KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, June 11, 2021

IBADAH PEMBAPTISAN, 26 MEI 2021


 
IBADAH PEMBAPTISAN, 26 MEI 2021
 
Tema: DIBAPTIS SAMPAI MENGHASILKAN BUAH
 
Selamat siang.
Oleh karena kemurahan hati TUHAN, kita dimungkinkan untuk mengadakan Ibadah Pembaptisan dari saudara kita Andrew dan Lydia. TUHAN beri suasana cuaca yang baik, hari siang yang baik, itu semua karena kemurahan TUHAN, semata-mata bukan karena suatu kebetulan.
Sebetulnya, hari ini adalah hari gerhana bulan, terjadi pasang surut laut, tetapi rupa-rupanya, TUHAN beri cuaca yang baik, berarti jelas; ini adalah pekerjaan TUHAN, bukan pekerjaan manusia. Dan kita juga mengerjakan ini bukan dalam bentuk Taurat, tetapi dalam bentuk yang sudah digenapi oleh TUHAN Yesus Kristus di atas kayu salib.
Memang, jarak antara Musa dengan Yohanes Pembaptis, itu kurang lebih 1.500 (seribu lima ratus) tahun lamanya, barulah lahir Yesus Kristus, di situlah terjadi pembaptisan yang sudah digenapi bagi orang-orang Kristen, umat Kristiani, umat Allah di seluruh dunia ini.
 
Kita bersyukur, siang hari ini kita akan mengadakan Ibadah Pembaptisan. Namun, sebelum kita masuk mengadakan Pembaptisan di tengah laut dan tepi pantainya, kita terlebih dahulu menerima bekal Firman TUHAN supaya kita boleh mengerti arti dari sebuah baptisan, karena banyak orang menganggap bahwa baptisan hanyalah supaya bagian dari anggota gereja; pengertian semacam ini adalah pengertian yang keliru menurut saya. Tetapi lebih dari pada itu, bukan hanya sekedar bagian dari anggota gereja, lebih dari pada itu, itulah perkara rohani yang akan kita terima siang hari ini.
 
Mari kita berdoa, kita mohonkan kemurahan hati TUHAN, supaya Firman yang dibukakan itu betul-betul menjadi suatu berkat yang besar bagi kita sekaliannya.
Tidak lupa saya menyapa sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, umat TUHAN yang senantiasa setia dalam ketekunan untuk digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia.
 
Mari kita awali ayat Firman TUHAN dalam Ibadah Pembaptisan ini, dari Keluaran 38:8.
Pasalnya 38, ayatnya 8; kita teringat waktu air bah melanda zaman Nuh, yang selamat hanyalah 8 (delapan) orang. Jadi, semua angka-angka yang tertulis di dalam Kitab Suci, tidak ada suatu kebetulan. Angka 8 (delapan) merupakan angka keselamatan.
 
Kita perhatikan Keluaran 38, dengan perikop: “Membuat bejana pembasuhan”.
Sekalipun tidak ada slide infokus, kiranya kita tetap diberkati siang hari ini, karena sesungguhnya, ini jauh lebih baik jika ada gambar Tabernakel sebetulnya; tetapi, kita akan melihat Tabernakel dalam pengertian rohaninya saja.
 
Keluaran 38:8
(38:8) Dibuatnyalah bejana pembasuhan dan juga alasnya dari tembaga, dari cermin-cermin para pelayan perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan.
 
Dibuatnyalah bejana pembasuhan dan juga alasnya dari tembaga -- singkatnya; bejana pembasuhan tembaga --, dari cermin-cermin para pelayan perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan.
Pada Tabernakel, di dalamnya terdapat alat-alat, mulai dari di HALAMAN, ada 2 (dua) alat:
1.      Mezbah Korban Bakaran.
2.      Bejana Pembasuhan Tembaga.
Kemudian, di dalam RUANGAN SUCI terdapat 3 (tiga) macam alat:
1.      Meja Roti Sajian.
2.      Pelita Emas.
3.      Mezbah Dupa.
Kemudian, pada RUANGAN MAHA SUCI terdapat satu alat yang terutama dari semua perabotan yang ada di dalam Tabernakel, itulah Tabut Perjanjian.
 
Salah satu perabotan yang ada di dalam Tabernakel, secara khusus di halaman adalah Kolam Pembasuhan Tembaga, di mana alasnya juga terbuat dari tembaga, secara khusus dari cermin-cermin para pelayan perempuan-perempuan yang melayani di depan Kemah Pertemuan.
Jadi, Kolam Pembasuhan Tembaga, baik kolamnya, baik juga alasnya, seluruhnya terbuat dari tembaga, secara khusus dari cermin-cermin para pelayan perempuan yang melayani di depan pintu Kemah.
 
Singkatnya: Kolam Pembasuhan tersebut terbuat dari cermin-cermin para pelayan perempuan; kemudian, cermin-cermin yang dari tembaga itu dihancurkan. Jelas, hal ini berbicara tentang sengsara atau kematian dan kebangkitan dari TUHAN Yesus Kristus. Dan itu diyakinkan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, secara khusus pada Roma 6.
 
Seberapa jauh Firman TUHAN membawa kita, namun biarlah kita tetap dengan rendah hati untuk memperhatikannya; panjang dan lebar tetap kita perhatikan dengan sungguh-sungguh.
 
Kita perhatikan Roma 6, dengan perikop: “Mati dan bangkit dengan Kristus.” Satu dalam kematian dan kebangkitan Kristus, itu harus dialami oleh umat Kristen di mana pun berada.
Roma 6:2-5
(6:2) Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? (6:3) Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? (6:4) Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. (6:5) Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.
 
Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, dikubur dalam kematian Kristus, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, bangkit pada hari ketiga, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru, kita semua hidup dalam hidup yang baru sebab yang lama sudah berlalu.
 
Itulah arti dari baptisan; mati dan bangkit.
-          Kematian Kristus; mengubur hidup lama.
-          Kemudian, bangkit pada hari yang ketiga untuk hidup dalam hidup yang baru, berarti; yang lama sudah berlalu.
Itulah kolam Pembasuhan Tembaga, yang terbuat dari cermin-cermin pelayan-pelayan perempuan, di mana cermin-cermin tembaga yang mengkilap itu dihancurkan, itulah pengalaman sengsara atau kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Dan itu diyakinkan oleh Rasul Paulus terhadap sidang jemaat di Roma. Tanpa ragu, kita juga harus menerimanya dengan yakin.
 
Kita loncat memperhatikan Wahyu 4, dengan perikop: “Kedua puluh emat tua-tua dan keempat binatang”. Ini adalah Tabernakel sorgawi.
Wahyu 4:6
(4:6) Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang.
 
Tadi kita sudah melihat “Kolam Pembasuhan Tembaga”, tetapi kita melihatnya dalam bentuk lahiriah, itulah baptisan dalam bentuk Taurat, menurut Tabernakel Musa. Tetapi rupa-rupanya dalam Wahyu 4:6, di sini kita menemukan baptisan dalam bentuk Tabernakel Sorgawi.
 
Pada Tabernakel Sorgawi: Di hadapan takhta itu, ada terdapat lautan kaca bagaikan kristal. Berarti, ada baptisan dalam bentuk lahiriah, itulah tadi Tabernakel yang dibuat oleh Musa, juga ada baptisan di dalam Tabernakel sorgawi.
Artinya untuk kita sekarang: Baptisan di bumi, menurut Tabernakel Musa, adalah baptisan menurut Tabernakel Sorgawi.
 
Jadi, apapun perabotan yang ada di dalam Tabernakel Musa, itu menurut petunjuk dari Sorga, dan itu juga kembali diyakinkan, diaminkan oleh Rasul Paulus. Kalau tadi, kepada jemaat di Roma; tetapi kalau sekarang kita perhatikan, hal itu diyakinkan kepada orang Ibrani, pada Ibrani 8:5.
 
Kembali saya sampaikan: Baptisan di bumi adalah baptisan menurut gambaran dan bayangan dari baptisan di Sorga. Tabernakel yang dibuat oleh Musa adalah gambaran dari Tabernakel sorgawi, termasuk Kolam Pembasuhan Tembaga.
 
Kita perhatikan Ibrani 8, dengan perikop: “Imam Besar Perjanjian Baru”.
Ibrani 8:5
(8:5) Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: "Ingatlah," demikian firman-Nya, "bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu."
 
Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: "Ingatlah," demikian firman-Nya, "bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu", dengan lain kata; engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan oleh TUHAN kepada Musa di atas gunung TUHAN, gunung Horeb, gunung Sinai, berarti; menurut gambaran dan bayangan dari apa yang terdapat di Sorga.
 
Saya ambil kesimpulan: Baptisan di bumi adalah bayangan dan gambaran dari baptisan di Sorga.
Jadi, perabotan dari Kolam Pembasuhan Tembaga = perabotan yang ada di dalam Tabernakel sorgawi, itulah lautan kaca yang bentuknya kristal.
 
Tentu saja kita bersyukur kepada TUHAN, karena dalam setiap ibadah pelayanan dalam penggembalaan GPT “BETANIA” sedang berusaha menjalankan ibadah di bumi ini menurut bayangan dan gambaran yang ada di sorga, sehingga tentu saja kita tidak sesat di tengah jalan. Itulah yang kita syukuri kepada TUHAN; ibadah kita tidak dicampur aduk dengan tangan-tangan manusia yang tidak suci.
 
Lebih rinci tentang BAPTISAN AIR, juga akan kita lihat dalam Wahyu 15, dengan perikop: “Nyanyian mereka yang menang”.
Wahyu 15:1-2
(15:1) Dan aku melihat suatu tanda lain di langit, besar dan ajaib: tujuh malaikat dengan tujuh malapetaka terakhir, karena dengan itu berakhirlah murka Allah. (15:2) Dan aku melihat sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api, dan di tepi lautan kaca itu berdiri orang-orang yang telah mengalahkan binatang itu dan patungnya dan bilangan namanya. Pada mereka ada kecapi Allah.
 
Di sini kita melihat: Ada sesuatu bagaikan lautan kaca, tetapi di sini bercampur api.
 
Kalau tadi di dalam Wahyu 4:6 adalah lautan kaca bagaikan kristal, namun pada Wahyu 15:2 lautan kaca bercampur api. Artinya untuk kita sekarang: Syarat untuk dibaptis adalah bertobat.
-          Lautan kaca, jika dikaitkan dengan pola Tabernakel, terkena pada; Kolam Pembasuhan Tembaga à Baptisan air; mati dan bangkit.
-          Sedangkan bercampur api, jika dikaitkan dengan pola Tabernakel, tentu saja terkena pada; Mezbah Korban Bakaran à Pertobatan.
Jadi, syarat untuk dibaptis adalah sudah harus terlebih dahulu bertobat.
 
Oleh sebab itu, sebelum mereka berdua dibaptis, harus diarahkan lebih dulu; jangan masuk dalam baptisan, tetapi tidak mengerti pertobatan. Ingat, syarat untuk dibaptis adalah bertobat.
Itu sebabnya, dalam Wahyu 15:2 dikatakan sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur -- sudah menyatu dengan -- api, artinya; syarat untuk dibaptis harus bertobat, harus dicampur dengan pertobatan terlebih dahulu. Kalau tidak dicampur dengan pertobatan terlebih dahulu, jangan masuk dulu dalam baptisan, sebab masuk dalam baptisan bukan hanya sekedar sebagai syarat untuk menjadi bagian dari suatu anggota gereja, bukan, tetapi baptisan syaratnya adalah dicampur dengan pertobatan, diawali dari pertobatan. Segala tabiat-tabiat daging yang lama sudah terlebih dahulu dibakar hangus di atas Mezbah Korban Bakaran.  
 
Kita kembali untuk memperhatikan Injil Matius 3, dengan perikop: “Yohanes Pembaptis”.
Matius 3:1-6
(3:1) Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: (3:2) "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (3:3) Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya." (3:4) Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan. (3:5) Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. (3:6) Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan.
 
Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: "Bertobatlah" Apa tujuan pertobatan ini? "Sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"
 
Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata -- Jadi, baptisan ini sudah dinubuatkan oleh para nabi untuk digenapi hari ini oleh setiap orang Kristen --: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."
Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan.
 
Jadi, sudah sangat jelas: Syarat untuk dibaptis ialah sudah seharusnya terlebih dahulu bertobat.
Bertobat, artinya; berhenti berbuat dosa dan kembali kepada Allah. Jadi, bertobat itu harus 100 % (seratus persen), tidak boleh bertobat 50 % (lima puluh persen).
-          Bertobat 50 % (lima puluh persen), artinya; berhenti berbuat dosa, tetapi tidak menyerahkan dirinya kembali kepada Allah.
-          Bertobat 100 % (seratus persen), artinya; berhenti berbuat dosa, selanjutnya serahkan hidup kepada Allah.
Kalau hanya berhenti berbuat dosa, tetapi tidak kembali menyerahkan dirinya kepada Allah, itu baru 50 % (lima puluh persen).
Jadi, syarat untuk dibaptis adalah bertobat 100 % (seratus persen); berhenti berbuat dosa, lalu serahkan hidup kepada TUHAN, itu bertobat 100 % (seratus persen). Tidak boleh bertobat 50 % (lima puluh persen), tetapi harus bertobat 100 % (seratus persen).
 
Dan APA BUKTI MEREKA BERTOBAT?
Matius 3:5-6
(3:5) Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. (3:6) Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan.
 
Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. Orang-orang yang dibaptis yang datang dari Yerusalem, dari seluruh Yudea atau daerah sekitar Yordan, sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan. Jadi, bukti mereka bertobat adalah mengaku dosa sampai tuntas.
 
Pada saat penataran Pembaptisan kemarin, saya suruh mereka catat dosa yang mereka lakukan. Kalau mereka lupa, saya suruh mereka untuk terus mengingat. Ada dosa merokok, ada dosa melawan orang tua, ada dosa marah-marah, ada dosa tidak percaya diri; saya suruh tulis semua.
Sebab memang itulah syarat untuk dibaptis, yaitu bertobat 100 % (seratus persen). Tidak boleh menyembunyikan nol koma sekian persen dosa, tidak boleh, sebab hal itu bisa menjadi akarnya; kalau akar tidak dicabut, menyisakan batang pohon, maka nanti tunas akan tumbuh kembali. Tetapi puji TUHAN, ada Tunas Daud yang menyelesaikan tunas-tunas liar.
 
Kita perhatikan 1 Yohanes 1, dengan perikop: “Allah ada terang”.
1 Yohanes 1:6-9
(1:6) Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. (1:7) Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. (1:8) Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. (1:9) Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
 
Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, ada kegelapan, ada dosa yang disembunyikan, mungkin nol koma sekian sekian persen (0,0001), kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Jadi, mutlak pengakuan dosa itu seluruhnya, tidak boleh ada tersimpan disembunyikan di dalam kegelapan nol koma nol nol nol sekian persen; harus diakui semuanya.
 
Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka dengan demikian kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, ada persekutuan antara yang satu dengan yang lain. Tetapi kalau masih ada dosa yang disembunyikan, tidak mungkin ada persekutuan yang baik satu dengan yang lain.
Dalam satu rumah, antara suami isteri tidak boleh ada sesuatu yang disembunyikan, sebab persekutuannya nanti tidak baik. Yang tinggal di Serang, yang tinggal di Cilegon, yang satu rumah, tidak boleh ada sesuatu yang disembunyikan, supaya terjalin persekutuan yang indah.
Selanjutnya di sini dikatakan: Dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. Di dalam persekutuan itu, juga darah Yesus mengadakan penyucian terhadap dosa kita masing-masing.
 
Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri. Kalau seseorang tidak mau mengakui dosanya, maka ia adalah penipu, dan yang dia tipu adalah dirinya sendiri, kemudian yang kedua; kebenaran tidak ada di dalam kita, kebenaran tidak ada di dalam dirinya.
Jadi, tragis sekali kalau seseorang tidak mau mengakui dosanya. Masih banyak di antara kita yang beranggapan “Ah, nanti bapak gembala tahu sendiri”, tidak segampang itu. Yang TUHAN tunggu adalah hati, yang keluar dari mulut.
Setiap kali TUHAN bertanya, termasuk kepada Kain, apakah TUHAN tidak tahu dosa Kain? TUHAN tahu; tetapi TUHAN harus tanya dulu, sebab TUHAN tunggu pengakuan dari lubuk hati yang dalam, termasuk kepada perempuan Samaria, semuanya. Bukan TUHAN tidak tahu, tetapi TUHAN mau ketulusan hati di dalam hal mengaku dosa.
Jadi, yang belum ada pengakuan ya akui saja. Apapun bentuknya, baik itu yang nol koma sekian persen itu harus dituntaskan, karena itu salah satu syarat mutlak untuk masuk dalam baptisan air, satu dalam kematian dan kebangkitan Kristus.
 
Kembali saya sampaikan: Jika tidak mengaku dosa, maka sama dengan;
1.      Menipu diri sendiri, bukan orang lain yang ditipu.
2.      Kebenaran tidak ada di dalam dirinya.
 
Kemudian, pada ayat 9 kita perhatikan: Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil. Sebaliknya, kalau kita mengaku dosa dengan tuntas, bertobat 100 % (seratus persen), kita harus tahu bahwa; Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan, semua dosa akan diampuni, semua dosa akan disucikan oleh darah Yesus. Tidak ada dosa yang tidak dapat diampuni oleh darah salib Kristus, tetapi dengan syarat; terlebih dahulu mengaku dosa sekecil-kecilnya.
 
Itu sebabnya, sebelum imam-imam masuk dalam Ruangan Suci untuk memperhatikan perabotan yang ada di dalamnya, terlebih dahulu ia harus mencuci tangan dan mencuci kaki, tidak boleh sembarang dalam melakukan pekerjaan TUHAN. Tangan itu perbuatan hidup; kaki adalah perjalanan hidup; keduanya harus sudah mengalami penyucian, barulah boleh layak masuk dalam Ruangan Suci.
Jadi, harus bertobat 100 % (seratus persen), prakteknya adalah mengaku dosa dengan tuntas, tidak boleh tinggal nol koma sekian persen.
 
Intinya: Ibadah di bumi adalah gambaran dan bayangan dari ibadah di sorga, termasuk ibadah baptisan siang hari ini. Itu adalah bayangan dari ibadah di sorga; salah satu perabotan yang ada di dalam Tabernakel sorgawi, karena Tabernakel Musa itu adalah bayangan dari Tabernakel sorgawi, bukan asal-asal begitu saja, sesuai dengan pengertian Musa sendiri.
 
Jadi ...
-          Zaman Taurat atau zaman Musa: Baptisan itu terkena pada Kolam Pembasuhan Tembaga.
-          Sedangkan zaman Yohanes Pembaptis: Kolam Pembasuhan Tembaga tidak berlaku lagi, sebab sudah diganti (digenapi) oleh kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus Kristus.
Adapun jarak antara Musa dengan Yohanes Pembaptis, ± 1.500 (kurang lebih seribu lima ratus) tahun lamanya.
 
Kalau kita bicara jarak 1.500 (seribu lima ratus) tahun, angka 1.500 (seribu lima ratus) ini dapat kita temukan di dalam KOLAM SALOMO, di dalam 1 Raja-Raja 7, dengan perikop: “Benda-benda logam Bait Suci”, salah satunya adalah tembaga. Benda-benda logam itu antara lain emas, perak, tembaga, besi.
 
1 Raja-raja 7:23
(7:23) Kemudian dibuatnyalah "laut" tuangan yang sepuluh hasta dari tepi ke tepi, bundar keliling, lima hasta tingginya, dan yang dapat dililit berkeliling oleh tali yang tiga puluh hasta panjangnya.
 
Besar kolam pada zaman Salomo, ukurannya: 10 (sepuluh) x 5 (lima) x 30 (tiga puluh) = 1.500 (seribu lima ratus). Ini bukan suatu kebetulan.
Artinya: 1.500 (seribu lima ratus) tahun sebelum Kristus lahir, Taurat berlaku; tetapi setelah Yesus lahir, Taurat tidak berlaku lagi, sebab baptisan sudah digenapi oleh Kristus, oleh karena kematian dan kebangkitan-Nya.
 
Jadi, ibadah yang kita kerjakan ini bukanlah ibadah lahiriah, tetapi betul-betul baptisan itu berbicara soal pengalaman Yesus, supaya kita satu dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya.
-          Kuasa kematian Yesus: Mengubur hidup yang lama.
-          Kuasa kebangkitan Yesus: Hidup dalam hidup yang baru, yang lama sudah berlalu.
Perkataan kotor sudah berlalu, pikiran kotor sudah berlalu, tabiat lama sudah berlalu, semua sudah berlalu; jadi, bukan lagi dalam bentuk Taurat. Kalau “bentuk Taurat” itu; lahiriahnya bersih, permukaan luar bersih, tetapi batinnya, manusia dalamnya belum tentu bersih. Jadi, baptisan Kristen yang sekarang itu lebih sempurna; itulah yang patut kita syukuri.
 
Biarlah kiranya baptisan yang sudah digenapi oleh Kristus di atas kayu salib betul-betul menjadi satu di dalam kehidupan kita masing-masing. Jadi, ini bukan sebatas simbol, tetapi mengingatkan kita bahwa kematian kebangkitan Yesus permanen dalam hidup kita masing-masing.
 
Sesudah baptisan itu betul-betul permanen, ada sesuatu yang menarik saya selidiki di sini.
1 Raja-Raja 7:24
(7:24) Dan di bawah tepinya ada gambar buah labu yang mengelilinginya sama sekali, sepuluh dalam sehasta, merangkum "laut" itu berkeliling; labu itu dua jajar, dituang setuangan dengan bejana itu.
 
Di sekeliling kolam pembasuhan Salomo ada gambar buah labu. Artinya, sesudah dibaptis, sesudah satu dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, selanjutnya harus terlihat buah dari baptisan itu.
 
Sesudah dibaptis harus ada buahnya; itu sebabnya saya katakan tadi bahwa baptisan ini bukan sekedar kita kerjakan secara lahiriah, tetapi dari baptisan itu harus nyata buahnya.
Buah labu itu kulitnya awet dalam jangka waktu yang lama. Jadi, kalau ada gambar buah labu, itu bukanlah suatu kebetulan. Biarlah kiranya buah dari baptisan itu nyata; sesudah kita satu dalam kematian dan kebangkitan-Nya, ada buah yang terlihat nyata real dalam hidup, ibadah, pelayanan, dalam nikah, dalam hubungan kita dengan TUHAN ada buahnya.
 
Buah baptisan yang diharapkan oleh TUHAN dari kita, YANG PERTAMA:
Matius 3:7-8
(3:7) Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: "Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? (3:8) Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.
 
Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis ... Ragi Farisi adalah kemunafikan; jadi, Farisi ini gambaran dari orang munafik. Kemudian, di antara orang yang dibaptis, ada pula orang Saduki, yang tidak percaya kuasa kebangkitan. Terhadap mereka, apa perkataan Yohanes Pembaptis?
Berkatalah ia kepada mereka: "Hai kamu keturunan ular beludak." Kalau munafik, ditambah dengan tidak percaya kebangkitan, maka persis seperti ular beludak. Ular yang menjalar tidak perlu berjalan lurus, selalu bengkok, berkelok-kelok. Ular hanya bisa diluruskan kalau sepotong kayu salib ditusukkan dari mulutnya sampai ekor, barulah lurus.
Jadi, munafik + dosa kenajisan (kawin mengawinkan), maka sama seperti ular beludak, ular berbisa yang mematikan.
 
Selanjutnya Yohanes Pembaptis berkata: “Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?” Hukuman dari kemunafikan, hukuman dari kenajisan pasti ada; tidak bisa kita melarikan diri dari sana. Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.
 
Singkatnya: Buah pertobatan itu harus nyata.
Di dalam Yeremia 24:2, Keranjang yang satu berisi buah ara yang sangat baik seperti buah ara bungaran, tetapi keranjang yang lain berisi buah ara yang jelek, yang tak dapat dimakan karena jeleknya. Buah pertobatan juga sama dengan buah bungaran; inilah yang TUHAN harapkan.
 
Buah baptisan yang diharapkan oleh TUHAN dari kita, YANG KEDUA:
Galatia 5:22-23
(5:22) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, (5:23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
 
Ada 9 (sembilan) buah Roh Kudus. Jadi, bukan buah-buah Roh Kudus, melainkan 9 (sembilan) buah Roh Kudus, antara lain: (1) Kasih, (2) sukacita, (3) damai sejahtera, (4) kesabaran, (5) kemurahan, (6) kebaikan, (7) kesetiaan, (8) kelemahlembutan, (9) penguasaan diri.
Selanjutnya, di sini dikatakan: Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Hukum apa saja tidak ada yang menentang itu; oleh sebab itu, TUHAN mengharapkan 9 (sembilan) buah Roh Kudus ini nyata dalam kehidupan kita masing-masing, diawali dengan kasih, diakhiri dengan penguasaan diri.
Kasih itu menutupi banyak sekali dosa, barulah yang terakhir ialah penguasaan diri. Kalau tidak bisa mengampuni, maka tidak akan bisa menguasai diri, percayalah. Tidak ada orang yang bisa menguasai dirinya, kalau dia tidak terlebih dahulu mengampuni sesamanya; pasti gelisah terus. Tetapi sesudah ada kasih, sesudah mengampuni, barulah diakhiri dengan penguasaan diri, pengendalian diri.
 
Itulah buah yang TUHAN harapkan. Jadi, sesudah dibaptis, harus terlihat buahnya.
-          Yang pertama: Buah pertobatan.
-          Yang kedua: Sembilan buah Roh Kudus, yang diawali dengan kasih dan diakhiri penguasaan diri.
 
Itulah prosesnya; harus ada tanda darah, harus ada pertobatan bercampur api. Kalau ikut TUHAN itu enak, kita semua ditolong, baik sikap, karakter, semuanya ditolong TUHAN Yesus, supaya selamat.
 
Buah baptisan yang diharapkan oleh TUHAN dari kita, YANG KETIGA: Buah Persembahan.
Kita akan memperhatikan Ulangan 16, dengan perikop: “Tiga hari raya utama”.
Ulangan 16:1-4,8-9,12-13
(16:1) "Ingatlah akan bulan Abib dan rayakanlah Paskah bagi TUHAN, Allahmu, sebab dalam bulan Abib itulah TUHAN, Allahmu, membawa engkau keluar dari Mesir pada waktu malam. (16:2) Maka engkau harus menyembelih kambing domba dan lembu sapi sebagai korban Paskah bagi TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilih TUHAN untuk membuat nama-Nya diam di sana. (16:3) Janganlah engkau makan sesuatu yang beragi besertanya; tujuh hari lamanya engkau harus makan roti yang tidak beragi besertanya, yakni roti penderitaan, sebab dengan buru-buru engkau keluar dari tanah Mesir. Maksudnya supaya seumur hidupmu engkau teringat akan hari engkau keluar dari tanah Mesir. (16:4) Janganlah terdapat padamu ragi di seluruh daerahmu, tujuh hari lamanya; dan dari daging hewan yang kausembelih pada waktu petang pada hari pertama, janganlah ada yang bermalam sampai pagi. (16:8) Enam hari lamanya engkau harus makan roti yang tidak beragi dan pada hari yang ketujuh harus ada perkumpulan raya bagi TUHAN, Allahmu; maka janganlah engkau melakukan pekerjaan. (16:9) Tujuh minggu harus kauhitung: pada waktu orang mulai menyabit gandum yang belum dituai, haruslah engkau mulai menghitung tujuh minggu itu. (16:12) Haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di Mesir, dan haruslah engkau melakukan ketetapan ini dengan setia. (16:13) Hari raya Pondok Daun haruslah kaurayakan tujuh hari lamanya, apabila engkau selesai mengumpulkan hasil tempat pengirikanmu dan tempat pemerasanmu.
 
Ingat: Ada 7 (tujuh) hari raya, dan di antaranya ada 3 (tiga) hari raya utama.
1.      Hari Raya Paskah.
2.      Hari Raya Pentakosta.
3.      Hari Raya Pondok Daun, hari raya perhentian, hari raya Tabernakel, hari perhentian kekal (Tabernakel Sorgawi).
Inilah buah persembahan.
 
Jadi, ada tiga buah pembaptisan yang diharapkan TUHAN:
-          Yang pertama adalah buah pertobatan.
-          Yang kedua adalah buah Roh Kudus.
-          Yang ketiga adalah buah persembahan.
 
Kemudian, pada buah persembahan, ada tiga hari raya utama yang harus dilakukan (dipersembahkan), tidak bisa tidak.
-          Yang Pertama adalah Hari Raya Paskah; mengingat kematian Yesus Kristus, itu harus dipersembahkan kepada TUHAN.
-          Yang Kedua adalah Hari Raya Pentakosta; kepenuhan Roh Kudus, itu harus dipersembahkan kepada TUHAN.
-          Barulah yang ketiga adalah Hari Perhentian Kekal, Pondok Daun, juga harus terjadi di dalam diri kita masing-masing.
 
Inilah buah labu yang ada di sekeliling dari pada kolam Salomo.
 
Kita bersyukur kepada TUHAN: Siang hari ini, oleh karena perkenanan TUHAN, kita mengadakan Ibadah Baptisan Air, dan kita sudah mendapat pengertian dari TUHAN, semoga dengan itu kita dapat menyenangkan hati TUHAN dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah kita di hadapan TUHAN.
Demikian juga anakku, Lydia dan Andrew; baptisan ini bukan hanya dijalankan lahiriah, liturgis, Taurat, tetapi sudah digenapi oleh kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
 
Jarak dari Musa sampai Yohanes Pembaptis ada 1.500 (seribu lima ratus) tahun. Kalau angka 1.500 (seribu lima ratus) ini kita kaitkan dengan kolam dari pada Salomo, maka semuanya 1.500 (seribu lima ratus), di mana di sekelilingnya ada gambar buah labu, artinya; sesudah dibaptis, harus nampak buah dari baptisan, antara lain; (1) buah pertobatan, (2) buah Roh Kudus, (3) buah persembahan, antara lain;
1.      Paskah nyata dalam diri kita,
2.      Pentakosta (penuh dengan Roh Kudus) nyata dalam diri kita,
3.      sampai kepada Perhentian kekal, persekutuan yang sudah TUHAN berikan lewat PPT (Pengajaran Pembangunan Tabernakel) membawa kita sampai kepada hari raya pondok daun. Dimulai dari diri kita, antar gereja, antar denominasi gereja, antar bangsa-bangsa, sampai nanti kafir dan Israel bersatu; hari raya Pondok Daun, dan itu harus.
 
Maka, kalau TUHAN berikan kereta PPT (Pengajaran Pembangunan Tabernakel) kepada kita, itu adalah kemurahan, bukan karena kita adalah gereja yang mewah dan besar; tetapi TUHAN tahu kepada siapa TUHAN berkasih karunia.
Dan siang hari ini, kita akan memasuki baptisan air; dan kalian berdua anak-anakku, Lydia dan Andrew sudah harus siap, ke depan harus nampak buah itu, kiranya itu sudah dicatat rapi-rapi. Namun bukan hanya dicatat dalam catatan saja, tetapi catatan Roh Kudus kiranya termeterai dalam hati kita masing-masing, menjadi praktek dalam kehidupan kita sehari-hari.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 

No comments:

Post a Comment