KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, June 16, 2021

IBADAH RAYA MINGGU, 30 MEI 2021


 
IBADAH RAYA MINGGU, 30 MEI 2021
 
KITAB WAHYU
(Seri: 26)
 
Subtema: LIDAH API MENGERTI BAHASA TETESAN AIR MATA
 
Puji nama TUHAN; oleh karena kemurahan hati TUHAN, kita dimungkinkan untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu. Dua tangan TUHAN sudah menarik kita sudah menarik kita untuk berada dalam perhimpunan Ibadah Raya Minggu petang ini.
Saya juga tidak lupa menyapa sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, bahkan umat TUHAN yang setia dalam ketekunan Ibadah Raya Minggu, untuk digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang Cilegon, Banten, Indonesia, lewat live streaming video internet Youtube Facebook di mana pun anda berada.
Selanjutnya, marilah kita berdoa, kita mohonkan kemurahan hati TUHAN, supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita petang ini, dan selanjutnya Firman itu betul-betul menjadi suatu berkat yang besar bagi kita sekaliannya, sebagai tanda pertolongan dari dua tangan TUHAN yang berkuasa, bagi kita sekaliannya, sehingga ibadah ini tidak menjadi percuma, tidak menjadi sia-sia; segala korban-korban yang dipersembahkan menyenangkan hati TUHAN.
 
Saya ini adalah hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala dari beberapa tahun yang lalu, dan meterainya adalah sidang jemaat yang dipercayakan oleh TUHAN sebagai kawanan domba Allah. Pengalaman di dalam hal menyampaikan Firman TUHAN sedikit banyak sudah dilalui bersama dengan pertolongan TUHAN. Kiranya pertolongan yang sama itu juga nyata pada saat petang ini; sampai sejauh mana pun cara TUHAN menolong kita, biarlah kiranya kita boleh merasakan bahwasanya itu merupakan perhatian TUHAN bagi kita pribadi lepas pribadi yang hadir secara khusus pada petang ini.
 
Sekali lagi: Marilah kita menaruh harap yang besar kepada TUHAN, karena Firman Allah bukanlah Pribadi manusia, Firman Allah adalah Pribadi Allah itu sendiri, agung dan mulia, sehingga Firman Allah yang disampaikan itu harus sesuai dengan kehendak TUHAN, supaya tidak terjadi kekeliruan di dalam pengikutan kita kepada TUHAN tentunya.
 
Jujur, saya harus mengakui di hadapan TUHAN, sekarang ini saya bagaikan berada di persimpangan jalan; apakah saya ini akan mengulangi pemberitaan Firman TUHAN pada minggu yang lalu, ataukah melanjutkan pemberitaan Firman dalam ungkapan yang baru? Inilah yang menjadi pertanyaan saya kepada TUHAN petang ini. Dan kalau pun ini sepertinya dipandang menjadi bagian dari kekurangan saya, saya tidak malu untuk menyampaikan hal ini. Tetapi saya yakin, kalau sidang jemaat berdoa, dalam doa memohon dengan amat sangat kepada TUHAN dan sungguh-sungguh menantikan uluran tangan TUHAN lewat pembukaan Firman, tentu saja TUHAN akan menjawabnya.
Sejauh mana hati kita mengharapkan pertolongan TUHAN, sejauh itu nanti pertolongan TUHAN akan dinyatakan kepada kita semua. Kalau pun malam ini tidak tuntas, kiranya di minggu yang akan datang kita tuntaskan kembali.
 
Segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari kitab Wahyu 13, kita kembali untuk membaca Wahyu 13:10, dengan perikop: “Binatang yang keluar dari dalam laut”.
Wahyu 13:10
(13:10) Barangsiapa ditentukan untuk ditawan, ia akan ditawan; barangsiapa ditentukan untuk dibunuh dengan pedang, ia harus dibunuh dengan pedang. Yang penting di sini ialah ketabahan dan iman orang-orang kudus.
 
-          Barangsiapa ditentukan untuk ditawan, ia akan ditawan,
-          Barangsiapa ditentukan untuk dibunuh dengan pedang, maka ia harus dibunuh dengan pedang.
Ada yang ditentukan untuk ditawan, ada juga yang ditentukan untuk dibunuh dengan pedang; dan apa yang sudah TUHAN nyatakan itu akan terjadi.
 
Pertanyaannya: Hukuman ini terjadi kepada siapa?
Mari, kita akan melihat jawabannya dalam nubuatan Yeremia 15.
Yeremia 15:1
(15:1) TUHAN berfirman kepadaku: "Sekalipun Musa dan Samuel berdiri di hadapan-Ku, hati-Ku tidak akan berbalik kepada bangsa ini. Usirlah mereka dari hadapan-Ku, biarlah mereka pergi!
Di sini kita melihat: Keputusan TUHAN tidak akan berubah, sekalipun Musa dan Samuel berdiri di hadapan TUHAN.
Musa dan Samuel ini adalah dua hamba TUHAN yang terbiasa bersyafaat untuk melunakkan hati TUHAN. Namun sekalipun demikian, TUHAN tetap berkata: “Usirlah mereka dari hadapan-Ku, biarlah mereka pergi! Jadi, keputusan TUHAN di dalam menjatuhkan hukuman sudah final, artinya; tidak bisa lagi diganggu gugat.
 
Yeremia 15:2
(15:2) Dan apabila mereka bertanya kepadamu: Ke manakah kami harus pergi?, maka jawablah mereka: Beginilah firman TUHAN: Yang ke maut, ke mautlah! Yang ke pedang, ke pedanglah! Yang ke kelaparan, ke kelaparanlah! dan yang ke tawanan, ke tawananlah!
 
Lalu, apabila mereka bertanya:Ke manakah kami harus pergi?” Jawaban TUHAN lewat perantaraan nabi Yeremia ialah:
-          Yang ke maut, ke mautlah!
-          Yang ke pedang, ke pedanglah!
-          Yang ke kelaparan, ke kelaparanlah!
-          Dan yang ke tawanan, ke tawananlah!
Jawaban TUHAN semacam ini menunjukkan bahwasanya TUHAN sudah tidak lagi peduli dan keputusan TUHAN sudah final, tidak bisa diganggu gugat lagi.
 
Kalau kita perhatikan dan menyimak dengan seksama 4 (empat) kalimat di atas:
-          Kalimat yang pertama: “Yang ke maut, ke mautlah!” = Binasa.
-          Sedangkan kalimat yang kedua, kalimat yang ketiga, kalimat yang keempat, menunjukkan bahwa; mereka jatuh ke tangan antikris.
 
Kalimat kedua, ketiga dan keempat menunjukkan bahwa mereka jatuh ke tangan antikris, sebab apabila antikris berkuasa selama 7 (tujuh) masa, secara khusus pada pertengahan 7 (tujuh) masa yang kedua, yakni 3.5 (tiga setengah) tahun yang kedua, maka;
-          orang-orang yang tidak menyembah patung binatang atau antikris akan dibunuh dengan pedang, sesuai dengan (Wahyu 13:15).
-          Kemudian, oleh karena kekejian yang akan terjadi, selama antikris berkuasa di atas muka bumi ini, maka tentu saja timbullah kelaparan yang hebat, sehingga tergenapilah (Amos 8:11). Mengapa terjadi kelaparan? Apabila kekejian terjadi, sudah pasti korban sembelihan (ibadah yang dihubungkan dengan salib) dihentikan dan korban santapan (pengajaran Firman Allah yang benar) dihentikan, sehingga genaplah nubuatan dari Amos 8:11, di mana TUHAN akan mengirimkan kelaparan atas negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan haus karena minuman, tetapi lapar dan haus akan mendengarkan Firman TUHAN.
-          Lalu sisanya menjadi tawanan, untuk selanjutnya diinjak-injak selama 3.5 (tiga setengah) tahun, itulah pelataran Bait Suci yang di sebelah luar diserahkan untuk diinjak-injak, sesuai dengan Wahyu 11:2.
 
Jadi, sudah sangat jelas:
-          Kalimat pertama, itu adalah kebinasaan.
-          Kalimat kedua, ketiga dan keempat, menunjukkan bahwa; mereka jatuh ke tangan antikris.
 
Sekarang, kita akan memperhatikan: Apa yang menyebabkan sehingga mereka harus jatuh dalam hukuman; ada yang ditentukan untuk ditawan dan ada yang ditentukan untuk dibunuh dengan pedang? Apa yang menyebabkan sehingga mereka harus menerima hukuman semacam itu?
 
Yeremia 14:10
(14:10) Beginilah firman TUHAN tentang bangsa ini: "Mereka sangat senang mengembara dan tidak menahan kakinya. Sebab itu TUHAN tidak berkenan kepada mereka; tetapi sekarang Ia mau mengingat kesalahan mereka dan mau menghukum dosa mereka."
 
Singkat kata: Mereka sangat senang mengembara dan tidak menahan kakinya.
Itulah sebabnya TUHAN menjatuhkan hukuman atas mereka; ada yang ditentukan ke tawanan, juga ada yang ditentukan untuk dibunuh dengan pedang.
 
Pada Yeremia 14:10B dengan jelas mengatakan: Sebab itu TUHAN tidak berkenan kepada mereka; tetapi sekarang Ia mau mengingat kesalahan mereka dan mau menghukum dosa mereka. Jadi, sudah sangat jelas; yang menyebabkan mereka jatuh dalam hukuman, jatuh dalam keputusan penghukuman TUHAN -- yaitu ada yang ditentukan ke tawanan, juga ada yang ditentukan untuk dibunuh dengan pedang --, jelas karena mereka sangat senang mengembara dan tidak menahan kakinya.
 
Saya meminta, kepada seluruh sidang jemaat GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon: Jangan suka mengembara apapun alasannya, dan jangan suka mencari alasan untuk bisa mengembara, ingat: TUHAN tahu hati setiap manusia.
 
