KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, April 14, 2021

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 08 APRIL 2021


 
IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 08 APRIL 2021
 
KITAB RUT
(Seri:133)
 
Subtema: JANGAN MENGEJAR-NGEJAR ORANG-ORANG MUDA YANG KAYA
 
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sudah memungkinkan kita untuk berada di tengah-tengah perhimpunan Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci.
Biarlah bahagia dan damai sejahtera memerintah hati kita, dan memerintah di tengah ibadah dan pelayanan ini, supaya korban dan persembahan yang kita bawa di atas mezbah, betul-betul menyenangkan hati TUHAN. Ibadah ini tidak menjadi sia-sia, ibadah ini tidak menjadi percuma.
Saya juga tidak lupa menyapa sidang jemaat di Malaysia, di Bandung, bahkan tidak lupa menyapa umat TUHAN yang senantiasa memberikan dirinya untuk digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang Cilegon, Banten, Indonesia, lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada, kiranya TUHAN menyatakan kasih dan kemurahan-Nya bagi kita malam ini.
 
Kita siap sedia menantikan pembukaan firman TUHAN, jangan ada yang melamun, jangan ada yang iri dan keras hati, jangan ada yang merasa diri bisa (mengerti), jangan ada yang merasa suci dan benar, supaya secepatnya kita respon terhadap pembukaan Firman TUHAN, dan TUHAN juga tanggap dengan respon kita malam ini, sehingga berkat itu cepat sekali kita nikmati malam ini dan seterusnya. Tidak ada artinya keras hati, sebab itulah yang membuat hidup ini sia-sia di hadapan TUHAN.
 
Rut 3:10
(3:10) Lalu katanya: "Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu, karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya.
 
Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya anakku!”, inilah bagian YANG PERTAMA yang disampaikan oleh Boas kepada Rut, setelah Boas melihat Rut ada berbaring di kaki Boas.
 
YANG KEDUA, Boas berkata: “Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu ...
-          “Yang pertama kali”, yaitu pada saat Rut berjumpa dengan Boas, di dalam Rut 2.
-          Sedangkan “kasihmu lebih nyata lagi”, maksudnya ialah di mana Rut berbaring di kaki Boas, pada Rut 3:9.
 
Kemudian, bagian YANG KETIGA yang harus kita perhatikan malam ini ialah: “Karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya”. Ini adalah perkataan Boas bagian yang ketiga kepada Rut.
Perkataan ini menunjukkan bahwasanya Allah adalah segala-galanya bagi Rut. Dengan demikian, Rut menggambarkan hidup gereja TUHAN yang bijaksana, yang telah melihat masa depan yang indah dan melihat kemuliaan kekal. Biarlah kiranya Allah adalah segala-galanya bagi kita, sebab yang ada ini suatu kali nanti akan berlalu.
 
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Rut tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya, menunjukkan bahwasanya Allah adalah segala-galanya bagi Rut, baik juga bagi kita semua. Dengan demikian, Rut adalah gambaran dari hidup gereja TUHAN yang bijaksana, dan yang telah melihat masa depannya yang indah, dan telah melihat kemuliaan kekal.
Kemudian, apa yang diperbuat oleh Rut ini sangat sinkron dengan hikmat Salomo di dalam Amsal 22. Bagi saya tidak merasa rugi untuk mengulangi ayat ini, karena ini sangat berarti bagi saya; kiranya itu juga sangat berarti bagi kita semua.
 
Amsal 22:15A
(22:15) Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya.
 
Kebodohan melekat pada hati orang muda
Orang Muda di sini, menunjuk;
-          Orang yang tidak berpengalaman.
-          Orang yang tidak memiliki pengertian dari sorga.
 
Kemudian, apa yang ditulis oleh Salomo, itu pun dibenarkan oleh Rasul Paulus, dan itu nyata dari nasihat Rasul Paulus yang ditujukan kepada Timotius, anak kekasihnya; dan nasihat itu dituliskan di dalam 2 Timotius 2.
2 Timotius 2:22
(2:22) Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.
 
Sebab itu JAUHILAH nafsu orang muda ... Biarlah kita semua menjauhkan diri dari nafsu orang muda, karena kebodohan melekat pada hati orang muda. Tetapi sebaliknya, Rasul Paulus berpesan dengan tegas kepada Timotius: “KERJARLAH”, antara lain;
1.      Keadilan.
2.      Kesetiaan.
3.      Kasih.
4.      Damai.
Kita kejar 4 (empat) perkara ini bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada TUHAN dengan hati yang murni, bersama dengan anak-anak TUHAN, bersama-sama dengan sidang jemaat yang lain dalam satu penggembalaan GPT “BETANIA” yang berseru kepada TUHAN dengan hati yang murni.
Jangan kita mengejar 4 (empat) perkara itu dengan orang-orang yang tidak mengenal TUHAN, dengan orang yang hatinya tidak murni di tengah ibadah dan melayani kepada TUHAN.
 
Saya rindu, supaya setiap imam-imam yang melayani TUHAN, hatinya murni untuk untuk melayani TUHAN, murni hatinya untuk berpihak dalam penggembalaan ini; kalau tidak, maka TUHAN tidak akan pakai.
 
2 Timotius 2:23
(2:23) Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran,
 
Pesan Rasul Paulus berikutnya kepada Timotius adalah “HINDARILAH”, antara lain;
1.      Soal-soal yang dicari-cari.
2.      Soal-soal yang bodoh.
3.      Soal-soal yang tidak layak.
Mengapa 3 (tiga) perkara di atas harus dihindari? Karena perkara-perkara itu menimbulkan pertengkaran.
 
-          Jadi, hindarilah soal-soal yang dicari-cari. Jangan mencari-cari soal-soal. Kalau bisa; soal-soal, perkara-perkara besar diminimalisir.
-          Kemudian, hindarilah soal-soal yang bodoh. Sudah tahu bahwa soal atau perkara itu bodoh, namun masih dicari-cari, bukankah itu lebih bodoh dari orang bodoh? Oleh sebab itu, hindarilah soal-soal yang bodoh.
-          Kemudian, hindarilah soal-soal yang tidak layak, yang tidak terpuji, yang tidak berkenan, yang tidak menyenangkan hati TUHAN.
Tiga perkara ini harus dihindari, karena “soal-soal” itu menimbulkan pertengkaran.
 
Hal yang juga harus kita hindari, dapat kita perhatikan dalam ayat 16.
2 Timotius 2:16
(2:16) Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan.
 
Yang terutama adalah menghindari diri dari omongan yang kosong dan yang tak suci. Yang tidak kalah penting untuk dihindari adalah omongan yang kosong dan yang tak suci, karena omongan yang kosong dan yang tak suci tersebut hanya menambah kefasikan, menambah dosa kesombongan, menambah dosa keangkuhan, menambah dosa di mana seseorang semakin lupa kepada TUHAN.
 
Itu harus dihindari, sebab itu merupakan tabiat-tabiat dari orang muda; oleh sebab itu, kebodohan betul-betul melekat pada hati orang muda. Jadi, sekalipun hamba TUHAN itu sudah tua, sudah lanjut usianya, tetapi kalau hal-hal itu dia lakukan di tengah ibadah dan pelayanan, menunjukkan bahwa hamba TUHAN itu adalah orang-orang muda, di mana kebodohan melekat pada hatinya.
Maka, yang tidak kalah penting, yang terutama harus dihindari adalah yang tertulis pada ayat 16, barulah (selanjutnya) ayat 22-23, yaitu omongan yang kosong dan yang tak suci. Mengapa hal ini harus dihindari? Karena omongan yang kosong dan tak suci ini hanya menambah kefasikan, omongan yang kosong dan tak suci ini memicu terjadinya kesombongan, memicu terjadinya keangkuhan yang semakin bertambah-tambah.
Biarlah kita segera menyerah kepada pembukaan firman; jangan bertahan dengan perasaan hati yang berasal dari daging.
 
2 Timotius 2:17-19
(2:17) Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus, (2:18) yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian orang. (2:19) Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: "Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya" dan "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan."
 
Contoh omongan yang kosong dan tak suci, di sini kita melihat: Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus, yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian orang. Mengapa merusak iman sebagian orang?
Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh ... Dasar dari tiap-tiap bangunan adalah korban Kristus, itu adalah dasar yang teguh. Selanjutnya, dikatakan: dan meterainya ialah: "Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya" TUHAN mengenal hamba TUHAN yang betul-betul berdiri di atas korban. Jadi, tidak semua pelayan TUHAN itu disebut hamba TUHAN; bukan semua pelayan TUHAN disebut milik TUHAN; hati-hati. Itu sebabnya saya katakan tadi: Lebih baik kita menyerah kepada firman.
Kemudian, di sini dikatakan: "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan", itulah omongan yang kosong dan tak suci tadi.
 
Contoh omongan yang kosong dan tak suci yang harus dihindari ialah mengajarkan kebangkitan tanpa sengsara salib, atau tanpa kematian. Mengajarkan kebangkitan kepada sidang jemaat, tetapi tidak mengajarkan sengsara salib atau kematian TUHAN Yesus Kristus.
Kebangkitan tanpa kematian, itu adalah omongan yang kosong dan tak suci, dan hal ini merusak iman dari seluruh sidang jemaat. Mengapa? Karena omongan yang kosong dan tak suci memicu terjadinya dosa kesombongan, memicu terjadinya dosa keangkuhan semakin bertambah-tambah.
Kebangkitan tanpa kematian, maka akan menambah kefasikan; semakin sombong, semakin angkuh, ujung-ujungnya semakin jauh dari TUHAN, dan akhirnya binasa. Itulah sebabnya; banyak orang menyangka jalannya lurus, padahal ujungnya maut.
 
Itulah contoh omongan yang kosong dan tak suci; mengajarkan kebangkitan tanpa sengsara salib atau kematian. Dan ini merupakan penyakit kanker yang mudah menjalar ke sel-sel atau anggota-anggota tubuh yang lain untuk merusaknya. Jadi, kalau hamba TUHAN, pemimpin sidang jemaat mengajarkan ajaran semacam ini, mengajarkan kebangkitan tanpa sengsara salib (kematian), hal itu memicu terjadinya dosa kesombongan menimpa sidang jemaat yang dia layani.
 
Dan itu sudah terbukti dalam pelajaran Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dalam Wahyu 13:1-3, di mana antikris mempunyai 7 (tujuh) kepala, lalu satu dari kepalanya mengalami luka parah yang membahayakan, tetapi ujung-ujungnya; luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh, dengan kata lain; antikris mengadakan mujizat kesembuhan.
Dan oleh karena mujizat kesembuhan ini, banyak orang terheran-heran, dunia terheran-heran, dan dunia akhirnya mengikuti antikris. Gaya pelayanan semacam ini memang sangat digemari oleh manusia duniawi, sementara itu adalah mujizat palsu. Mengapa saya katakan itu adalah mujizat palsu? Karena sebetulnya, binatang itu keluar dari dalam laut.
Apa arti laut? Laut adalah bayangan dari baptisan Kristus, baptisan dalam kematian untuk mengubur hidup yang lama, supaya berada dalam suasana kebangkitan. Tetapi kebangkitan tanpa kematian, itu adalah omongan yang kosong dan tak suci; dan pelayanan semacam ini memicu terjadinya dosa kesombongan menimpa sidang jemaat.
Dan akhirnya, di dalam Wahyu 13:4-8, manusia duniawi, orang-orang yang diam di dunia ini akhirnya mengikuti antikris, menyembah antikris, menyembah naga, menyembah Setan, dan akhirnya mereka berani menentang TUHAN Yesus, dan berkata: Siapakah yang dapat mengalahkan binatang ini? Perkataan itu menunjukkan bahwa orang-orang fasik lupa bahwa TUHAN yang berdaulat atas kehidupan manusia.
 
Jadi, omongan yang kosong dan tak suci memicu terjadinya kesombongan; itulah yang terutama, yang harus dihindari gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini, termasuk keluarga besar GPT “BETANIA” Serang Cilegon, baik di dalam maupun di luar negeri.
Itu sebabnya saya tidak merasa rugi untuk mengulangi ini, bukan berarti tidak ada pembukaan. Tentu, ada banyak pembukaan, karena kita semua sama-sama berdoa dengan rendah hati, tetapi saya tetap harus mengulangi hal ini karna saya pun merasa diberkati.
 
Yang memicu terjadinya 2 Timotius 2:22-23 adalah ayat 16-17, itulah omongan yang kosong dan tak suci, yang merupakan penyakit kanker yang menjalar, yang merusak sel-sel tubuh, merusak anggota tubuh, sidang jemaat yang lain yang dilayani.
 
Selanjutnya, kita akan melihat persamaan 2 Timotius 2:22, yang ternyata juga ditemukan di dalam 2 Petrus 2: 22. Ingat 2 Timotius 2:22 sama dengan 2 Petrus 2: 22.
 
Mari kita perhatikan 2 Petrus 2, dengan perikop: “Nabi-nabi palsu dan guru-guru palsu
2 Petrus 2:22
(2:22) Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: "Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya."
 
Petrus berkata: Nabi-nabi palsu dan guru-guru palsu digambarkan dengan peribahasa, yaitu:
-          Anjing kembali lagi ke muntahnya,
-          dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.
 
Yang melatar-belakangi sehingga Rasul Petrus menuliskan demikian di dalam 2 Petrus 2:22 adalah 2 Petrus 2:16-19. Jadi, hal ini sama dengan apa yang dituliskan oleh Rasul Paulus di dalam 2 Timotius 2:22.
Yang melatar-belakangi Rasul Paulus berpesan kepada Timotius dengan tegas di dalam 2 Timotius 2:22 adalah 2 Timotius 2:16-19. Demikian juga, yang melatar-belakangi sehingga Rasul Petrus menuliskan 2 Petrus 2:22 adalah ayat 16-19.
 
Mari kita tengok sejenak anak 16-19, namun mari kita kaji lebih dalam ayat per ayat dari ayat 16-19.
2 Petrus 2:16
(2:16) Tetapi Bileam beroleh peringatan keras untuk kejahatannya, sebab keledai beban yang bisu berbicara dengan suara manusia dan mencegah kebebalan nabi itu.
 
Tetapi Bileam beroleh peringatan keras untuk kejahatannya ... Apa kejahatan Bileam? Kejahatan Bileam adalah melayani karena upah, melayani karena uang, melayani karena ada keuntungan, melayani karena loba; dan itu menunjukkan bahwa Bileam adalah seorang nabi yang bebal, lebih bebal dari binatang keledai.
 
Kalau hamba TUHAN melayani karena uang, itu merupakan dosa kebebalan; dan kebebalan semacam ini lebih parah dari binatang keledai. Keledai saja kalau dipakai TUHAN, ia bisa berbicara; tetapi Bileam sudah diperingatkan dalam mimpi namun masih saja tidak mau dengar-dengaran. Sudah diperingatkan loh dalam nubuatan besar, itulah pembukaan firman, lewat mimpi; sudah diingatkan dalam pembukaan Firman TUHAN namun tetap saja tidak mau beribadah.
Oleh sebab itu, kebebalan hamba TUHAN semacam ini lebih bodoh dari pada binatang keledai, karena keledai dipakai pun sebenarnya bisa; bisa mencegah orang, bisa mengajari orang, dan bisa juga ditunggangi oleh TUHAN kalau dia sudah mengalami kelepasan, bahkan ditunggangi sampai Yerusalem baru.
Tetapi Bileam begitu bebalnya, padahal sudah mendapatkan pembukaan dalam mimpi sebanyak 2 (dua) kali, di mana itu adalah nubuatan besar (pembukaan rahasia firman) diperlihatkan. Nubuatan itu jauh lebih besar dari pada karunia kesembuhan, namun Bileam tetap dalam kebebalannya.
 
2 Petrus 2:17
(2:17) Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat.
 
Sebenarnya, keberadaan dari guru-guru palsu sama seperti mata air yang kering, artinya; tidak mempunyai pembukaan rahasia firman, kepadanya tidak dipercayakan pembukaan firman. Apa penyebabnya?
 
2 Petrus 2:18
(2:18) Sebab mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat orang-orang yang baru saja melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam kesesatan.
 
Penyebab sehingga guru-guru palsu tidak dipercayakan pembukaan rahasia firman kepada mereka:
YANG PERTAMA: Rupa-rupanya, di tengah-tengah pelayanan itu, mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa, itulah omongan yang kosong dan tak suci.
Contohnya ialah mengajarkan sidang jemaat tentang kebangkitan tanpa sengsara salib (kematian TUHAN Yesus Kristus), sama seperti Himeneus dan Filetus. Itu adalah omongan yang hampa, omongan yang kosong dan yang tak suci.
 
YANG KEDUA: Guru-guru palsu itu mempergunakan hawa nafsu cabul di tengah-tengah pelayanan mereka.
Artinya; sibuk menyampaikan tentang kelimpahan, sibuk menyampaikan tentang keberkatan kepada sidang jemaat.
-          Kalau seorang hamba TUHAN melayani karena kelimpahan, itu sama dengan; nafsu cabul.
-          Demikian juga sidang jemaat datang menghadap TUHAN di tengah-tengah setiap ibadah di atas muka bumi ini, hanya karena kelimpahan, hanya karena keberkatan, hanya karena mujizat, itu adalah nafsu cabul, perzinahan, pelacuran secara rohani.
Jangan hamba TUHAN berkata “saya tidak pernah berzinah, saya tidak pernah selingkuh”, tetapi dengan mempergunakan hawa nafsu cabul di tengah-tengah pelayanan, sesungguhnya dia sudah selingkuh di hadapan TUHAN, dia sudah berzinah di hadapan TUHAN. Oleh pengertian semacam ini, patutlah kita bersyukur kepada TUHAN Yesus.
Kembali saya sampaikan: Mempergunakan hawa nafsu cabul di tengah-tengah pelayanan, artinya; sibuk menyampaikan tentang kelimpahan, sibuk berbicara soal keberkatan kepada sidang jemaat.
 
Tujuan mereka menyampaikan firman tentang kebangkitan tanpa kematian adalah untuk memikat orang-orang yang baru bertobat.
Misalnya; ada orang-orang yang baru melepaskan agamanya yang lama, lalu menerima Yesus; dengan mempergunakan hawa nafsu cabul di tengah-tengah pelayanan mereka, maka orang-orang yang baru bertobat ini mudah sekali terpikat oleh hawa nafsu cabul dari guru-guru palsu ini. “Oh, begitu ya; orang Kristen kalau terima Yesus, langsung diberkati ya? Oh, begitu ya; kalau terima Yesus, berarti langsung terima berkat ya?
Terpaksa mereka menggunakan ajaran semacam itu, dengan satu tujuan untuk memikat orang-orang yang baru bertobat.
 
Pada dasarnya, banyak di antara kita yang belum memahami firman di sini, sekalipun dari lahirnya sudah Kristen. Saya yakin mengatakan demikian, sebab itu bisa dilihat dari cara melangkah, cara berjalan, cara berbicara, cara duduk saat mendengar firman, cara responnya, saya tahu. Ada yang dari kecil datang ke tempat ini, nol tidak ada apa-apa, sekalipun dari lahirnya sudah Kristen.
Tetapi sekalipun demikian; saya tidak mempergunakan hawa nafsu cabul, saya tidak menggunakan (menyampaikan) firman soal keberkatan untuk memikat hati saudara. Inilah kemurnian hati saya. Saya yakin; kalau saya tulus dan murni, maka TUHAN juga tulus dan murni kepada hati saya ini, dan memberkati setiap hati yang tulus dan murni; percayalah. Jangan berkat yang dikejar, tetapi kejarlah kasih yang tulus dan murni; salah kita kalau terlebih dahulu mengejar berkat.
Soal berkat bukan ditentukan oleh jumlah jemaat yang banyak atau sedikit, tidak. Musa dengan jemaat dua juta, diberkati; Elia dengan jemaat satu janda dan satu Sekolah Minggu juga diberkati. Jadi, jangan keliru dengan pandangan manusia daging. Janganlah mata kita ditutupi oleh selaput daging ini.
 
2 Petrus 2:19
(2:19) Mereka menjanjikan kemerdekaan kepada orang lain, padahal mereka sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan, karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu.
 
Praktek dari kata-kata congkak dan hampa -- yang disebut juga; omongan yang kosong dan tak suci -- ialah menjanjikan kemerdekaan kepada sidang jemaat, yaitu kebangkitan palsu (kebangkitan tanpa kematian), padahal mereka sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan.
Mengapa guru-guru palsu disebut hamba-hamba kebinasaan? Karena mereka menghambakan diri kepada uang, kepada mamon, kepada harta, kepada kekayaan, kedudukan, jabatan, dan apapun yang ada di dunia ini.
Oleh sebab itu, di sini dikatakan: “karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu.” Jadi, hamba-hamba TUHAN yang melayani TUHAN karena uang, sebetulnya dia sudah dikalahkan oleh uang, maka ia disebut hamba-hamba kebinasaan.
 
2 Petrus 2:20,22
(2:20) Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. (2:22) Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: "Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya."
 
Guru-guru palsu sudah mengenal Yesus Kristus, TUHAN dan Juruselamat, buktinya mereka sudah bertobat, sudah melepaskan diri dari kecemaran dunia, dari kejahatan, dari kenajisan, dari segala berhala-berhala, roh-roh dunia, tetapi kenyataannya, pada akhirnya, guru-guru palsu itu terlibat lagi di dalamnya, menjadi hamba terhadap roh-roh dunia, menghambakan diri kepada berhala-berhala yang pada hakekatnya bukan Allah yang hidup, maka diumpamakanlah guru-guru palsu itu sama seperti:
1.      Anjing kembali lagi ke muntahnya.
2.      Babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya
 
Saya yakin, minggu lalu ada hamba TUHAN yang tidak paham dengan firman ini, sehingga dia bertanya dan memberi komentar. Saya berharap, saudara mengerti firman yang saya sampaikan ini. Kalau saudara bersabar dari awal mengikuti pemberitaan firman ini, maka saudara tidak mungkin berkomentar. Maka, untuk anda, saya akan kembali mengulangi firman malam ini; saya berharap saudara mengerti apa yang saya sampaikan ini.
 
Jadi, karena sudah bertobat tetapi kembali lagi kepada kubangan yang sama, kembali lagi kepada kesalahan yang sama, maka diumpamakanlah dalam 2 (dua) hal:
1.      Anjing kembali lagi ke muntahnya.
2.      Babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.
Dasar babi tetap babi; dia akan tetap kembali ke kubangan, biar sudah mandi, dia tidak akan pernah menghargai pembukaan firman yang sifatnya berkuasa mengadakan penyucian terhadap nikah dan rumah tangga, ibadah dan pelayanan, hidup kita di hadapan TUHAN. Dasar babi tetap babi; dasar anjing tetap anjing. Tetapi kita bukan anjing, kita bukan babi; kalau begitu, buktikan praktek firman di hadapan TUHAN dari sekarang sampai selama-lamanya, dari sekarang sampai Maranata .
 
Kembali saya sampaikan: Pada mulanya, guru-guru palsu telah bertobat, telah melepaskan diri dari segala kecemaran, roh-roh dunia, namun terlibat lagi di dalamnya, seperti yang kita lihat tadi pada ayat 16-19. Akhirnya, guru-guru palsu tersebut digambarkan seperti “anjing” dan “babi”, karena
-          Anjing kembali lagi ke muntahnya.
-          Babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.
 
Jadi ...
-          Yang melatar-belakangi sehingga Rasul Petrus menuliskan 2 Petrus 2:22, jelas adalah 2 Petrus 2:16-19.
-          Sama juga dengan; yang melatar-belakangi sehingga Rasul Paulus berpesan kepada Timotius supaya menghindari nafsu orang muda, di dalam 2 Timotius 2:22 adalah 2 Timotius 2:16-19, itulah omongan yang kosong dan tak suci.
Saya berharap, rekan hamba TUHAN yang sudah memberikan komentar pada minggu lalu, saya berharap kiranya anda bisa memahami firman malam hari ini, karena TUHAN mengasihi anda.
 
Oleh karenanya, biarlah keluarga besar GPT "BETANIA" Serang & Cilegon, Bandung dan Malaysia, termasuk umat TUHAN yang memberikan dirinya digembalakan oleh GPT "BETANIA" Serang & Cilegon, Indonesia, lewat live streaming video internet Youtube, Facebook, baik di dalam maupun di luar negeri, jangan kita mengejar-ngejar orang-orang muda.
Gereja TUHAN di hari-hari ini harus lebih dewasa, harus lebih bijaksana, berarti hidup di dalam penguasaan diri; jangan mengejar-ngejar orang-orang muda. Hindari nafsu orang muda, sebab kebodohan melekat pada hati orang muda.
 
Dengan demikian, kalau kita betul-betul menghindari nafsu orang muda, maka sebaliknya “KEJARLAH” keadilan, kesetiaan, kasih, damai bersama-sama dengan orang-orang yang berseru kepada TUHAN dengan hati yang murni.
Jujur, kalau sidang jemaat GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, hatimu lebih terpikat dengan manusia duniawi dari pada keluarga GPT “BETANIA”, jujur mulut saya tidak terucap, hati saya pasti hancur; saya harus ungkapkan itu, karena kita harus lebih mengalah kepada firman, dari pada mengalah kepada hati pikiran perasaan manusia daging. Saya tidak akan membenci saudara, saya tidak akan menyalahkan saudara, tetapi hati saya hancur. Jangan biarkan anak-anak saudara bergaul dengan orang-orang di luaran sana; merokok, makan bersama dengan orang dunia, tetapi tidak bergaul bersama-sama dengan orang yang suci hatinya.
Sejauh ini, saya harap kita lulus, tamat sudah, tinggal praktek untuk jangan mengejar-ngejar orang-orang muda. Hindari nafsu orang muda karena kebodohan betul-betul melekat pada hati orang muda. Biar umurnya sudah tua, tetapi kalau dia bicara soal omongan yang kosong dan tak suci, tetap disebut “orang muda”, tidak punya pengalaman yang tidak dapat menyenangkan hati TUHAN, tidak bijaksana, tidak dewasa.
 
Kita akan kembali untuk memperhatikan Rut 3:10.
Rut 3:10
(3:10) Lalu katanya: "Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu, karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya.
 
Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu ...” Yang pertama ada di ladang Boas; yang kedua adalah di kaki Boas. Biarlah kita sungguh-sungguh tergembala.
Berbaring di kaki Boas, berarti kita sungguh-sungguh tergembala saja. Maka, sentral dari ibadah pelayanan kita adalah kaki salib, bukan uang, bukan Mamon, bukan harta, bukan kemewahan.
 
Kemudian, kembali kita melihat bagian yang ketiga dari perkataan Boas: " ... karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya."
 
Singkat kata: Rut tidak mengejar-ngejar ORANG-ORANG MUDA YANG MISKIN.
Amsal 28:19
(28:19) Siapa mengerjakan tanahnya akan kenyang dengan makanan, tetapi siapa mengejar barang yang sia-sia akan kenyang dengan kemiskinan.
 
Siapa yang mengejar barang yang sia-sia atau barang yang fana akan kenyang dengan kemiskinan.
Pendeknya: Orang muda yang miskin adalah gambaran dari barang fana atau perkara-perkara yang sia-sia yang ada di dunia ini. Jadi, orang muda yang miskin merupakan gambaran dari barang yang fana atau perkara-perkara yang sia-sia di bumi ini.
Mengapa dikatakan perkara-perkara di dunia ini adalah barang yang sia-sia? Karena sifatnya sementara, tidak kekal. Darah dan daging tidak mewarisi Kerajaan Sorga. Jadi, yang ada ini akan berlalu.
 
Galatia 4:8
(4:8) Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah.
 
Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah ... Jemaat di Galatia ini bukanlah bangsa Yahudi; jemaat di Galatia ini adalah bangsa kafir, bangsa yang tidak mengenal Allah, adalah bangsa yang tidak menghambakan dirinya kepada Allah, melainkan bangsa yang menghambakan dirinya kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah. Itulah keberadaan dari bangsa kafir, bangsa yang belum mengenal TUHAN Yesus.
Kalau kita penuh dengan Roh TUHAN, pasti ada di tengah-tengah kegiatan Roh, maka mulut ini tidak pernah mengutuki TUHAN; sebaliknya, mulut ini dipakai untuk mengakui bahwa Yesus Kristus adalah TUHAN dan Juruselamat. Tetapi bangsa kafir adalah bangsa yang tidak mengenal Allah, mereka jatuh dalam penyembahan berhala.
 
Galatia 4:9
(4:9) Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya?
 
Jemaat di Galatia ini sebenarnya telah melepaskan diri dari berhala-berhala, namun kenyataannya kembali menghambakan diri kepadanya (menyembah berhala). Sebenarnya, berhala-berhala atau barang-barang yang fana, atau pun disebut perkara yang sia-sia adalah lemah dan miskin.
Perkara-perkara yang sia-sia, itu lemah dan miskin; lalu, mengapa kita menghambakan diri kepada berhala-berhala di dunia ini, kepada roh-roh di dunia ini? Tetapi oleh karena kemurahan TUHAN, kita pun mendapat pengertian yang suci dan mulia, supaya jangan kita juga turut menghambakan diri kepada roh-roh dunia, kepada berhala-berhala dunia, karena itu juga merupakan perkara yang sia-sia.
 
Itulah tentang sedikit garis besar tentang “orang-orang yang miskin”. Jangan mengejar-ngejar orang muda yang miskin, sebab barang fana, perkara-perkara lahiriah adalah perkara yang sia-sia; itu miskin dan lemah.
 
Mungkin, malam ini timbul pertanyaan: Kalau dilarang mengejar orang muda yang miskin, berarti siapa dong Om yang dikejar; apakah orang muda yang kaya? Kalau begitu, saya jawab pertanyaan saudara malam ini. Ayo, kita perhatikan Rut 3:10.
 
Tadi kita sudah melihat: dilarang mengejar-ngejar orang muda yang miskin, orang muda yang kere, “Ah, orang muda miskin Om larang untuk saya kejar-kejar, berarti saya kejar orang muda yang kaya dong Om?” Kalau memang itu pertanyaan anda, maka saya akan menjawab anda dari ayat juga, bukan dari mulut saya, supaya kita jangan berbantah-bantah. Biarlah kita menyerah kepada firman.
 
Rut 3:10
(3:10) Lalu katanya: "Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu, karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya.
 
Singkat kata: Rut tidak mengejar-ngejar ORANG-ORANG MUDA YANG KAYA.
Kita juga, keluarga besar GPT “BETANIA” harus menghindari nafsu orang muda yang kaya, sebab nafsu orang muda yang kaya ini pun ternyata tidak baik. Jadi, jangan karena kita dilarang untuk mengejar-ngejar orang muda yang miskin, jangan kita lantas mengejar-ngejar nafsu orang muda yang kaya, karena nafsu orang muda yang kaya juga tidak baik. Saya bisa buktikan kepada saudara.
 
Kisah mengenai orang muda yang kaya tertulis di dalam Injil Matius 19:16-26; tetapi, tidak seluruhnya kita selesaikan, namun kita lihat, kita kaji ayat demi ayat, dimulai dari ayat 16.
Matius 19:16
(19:16) Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
 
Ada seorang muda yang kaya, dia datang kepada TUHAN Yesus, dan berkata: “Guru ...
Kalau kita mengakui Roh Allah adalah Guru Agung, maka beri diri dipimpin oleh Roh Allah. Tetapi kenyataannya, kita hanya sekedar "mengetahui" bahwa Roh Allah adalah Guru Agung, sesuai dengan suratan 1 Yohanes 2:27, Dia mengajar kita tentang segala sesuatu, ajaran-Nya tidak dusta, ajaran-Nya tidak salah. Tetapi terkadang, hanya sebatas pengetahuan saja, sebab tidak menyerahkan diri untuk diajar oleh Guru Agung.
 
Sekarang, kita akan telusuri lebih dalam; apakah orang muda kaya ini betul-betul lahir batin mengakui TUHAN Yesus adalah Guru Agung? Maka, kita akan melihat praktek hidup di tengah ibadahnya kepada TUHAN; tidak boleh hanya omdo (omong doang), sidang jemaat juga tidak boleh hanya omdo (omong doang). Kalau melihat kesalahan gembala sidang cepat sekali, tetapi ternyata kita pun hanya omdo (omong doang); seharusnya, cepat-cepat koreksi diri juga.
 
Kembali saya sampaikan: Ada seorang muda yang kaya datang kepada Yesus. Namun, saat ini pun kita datang menghadap TUHAN lewat Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci, tentu saja kita mengucap syukur. Diperkenankan untuk berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan malam ini, kita harus mengucap syukur, sebab itu adalah kemurahan supaya kita memperoleh pertolongan.
 
Kemudian, orang kaya itu bertanya: "Guru ... " Di atas tadi saya sudah sampaikan; kita mengakui Roh Kudus itu Guru Agung, yang mengajari kita tentang segala sesuatu, dan ajaran-Nya tidak salah, tidak dusta, semuanya benar, sesuai dengan suratan 1 Yohanes 2:27, tetapi apakah betul-betul kita akui Roh Kudus itu Guru Agung dalam perbuatan hidup? Itulah persoalannya sekarang.
 
Selanjutnya, di ayat 16, orang muda kaya itu bertanya: “ ... perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Mendengar pertanyaan itu, kita lihat respon TUHAN Yesus Kristus di ayat 17.
 
Matius 19:17
(19:17) Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."
 
Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Yesus ingin tahu alasan mengapa orang muda yang kaya itu bertanya “apa yang baik”. Dari pertanyaan orang muda yang kaya itu, satu sisi Yesus penasaran; mengapa dia bertanya tentang apa yang baik?
Namun sekalipun demikian, Yesus berkata: “Hanya Satu yang baik”, dalam Injil Lukas dikatakan: itulah Allah yang hidup. Hanya Satu yang baik, yaitu Allah yang hidup.
 
Rasul Paulus juga menuliskan hal itu di dalam Roma 3, Tidak ada yang baik, hanya Satu yang baik, itulah Allah yang hidup, sebab Dia adalah:
-          Pribadi yang Setia.
-          Pribadi yang sempurna.
-          Pribadi yang tidak berubah dari awal sampai akhir.
-          Dia adalah Pribadi yang Agung dan Mulia.
-          Hidup-Nya tidak berawal dan tidak berakhir; kekal.
Itu menunjukkan bahwa “hanya Satu yang baik”, itulah Allah yang hidup.
Itu sebabnya, Yesus bertanya “Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik?”, sebab hanya Satu yang baik, itulah Allah yang hidup, dengan rincian-rincian di atas tadi.
 
Selanjutnya, Yesus pun berkata: Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.
Syarat untuk memperoleh hidup kekal adalah turuti segala perintah Allah. Turuti saja segala perintah-Nya; apa yang baik, apa yang sudah kita dengar malam ini, turuti saja, supaya kita semua memperoleh hidup yang kekal. Tidak susah untuk memahami hal itu; tidak perlu diputar balik dengan bahasa canggih-canggih, sederhana saja. Turutilah segala perintah Allah, itu adalah syarat untuk memperoleh hidup kekal.
 
Matius 19:18-19
(19:18) Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, (19:19) hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
 
Setelah mendengar pernyataan TUHAN Yesus pada ayat 18, orang muda kaya itu berkata: "Perintah yang mana?" Dari pernyataan ini, Yesus dapat mengenali orang muda kaya ini.
Saya pun demikian; setiap kali mendengar ungkapan-ungkapan, saya langsung kenali setiap orang. Karena kita penuh dengan firman toh, jadi langsung cepat dan mudah tanggap mengerti, mengenali lingkungan situasi kondisi yang ada.
 
Mendengar pertanyaan orang muda yang kaya: “Perintah yang mana?”, lalu dengan wibawa penuh, Yesus menjawab:
1.      Jangan membunuh.
2.      Jangan berzinah.
3.      Jangan mencuri.
4.      Jangan mengucapkan saksi dusta.
5.      Hormatilah ayahmu dan ibumu (orang tuamu).
Pendeknya; mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Itulah jawaban TUHAN kepada orang muda kaya itu.
 
Setelah mendengar jawaban dari TUHAN Yesus, apa tanggapan (respon) dari orang muda kaya itu?
Matius 19:20
(19:20) Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?"
 
Kata orang muda kaya itu: "Semuanya itu telah kuturuti ..." Berarti, orang muda yang kaya itu telah mengasihi sesamanya, bahkan ia pun menghormati orang tuanya.
Sebenarnya, ini merupakan suatu tindakan yang cukup terpuji, suatu tindakan yang cukup luar biasa. Ini adalah suatu rekor yang tidak banyak orang muda lakukan, apalagi kalau kaya. Jangankan kaya, yang miskin saja belum tentu mengasihi sesama seperti dirinya sendiri; itu sebabnya tadi saya katakan bahwa ini merupakan suatu rekor yang hebat; dia orang muda yang kaya, namun mampu mengasihi sesama seperti dirinya sendiri.
 
Dari pernyataannya, kita bisa melihat bahwa dia mengasihi sesama seperti diri sendiri, bukan? Oleh karena itu, orang muda kaya itu kembali bertanya: "... apa lagi yang masih kurang?"
Jadi, semua yang dibeberkan oleh TUHAN Yesus tadi ...
1.      Jangan membunuh = Jangan membenci sesama.
2.      Jangan berzinah = Jangan menduakan hati TUHAN, jangan melacur kepada yang lain.
3.      Jangan mencuri, baik milik sesama maupun miliknya TUHAN, yaitu sepersepuluh. Ayo, sidang jemaat GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Bandung, Malaysia; jangan mencuri miliknya TUHAN, jangan mengambil yang bukan milikmu, yaitu persepuluhan dan persembahan khusus.
4.      Jangan mengucapkan saksi dusta. Kalau seseorang berdusta, berarti dia adalah anak Setan. Sebab, dalam Injil Yohanes 8:44, Setan adalah bapa pendusta, berarti; orang yang berdusta adalah anak Setan; tidak penuh dengan Roh Kudus.
5.      Hormatilah ayahmu dan ibumu, orang tuamu baik jasmani dan yang rohani. Satu sisi Rasul Paulus tampil sebagai ibu terhadap sidang jemaat di dalam 1 Timotius 2:7, tetapi pada ayat 10, Rasul Paulus juga tampil sebagai bapa yang senantiasa menasihati sidang jemaat di Tesalonika. Hormati ayah dan ibumu.
 
Sesudah dibeberkan semuanya, orang muda kaya berkata: : "Semuanya itu telah kuturuti -- dari sejak mudaku --, apa lagi yang masih kurang?"
Kalau saja dia merasa diri berada dalam kekurangan, andai saja dia menyadari diri masih banyak dosa, pasti dia tidak bertanya: "... apa lagi yang masih kurang?" Sebenarnya, dari pertanyaan ini menunjukkan bahwa orang muda tersebut:
a.       Puas atas apa yang telah dia capai.
b.      Tidak mengalami kekurangan = sempurna.
c.       Berbangga diri atau bermegah atas kelebihan-kelebihannya.
 
Seandainya dia menyadari diri bahwa cacat cela itu masih ada di sana sini, dia tidak mungkin berkata dan bertanya: "... apa lagi yang masih kurang?" Tetapi dari pertanyaan ini menunjukkan bahwa dia puas atas apa yang dia capai (mudah sekali berpuas diri), kemudian tidak merasa kekurangan, tidak merasa ada cacat cela di sana sini (sempurna), dan dia berbangga diri (bermegah) atas kelebihan-kelebihannya
 
Lukas 19:21
(19:21) Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
 
Melihat kondisi rohani yang sangat memprihatinkan ini, Yesus pun berkata kepada orang muda kaya itu: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.
 
Dari perkataan Yesus ini, terlebih dahulu kita akan memperhatikan kalimat: “Jikalau engkau hendak sempurna
Jika Yesus mengatakan hal itu, berarti orang muda itu belum sempurna; dia saja yang merasa bahwa dirinya sudah sempurna, dia saja yang merasa bahwa tidak ada yang kurang di dalam dirinya. Tetapi kenyataannya, Yesus berkata: “Jikalau engkau hendak sempurna”, berarti dia belum sempurna, masih banyak kekurangan, masih banyak kelemahan yang terdapat di dalam dirinya, masih banyak cacat cela di dalam dirinya, cacat cela masih terdapat di sana sini. Sebenarnya seperti itu, hanya saja orang muda kaya itu merasa tidak ada lagi yang kurang, padahal belum sempurna; masih banyak kekurangannya, masih banyak cacat celanya.
 
Saya berharap sebetulnya, supaya kita cepat-cepat menyadari bahwa kita belum layak, tetapi seringkali kita melayakkan diri dengan alasan ini itu, ini itu, dengan alasan “kasihan orang lain”, padahal kita tidak ada kuasanya. Biarlah pikiran ini terbuka; oleh sebab itu, menyerah saja kepada firman, supaya kegiatan di dalam jalur perlombaan ini betul-betul nyata kelihatan, sehingga dalam kompetisi rohani yang positif ini akan terlihat kemajuan rohani. Jangan ada kepalsuan, pelayanan jangan palsu di hadapan TUHAN.
 
Jadi, orang muda ini belum sempurna, dengan kata lain; masih banyak kekurangan, masih banyak cacat cela terdapat di sana sini.
 
CIRI-CIRI MERASA DIRI TIDAK ADA KEKURANGAN, yang pertama: Merasa diri telah sempurna à Orang yang merasa diri lebih baik, lebih benar, lebih suci dari orang lain.
Orang yang merasa diri lebih baik, lebih benar, lebih suci dari orang lain adalah orang yang tidak menyadari bahwa dirinya berdosa. Contohnya adalah Simon si kusta.
 
Sejenak kita akan melihat itu di dalam Injil Lukas 7:36-39, di mana intinya adalah tentang orang Farisi dengan perempuan berdosa di hadapan TUHAN. Jadi, masing-masing kita ini, satu dengan yang lain, ibadah kita ini kita pertanggung-jawabkan di hadapan TUHAN, sama seperti orang Farisi dan perempuan berdosa; mereka berdua juga mempertanggung-jawabkan ibadah mereka di hadapan TUHAN, itulah inti dari Injil Lukas 7:36-39.
 
Empat ayat ini, Lukas 7:6-39 akan kita kaji satu per satu, dengan perikop: “Yesus diurapi oleh perempuan berdosa”.
Lukas 7:36
(7:36) Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan.
 
Lihat ibadah dari orang Farisi; ia mengundang Yesus untuk makan di rumahnya, dan Yesus pun memenuhinya.
 
Lukas 7:37
(7:37) Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi.
 
Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Kita ini sekarang berada di kampung Betania; oleh sebab itu, disebut Gereja Pantekosta Tabernakel Jemaat “BETANIA” Serang dan Cilegon.
Sekali lagi saya katakan: Kita ini sedang berada di kampung Betania, tetapi rupa-rupanya, TUHAN melawat kampung Betania. Sekalipun kita digambarkan sama seperti perempuan yang terkenal karena dosanya, tetapi TUHAN melawat kita malam ini; tidakkah hancur hatimu? Raja di atas segala raja menghampiri kita dalam keadaan yang lebih parah dari debu tanah; siapa kita? Di situlah hati kita hancur; berapa banyak kita berbuat zinah di hadapan TUHAN, berapa banyak kita berbuat jahat di mata TUHAN, berapa banyak kita berdusta, tetapi toh juga dilawat oleh TUHAN.
Kemurahan TUHAN besar bagi kita; itulah yang membuat hati kita hancur. Kalau kita dengan tulus merenungkan dan menyadari kebaikan TUHAN itu, pasti hancur hatimu malam ini.
 
Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi.
Mendengar bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, maka perempuan yang terkenal karena dosa datang ke tempat Yesus makan di rumah orang Farisi dengan bersegera. Tetapi ketika dia datang ke rumah orang Farisi, dia juga datang dengan membawa sebuah buli-buli pualam (sebuah buli-buli yang terbuat dari marmer) berisi minyak wangi yang harganya mahal. Inilah ibadah dari perempuan yang terkenal berbuat dosa.
 
Jadi, masing-masing setiap orang mempertanggung-jawabkan ibadahnya, masing-masing setiap imam, pelayan TUHAN, hamba-hamba TUHAN, gembala sidang mempertanggung-jawabkan pelayanannya di hadapan TUHAN.
 
Lukas 7:38
(7:38) Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.
 
Sambil menangis, dia mendekat kaki Yesus, jelas ini menunjuk; orang yang rendah hati.
Air, termasuk air mata, selalu mencari dataran yang rendah. Kalau saudara melihat air sungai berkelok-kelok, itu sudah ciri bahwa dia sedang mencari dataran rendah. Jadi, dari langkah awal saja, dia sudah menunjukkan kerendahan hati.
 
Ketika kita menghadap TUHAN di tengah ibadah kita di hadapan TUHAN sudah ditandai dengan kerendahan hati; dari situ saja sudah terlihat kerendahan hati. Jangan kita datang menghadap TUHAN dengan kecongkakan, kesombongan, merasa diri lebih baik, lebih benar, lebih suci, dan berkata; engkau bisa, aku bisa”; kasihan, engkau belum mengerti apa-apa kalau sudah memiliki pemikiran semacam itu, ditambah lagi dengan berkata: “tidak usah gurui saya”.  Andaikata menyadari diri berdosa, pasti tidak ada kata-kata seperti itu, sebab kita butuh Yesus sebagai Guru.
Itulah yang saya maksud tadi; kita ini sering mengakui bahwa Yesus adalah Guru, Roh Kudus adalah Guru, tetapi prakteknya tidak demikian. Bagaimana, apakah saudara murni mau menerima pemberitaan firman ini?
 
Lalu, dalam kerendahan hati, dia menuju kaki Yesus. Intinya; sentral dari ibadah pelayanan di atas muka bumi adalah kaki salib Kristus,
bukan "ketinggian", bukan kemampuan, bukan kekayaan. Sekali lagi saya sampaikan: Sentral dari ibadah pelayanan di atas muka bumi ini, sentral dari pelayanan gembala sidang, hamba TUHAN, pelayan TUHAN, imam-imam adalah salib Kristus, tidak yang lain.
Jangan sampai hamba-hamba TUHAN salah kaprah di dalam melayani TUHAN. Kita menghadap TUHAN harus dengan rendah hati, lalu sentral dari pelayanan itu tidak cukup hanya rendah hati, tetapi sentral dari pelayanan itu adalah salib Kristus (titik nol). Bukan hanya iota, tetapi harus sampai titik, karena TUHAN sudah menggenapi hukum Taurat di atas kayu salib; jadi, Dia bukan omdo (omong doang). Dia sudah melakukannya, maka kita juga wajib untuk melakukannya.
 
Lalu, saat dia datang berada di dekat kaki Yesus, berada di sentral ibadah pelayanan (salib Kristus), ada 3 (tiga) tindakannya.:
YANG PERTAMA: Membasahi kaki Yesus dengan air mata, kemudian menyekanya -- membersihkannya atau menyapunya -- dengan rambutnya, menunjukkan bahwasanya; Yesus mulia di hadapannya, dan ia sendiri hina. Sikap itu menunjukkan bahwa di matanya Yesus mulia, dan dia menyadari diri hina.
Mahkota dari seorang perempuan adalah rambut panjang; tetapi kalau kemuliaan itu diserahkan di kaki salib, berarti; Yesus yang mulia, kita yang hina.
 
YANG KEDUA: Perempuan itu tidak henti-hentinya mencium kaki Yesus, sama artinya; mengakui sekaligus mengagungkan perjalanan salib. Kalau seseorang tidak bisa mengakui dan mengagungkan perjalanan salib, maka yang diakui adalah perjalanan-perjalanan yang lain, sibuk mengakui perjalanan yang lain.
Saya ini tidak sedang mencela orang terkenal, tidak; tidak sedang mencela dia pahlawan atau pejuang bangsa, tidak. Tetapi, terlalu banyak saya lihat hamba TUHAN mengajarkan sidang jemaat untuk melihat keberhasilan dari seseorang, tidak mengagungkan atau tidak mengakui perjalanan Yesus, perjalanan salib, via dolorosa; dia hanya sibuk mengagungkan perjalanan dan keberhasilan manusia itu sendiri, terlalu sibuk di situ, padahal dia tidak tahu secara detil;
-          apakah orang berhasil ini berdusta,
-          apakah orang berhasil ini pencuri yang mengambil miliknya TUHAN,
-          apakah orang yang berhasil ini berzinah,
-          apakah orang yang berhasil ini tidak hormat kepada orang tua,
sebab dia kan hanya melihat “keberhasilan”.
Saya tidak sedang mencela pemuka-pemuka, pejabat-pejabat, tidak; saya hanya mengatakan terlalu banyak hamba TUHAN yang menurut saya terlalu membesar-besarkan perjalanan dari orang-orang yang berhasil di dunia ini. Tidak selamanya keberhasilan di dunia ini berasal dari TUHAN.
Tetapi lihatlah perempuan ini mencium kaki Yesus tidak henti-hentinya; mengagungkan perjalanan kaki salib, mengakui via dolorosa di mulutnya, ditempelkan di mulutnya, ditempelkan di bibirnya. Saya berharap, perjalanan kaki salib sudah menempel di bibir kita ini, supaya jangan lagi kita sibuk berbicara keberhasilan perjalanan hidup manusia yang tidak ada apa-apanya.
 
YANG KETIGA: Meminyaki kaki Yesus dengan minyak yang mahal. Dari tindakan ini, sebetulnya dia itu penuh dengan Roh Kudus.
-          Mencium kaki Yesus, itu berbicara soal penyembahan.
-          Membasahi kaki dengan air mata, lalu menyekanya, itu berbicara soal; dia dipenuhkan oleh firman, oleh karena firman penyucian.
 
Kita sudah melihat ibadah dari perempuan yang terkenal berbuat dosa dan ibadah dari orang Farisi tadi; jadi, masing-masing mempertanggung-jawabkan ibadahnya kepada TUHAN.
 
Lukas 7:39
(7:39) Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa."
 
Melihat adegan di mana perempuan yang terkenal berbuat dosa sibuk dengan 3 (tiga) tindakannya, lalu orang Farisi berbicara di dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa."
Dari ungkapan ini, menunjukkan bahwa orang Farisi ini merasa diri lebih baik, merasa diri lebih benar, merasa diri lebih suci dari perempuan itu. Inilah orang yang tidak menyadari bahwa di dalam dirinya banyak kekurangan; persis seperti orang muda kaya tadi yang berkata "... apa lagi yang masih kurang?".
 
Selanjutnya, kita perhatikan ayat 47 ...
Lukas 7:47
(7:47) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih."
 
Yesus berkata: Dosanya yang banyak itu telah diampuni ...” Apa dasarnya Yesus mengatakan hal ini? “ ... sebab ia telah banyak berbuat kasih”. Kemudian, Yesus kembali berkata: “Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih.” Orang yang sedikit diampuni dosanya, ciri-cirinya ialah sedikit ia berkorban, sedikit ia berbuat kasih, sedikit ia berbuat baik.
 
Jadi, jangan kita merasa lebih baik, lebih benar, lebih suci, sama seperti orang muda kaya yang berkata: "... apa lagi yang masih kurang?" Waw, saya kaget membaca itu. Oleh sebab itu, jangan kita mengejar-ngejar nafsu orang muda yang kaya.
 
Mengapa hal itu bisa terjadi; merasa diri lebih baik, lebih benar, lebih suci dari perempuan itu?
-          Yang pertama: Karena dia adalah orang Farisi, berarti dikuasai oleh "ragi Farisi", yaitu kemunafikan. Munafik, berarti; di luar dan di dalam tidak sama; di luar terlihat baik, terlihat lebih benar dan lebih suci, tetapi di dalamnya tidak demikian.
-          Yang kedua: Dalam ayat yang lain, ia disebut juga "Simon si kusta". Berarti, mengalami sakit kusta. Kusta itu seluruhnya tubuhnya putih, kelihatan putih, kelihatan bersih, tetapi kusta itu penyakit, itulah kebenaran diri sendiri.
 
CIRI-CIRI MERASA DIRI TIDAK ADA KEKURANGAN, yang kedua: Dengan mudah berpuas diri dengan segala apa yang dia miliki dan atas apa yang telah ia capai.
Seharusnya, kalau diberkati, ya kita bersyukur. Kalau kita memiliki kelebihan dan potensi, baik jasmani dan rohani, ya puji TUHAN; kalau memiliki harta dan kekayaan, ya puji TUHAN; tidak perlu harus berpuas diri dengan segala yang kita miliki, tidak perlu berpuas diri dengan segala apa yang kita capai. Sebenarnya, itu yang benar.
 
Kita lihat contohnya di dalam Wahyu 3, dengan perikop: “Kepada jemaat di Laodikia
Wahyu 3:15-17
(3:15) Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! (3:16) Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. (3:17) Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,
 
Aku tahu segala pekerjaanmu ... TUHAN tahu loh apa tindakan-tindakan jemaat Laodikia di hadapan TUHAN, tindakan ibadah pelayanan mereka di hadapan TUHAN, yaitu engkau tidak dingin dan tidak panas. Mengapa TUHAN berkata demikian?
Jemaat di Laodikia merasa diri kaya dan tidak kekurangan apa-apa; sebaliknya, di mata TUHAN, jemaat di Laodikia melarat, malang, miskin, buta dan telanjang, sehingga pengikutan mereka kepada TUHAN menjadi "suam".
 
Suam, berarti; tidak panas dan tidak dingin. Dan ini sebetulnya sangat berbahaya sekali. Gereja yang suam adalah gereja yang tidak pernah mengalami kemenangan; tidak dingin, tidak panas = suam; tidak menang, tidak kalah, tidak pernah mengalami kemenangan.
Orang yang semacam ini tidak pernah prihatin di tengah ibadah dan pelayanannya; orang semacam ini tidak rendah hati. Lihatlah gereja yang tidak berkemenangan; ia tidak pernah "prihatin" dalam hidupnya. Mohon maaf, jangan saudara tersinggung: Seharusnya, kalau kita menyadari kalau kita datang dari latar belakang bukan sebagai orang yang “punya”, bukan siapa-siapa, maka seharusnya prihatin. Tetapi karena kerohaniannya suam, tidak dingin tidak panas, ya tidak berkemenangan; akhirnya tidak prihatin dalam hidupnya.
 
Saya berharap, saudara harus semakin dewasa. Biasanya memang, semakin usia tua, idealismenya pun semakin tumbuh; tetapi kalau di dalam TUHAN, semua dosa, termasuk idealismenya akan hancur, rontok seketika, kalau kita mengikuti jejak salib Kristus.
Saya tahu, secara manusiawi, umur itu semakin "tua" semakin idealisme, semakin kekeh dengan keakuannya, dengan egonya, tetapi itu tidak berlaku kalau dia sungguh-sungguh memikul salib; itu hanya berlaku di luar TUHAN. Maka, berbeda pemimpin di luar TUHAN dengan pemimpin di dalam TUHAN.
-          Kalau pemimpin di luar TUHAN adalah pejabat tinggi, cendikiawan; itu yang disebut pemimpin.
-          Tetapi kalau di dalam TUHAN adalah yang terbesar hendaklah menjadi sebagai yang paling muda, pemimpin adalah pelayan; itulah kalau di dalam TUHAN sungguh-sungguh memikul salib. Kalau dia pemimpin, pasti pelayan, sebab TUHAN Yesus datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.
 
Akibat berpuas diri ialah jemaat di Laodikia ini di dalam hal mengikut TUHAN tidak dingin tidak panas, suam-suam kuku.
 
CIRI-CIRI MERASA DIRI TIDAK ADA KEKURANGAN, yang ketiga: Suka membanggakan diri atau bermegah, persis seperti orang muda kaya tadi yang berkata: "... apa lagi yang masih kurang?"
 
Kita bandingkan dengan Rasul Paulus di dalam 2 Korintus 12, dengan perikop: “Paulus menerima penglihatan dan penyataan”.
2 Korintus 12:1-2
(12:1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. (12:2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga.
 
Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga dari Sorga, yang disebut juga Firdaus; kalau dalam pelajaran Tabernakel, itu terkena pada Ruangan Maha Suci.
 
Pada saat dia diangkat ke tingkat ketiga, di situlah dia menerima 2 (dua) hal dari TUHAN:
-          Yang pertama: Penglihatan-penglihatan, menunjukkan bahwa; ibadahnya sudah memuncak sampai doa penyembahan, menembusi takhta Allah.
-          Yang kedua: Penyataan-penyataan, menunjukkan bahwa; Rasul Paulus berada dalam hubungan intim, hubungan dalam nikah yang suci. Ketika hubungan itu intim, tidak ada orang yang tahu, kecuali orang itu dengan TUHAN.
Itulah 2 (dua) hal yang dia terima dari TUHAN ketika dia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga, atau disebut juga Firdaus. Dan itu juga merupakan suatu kelebihan dari Rasul Paulus dari pada rasul-rasul yang lain.
 
Intinya: Rasul Paulus ini adalah rasul ketiga-belas, itu pun dia diangkat menjadi rasul pada saat setelah Yesus diangkat naik ke sorga, bukan pada saat Yesus ada di bumi. Artinya, dia sangat spesial, dia sangat khusus, dia istimewa, kerasulannya itu istimewa di hadapan TUHAN, dia hamba TUHAN yang spesial luar biasa. Tetapi lihatnya, sekalipun dia spesial istimewa di hadapan TUHAN ...
2 Korintus 12:5-6
(12:5) Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku. (12:6) Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku.
 
Singkat kata: Sekalipun Rasul Paulus ini memiliki kelebihan dari rasul-rasul yang lain, namun Rasul Paulus hanya bermegah dengan kelemahan-kelemahannya atau bermegah dengan salib Kristus.
Mengapa demikian? Sebab bagi Rasul Paulus, bermegah atas kelebihan-kelebihan, itu adalah perbuatan bodoh, sementara dia sudah tahu tentang kebenaran. Jadi, dia hanya bermegah dengan kelemahan-kelemahan, bermegah dengan salib; dia tidak lagi bermegah dengan kelebihan-kelebihan yang dia miliki, karena itu merupakan perbuatan bodoh, sementara dia sudah mengerti firman.
 
Itu sebabnya pada ayat 7, dikatakan; supaya Rasul Paulus tetap rendah hati, atas seizin TUHAN ada duri dalam daging, yaitu seorang utusan Iblis -- bukan utusan TUHAN --, diizinkan oleh TUHAN untuk menggocoh dirinya, tujuannya adalah supaya dia tetap rendah hati, supaya dia tetap bermegah dengan salib. Bermegah dengan kelemahan, berarti bermegah dengan salib. Kelemahan di dalam tubuhnya, itu adalah duri dalam daging. Bermegah dalam kelemahannya (duri dalam daging) = bermegah dengan salib Kristus.
Kalau bermegah dalam "kelemahan", maka kita kuat; tetapi bermegah dengan "kelebihan-kelebihan" yang dimiliki, orang semacam ini lemah, seujung kuku pun tidak ada apa-apanya di mata TUHAN. Itulah perbedaan antara Rasul Paulus dengan orang muda kaya, dan juga jemaat di Laodikia.
 
Kemudian, kita kembali membaca Injil Matius 19, untuk memasuki sesi dari puncak pemberitaan firman, puncak dari pemberitaan tentang orang muda kaya ini.
Matius 19:21
(19:21) Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
 
Supaya orang kaya muda itu hendak sempurna, selanjutnya Yesus berkata: “Pergilah”, maksudnya; ada suatu tindakan yang positif di hadapan TUHAN.
 
Adapun tindakan yang TUHAN mau adalah: “Juallah segala milikmu” Apa yang paling berharga, baik harta maupun kekayaan, semuanya itu harus dijual. Apa yang berharga di dalam diri manusia? Setahu saya adalah harga dirinya, keakuannya, egosentrisnya, biasanya itu paling mahal di dalam diri seseorang. Juallah segala harta milikmu.
 
Kita keliru jika kita mempertahankan harta yang sifatnya sia-sia. TUHAN berkata: “Pergilah”, berarti; harus bertindak. Apa yang harus kita tindak-lanjuti? Juallah segala milikmu. Apa yang yang engkau miliki di dalam dirimu? Harga dirimu, jual; keakuanmu, jual; egosentrismu, kepentingan dirimu, jual, supaya engkau memiliki harta di sorga. TUHAN mau kirim harta sorgawi di dalam dirimu, di dalam hatimu, lebih mahal dari harta di bumi.
Sekarang kita harus pergi. Kalau kita sudah dengar firman TUHAN, lalu ada suatu perintah, maka ayo pergi, bertindak; jual segala milikmu, jangan pertahankan, itu tidak baik.
 
Sebetulnya, yang dipertahankan manusia adalah kesia-kesiaan; namun anehnya, manusia lebih suka dengan kesia-kesiaan. Tetapi malam ini, hati kita sudah diterangi oleh TUHAN.
TUHAN berkata: “Pergilah”. Seperti ada lagu: Dunia lalulah seg'ra dengan keindahannya dirusakkan oleh dosa yang keji. Sangat hebat rasanya kalau antikris raja, tapi syukur pada Yesus ku pergi. Ku pergi, ku pergi, kalau kesusahan datang ku pergi. Sangkakala berbunyi orang saleh naik s'mua. Kalau kesusahan datang ku pergi.
Jangan tahan harga dirimu, lepaskan, jual harga dirimu, tepuk tangan kepada TUHAN, buktikan malam ini, tidak cukup hanya omdo (omong doang). Jangan kita tuntut kalau hamba TUHAN salah, dan berkata bahwa hamba TUHAN itu omdo (omong doang), maka engkau juga tidak boleh omdo (omong doang). Bertindaklah; jual segala milikmu.
 
Sesudah semua harta kekayaan atau segala yang kita miliki kita dijual, lalu hasil penjualannya itu berikanlah kepada orang-orang miskin.
Yesus yang kaya rela menjadi miskin. Perhatikanlah anak-anak TUHAN yang menyangkal diri dan memikul salibnya. Banyak orang Kristen lupa tentang kebenaran yang hakiki; orang besar disanjung, orang kaya disanjung, tetapi orang yang miskin, orang yang sangkal diri pikul salib, orang yang sungguh-sungguh dalam TUHAN justru diabaikan.
Saya harap, adik ipar saya, kalau engkau dengar firman ini, hormatilah mertuamu lebih dari pada orang lain, sebab mertua mu menyangkal dirinya, memikul salibnya; jangan engkau memuji-muji orang yang mungkin di matamu kaya, tetapi orang yang kecil, miskin karena salib, justru engkau tidak dekat dengan dia; itu adalah suatu kebodohan.
 
Jual, berikan kepada orang miskin; sesudah itu, datanglah ke mari dan ikutlah Aku. Karena kalau kita tidak jual segala milik, kita tidak bisa datang kepada TUHAN dan ikut TUHAN.
Itu sebabnya Yesus berkata: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku”, sebab syarat untuk mengikut TUHAN adalah;
1.      Sangkal diri; menyangkali segala sesuatu yang ada di dalam diri.
2.      Pikul salib; pikul semua tanggung jawab.
3.      Ikut TUHAN; di mana TUHAN ada, di situ kita ada. Jangan lari sana, lari sini; jangan menuruti keinginan di hati sendiri.
 
Itulah yang disampaikan oleh TUHAN Yesus sebagai Guru Besar, Guru Agung, kepada orang muda kaya tadi, itulah ajaran dari Guru Besar, Guru Agung.
 
Matius 19:22
(19:22) Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.
 
Setelah mendengar perkataan Yesus sebagai seorang Guru Besar, Guru Agung, maka pergilah orang muda kaya itu dengan sedih, sebab banyak hartanya.
 
Kesimpulan dari peristiwa ini adalah orang muda yang kaya ini tidak dapat mengasihi TUHAN dengan segenap hatinya.
Sebenarnya, di atas tadi kita sudah melihat bahwa orang muda kaya tersebut adalah pribadi yang sukses secara lahiriah, kemudian dia sukses di dalam mengasihi sesama, bahkan sukses menghormati kedua orang tuanya, namun semuanya itu menjadi sia-sia, karena ia tidak mengasihi TUHAN, sehingga akhirnya ia pun pergi meninggalkan kasih dari TUHAN Yesus Kristus.
Dia sudah berhasil tadi di dalam mengasihi sesama, dia sudah berhasil di dalam menghormati orang tuanya, tetapi semuanya menjadi sia-sia, karena ternyata dia tidak mampu mengasihi TUHAN dengan segenap hatinya; ia pergi meninggalkan kasih dari TUHAN Yesus Kristus setelah mendengarkan pernyataan yang benar dari Guru Besar. Padahal di awal tadi, dia mengaku “Guru”, tetapi setelah digurui justru tidak mau.
 
Jika saudara mengakui saya adalah gembala saudara, maukah saudara memberi diri untuk digembalakan? Jika memang saudara mau digembalakan, maka praktekkanlah, jangan hanya di mulut saja.
Semua menjadi sia-sia kalau seseorang tidak mengasihi TUHAN, sampai akhirnya ia pun pergi meninggalkan kasih TUHAN Yesus Kristus. Jangan sampai sia-sia segala sesuatu yang telah kita kerjakan di hadapan TUHAN, mengapa demikian? Karena hatinya terpaut dengan "harta".
 
Kita akan memperhatikan 1 Korintus 16:22, ini adalah suatu pelajaran yang baik. Saya juga diingatkan oleh seorang rekan hamba TUHAN tentang ayat ini, dan saya bersyukur. Saya dengan rendah hati mau menerima peringatan ini.
 
Kita akan memperhatikan 1 Korintus 16:22, diawali dengan ayat 21, dengan perikop: “Salam”. Salam dari Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus dalam tulisan yang terakhir pada bagian yang pertama, karena dua kali Rasul Paulus mengirimkan tulisan kepada jemaat di Korintus, itulah yang disebut 1 Korintus dan 2 Korintus. Jadi, kita akan memperhatikan salam dalam tulisan yang terakhir pada bagian yang pertama kepada jemaat di Korintus.
 
1 Korintus 16:21-22
(16:21) Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus. (16:22) Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Maranata!
 
Rasul Paulus tuliskan Firman TUHAN, kebenaran yang suci dan mulia. Kebenaran yang hakiki, kebenaran yang sejati dilayangkan ke jemaat di Korintus, tentang apakah secara khusus gerangan? Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Sampai kapan? Maranata! = selama-lamanya
Kalau saudara tidak juga takut dengan ini, ya silahkan saja. Jika engkau lebih mengasihi hatimu, dagingmu, perasaanmu, lebih dari mengasihi TUHAN, maka terkutuklah ia sampai Maranata, sampai selama-lamanya. Perhatikanlah ini dengan sungguh-sungguh.
 
Jangan saudara pikir kalau saya tidak tegur saudara, sepertinya saya tidak tahu apa yang terjadi; tetap saya tahu apa yang terjadi, hanya saya tidak mau tegur-tegur saja, supaya jangan dicap “tukang tegur”, padahal teguran itu bagus, sebab siapa lagi yang menegur saudara di penggembalaan ini kalau bukan gembala? Adakah orang lain yang menegur saudara? Itu sesuatu yang tidak mungkin.
Kalau tidak ada teguran, nanti ujung-ujungnya “apa lagi yang kurang?” Kalau kepada manusia kita berkata demikian, itu masih masuk akal, tetapi ini kepada TUHAN. Tetapi lihatlah, Rasul Paulus dengan tegas berkata: Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, hanya mengasihi hartanya, hatinya, perasaannya, terkutuklah ia, sampai kapan? Sampai Maranata! Tidak ada lagi pengampunan bagi dia, semua akan menjadi sia-sia.
 
1 Korintus 16:23-24
(16:23) Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu. (16:24) Kasihku menyertai kamu sekalian dalam Kristus Yesus.
 
Sebenarnya yang kita butuhkan di tengah ibadah dan pelayanan di atas muka bumi ini adalah ...
-          Kasih karunia, belas kasihan TUHAN.
-          Barulah, kasih dan perhatian seorang gembala sidang.
 
Kalau TUHAN memakai seorang gembala sidang di dalam pembukaan rahasia firman disertai dengan kerendahan hatinya, berarti saudara sedang menikmati kasih dan perhatian dari seorang gembala sidang. Kalau saya tidak memperhatikan dan mengasihi saudara, saya tidak perlu belajar di kaki salib berjam-jam.
Saudara tahu saya belajar tadi malam; tiga jam empat puluh menit, akumulasi selanjutnya ialah satu jam empat puluh lima menit, itulah rentetan kelanjutannya supaya saudara tahu itu; itulah perhatian saya kepada saudara. Jadi, bukan omdo (omong doang), tetapi fakta; belajarlah supaya kaki perjalanan salib ada di bibir ini.
 
Matius 19:22-23
(19:22) Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya. (19:23) Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
 
Sesungguhnya, sukar sekali bagi seorang muda yang kaya, dengan kata lain; sangat sukar sekali bagi orang yang mempertahankan harga dirinya, keakuannya, egonya, untuk masuk dalam Kerajaan Sorga. Mengapa demikian? Karena hatinya masih terpaut dengan harta, barang yang fana.
 
Matius 6:19-21
(6:19) "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. (6:20) Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. (6:21) Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
 
Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
Setahu saya, harta itu bukan hanya uang, tetapi ada juga benda-benda logam seperti emas dan perak; tetapi rupa-rupanya di sini dikatakan: di bumi ngengat dan karat merusakkannya. Artinya, harta di bumi, termasuk benda logam, emas dan perak, sifatnya tidak kekal.
 
Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Itulah yang membawa saudara dan saya untuk hidup di dalam Kekekalan, sifatnya kekal, tidak berubah.
 
Di mana harta mu berada, di situ juga hati mu berada. Karena orang muda kaya ini hartanya banyak, maka sedihlah hatinya dan pergi meninggalkan TUHAN.
 
Ibrani 10:34
(10:34) Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya.
 
Di mana harta mu berada, di situ juga hati mu berada. Karena orang muda ini hatinya terpaut dengan harta di dunia ini, ketika mendengarkan nasihat Firman TUHAN dari seorang Guru Besar, hatinya sedih lalu tinggalkan TUHAN.
Tetapi kalau harta di sorga ada di dalam hati ini, sekalipun harta di bumi dirampas, dan hasilnya dibagi-bagikan kepada orang hukuman, hasilnya dibagi-bagikan kepada orang yang miskin, hasilnya dibagi-bagikan kepada orang yang menyangkal diri dan memikul salib, maka hati kita sukacita, karena kita menyadari bahwa hati kita ini sudah dipenuhi oleh harta sorgawi yang tidak bisa dihabisi oleh ngengat dan karat, tidak bisa dibongkar oleh pencuri, sifatnya abadi, kekal, tidak akan berubah.
 
Ibrani 10:35
(10:35) Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya.
 
Oleh sebab itu, jangan melepaskan kepercayaan ini, karena besar upahmu di sorga. Yang ada ini akan berlalu, maka jangan sedih hatimu kalau engkau menjual harta di bumi. Belajarlah untuk mengerti pekerjaan TUHAN.
 
PRAKTEK untuk menjual harta di bumi:
Matius 19:24
(19:24) Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."
 
Yesus berkata dengan tandas: Lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.
 
Mengapa harus dibandingkan dengan unta? Karena ketika unta hendak ditunggangi, maka ia harus merendahkan dirinya. Biarlah ketika TUHAN menunggangi kita di tengah ibadah dan pelayanan, biarlah kita ditunggangi dalam keadaan rendah hati dan lemah lembut.
Kemudian, untuk dapat merendahkan diri, dia harus melipat kakinya sampai 3 (tiga) kali. Biarlah kiranya kita menggunakan lutut ini menjadi kekuatan kita di hadapan TUHAN, itulah doa penyembahan. Inilah gambaran unta.
Jadi, saudara jangan sibuk mengikuti pelajaran unta dari teologi-teologi yang tidak jelas, yang berkata: “Oh, di Ibrani, di Israel sana ada disebut lubang untuk unta, jadi memang ...”, jangan ikuti ajaran seperti itu.
Kita ikuti arti rohaninya saja: Ketika unta hendak ditunggangi, dia harus merendahkan diri; tetapi supaya terwujud kerendahan hati, dia harus melipat kakinya sebanyak 3 (tiga) kali lipatan, itu berbicara soal doa penyembahan. Lutut adalah kekuatan kita; kalau tidak demikian, maka tidak mungkin kita bisa rendah hati (kerendahan di hati tidak akan bertahan).
 
Jadilah kehidupan yang digambarkan seperti unta; dari sekarang sampai Maranata, itulah doa saya sebagai gembala sidang yang memperhatikan saudara. Haleluya... Amin.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment