KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, June 5, 2021

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 25 MEI 2021


 
IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 25 MEI 2021
 
KITAB KOLOSE
(Seri:144)
 
Subtema: MUARA PENYEMBAHAN BERHALA
 
Oleh karena kemurahan hati TUHAN, kita dihimpunkan untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan, oleh karena kemurahan hati TUHAN tentunya. Kita bersyukur.
Segala puji, segala hormat, selayaknya hanya bagi Dia yang berada di dalam takhta kemuliaan-Nya. Saya juga tidak lupa menyapa sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, bahkan umat TUHAN yang senantiasa setia dalam ketekunan untuk digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia, baik di dalam, di tanah air, maupun di luar negeri, di mancanegara, di tiap-tiap negara: Shalom.
Selanjutnya, marilah kita berdoa, dalam doa kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap kehidupan kita, membawa kita masuk dalam kesatuan tubuh, membawa kita rendah tersungkur di kaki salib TUHAN, sujud menyembah Allah yang hidup, itulah puncak ibadah kita di atas muka bumi ini, bagaikan berada di bawah kepak sayap Allah, mendapatkan perlindungan, pertolongan dan kita dilindungi sampai kepada puncak kesukaran.
 
Selanjutnya, marilah kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose. Sekarang kita memperhatikan Kolose 3, dan masih berada pada ayat 19.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
Singkat kata: Suami-suami harus tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar, berarti; jangan berlaku kasar terhadap dia, isterinya.
 
Kita bandingkan dengan 1 Petrus 3.
1 Petrus 3:7
(3:7) Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
 
Hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu. Berarti, seorang suami janganlah berlaku kasar = Suami yang bijaksana.
Yesus Kristus adalah Kepala Gereja dan Mempelai Laki-Laki Sorga, Dialah Suami dalam keadilan dan kebenaran = Suami yang bijaksana.
 
Lebih lanjut kita memperhatikan tentang KEBIJAKSANAAN di dalam Daniel 12.
Daniel 12:3
(12:3) Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
Orang-orang yang bijaksana itu sama seperti bintang-bintang yang bercahaya di cakrawala. Kemudian, adapun tugas dari orang yang bijaksana adalah menuntun banyak orang kepada kebenaran.
 
Inilah tugas dari seorang yang bijaksana, yaitu menuntun banyak orang dalam kebenaran. Demikian halnya Rasul Paulus terhadap sidang jemaat, secara khusus terhadap jemaat di Korintus, pada 1 Korintus 10, dengan perikop: “Israel sebagai suatu peringatan”.
1 Korintus 10:14-15
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! (10:15) Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan!
 
Sebagai seorang hamba TUHAN yang bijaksana, di sini kita melihat: Dengan tegas Rasul Paulus menghimbau sidang jemaat di Korintus agar mereka menjauhkan diri mereka dari penyembahan berhala.
 
1 Korintus 10:14, 19-20
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! (10:19) Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (10:20) Bukan! Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat.
 
“Jauhilah penyembahan berhala.” Maksudnya di sini adalah supaya jemaat di Korintus janganlah bersekutu dengan roh-roh jahat, seperti bangsa Israel selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun, yang menjadi barisan yang dipimpin oleh Musa, atau rombongan yang nampaknya beribadah kepada Allah, namun sayangnya, persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah, karena mereka ternyata bersekutu dengan roh-roh jahat.
 
1 Korintus 10:21
(10:21) Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.
 
Perlu untuk diketahui: Kita tidak boleh bersekutu dengan TUHAN, namun dalam kesempatan yang lain bersekutu dengan roh-roh jahat, supaya persembahan yang kita persembahkan itu jangan sampai dipersembahkan kepada roh-roh jahat, tetapi kalau kita dengan sungguh-sungguh bersekutu dengan TUHAN, maka segala sesuatu yang kita persembahkan kepada TUHAN adalah persembahan kepada TUHAN, bukan kepada roh-roh jahat.
 
1 Korintus 10:16-17
(10:16) Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? (10:17) Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.
 

-          Ibadah dan pelayanan yang dihubungkan langsung dengan salib = Persekutuan dengan darah salib Kristus.

-      Kemudian, menikmati roti yang dipecah-pecahkan, yakni Firman Allah yang dibukakan, itu adalah persekutuan dengan tubuh Kristus = terwujudnya kesatuan tubuh yang berbeda-beda. 


Singkat kata: Apabila kita bersekutu dengan roh-roh jahat, itu sama dengan merusak persekutuan kita dengan Kristus, dan juga merusak persekutuan kita dengan tubuh Kristus (dengan anggota tubuh yang lain).
Oleh sebab itu, perhatikanlah dengan baik, supaya kita benar-benar bersekutu dengan TUHAN; maka, segala sesuatu yang kita persembahkan adalah benar-benar kepada Allah, bukan lagi kepada roh-roh jahat. Kalau kita beribadah, kita bersekutu dengan TUHAN lewat ketekunan 3 (tiga) macam ibadah pokok, lewat ibadah-ibadah yang TUHAN percayakan, namun segala sesuatu yang kita persembahkan ternyata kepada roh-roh jahat, bukankah itu merugikan diri kita sendiri?
 
1 Korintus 10:18
(10:18) Perhatikanlah bangsa Israel menurut daging: bukankah mereka yang makan apa yang dipersembahkan mendapat bagian dalam pelayanan mezbah?
 
Kalau kita dengan sungguh-sungguh dan hati yang murni menghadap TUHAN, melayani TUHAN, di tengah ibadah pelayanan kita di hadapan TUHAN, maka kita dipelihara langsung oleh TUHAN. Camkanlah itu.
Kalau kita bersekutu dengan TUHAN, biarlah kita bersekutu dengan sungguh-sungguh; artinya, dalam kesempatan yang lain, janganlah kita bersekutu dengan roh-roh jahat.
 
Selanjutnya, marilah kita memperhatikan ROH-ROH JAHAT tersebut di dalam 1 Korintus 10.
1 Korintus 10:6-10
(10:6) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, (10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria." (10:8) Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. (10:10) Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
 
Yang dimaksud dengan persekutuan oleh roh-roh jahat adalah:
1.       Pada ayat 6: Bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat.
2.       Pada ayat 7: Bangsa Israel menyembah berhala.
3.       Pada ayat 8: Bangsa Israel melakukan percabulan.
4.       Pada ayat 9: Bangsa Israel mencobai TUHAN.
5.       Pada ayat 10: Bangsa Israel bersungut-sungut di hadapan TUHAN.
 
Kita masih lanjut mengikuti penjelasan dari hal yang kedua.
Keterangan: BANGSA ISRAEL MENYEMBAH BERHALA.
Adapun peristiwa ini ditulis dalam kitab Musa yang kedua, yakni Keluaran 32:1-35. Namun, mari kita melihat Keluaran 32:1-35 menurut pembagiannya, antara lain:
A.      Ayat 1-6 tentang lembu emas.
B.      Ayat 7-14 tentang murka Allah kepada bangsa Israel.
C.      Ayat 15-20 tentang 2 (dua) loh batu yang dipecahkan.
D.      Ayat 21-29 tentang Musa marah kepada Harun, abangnya.
E.       Ayat 30-35 tentang Musa berdoa untuk bangsa Israel.
 
Penjelasan tentang: LEMBU EMAS (KELUARAN 32:1-6)
Keluaran 32:1-6
(32:1) Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir -- kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia." (32:2) Lalu berkatalah Harun kepada mereka: "Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya kepadaku." (32:3) Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun. (32:4) Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: "Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!" (32:5) Ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya: "Besok hari raya bagi TUHAN!" (32:6) Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.
 
Inti dari Keluaran 32:1-6 adalah bangsa Israel membuat patung lembu emas, menunjukkan bahwa; bangsa Israel tidak setia kepada Allah yang telah membebaskan mereka dari penindasan (perbudakan) Firaun dan Mesir.
 
Sejenak tentang KETIDAK-SETIAAN ini, kita baca Mazmur 18.
Mazmur 18:26-27
(18:26) Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, (18:27) terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit.

-          TUHAN berlaku setia kepada orang yang setia.
-          TUHAN juga berlaku tidak bercela terhadap orang yang tidak bercela.
-          Selanjutnya, TUHAN berlaku suci terhadap orang yang suci.
Sebaliknya, TUHAN berlaku belat-belit terhadap orang yang bengkok, yang hatinya tidak lurus.
 
Jadi, TUHAN memperlakukan kita sesuai dengan perbuatan kita di hadapan TUHAN.
 
Pertanyaannya: Mengapa kita harus berlaku setia, tidak bercela dan hidup suci di hadapan Allah?
Jawabannya, kita akan temukan pada ayat 28-30.
Mazmur 18:28-30
(18:28) Karena Engkaulah yang menyelamatkan bangsa yang tertindas, tetapi orang yang memandang dengan congkak Kaurendahkan. (18:29) Karena Engkaulah yang membuat pelitaku bercahaya; TUHAN, Allahku, menyinari kegelapanku. (18:30) Karena dengan Engkau aku berani menghadapi gerombolan, dan dengan Allahku aku berani melompati tembok.
 
Karena Engkaulah yang menyelamatkan bangsa yang tertindas, karena TUHANlah yang menyelamatkan atau membebaskan bangsa yang tertindas, seperti Israel dibebaskan dari penindasan Firaun dan Mesir, tetapi orang yang memandang dengan congkak Kaurendahkan, dengan lain kata; orang sombong direndahkan oleh TUHAN.
Karena Engkaulah yang membuat pelitaku bercahaya, TUHAN Allah yang membuat pelita kita bercahaya; TUHAN, Allahku, menyinari kegelapanku. Karena dengan Engkau aku berani menghadapi gerombolan, dan dengan Allahku aku berani melompati tembok.
 
Jadi, tadi pertanyaannya: Mengapa kita harus berlaku setia, tidak bercela dan hidup suci di hadapan Allah?
Jawabnya ada 3 (tiga) hal:
1.     Karena TUHANlah yang menyelamatkan atau membebaskan bangsa yang tertindas.
2.     Karena TUHANlah yang membuat pelita kita bercahaya, TUHANlah yang menyinari kegelapan kita, menyinari kita dari segala kegelapan dosa.
3.     Karena TUHANlah yang membuat kita sehingga kita berani menghadapi gerombolan, berani melompati segala tembok-tembok pembatas.
 
Tetapi kita sudah melihat: Pada akhirnya, bangsa Israel bersekutu dengan roh-roh jahat selama perjalanan bangsa Israel di padang gurun, selama 40 (empat puluh) tahun, dan salah satunya adalah mereka menyembah patung anak lembu emas, menunjukkan bahwa mereka tidak setia kepada TUHAN.
Ingat; TUHAN memperlakukan kita sesuai dengan tindakan dan perbuatan kita di hadapan TUHAN.
 
Kita kembali untuk membaca Keluaran 32.
Keluaran 21:5-6
(32:5) Ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya: "Besok hari raya bagi TUHAN!" (32:6) Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.
 
Ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Setelah tampilnya wujud atau patung dari anak lembu emas tuangan, lalu Harun dan bangsa itu mendirikan mezbah di depan patung anak lembu emas tuangan itu. Berserulah Harun, katanya: "Besok hari raya bagi TUHAN!" Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan kepada lembu emas, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.
 
Harun mendirikan mezbah di depan lembu emas tersebut, lalu mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan. Pada minggu yang lalu, tentang kedua korban ini telah disampaikan, bukan?
Intinya: Selanjutnya, mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan. Arti rohaninya untuk kita sekarang adalah;
-          Korban bakaran, artinya; penyerahan diri sampai hangus, sampai menghanguskan diri.
-         Korban keselamatan atau korban pendamaian sebagai tanda syukur, adalah bau harum di hadapan TUHAN. Maka, yang dipersembahkan dari korban keselamatan adalah lemak-lemaknya, sebagai tanda syukur kita kepada TUHAN. Kita memuji TUHAN dengan sorak-sorai, itu adalah tanda syukur kita kepada TUHAN, bahwa TUHAN sudah memperdamaikan dosa kita kepada Allah.
Pada minggu yang lalu, hal itu telah diuraikan, bukan?
 
Tetapi yang pasti, sesudah mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, maka;
-          Duduklah bangsa itu untuk makan dan minum.
-          Bangunlah atau bangkitlah mereka dan bersukaria.
 
Kita bandingkan dengan 1 Korintus 10:7.
1 Korintus 10:7
(10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria."
Singkatnya:
-          Duduklah bangsa itu untuk makan dan minum.
-          Kemudian, bangunlah (bangkitlah) mereka dan bersukaria.
Inilah arah atau muara dari penyembahan berhala.
 
Kalau kita menghadap TUHAN dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah yang TUHAN percayakan di atas muka bumi ini, janganlah kita datang dengan menjalankan ibadah secara lahiriah, sebab nanti arah atau muara dari ibadah lahiriah adalah duduk makan dan minum, kemudian bangunlah bangsa itu untuk bersukaria.
Oleh sebab itu, sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Jangan kita datang menghadap TUHAN atau menjalankan ibadah secara lahiriah, jangan. Misalnya; mulut memuji TUHAN, tetapi hatinya jauh dari Firman yang disampaikan, hatinya jauh dari pembukaan Firman, maka nanti muaranya adalah duduk makan dan minum, kemudian bangun (bangkit) untuk bersukaria.
 
-          Duduklah bangsa itu untuk makan dan minum, jelas hal ini menunjuk kepada; kepuasan daging. Prakteknya adalah merokok, narkoba, mabuk-mabukan dan minum-minuman keras.
-          Bangunlah mereka dan bersukaria, dalam ejaan lama disebut; bangkitlah mereka itu berdiri hendak bermain ramai-ramai. Jelas hal ini menunjuk kepada; kebebasan untuk berbuat asusila = seks bebas.
 
Jadi, kalau pemupukan daging terjadi, maka arahnya adalah makan minum dan seks bebas. Oleh sebab itu, Rasul Paulus menyampaikan kepada Timotius dengan tegas: Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya. Tetapi kalau terjadi pemupukan terhadap daging, maka arahnya adalah makan minum, kawin dan mengawinkan (seks bebas).
 
Oleh sebab itu, kalau saja TUHAN kirim akal budi dan kebijaksanaan di tengah-tengah perhimpunan ibadah ini untuk selanjutnya menuntun kita kepada kebenaran, maka bersyukur saja. Jangan kita ngomel, jangan kita bersungut-sungut, jangan kita jengkel di hati, jangan kita merongkol di hati karena tidak sesuai dengan hati, supaya arah dari ibadah ini jangan kepada duduk untuk makan dan minum, lalu bangkit untuk melakukan seks bebas.
Sementara, kalau kita bandingkan dengan pengalaman kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus adalah kematian untuk mengubur hidup lama, selanjutnya bangkit pada hari ketiga = hidup baru, bukan kepuasan daging, bukan seks bebas.
 
Dahulu, sebelum kita tegas memikul salib, banyak kali kita bersungut-sungut terhadap salib itu sendiri. Demikian juga 3 (tiga) tahun lamanya kurang lebih -- kalau saya tidak salah --, orang tua saya (mama) memaksa saya untuk menjadi hamba TUHAN, padahal saya tidak suka menjadi hamba TUHAN; melihat salib, saya sudah ngeri duluan; melihat kesucian, sudah ngeri duluan. Tetapi setelah salib diselami didalami, ternyata hidup jauh lebih indah.
 
Jadi, makan minum dan kawin mengawinkan (seks bebas) merupakan puncak dosa di akhir zaman; sama halnya pada zaman Nuh, hal itu terjadi. Sebelum terjadi air bah, dosa itu memuncak sampai kepada makan minum dan kawin mengawinkan.
 
Kita harus bersyukur kepada TUHAN;
-          Manakala ibadah dihubungkan dengan salib = Persekutuan dengan darah salib.
-          Kemudian, menikmati roti yang dipecah-pecahkan, Firman yang dibukakan, itu adalah persekutuan dengan tubuh Kristus.
Kita tidak mungkin menyatu antara yang satu dengan yang lain, suku satu dengan suku yang lain, bangsa satu dengan bangsa yang lain, kalau kita tidak menikmati roti yang satu itu, itulah pribadi Yesus yang dipecah-pecahkan di atas kayu salib.
Dan kalau kita dengan sungguh-sungguh, dengan tulus dan murni di dalam hal menjalankan ibadah, maka kita dipelihara oleh TUHAN.  Jadi, janganlah kita datang bersekutu dengan TUHAN, tetapi dalam kesempatan yang lain, kita justru bersekutu dengan roh-roh jahat; maka, tentu saja nanti persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada TUHAN Yesus.
 
Mari kita lihat peristiwa yang sama, di mana sebelum datangnya air bah, dosa itu memuncak sampai kepada duduk makan minum, kemudian bangkit untuk seks bebas, di dalam Matius 24, dengan perikop: “Nasihat supaya berjaga-jaga”. Jangan saudara merasa aman dengan kedudukan yang ada, jabatan yang ada, uang yang ada, harta yang ada, tetapi berjaga-jagalah.
 
Matius 24:37-39
(24:37) "Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. (24:38) Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, (24:39) dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.
 
Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. Zaman Nuh dengan hal kedatangan Yesus untuk yang kedua kali, itu sama; dosa itu akan memuncak, yaitu: Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu, bangsa itu (umat itu) sebelum air bah tiba, mereka sibuk dengan dosa makan dan minum, kemudian kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera yang bertingkat tiga -- jelas, itu gambaran dari Tabernakel --, dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.
 
Orang-orang pada zaman Nuh sebelum air bah tiba, mereka itu sibuk dengan dosa makan minum, dilanjutkan sibuk dengan dosa kawin dan mengawinkan. Demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.
Jadi, dosa makan dan minum, dosa kawin dan mengawinkan adalah dosa akhir zaman; itu adalah puncak dosa, dan itu terjadi pada akhir zaman.
 
Saya melihat, dosa makan minum ini benar-benar sudah merajalela di setiap daerah; bukan hanya di kota, tetapi sudah sampai ke setiap daerah-daerah, sampai kepada pelosok-pelosok. Tempat tinggal kami, di Perumahan Perumnas Cibeber Cilegon berdampingan dengan Perumahan Pondok Cilegon Indah; dahulu, soal kuliner itu sepi, tetapi sekarang, untuk masuk sampai kepada Perumahan Perumnas Cilegon, dari pintu gerbang Pondok Cilegon Indah sampai ke Perumahan Perumnas Cibeber, itu sudah full kuliner di pinggir jalan, bahkan di setiap lorong-lorong gang perumahan pun full kuliner. Jadi, sudah jelas ini adalah tanda dosa makan minum.
Kemudian, di tempat kuliner itu pun juga disediakan karaoke untuk bermain ramai-ramai, kebebasan yang mengarah kepada seks bebas, sehingga ketika karaoke itu dijalankan, ketika nyayian dunia itu diputar, orang-orang yang ada di situ bangkit lalu berjoged ria, bermain ramai-ramai. Itu merupakan bukti bahwa sekarang ini adalah akhir zaman.
 
Jadi, jangan kita sama seperti orang-orang pada zaman Nuh; sebelum air bah tiba melenyapkan mereka, mereka sibuk dengan dosa makan minum yang dilanjutkan dengan dosa kawin mengawinkan. Ini harus menjadi perhatian khusus bagi kita; jangan anggap enteng sebelum menyesal dengan sejadi-jadinya.
 
Pendeknya: Dosa makan minum dan kawin mengawinkan adalah puncak dosa.
 
Lebih jauh kita melihat tentang makan minum dan kawin mengawinkan, di dalam Injil Matius 22, dengan perikop: “Pertanyaan orang Saduki tentang kebangkitan”. Hal ini terkait dengan ragi Saduki.
Matius 22:23
(22:23) Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya:
 
Ragi Saduki adalah tidak percaya dengan adanya kebangkitan.
 
Kalau ...
-          Ragi Farisi adalah munafik; luar dan dalam tidak sama.
-          Ragi Herodes adalah membunuh.
Itu adalah ragi khusus. Tetapi, kalau ragi secara umum adalah keburukan dan kejahatan.
 
Tetapi yang kita perhatikan di sini adalah ragi Saduki, yaitu tidak percaya dengan adanya kebangkitan.
 
Matius 22:23B-27
(22:23) Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: (22:24) "Guru, Musa mengatakan, bahwa jika seorang mati dengan tiada meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. (22:25) Tetapi di antara kami ada tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin, tetapi kemudian mati. Dan karena ia tidak mempunyai keturunan, ia meninggalkan isterinya itu bagi saudaranya. (22:26) Demikian juga yang kedua dan yang ketiga sampai dengan yang ketujuh.
(22:27) Dan akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itu pun mati. (22:28) Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan? Sebab mereka semua telah beristerikan dia."
 
Mereka bertanya kepada-Nya, mereka bertanya kepada Yesus: "Guru, Musa mengatakan, bahwa jika seorang laki-laki -- seorang itu selalu menunjuk laki-laki -- mati dengan tiada meninggalkan anak, saudaranya laki-laki yang lain -- atau adik laki-laki yang persis di bawahnya -- harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan marganya bagi saudaranya itu.
Tetapi di antara kami ada tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin, tetapi kemudian mati. Dan karena ia tidak mempunyai keturunan, ia meninggalkan isterinya itu bagi saudaranya. Demikian juga yang kedua dan yang ketiga sampai dengan yang ketujuh. Tujuh bersaudara kawin dengan satu perempuan. Dan akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itu pun mati. Sesudah 7 (tujuh) laki-laki bersaudara ini mati, maka satu perempuan yang dikawini oleh 7 (tujuh) bersaudara ini, juga akhirnya mati.
Selanjutnya, orang-orang Saduki bertanya: Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan? Sebab mereka semua telah beristerikan dia.
 
Kesimpulannya: Kalau tidak percaya dengan adanya kebangkitan, maka akan dikuasai oleh dosa kawin dan mengawinkan, bermain ramai-ramai, itulah dosa seks bebas.
 
Selanjutnya, kita akan memperhatikan 1 Korintus 15, dengan perikop: “Kebangkitan kita”.
1 Korintus 15:32-33
(15:32) Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati". (15:33) Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.
 
Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja, atau melayani sesuai dengan tolak ukur cara berpikir manusiawi, Rasul Paulus berkata; Aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku, apa gunanya berjuang di tengah ibadah dan pelayanan? Jika orang mati tidak dibangkitkan, tidak ada kebangkitan, maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati", dengan lain kata, Rasul Paulus berkata: “Ayo, kita makan dan minum saja, bersenang-senang, karena besok mati juga”.
Selain makan dan minum, ada lagi pada ayat 33: Janganlah kamu sesat” Yang dimaksud sesat adalah pergaulan yang buruk, itulah seks bebas.
 
Di sini kita perhatikan: Rasul Paulus berkata: Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka "marilah kita makan dan minum, dilanjutkan dengan pergaulan yang buruk, kawin dan mengawinkan, seks bebas, sebab besok kita mati"
Pendeknya: Jika seseorang dikuasai oleh dosa makan dan minum, kawin dan mengawinkan, menunjukkan bahwa dia tidak mempunyai hari esok.
 
Kalau seseorang ...
-          hidup dengan dosa makan minum à Kepuasan daging oleh dosa merokok, narkoba, mabuk-mabukan,
-          kemudian, hidup dengan dosa kawin dan mengawinkan, itulah dosa seks bebas,
dan ia mencemplungkan diri di dalamnya, menikmatinya, dan tidak mau lepas dari situ, menunjukkan bahwa bagi dia tidak ada hari esok.
Jadi, kalau seseorang masih senantiasa berusaha untuk memuaskan, mencari kepuasan daging lewat makan minum, berusaha mencari kepuasan lewat kenajisan, itu adalah gambaran dari orang Kristen yang cara berpikirnya pendek, dan bagi dia tidak ada hari esok, persis seperti yang dikatakan Rasul Paulus: Kalau tidak ada kebangkitan, tidak ada hidup, tidak ada masa depan, ayo, mari kita makan minum, puaskan tabiat daging, lanjut kawin dan mengawinkan, puaskan dalam dosa seks bebas; tidak ada lagi hari esok. Seperti itulah gambaran dari bangsa Israel ketika mereka duduk untuk makan dan minum, lalu bangkit untuk bersukaria.
 
Di dalam Kristus dan oleh kebangkitan-Nya, ada hari esok.
 
Kita akan memperhatikan ayat 12 dan seterusnya, dengan perikop: “Kebangkitan kita”, berarti; ada hari esok, karena Kristus telah bangkit, maut telah dikalahkan.
1 Korintus 15:12-19
(15:12) Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? (15:13) Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. (15:14) Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. (15:15) Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus -- padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan. (15:16) Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. (15:17) Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. (15:18) Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. (15:19) Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.
 
Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati ... Bilamana seorang hamba TUHAN menceritakan tentang kebangkitan Kristus dan kuasa-Nya, bagaimana mungkin ada di antara kamu, itulah orang-orang Saduki yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?
Sementara Rasul Paulus telah menceritakan Injil, secara khusus pengalaman Yesus dalam kematian, kebangkitan dan akhirnya dipermuliakan, saat Ia naik ke sorga; tetapi ada pula yang mengatakan bahwa kebangkitan dari orang mati itu tidak ada, berarti tidak ada lagi masa depan, tidak ada lagi hari esok, tidak ada lagi kemuliaan kekal, tidak ada lagi hidup kekal.
 
Ingat: Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus pun tidak akan mati dan bangkit, dan tidak akan dipermuliakan. Lalu, apa artinya kita datang beribadah kepada TUHAN, kalau pada akhirnya kita tidak dipermuliakan bersama dengan Dia? Tentu saja semua ini sia-sia kita kerjakan, walaupun disertai dengan jerih payah, jerih lelah, ditandai dengan korban ini, korban itu.
 
Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, seandainya benar-benar Yesus Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami, sia-sialah Injil yang disampaikan, dan sia-sialah juga kepercayaan kamu, sia-sialah kita percaya kepada TUHAN Yesus; tidak ada gunanya. Untuk apa percaya kepada orang mati yang tidak bangkit?
 
Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah ... Kalau rasul Paulus berkata Yesus telah dibangkitkan, tetapi ternyata Yesus tidak bangkit, maka dia adalah hamba TUHAN pendusta. Tetapi saya katakan malam ini: Rasul Paulus bukanlah seorang hamba TUHAN pendusta, melainkan dia adalah seorang hamba TUHAN yang bijaksana, yang tegas dalam pendirian, tegas dalam pemberitaan Injil.
Karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus -- padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan. Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu, sia-sialah kita percaya kepada TUHAN Yesus Kristus, dan kalau Kristus tidak dibangkitkan, maka kamu masih hidup dalam dosamu, dengan lain kata; setiap orang, setiap yang hidup dikuasai dosa, mulai dari dosa makan minum (kepuasan daging), sampai kepada dosa kawin dan mengawinkan (seks bebas). Itulah kalau Yesus tidak dibangkitkan dari antara orang mati.
Tetapi yang sebenarnya adalah Yesus telah dibangkitkan dan maut telah dikalahkan. Kita bersyukur kepada Allah yang esa, Allah yang berkuasa, TUHAN dan Juruselamat, Dialah Allah sesembahan kita, Dialah yang berdaulat atas kehidupan kita, bukan berhala.
 
Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. Bukan hanya hidup di dalam dosa, tetapi sampai ujungnya; maut menjemput. Sia-sialah kalau akhirnya binasa; sia-sialah pengikutan kita, sia-sialah kita percaya kepada Allah yang esa, sia-sialah kita korban tenaga, pikiran, waktu, uang, harta, apapun yang kita korbankan; sia-sialah kita dengan segala sesuatu yang sudah kita perjuangkan ini, kalau memang ternyata Yesus Kristus tidak dibangkitkan dari antara orang mati, dan ujungnya binasa.
Tetapi kita menghadap TUHAN lewat ibadah yang TUHAN percayakan ini, supaya kita hidup dan dipermuliakan bersama dengan Dia, kalau kita tekun di dalam kematian dan kebangkitan, selama kita ada hidup di bumi ini.
 
Puji TUHAN ... Haleluya ... Tidak ada salahnya kita membuka mulut untuk memuji TUHAN. Kalau untuk yang kita gemari saja kita buka mulut, cepat-cepat meresponi, kok kepada TUHAN yang mulia tidak respon?
 
Siapa yang ingin mendapatkan atau memperoleh hidup, mari kita lihat JALAN KELUARNYA. Tetapi ingat, ibadah ini kita jalankan di hadapan TUHAN tidak sia-sia; ibadah ini mengandung janji, baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang.
 
Kita perhatikan JALAN KELUARNYA di dalam Matius 24. Kita kembali kepada Matius 24, mengapa? Karena dalam setiap persoalan, selalu ada jalan keluarnya di dalam TUHAN.
Kita perhatikan Matius 24:40-42, namun terlebih dahulu kita membaca ayat 37, dengan perikop: “Nasihat supaya berjaga-jaga”. Berjaga-jagalah, sebab memang kita semua harus berjaga-jaga. Jangan seperti dalam 1 Tesalonika 5, di mana mereka berkata: “Semuanya damai dan aman, sementara mereka berfoya-foya pada siang hari, mereka memboroskan hartanya. Yang seharusnya adalah mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam, tetapi justru mereka mabuk hawa nafsu daging di siang hari, sehingga harta rohani yang dipercayakan oleh TUHAN diboroskan begitu saja. Perhatikanlah itu.
 
Matius 24:37-42
(24:37) "Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. (24:38) Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, (24:39) dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. (24:40) Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan; (24:41) kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. (24:42) Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.
 
Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. Ini adalah tanda akhir zaman, di mana dosa akhir zaman adalah dosa makan minum, kawin dan mengawinkan, seperti pada masa (zaman) Nuh, sebelum air bah datang, mereka sibuk makan dan minum, kawin dan mengawinkan.
Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.
 
Intinya: Dosa makan minum, kawin dan mengawinkan itu membinasakan. Ini adalah persoalan besar, tetapi ada solusinya, ada jalan keluarnya. Tidak ada sesuatu yang mustahil di dalam TUHAN; tidak ada sesuatu yang mustahil bagi TUHAN; tidak ada sesuatu yang mustahil bagi orang-orang yang percaya kepada Dia. Artinya, harus ada kerja sama antara manusia dengan TUHAN.
 
Oleh sebab itu, mari, selanjutnya kita perhatikan ayat 40-42:
-          Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan;
-          kalau ada dua orang perempuan -- itu berbicara tentang gereja TUHAN -- sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan, itu akan terjadi.
-          Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.
 
JALAN KELUARNYA ialah:
1.       Dimulai dari ladang. Ini adalah kegiatan yang terkait dengan ROH ALLAH.
2.       Kemudian batu kilangan. Ini adalah kegiatan yang terkait dengan FIRMAN ALLAH.
3.       Kemudian berjaga-jaga. Ini adalah kegiatan yang terkait dengan KASIH ALLAH. Praktek dari kasih Allah adalah doa penyembahan; hanyut dan tenggelam, atau dihisap oleh kasih Allah.
 
Kegiatan berjaga-jaga adalah kegiatan yang terkait dengan kasih Allah, dengan prakteknya adalah doa penyembahan. Tetapi, harus dimulai dari ...
-          Kegiatan pertama, yaitu ladang; terkait dengan Roh Allah.
-          Kegiatan kedua adalah batu kilangan, terkait dengan Firman Allah.
-     Barulah kegiatan ketiga, yaitu berjaga-jaga; kegiatan ini terkait dengan kasih Allah, prakteknya; doa penyembahan. Hanyut dan tenggelam dalam kasih Allah, dihisap oleh kasih Allah, itulah doa penyembahan.
 
Kita perhatikan Matius 26, dengan perikop: “Di taman Getsemani.
Matius 26:40-41
(26:40) Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? (26:41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."
 
Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Bukan hanya satu murid, tetap “murid-murid”, semua murid tidur. Artinya; manusia, termasuk hamba TUHAN, 12 (dua belas murid), 12 (dua belas) rasul belum sempurna, masih ada kelemahan, sehingga sekali waktu rohani tertidur; tetapi jangan biarkan rohani tertidur untuk selama-lamanya, apapun alasannya dan apapun yang terjadi.
 
Yesus berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah."
Singkat kata: Berjaga-jaga adalah kegiatan di dalam doa penyembahan. Doa dan penyembahan, itulah berjaga-jaga.
Oleh sebab itu, ibadah kita di bumi ini harus sampai kepada puncaknya, itulah doa penyembahan = berjaga-jaga, sehingga apapun yang terjadi sampai kepada tibanya hari TUHAN, maka kita tidak takut, karena kondisi rohani senantiasa berjaga-jaga.
Itulah yang saya maksud dalam kesempatan Ibadah Raya Minggu: Beribadah tidak sama dengan orang yang tergembala, tetapi orang yang tergembala sudah pasti beribadah, berbakti dan menyembah kepada Allah yang hidup.
 
Banyak orang Kristen yang tidak paham soal puncak ibadah; mereka mengukur ibadahnya dengan pikirannya, sehingga yang penting baginya hanyalah “ibadah” saja. Tidak salah jika beribadah, tetapi harus juga mempunyai pengertian; kalau tidak mempunyai pengertian, maka kita tidak dapat menyenangkan hati TUHAN dalam setiap kali kita beribadah. Kalau kita sudah mempunyai pengertian karena dituntun oleh akal budi dan kebijaksanaan oleh pembukaan Firman, maka kita dapat menyenangkan hati TUHAN dalam setiap pertemuan ibadah.
 
Mari kita lihat DOA PENYEMBAHAN dalam Wahyu 8, dengan perikop: “Meterai yang ketujuh
Wahyu 8:2-4
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
 
Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. Di sini kita melihat; ada kegiatan membakar ukupan, membakar kemenyan, lalu asapnya naik.  Saya berharap, kegiatan semacam ini sudah seharusnya kita alami, sebab ini adalah puncak ibadah.
Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
 
Singkat kata, di sini kita melihat: Kegiatan membakar ukupan, karena kepada satu malaikat yang kuat ini, kepadanya diberikan kemenyan yang banyak untuk dibakar. Kegiatan membakar ukupan, ini adalah kegiatan dalam doa penyembahan. Dan penyembahan itu bagaikan asap dupa kemenyan yang naik menembusi takhta Allah, itulah yang membawa kita dari bumi sampai menembusi Sorga.
Kegiatan membakar ukupan ini harus kita alami. Doa penyembahan ini adalah puncak dari ibadah di bumi yang harus kita alami, tidak bisa tidak.
 
Jadi, bukan hanya kegiatan di ladang, bukan hanya kegiatan di dalam batu kilangan, tetapi juga kegiatan berjaga-jaga, itulah doa penyembahan, harus kita alami selama kita ada di bumi ini; itulah yang membawa kita sampai menembusi takhta Allah.
Kiranya kegiatan doa penyembahan ini nanti membawa kita tembus masuk ke dalam Kerajaan Sorga; upah yang akan kita terima dari sorga.
 
Kita perhatikan Mazmur 141, dengan perikop: “Doa dalam pencobaan
Mazmur 141:2
(141:1) Mazmur Daud. Ya TUHAN, aku berseru kepada-Mu, datanglah segera kepadaku, berilah telinga kepada suaraku, waktu aku berseru kepada-Mu! (141:2) Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.
 
Daud berkata: Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan.
 
Tadi di dalam Wahyu 8:3-4, seorang malaikat yang kuat mengadakan suatu kegiatan, sebagai puncak kegiatan (puncak ibadah), adalah membakar kemenyan, membakar ukupan. Kemudian, dalam Mazmur 141:2, Daud berkata: Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, itulah doa penyembahan.
Jadi, ketika Daud berkata: Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, berarti; doa itu ada tingkatannya (tingkatan doa itu ada), mulai dari;
1.       Doa permohonan (doa minta- minta).
2.       Kemudian doa syafaat. Walaupun untuk kepentingan negara atau golongan, tetapi ini masih minta-minta.
3.       Meningkat lebih tinggi lagi; doa syukur, bukan meminta, tetapi syukur saja atas apapun yang terjadi. Enak, tidak enak, diberkati atau pun seolah-olah tidak diberkati, namun syukur saja.
4.       Lalu puncaknya adalah persembahan ukupan, itulah doa penyembahan.
Jadi, sudah sangat jelas; puncak dari kegiatan, puncak dari ibadah adalah doa penyembahan.
 
Lalu, persamaan dari doa penyembahan (persembahan ukupan) adalah dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang. Dua tangan yang terangkat melebihi kepala, itu merupakan tanda penyerahan diri sepenuhnya kepada TUHAN, itulah doa penyembahan.
Jadi, kalau “angkat tangan”, jangan lurus ke depan, seperti memberkati, melainkan harus tegak lurus ke atas, naik terangkat. Siapa yang mau naik terangkat ke sorga? Maka, angkatlah tangan tinggi-tinggi melebihi kepala, sebab TUHAN yang lebih mulia dari kepala kita. Enak bukan, jika kita memiliki pengertian? Jangan tanggung-tanggung kita kalau datang beribadah, melainkan harus full, segenap hati, tidak usah memakai perasaan lagi dalam mengikuti TUHAN.
 
Kalau kita mengikuti jejak salib Kristus, maka semua tabiat daging rontok, termasuk gengsi rontok, harga diri rontok, dosa masa lalu pun rontok, sampai jejak yang terakhir, itulah kegiatan yang terakhir, yaitu doa penyembahan. Kegiatan membakar ukupan adalah jejak Kristus yang terakhir.
Satu malaikat yang kuat dalam Wahyu 8:3-4, tidak lain tidak bukan, itu adalah pribadi Yesus sebagai Imam Besar. Tugas Imam Besar adalah memimpin ibadah ini untuk dibawa sampai ke sorga.
 
Ayo, mulai dari sekarang, buktikanlah penyerahan dirimu, tanda bahwa ibadah kita sudah memuncak sampai kepada doa penyembahan. Kekekalan; Penyembahan. Kekekalan; Penyerahan diri.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 

No comments:

Post a Comment