Jadi, mereka sangat senang mengembara dan tidak menahan kakinya.
 
Soal MENGEMBARA, juga ternyata sangat penting untuk diperhatikan. Itu sebabnya, nabi Yeremia -- satu dari lima nabi besar -- ini menuliskan kisah mengenai mengembara di dalam Yeremia 50.
Yeremia 50:6
(50:6) Umat-Ku tadinya seperti domba-domba yang hilang; mereka dibiarkan sesat oleh gembala-gembalanya, dibiarkan mengembara di gunung-gunung, mereka berjalan dari gunung ke bukit sehingga lupa akan tempat pembaringannya.
 
Umat-Ku tadinya seperti domba-domba yang hilang; mereka dibiarkan sesat oleh gembala-gembalanya ... Apa yang saudara harapkan dari seorang gembala? Apa yang diharapkan oleh domba-domba dari seorang gembala? Yang diharapkan oleh domba-domba dari seorang gembala adalah supaya domba-domba itu diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh gembala.
Tetapi apa yang terjadi di sini? Domba-domba dibiarkan sesat oleh gembala. Berarti, gembala ini adalah gembala yang tidak bertanggung jawab.
 
Kemudian, kalimat berikutnya: ... Dibiarkan mengembara di gunung-gunung mereka berjalan dari gunung ke bukit sehingga lupa akan tempat pembaringannya. Di sini kita melihat: Domba-domba dibiarkan mengembara di gunung-gunung, sehingga domba-domba lupa akan tempat pembaringannya sama artinya; tidak tergembala.
 
Orang yang “beribadah” belum tentu beribadah kepada Allah yang hidup, belum tentu berbakti kepada Allah yang hidup, tetapi kalau ia “tergembala”, ia pasti beribadah kepada TUHAN, ia pasti berkebaktian hanya kepada TUHAN Yesus, menyembah hanya kepada Allah Abraham Ishak Yakub, Allah Israel, Allah yang berkuasa, TUHAN dan Juruselamat yang berdaulat, Allah yang hidup, dengan lain kata; tidak menyembah berhala.
Ada banyak allah-allah kecil di dunia ini, baik itu pekerjaan, kesibukan, uang, harta, kekayaan, kekerasan di hati, dan lain sebagainya.
 
Terkait soal mengembara (tidak tergembala), ada suatu kisah di dalam Ayub 39, dengan perikop: “Kekuasaan TUHAN di alam semesta”, TUHAN yang berdaulat atas kita semua. Itu sebabnya, kalau kita tergembala, pasti beribadah kepada TUHAN, pasti menyembah Allah yang hidup, tetapi kalau hanya “beribadah”, tidak “tergembala”, maka ia belum tentu berbakti kepada TUHAN. Oleh sebab itu, janganlah kita datang hanya untuk menjalankan ibadah Taurat; jangan kita datang hanya untuk menjalankan ibadah lahiriah. Banyak orang Kristen yang beribadah, namun hanya karena sungkan dengan orang-orang yang di sekitarnya; malu ketahuan kalau tidak beribadah kepada TUHAN.
Ingat: Perikopnya tadi ialah “Kekuasaan TUHAN di alam semesta”, TUHAN yang berdaulat atas kita semua, dan itu harus kita ketahui dengan baik. Dan hal ini sangat penting bagi Ayub; oleh sebab itu, sebagai nabi, dia tuliskan hal mengembara ini, dia tuliskan tentang kehidupan yang tidak tergembala ini di dalam Ayub 39:8-11.
 
Ayub 39:8-11
(39:8) Siapakah yang mengumbar keledai liar, atau siapakah yang membuka tali tambatan keledai jalang? (39:9) Kepadanya telah Kuberikan tanah dataran sebagai tempat kediamannya dan padang masin sebagai tempat tinggalnya. (39:10) Ia menertawakan keramaian kota, tidak mendengarkan teriak si penggiring; (39:11) ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya, dan mencari apa saja yang hijau.
 
Siapakah yang mengumbar keledai liar, atau siapakah yang membuka tali tambatan keledai jalang? Seharusnya terikat dengan penggembalaan, tetapi justru terlepas dari penggembalaan.
 
BUKTI KEROHANIAN LIAR TIDAK TERGEMBALA:
Yang Pertama: Menertawakan keramaian kota, arti rohaninya; menganggap enteng ibadah dan pelayanan.
Kalau seseorang menganggap enteng ibadah dan pelayanan, biasanya orang semacam ini menganggap berat atau menganggap penting berhala, baik itu pekerjaan, uang, kesibukan dan apa saja yang ada di dunia ini.
Yang Kedua: Tidak mendengar teriak si penggiring, artinya; tidak mendengar suara Gembala = Tidak dengar-dengaran.
Sebaliknya, kalau tidak mendengar suara gembala, maka dia akan mendengar suara asing, secara khusus:
1.      Suara daging. Misalnya, lebih mendengar suara: “Ayo, ke pesta adat dulu. Ibadah bisa nanti (nomor dua) lah itu. Tidak enak nanti sama perasaannya eda itu. Biar ajalah perasaan TUHAN tidak enak, tetapi kalau perasaan eda itu tidak enak, nanti saya tidak disapa.” Bukan main; TUHAN tidak diperhitungkan.
2.      Kemudian dia akan mendengarkan suara Setan, itulah roh jahat dan najis.
 
Yang Ketiga: Menjelajah gunung-gunung padang rumputnya, artinya; sesuka hati beribadah di sembarang tempat.
Biasanya, orang semacam ini bangga kalau semua gunung-gunung tempat rumah TUHAN, tempat beribadah didatangi, dimasuki; dia bangga, padahal itu merupakan kekeliruan besar. Banyak orang Kristen begitu, dia berkata: “Oh, minggu lalu saya dari gereja A bertingkat lima, sampai gembala itu tidak bisa saya lihat dan gembala itu tidak lihat saya.” Kemudian, minggu depan, dia beribadah di gereja bertingkat enam; makin tidak kelihatan lagi.
Puji TUHAN, saya masih bisa melihat Bapak Handoyo, saya masih bisa melihat Gideon Lewi walaupun kecil pendek di situ, semua masih bisa saya lihat; inilah penggembalaan yang sehat.
Yang Keempat: Mencari apa saja yang hijau, artinya; bebas dan bahkan sebebas-bebasnya menerima Firman, sekalipun Firman yang disampaikan itu tidak benar.
Tidak sedikit pengikut-pengikut dalam sebuah kelompok membenarkan kelompoknya, walaupun kelompok itu salah; kalau benar, ya puji TUHAN, tetapi kenyataannya kelompok itu salah, namun masih saja diagung-agungkan.
 
Itulah tanda kehidupan yang liar, tidak tergembala.
 
Sekarang, kita akan melihat: TEMPAT BAGI KEHIDUPAN YANG TIDAK TERGEMBALA.
Ayub 39:9
(39:9) Kepadanya telah Kuberikan tanah dataran sebagai tempat kediamannya dan padang masin sebagai tempat tinggalnya.
 
Tempat bagi kehidupan yang tidak tergembala adalah:
1.      Tanah dataran.
2.      Padang masin (daerah yang tidak berpenduduk).
Artinya: Tempat bagi kehidupan yang tidak tergembala adalah wilayah yang tidak memiliki kasih, wilayah tanpa kasih dari Allah, sama seperti tanah Mesir, tanah dataran, itu adalah wilayah tanpa kasih.
 
Berbeda dengan tanah Kanaan yang bergunung dan berlembah, itu berbicara tentang pengalaman kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus -- Kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus, itu merupakan kasih --. Tetapi kehidupan yang tidak tergembala, tempatnya adalah tanah dataran dan padang masin, itu adalah wilayah yang tidak ada kasih; di situlah tempatnya.
Jadi, jangan saudara berpikir, kalau orang bermain kartu yang diawali dengan doa, itu bukanlah kasih. Sebelum main kartu, dia berkata: “Doakan ya, supaya saya menang”, itu bukan kasih. Kemudian, misalnya; mengadakan arisan diawali dulu dengan doa, padahal demi mengikuti arisan, dia sampai tidak ikut beribadah; memang, kelihatannya diawali dengan doa, tetapi dia tidak tergembala. Itu adalah wilayah tanpa kasih, itulah tempatnya kalau tidak tergembala.
Lalu sesudah arisan, dilanjutkan dengan bermain kartu, membaca kartu sambil main kedip-kedipan, mengintip ke kanan dan kirinya. Tetapi kalau di dalam TUHAN, maka yang kita baca adalah isi hati TUHAN; mata kita tidak juling, melainkan terarah kepada Dia.
 
Lebih jauh soal MENGEMBARA, kita bandingkan dengan mempelai perempuan TUHAN, di dalam Kidung Agung 1, dengan perikop: “Mempelai perempuan dan puteri-puteri Yerusalem”.
Kidung Agung 1:7A
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
 
Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku ... Inilah pernyataan dari mempelai perempuan kepada Mempelai Laki-Laki Sorgawi.
Fungsi jantung adalah mengaliri (memompa) seluruh darah ke seluruh anggota tubuh. Berarti, Yesus Kristus adalah hidup dari mempelai perempuan TUHAN.
Kalau Kristus, Mempelai Laki-Laki Sorga adalah jantung hati, berarti Kristus adalah hidup dari pada mempelai perempuan TUHAN.  
 
Selanjutnya, mempelai perempuan berkata: Di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari.
Singkatnya: Roh mempelai perempuan merindukan tempat untuk berbaring = Tergembala dengan benar, dengan lain kata; rindu untuk menjadi suatu kehidupan yang tergembala.
 
Sekarang kita bandingkan dengan ayat 7 bagian B.
Kidung Agung 1:7B
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
 
Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu? Sedangkan yang mengembara di sini adalah “teman-teman.
 
“Teman-teman” tidak sama dengan sahabat, tetapi sahabat sudah pasti menjadi teman. “Teman” belum tentu sahabat. Kalau sahabat, sama seperti yang tertulis di dalam Amsal 17:17, Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran, tetapi yang mengembara di sini adalah “teman-teman”.
Saya berharap, keluarga GPT “BETANIA” besar - kecil, tua - muda, laki-laki - perempuan, jangan menjadi teman-teman seperjalanan saja.
 
Yang melayani juga, jangan hanya sekedar “teman-teman”, tetapi harus menjadi sahabat. Berpihaklah kepada penggembalaan; jangan berpihak kepada daging saudara laki-laki, daging saudara perempuan, bahkan daging orang tua sekalipun, tidak boleh berpihak ke situ.
 
Mari kita lihat lebih jauh tentang “teman-teman.
Matius 11:16-17
(11:16) Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: (11:17) Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.
 
Anak-anak Kerajaan Sorga berseru kepada “teman-teman”. Adapun seruan mereka adalah:
Yang Pertama: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari.
Bunyi seruling itu akan menghasilkan nada tinggi dan nada rendah, sehingga itu akan memicu terjadinya kegairahan, sehingga kita bisa menari-nari mengikuti irama suara dari bunyi seruling. Tetapi di sini kita melihat; teman-teman tidak mau menari.
Petang malam hari ini telah disampaikan irama pengalaman kematian dan kebangkitan; seharusnya, itu merupakan kesukaan besar, bagaikan tari-tarian bagi kita masing-masing.
Yang Kedua: Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.
Banyak kidung duka, misalnya: Di atas korban-Mu kualaskan tahbisanku. Ada lagi kidung duka: Darah-Nya amat kuasa, sucikan dari dosa. Lepaskan segala susah. Darah-Nya berkuasa. Kalau ada nyanyian kidung duka, seharusnya menyahut; berkabung, tinggikan korban Kristus.
 
Tetapi kenyataannya;
-          Sekalipun anak-anak Allah meniup seruling, tetapi “teman-teman” tidak mau menari.
-          Sekalipun anak-anak Allah menyanyikan kidung duka, tetapi “teman-teman” tidak mau berkabung.
Pendeknya: “Teman-teman” di sini adalah gambaran dari suatu kehidupan yang tidak taat.
 
Matius 11:18-19
(11:18) Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. (11:19) Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya."
 
Bahkan di sini kita perhatikan: “Teman-teman” tampil sebagai pengejek-pengejek.
 
Adapun ejekan mereka, YANG PERTAMA: Mengejek Yohanes Pembaptis sebagai orang yang kerasukan setan.
Mengapa? Alasannya, karena Yohanes Pembaptis berpuasa. Berpuasa = Tidak makan dan tidak minum = Menahan hawa nafsu daging.
Ada lagi keperluan dalam berpuasa, di dalam Mazmur 35:13, Tetapi aku, ketika mereka sakit, aku memakai pakaian kabung ... Kalau kita dengar kidung duka, seharusnya kita berkabung, itulah yang dikerjakan oleh Daud. Selain itu, Daud berkata: Aku menyiksa diriku dengan berpuasa, dan doaku kembali timbul dalam dadaku.
 
Jadi, kegunaan puasa itu banyak:
-          selain menahan hawa nafsu daging,
-          yang kedua; merusak, menyiksa, menghukum daging.
Kalau daging ini sudah dihukum (dijatuhi hukuman), maka wujudnya tidak ada lagi.
Daging ini tidak lebih tidak kurang hanya sebatas takhta Setan saja. Oleh sebab itu, daging harus dihukum dengan cara berpuasa, sehingga dia hancur berkeping-keping, sehingga tidak layak lagi untuk menjadi takhta Setan (roh jahat dan roh najis).
Itu sebabnya, Rasul Paulus berkata kepada anak kekasihnya, itulah Timotius: Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya. Pemupukan daging itu terbatas.
Kalau terus menerus mengalami pemupukan daging, terus menerus melatih daging, bahkan membesarkan daging, maka daging ini akhirnya menjadi takhta Setan. Maka, daging ini harus menerima penghukuman salib, penyiksaan sengsara salib. Oleh sebab itu, kalau TUHAN menyatakan diri-Nya, lalu mati di atas kayu salib, itu merupakan kasih karunia bagi kita semua.
Kalau seseorang “berpuasa”, jangan kita katakan dia kerasukan setan. Pengejek-pengejek ini tidak tahu apa yang diucapkannya, tetapi mereka harus mengejek, mengapa? Karena dia tidak tahu apa-apa.
 
Adapun ejekan mereka, YANG KEDUA: Mengejek Anak Manusia sebagai pelahap dan peminum, serta sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.
Mengapa? Karena kedatangan Anak Manusia pada kali yang kedua, di situ Dia tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga dalam pesta nikah Anak Domba, di mana makanan dan minuman sudah terhidang, sehingga pada saat itu, baik pemungut cukai maupun orang berdosa yang sudah bertobat (berbalik kepada TUHAN), mereka semua bersahabat dengan Mempelai Laki-Laki Sorga.
Jadi, pengejek ini mengejek tetapi tidak tahu apa yang diucapkannya. Ngomong tetapi tidak tahu apa yang diomongkannya.
 
Baru sejauh ini Firman TUHAN diterangkan, kita sudah langsung menangkap dan hampir mendapat kesimpulan secara keseluruhan, bahwa ternyata; kalau akhirnya TUHAN izinkan mereka untuk masuk dalam penghukuman, ya wajar saja, karena mereka suka mengembara.
Siapa yang suka mengembara? Ya “teman-teman”. “Teman-teman” ini tidak taat kepada Firman. “Teman-teman” ini juga tampil sebagai pengejek-pengejek.
 
Kita kembali membaca ayat 18-19.
Matius 11:18-19
(11:18) Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. (11:19) Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya."
 
“Teman-teman” tampil sebagai pengejek-pengejek:
Ejekan YANG PERTAMA: Yohanes Pembaptis kerasukan setan, alasannya karena ia tidak makan tidak minum (berpuasa).
Ejekan YANG KEDUA: Mereka berkata kepada pribadi Yesus Kristus, Mempelai Laki-Laki Sorga, sebagai seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa, sebab ketika Yesus datang kembali untuk yang kedua kalinya, Dia akan tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga di dalam perjamuan malam kawin Anak Domba, di mana di situ tersedia (terhidang) makanan dan minuman; dan itu akan terjadi.
Jadi, pada ejekan yang kedua, mereka berkata: Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Sebab, dalam pesta nikah Anak Domba, orang-orang pemungut cukai dan orang-orang berdosa itu sudah berbalik dan bertobat, dan menjadi sahabat dari Mempelai Laki-Laki Sorga.
 
Kita melihat, dua tindakan dari dua pribadi yang berbeda; tindakan itu diejek oleh “teman-teman”. Tetapi lihatlah, apakah tindakan dari dua pribadi ini adalah tindakan yang bodoh?
Pada ayat 19 ini dikatakan: “Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.” Hikmat Allah, hikmat dari sorga dibenarkan oleh perbuatannya.
 
Ketika “teman-teman” mengejek dan mempersalahkan kita karena salib, hal itu tidak perlu disahut, walaupun kelihatannya “kita bodoh”, sebab hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya. Terlalu banyak orang mengejek dan mempersalahkan hanya karena saya begitu mengasihi TUHAN, tidak peduli dengan apapun yang ada di dunia ini. Tetapi saya tidak mau menyahut, karena hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya. Terus saja pikul salib apapun yang orang lain katakan, anggap saja; anjing menggong-gong, kafilah terus pergi berjualan sampai mendapatkan untungnya.
Jadi, jelas; hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya, toh juga kafilah berdagang mendapat untung, biar anjing menggong-gong. Dari pada saya mendengar hasutannya, namun saya tidak mendapat apa-apa di dunia, juga kehilangan sorga, kehilangan berkat dari sorga; dua kali lipat saya rugi. Lebih baik; anjing menggong-gong, kafilah tetap berdagang.
 
Cara berpikir Allah dan cara berpikir manusia itu berbeda. Awalnya, ketika kita menerima hikmat Allah, memang agak susah untuk diterima; tetapi bila dengan rendah hati kita menerima, akhirnya kita bisa mengerti maksud TUHAN dan rencana TUHAN dalam hidup kita masing-masing.
 
Kita kembali untuk membaca Yeremia 14.
Yeremia 14:10-12
(14:10) Beginilah firman TUHAN tentang bangsa ini: "Mereka sangat senang mengembara dan tidak menahan kakinya. Sebab itu TUHAN tidak berkenan kepada mereka; tetapi sekarang Ia mau mengingat kesalahan mereka dan mau menghukum dosa mereka." (14:11) TUHAN berfirman kepadaku: "Janganlah engkau berdoa untuk kebaikan bangsa ini! (14:12) Sekalipun mereka berpuasa, Aku tidak akan mendengarkan seruan mereka; sekalipun mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban sajian, Aku tidak akan berkenan kepada mereka, melainkan Aku akan menghabiskan mereka dengan perang, dengan kelaparan dan dengan penyakit sampar."
 
Beginilah firman TUHAN tentang bangsa ini: "Mereka sangat senang mengembara dan tidak menahan kakinya. Sebab itu TUHAN tidak berkenan kepada mereka; tetapi sekarang Ia mau mengingat kesalahan mereka dan mau menghukum dosa mereka." Tidak ada lagi pengampunan kepada orang-orang yang mengembara, tidak tergembala, seperti “teman-teman”.
Berbeda dengan roh mempelai; ia rindu untuk digembalakan, rindu mencari tempat untuk berbaring, tidak rindu untuk mengembara ke sana ke mari, tidak, tetapi rindu untuk mencari tempat untuk berbaring (tergembala). Tetapi “teman-teman” tidak demikian, ia suka mengembara, tidak dapat menahan kakinya; oleh sebab itu, TUHAN menjatuhkan hukuman, yaitu ditentukan untuk ditawan dan ditentukan untuk dibunuh oleh pedang. TUHAN ingat kesalahan mereka. TUHAN tidak lupakan kesalahan semacam ini.
 
Pendeknya, masa kesabaran TUHAN sudah selesai; itu sebabnya, TUHAN berkata: : Janganlah engkau berdoa untuk kebaikan bangsa ini!”. Kalau saya bandingkan dengan Wahyu 11, TUHAN kirim Musa dan Elia, dua saksi Allah, selama 3.5 (tiga setengah) tahun, di mana mereka diberi tugas;
-          Selain mengukur 3 (tiga) hal di dalam Wahyu 11:1, yaitu; Yang Pertama: Bait Suci Allah, Yang Kedua: mezbah, dan Yang Ketiga: mereka yang beribadah,
-          Kemudian, pada Wahyu 11:2, TUHAN berkata supaya pelataran Bait Suci Allah jangan diukur, karena mereka sudah diserahkan kepada antikris untuk diinjak-injak selama 42 (empat puluh dua) bulan.
Berarti, kalau saya perhatikan Yeremia 14:11 ini sama dengan Wahyu 11:2.
Tetapi, kalau kita baca Wahyu 11:3, mereka diberi tugas untuk bernubuat sambil berkabung, selama 1.260 (seribu dua ratus enam puluh) hari lamanya, atau 42 (empat puluh dua) bulan, atau 3.5 (tiga setengah) tahun.
 
Pada Wahyu 11:3, ketika antikris berkuasa, dua saksi diberi tugas supaya mereka bernubuat sambil berkabung selama 3.5 (tiga setengah) tahun lamanya mereka turun di bumi ini.
Dari kalimat “bernubuat sambil berkabung” ini, menunjukkan bahwa masih ada harapan, tetapi sudah dalam bentuk krusial, dalam keadaan genting.  Kalau pun ada keselamatan, tetapi sudah dalam bentuk berkabung, di mana leher harus digorok. Masih ada kesempatan, tetapi tinggal sedikit, dan jalur keselamatan itu adalah jalur pemenggalan kepala.
Berkabung, berarti; berduka. Mengapa berkabung? Karena ada kematian. Jadi, ada keselamatan, tetapi lewat jalur pemenggalan kepala; masih ada harapan walaupun tipis (sedikit). Sedangkan pada Yeremia 14:10-12 ini, sudah tidak ada harapan.
 
Maka, kalau kita perhatikan Wahyu 11:4, Mereka ­­adalah kedua pohon zaitun ­-- Musa dan Elia adalah kehidupan yang diurapi -- dan kedua kaki dian yang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam, saksi TUHAN yang diutus.
Untuk apa diutus? Ya berarti masih ada harapan, walaupun bernubuat sambil berkabung, dalam keadaan krusial, artinya; keselamatan harus lewat pemenggalan kepala. Tetapi pada Yeremia 14:11 tidak ada lagi kesempatan sama sekali, sebab masa kesabaran TUHAN sudah habis.
 
Berbahagialah orang yang mempunyai pengertian dari sorga. Tidak mungkin orang yang tidak mengerti itu selamat, tidak mungkin. Oleh sebab itu, kita harus tergembala, jangan suka mengembara. Tepis perasaan siapapun di atas muka bumi ini; engkau harus lebih menjaga perasaan TUHAN Yesus, supaya kita semua benar di mata TUHAN, bukan benar di mata manusia.
 
Selanjutnya, pada Yeremia 14:12 dikatakan: Bahkan sekalipun mereka berpuasa, dan mempersembahkan korban bakaran dan korban sajian, namun TUHAN tetap tidak berkenan kepada mereka.
-          Berpuasa itu bagus, tujuannya; untuk menghukum daging.
-          Kemudian, mempersembahkan korban bakaran, itulah penyerahan diri sampai hangus, juga bagus.
-          Ditambah lagi dengan mempersembahkan korban sajian, itulah persekutuan dengan Kristus dalam tanda kerendahan hati, kebenaran yang murni, disertai dengan kasih yang tidak berkesudahan; itu bagus.
Tetapi sekalipun semua persembahan-persembahan itu dipersembahkan kepada TUHAN, namun TUHAN tetap tidak berkenan kepada mereka.
 
Sebaliknya, TUHAN menghabisi mereka dengan perang, menghabisi mereka dengan kelaparan, menghabisi mereka dengan penyakit sampar. Tidak sedikit orang yang mati oleh karena sampar Corona; itu adalah cara TUHAN.
Jadi, kalau hari ini diberi perpanjangan umur kepada Andrew, diberi perpanjangan umur kepada Ibu Panggabean, itu adalah kemurahan TUHAN.
 
Sekali lagi saya sampaikan: Sebaliknya, TUHAN menghabisi mereka dengan perang, dengan kelaparan, dengan penyakit sampar.
Nanti akan terjadi peperangan menjelang kedatangan TUHAN, itu namanya perang dunia ketiga, barulah terjadi perang Harmagedon -- perang yang keempat --. Jadi, sebelum perang Harmagedon, pada perang yang ketiga pun akan banyak orang yang mati di situ.
Kemudian, dalam penggenapan Amos 8:11 juga banyak yang mati di situ. Sampai dengan sampar Corona yang terjadi, juga banyak yang mati di situ. Bahkan yang saya dengar, Corona ini bukan lagi Covid-19, melainkan sudah lebih jahat dari Covid-19; saya tidak paham secara logika, tetapi Firman TUHAN sudah menyatakannya.
Bagaimana kita bisa melewati segala pergumulan seperti ini? Apakah dengan kekuatan, dengan keuangan kita, dengan harta? Tidak bisa, sebab yang ada ini tetap akan berlalu. Itulah pentingnya tergembala.  
 
Sekarang, kita akan memperhatikan: CIRI-CIRI KEHIDUPAN YANG TIDAK TERGEMBALA.
Yeremia 14:13
(14:13) Lalu aku berkata: "Aduh, Tuhan ALLAH! Bukankah para nabi telah berkata kepada mereka: Kamu tidak akan mengalami perang, dan kelaparan tidak akan menimpa kamu, tetapi Aku akan memberikan kepada kamu damai sejahtera yang mantap di tempat ini!"
 
Pada ayat 11-12, TUHAN berkata: “Janganlah engkau berdoa untuk kebaikan bangsa ini!”, sebab;
-          sekalipun mereka berpuasa, Aku tidak akan mendengarkan seruan mereka;
-          sekalipun mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban sajian, Aku tidak akan berkenan kepada mereka,
sebaliknya, mereka dihabisi dengan perang, kelaparan dan penyakit sampar.
Setelah mendengarkan pernyataan TUHAN itu, sontak saja Yeremia berkata: “Aduh, Tuhan ALLAH! Bukankah para nabi telah berkata kepada mereka: Kamu tidak akan mengalami perang, dan kelaparan tidak akan menimpa kamu, tetapi Aku akan memberikan kepada kamu damai sejahtera yang mantap di tempat ini!” Itu adalah janji dari pada nabi palsu, nabi yang bernubuat kepada bangsa itu, bangsa yang mengembara.
 
Sekarang, kita perhatikan ayat 14.
Yeremia 14:14
(14:14) Jawab TUHAN kepadaku: "Para nabi itu bernubuat palsu demi nama-Ku! Aku tidak mengutus mereka, tidak memerintahkan mereka dan tidak berfirman kepada mereka. Mereka menubuatkan kepadamu penglihatan bohong, ramalan kosong dan tipu rekaan hatinya sendiri.
 
Intinya: Orang-orang yang mengembara suka mendengarkan nabi palsu, yang berkata:
-          Kamu tidak akan mengalami perang,
-          dan kelaparan tidak akan menimpa kamu,
-          tetapi Aku akan memberikan kepada kamu damai sejahtera yang mantap di tempat ini!
Itulah nubuat dari nabi-nabi palsu.
Tetapi kenyataannya, TUHAN berkata: “Mereka menubuatkan kepadamu penglihatan bohong, ramalan kosong dan tipu rekaan hatinya sendiri.” Jadi, nabi palsu itu menubuatkan kepada orang-orang yang mengembara, antara lain;
1.      Penglihatan bohong.
2.      Ramalan kosong.
3.      Tipu rekaan hati sendiri.
 
Banyak hamba TUHAN tampil seperti guru-guru palsu, nabi-nabi palsu, karena suka menyatakan penglihatan yang bohong. Saya berani mengatakan itu.
Beberapa waktu yang lalu pada saat masa pemilu, ada seorang yang berkata: Saya sudah melihat 10 % (sepuluh persen) di langit, malaikat bertepuk tangan. Tetapi hamba TUHAN semacam ini justru digandrungi, bahkan sampai hari ini masih muncul di televisi. Saya tidak habis pikir; kok bisa ya sidang jemaat gandrungi yang salah seperti ini.
 
Kemudian, ada lagi guru-guru palsu dengan ramalan kosong, yang berkata: “Nanti begini, nanti begitu, nanti begini”, tetapi apa yang dikatakannya tidak terjadi. Namun sekalipun tidak terjadi, tetap saja disukai hanya karena banyaknya sensasi di tengah pelayanan dari pada guru palsu itu; ibadah laut dan ibadah bumi yang dikerjakan oleh guru palsu itu.
 
Lalu, tipu rekaan hati sendiri, di mana ia berbicara sesuai dengan hatinya saja.
Suatu kali, ada seorang gadis dari Jakarta datang ke pastori untuk memohon doa. Dia paksa saya sambil berkata: “Apa kata TUHAN?” Waktu pertama dia nyatakan hal itu, saya tidak langsung menyahut, tetapi sepanjang dia ada di pastori untuk memohon doa, dia selalu berkali-kali berkata: “Apa kata TUHAN, pak pendeta?
Saya bilang: Saya tidak bisa berkata “apa kata TUHAN” kepadamu saat ini juga. Yang bisa saya sampaikan adalah “dengar Firman”. Kalau engkau paksa saya untuk menyampaikan “apa kata TUHAN”, nanti saya salah. Perkataan saya tidak ada apa-apanya apabila dibandingkan dengan perkataan Firman TUHAN.
Tetapi mengapa dia kecenderungan mengharapkan supaya saya mengatakan “apa yang dikatakan TUHAN”? Karena di tengah-tengah peribadatannya, pengajaran semacam itu sudah terbiasa dicekoki oleh guru-guru palsu. Tetapi malam ini saudara tidak dicekoki dengan guru-guru palsu; oleh sebab itu, saudara harus berterima kasih kepada TUHAN.
 
Biarlah kita semakin dewasa karena TUHAN. Tidak bisa kita pura-pura dewasa, sebab besok akan kelihatan juga kanak-kanaknya. Tetapi kalau kita dewasa karena TUHAN, maka biar apapun yang terjadi ya dewasa terus.
 
Yeremia 14:15
(14:15) Sebab itu beginilah firman TUHAN mengenai para nabi yang bernubuat demi nama-Ku, padahal Aku tidak mengutus mereka, dan yang berkata: Perang dan kelaparan tidak akan menimpa negeri ini --: Para nabi itu sendiri akan habis mati oleh perang dan kelaparan!
 
Perlu untuk kita ketahui: TUHAN tidak pernah mengutus guru-guru palsu, sekalipun dia bernubuat demi nama TUHAN, sekalipun dia mengadakan mujizat dan tanda-tanda heran; TUHAN tidak utus mereka. Sekalipun ketika mereka melayani memang terjadi banyak sensasi, tetapi tetap TUHAN berkata di sini:  Aku tidak mengutus mereka”. Hati-hati.
Jadi, sekalipun ada sensasi yang dikerjakan oleh guru-guru palsu itu, tetap TUHAN berkata: “Aku tidak mengutus mereka”. Maka, kita harus mengetahui; mana hamba TUHAN yang diutus oleh TUHAN, mana hamba TUHAN yang tidak diutus oleh TUHAN. Sudah seharusnya kita cepat-cepat memahami dan mengerti tentang itu.
 
Lihat, guru palsu dengan penglihatan bohongnya, dengan ramalan kosongnya, dengan tipu rekaan hatinya sendiri berkata: “Perang dan kelaparan tidak akan menimpa negeri ini”, tetapi TUHAN sendiri berkata kepada guru-guru palsu: “Para nabi itu sendiri akan habis mati oleh perang dan kelaparan!
Jadi, pada saat Amos 8:11 tergenapi, di mana TUHAN mengirimkan kelaparan atas negeri ini, ya dia mati kelaparan juga di situ. Ini kan sama seperti calo, yang berbicara kepada sidang jemaat: “Yerusalem baru, Yerusalem baru, ayo, naik cepat-cepat. Tinggal dua kursi tersisa; ayo, cepat-cepat.” Lalu penumpangnya naik mobil dengan tujuan Yerusalem baru, dengan TUHAN Yesus sebagai supirnya, tetapi dia yang menjadi calo ini tetap tinggal di halte bus sampai bau asap, baik itu asap rokok, bau asap narkoba.
Dari Cilegon ke Serang: “Serang, Serang, Serang”, tetapi si calo justru tinggal di terminal Cilegon. Atau, dari Serang ke Cilegon: “Cilegon, Cilegon, Cilegon”, tetapi si calo justru tinggal di terminal Pakupatan, Serang, sambil asap-asapan bercampur rentenir. Apa saudara mau asap-asapan dengan rentenir? Tentu tidak. Tetapi seperti itulah guru-guru palsu.
 
Pengajaran Mempelai menghimbau kita, membawa kita sampai ke Yerusalem baru, pengantin perempuan, mempelai Anak Domba, tetapi saya juga mau ikut di dalamnya.
 
Sekali lagi saya sampaikan: TUHAN tidak mengutus nabi-nabi palsu.
 
CONTOH.
Kita akan memperhatikan Matius 7, dengan perikop: “Hal pengajaran yang sesat”. Nanti kita akan mengetahui pengajaran yang sesat, sesuai dengan perikop ini.
Matius 7:15
(7:15) "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
Nabi-nabi palsu disebut juga dengan serigala berbulu domba.
 
Sebetulnya, nabi-nabi palsu itu adalah serigala atau binatang buas, walaupun kelihatannya rambutnya berminyak dan rapi tersisir, kemudian dasinya bermerk; tetapi sebetulnya, guru-guru palsu adalah serigala yang buas. Saudara harus paham akan hal ini.
Semoga sisiran rapi ini tidaklah tipuan bagi saudara. Semoga dasi yang sederhana ini tidak tipuan bagi saudara. Tetapi guru-guru palsu, nabi-nabi palsu adalah serigala berbulu domba; dialah binatang buas. Ingat itu.
 
Matius 7:21-23
(7:21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. (7:22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? (7:23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
 
Bukan setiap orang yang berseru kepada TUHAN: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Dalam pertemuan ibadah, kita berseru: “TUHAN, TUHAN!”, dalam pelayanan kita berseru: “TUHAN, TUHAN!”, tetapi itu bukan menjadi suatu ukuran sehingga kita layak masuk sorga. Lalu bagaimana?
 
Lihat, guru-guru palsu atau nabi-nabi palsu melakukan 3 (tiga) hal yang ajaib demi nama TUHAN:
1.      Bernubuat demi nama TUHAN.
2.      Mengusir Setan demi nama TUHAN juga, demi seruan nama TUHAN.
3.      Mengadakan banyak mujizat demi seruan nama TUHAN.
 
Tetapi pada ayat 23, pada hari TUHAN, Ia akan berterus-terang kepada guru-guru palsu atau nabi-nabi palsu dengan berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu!” Jadi, sudah jelas; TUHAN tidak pernah mengutus guru-guru palsu dan nabi-nabi palsu walaupun mengadakan banyak mujizat, walaupun mampu mengadakan pelepasan mengusir Setan, walaupun dia bernubuat menyampaikan Firman demi nama TUHAN; TUHAN tidak pernah utus, walaupun mereka ada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.
Selanjutnya, TUHAN berkata: “Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” Itulah kehidupan yang sama dengan Wahyu 13:10 dan Yeremia 15:1-2 tadi.
 
Kembali kita perhatikan ayat 21: Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Jadi, ukuran untuk masuk sorga bukan dengan mengadakan 3 (tiga) perkara ajaib tadi, itulah orang-orang yang berseru demi nama TUHAN, tetapi ukuran untuk masuk sorga ialah siapa yang melakukan kehendak Allah Bapa.
 
Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
 
"Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
Singkat kata: Yesus, Anak Allah, harus minum cawan Allah. Artinya, Yesus harus menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung di atas kayu salib, dengan demikian; kehendak Allah terlaksana.
 
Jadi, kehendak Allah tidak akan pernah terlaksana, segala sesuatu tidak akan pernah tergenapi, termasuk hukum Taurat tidak pernah tergenapi dari Taurat (dari lahiriah) menjadi manusia rohani, kalau tidak ada salib (kehendak Allah Bapa).
Taurat yang lahiriah, manusia nafsani, berubah menjadi manusia rohani, itu hanya karena salib, itu hanya karena kehendak Allah Bapa. Nah, untuk kehendak Allah Bapa, kita harus berkata: “Ya Bapa-Ku. Ya, TUHAN”, berarti; dengar-dengaran.
Biar sejuta kali mujizat terjadi di depan mata dalam setiap pertemuan ibadah, tetapi kalau salib tidak ditegakkan di tengah ibadah pelayanan itu, maka mujizat tidak akan bisa menggenapi kehendak Allah Bapa, dengan lain kata; kehendak Allah Bapa tidak akan terlaksana oleh karena mujizat.
 
Mujizat itu kan bagian dari karunia, bagian dari berkat-berkat Allah saja, tetapi untuk menggenapi kehendak Allah tidak bisa dengan mujizat.
Jadi, supaya kehendak Allah tergenapi, supaya kehendak Allah terlaksana, kita harus berkata: “Ya Bapa-Ku”. Imam-imam yang melayani sesuai karunia jabatan, kerjakanlah pekerjaanmu itu sampai tuntas, sampai mati di situ, dan seorang imam yang baik dan rendah hati, dia harus berkata dan menyahut: “Ya Bapa”.
 
Kita kaitkan lagi dengan; ketika Singa dari suku Yehuda menambatkan keledainya, di dalam Kejadian 49, dengan perikop: “Perkataan Yakub yang penghabisan kepada anak-anaknya”.
 
Kejadian 49:8
(49:8) Yehuda, engkau akan dipuji oleh saudara-saudaramu, tanganmu akan menekan tengkuk musuhmu, kepadamu akan sujud anak-anak ayahmu.
Yehuda, engkau akan dipuji oleh saudara-saudaramu” Ini adalah perkataan Yakub yang terakhir, sebagai berkat untuk memberkati 12 (dua belas) suku Israel, anak Yakub, salah satunya adalah Yehuda. Berkat kepada Yehuda harus kita lihat dan harus kita ketahui, sebab Yesus adalah Singa dari suku Yehuda, mengapa? Sebab Dia adalah Tunas Daud.
 
Kejadian 49:11
(49:11) Ia akan menambatkan keledainya pada pohon anggur dan anak keledainya pada pohon anggur pilihan; ia akan mencuci pakaiannya dengan anggur dan bajunya dengan darah buah anggur.
 
Pekerjaan dari Yesus Kristus, Singa dari suku Yehuda, Tunas Daud: Ia akan menambatkan keledainya pada pohon anggur dan anak keledainya pada pohon anggur pilihan. Kita, suami isteri dan anak-anak kita, kalau ditambatkan kepada pohon anggur pilihan harus berterima kasih kepada TUHAN tentunya.
Kemudian, di sini dikatakan: Ia akan mencuci pakaiannya dengan anggur dan bajunya dengan darah buah anggur. Kehidupan yang tertambat dengan pohon anggur pilihan (terikat dengan penggembalaan), maka di situ kita akan mengalami penyucian oleh darah Anak Domba.
 
Jadi, kalau hanya sekedar datang beribadah, tetapi rohaninya tidak tergembala, maka tidak akan pernah mengalami penyucian oleh darah Anak Domba. Oleh sebab itu, kehidupan yang tergembala adalah kehidupan yang sudah mengalami penyucian oleh darah Anak Domba.
 
Kehidupan yang sudah mengalami penyucian oleh darah Anak Domba, maka keberadaannya di hadapan TUHAN sangat berharga; dipelihara dan dibela oleh TUHAN, karena ada hubungan timbal balik.
 
Kejadian 49:12
(49:12) Matanya akan merah karena anggur dan giginya akan putih karena susu.
 
Matanya akan merah karena anggur ... Kita memandang pribadi Yesus sebagai Mempelai Laki-Laki Sorga dengan cinta yang begitu mendalam. Semakin mengalami penyucian oleh darah Anak Domba, maka kita akan semakin cinta kepada Dia. Semakin disucikan, semakin cinta; itulah pandangan kita kepada Dia.
Tetapi kalau belum mengalami penyucian oleh darah Anak Domba, maka sampai kapan pun, dia tidak akan bisa mencintai TUHAN lebih dari yang ada ini.
 
Memang, awalnya, ketika kita mulai mendengarkan perkara semacam ini, sepertinya aneh di telinga. Ketika kita mulai berada pada situasi masa transisi, masa peralihan, memang rasanya sakit. Ketika mau meninggalkan dunia untuk beralih kepada TUHAN, itu adalah masa sulit; tetapi biarlah kita terus bertahan, sampai akhirnya berpihak kepada TUHAN.
 
Kemudian, giginya akan putih karena susu. Saat kapan gigi seseorang nampak putih bersih? Saat kesukaan terjadi oleh Firman Penggembalaan.
Biarlah kehidupan kita bagaikan kehidupan balita dalam gendongan ibu. Kehidupan balita dalam gendongan (pangkuan) seorang ibu, atau ada pada dada ibu, itulah yang membuat kita berseri; mengalami sukacita. Saat sukacita itulah, maka terlihat gigi putih berseri.
Tidak ada orang di luar penggembalaan berseri; kalau pun ada, itu adalah kamuflase, itu adalah sukacita palsu. Nanti ketika ada yang lucu, dia tertawa; itu palsu. Ketika yang lucu itu sudah habis, maka tidak nampak lagi gigi serinya, yang nampak justru gigi taring. Tetapi sebaliknya kebahagiaan dari sorga sifatnya kekal.
 
Itulah sedikit perbandingan antara yang tergembala dengan yang tidak tergembala.
 
Kiranya kita dapat selalu melihat orang-orang yang terkasih di sekitar kita dengan 2 (dua) hal tadi, yaitu;
1.      Mata merah.
2.      Gigi putih berseri.
Itulah yang kita harapkan dalam nikah dan keluarga kita masing-masing. Doa saya pada kita semua; kiranya hal itu nyata.
 
Sekarang, kita akan melihat; AKIBAT MENGEMBARA.
Yeremia 14:1-6
(14:1) Firman TUHAN yang datang kepada Yeremia mengenai musim kering. (14:2) Yehuda berkabung, pintu-pintu gerbangnya rebah dan dengan sedih terhantar di tanah; jeritan Yerusalem naik ke atas. (14:3) Pembesar-pembesarnya menyuruh pelayan-pelayannya mencari air; mereka sampai ke sumur-sumur, tetapi tidak menemukan air, sehingga mereka pulang dengan kendi-kendi kosong. Mereka malu, mukanya menjadi merah, sampai mereka menyelubungi kepala mereka. (14:4) Pekerjaan di ladang sudah terhenti, sebab hujan tiada turun di negeri, maka petani-petani merasa kecewa dan menyelubungi kepala mereka. (14:5) Bahkan rusa betina di padang meninggalkan anaknya yang baru lahir, sebab tidak ada rumput muda. (14:6) Keledai-keledai hutan berdiri di atas bukit gundul, mengap-mengap seperti serigala, matanya menjadi lesu, sebab tidak ada rumput.
 
Kalau tidak tergembala, yang terjadi adalah mengalami kekeringan rohani.
 
Tanda kekeringan rohani:
YANG PERTAMA: Yehuda berkabung, jeritan Yerusalem naik ke atas ... Ayat 2.
YANG KEDUA: Pelayan-pelayan menjadi malu, mukanya menjadi merah, sampai mereka menyelubungi kepala mereka, sebab pelayan-pelayan di sini sama seperti kendi-kendi kosong ... Ayat 3.
Kalau pelayan-pelayan sama seperti kendi-kendi kosong, maka tentu saja menjadi malu. Saya juga malu, kalau saya sama seperti tempayan-tempayan kosong, sebab seharusnya tempayan itu berisi. Dari dalam tempayan, kita bisa mencedok air untuk membasuh kaki dan membasuh dua tangan.
Tetapi di sini kita melihat: Pelayan-pelayan menjadi malu, muka mereka menjadi merah, karena pelayan-pelayan seperti kendi-kendi kosong. Inilah yang terjadi bila kerohanian kering-kering.
YANG KETIGA: Petani-petani merasa kecewa, penggarap-penggarap ladang Allah merasa kecewa ... Ayat 4.
Tidak sedikit orang Kristen mengalami kekecewaan; kecewa kepada anak, kecewa kepada menantu, kecewa kepada orang tua, kecewa kepada penggembalaan, kecewa melihat gembalanya, kecewa melihat sidang jemaatnya, full kecewa. Mengapa terjadi kekecewaan? Sudah pasti, ini adalah tanda kekeringan rohani.
YANG KEEMPAT: Rusa betina di padang meninggalkan anaknya yang baru lahir, karena tidak ada rumput muda ... Ayat 5.
Kalau tidak ada lagi pembukaan rahasia Firman yang baru, maka kejadiannya sama seperti rusa betina di padang yang meninggalkan anaknya yang baru lahir. Bayangkan, baru lahir anaknya, lalu ditinggalkan.
Seperti Lydia dan Andrew baru saja dilahirkan; itu harus terus diperhatikan oleh seorang gembala. Maka, seorang gembala harus berjuang supaya tetap memiliki rumput muda.
YANG KELIMA: Keledai-keledai hutan berdiri di atas bukit gundul, mengap-mengap seperti serigala, matanya menjadi lesu, sebab tidak ada rumput ... Ayat 6.
 
Inilah yang terjadi apabila seseorang mengalami kekeringan rohani; kerohaniannya kering-kering.
1.      Yehuda berkabung, jeritan Yerusalem naik ke atas.
2.      Pelayan-pelayan TUHAN sama seperti kendi-kendi kosong, sehingga akhirnya mereka malu.
3.      Petani-petani merasa kecewa.
4.      Rusa betina di padang meninggalkan anaknya yang baru lahir, karena tidak ada rumput muda.
5.      Keledai-keledai hutan berdiri di atas bukit gundul, mengap-mengap seperti serigala, matanya menjadi lesu, sebab tidak ada rumput.
 
Jadi, akibat mengembara adalah mengalami kekeringan rohani. Dan Tanda kekeringan rohani sudah saya sampaikan di atas tadi.
 
Setelah keadaan kekeringan, selanjutnya kita perhatikan Yeremia 14:7-9.
Yeremia 14:7-9
(14:7) "Sekalipun kesalahan-kesalahan kami bersaksi melawan kami, bertindaklah membela kami, ya TUHAN, oleh karena nama-Mu! Sebab banyak kemurtadan kami, kami telah berdosa kepada-Mu. (14:8) Ya Pengharapan Israel, Penolongnya di waktu kesusahan! Mengapakah Engkau seperti orang asing di negeri ini, seperti orang perjalanan yang hanya singgah untuk bermalam? (14:9) Mengapakah Engkau seperti orang yang bingung, seperti pahlawan yang tidak sanggup menolong? Tetapi Engkau ada di antara kami, ya TUHAN, dan nama-Mu diserukan di atas kami; janganlah tinggalkan kami!"
 
Sekalipun kesalahan-kesalahan kami bersaksi melawan kami, bertindaklah membela kami, ya TUHAN, oleh karena nama-Mu! Sebab banyak kemurtadan kami, kami telah berdosa kepada-Mu. Di sini kita melihat: Mereka memohon pengampunan, tetapi dengan cara memaksa.
 
Ya Pengharapan Israel, Penolongnya di waktu kesusahan! Mengapakah Engkau seperti orang asing di negeri ini ... Kemudian, perkataan mereka sudah mulai tidak terkendali, di mana mereka berkata: Mengapakah Engkau seperti orang asing di negeri ini, seperti orang perjalanan yang hanya singgah untuk bermalam?
“Hanya singgah untuk bermalam”, berarti ketika besok pagi bangun, langsung pergi. Tetapi saya berharap; kunjungan TUHAN malam ini, biarlah menjadi suatu kunjungan yang istimewa. Lewat Firman-Nya, Dia menyatakan isi hatinya kepada kita, sehingga hati kita menyatu dengan hati TUHAN. Janganlah kita hanya dijadikan sebatas hotel saja, hanya tempat persinggahan semata.
 
Selanjutnya, mereka berkata: Mengapakah Engkau seperti orang yang bingung ... Lihat, makin kacau mereka berbicara.
Kalau seseorang dalam keadaan kepepet atau stress, sudah tidak lagi melihat pengharapan, ya memang menjadi kacau. Setelah melihat tidak ada lagi pengharapan, memang menjadi kacau, perkataan mereka sudah semakin tidak terkendali, di mana mereka berkata: Mengapakah Engkau seperti orang yang bingung?
Sebenarnya, TUHAN tidak pernah bingung. Yang sering bingung adalah manusia.
-          Ketika terlalu lama menganggur, bisa menyebabkan seseorang bingung.
-          Pada saat bayar SPP anak, orang tua bisa menjadi bingung.
-          Ketika tidak ada biaya untuk membeli susu anak, seseorang bisa menjadi bingung.
TUHAN tidak pernah bingung dan tidak pernah kacau.
 
Akhirnya, semakin kacau, karena keadaannya sudah di ambang pintu penghukuman; dan selanjutnya diputuskan untuk dihukum, tidak ada lagi pengampunan, sehingga semakin kacau.
 
Kemudian, pada ayat 9 ini juga dikatakan: Mengapakah Engkau seperti pahlawan yang tidak sanggup menolong ... Seolah-olah TUHAN itu tidak berdaya seperti pahlawan di siang bolong. Banyak orang yang bersikap seperti pahlawan di siang bolong; tidak ada apa-apa tetapi sok pahlawan.
Saya bersyukur kepada TUHAN; dari dulu, sebelum menjadi hamba TUHAN, memang saya ini belajar untuk tulus, tetapi kurang cerdik. Tetapi setelah mengenal Firman, ketulusan itu disertai dengan kecerdikan; dan saya bersyukur kepada TUHAN.
Lihat, mereka berkata bahwa TUHAN seperti pahlawan yang tidak sanggup menolong, seperti pahlawan di siang bolong yang tidak bisa apa-apa. TUHAN tidak seperti itu. TUHAN itu Allah perkasa, Allah yang ajaib.
 
Selanjutnya di sini dikatakan: Tetapi Engkau ada di antara kami, ya TUHAN, dan nama-Mu diserukan di atas kami; janganlah tinggalkan kami!"
Sesudah bicara dengan tidak karu-karuan, namun diakhiri dengan berkata: “janganlah tinggalkan kami”. Bukankah ini adalah orang yang tidak beres? Orang semacam ini adalah orang yang tidak tegas. Kalau tegas, maka enak atau tidak enak, dia harus siap menerima keputusan, dan dia harus tahu bahwa itu adalah konsekuensi dari perbuatannya; itulah orang tegas.
Tetapi kalau dolak-dalik seperti ini, itu tidaklah tegas; tadi kacau, tetapi sekarang memohon “jangan tinggalkan kami”, itu tidak tegas. Jangan suka dolak-dalik, tetapi tegas saja. Kalau harus terima resiko karena sebuah konsekuensi, terima saja.
 
Kemudian, kita perhatikan Yeremia 14:17-18.
Yeremia 14:17-18
(14:17) Katakanlah perkataan ini kepada mereka: "Air mataku bercucuran siang dan malam dengan tidak berhenti-henti, sebab anak dara, puteri bangsaku, dilukai dengan luka parah, luka yang sama sekali tidak tersembuhkan. (14:18) Apabila aku keluar ke padang, di sana ada orang-orang yang mati terbunuh oleh pedang! Apabila aku masuk ke dalam kota, di sana ada orang-orang sakit kelaparan! Bahkan, baik nabi maupun imam menjelajah negeri yang tidak dikenalnya."
 
Katakanlah perkataan ini kepada mereka: "Air mataku bercucuran siang dan malam dengan tidak berhenti-henti, sebab anak dara, puteri bangsaku, dilukai dengan luka parah, luka yang sama sekali tidak tersembuhkan.
Suatu kali saya mendapatkan kesaksian dari seorang Ibu dari Nigeria, bahwa di pagi hari, pada saat bidston atau doa penyembahan bersama-sama dengan rekan-rekan sepelayanan, dia mendapat suatu penglihatan, bahwa TUHAN menangis darah, dan sangat menangis sekali. Rupanya, tangisan-Nya karena sudah terlalu banyak orang berjalan, tetapi ujungnya adalah maut. Saya memang agak yakin dengan penglihatan itu.
 
Pada Yeremia 14:17 ini memang betul: Air mataku bercucuran siang dan malam dengan tidak berhenti-henti. Mengapa? Sebab anak dara, puteri bangsaku, dilukai dengan luka parah, luka yang sama sekali tidak tersembuhkan.
Jadi, luka itu tetap menganga tidak tersembuhkan, mengapa? Karena “teman-teman” yang suka mengembara dan tidak dapat menahan kakinya, mereka lebih suka mendengarkan guru-guru palsu (ramalan kosong, nubuatan kosong), sehingga sampai kapan pun, luka parah tetap menganga, tidak akan pernah tersembuhkan, kalau hanya mendengarkan pernyataan-pernyataan dari pada guru-guru palsu, nabi-nabi palsu.
Tetapi kalau dalam setiap pertemuan ibadah, oleh karena kemurahan TUHAN, kita menerima pedang Roh yang lebih tajam dari pedang bermata dua manapun, lalu dia menusuk amat dalam untuk memisahkan sumsum dan sendi-sendi, jiwa dan Roh, dan juga dapat membedakan pertimbangan dan hati pikiran kita, untuk memulihkan (menyelesaikan) segala persoalan. Setelah dibedah oleh pedang Roh, selanjutnya luka-lukanya akan dibalut dan disembuhkan. Tetapi kalau kehidupan kita hanya mau (lebih suka) menerima perkataan-perkataan kosong dari pada nabi-nabi palsu, maka luka yang menganga tidak akan pernah tersembuhkan.
Yang dapat menyembuhkan kita adalah saat kita menerima pedang Roh yang menusuk amat dalam, sehingga memisahkan sumsum dan sendi-sendi, jiwa dan roh, dan dapat membedakan pertimbangan hati dan pikiran kita masing-masing. Sesudah dosa ini dikoreksi, sesudah penyakit ini dibedah (dioperasi) begitu rupa, maka nanti TUHAN yang akan membalut luka-luka itu.  Dilukai untuk dibalut; karena TUHAN sudah dipukuli dan Dia yang menyembuhkan, sesuai dengan Ayub 5 dan kitab Hosea.
 
Inilah tangisan dari pada TUHAN setiap hari yang tidak pernah berkesudahan, tidak pernah habis-habisnya. Pernahkah kita merasakan tangisan TUHAN?
Tetapi kalau saya bertanya: Pernahkah saudara merasakan tangisan orang yang engkau butuhkan? Saya tidak ragu mengatakan: Engkau lebih merasakan itu. Pernahkah kita merasakan air mata TUHAN bercucuran siang dan malam dengan tidak berhenti-henti hanya karena luka parah menganga tidak sembuh?
 
Kemudian, pada ayat 18: Apabila aku keluar ke padang, di sana ada orang-orang yang mati terbunuh oleh pedang! Apabila aku masuk ke dalam kota, di sana ada orang-orang sakit kelaparan! Dan akhirnya, Firman TUHAN tergenapi; orang mati terbunuh oleh pedang, orang mati terbunuh karena kelaparan, kemudian bahkan, baik nabi maupun imam menjelajah negeri yang tidak dikenalnya.
Dengan demikian, Yeremia 14:18 sama dengan Amos 8:11-13, di mana setelah TUHAN mengirimkan kelaparan atas negeri, akibatnya;
-          mereka mengembara dari laut ke laut,
-          menjelajah dari Utara ke Timur,
tetapi tidak akan menemukannya lagi. Itulah tangisan TUHAN sampai hari ini yang kita abaikan begitu saja. Tangisan ini seringkali kita abaikan, bahkan setiap hari kita abaikan.
TUHAN menangis karena kebinasaan orang berdosa, tetapi kita menangis kalau tidak ada beras. Kita seringkali jengkel hanya karena orang tidak menyukai kita. Pernahkah kita mengerti tangisan semacam ini? Tidak. Banyak orang hanya bisa mengasihi dirinya sendiri.
 
Jadi, wajar saja, keputusan TUHAN tidak bisa diganggu-gugat; sudah final, sebab hukuman akan dijatuhkan, sehingga ada yang jatuh ke tawanan dan ada yang ditentukan untuk dibunuh dengan pedang.
 
Yeremia 14:19
(14:19) Telah Kautolakkah Yehuda sama sekali? Telah merasa muakkah Engkau terhadap Sion? Mengapakah kami Kaupukul sedemikian, hingga tidak ada kesembuhan lagi bagi kami? Kami mengharapkan damai sejahtera, tetapi tidak datang sesuatu yang baik; mengharapkan waktu kesembuhan, tetapi hanya ada kengerian!
 
Dari pernyataan pada Yeremia 14:19 ini, menunjukkan bahwa masa kesabaran TUHAN sudah selesai; seperti apapun permohonannya, namun sudah tidak terjawab lagi. Tetapi sore hari ini, masih ada kesempatan bagi kita untuk mendapatkan jawaban dari TUHAN. Manfaatkanlah kesempatan ini.
 
Yeremia 14:20
(14:20) Ya TUHAN, kami mengetahui kefasikan kami dan kesalahan nenek moyang kami; sungguh, kami telah berdosa kepada-Mu.
 
Doa pada ayat 20 ini sudah bagus, tetapi masih ada kelirunya. Di mana letak kekeliruannya? Orang yang mengembara itu berkata: “Ya TUHAN, kami mengetahui kefasikan kami dan kesalahan nenek moyang kami”. Yang benar adalah kalau salah ya salah, tidak usah persalahkan nenek moyang. Dan yang seharusnya kita lakukan hari ini untuk mematahkan kutuk nenek moyang adalah pikul salib. Memang betul ada dosa warisan, tetapi tidak perlu kita salahkan orang yang salah, tetapi untuk mematahkan kutuk ya pikul salib.
 
Yeremia 14:21
(14:21) Janganlah Engkau menampik kami, oleh karena nama-Mu, dan janganlah Engkau menghinakan takhta kemuliaan-Mu! Ingatlah perjanjian-Mu dengan kami, janganlah membatalkannya!
 
Janganlah Engkau menampik kami, oleh karena nama-Mu, dan janganlah Engkau menghinakan takhta kemuliaan-Mu! Ingatlah perjanjian-Mu dengan kami, janganlah membatalkannya! Perjanjian TUHAN tidak pernah dibatalkan, tetapi masa kesabaran sudah selesai; itulah persoalannya.
TUHAN tidak pernah mengabaikan janji-Nya; Dia akan tetap datang kembali untuk yang kedua kali. Tetapi sebelum Dia datang kembali, ini adalah kesempatan besar bagi kita untuk bertobat dan berbalik kepada TUHAN.
Kalau masa kesabaran sudah habis, biar kita jungkir balik berdoa dengan memohon, memelas, disertai tangisan air mata dan darah, namun tidak akan terjawab. Tetapi malam ini adalah kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri lebih baik; ke depan lebih baik.
 
Oleh sebab itu, JALAN KELUARNYA supaya kita jangan binasa.  
Wahyu 13:10B
(13:10) Barangsiapa ditentukan untuk ditawan, ia akan ditawan; barangsiapa ditentukan untuk dibunuh dengan pedang, ia harus dibunuh dengan pedang. Yang penting di sini ialah ketabahan dan iman orang-orang kudus.
 
Yang penting di sini ialah ketabahan dan iman orang-orang kudus.
 
Tentang: Ketabahan.
Kalaupun banyak persoalan, banyak pencobaan, banyak kesulitan ya tabah saja. Apapun yang terjadi ya tabah saja. Walaupun gaji kurang besar ya tabah saja. Kalau sekarang masih menganggur ya tabah saja. Jangan ambil jalan pintas, tetapi tabah saja. Jangan ambil jalan pintas; jangan pergi ke gunung Kawi.
 
Tentang: Iman.
Iman kita adalah kepada TUHAN Yesus Kristus. Kita ini dibenarkan oleh iman, maka kita juga harus beriman kepada darah salib, bukan kepada uang, sebab uang tidak menyelamatkan. Harta, kekayaan, kedudukan, jabatan tidak menyelamatkan. Iman kita hanya kepada darah salib. Itulah yang menyelamatkan kita.
Yang menyelamatkan kita bukanlah sensasi, mujizat, bukan, tetapi darah salib yang menyelamatkan.
 
Ketabahan dan iman orang kudus, prakteknya: Barangsiapa ditentukan untuk ditawan, ia akan ditawan.
Berarti, sebelum ditentukan untuk ditawan dan jatuh ke tawanan dan binasa, biarlah hari ini kita menjadi tawanan Roh. Biarlah kiranya kita semua menjadi tawanan Roh.
 
Sekarang, kita akan memperhatikan Kisah Para Rasul 20, dengan perikop: “Perpisahan Paulus dengan para penatua jemaat Efesus”. Dalam perpisahan itu, Rasul Paulus menceritakan dirinya sendiri sebagai tawanan Roh.
Kisah Para Rasul 20:22-23
(20:22) Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ (20:23) selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku.
 
Sebagai tawanan Roh, Rasul Paulus berkata: “aku pergi ke Yerusalem”. Berarti, tawanan Roh itu terikat dengan TUHAN, terikat dengan ibadah dan pelayanan, terikat dengan kegiatan Roh.
 
Jangan saudara melepaskan diri dari tawanan Roh hanya karena menginginkan kebebasan dunia, sebab itu adalah jerat Setan, tetapi biarlah kita semua menjadi tawanan Roh, terikat dengan ibadah, terikat dengan pelayanan, terikat dengan kegiatan Roh, di mana arahnya adalah Yerusalem.  Kalau terikat dengan pelayanan, maka arahnya adalah Yerusalem; itu sudah pasti.
Itu sebabnya, TUHAN berkata kepada murid-murid: Jangan tinggalkan Yerusalem, sebab dari situ kita memulai untuk diutus oleh TUHAN, yaitu dari Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai nanti ke ujung bumi.
 
Selanjutnya, kita akan memperhatikan Kisah Para Rasul 1, dengan perikop: “Roh Kudus dijanjikan”, inilah tawanan Roh.
Kisah Para Rasul 1:4
(1:4) Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang -- demikian kata-Nya -- "telah kamu dengar dari pada-Ku.
 
Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa. TUHAN melarang rasul-rasul untuk meninggalkan Yerusalem.
Jadi, tawanan Roh arahnya adalah ke Yerusalem; dan TUHAN melarang mereka untuk meninggalkan Yerusalem.
 
Kemudian, kita akan memperhatikan Kisah Para Rasul 1, dengan perikop: “Rasul-rasul menanti-nanti”.
Kisah Para Rasul 1:12-14
(1:12) Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem. (1:13) Setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot dan Yudas bin Yakobus. (1:14) Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.
 
Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem. Jadi, saat mereka menyaksikan Yesus dipermuliakan, yaitu saat naik ke sorga, maka dari Bukit Zaitun kembali ke Yerusalem. Artinya, kalau menjadi tawanan Roh, berarti harus dengar-dengaran.  
TUHAN berkata: “Kembali ke Yerusalem. Jangan tinggalkan Yerusalem.” Dan mereka pun melakukannya. Jadi, dengar-dengaran saja.
 
Kemudian, setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas -- saat ini kita ada di kota Yerusalem, di tengah ibadah dan pelayanan -- tempat mereka menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot dan Yudas bin Yakobus.
Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus. Mereka ada di kota Yerusalem, tepatnya di loteng Yerusalem untuk menantikan janji TUHAN.
 
Selanjutnya, kita akan memperhatikan Kisah Para Rasul 2, dengan perikop: “Pentakosta”.
Kisah Para Rasul 2:2-4
(2:2) Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; (2:3) dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. (2:4) Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
 
Intinya: Mereka penuh dengan Roh Kudus.
 
Kisah Para Rasul 2:5-11
(2:5) Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. (2:6) Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. (2:7) Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? (2:8) Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: (2:9) kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, (2:10) Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, (2:11) baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah."
 
Setelah mereka penuh dengan lidah-lidah api Roh Kudus, lidah mereka berkata-kata dengan lidah api Roh Kudus dengan bahasa orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab.
Jadi, setelah mereka penuh dengan lidah-lidah api Roh Kudus, maka lidah-lidah mereka berkata-kata sesuai dengan lidah-lidah api Roh Kudus, berkata-kata dengan semua bahasa yang ada (tinggal) di Yerusalem.
 
Jadi, lidah-lidah ini bukan mengucapkan kata-kata: “Kiraba-kiraba”. Pada minggu lalu, saya sudah menyampaikan, bahwa saya sudah bosan mendengar bahasa “kiraba-kiraba”, sudah capek telinga saya mendengarkan bahasa “kiraba-kiraba”. Akhirnya, di rumah, anak saya, Mark Mikha yang berusia 5 (lima) tahun berkata: Kiraba kiraba. Sudah capek saya mendengar kiraba-kiraba.
 
Sekali lagi saya sampaikan: Kalau penuh dengan Roh Kudus, maka lidah-lidah api Roh Kudus akan menggoyang lidah-lidah mereka dengan goyangan lidah api Roh Kudus, sehingga mereka berkata-kata sesuai dengan berbagai-bagai suku, kaum bahasa dan bangsa yang ada tinggal di Yerusalem.
Jadi, bukan dengan bahasa “kiraba”. Bahkan, supaya “kiraba” itu pas, dibuatlah nadanya naik turun, seolah-olah pas intonasinya. Tenang saja; kalau memang dikaruniakan bahasa lidah, maka akan dikaruniakan. Tidak usah saudara bersikap seperti kerasukan Setan. Tenang saja, sebab Roh Kudus itu tenang, tidak pernah bikin kacau; maka, orang yang penuh Roh Kudus itu tidak pernah kedagingan, tetapi “tenang saja”, itulah Yakub. Masakan kepenuhan Roh Kudus, tetapi seperti orang kerasukan Setan? Tidak, tetapi tenang saja. Itulah perbedaan antara orang dewasa dengan kanak-kanak; berbeda.
 
Di mana-mana, kalau itu adalah Roh TUHAN, maka pasti tenang dan tertib. Coba saudara baca Alkitab; Roh Kudus tidak pernah mengguncang dengan guncangan tubuh, tetapi guncangan itu maksudnya adalah supaya jangan bertahan dengan daging. Jadi, jangan mengambil arti secara hurufiah.
 
Singkat kata: Memahami orang lain. Memahami bahasa tetesan air mata, itulah TUHAN. Semua tetesan  bahasa Arab, tetesan bahasa Batak, tetesan bahasa Jawa, tetesan bahasa Inggris, tetesan bahasa Yahudi, Gerika, semua yang ada di kolong langit ini dimengerti oleh TUHAN.
 
Dia mengerti kita; demikian pula Rasul Paulus dalam pelayanannya, dalam 1 Korintus 9:20-22 dapat kita lihat bahwa Rasul Paulus dapat memahami (menyelami) isi hati orang-orang, supaya banyak jiwa-jiwa diselamatkan. Itulah arti bahasa lidah bagi kita, yaitu mengerti bahasa tetesan air mata, dengan lain kata; mengerti orang lain.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment