KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, June 18, 2021

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 03 JUNI 2021


 
IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 03 JUNI 2021
 
KITAB RUT
(Seri:138)
 
Subtema: KASIH KARUNIA BAGI ORANG MATI DAN ORANG HIDUP
 
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia, Allah sesembahan kita yang bertakhta di dalam kemuliaan-Nya yang kekal.
Kita bersyukur, oleh karena kemurahan TUHAN, kita dimungkinkan untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci. Dan malam ini saya mengucapkan selamat malam dan selamat menikmati sabda Allah.
Saya juga tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN yang ada di Bandung, di Malaysia, bahkan umat TUHAN yang setia digembalakan dalam ketekunan Ibadah Pendalaman Alkitab lewat live streaming video internet Youtube, Facebook, baik di dalam negeri, maupun di luar negeri, di mana pun anda berada.
Selanjutnya, marilah kita berdoa, kita mohonkan kemurahan hati TUHAN, supaya kiranya lewat pembukaan Firman TUHAN, kita boleh merasakan uluran dua tangan TUHAN yang berkuasa dan penuh kasih, untuk menarik kita sampai kepada kerajaan atau kemuliaan kekal.
 
Mari, kita sambut STUDY RUT sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab, dari Rut 3, dan kita masih berada pada ayat 11. Kita berdoa, supaya kiranya TUHAN memberkati kita malam ini.
 
Kita perhatikan Rut 3:11, dengan perikop: “Rut dan Boas di tempat pengirikan”.
Rut 3:11
(3:11) Oleh sebab itu, anakku, janganlah takut; segala yang kaukatakan itu akan kulakukan kepadamu; sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa engkau seorang perempuan baik-baik.
 
Oleh sebab itu, anakku, janganlah takut; segala yang kaukatakan itu akan kulakukan kepadamu, yaitu perlindungan dan penebusan -- pada ayat 11 --; sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa engkau seorang perempuan baik-baik.
Singkat kata: Boas bersedia untuk menyanggupi permintaan Rut, yakni menjadi pelindung dan penebus. Alasan Boas untuk menyanggupi permintaan Rut ialah sebab Rut adalah seorang perempuan baik-baik, dan setiap orang dalam kota Betlehem tahu bahwa Rut adalah seorang perempuan baik-baik, dia bukan perempuan nakal.
 
Di hari-hari terakhir ini, biarlah kiranya kita memiliki kehidupan sama seperti Rut, menjadi suatu kehidupan yang baik-baik, menjadi hidup gereja TUHAN yang baik-baik, tidak nakal di hadapan TUHAN.
 
Kemudian, jejak atau perjalanan hidup Rut sebagai perempuan baik-baik, tercatat dengan jelas di dalam kitab Rut pasal 1, pasal 2 dan pasal 3.
Mari kita lihat jejak Rut tersebut:
Jejak Rut yang pertama, pada RUT pasal 1: Rut tetap berpaut dengan setia kepada Naomi. Sekalipun dalam perjalanan dari Moab ke Betlehem, ia didesak oleh Naomi untuk kembali kepada bangsanya dan kembali kepada orang tuanya, sedangkan pengikutan Orpa berhenti di tengah jalan oleh karena desakan-desakan sebagai ujian dalam perjalanan mereka.
Kesetiaan Rut untuk tetap berpaut kepada Naomi dibuktikan dengan perkataannya pada Rut 1:16-17, "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!"
Kemudian, jejak Rut yang kedua, pada RUT pasal 2: Rut berada di ladang Boas untuk memungut jelai gandum di belakang perempuan-perempuan atau penyabit-penyabit jelai gandum.
Kemudian, jejak Rut yang ketiga, pada RUT pasal 3: Rut berbaring di bawah kaki Boas di tempat pengirikan, tepat seperti yang diperintahkan oleh Naomi, mertuanya itu, kepada Rut.
 
Mari, kita akan melihat Rut 3.
Rut 3:10
(3:10) Lalu katanya: "Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu, karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya.
 
Pada Rut 3:11 tadi, Boas menyanggupi permintaan Rut sebagai pelindung dan penebus, alasannya adalah karena Rut adalah seorang perempuan baik-baik; dan jejak Rut yang terakhir adalah Rut berbaring di bawah kaki Boas di tempat pengirikan.
Sedangkan pada Rut 3:10 dikatakan: Rut tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik orang muda yang miskin, maupun orang muda yang kaya. Hal itu menunjukkan bahwa Rut adalah gambaran dari gereja yang baik-baik, tidak nakal, sebab ia tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya. -- Gambaran dari orang-orang muda dapat diperhatikan di dalam suratan 2 Timotius 2:22-23,16-19. --
 
Sekali lagi saya sampaikan: Rut tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya, karena Rut adalah perempuan baik-baik. Sebaliknya, Rut berbaring di bawah kaki Boas di tempat pengirikan; itu tandanya bahwa Rut adalah perempuan baik-baik.
 
Biarlah kiranya kita merindu untuk mencari tempat untuk berbaring, berarti; menjadi suatu kehidupan yang tergembala, itulah gambaran dari gereja TUHAN baik-baik di hari-hari terakhir ini. Itulah gambaran dari hidup gereja yang baik-baik, yaitu mencari tempat untuk berbaring atau rindu menjadi suatu kehidupan yang tergembala, berarti; taat, setia, dengar-dengaran; itu gereja baik-baik.
Demikianlah hidup gereja TUHAN yang baik-baik, yaitu berbaring di bawah kaki Boas rohani, berarti; tergembala dengan baik dan benar dalam satu kandang penggembalaan, dengan satu gembala, tidak banyak gembala. Itulah gambaran dari gereja TUHAN baik-baik, yaitu tergembala dengan baik.
 
Rut 3:12
(3:12) Maka sekarang, memang aku seorang kaum yang wajib menebus, tetapi walaupun demikian masih ada lagi seorang penebus, yang lebih dekat dari padaku.
 
Pada akhirnya, Boas mengaku dan berkata kepada Rut: “Memang aku seorang kaum yang wajib menebus”. Pengakuan Boas tersebut tepat seperti apa yang pernah dikatakan oleh Naomi kepada Rut.
 
Sejenak kita melihat hal yang sama yang disampaikan oleh Naomi kepada Rut, di dalam Rut 2.
Rut 2:18-20
(2:18) Diangkatnyalah itu, lalu masuklah ia ke kota. Ketika mertuanya melihat apa yang dipungutnya itu, dan ketika dikeluarkannya dan diberikannya kepada mertuanya sisa yang ada setelah kenyang itu, (2:19) maka berkatalah mertuanya kepadanya: "Di mana engkau memungut dan di mana engkau bekerja hari ini? Diberkatilah kiranya orang yang telah memperhatikan engkau itu!" Lalu diceritakannyalah kepada mertuanya itu pada siapa ia bekerja, katanya: "Nama orang pada siapa aku bekerja hari ini ialah Boas." (2:20) Sesudah itu berkatalah Naomi kepada menantunya: "Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati." Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita."
 
Diangkatnyalah itu, lalu masuklah ia ke kota Betlehem. Ketika mertuanya melihat apa yang dipungutnya itu, dan ketika dikeluarkannya dan diberikannya kepada mertuanya sisa yang ada setelah kenyang itu. Ini berbicara soal berkelimpahan. Berarti, kemurahan TUHAN semakin bertambah-tambah kepada Rut.
Rut setia mengikuti Naomi untuk sampai ke Betlehem; dan ketika tiba di Betlehem, tepat pada permulaan menuai jelai gandum; itu kemurahan.
-          Rut sampai ke Betlehem, itu adalah kemurahan.
-          Lalu Rut tiba di Betlehem tepat pada permulaan menuai jelai gandum, sesuai Rut 1:21-22, dan itu juga adalah kemurahan.
-          Lalu kemudian, pada Rut 2, Rut berada di ladang Boas, itu adalah kemurahan yang semakin bertambah-tambah.
-          Sampai pada akhirnya, hasil tuaian itu juga limpah.
Jadi, kemurahan yang dialami oleh Rut, sebagai bangsa kafir, sungguh luar biasa. Kemurahan TUHAN sungguh dialami oleh Rut.
Biarlah kiranya pengikutan kita kepada TUHAN; semakin hari, semakin limpah dalam kemurahan Tuhan bagi kita masing-masing; itu adalah doa saya sebagai gembala sidang.
 
Kemudian, kemurahan yang berikutnya tadi sudah kita lihat: Rut membawa hasil tuaian dari jelai gandum itu, lalu diserahkan kepada Naomi, mertuanya itu. Maka berkatalah mertuanya kepadanya: "Di mana engkau memungut dan di mana engkau bekerja hari ini? Diberkatilah kiranya orang yang telah memperhatikan engkau itu!" Lalu diceritakannyalah kepada mertuanya itu pada siapa ia bekerja, Rut bercerita di mana ia memungut jelai gandum, katanya: "Nama orang pada siapa aku bekerja hari ini ialah Boas." Rut memberitahukan tempat di mana ia bekerja, memberitahukan di ladang siapa ia bekerja. Ternyata, nama orang pada siapa Rut bekerja adalah Boas.
 
Setelah Naomi mengetahui tempat di mana Rut bekerja, mengetahui di ladang siapa Rut bekerja, lalu Naomi berkata kepada Rut, menantunya itu: "Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati." Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita."
 
Tentang Boas, Naomi berkata kepada Rut: “Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita.” Jadi, Naomi sudah pernah memberitahukan, bahwa Boas adalah kerabat mereka. Kerabat, berarti; seorang yang wajib untuk menebus.
Sekali lagi saya sampaikan: Tentang Boas, Naomi berkata kepada Rut: “Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita.” Arti perkataan ini ialah Boas rela mengaruniakan kasih setianya kepada orang-orang yang hidup dan kepada orang-orang yang mati.
 
Kemudian, mengenai “kerabat” ini juga diulangi oleh Naomi kepada Rut, pada Rut 3:2, Maka sekarang, bukankah Boas, yang pengerja-pengerjanya perempuan telah kautemani itu, adalah sanak kita? Dia pada malam ini menampi jelai di tempat pengirikan.
Jadi, dua perkataan ini sudah sah, menunjukkan bahwa Boas adalah seorang kerabat atau kaum yang wajib untuk menebus orang-orang yang mati dan orang-orang yang hidup dengan kasih setianya.
 
Yesus Kristus adalah Boas rohani, Dialah Pribadi yang wajib menebus orang-orang yang mati dan orang-orang yang hidup dengan kasih setia-Nya.
 
Mari kita lihat hal itu di dalam Injil Matius 20.
Matius 20:28
(20:28) sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
 
Yesus datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, kemudian untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang, yakni orang-orang hidup dan orang-orang mati.
-          Orang-orang yang hidup à Bangsa pilihan, bangsa Israel.
-          Orang-orang yang mati à Bangsa kafir, atau di luar bangsa Israel.
 
Sejenak kita akan melihat penjelasan tentang: Bangsa kafir, sebagai ORANG-ORANG YANG MATI.
Tetapi, saudara tidak perlu kaget bila saya mengatakan bahwa bangsa kafir adalah sebagai orang-orang yang mati; dalam bentuk yang rohani.
 
Mari kita lihat 1 Korintus 12, dengan perikop: “Rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh”.
1 Korintus 12:1-3
(12:1) Sekarang tentang karunia-karunia Roh. Aku mau, saudara-saudara, supaya kamu mengetahui kebenarannya. (12:2) Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu masih belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu. (12:3) Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorang pun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus.
 
Sekarang tentang karunia-karunia Roh. Aku mau, saudara-saudara, supaya kamu mengetahui kebenarannya. Rasul Paulus berharap dan sangat merindukan supaya jemaat di Korintus mengetahui tentang kebenaran dari karunia-karunia Roh Kudus.
Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu masih belum mengenal Allah, itulah bangsa kafir, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu. Itulah bangsa kafir sebelum mengenal Allah; tanpa berpikir, ditarik kepada berhala-berhala yang bisu. Singkat kata: Hidup di dalam penyembahan berhala. Itulah keadaan bangsa kafir; sebelum mengenal Allah, hidup dalam penyembahan berhala.
 
Itu sebabnya, kalau kita bandingkan dengan ayat 3, kita akan melihat suasana orang yang beribadah dengan suasana orang yang tidak beribadah: Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorang pun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus.
-          Orang yang penuh dengan Roh Allah, tidak akan berkata: “Terkutuklah Yesus”. Sebaliknya, orang yang penuh dengan Roh Kudus, maka dia akan berbakti kepada Allah dan dia akan menyembah kepada Allah, tidak akan berkata: “Terkutuklah Yesus”, dengan lain kata; tidak akan menyembah berhala.
-          Kemudian, orang-orang yang hidup dalam penyembahan berhala, tidak akan mungkin menyembah Allah yang hidup, tidak akan mungkin mengaku bahwa “Yesus adalah Tuhan” sebagai Allah sesembahan yang hidup.
Itulah perbedaan antara orang yang penuh dengan Roh Kudus dengan orang yang tidak penuh dengan Roh Kudus; antara orang yang beribadah kepada TUHAN dengan orang yang beribadah kepada berhala.
 
Kesimpulannya ialah bangsa kafir sebelum mengenal Allah, tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu.
 
Mari kita lihat lebih jauh tentang PENYEMBAHAN BERHALA di dalam Mazmur 115, dengan perikop: “Kemuliaan hanya bagi Allah”. Kemuliaan adalah hanya bagi Allah kita. Tetapi bangsa kafir, sebelum mengenal Allah, tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu, dengan lain kata; hidup di dalam penyembahan berhala, berarti; segala kemuliaan adalah bagi berhala, bukan lagi kepada Allah.
 
Mazmur 115:1-2
(115:1) Bukan kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mulah beri kemuliaan, oleh karena kasih-Mu, oleh karena setia-Mu! (115:2) Mengapa bangsa-bangsa akan berkata: "Di mana Allah mereka?"
 
Bukan kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mulah beri kemuliaan, oleh karena kasih-Mu, oleh karena setia-Mu! Ini adalah pengakuan orang-orang yang hidup di dalam Allah, di dalam TUHAN, bahwasanya kemuliaan itu hanya kepada Dia, karena kasih setia TUHAN. Segala kemuliaan hanya bagi Allah, bukan untuk manusia, karena kasih setia TUHAN berlaku atas orang-orang yang hidup dan atas orang-orang yang mati.
 
Selanjutnya, pada ayat 2, kita perhatikan: Orang-orang mati, atau bangsa kafir (bangsa yang tidak mengenal Allah) berkata: “Di mana Allah mereka?” Perkataan ini menunjukkan; seolah-olah harta, kekayaan, uang yang banyak, pangkat yang tinggi dapat dijadikan sebagai jaminan hidup.
Karena mereka mempercayakan hidup mereka kepada berhala buatan tangan ini, lalu mereka berkata kepada anak-anak TUHAN: “Di mana Allah mereka?” Inilah orang yang sudah bergantung kepada berhala, akhirnya berkata kepada anak-anak TUHAN: “Di mana Allah mereka?
 
Mazmur 115:4-7
(115:4) Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, (115:5) mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, (115:6) mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, (115:7) mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya.
 
Berhala-berhala bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (bangsa kafir) adalah berhala perak dan emas, buatan tangan manusia. Gaji, upah, uang, hasil jerih payah, hasil pekerjaan dua tangan, itu bisa menjadi berhala; kalau itu yang menjadi nomor satu (kalau karena hal itu kita lantas meninggalkan TUHAN), maka gaji, hasil jerih payah, itu bisa menjadi berhala.
 
-          Mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata.
-          Mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat.
-          Mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar.
-          Mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium.
-          Mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba.
-          Mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan.
-          Tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya.
Singkat kata: Sesungguhnya, berhala buatan tangan manusia tidak dapat untuk berbuat sesuatu kepada manusia. Sekalipun patung berhala itu mahal karena terbuat dari perak atau emas, namun berhala tidak dapat berbuat sesuatu kepada manusia.
 
Mazmur 115:8
(115:8) Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya.
 
Seperti itulah jadinya bangsa-bangsa kafir menyembah berhala buatan tangan manusia, buatan tangan sendiri.
 
Mazmur 115:9-11
(115:9) Hai Israel, percayalah kepada TUHAN! -- Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka. (115:10) Hai kaum Harun, percayalah kepada TUHAN! -- Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka. (115:11) Hai orang-orang yang takut akan TUHAN, percayalah kepada TUHAN! -- Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka.
 
Hai Israel, hai umat TUHAN, percayalah kepada TUHAN! -- Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka. Hai kaum Harun, imam-imam, pelayan-pelayan TUHAN, hamba-hamba TUHAN, percayalah kepada TUHAN! -- Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka. Hai orang-orang yang takut akan TUHAN, baik bangsa Israel maupun bangsa kafir, percayalah kepada TUHAN! Mengapa? Karena TUHAN adalah pertolongan, TUHAN adalah perisai bagi umat Israel, bagi imam-imam, bagi orang-orang yang takut akan TUHAN.
Sedangkan berhala buatan tangan manusia tidak dapat memberi apa-apa, tidak dapat memberi pertolongan, tidak dapat untuk menjadi perisai, tidak dapat menjadi pelindung.
 
Oleh sebab itu, justru berhala, misalnya; kalau seseorang sudah mempertuhankan uang, justru berhala itu membuat dia jauh dari TUHAN. Keras hati, itu adalah berhala. Kemudian, karena berhala juga, seseorang bisa jauh dari TUHAN, meninggalkan TUHAN, karena segalanya bagi dia adalah berhala. Ketika bagi dia segalanya adalah berhala, pada saat itulah dia berkata: “Di mana Allah mereka?” Jadi, dia sudah merasa terpuaskan oleh berhala itu.
Berbeda dengan anak-anak TUHAN: Sekalipun mempunyai, namun seolah-olah tidak mempunyai, seperti apa yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus: “membeli seolah-oleh tidak membeli, mempunyai seolah-olah tidak mempunyai, suami yang beristeri seolah-olah tidak mempunyai isteri, yang bersuami seolah-olah tidak mempunyai suami Artinya, TUHAN adalah segala-galanya dalam hidup anak-anak TUHAN.
 
Lebih jauh tentang BERHALA, dapat kita perhatikan dalam Habakuk 2.
Habakuk 2:18
(2:18) Apakah gunanya patung pahatan, yang dipahat oleh pembuatnya? Apakah gunanya patung tuangan, pengajar dusta itu? Karena pembuatnya percaya akan buatannya, padahal berhala-berhala bisu belaka yang dibuatnya.
 
Segala jenis berhala buatan tangan manusia adalah pengajar dusta, kebohongan yang sia-sia, sebab berhala itu bisu. Artinya, tidak dapat memberi pertolongan dan tidak dapat untuk menjadi perisai bagi manusia, sebab berhala adalah pengajar dusta.
 
Jangan terlalu berharap banyak terhadap berhala buatan tangan manusia. Tidak usah terlalu berharap kepada gaji, hasil jerih payah, perbuatan dua tangan; sebab sebentar gaji itu pun bisa habis. Oleh sebab itu, biarlah kita berharap banyak kepada TUHAN.
Ketika menyekolahkan anak, juga harus berharap banyak kepada TUHAN. Untuk keperluan apapun sehari-hari, berharap banyak kepada TUHAN; jangan terlalu berharap banyak kepada berhala buatan tangan manusia, supaya jangan jadi picik dan jangan keras hati.
 
Habakuk 2:19
(2:19) Celakalah orang yang berkata kepada sepotong kayu: "Terjagalah!" dan kepada sebuah batu bisu: "Bangunlah!" Masakan dia itu mengajar? Memang ia bersalutkan emas dan perak, tetapi roh tidak ada sama sekali di dalamnya.
 
Kalau berharap kepada berhala menjadi bodoh, mengapa? Karena di sini, orang-orang yang hidup dalam penyembahan berhala berkata kepada sepotong kayu: “Terjagalah!
 
Lihat kebodohan berikutnya: Kepada sebuah batu bisu, berkata: "Bangunlah!"
Perlu untuk diketahui: sepotong kayu dan sebuah batu bisu sekalipun bersalutkan emas dan perak, tetapi roh tidak ada sama sekali di dalamnya = tidak dapat mengajar.
 
Masakan dia itu mengajar? Masakan berhala dapat mengajar? Dia pengajar dusta; tidak dapat memberi akal budi yang menjadikan kita bijaksana, dia itu pengajar dusta. Tidak ada hikmat dari berhala buatan tangan manusia; dia pengajar dusta.
Memang ia bersalutkan emas dan perak ... Andaikata patung pahatan dari kayu atau buatan atau pun batu yang dipahat lalu dilapisi emas memang bernilai tinggi, tetapi di dalam berhala tidak ada roh di dalamnya, dia tidak akan mengerti kita. Sekalipun ia bersalutkan emas, bersalutkan perak, ditambah lagi permata, intan, berlian, namun ia tetap berhala, maksudnya; tidak ada roh di dalamnya.
 
Apa yang membedakan manusia dari binatang? Binatang tidak memiliki jiwa, tetapi manusia memiliki jiwa. Kalau Roh Allah menguasai roh kita, maka di situlah anak-anak Allah berkata: “Ya Abba, Ya Bapa” Di situlah kita dapat mengakui bahwa TUHAN Allah adalah Bapa, dan Bapa yang baik mengerti anak-anak-Nya, sesuai dengan Roma 8.
Sampai kiamat pun dunia ini, binatang tidak akan pernah bisa memuji TUHAN, karena roh tidak ada di dalamnya, apalagi benda mati. Pendeknya, celakalah orang yang menyembah berhala buatan tangan manusia.
 
Dan ada hal yang lucu yang akan kita perhatikan perihal buatan tangan manusia ini, yang akan kita perhatikan dalam Yesaya 44. Kita akan melihat keadaan orang mati, keadaan bangsa kafir sebelum sebelum mengenal TUHAN, mereka betul-betul mati sekali; hidup tetapi mati.
 
Kita perhatikan Yesaya 44, dengan perikop: “Kebodohan pemujaan patung”. Orang-orang yang tidak mengenal Allah, bangsa kafir, orang-orang yang mati itu betul-betul bodoh; hidup tetapi mati.
Yesaya 44:9-11
(44:9) Orang-orang yang membentuk patung, semuanya adalah kesia-siaan, dan barang-barang kesayangan mereka itu tidaklah memberi faedah. Penyembah-penyembah patung itu tidaklah melihat dan tidaklah mengetahui apa-apa; oleh karena itu mereka akan mendapat malu. (44:10) Siapakah yang membentuk allah dan menuang patung yang tidak memberi faedah? (44:11) Sesungguhnya, semua pengikutnya akan mendapat malu, dan tukang-tukangnya adalah manusia belaka. Biarlah mereka semua berkumpul dan bangkit berdiri! Mereka akan gentar dan mendapat malu bersama-sama.
 
Orang-orang yang membentuk patung, semuanya adalah kesia-siaan, dan barang-barang kesayangan mereka itu tidaklah memberi faedah. Kemudian, berhala yang dibentuk itu dalam bentuk barang-barnag kesayangan, tidak memberi faedah. Barang apa saja yang menjadi kesayangan saudara tidak memberi faedah. Orang bodoh tidak akan memberi akal budi oleh karena berhala dalam bentuk barang-barang kesayangan.
 
Penyembah-penyembah patung itu tidaklah melihat -- Jadi, kalau hidup dalam penyembahan berhala itu menjadi buta rohani -- dan tidaklah mengetahui apa-apa -- Kalau hidup dalam penyembahan berhala, maka menjadi bodoh minta ampun --. Itulah kalau hidup dalam penyembahan berhala; selain buta, bodoh, kemudian oleh karena itu mereka akan mendapat malu. Orang buta dan bodoh, pasti suatu kali nanti akan mendapat malu.
 
Siapakah yang membentuk allah dan menuang patung yang tidak memberi faedah? Sesungguhnya, semua pengikutnya akan mendapat malu, dan tukang-tukangnya adalah manusia belaka. Tukangnya adalah manusia, tetapi apa yang dibuat kok disembah? Biarlah mereka semua berkumpul dan bangkit berdiri! Mereka akan gentar dan mendapat malu bersama-sama.
Singkat kata: Pada akhirnya, mereka yang hidup di dalam penyembahan berhala akan mendapat malu.
 
Lalu, kalau kita simak pada ayat 10: Siapakah yang membentuk allah dan menuang patung yang tidak memberi faedah?
Seharusnya, kita ini menyembah Allah yang hidup, Allah Abraham Ishak Yakub, Dialah Sang Khalik yang menciptakan langit bumi dan segala isi bumi, termasuk menciptakan manusia dari seonggok tanah liat.
Tetapi di sini kita melihat: Siapakah yang membentuk allah dan menuang patung yang tidak memberi faedah? Kok justru menyembah patung buatan tangan manusia?
 
Selanjutnya, kita perhatikan ayat 12-13. Kita akan melihat kelucuan karena kebodohan.
Yesaya 44:12-13
(44:12) Tukang besi membuatnya dalam bara api dan menempanya dengan palu, ia mengerjakannya dengan segala tenaga yang ada di tangannya. Bahkan ia menahan lapar sehingga habislah tenaganya, dan ia tidak minum air sehingga ia letih lesu. (44:13) Tukang kayu merentangkan tali pengukur dan membuat bagan sebuah patung dengan kapur merah; ia mengerjakannya dengan pahat dan menggarisinya dengan jangka, lalu ia memberi bentuk seorang laki-laki kepadanya, seperti seorang manusia yang tampan, dan selanjutnya ditempatkan dalam kuil.
 
Tukang besi membuatnya dalam bara api dan menempanya dengan palu ... Patung dari logam dilebur dalam api, lalu ditempanya dengan palu, ia mengerjakannya dengan segala tenaga yang ada di tangannya. Artinya, untuk berhala, banyak orang membesarkan tenaga, tidak hitung-hitungan, segala jerih lelahnya dia persembahkan hanya untuk berhala.
Persis seperti keadaan bangsa Israel pada waktu menyembah patung anak lembu emas tuangan; sesudah tampilnya anak lembu emas, mereka mendirikan mezbah, lalu mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan di atas mezbah untuk lembu emas. Itu adalah kebodohan.
-          Apa itu korban bakaran? Itu adalah penyerahan diri sepenuhnya, sampai hangus kepada TUHAN, tetapi justru itu dipersembahkan kepada berhala.
-          Apa itu korban keselamatan? Itulah lemak yang dipersembahkan sebagai korban api-apian untuk menyenangkan hati TUHAN, tetapi justru itu dipergunakan untuk menyenangkan berhala.
Seringkali kita mempersembahkan api-apian untuk manusia, untuk berhala, supaya diingat jasa-jasanya, supaya diingat perbuatan baiknya, tetapi untuk TUHAN tidak demikian. Seperti itulah keadaan (kondisi) di ayat 12 bagian A.
 
Sekarang kita perhatikan ayat 12 bagian B: Bahkan ia menahan lapar sehingga habislah tenaganya, dan ia tidak minum air sehingga ia letih lesu. Dia berpuasa untuk berhala sampai habis raganya, sampai letih lesu, tetapi untuk TUHAN justru tidak berpuasa.
Berpuasa itu benar, tidak salah; tetapi jangan karena untuk supaya mendapatkan hal-hal yang lahiriah, jangan. Berpuasa itu memang harus, tetapi biarlah kita berpuasa untuk memuliakan TUHAN. Kalau berpuasa untuk memuliakan TUHAN, berarti kita sengaja berpuasa untuk menghukum daging, supaya daging jangan menjadi takhtanya roh jahat dan roh najis, karena daging ini hanya sebatas takhtanya setan saja. Oleh sebab itu, latihlah dirimu beribadah, sebab latihan badani terbatas gunanya; tetapi kalau kita pupuk daging ini, maka lama-lama akan menjadi takhtanya Setan.
 
Tukang kayu merentangkan tali pengukur dan membuat bagan sebuah patung dengan kapur merah; ia mengerjakannya dengan pahat dan menggarisinya dengan jangka, lalu ia memberi bentuk seorang laki-laki kepadanya, seperti seorang manusia yang tampan, dan selanjutnya ditempatkan dalam kuil.
Ada juga patung berhala dalam bentuk wujud manusia. Untuk membentuk berhala seperti ini, di sini kita melihat;
-          Tukang kayu merentangkan tali pengukur.
-          Tukang kayu membuat bagan sebuah patung dengan kapur merah.
-          Tukang kayu mengerjakannya dengan pahat.
-          Tukang kayu menggarisinya dengan jangka.
Sampai terbentuknya patung seorang laki-laki, lalu ditempatkan di tempat kuil, tempat beribadah. Pendeknya, segala perhitungannya terkuras, segala pertimbangannya terkuras kepada berhala.
 
Yesaya 44:14
(44:14) Mungkin ia menebang pohon-pohon aras atau ia memilih pohon saru atau pohon tarbantin, lalu membiarkannya tumbuh menjadi besar di antara pohon-pohon di hutan, atau ia menanam pohon salam, lalu hujan membuatnya besar.
 
Mungkin ia menebang pohon-pohon aras atau ia memilih pohon saru atau pohon tarbantin -- dia juga membentuk berhala buatan tangan manusia dari kayu pilihan -- lalu membiarkannya tumbuh menjadi besar di antara pohon-pohon di hutan -- kemudian, ada juga berhala dari pohon-pohon besar --, atau ia menanam pohon salam, lalu hujan membuatnya besar -- sengaja menanam pohon salam sampai besar --.
 
Itulah berhala pada Yesaya 44:14, yaitu menyembah pohon-pohon besar. Banyak bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, sehingga mereka menyembah pohon besar, dan menganggap TUHAN Allah ada di situ, padahal TUHAN tidak ada di situ, dan roh pun tidak ada di dalamnya; sesungguhnya itu hanyalah benda mati saja, tidak ada roh di dalamnya.
Lalu dari mana roh jahat itu? Ya datang dari mana-mana. Kalau percaya bahwa pohon itu adalah allah yang harus disembah, ya nanti Setannya akan datang dari mana-mana, tetapi sesungguhnya tidak ada roh di dalamnya. Janganlah kita bodoh.
 
Yesaya 44:15
(44:15) Dan kayunya menjadi kayu api bagi manusia, yang memakainya untuk memanaskan diri; lagipula ia menyalakannya untuk membakar roti. Tetapi juga ia membuatnya menjadi allah lalu menyembah kepadanya; ia mengerjakannya menjadi patung lalu sujud kepadanya.
 
Dan kayunya menjadi kayu api bagi manusia, kemudian ada juga orang-orang yang memakainya untuk memanaskan diri; lagipula ia menyalakannya untuk membakar roti. Kemudian, yang lucunya; pohon besar yang disembah menjadi berhala tadi, kayunya bisa menjadi kayu bakar (kayu api) untuk dipakai memasak di dapur. Masa begitukah TUHAN yang harus disembah? Kan lucu, tidak? Ranting-rantingnya dipakai sebagai kayu bakar untuk memasak di dapur; masa begitu TUHAN yang kita sembah? Tidak seperti itu.
TUHAN yang kita sembah bukanlah kayu kering, bukan. Tetapi di sini kita melihat sesuatu yang “lucu”, di mana berhala mereka bisa dijadikan sebagai kayu api, menjadi kayu bakar.
 
Tetapi juga ia membuatnya menjadi allah lalu menyembah kepadanya ... Dalam sisi yang lain, pohon besar dan kayu-kayu atau ranting-rantingnya disembah; tetapi pada kesempatan yang lain, ranting-rantingnya dipakai menjadi kayu bakar. Bukankah ini lucu? Apakah begitu Allah yang harus disembah? Satu sisi disembah, satu sisi dijadikan alat bakar, diperlakukan sesuka hati, kan lucu.
 
Kemudian, di sini kita melihat: Ia mengerjakannya menjadi patung lalu sujud kepadanya. Jadi, sekali waktu pohon besar ditebang, lalu dipahat, dijadikan patung berhala.
 
Yesaya 44:16
(44:16) Setengahnya dibakarnya dalam api dan di atasnya dipanggangnya daging. Lalu ia memakan daging yang dipanggang itu sampai kenyang; ia memanaskan diri sambil berkata: "Ha, aku sudah menjadi panas, aku telah merasakan kepanasan api."
 
Sisa dari pohon itu dibakar dalam api untuk memasak di dapur, entah untuk memasak daging, masak sayur, masak roti, masak nasi dan lain sebagainya. Lalu ia memakan daging yang dipanggang itu sampai kenyang; ia memanaskan diri sambil berkata: "Ha, aku sudah menjadi panas, aku telah merasakan kepanasan api." Berhala itu hanya dijadikan sebatas begitu saja.
 
Kemudian, ayat 17.
Yesaya 44:17
(44:17) Dan sisa kayu itu dikerjakannya menjadi allah, menjadi patung sembahannya; ia sujud kepadanya, ia menyembah dan berdoa kepadanya, katanya: "Tolonglah aku, sebab engkaulah allahku!"
 
Pohon kayu besar sebagian dijadikan untuk kayu api bakar untuk memasak di dapur, sebagian lagi dipahat untuk menjadi patung berhala sesembahan. Sesudah dipahat dan dibentuk menjadi patung berhala, selanjutnya dia berkata: “Tolonglah aku, sebab engkaulah allahku!” Jadi, mereka sudah menjadi bodoh.
 
Patung ini kan tangan manusia yang membuatnya. Tetapi setelah dibentuk oleh tangannya sendiri, lalu dia berkata: “Tolonglah aku”. Sudah hilang akal sehatnya. Jadi, jelas, patung berhala itu pengajar dusta, dia bisu, tidak bisa apa-apa.
 
Yesaya 44:18-19
(44:18) Orang seperti itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak mengerti apa-apa, sebab matanya melekat tertutup, sehingga tidak dapat melihat, dan hatinya tertutup juga, sehingga tidak dapat memahami. (44:19) Tidak ada yang mempertimbangkannya, tidak ada cukup pengetahuan atau pengertian untuk mengatakan: "Setengahnya sudah kubakar dalam api dan di atas baranya juga sudah kubakar roti, sudah kupanggang daging, lalu kumakan. Masakan sisanya akan kubuat menjadi dewa kekejian? Masakan aku akan menyembah kepada kayu kering?"
 
Orang seperti itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak mengerti apa-apa ... Orang yang hidup dalam penyembahan berhala tidak berakal budi, tidak bijaksana (bodoh), sebab matanya melekat tertutup, dia menjadi suatu kehidupan yang buta, sehingga tidak dapat melihat, dan hatinya tertutup juga, sehingga tidak dapat memahami, hatinya telah menebal menjadi keras hati, dan itu juga berhala.
 
Kalau seseorang sudah mempertuhankan berhala, maka pasti hatinya keras, menebal, tertutup kepada Allah yang hidup. Lihatlah bangsa-bangsa yang maju, hati mereka tertutup kepada TUHAN. Lihatlah gereja di Rusia, di Australia, tempat untuk beribadah berubah fungsi menjadi yang lain-lain; sebab hati mereka tertutup kepada TUHAN.
Kalau pun kita bodoh karena salib, biarkan saja. TUHAN memanggil orang yang bodoh dari dunia untuk mempermalukan hikmat dunia; kemudian TUHAN memanggil orang yang lemah dari dunia untuk mempermalukan orang-orang yang kuat dari dunia. Jadi, jangan bersandar kepada pendidikanmu, jangan bersandar kepada ijazahmu yang tinggi. Jangan bergantung kepada hartamu, kekayaanmu, uangmu, gajimu, sebab bukan berhala buatan tangan manusia yang memelihara hidup manusia. Masa depan manusia bukan pada berhala buatan tangan manusia.
Jadi, sudah sangat jelas; bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, mereka itu hidup dalam penyembahan berhala, mereka hidup tetapi mati.
 
Tidak ada yang mempertimbangkannya, tidak ada cukup pengetahuan atau pengertian untuk mengatakan: "Setengahnya sudah kubakar dalam api dan di atas baranya juga sudah kubakar roti, sudah kupanggang daging, lalu kumakan. Masakan sisanya akan kubuat menjadi dewa kekejian, patung berhala? Masakan aku akan menyembah kepada kayu kering?"
Andai saja orang-orang mati, andai saja bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, andai saja bangsa kafir berakal budi, mempunyai pengertian dan menjadi orang bijaksana, maka otomatis dia akan tahu bahwa kayu itu sudah habis terbakar, sehingga tidak mungkin menjadi TUHAN yang harus disembah. Tetapi karena dia tidak berakal budi, akhirnya pohon kayu itu sebagian menjadi patung berhala yang dibuat tangan manusia, sebagian dipakai untuk menjadi kayu bakar api untuk memasak di dapur.
Walaupun saudara tidak tertawa, tetapi bukankan ini lucu? Itulah orang bodoh yang tidak mengerti apa-apa, buta, tidak punya akal budi, juga keras hati.
 
Oleh sebab itu, biarlah kita banyak belajar dari apa yang sudah kita terima, sehingga kita mempunyai pengertian, mempunyai akal budi dan menjadi orang yang bijaksana, sehingga kita bisa memilah-milah, bisa mengerti mana yang baik - mana yang tidak baik, mana yang harus kita kerjakan untuk TUHAN - mana yang harus tidak kita kerjakan.  
 
Yesaya 44:20
(44:20) Orang yang sibuk dengan abu belaka, disesatkan oleh hatinya yang tertipu; ia tidak dapat menyelamatkan jiwanya atau mengatakan: "Bukankah dusta yang menjadi peganganku?"
 
Singkat kata: Betul-betul orang yang hidup dalam penyembahan berhala, pada akhirnya akan mendapat malu, akan binasa sama seperti abu pada dapur api.
 
Kemudian, kita akan melihat keadaan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah atau orang-orang mati, itulah bangsa kafir, pada Efesus 2.
Kalau tadi, Rasul Paulus menjelaskan keadaan bangsa kafir, bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah kepada jemaat di Korintus. Sekarang, Rasul Paulus menjelaskan keadaan bangsa kafir, bangsa yang tidak mengenal Allah, itulah orang-orang mati kepada sidang jemaat di Efesus 2, dengan perikop: “Semuanya adalah kasih karunia” Semuanya adalah kemurahan hati TUHAN; semuanya, tanpa terkecuali. Segala sesuatu yang ada di dalam diri kita, semua adalah karena kemurahan TUHAN. Tetapi bangsa kafir tidak mengerti itu; hanya bangsa yang memiliki akal budi dan berpengertian yang memahami bahwa semua hanya karena kemurahan TUHAN.
 
Efesus 2:1
(2:1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
 
Dahulu bangsa kafir sudah mati, bangsa yang tidak mengenal Allah sudah mati, karena pelanggaran-pelanggaran dan karena dosa-dosa mereka. Demikianlah keadaan dari bangsa kafir sebelum mengenal Allah; hidup tetapi sudah mati.
 
Mari kita lihat ayat 2.
Efesus 2:2-3
(2:2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. (2:3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
 
Singkat kata: Bangsa-bangsa yang dahulu tidak mengenal Allah, selain tanpa berpikir ditarik kepada penyembahan berhala, mereka juga dikuasai oleh dosa, penuh dengan dosa. Itu sebabnya dalam Efesus 2:1 dikatakan: Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu, sedangkan upah dosa adalah maut.
Itulah sebelum mengenal TUHAN; pasti hidup di dalam dosa, banyak melakukan pelanggaran, dan upah dosa (upah pelanggaran) adalah maut; jadi, sudah mati. Itulah keadaan dari bangsa kafir di luar TUHAN; sudah mati.
 
Kemudian, adapun 3 (tiga) hal yang menyebabkan dosa:
1.      Dunia dengan arusnya yang begitu kuat, menghanyutkan dan menenggelamkan sampai mengalami kematian rohani. Oleh sebab itu, jangan kita mengikuti jalan dunia, sekalipun kita hidup di dunia ini.
2.      Iblis atau Satan, yang bekerja di antara orang-orang durhaka (pemberontak).
3.      Daging dengan segala keinginan-keinginannya.
Itulah yang menyebabkan terjadinya dosa dan upah dosa adalah maut. Itulah keadaan bangsa kafir sebelum mengenal Allah.
 
Efesus 2:4-5
(2:4) Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, (2:5) telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan --
 
Lihat: Allah itu kaya dengan rahmat. Allah yang kita sembah adalah Allah yang hidup, apa buktinya? Allah kaya dengan rahmat, sehingga oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, sehingga bangsa kafir yang dahulu mati telah dihidupkan bersama-sama dengan Kristus. Sekalipun dahulu kita telah mati oleh karena dosa, namun oleh karena rahmat, oleh karena kasih karunia, kita hidup dan diselamatkan.
Itulah keadaan bangsa kafir sebelum mengenal Allah; sudah mati walaupun hidup, tetapi oleh karena rahmat Allah, Dia limpah dalam kasih karunia, sehingga kita dihidupkan bersama-sama dengan Kristus, bahkan diselamatkan.
 
Jadi, apa yang disampaikan oleh Naomi kepada Rut itu benar; Boas rohani, Dialah TUHAN Yesus Kristus, Dialah sanak kita, Dialah kerabat kita, Dialah yang wajib menebus kita; dengan kesetiaan-Nya, Dia akan menghidupkan orang-orang mati. Itulah Rut, bangsa kafir, bangsa Moab; oleh kesetiaannya, dia menghidupkan orang-orang mati.
 
Tentu saja kita mengucap syukur kepada TUHAN, karena kita ini adalah bangsa Indonesia, bangsa kafir, bukan bangsa Israel, bukan bangsa pilihan. Jadi, kita hidup karena dia hidup. Kita tidak hidup dengan allah yang mati; kita tidak akan diselamatkan oleh allah yang mati; kita tidak selamat oleh karena berhala buatan tangan manusia. Jangan berharap banyak kepada harta, kekayaan, uang, kedudukan, jabatan yang tinggi. Walaupun patung berhala itu dilapisi dengan emas dan perak, namun tidak ada roh di dalamnya; dia itu pendusta, pengajar dusta, karena dia bisu, tidak bisa membuat apa-apa.
 
Sekarang, lanjut kita memperhatikan Efesus 2:11, dengan perikop: “Dipersatukan di dalam Kristus
Efesus 2:11-12
(2:11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, -- (2:12) bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.
 
Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, itulah bangsa kafir. Bangsa kafir bukanlah bangsa Yahudi. Bangsa kafir itu disebut juga bangsa yang tidak bersunat, sedangkan yang bersunat itu adalah bangsa Yahudi (secara daging).
 
Kemudian, keadaan bangsa kafir selanjutnya:
-          tanpa Kristus,
-          tidak termasuk kewargaan Israel,
-          dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan,
-          tanpa pengharapan,
-          dan tanpa Allah di dalam dunia,
itulah keadaan bangsa kafir dahulu sebelum mengenal Allah. Jadi, sudah pasti “mati” walaupun “hidup”, sudah pasti binasa walaupun nyawa ada di kandung badan.
 
Lalu, kita baca ayat 13.
Efesus 2:13
(2:13) Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.
 
Tetapi sekarang, bangsa kafir akhirnya mengenal Yesus Kristus sebagai TUHAN dan Juruselamat, sehingga bangsa kafir yang dahulu “jauh” dari TUHAN sudah menjadi “dekat” oleh darah salib Kristus.
-          Jauh à Yang dahulu sudah mati atau bangsa kafir.
-          Dekat à Bangsa Israel, bangsa pilihan.
Tetapi yang dahulu “jauh” sudah menjadi “dekat”, sudah bersatu; kafir dan Israel sudah bersatu oleh darah salib Kristus.
 
Itulah keadaan bangsa kafir: Dahulu “jauh”, sudah mati, tetapi akhirnya menjadi “dekat”, mengapa? Oleh darah salib Kristus berkuasa. Bukankah kita bersyukur karena akhirnya kita mempunyai pengetahuan, juga dapat melihat kemuliaan Allah?
 
Efesus 2:14-16
(2:14) Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, (2:15) sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, (2:16) dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.
 
Singkat kata: Kafir dan Israel dipersatukan oleh karena darah salib Kristus, sebab oleh kematian Kristus, di atas kayu salib, Ia telah merubuhkan tembok pemisah, itulah hukum Taurat, sehingga yang “jauh” menjadi “dekat” oleh darah salib.
 
Lihat, apa kata orang Yahudi kepada bangsa kafir?
Kembali kita perhatikan ayat 11-12.
Efesus 2:11-12
(2:11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, -- (2:12) bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.
 
Dahulu Kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia. Ini adalah kebanggaan dari pada bangsa Israel. Pendeknya bangsa Israel bermegah atas kelebihan-kelebihan mereka, sehingga mereka menganggap lebih benar, lebih suci, dari bangsa Kafir.
 
Apa lagi yang dikatakan orang Yahudi kepada orang kafir?
-          Bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus ...
-          Tidak termasuk kewargaan Israel ...
-          Kemudian, tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan ...
-          Tanpa pengharapan
-          Tanpa Allah di dalam dunia
 
Inilah yang menjadi pemisah, inilah yang menjadi tembok. Aturan-aturan semacam ini yang berlaku dalam hukum Taurat sehingga menjadi pemisah antara yang “jauh” dan yang “dekat”, pemisah antara “orang-orang mati” dengan “orang-orang hidup”, menjadi pemisah antara “kafir” dengan “Israel”.
Tetapi dengan matinya Yesus sebagai manusia di atas kayu salib, maka Dia telah merubuhkan tembok pemisah, itulah hukum Taurat, sehingga yang “jauh” menjadi “dekat”. Kesimpulannya: Dengan matinya Yesus di kayu salib, terciptalah damai sejahtera di dalam hidup manusia di atas bumi.
 
Selanjutnya, kita perhatikan ayat 17-19.
Efesus 2:17-19
(2:17) Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat", (2:18) karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. (2:19) Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,
 
Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat." Pendeknya salib Kristus berkuasa untuk memberi damai sejahtera kepada kedua belah pihak (kafir dan Israel).
 
Karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. Kemudian, oleh Roh yang satu dan yang sama, kafir dan Israel, (“jauh” dan “dekat”) beroleh jalan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Maka, di dalam 1 Korintus 12 tadi dikatakan: Tidak ada seseorang yang bisa mengaku “Yesus adalah TUHAN” kalau dia tidak penuh dengan Roh Kudus. Dan mereka yang sudah penuh dengan Roh Kudus, tidak mungkin berkata: “Terkutuklah Yesus!” Tetapi dengan Roh yang satu dan yang sama itu, baik yang “jauh” maupun “dekat”, baik kafir dan Israel, kedua pihak dalam satu Roh itu beroleh jalan masuk kepada Bapa.
 
Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang ... Bangsa kafir, (yang “jauh”), bukan lagi pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus. Tetapi oleh karena kasih karunia, bangsa kafir tidak lagi disebut orang asing, bangsa kafir tidak lagi disebut pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah.
 
Jadi, pada akhirnya: Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, karena rahmat TUHAN, karena kasih karunia TUHAN.
Apa prakteknya dalam kehidupan kita sehari-hari? Apa praktek kasih karunia Allah dalam kehidupan kita sehari-hari?
 
PRAKTEK KASIH KARUNIA dalam kehidupan kita, bangsa kafir.
Efesus 2:20
(2:20) yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
 
Praktek kasih karunia, YANG PERTAMA: DIBANGUN DI ATAS DASAR PARA RASUL DAN PARA NABI, dengan lain kata; dibangun di atas pengajaran para rasul dan pengajaran para nabi.
 
Tentang: Dibangun di atas dasar para rasul.
Adapun tugas dari rasul ialah menyatakan hal-hal yang luar biasa, yaitu tentang apa yang ada di depan, itulah kemuliaan yang akan datang, itulah kerajaan kekal. Itulah tugas rasul, yaitu menyatakan kemuliaan Allah di bumi ini.
 
Contoh: Rasul Yohanes.
Kita akan perhatikan Wahyu 1, dengan perikop: “Penglihatan Yohanes di Patmos”. Rasul Yohanes berada di pulau Patmos, mari kita lihat tugasnya.
Wahyu 1:9-13
(1:9) Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus. (1:10) Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala, (1:11) katanya: "Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia." (1:12) Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas. (1:13) Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.
 
Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus. Inilah pengalaman Rasul Yohanes ketika dibuang di pulau Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus.
Kalau kita sepertinya tidak diakui di dunia ini karena Firman dan kesaksian, ya tidak apa-apa. Kita tidak perlu harus diakui, sebab kita tidak gila hormat; karena Firman dan karena kesaksian Yesus, bagaikan kita dibuang ke pulau Patmos.
 
Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala -- Rasul Yohanes berada dalam pengaruh yang besar oleh kuat kuasa Roh-El Kudus --, katanya: "Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia."
Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas. Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.
 
Singkat kata: Rasul Yohanes melihat TUHAN dari depan, sama artinya; melihat masa depan, melihat masa yang akan datang, itulah kemuliaan yang akan TUHAN nyatakan kepada kita semua.
Jadi, melihat TUHAN dari bagian depannya, itu masa depan, itulah kemuliaan yang akan datang, kemuliaan kekal yang TUHAN mau nyatakan kepada kita semua; itu memang pekerjaan dari rasul-rasul. Sehingga, apa yang dia lihat dari TUHAN, itu dituliskan kepada 7 (tujuh) sidang jemaat di Asia Kecil, itulah jemaat di (1) Efesus, (2) Smirna, (3) Pergamus, (4) Tiatira, (5) Sardis, (6) Filadelfia, (7) Laodikia.
 
Kemudian, kalau kita perhatikan ayat 12-13: Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas. Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.
Jadi, kehidupan gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini untuk menantikan kemuliaan yang akan datang, akhirnya tampil menjadi kaki dian emas, menjadi terang dunia, itulah 7 (tujuh) sidang jemaat di Asia kecil. Kaki dian dengan 7 (tujuh) pelita menyala di atasnya, itu adalah kehidupan yang menantikan kemuliaan yang akan datang, menjadi terang di tengah dunia ini.
 
Lalu, kita baca Wahyu 4.
Wahyu 4:1-2
(4:1) Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini. (4:2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.
 
Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, itulah Wahyu 1:9-11 tadi, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini.
Jadi, TUHAN mau memperlihatkan tentang segala sesuatu, tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, dan itu juga yang akan dituliskan kepada 7 (tujuh) sidang jemaat. Maka, untuk menantikan kemuliaan yang akan dinyatakan, maka sidang jemaat sudah seharusnya menjadi suatu kesaksian yang besar, sama seperti pelita emas yang menyala-nyala, itulah persekutuan dengan Roh Kudus; menjadi kesaksian, menjadi terang.
 
Kemudian, pada ayat 2: Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang. Singkat kata: Dari ayat 2-7, TUHAN memperlihatkan seisi sorga kepada Rasul Yohanes, itulah kemuliaan yang akan datang, yang juga akan dinyatakan kepada kita semua. Inilah tugas dari pada rasul.
 
Inilah praktek bahwa TUHAN menyatakan kasih karunianya kepada kita semua, yaitu dibangun di atas para rasul untuk menyatakan kemuliaan yang akan datang.
Wahyu 4:4-7, itu adalah suasana sorga dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, itulah yang disebut Tabernakel sorgawi, itulah yang diperlihatkan kepada Yohanes, dan selanjutnya dituliskan kepada sidang jemaat, sehingga kita tahu tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang; itulah tugas rasul. Dan untuk itulah kita dibangun di atas dasar pengajaran rasul.
 
Tentang: Dibangun di atas dasar para nabi.
Tugas nabi adalah bernubuat.
 
1 Korintus 14:2-4
(14:2) Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia. (14:3) Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur. (14:4) Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat.
 
Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah.
Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya, tidak ada yang mengerti bahasa lidah; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia, dia hanya membangun dirinya kepada TUHAN.
 
Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia. Tugas nabi adalah bernubuat; ia membangun, menasihati dan menghibur, seperti apa yang sudah kita terima malam ini.
 
Tetapi lebih jauh, kita akan melihat tugas nabi, pada ayat 24-25.
1 Korintus 14:24-25
(14:24) Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman atau orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua dan diselidiki oleh semua; (14:25) segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, sehingga ia akan sujud menyembah Allah dan mengaku: "Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu."
 
Firman nubuat, berarti; menyelidiki, mengoreksi segala sesuatu yang terkandung di dalam hati, berarti; dosa dibongkar dengan tuntas.
 
Kalau saudara mendengar Firman nabi, maka cirinya ialah membangun, menghibur, menasihati, dan dosa dibongkar dengan tuntas. Ketika Firman nabi menyelidiki dan mengoreksi dosa (dosa dibongkar dengan tuntas), maka saat itu akui secepatnya. Jangan sampai Firman nubuat mengoreksi, tetapi kita tetap bertahan, tidak mau mengakui dosa; itu tidak benar.
Maka, ketika kita menerima Pengajaran Nabi, Firman Nubuat yang mengadakan penyucian terhadap dosa, yang menyelidiki semua dosa, maka saat itu juga kita harus mau mengakui dosa. Itulah bukti bahwa TUHAN sangat limpah kasih karunia.
 
Tadi kita sudah melihat: Kemuliaan yang akan datang, itulah Tabernakel Sorgawi, yang diwakili oleh Rasul Yohanes. Sekarang, kita akan melihat contoh nabi yang bernubuat, yang diwakili oleh Musa, di dalam Keluaran 33.
Pada Keluaran 32 adalah tentang anak lembu emas tuangan, dan TUHAN sangat murka. Ketika patung anak lembu emas tuangan itu ada, bangsa Israel tidak taat, tidak setia, tidak dengar-dengaran, sehingga Allah murka. Kemudian, pada Keluaran 33, kita akan melihat bersama-sama.
 
Kita melihat kaitan dari pasal 32, yaitu Keluaran 33, dengan perikop: “Musa meminta penyertaan TUHAN di padang gurun”, karena dia sudah tidak yakin lagi, tidak percaya diri lagi, karena dosa anak lembu emas -- pada Keluaran 32 --.
Keluaran 33:17
(33:17) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Juga hal yang telah kaukatakan ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-Ku dan Aku mengenal engkau."
 
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Juga hal yang telah kaukatakan ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-Ku dan Aku mengenal engkau." Berarti, namanya tertulis di dalam kitab kehidupan, itulah maksud dari “Aku mengenal engkau”; namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba yang telah disembelih.
Karena, waktu itu Musa memohon untuk melunakkan hati TUHAN: “kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu -- dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis.” Tetapi TUHAN berkata: “Siapa yang berdosa kepada-Ku, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitab-Ku.” Jadi, nama Musa tetap tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba. TUHAN memaklumi perbuatan Musa, TUHAN mengerti bahwa Musa ingin menunjukkan tanggung jawabnya, sehingga ketika Musa ketus berkata-kata kepada TUHAN, TUHAN memaklumi itu.
 
Keluaran 33:18
(33:18) Tetapi jawabnya: "Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku."
 
Kemudian Musa berkata: Kalau memang TUHAN mau menyatakan kasih karunia-Mu, maka perlihatkan kemuliaan-Mu kepadaku. Itulah permintaan dari pada Musa, dia seorang nabi.
 
Keluaran 33:19
(33:19) Tetapi firman-Nya: "Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani."
 
Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani. TUHAN berkasih karunia kepada siapa Ia berkasih karunia; TUHAN akan melewatkan segenap kegelimangan-Nya dari depan Musa.
 
Keluaran 33:20-23
(33:20) Lagi firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup." (33:21) Berfirmanlah TUHAN: "Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; (33:22) apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat. (33:23) Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan."
 
Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup.” Kalau Rasul Yohanes di pulau Patmos melihat TUHAN dari depan, melihat kemuliaan yang akan datang. Tetapi kalau Musa; tidak tahan melihat bagian depan TUHAN, tidak dapat melihat TUHAN dari depan, pasti orang akan mati.
 
Maka, kalau saudara melihat kesaksian-kesaksian “ada sinar”, pasti tidak ada wajah TUHAN, itu tidak akan bisa; sebab dari mana orang berdosa bisa melihat kemuliaan TUHAN? Demikian juga kalau hamba TUHAN dipermuliakan TUHAN, maka sangat sulit melihat wajahnya. Apalagi kalau dia habis mencuri, lalu melihat wajah hamba TUHAN, itu susah sekali pencuri melihat wajah hamba TUHAN, apalagi kalau ketahuan dosanya. Susah melihat wajah kemuliaan dari seorang hamba TUHAN, apalagi kalau dia baru melakukan dosa, habis berdusta misalnya, apalagi TUHAN; oleh sebab itu, jangan berdusta di hadapan kemuliaan TUHAN supaya kita jangan mati.
 
Jadi, jalan keluarnya supaya manusia mendapatkan kasih karunia supaya tidak binasa, TUHAN memberi jalan keluar: Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat. Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan.
Musa, seorang nabi, melihat TUHAN pada bagian belakang-Nya saja. Supaya Musa dapat melihat bagian belakang dari TUHAN, maka TUHAN memberi jalan keluar: maka TUHAN harus menempatkan Musa di lekuk gunung.
Jadi, untuk melihat kemuliaan Allah bagian belakang, dia harus diletakkan di lekuk gunung; sesudah diletakkan di lekuk gunung, dia ditutup (ditudungi) oleh tangan-Nya; sesudah Yesus lewat, barulah tangan-Nya ditarik. Itulah pengalaman kematian dan kebangkitan; itulah pengalaman Musa sebagai seorang nabi untuk melihat Allah pada bagian belakang-Nya.
 
Siapa yang tahu dosa masa lalu kita? Tetapi Musa sudah melihat TUHAN dari bagian belakang; itu sebabnya, walaupun dia belum lahir, namun Musa bisa menuliskan kitab Kejadian; kejadian bagaimana langit, bumi dan segala isinya tercipta, itu adalah kemuliaan dari bagian belakang TUHAN. Siapa yang bisa melihat dosa masa lalu seseorang? Hanyalah seorang nabi yang bisa melihatnya.
Jadi, kalau nabi sedang bernubuat, menyatakan rahasia Firman, menyingkap dosa, itu artinya TUHAN menyatakan kemuliaan-Nya.
 
Itulah tentang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi. Bersyukurlah; itu adalah bukti bahwa TUHAN limpah kasih karunia kepada orang mati dan kepada orang hidup.
Waktu langit, bumi diciptakan oleh Firman, Musa belum ada di situ, bahkan belum ada ibu dan bapaknya pada waktu itu, belum jadi apa-apa, tetapi dia bisa menceritakan semua masa lalu, semua dosa, dan kita harus akui hal itu malam ini. Jangan pernah berkata: “Bapak gembala sudah tahu; jadi, tidak perlu saya akui”, ini menunjukkan bahwa engkau adalah pribadi yang keras hati, bahkan sampai kiamat pun engkau tidak akan berubah; engkau tidak akan menjadi berkat, tanganmu tidak akan pernah menjadi berkat, itulah yang membuat tanganmu tidak menjadi berkat. Hatimu pun tidak akan pernah menjadi berkat kalau engkau tidak mau mengakui kesalahan di masa lalu.
TUHAN sudah tuliskan dosa masa lalu, sehingga masa lalu terlihat, bagian belakang sudah terlihat, tetapi engkau tidak mau mengakui dosa, maka kemuliaan Allah tidak akan pernah nyata, hatimu tidak akan pernah menjadi berkat, pikiranmu tidak akan pernah menjadi berkat, perbuatanmu tidak akan pernah menjadi berkat, tanganmu tidak akan pernah menjadi berkat, dua kakimu tidak akan pernah menjadi berkat; camkanlah apa yang saya sampaikan ini.
 
Jadi, sudah sangat jelas; kehidupan yang limpah kasih karunia, selain dibangun di atas pengajaran rasul, juga dibangun di atas pengajaran para nabi.
Tidakkah saudara merasa sedang dibangun di atas pengajaran rasul dan para nabi saat ini, bukan? Terlalu bodoh sekali kalau saudara mengundurkan diri dari penggembalaan. Bagaimana keselamatan itu bisa saudara terima? Bagaimana saudara mau melihat kemuliaan dari bagian depan dan bagian belakang sementara saudara tidak menerima pengajaran nabi dan pengajaran rasul?
 
Itulah praktek kasih karunia yang pertama, yaitu dibangun di atas para rasul dan para nabi.
 
Praktek kasih karunia, YANG KEDUA: DENGAN KRISTUS YESUS SEBAGAI BATU PENJURU.
Apa yang dinyatakan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus ini, juga dinyatakan kepada jemaat di Korintus pada 1 Korintus 3:10-11, di mana Rasul Paulus telah meletakkan dari setiap bangunan; tidak ada dasar lain selain yang sudah dia letakkan, itulah pribadi Yesus yang disalibkan (korban Kristus). Tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu korban Kristus, itulah batu penjuru.
 
Kita perhatikan 1 Petrus 2, dengan perikop: “Yesus Kristus sebagai batu penjuru”.
1 Petrus 2:6
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."
 
Allah telah meletakkan sebuah batu, disebut “batu yang terpilih”, disebut juga batu penjuru dan batu yang mahal, jelas itu adalah Yesus yang disalibkan, korban Kristus; itu adalah dasar bangunan. Dan siapa yang percaya kepada batu utama, tidak akan dipermalukan, itulah batu yang diangkat Zerubabel untuk membangun dan dijadikan sebagai dasar Bait Allah yang dibangun di Yerusalem, setelah pembuangan orang Yahudi kembali ke Yerusalem.
 
1 Petrus 2:7
(2:7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."
 
Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal ... Bagi yang percaya, korban Kristus itu mahal, itu adalah dasar kita untuk melayani TUHAN, dasar untuk membangun rumah tangga, dasar kita beribadah, itulah korban Kristus, tidak ada dasar yang lain, bukan mujizat, bukan uang, bukan harta.
Tetapi bagi mereka yang tidak percaya: Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan ... Yesus adalah batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan -- itulah ahli Taurat, imam-imam kepala, tua-tua orang Yahudi -- telah menjadi batu penjuru ... Korban Kristus betul-betul dasar dari kehidupan kita beribadah, kehidupan kita untuk melayani, dasar dari nikah dan rumah tangga.
Selain batu penjuru, juga menjadi batu sentuhan ... Pengajaran salib, Dia sangat menyentuh hati kita, Dia memahami kita semua, dia mengerti keberadaan kita, Dia tahu kebodohan kita, Dia tahu kelemahan kita,  Dia tahu kejahatan kita, Dia tahu kenajisan kita, Dia menyentuh hati kita. Tetapi mujizat tidak menyentuh hati, uang tidak menyentuh hati; hanya korban Kristus yang menyentuh hati kita masing-masing.
Namun dalam kesempatan yang lain, korban Kristus bisa menjadi suatu batu sandungan bagi tukang-tukang bangunan -- ahli-ahli Taurat, imam-imam kepala dan tua-tua --, mereka tersandung dengan ibadah salib, tersandung dengan korban Kristus; maka, tidak banyak orang Kristen bertahan manakala ibadah dihubungkan dengan salib, mereka tidak menghargai korban Kristus, batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan -- ahli Taurat, imam kepala dan tua-tua --.
 
Tetapi bagi kita, korban Kristus adalah dasar kita untuk datang menghadap TUHAN, korban Kristus adalah dasar dalam membangun nikah rumah tangga, Dia adalah dasar yang teguh. Korban Kristus adalah dasar yang teguh. Mengapa seseorang mudah sekali terpengaruh dengan hal-hal yang tak suci? Karena hidupnya tidak dibangun di atas korban.
Tetapi lihatlah kehidupan yang tidak dibangun di atas korban Kristus, batu penjuru, batu yang mahal, batu utama yang dipegang oleh Zerubabel di dalam Matius 7:24-25, Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Yang mendirikan rumah di atas batu adalah orang yang bijaksana. Siapakah orang yang bijaksana? Yaitu yang mendengar dan melakukan Firman.
Setelah rumahnya dibangun di atas batu, kemudian ...
-          turunlah hujan sebagai ujian yang pertama,
-          dan datanglah banjir sebagai ujian yang kedua,
-          lalu angin melanda rumah itu sebagai ujian yang ketiga,
tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas korban Kristus.
 
-          Ujian yang pertama: Turunlah hujan, itulah ujian dari penghulu di udara dengan segala tipu dayanya.
-          Sedangkan ujian yang kedua: Datanglah banjir, itu adalah dosa kenajisan.
-          Kemudian, ujian yang ketiga: Angin melanda rumah itu, itulah angin-angin pengajaran palsu.
Tetapi karena rumah itu dibangun di atas korban Kristus, maka rumah itu tidak rubuh, dia kuat.
Inilah bukti bahwa TUHAN limpah kasih karunia; dibangun di atas pengajaran rasul, pengajaran nabi dan batu penjuru (korban Kristus).
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment