkara dunia ini; saudara harus mengerti itu.
 
Terkait dengan ungkapan Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia, yang dibenarkan oleh Rasul Petrus, “sudah bertobat, tetapi kembali lagi ke masa lalu, menghambakan diri kepada berhala-berhala, roh-roh dunia, sama seperti gereja yang mengejar-ngejar orang muda yang miskin”, hal ini dituliskan di dalam 2 Petrus 2.
2 Petrus 2:18-19
(2:18) Sebab mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat orang-orang yang baru saja melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam kesesatan. (2:19) Mereka menjanjikan kemerdekaan kepada orang lain, padahal mereka sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan, karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu.
 
Guru-guru palsu menjanjikan kemerdekaan kepada orang lain, kepada sidang jemaat. Jelas ini adalah omongan yang kosong dan yang tak suci, sebab mereka mengajarkan kemerdekaan, atau mengajarkan kebangkitan tanpa dasar yang teguh, itulah kebangkitan tanpa kematian.
Sebenarnya, ajaran semacam ini menimbulkan kefasikan, menimbulkan kecongkakan dan kesombongan; ajaran semacam ini merusak iman dari sidang jemaat, sesuai dengan 2 Timotius 2:16-19 tadi.
 
Tetapi sekalipun demikian, mereka dengan sengaja mengucapkan kata-kata yang yang kosong dan yang tak suci tadi, tujuannya untuk memikat orang-orang yang baru bertobat, secara khusus memikat orang kaya yang baru bertobat. Itulah guru-guru palsu tadi yang menjanjikan kemerdekaan, yaitu kebangkitan tanpa kematian, di mana tujuannya adalah untuk memikat orang kaya yang baru bertobat.
Maka, lihat saja guru-guru palsu di hari-hari terakhir ini; sibuk bicara kebangkitan tanpa pengalaman kematian.
Yang lucunya lagi, ada hamba TUHAN yang mempunyai channel Youtube yang mempersalahkan pengalaman kematian, lalu mengejek hamba TUHAN yang menyampaikan pengajaran salib, dan beliau berkata bahwa hamba TUHAN yang mengajarkan “teologi penderitaan”, kotbahnya hanya Jumat Agung dan Natal. Namun hal ini menunjukkan bahwa ternyata dia bodoh sekali, tidak mengerti firman, sebab tidak mungkin ada kebangkitan tanpa kematian.
 
Saya berharap, hamba TUHAN tersebut mendengarkan perkataan saya, karena saya mengasihi dia, supaya lurus dalam hal berkotbah di hadapan sidang jemaat yang dipercayakan oleh TUHAN. Tetapi bukan hanya dia, melainkan semua hamba TUHAN jangan menyampaikan kebangkitan tanpa kematian, sebab itu adalah ajaran palsu.
Menjanjikan kemerdekaan kepada sidang jemaat, itu adalah omongan yang kosong dan tak suci, itu adalah kebangkitan tanpa kematian. Tiadalah mungkin ada kebangkitan tanpa kematian.
 
Jadi, mereka dengan sengala mengucapkan kata-kata kosong dan yang tak suci, menjanjikan kemerdekaan atau kebangkitan tanpa kematian, di mana tujuannya adalah untuk memikat orang-orang yang baru bertobat, secara khusus memikat orang kaya yang baru bertobat.
Tetapi saya sudah berkali-kali menyampaikan kepada sidang jemaat: Saya melayani TUHAN dengan siap mengambil resiko; menyampaikan pengajaran salib (kematian Yesus) supaya hari ketiga bangkit. Hal ini mengandung resiko yang besar, lalu bagaimana dengan sidang jemaat; apakah maju atau mundur? Tetapi apapun yang terjadi, saya tetap berpegang teguh kepada kebenaran Firman Allah, itulah ajaran sehat yang murni.
 
Saya tidak sedang memikat hati saudara, tetapi saya sedang memikat hati TUHAN. Cari dahulu Kerajaan Sorga, maka semua akan ditambahkan; saya tidak perlu capek memikat hati saudara. TUHAN kita tidak mendustai kita; percayalah, Dia tidak tidur, Dia melihat kita semua.
 
2 Petrus 2:20
(2:20) Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula.

Apa yang dinyatakan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia, juga sama dengan pengalaman hamba-hamba TUHAN di hari-hari terakhir; sudah bertobat, sudah meninggalkan kecemaran-kecemaran, melepaskan diri dari berhala-berhala, roh-roh dunia, melepaskan diri dari allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah yang hidup, karena sudah mengenal TUHAN Yesus Kristus, TUHAN dan Juruselamat, Mempelai Laki-Laki Sorga, Penyelamat tubuh. Tetapi yang luar biasanya, rupa-rupanya, guru-guru palsu di hari-hari terakhir ini terlibat lagi, kembali lagi kepada dosa yang semula, takluk kepada roh-roh dunia, menghambakan diri kepada berhala-berhala, kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah yang hidup.
Singkatnya; Bertobat, lalu melayani, tetapi untuk "mencari uang", takluk kepada berhala-berhala, menghambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah yang hidup. Jadi, sama.
 
Itu sebabnya, di atas tadi saya katakan: Rasul Petrus ini rupa-rupanya memiliki pandangan yang jauh ke depan.
Oleh sebab itu, jangan berpikir pendek dengan mencari kesenangan sesaat. Hamba TUHAN juga tidak boleh berpikir dan mencari kesenangan sesaat, tetapi besok dituntut oleh TUHAN. Jangan hanya karena menyembah berhala, lantas nama dihapuskan dari kita kehidupan. Pilih mana?
Kita harus memiliki pandangan nubuatan, memandang jauh ke depan, tidak boleh berpikir pendek, karena Kerajaan Sorga itu luas, tidak sesempit pikiran manusia. Jangan terlena dengan dunia ini, sebab segala sesuatunya akan berlalu.
 
Kembali saya sampaikan: Sebenarnya, guru-guru palsu sudah melepaskan diri dari kecemaran dunia, sudah melepaskan diri dari berhala-berhala di dunia, mereka sudah bertobat karena pengenalan mereka akan TUHAN Yesus Kristus; tetapi sayangnya, mereka terlibat lagi di dalamnya, sama seperti jemaat di Galatia.
Jadi, ungkapan Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia sama dengan apa yang dilihat oleh Rasul Petrus tentang guru-guru palsu di hari-hari terakhir ini.
 
Hal ini perlu untuk kita ketahui supaya kita mengerti jalan mana yang harus kita tempuh. Jangan menempuh jalan yang tidak harus ditempuh supaya jangan sesat dan binasa.
 
2 Petrus 2:21-22
(2:21) Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka. (2:22) Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: "Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya."
 
Sudah bertobat dari roh-roh dunia yang lemah dan miskin, namun terlibat lagi di dalamnya, maka mereka itu diumpamakan dengan 2 (dua) hal:
1.      Anjing kembali ke muntahnya = kembali mengulangi kesalahan yang dahulu.
2.      Babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.
Itulah kondisi guru-guru palsu di hari-hari terakhir ini.
 
Waktu masa kecil, saya seringkali melihat babi yang sudah mandi kembali lagi ke kubangan. Juga waktu masa kecil di kampung halaman, saya juga sering melihat anjing yang sudah muntah, dijilat lagi muntahannya itu.
Jadi, guru-guru palsu digambarkan dengan 2 (dua) binatang ini;
-          Anjing kembali ke muntahnya.
-          Babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya. Tidak ada babi yang tidak suka kubangan.
 
Oleh sebab itu, kita kaitkan dengan Injil Matius 7, dengan perikop: “Hal yang kudus dan berharga”. Ada dua, yaitu hal yang “kudus” dan “berharga”. Kiranya itu menjadi bagian kita dan kita diperlengkapi secara khusus.
Matius 7:6
(7:6) "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu."
 
Di dalam 2 Petrus 2:22, guru-guru palsu yang terlibat (kembali) lagi kepada dosa masa lalu digambarkan seperti;
-          Anjing kembali ke muntahnya.
-          Babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.
Karena tabiat dari guru-guru palsu seperti “anjing” dan “babi”, maka di dalam Injil Matius 7:6 ini pun nyatalah larangan keras terhadap 2 (dua) golongan ini, yaitu:
1.      Dilarang memberikan barang kudus yang kepada anjing.
2.      Dilarang melemparkan mutiara kepada babi.
Jadi, guru-guru palsu yang digambarkan dengan “anjing” dan “babi” tidak mengerti untuk menghargai barang yang kudus, tidak mengerti untuk menghargai barang yang berharga. Dari sinilah kita melihat, ternyata TUHAN tidak mengutus guru-guru palsu, maka jangan percaya kepada guru-guru palsu.
 
“Anjing” dan “babi” à Hamba-hamba TUHAN yang menghambakan dirinya lagi kepada roh-roh dunia, atau allah-allah yang mati; oleh sebab itu, “JANGAN KAMU MEMBERIKAN BARANG YANG KUDUS KEPADA ANJING”.
Apa itu barang yang kudus? Jelas itu menunjuk Firman Allah yang suci dan mulia
Pendeknya: TUHAN tidak mempercayakan pembukaan rahasia firman Allah kepada hamba TUHAN yang digambarkan seperti anjing. TUHAN tidak percayakan pembukaan rahasia firman, itu sebabnya dia harus berlagak tahu, bersilat kata, mencari soal-soal.
 
Kepada “anjing”, TUHAN tidak percayakan barang yang kudus; kepada guru-guru palsu, TUHAN tidak percayakan pembukaan rahasia Firman TUHAN. Jadi, kita harus patut bersyukur malam ini, sebab yang menggembalakan kita bukan “anjing”.
Tetapi rupanya, banyak gereja yang digembalakan oleh “anjing-anjing”. Kalau ditunjuk “anjing”, dia tidak akan mengaku bahwa dia adalah “anjing”, bahkan bisa menyerang balik; oleh sebab itu, jangan percayakan barang kudus kepada “anjing”.
 
Dalam menggembalakan sidang jemaat, ini bukanlah perkara mudah; itu sebabnya, berapa banyak yang meminta pemberkatan nikah kepada saya, namun saya tolak, kecuali dengan satu syarat: mau tergembala atau tidak. Kalau tidak mau tergembala, biar satu Milyar diberikan kepada saya, namun itu saya tolak. Jadi, bukan “anjing” yang menggembalakan kita; itulah yang harus kita syukuri.
 
Kembali saya sampaikan: TUHAN tidak percayakan pembukaan rahasia firman kepada “anjing”, gambaran dari guru palsu.
 
Kita akan memperhatikan Yesaya 56, dengan perikop: “Pemimpin-pemimpin yang fasik”, itulah guru-guru palsu.
Yesaya 56:9-11
(56:9) Hai segala binatang di padang, hai segala binatang di hutan, datanglah untuk makan! (56:10) Sebab pengawal-pengawal umat-Ku adalah orang-orang buta, mereka semua tidak tahu apa-apa; mereka semua adalah anjing-anjing bisu, tidak tahu menyalak; mereka berbaring melamun dan suka tidur saja; (56:11) anjing-anjing pelahap, yang tidak tahu kenyang. Dan orang-orang itulah gembala-gembala, yang tidak dapat mengerti! Mereka semua mengambil jalannya sendiri, masing-masing mengejar laba, tiada yang terkecuali.
 
Hai segala binatang di padang, hai segala binatang di hutan, datanglah untuk makan! Kalau umat TUHAN menjadi santapan dari antikris, sungguh disayangkan tentunya; pengorbanan sia-sia. Tetapi hal itu akan terjadi sesuai dengan Yesaya 56:9 ini.
 
Guru-guru palsu atau hamba TUHAN yang buta disebut dengan, Yang Pertama: Anjing-anjing bisu.
Apa artinya anjing-anjing bisu? Tidak berani menyampaikan pengajaran yang sehat, pengajaran salib sebagai teguran, dengan lain kata; tidak berani menegur sidang jemaat. Kalau dia berani menegur sidang jemaat, maka dia harus rela berlutut di kaki salib TUHAN berjam-jam untuk menantikan pembukaan rahasia firman, untuk selanjutnya disampaikan kepada sidang jemaat.
Kalau terjadi pembukaan rahasia firman, maka segala rahasia yang terkandung yang tersembunyi di dalam hati ini akan tersingkap, berarti; dosa dibongkar dengan tuntas. Itu sama dengan berani menegur dosa.
 
Tetapi guru-guru palsu, hamba-hamba TUHAN yang buta, gembala-gembala yang buta, kepadanya tidak dipercayakan pembukaan firman, disebutlah dia “anjing-anjing bisu”. Apa kesukaan dari anjing-anjing bisu? Suka berbaring, suka melamun, menghayal, suka tidur.  Pendeknya; anjing bisu = hamba TUHAN pemalas.
Bantu doa, supaya saya tidak menjadi hamba TUHAN pemalas. Walaupun raga ini habis, hati ini habis, bahkan terkadang rasanya sudah capek sebetulnya, tetapi saya mohon kemurahan TUHAN supaya TUHAN berikan kekuatan bagi fisik ini; itu doa saya, hanya itu doa saya. Sebetulnya sudah capek, tetapi harus belajar merendahkan diri di ujung kaki salib untuk menantikan pembukaan firman; tidak cukup satu dua jam, baik malam, baik pagi, berjam-jam. TUHAN yang menjadi saksi atas apa yang saya bicarakan malam ini.
Kalau malas, tidak suka menyembah, tidak mau belajar untuk berada di ujung kaki salib, mana mungkin ada pembukaan firman. Kita semua harus camkan hal ini, supaya kita semua menghargai ibadah ini.
 
Kembali saya sampaikan: Anjing bisu tidak berani menyampaikan pengajaran yang sehat, itulah pengajaran salib sebagai teguran. Ciri-cirinya ialah suka berbaring, melamun, tidur, pendeknya; pemalas.
 
Guru-guru palsu atau hamba TUHAN yang buta disebut dengan, Yang Kedua: Anjing-anjing pelahap.
Mengapa disebut anjing-anjing pelahap? Karena tidak tahu kenyang.
Apa ciri-ciri tidak tahu kenyang? Orang-orang itulah gembala-gembala, yang tidak dapat mengerti! Mereka semua mengambil jalannya sendiri, masing-masing mengejar laba, tiada yang terkecuali. Inilah anjing-anjing pelahap yang tidak tahu kenyang, karena mereka melayani untuk mencari laba, atau melayani untuk mencari keuntungan semata di dalam pelayanan mereka. Jadi, selalu kurang, selalu kurang, tidak tahu kenyang, maka disebutlah anjing-anjing pelahap.
 
Yesaya 56:12
(56:12) "Datanglah," kata mereka, "aku akan mengambil anggur, baiklah kita minum arak banyak-banyak; besok akan sama seperti hari ini, dan lebih hebat lagi!"
 
Bayangkan, pada ayat 12 ini, guru-guru palsu yang digambarkan “anjing-anjing pelahap” melayani dengan hawa nafsu daging.
Anggur dan arak à Hawa nafsu daging.
 
Mereka berkata: “Datanglah” Jadi, mereka menghimbau sidang jemaat untuk datang, tetapi untuk menikmati hawa nafsu daging mereka sendiri. Mereka minum anggur dan minum arak, itu berbicara soal hawa nafsu daging.
Sesudah itu, mereka berkata: " ... Besok akan sama seperti hari ini, dan lebih hebat lagi" Dari pengakuan ini, menunjukkan bahwa guru-guru palsu tidak satu di dalam pengalaman kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus Kristus.
 
Jadi, mereka tidak berubah dari cara pelayanan yang lama, di mana mereka melayani dengan hawa nafsu dan keinginan daging. Sesudah itu, mereka berkata: " ... Besok akan sama seperti hari ini, dan lebih hebat lagi" Jelas, mereka tidak menghargai pengalaman Yesus di dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya.
Kalau hamba TUHAN bicara seperti ini, bukankah berarti ia tidak mengerti soal kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus Kristus? Hanya sibuk dengan hawa nafsu dan keinginan daging; melayani tetapi dengan keinginan daging, melayani tetapi dengan hawa nafsu daging, tidak mengerti soal pengalaman kematian dan kebangkitan. Itu sebabnya mereka berkata: “Besok akan sama seperti hari ini, dan lebih hebat lagi” Bukankah ini adalah orang-orang yang sudah kehilangan pengharapan kepada TUHAN?
 
Oleh sebab itu, mari kita lihat jawaban Rasul Paulus kepada guru-guru palsu, anjing-anjing pelahap tadi di dalam 1 Korintus 15.
1 Korintus 15:31-32
(15:31) Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar. (15:32) Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati".
 
Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati" Demikianlah guru-guru palsu, anjing-anjing bisu, anjing-anjing pelahap yang tidak mempunyai pembukaan rahasia firman, tidak berani menegur kesalahan sidang jemaat; mereka pemalas, mereka melayani hanya untuk mencari keuntungan, mereka melayani hanya karena hawa nafsu daging, tidak menghargai pengalaman kematian dan kebangkitan.
Kalau manusia hidup hanya untuk “hari ini” saja, maka jelaslah sama seperti pengertian dari guru-guru palsu, “besok kita mati, maka ayo kita berdosa, ayo kita hidup dalam hawa nafsu daging”, tetapi Rasul Paulus berkata: kalau Yesus tidak dibangkitkan dari antara orang mati, maka sia-sialah pengorbanan ini, sia-sialah perjuangan kita di dalam mengikuti TUHAN; tetapi yang benar Yesus telah mati, tetapi hari ketiga Ia bangkit, maka jangan kita hidup dalam hawa nafsu daging di dalam melayani pekerjaan TUHAN.
 
Jangan ikuti ajaran dari guru-guru palsu tadi, sebab mereka itu adalah anjing bisu dan anjing pelahap, tetapi yang benar ialah Yesus mati di kayu salib, hari ketiga Yesus bangkit, maut telah dikalahkan. Ini adalah ajaran sehat.
Jadi, sudah sangat jelas: Ajaran sehat, itulah ajaran soal pengalaman kematian dan kebangkitan, bertolak belakang dengan guru-guru palsu, di mana kepada mereka tidak dipercayakan pembukaan rahasia firman, akhirnya mereka berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa.
Tetapi anjing susah untuk diluruskan; oleh sebab itu, jangan berikan barang kudus kepada anjing, supaya ia jangan menyerang balik.
 
“Anjing” dan “babi” à Hamba-hamba TUHAN yang menghambakan dirinya lagi kepada roh-roh dunia, atau allah-allah yang mati; oleh sebab itu, “JANGAN KAMU MELEMPARKAN MUTIARAMU KEPADA BABI”.
Mutiara à Barang yang berharga, lebih tepatnya adalah karunia-karunia dan jabatan-jabatan yang TUHAN percayakan.
Semua imam-imam, pelayan-pelayan TUHAN dikaruniakan karunia-karunia Roh. Ada yang pemimpin pujian, ada pemain musik, ada singer, ada guru Sekolah Minggu, ada zangkoor, ada kolektan, ada pengetik kotbah, ada yang bertugas untuk membaca firman, ada yang bertugas untuk sebagai multimedia (infokus), dan lain sebagainya; itu semua adalah barang-barang berharga, itu adalah mutiara yang berharga. Tetapi jangan berikan mutiara, barang berharga itu kepada “babi”.
 
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Mutiara jangan dilemparkan kepada babi. Mutiara itu adalah barang berharga, itulah karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus.
Saya menghimbau kepada para imam-imam, pelayan TUHAN: Hargai karunia-karunia yang TUHAN percayakan.
 
Proses untuk menjadi MUTIARA:

-          Terlebih dahulu kerang itu dilukai.

-          Sesudah itu, benda keras (padat) dimasukkan ke dalamnya, sesuai dengan ukuran kerang yang dilukai tersebut.

-          Setelah sekian lama ditunggu, maka ia akan berproses dan menjadi mutiara yang berharga.

Jadi, untuk memperoleh mutiara yang berharga, karunia-karunia jabatan Roh-El Kudus, itu lewat sengsara salib Kristus. Jadi jangan saudara menganggap enteng terhadap karunia-karunia dan jabatan-jabatan yang saudara terima dari TUHAN.
 
Efesus 4:10-12
(4:10) Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu. (4:11) Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, (4:12) untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,
 
Karunia-karunia, jabatan-jabatan Roh-El Kudus, itulah mutiara yang berharga, di mana proses untuk menerimanya adalah lewat kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus Kristus.
Jadi, jangan sampai kita tidak menghargai pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, sebab lewat pengalaman kematian dan kebangkitan inilah kita menerima karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus, itulah mutiara yang berharga. Tetapi di sini kita melihat; mutiara yang berharga itu dilarang untuk diberikan kepada babi, karena babi tidak bisa menghargai barnag yang berharga, dia akan menginjak-injaknya.
 
Kedudukan dari seorang imamat rajani sangat tinggi sekali, sehingga kalau kita melayani TUHAN degan sistim Kerajaan Sorga, maka dikenan Allah dan dihormati manusia, sesuai dengan Roma 14:18. Jadi, itulah yang membuat seorang hamba TUHAN berharga; sejauh mana kita menghargai karunia-karunia dan jabatan Roh-El Kudus, sejauh itulah penghargaan TUHAN kepada kita. Tergantung sejauh mana kita menghargai mutiara berharga, tetapi kepada babi tidak akan diberikan mutiara yang berharga. Dilarang untuk melemparkan mutiara kepada babi. Kalau dia tidak bertabiat “babi”, maka dia tetap menghormati barang yang berharga.
 
Sekarang, kita akan memperhatikan: JALAN KELUAR supaya jangan mengejar-ngejar orang-orang muda yang miskin.
1 Petrus 1:23
(1:23) Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.

Jalan keluarnya supaya kita tidak digambarkan seperti gereja yang mengejar-ngejar orang-orang muda yang miskin ialah harus mengalami kelahiran baru; menjadi manusia baru yang dilahirkan bukan dengan benih yang fana, tetapi dari benih Ilahi, itulah Firman Allah.
 
Malam ini TUHAN sedang membaharui kita semua menjadi manusia baru lewat firman yang dibukakan, bukan dengan benih yang fana (benih dari seorang laki-laki), melainkan dari benih Ilahi, itulah Firman Allah.
 
Kemudian, Firman Allah itu sifatnya;
1.      Hidup.
2.      Kekal.
 
Tentang: Firman Allah sifatnya HIDUP.
Hidup, menunjukkan bahwa Firman Allah berkuasa untuk mengadakan penyucian terhadap dosa.
 
Ibrani 4:12
(4:12) Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.
Firman Allah itu sifatnya hidup, artinya; berkuasa untuk mengadakan penyucian terhadap dosa, sehingga berkuasa untuk memisahkan jiwa dan roh, memisahkan sendi-sendi dan sumsum, bahkan sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita masing-masing.
 
Itu arti “hidup”, yaitu berkuasa untuk mengadakan penyucian terhadap dosa = tidak pasif, tetapi aktif, berarti; hidup. Demikian juga kalau hamba TUHAN pasif, dia tidak “hidup”. Kalau dia aktif, maka pelayanannya “hidup”.
Kalau kita menyembah, bukan berarti kita pasif, tetapi itu tanda bahwa kita aktif. Jika kita berhenti dari kesibukan-kesibukan dunia, bukan berarti kita pasif; menyembah TUHAN, bukan berarti pasif, itu adalah aktif. Demikian juga Firman TUHAN itu “hidup”, dia aktif berkuasa mengadakan penyucian dosa.
 
Tentang: Firman Allah sifatnya KEKAL.                          
Firman Allah itu sifatnya kekal, jelas itu berbicara tentang kesempurnaan, sama seperti buli-buli emas berisi manna yang berada di dalam Tabut Perjanjian.
Di dalam Tabut Perjanjian terdapat 3 (tiga) macam alat yang sifatnya permanen.

1.      Tongkat Harun yang pernah bertunas à Kepenuhan Roh Kudus secara permanen. Sekali waktu seseorang bisa kepenuhan Roh Kudus, tetapi sifatnya tidak permanen, seperti guru-guru palsu, akhirnya menjadi anjing bisu dan anjing pelahap.

2.      Dua loh batu à Kasih Allah yang sifatnya permanen.

3.      Buli-buli emas berisi manna à Firman Allah yang bersifat permanen (kekal).

Semua yang permanen ini ada di dalam Tabut Perjanjian, di mana peti dari tabutnya terbuat dari kayu penaga, tetapi sudah disalut dengan emas, baik dalam maupun luarnya.
 
Jadi, jangan kita sibuk hanya memperhatikan lapisan luar; tampilan luar kelihatan seperti kesaksian, tetapi lapisan dalam belum disalut dengan emas. Tetapi sudah seharusnya kita memperhatikan lapisan dalam, itulah manusia batiniah (hati nurani), sudah diperbaiki, kemudian lapisan luar (tampilan luar) menjadi kesaksian, baik perkataan dan perbuatan, sehingga dari situlah kita bisa melihat bahwa firman itu bersifat permanen.
 
Saya tidak larang untuk saudara bekerja; harus bekerja, harus ada aktivitas. Tetapi untuk menjadi kesaksian di luaran sana, sudah terlebih dahulu lapisan dalam, manusia batiniah itu diperbaiki, sehingga lapisan luar menjadi kesaksian, menjadi contoh, menjadi teladan yang dapat diteladani, baik perkataan, baik perbuatannya. Dari sinilah kita mengetahui, bahwa firman itu permanen di dalam dirinya.
Hati-hati, jangan asal bicara firman, tetapi lapisan dalam belum diperbaiki. Kalau biasa mempertahankan yang demikian, lama-kelamaan kehidupan yang semacam ini susah diubahkan, tidak mau terima teguran firman.
 
Bunda, orang tua saya, sudah pernah bermimpi bahwa seseorang menutupi diri, lalu ada pelita, yang artinya; ia menjadi terang di luar sana tetapi menutupi diri terhadap pembukaan firman.
Ayo, mulai malam ini kita harus mau diubahkan oleh firman yang dibukakan, karena Firman Allah, benih Ilahi sifatnya ...
-          Sifatnya hidup, berarti; tidak pasif, melainkan ada akitivitas penyucian terhadap dosa.
-          Sifalnya kekal, berarti; permanen. Apa buktinya? Lapisan luar dan lapisan dalam diperhatikan.
 
Kita bukan dilahirkan oleh benih seorang laki-laki, tetapi dilahirkan oleh benih Ilahi, itulah Firman TUHAN, sehingga menjadi suatu kehidupan yang baru. Sebagaimana sifat firman, seperti itu jugalah sifat yang kita miliki, yaitu hidup dan kekal. Amin.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment