KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, June 4, 2021

IBADAH PENCURAHAN ROH KUDUS (PENTAKOSTA) Dirangkai dengan IBADAH RAYA MINGGU, 23 MEI 2021




IBADAH PENCURAHAN ROH KUDUS (PENTAKOSTA)
Dirangkai dengan IBADAH RAYA MINGGU, 23 MEI 2021
 
KITAB WAHYU
(Seri: 25)
 
Subtema: TAWANAN ROH ATAU TAWANAN SEBAGAI HUKUMAN?
 
Pertama-tama, saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN, karena selayaknyalah Dia diagungkan, Dia ditinggikan, Dia yang layak untuk disembah. Hanya kepada Dia sajalah kita berbakti, tidak kepada yang lain, tidak kepada berhala.
Dalam kesempatan ini, saya juga mengucap syukur, karena TUHAN izinkan kita untuk mengadakan Kebaktian Persekutuan untuk memperingati Hari Raya Pentakosta, dalam Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT), semua karena kemurahan hati TUHAN. Semata-mata ini adalah pekerjaan Roh, bukan pekerjaan daging, bukan mencari hormat dan kemuliaan, bukan untuk mencari kepentingan yang lain.
Terima kasih untuk kehadiran rekan-rekanku yang terkasih, hamba-hamba TUHAN, Bapak/Ibu, Saudara/Saudari, baik juga para Pendeta Muda, Pendeta Pembantu, Pengerja, Evangelis, Penginjil di mana-mana, saya berdoa; biarlah kiranya tali kasih semakin erat di antara kita, lewat Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT) ini nama TUHAN dipermuliakan.
Kemudian, tujuan Kebaktian Persekutuan malam ini kiranya itu menjadi nyata, supaya Roh Kudus yang dijanjikan oleh TUHAN itu betul-betul nyata memenuhi ruang-ruang hati kita di mana pun kita ada sekaliannya.
 
Tidak lupa saya menyapa sidang jemaat di Bandung dan di Malaysia, bahkan umat TUHAN yang setia dalam ketekunan untuk digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon lewat live streaming video internet Youtube, Facebook, baik di dalam maupun di luar negeri, di mana pun anda berada.
Sekali lagi saya sapa rekan-rekanku hamba TUHAN, saya kembali menyapa saudara di ruang-ruang di tempat saudara, di mana pun anda berada; salam kasih Kristus, salam Mempelai di antara kita. Kasih Kristus semakin mempererat hubungan kita dalam rangka Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT). Kiranya sejahtera itu, bahagia itu memerintah di hati kita masing-masing.
 
Selanjutnya, mari kita berdoa, dan dalam doa itu, kita mohonkanlah kemurahan hati TUHAN, supaya dalam pembukaan Firman itu betul-betul meneguhkan kehidupan kita masing-masing, sehingga betul-betul nyata; Roh Kudus dicurahkan dalam ibadah malam ini. Kita buka hati kita sebagai wadah yang lebar-lebar untuk menampung kehadiran TUHAN malam ini: Shalom.
 
Mari, kita sambut Firman Penggembalaan untuk Kebaktian Minggu, berada pada Wahyu 13:10, ayat terakhir dari perikop yang ada: “Binatang yang keluar dari dalam laut”.
Wahyu 13:10
(13:10) Barangsiapa ditentukan untuk ditawan, ia akan ditawan; barangsiapa ditentukan untuk dibunuh dengan pedang, ia harus dibunuh dengan pedang. Yang penting di sini ialah ketabahan dan iman orang-orang kudus.
 
-          Barangsiapa ditentukan untuk ditawan, ia akan ditawan,
-          Kalimat berikutnya: Barangsiapa ditentukan untuk dibunuh dengan pedang, ia harus dibunuh dengan pedang.
Ayat ini jelas merupakan perkataan TUHAN, itulah Firman yang keluar dari mulut Allah. Artinya, hal ini akan terjadi, dan hati TUHAN tidak akan berubah dengan keputusan-Nya.
 
Setiap perkataan-perkataan yang keluar dari mulut Allah; tidak kembali dan akan terjadi. Dan hati TUHAN tidak akan berubah dengan keputusan-Nya, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh TUHAN dalam ayat 10: Barangsiapa ditentukan untuk ditawan, maka ia akan ditawan; barangsiapa ditentukan untuk dibunuh dengan pedang, maka ia harus dibunuh dengan pedang. Inilah keputusan TUHAN yang tidak bisa diganggu gugat.
Pertanyaannya: Keputusan TUHAN sebagai hukuman ini terjadi kepada siapa?
Mari, kita akan melihat jawabannya dalam nubuatan Yeremia 15.
Yeremia 15:1
(15:1) TUHAN berfirman kepadaku: "Sekalipun Musa dan Samuel berdiri di hadapan-Ku, hati-Ku tidak akan berbalik kepada bangsa ini. Usirlah mereka dari hadapan-Ku, biarlah mereka pergi!
Di sini kita perhatikan: Keputusan TUHAN tidak akan berubah, sekalipun Musa dan Samuel berdiri di hadapan TUHAN.
Musa dan Samuel adalah hamba TUHAN yang terbiasa untuk menaikkan syafaatnya; dan di dalam syafaat itu, mereka handal di dalam hal melunakkan hati TUHAN. Namun sekalipun demikian, TUHAN tetap berkata: “Usirlah mereka dari hadapan-Ku, biarlah mereka pergi! Keputusan TUHAN sudah final, tidak bisa diganggu gugat lagi.
 
Yeremia 15:2
(15:2) Dan apabila mereka bertanya kepadamu: Ke manakah kami harus pergi?, maka jawablah mereka: Beginilah firman TUHAN: Yang ke maut, ke mautlah! Yang ke pedang, ke pedanglah! Yang ke kelaparan, ke kelaparanlah! dan yang ke tawanan, ke tawananlah!
Dan apabila mereka bertanya kepadamu: Ke manakah kami harus pergi?, maka jawablah mereka -- itulah bangsa yang terusir dan pergi meninggalkan TUHAN --, yaitu: Beginilah firman TUHAN:
-          Yang ke maut, ke mautlah!
-          Yang ke pedang, ke pedanglah!
-          Yang ke kelaparan, ke kelaparanlah!
-          Dan yang ke tawanan, ke tawananlah!
Jadi, antara Yeremia 15:1-2 sama dengan Wahyu 13:10.
 
Jawaban TUHAN semacam ini menunjukkan bahwasanya TUHAN sudah tidak lagi peduli dan keputusan TUHAN sudah final, tidak bisa diganggu gugat lagi oleh siapapun. Sekalipun Musa dan Samuel, seorang hamba TUHAN yang terbiasa bersyafaat kepada TUHAN, di mana di tengah syafaat itu mereka begitu pandai menaikkan permohonan, begitu handal untuk melunakkan hati TUHAN, tetapi keputusan TUHAN sudah final, tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun. Artinya, hukuman tetap berlangsung bagi bangsa yang terusir dan pergi meninggalkan TUHAN.
 
Kalau kita menyimak dengan seksama 4 (empat) kalimat di atas:
-          Kalimat yang pertama: “Yang ke maut, ke mautlah!”, berarti; binasa.
-          Sedangkan kalimat yang kedua, kalimat yang ketiga, kalimat yang keempat, menunjukkan bahwa; mereka jatuh ke tangan antikris.
 
Mengapa saya katakan kalimat kedua, ketiga dan keempat menunjukkan bahwa mereka jatuh ke tangan antikris? Sebab, suatu kali nanti antikris akan berkuasa selama 7 (tujuh) tahun atau 7 (tujuh) masa, secara khusus pada pertengahan 7 (tujuh) masa yang kedua, atau 3.5 (tiga setengah) tahun yang kedua, maka; orang-orang yang tidak menyembah patung binatang atau antikris akan dibunuh dengan pedang, sesuai dengan Wahyu 13:15. Semua orang yang tidak menyembah antikris akan dipenggal lehernya, akan digorok oleh pedang antikris, sesuai dengan Wahyu 13:15.
Kemudian, oleh karena kekejian yang akan terjadi, apabila nanti antikris berkuasa di atas muka bumi ini -- suatu kali kelak mereka akan tampil sebagai diktator yang ganas dan buas --, maka timbullah kelaparan yang hebat, sehingga tergenapilah Amos 8:11, di mana TUHAN akan mengirimkan kelaparan atas negeri ini, bukan lapar haus karena makanan, tetapi lapar haus akan Firman Allah. Dan itu terjadi pada masa aniaya antikris, secara khusus pertengahan 7 (tujuh) masa yang kedua, yaitu 3.5 (tiga setengah) tahun.
Jadi, jelas; kalimat kedua, ketiga dan keempat menunjukkan bahwa mereka jatuh ke tangan antikris, lalu sisanya nanti ialah menjadi tawanan, untuk selanjutnya diinjak-injak oleh antikris, sesuai dengan apa yang tertulis di dalam Wahyu 11:2.
 
Saya berharap, kita bisa memahaminya. Sama-sama kita belajar.
 
Kita akan lanjut memperhatikan Yeremia 15:3.
Yeremia 15:3
(15:3) Aku akan mendatangkan atas mereka empat hukuman, demikianlah firman TUHAN: pedang untuk membunuh, anjing-anjing untuk menyeret-nyeret, burung-burung di udara dan binatang-binatang di bumi untuk memakan dan menghabiskan.
Bahkan Allah mendatangkan 4 (empat) hukuman atas mereka, antara lain;
1.       Pedang untuk membunuh. Hal ini terkait dengan perang yang akan terjadi, itu adalah tanda permulaan akhir zaman.
2.       Anjing-anjing untuk menyeret-nyeret. Hal ini terkait dengan bangsa-bangsa yang tidak mengenal TUHAN, itulah bangsa kafir, bangsa yang bukan bangsa Israel.
3.       Burung-burung di udara untuk memakan dan menghabiskan. Hal ini terkait dengan kenajisan percabulan dari perempuan Babel, sesuai dengan Wahyu 18:2 dan Wahyu 17:3-4.
4.       Binatang-binatang di bumi untuk memakan dan menghabiskan. Hal ini terkait dengan nabi-nabi palsu.
 
Sekarang, kita akan melihat: Alasan TUHAN untuk menjatuhkan hukuman-Nya -- kepada mereka yang ditawan dan dibunuh oleh pedang -- yang mana keputusan-Nya tidak dapat diganggu gugat lagi, di dalam Yeremia 14:10, dengan perikop: “Mengenai musim kering.
 
Yeremia 14:10
(14:10) Beginilah firman TUHAN tentang bangsa ini: "Mereka sangat senang mengembara dan tidak menahan kakinya. Sebab itu TUHAN tidak berkenan kepada mereka; tetapi sekarang Ia mau mengingat kesalahan mereka dan mau menghukum dosa mereka."
 
Beginilah firman TUHAN tentang bangsa ini, itulah bangsa yang terusir dan pergi meninggalkan TUHAN: Mereka sangat senang mengembara dan tidak menahan kakinya.” Itulah sebabnya TUHAN menjatuhkan hukuman atas mereka; mereka itu suka mengembara dan tidak menahan kakinya, tidak bisa berdiam diri.
 
Kita lihat soal MENGEMBARA, yang juga dituliskan (dinubuatkan) oleh nabi Yeremia juga.
Yeremia 50:6
(50:6) Umat-Ku tadinya seperti domba-domba yang hilang; mereka dibiarkan sesat oleh gembala-gembalanya, dibiarkan mengembara di gunung-gunung, mereka berjalan dari gunung ke bukit sehingga lupa akan tempat pembaringannya.
Umat-Ku tadinya seperti domba-domba yang hilang; mereka dibiarkan sesat oleh gembala-gembalanya, dibiarkan mengembara di gunung-gunung, domba-domba mengembara di gunung-gunung, di setiap rumah-rumah TUHAN, mereka berjalan dari gunung ke bukit sehingga lupa akan tempat pembaringannya.
 
Mengembara, lupa akan tempat pembaringan, sama artinya; kerohanian yang tidak tergembala. “Beribadah”, tetapi “tidak tergembala”. Yang TUHAN mau adalah “tergembala”. Orang yang beribadah belum tentu tergembala; tetapi orang yang tergembala rohaninya, pasti dia berbakti, pasti dia beribadah, pasti dia menyembah Allah yang hidup.
Jadi, mengembara, berarti; lupa akan tempat pembaringan, sama artinya; kerohanian yang tidak tergembala.
 
Mari kita melihat KEROHANIAN YANG TIDAK TERGEMBALA, yang juga ditulis oleh Ayub.
Ayub 39:8-11
(39:8) Siapakah yang mengumbar keledai liar, atau siapakah yang membuka tali tambatan keledai jalang? (39:9) Kepadanya telah Kuberikan tanah dataran sebagai tempat kediamannya dan padang masin sebagai tempat tinggalnya. (39:10) Ia menertawakan keramaian kota, tidak mendengarkan teriak si penggiring; (39:11) ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya, dan mencari apa saja yang hijau.
 
Siapakah yang mengumbar keledai liar tidak tergembala, atau siapakah yang membuka tali tambatan keledai jalang sehingga liar, tidak terikat dalam penggembalaan?
Perhatikan secara khusus ayat 10-11, tentang kehidupan yang tidak tergembala: (1) Ia menertawakan keramaian kota, (2) tidak mendengarkan teriak si penggiring; (3) ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya, (4) dan mencari apa saja yang hijau.
 
Kalau kerohanian liar tidak tergembala, buktinya:
Yang Pertama: Menertawakan keramaian kota, artinya; menganggap enteng, menganggap remeh ibadah dan pelayanan.
Yang Kedua: Tidak mendengar teriak si penggiring, artinya; tidak mendengar suara Gembala = Tidak dengar-dengaran.
Yang Ketiga: Menjelajah gunung-gunung padang rumputnya, artinya; sesuka hati beribadah, atau beribadah di sembarang tempat. Di semua gunung-gunung, dia cari; minggu ini beribadah di gunung A, minggu kedua beribadah di gunung B, minggu ketiga beribadah di gunung C, dan ketika dia melakukan itu, dia merasa bahwa dia rohani, padahal dia tidak tergembala.
Jadi, jangan bangga bila beribadah di sembarang tempat. Ini menurut Alkitab loh ya, bukan menurut saya; kita sama-sama mengkaji dan menyelidiki bersama-sama. Dulu, sewaktu saya belum mengerti tentang kebenaran; kalau beribadah di semua tempat, saya bangga, seolah-olah saya ini paling rohani, tetapi kenyataannya; itu adalah gambaran dari kehidupan yang tidak tergembala. Seenaknya beribadah, sesuka hati mencari tempat ibadah, itu namanya kehidupan yang tidak tergembala di hadapan TUHAN.
Yang Keempat: Mencari apa saja yang hijau, artinya; bebas menerima Firman sekalipun tidak benar. Firmannya benar, tetapi yang menyampaikannya bisa saja tidak benar. Banyak contoh-contoh, tetapi tidak ada kesempatan bagi saya untuk menyampaikan contoh itu, sebab kita sekarang sedang menghemat waktu, kita sedang tancap gas.
 
Selanjutnya, kita akan memperhatikan: TEMPAT BAGI KEHIDUPAN YANG TIDAK TERGEMBALA.
Kerohanian yang tidak tergembala itu tempatnya di mana sih sebetulnya? Kita harus tahu itu dengan seksama, yang dapat kita perhatikan pada ayat 9.
Ayub 39:9
(39:9) Kepadanya telah Kuberikan tanah dataran sebagai tempat kediamannya dan padang masin sebagai tempat tinggalnya.
 
Tempat bagi kerohanian yang tidak tergembala adalah:
1.       Tanah dataran.
2.       Padang masin atau daerah yang tidak berpenduduk.
Artinya; daerahnya adalah daerah yang tidak mengasihi, karena memang dia tidak memiliki kasih. Itulah daerahnya, itulah tempat tinggalnya; tidak mengasihi dan tidak memiliki kasih, itulah daerah dari kehidupan yang tidak tergembala.
 
Kalau kita bandingkan dengan Ulangan 11:10-11, Sebab negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, bukanlah negeri seperti tanah Mesir, dari mana kamu keluar, yang setelah ditabur dengan benih harus kauairi dengan jerih payah, seakan-akan kebun sayur. Tetapi negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, ialah negeri yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit.
Kalau tergembala, tempatnya adalah tempat bergunung dan berlembah, itulah Kanaan, berarti; memiliki kasih dan mengasihi sesama. Itulah wilayah bagi kehidupan yang tergembala.
Pengalaman kematian dan kebangkitan, bergunung dan berlembah, itu adalah wilayah kehidupan yang tergembala. Kalau tidak tergembala, tempatnya adalah tanah dataran dan tidak berpenduduk. Wilayahnya ialah tidak mampu mengasihi TUHAN dan sesama.
 
Jadi, dari sinilah kita dapat melihat: Wajar saja jika keputusan TUHAN untuk menghukum bangsa yang terusir dan pergi meninggalkan TUHAN tidak bisa diganggu gugat.
 
Mari kita lihat soal MENGEMBARA lebih dalam lagi, dalam Kidung Agung 1, dengan perikop: “Mempelai perempuan dan puteri-puteri Yerusalem”.
Kidung Agung 1:7A
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
 
Inilah keadaan dari mempelai perempuan, di mana ia berkata kepada Mempelai Laki-Laki Sorga: “Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku” Selain sebagai Gembala, TUHAN itu betul-betul menjadi jantung hatinya.
Kegunaan jantung adalah untuk mengaliri semua darah ke seluruh anggota-anggota tubuh. Berarti, selain Gembala, TUHAN Yesus benar-benar menjadi hidupnya. Inilah mempelai perempuan TUHAN.
 
Kerinduan dari mempelai perempuan TUHAN, dapat kita lihat dari perkataan mempelai perempuan kepada Mempelai Laki-Laki Sorga: “Di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari”.
Singkat kata: Roh Mempelai adalah merindukan tempat untuk berbaring = Rindu untuk tergembala dengan benar. Itulah Roh Mempelai.
 
Kalau kita memiliki suatu kerinduan yang besar untuk menjadi suatu kehidupan yang tergembala, itu adalah Roh Mempelai, Roh yang mempersatukan. Sebab Mempelai, berarti; “satu”.
 
Sekarang kita bandingkan dengan ayat 7 bagian B.
Kidung Agung 1:7B
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
 
Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?Sedangkan yang mengembara di sini adalah “teman-teman”, bukan mempelai perempuan, sebab mempelai perempuan tidak suka menjadi suatu kehidupan yang mengembara.
Jangan kita hanya menjadi teman-teman seperjalanan dengan TUHAN. Jangan hanya sebatas teman seperjalanan, tetapi biarlah kita sama seperti Kristus, yaitu menjadi “sahabat”, Dia memahami, Dia mengerti isi hati, Dia tahu kesusahan kita, dan hal itu dituliskan dalam Amsal 17:17.
 
Jangan kita hanya sekedar menjadi teman seperjalanan dengan TUHAN.
Memang, kita ini sedang berjalan menuju Yerusalem baru, rumah Bapa di sorga, tetapi janganlah kita menjadi sama seperti “teman-teman”, yang hanya menjadi teman seperjalanan. Jangan hanya sekedar teman-teman seperjalanan, tetapi harus menjadi “sahabat”. Sahabat pasti teman, tetapi teman belum tentu sahabat, belum tentu mengerti keadaan kita.
 
Lebih jauh kita melihat “teman-teman” di dalam Injil Matius 11.
Matius 11:16-17
(11:16) Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: (11:17) Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.
 
Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar -- anak-anak di sini gambaran dari anak-anak TUHAN, anak-anak Kerajaan Sorga -- dan berseru kepada teman-temannya, berseru kepada teman-teman seperjalanan.
 
Seruan dari anak Kerajaan Sorga kepada teman seperjalanan:
Yang Pertama: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari.
Seruling itu kan ada nadanya; ada nada tinggi dan ada nada rendah. Jangan kita mengasihi TUHAN seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing, yang tidak punya nada tinggi dan tidak punya nada rendah; tetapi biarlah kita mempunyai irama di dalam hal mengasihi TUHAN.
Namun di sini kita melihat; teman-teman tidak mau menari. Kalau kita bandingkan dengan penciptaan langit dan bumi dan segala isinya dalam kitab Amsal 8, ketika menciptakan langit dan bumi, Firman itu bagaikan menari-nari bersama-sama dengan Allah. Demikian kalau Firman itu sudah mendarah daging dalam kehidupan kita, maka Firman itu menari-nari di hadapan kita. Kita tahu apa yang TUHAN mau; kita tahu apa yang harus kita kerjakan sesuai dengan Firman yang menari-nari di hadapan kita dalam setiap ibadah pelayanan kita, tetapi di sini kita melihat: “teman-teman” tidak menari, tidak mengerti irama sorgawi di dalam hal mengasihi TUHAN.
Yang Kedua: Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.
Anak-anak Kerajaan Sorga menyanyikan kidung duka, tetapi “teman-teman” tidak mau berduka.
Banyak kidung duka, sesuai dengan Ratapan: Salib-Nya, salib-Nya, yang kumuliakan. Ada lagi kidung duka: Darah-Nya amat kuasa. Bagaimana saudara mendengar kidung duka ini? Apa lantas saudara langsung bersegera meninggikan korban Kristus?
Tetapi “teman-teman” tidaklah demikian; mereka tidak peduli dengan korban Kristus, itu hanya “teman-teman” seperjalanan saja yang tidak mengerti isi hati TUHAN.
Saya selalu berdoa kepada TUHAN: Jangan sampai ibadah ini hanya sebatas pelayanan rutinitas saya, tetapi biarlah betul-betul saya harus mengerti perasaan-Mu, mengerti isi hati-Mu, TUHAN, supaya kehidupanku ini sebagai hamba TUHAN, semakin layak. Jangan hanya seperti tampil-tampil hebat di hadapan sidang jemaat, tetapi harus mengerti tentang soal berkabung, meninggikan korban Kristus.
 
Jangan kita hanya sebatas teman-teman seperjalanan dengan TUHAN Yesus; jangan, sebab hati TUHAN pilu nanti. Sidang jemaat datang beribadah jangan hanya sebatas pelengkap ya; jangan, sebab hati TUHAN pilu. Ingat itu.
 
Mari kita pelajari lebih dalam lagi tentang “teman-teman.
Matius 11:18-19
(11:18) Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. (11:19) Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya."
 
Ketika Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum”, lalu berkata: “Ia kerasukan setan.
Kemudian, ketika Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, lalu “teman-teman” berkata: “Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.
 
Singkatnya, di sini kita perhatikan: “Teman-teman” tampil sebagai pengejek-pengejek. Tetapi dalam ejekan itu, mereka tidak tahu apa yang diucapkannya, dia tidak tahu arti ucapan itu.
Sidang jemaat jangan menjadi pengejek; kalau banyak korban tenaga, pikiran, waktu, untuk mengadakan Kebaktian Pentakosta Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT), jangan mengejek.
 
Di sini kita melihat; pengejek-pengejek tampil mengejek sebanyak 2 (dua) kali, YANG PERTAMA: Pengejek mengejek Yohanes Pembaptis, dan berkata bahwa Yohanes Pembaptis adalah orang yang kerasukan setan. Mengapa mereka berkata; Yohanes Pembaptis adalah orang yang kerasukan setan? Karena Yohanes Pembaptis berpuasa, tidak makan dan tidak minum. Arti “puasa” itu, antara lain;
1.       Untuk menahan hawa nafsu daging.
2.       Untuk menghukum daging ini.
Daging ini perlu dihukum. Mengapa daging harus dihukum? Supaya daging ini hancur luluh lantah. Kalau daging sudah hancur luluh lantah, maka dia tidak layak menjadi takhtanya Setan. Daging hanyalah sebatas takhtanya Setan; oleh sebab itu, supaya daging ini tidak menjadi takhtanya Setan, maka harus dihancurkan, tidak berbentuk lagi wujudnya, sehingga dengan demikian; tidak layak menjadi takhtanya Setan.
 
Seperti ejekan yang pertama; mereka berkata bahwa Yohanes Pembaptis kerasukan setan, hanya karena berpuasa. Padahal, puasa itu sangat penting sekali, sebab itu adalah salah satu cara yang paling efektif untuk menghukum daging ini. Manakala daging sudah terhukum, maka wujudnya tidak nampak lagi, sehingga tidak layak menjadi takhtanya Setan.
Itulah pengakuan dari raja Daud di dalam Mazmur 35:13, Tetapi aku, ketika mereka sakit, aku memakai pakaian kabung -- Daud mengerti soal berkabung kalau ada nyanyian kidung duka --; aku menyiksa diriku dengan berpuasa. Jadi, kalau daging ini sudah dihukum, maka tidak layak menjadi takhtanya setan.
Jadi, jelas; kalau seseorang berpuasa, tujuannya adalah memuliakan TUHAN, bukan untuk mencari gedung gereja besar.
 
Mohon saya dimaafkan; terlalu banyak rekan-rekan salah mengerti soal berpuasa. Boleh berpuasa untuk mencari sesuatu, memang harus, tetapi janganlah itu yang menjadi tujuan utama. Tujuan utama berpuasa hanyalah satu, yaitu untuk memuliakan TUHAN.
Itu sebabnya, pengejek ini tidak tahu apa yang diejek; ngomong tetapi tidak tahu apa yang diomong. Saya kira, imam-imam maupun sidang jemaat tidak boleh asal ngomong.
 
Pengejek-pengejek tampil mengejek sebanyak 2 (dua) kali, YANG KEDUA: Pengejek mengejek Anak Manusia, dan berkata bahwa Anak Manusia adalah pelahap dan peminum, serta sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Ini juga; dia tidak tahu apa yang dia omong.
Jikalau kita mengerti Firman TUHAN, maka kita akan mengetahui bahwa kedatangan TUHAN Yesus kembali di dalam Wahyu 19:6-7 ...
a.        Tampil sebagai Raja.
b.       Tampil sebagai Mempelai Laki-Laki Sorga.
Kemudian, dalam suasana pesta nikah Anak Domba, maka sudah tersedia atau terhidang makanan, di mana lembu jantan dan anak domba telah disembelih, sehingga Ia menjadi sahabat bagi pemungut cukai, sehingga pada saat pesta nikah Anak Domba, Ia menjadi sahabat bagi orang berdosa, mengapa? Karena pemungut cukai berbalik dan bertobat, kemudian orang berdosa pun berbalik dan bertobat, tetapi itu pun mereka ejek.
Mereka berkata bahwa Yesus ini tukang makan dan tukang minum. Loh, saat Yesus datang pada kali yang kedua dalam Wahyu 19:6-7, Yesus tampil sebagai Raja, kemudian tampil sebagai Mempelai Laki-Laki Sorga dalam pesta nikah Anak Domba. Dalam perjamuan malam kawin Anak Domba, ada apa di situ? Jelas, lembu jantan sudah terhidang, domba jantan sudah terhidang, sudah tersedia makanan. Itu sebabnya, selanjutnya, di dalam Injil Matius dan Injil Lukas, Yesus berkata kepada murid-murid: Engkaulah yang tinggal bersama-sama dengan Aku, selanjutnya duduk makan sehidangan, lalu duduk di atas takhta untuk menghakimi 12 (dua belas) suku Israel.
Jadi, “teman-teman” tampil sebagai pengejek-pengejek, namun mereka tidak tahu juga apa yang diomongkannya.
 
Perlu untuk kita ketahui bersama-sama: Hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya. Jadi, bukan dengan perkataan dari pengejek.
Kita ini terlihat bodoh karena salib, tetapi ingat; hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya. Tidak perlu kita adu debat begini begitu seperti politikus; hamba TUHAN tidak usah politikus. Imam-imam, pelayan TUHAN, sidang jemaat tidak perlu jadi politikus.
Hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya. Orang dunia bilang “anak TUHAN bodoh-bodoh karena salib”, ya memang mau bodoh karena salib, tetapi ingat; “hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.
 
Kalau kita perhatikan kembali ayat 19 bagian B: Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum .... Dia tidak tahu rencana Allah. Rencana Allah yang besar adalah ibadah ini sasarannya adalah pesta nikah Anak Domba, Wahyu 19:6-7. Pada ayat 10, dituliskan di situ: Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah; inilah Firman yang benar, di mana sasaran akhir dari ibadah di atas muka bumi ini bukan berkat, bukan supaya berhasil, tetapi supaya selamat, ada dalam pesta nikah Anak Domba.
Tetapi lihatlah “teman-teman” ini mengejek, namun tidak tahu apa yang diomongkannya. “Lihat orang Kristen bodoh-bodoh”, ya memang saya bodoh karena salib, karena saya mau bodoh karena salib itu, tetapi ingat; hikmat dibenarkan oleh perbuatannya.
 
Terus kita perhatikan ayat 19 ini: “Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.” Oh, dia tidak tahu apa rencana Allah, itulah pesta nikah; dalam perjamuan, terhidang sudah makanan, sebab lembu jantan sudah disembelih, anak domba jantan sudah tersembelih.
Selanjutnya, pada ayat 19 ini mengatakan: “Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.” Haleluya ... Puji TUHAN ...
 
Kita kembali memeriksa Yeremia 14, di mana bangsa yang terusir, pergi meninggalkan TUHAN, dan mereka sudah dihukum, itulah keputusan TUHAN yang sudah final, tidak bisa diganggu gugat lagi.
Yeremia 14:10-12
(14:10) Beginilah firman TUHAN tentang bangsa ini: "Mereka sangat senang mengembara dan tidak menahan kakinya. Sebab itu TUHAN tidak berkenan kepada mereka; tetapi sekarang Ia mau mengingat kesalahan mereka dan mau menghukum dosa mereka." (14:11) TUHAN berfirman kepadaku: "Janganlah engkau berdoa untuk kebaikan bangsa ini! (14:12) Sekalipun mereka berpuasa, Aku tidak akan mendengarkan seruan mereka; sekalipun mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban sajian, Aku tidak akan berkenan kepada mereka, melainkan Aku akan menghabiskan mereka dengan perang, dengan kelaparan dan dengan penyakit sampar."
 
Beginilah firman TUHAN tentang bangsa ini: "Mereka sangat senang mengembara dan tidak menahan kakinya ... Saya sudah sampaikan mengembara dan tidak dapat menahan kaki, digambarkan seperti Esau yang tinggal di padang gurun.
Itu sebabnya, TUHAN tidak berkenan kepada mereka, sebaliknya sekarang Ia mau mengingat kesalahan mereka, TUHAN terus ingat kesalahan Yehuda pada saat Manasye anak Hizkia menjadi raja pada saat itu, dan mau menghukum dosa mereka. Dan hukuman ini tidak bisa diganggu gugat lagi, sudah final.
 
Lalu, TUHAN berfirman kepadaku -- TUHAN berfirman kepada nabi Yeremia --: Janganlah engkau berdoa untuk kebaikan bangsa ini!”, karena TUHAN sudah memutuskan bahwa bangsa itu harus dihukum, dan ini adalah keputusan yang final, tidak bisa diganggu gugat.
Saya berdoa, supaya lewat Ibadah malam ini, lewat Kebaktian kita bersama-sama malam ini, kiranya menjadi suatu warning besar bagi kita, supaya kita betul-betul menjadi sidang jemaat yang tergembala, imam-imam yang tergembala, saya juga sebagai gembala harus tergembala.
Kalau sekali waktu kita diutus ke tempat-tempat untuk melayani persekutuan -- seperti yang sudah-sudah sebelum pandemi --, itu karena TUHAN yang mengutus, bukan karena kita sesuka hati mengembara ke mana-mana.
 
Jadi, saya, imam-imam, pelayan TUHAN, sidang jemaat, tanpa terkecuali, kita tidak boleh mengembara, melainkan harus tergembala, karena kita sudah melihat tadi keadaan kehidupan yang tidak tergembala tadi sungguh luar biasa; oleh sebab itu, TUHAN berfirman: “Janganlah engkau berdoa untuk kebaikan bangsa ini!” Tetapi selagi masih ada kesempatan, sebelum ada hukuman yang sama yang akan diterima oleh orang yang akan menerimanya, saya berdoa; supaya betul-betul kita tertolong oleh TUHAN.
 
Setelah berkata: “Janganlah engkau berdoa untuk kebaikan bangsa ini!”, bahkan pada ayat 12, TUHAN berkata kepada Yeremia:
-          Sekalipun mereka berpuasa, Aku tidak akan mendengarkan seruan mereka;
-          sekalipun mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban sajian, Aku tidak akan berkenan kepada mereka.
Singkat kata: Sekalipun mereka berpuasa -- tadi saya sudah sampaikan soal “berpuasa”, yaitu menahan hawa nafsu, sekaligus menghukum daging, dengan tujuan; untuk memuliakan TUHAN, bukan untuk yang lain-lain, walaupun boleh berpuasa untuk tujuan yang lain --, kemudian, sekalipun mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban sajian, namun TUHAN tetap tidak berkenan kepada mereka.
 
Apa itu korban bakaran? Korban bakaran itu berbicara soal penyerahan diri kepada TUHAN sampai hangus. Mungkin kita sudah jungkir balik melayani TUHAN, korban sana - korban sini, tetapi sekalipun demikian, sekalipun korban sana - korban sini sampai hangus, namun TUHAN tetap tidak berkenan.
Kemudian, TUHAN juga berkata: Sekalipun mereka mempersembahkan korban sajian, tetap tidak berkenan kepada TUHAN. Korban sajian -- kalau kita pelajari Keluaran 29:2 tentang tahbisan hamba TUHAN kepada TUHAN -- itu berbicara tentang soal persekutuan kita dengan Kristus dalam tanda;
1.       Kemurnian dan kebenaran.
2.       Kasih kita kepada TUHAN.
3.       Kerendahan hati kita sebagai hamba TUHAN.
Sekalipun mempersembahkan korban bakaran dan korban sajian dengan 3 (tiga) tanda ini, namun TUHAN tetap tidak berkenan, sebab keputusan-Nya sudah final, tidak bisa diganggu gugat, tetapi selagi masih ada kesempatan untuk membawa korban bakaran dan korban sajian, marilah kita persembahkan itu kepada TUHAN. Jangan lagi mengembara, tetapi sebaliknya jadilah suatu kehidupan yang tergembala dengan baik di hadapan TUHAN.
 
Kembali kita memperhatikan ayat 12: Sekalipun mereka berpuasa, Aku tidak akan mendengarkan seruan mereka; sekalipun mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban sajian, Aku tidak akan berkenan kepada mereka, melainkan;
-          Aku akan menghabiskan mereka dengan perang -- TUHAN akan habiskan mereka dengan perang --,
-          dengan kelaparan -- TUHAN akan habiskan dengan kelaparan --
-          dan dengan penyakit sampar -- TUHAN habiskan mereka dengan sakit sampar --."
 
Sekarang ini, sampar Corona sudah sedang berlangsung, tetapi nanti ada orang yang semakin memberontak kepada TUHAN, oleh karena sampar tersebut, sesuai dengan Wahyu 6.
 
Kiranya hal ini dicatat dengan rapi, sebab ini sudah menjadi suatu warning bagi kita semua, supaya kita jangan mendapat hukuman yang sama seperti di dalam Wahyu 13:10. Ini adalah pelajaran yang besar, dan pelajaran ini menjadi warning yang besar, supaya doa Imam Besar boleh kita rasakan bersama-sama.
Dan biarlah lewat Ibadah Persekutuan ini, kita boleh merasakan hadirnya Imam Besar di tengah ibadah kita masing-masing, di mana Dia tampil sebagai pelayan, Dia berdoa dan memperdamaikan dosa kita, supaya iman kita tidak menjadi gugur; itulah yang dialami oleh Rasul Petrus. Petrus saja yang hebat, imannya bisa hampir gugur, apalagi kita. Jadi, kita butuh pelayanan Imam Besar, doa Imam Besar, dan pendamaian dari Imam Besar.
 
Kemudian, kita lanjut memperhatikan: CIRI-CIRI KEHIDUPAN YANG TIDAK TERGEMBALA.
Yeremia 14:13
(14:13) Lalu aku berkata: "Aduh, Tuhan ALLAH! Bukankah para nabi telah berkata kepada mereka: Kamu tidak akan mengalami perang, dan kelaparan tidak akan menimpa kamu, tetapi Aku akan memberikan kepada kamu damai sejahtera yang mantap di tempat ini!"
 
Lalu aku berkata: Aduh, Tuhan ALLAH! ...” Kalau kata “aduh” terlontar dari mulut, biasanya itu menunjukkan suatu kengerian.
Selanjutnya, di sini dikatakan: “Bukankah para nabi telah berkata kepada mereka” Adapun penyampaian nabi-nabi tersebut kepada umat itu ialah: Kamu tidak akan mengalami perang, dan kelaparan tidak akan menimpa kamu, sebaliknya nabi-nabi itu berkata kepada umat itu: Aku akan memberikan kepada kamu damai sejahtera yang mantap di tempat ini!
 
Kalau ibadah tidak dihubungkan dengan salib, maka ibadah tidak mantap. Kalau pelayanan tidak dihubungkan dengan salib, maka pelayanan tidak mantap, sekalipun sejuta kali terjadi mujizat di depan mata; yang sakit sembuh, tetapi kalau ibadah tidak dihubungkan dengan salib, maka tidak mantap. Kalau hamba TUHAN sibuk berbicara soal keberkatan dan keberkatan, sedangkan salib tidak disampaikan, maka itu tidak mantap.
Sebaliknya, kalau kita tegakkan salib di tengah ibadah, maka seperti Zerubabel melayani: Bukan dengan kekuatan dan keperkasaan, tetapi dengan Roh TUHAN yang tercurah, maka gunung besar menjadi rata. Lalu, kemudian, Zerubabel mengangkat batu besar, batu utama, batu pilihan, itulah korban Kristus, dasar dari bangunan. Ketika hamba TUHAN melayani mengangkat batu utama, maka sidang jemaat yang melihat hamba TUHAN semacam ini, melihat hamba TUHAN yang selalu meninggikan korban Kristus, mereka akan berkata: Bagus! Bagus sekali batu itu!, dengan lain kata;  Bagus, Om. Bagus, Bapak Gembala. Ayo, korban terus, saya juga mau korban. Ayo, bagus Om, bagus Om. Ke mana lagi kegiatan kita? Di mana lagi kita diutus? Saya siap dana; bagus, Om”.
 
Kalau di pinggir jalan ada penginjil dengan mujizat, itu boleh saja; tetapi jangan setiap ibadah dalam sebuah penggembalaan sibuk hanya karena mujizat - sensasi - mujizat - sensasi, lalu kapan Firman disampaikan? Saya tahu ada hamba TUHAN di Amerika Serikat; setiap ibadah, sedikit-sedikit buka jas, kebaskan, jemaat terhempas. Loh, kalau jemaat sudah terhempas, memangnya kenapa? Untuk apa? Apakah bisa masuk sorga kalau sudah terhempas? Tidak. Saya sampaikan: “Tidak”.
Yang membawa kita masuk Yerusalem baru, menjadi pengantin perempuan, mempelai Anak Domba adalah Firman Allah, sehingga kita boleh melangkah sesuai dengan ketetapan Firman, bukan sesuai mujizat.
Kalau sidang jemaat sudah “muntah-mutah” setiap hari, memang kenapa? Justru saya pertanyakan; apakah kerasukan Setan terus? Tetapi biarlah kita melangkah sesuai ketetapan Firman sampai tiba di tujuan, Yerusalem baru.
 
Tetapi lihatlah nabi palsu ini, dia berkata kepada umat itu: “Aku akan memberikan kepada kamu damai sejahtera yang mantap di tempat ini!” Damai sejahtera seperti apa yang dapat dihasilkan jika tanpa salib?
Bicara kebangkitan tanpa dasar teguh, tanpa korban Kristus, itu tidak mantap; itu kebangkitan palsu. Kalau kematiannya palsu, maka kebangkitannya palsu.
 
Selanjutnya, kita perhatikan ayat 14.
Yeremia 14:14
(14:14) Jawab TUHAN kepadaku: "Para nabi itu bernubuat palsu demi nama-Ku! Aku tidak mengutus mereka, tidak memerintahkan mereka dan tidak berfirman kepada mereka. Mereka menubuatkan kepadamu penglihatan bohong, ramalan kosong dan tipu rekaan hatinya sendiri.
 
Jawab TUHAN kepadaku: Para nabi itu bernubuat palsu demi nama-Ku! Yeremia tidak tahu kalau yang bernubuat itu nabi palsu. Lalu, TUHAN luruskanlah Yeremia dan berkata: Sebetulnya, para nabi itu bernubuat palsu kepada umat-Ku.
Lalu Allah berkata: “Aku tidak mengutus mereka” Kalau setiap hari nabi palsu menyatakan hal-hal yang tidak benar, sebetulnya TUHAN tidak mengutus nabi palsu. Selanjutnya, Allah berkata: “Aku tidak memerintahkan mereka dan tidak berfirman kepada mereka.
 
Kemudian, di sini dikatakan: “Mereka menubuatkan kepadamu penglihatan bohong” Saya tidak berani berkata penglihatan-penglihatan; saya takut. Cukup Firman dibukakan, itulah nubuatan terbesar. Berbeda dengan orang yang baru percaya, dia butuh penglihatan, dia butuh mujizat, dia butuh TUHAN tampil dalam bentuk (wujud) yang nyata.
 
Waktu Elisa memerintahkan Naaman untuk menceburkan dirinya, lalu sang jendral marah-marah dan berkata: Saya pikir, hamba TUHAN itu menggerak-gerakkan tangannya di bagian tubuh ku yang sakit. itu adalah gereja Naaman. Tetapi pada akhirnya, Naaman tahir, dia mengerti Firman TUHAN; setelah dicelupkan 7 (tujuh) kali di sungai Yordan. Angka 7 (tujuh) adalah angka sempurna. Jadi, itu adalah penyucian yang sempurna. Kita butuh Firman penyucian yang sempurna, jangan tunggu tangan yang digerak-gerakkan seperti mengadakan sihir-sihir, itu gereja Naaman; gereja Mempelai tidak seperti itu.
Selain penglihatan bohong, mereka juga mengadakan ramalan kosong dan tipu rekaan hatinya sendiri. Saya tidak berani juga menyatakan sesuatu karena keinginan di hati saya. Saya juga yakin, rekan-rekan hamba TUHAN pasti juga seperti itu. Tetapi lihatlah nabi-nabi palsu ini, mereka mengadakan;
1.       Penglihatan bohong.
2.       Ramalan kosong.
3.       Tipu rekaan hatinya sendiri.
 
Intinya: TUHAN tidak mengutus nabi-nabi palsu.
 
CONTOH.
Kita akan memperhatikan Matius 7, dengan perikop: “Hal pengajaran yang sesat”, seperti di dalam Yeremia 14-15.
Matius 7:15
(7:15) "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu -- nanti kita akan melihat perbuatan mereka -- dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
Singkat kata: Serigala berbulu domba, itulah nabi-nabi palsu. Sebetulnya, nabi-nabi palsu itu sedang menyamar, supaya bisa diterima di tengah ibadah dan pelayanan.
 
Matius 7:20
(7:20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.
 
Mari, kita lihat lebih dulu buah pelayanan dari pada serigala berbulu domba, itulah nabi-nabi palsu.
 
Matius 7:21-23
(7:21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. (7:22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? (7:23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
 
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Bukan karena sudah berseru: “TUHAN, TUHAN!” lalu masuk sorga; bukan karena setiap kali berseru: “TUHAN, TUHAN!” lalu masuk sorga; bukan karena di setiap ibadah pelayanan berseru: “TUHAN, TUHAN!” lalu masuk sorga, tidak, itu bukan suatu ukuran.
 
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku ... Lihatlah, orang-orang yang berseru “TUHAN, TUHAN!” kepada TUHAN, mereka mengadakan 3 (tiga) perkara ajaib:
1.       Bernubuat demi nama TUHAN; sibuk menyampaikan Firman TUHAN.
2.       Mengusir Setan demi nama TUHAN. “Demi nama TUHAN”, bukan demi kelompok, bukan demi golongan, bukan demi pribadi.
3.       Mengadakan banyak mujizat di tengah-tengah pelayanannya demi nama TUHAN juga.
 
Mereka sudah melakukan 3 (tiga) perkara ajaib “demi nama TUHAN”, lalu bagaimana respon (tanggapan) TUHAN?
Pada ayat 23, pada hari TUHAN, pada hari itu, TUHAN akan berkata:
1.       Aku tidak pernah mengenal kamu! Loh, sudah melakukan 3 (tiga) perkara ajaib dan seluruhnya dilakukan “demi nama TUHAN”, tetapi pada hari TUHAN, TUHAN berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu!” Ironis sekali. Kalau saya bilang, ini sadis, sepertinya sadis.
2.       Kemudian, TUHAN kembali berkata untuk yang kedua kali: Enyahlah dari pada-Ku bangsa yang terusir dan pergi meninggalkan TUHAN, kamu sekalian pembuat kejahatan!
 
Mereka semua disebut “pembuat kejahatan”, di mana letak kejahatannya? Bukankah mereka melakukan 3 (tiga) perkara ajaib yang mulia?
Kembali kita membaca ayat 21: Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Bukan mereka yang melakukan 3 (tiga) perkara ajaib demi nama TUHAN;
-          bernubuat demi nama TUHAN,
-          mengusir Setan demi nama TUHAN,
-          mengadakan mujizat demi nama TUHAN,
bukan mereka yang berseru “TUHAN, TUHAN!” akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, bukan. Yang melakukan kehendak Bapa di sorga, itulah yang masuk ke dalam Kerajaan Sorga; jadi, bukan mujizatnya.
Biar sejuta kali mujizat terjadi di depan mata dalam setiap pertemuan ibadah, tetapi kalau Firman salib tidak ditegakkan, kalau kebenaran sejati tidak ditegakkan di tengah ibadah, lalu bagaimana kita melangkah untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga? Bukankah kita harus melangkah sesuai ketetapan Firman yang harus kita terima?
 
Itu sebabnya, tadi saya bertanya: Kalau jasnya dikebaskan kepada sidang jemaat, lalu sidang jemaat mental 10 (sepuluh) meter, untuk apa? Kalau dia tidak mengerti Firman, tidak diajarkan Firman, tidak dididik dengan Firman, untuk apa? Toh yang ada ini akan berlalu.
Tidak salah jika saya berkata: “Semua jemaat diberkati. Beri tepuk tangan, beri kemuliaan.” Tidak salah jika saya berkata demikian, tetapi untuk apa? Toh berkat yang ada ini akan berlalu. Yang kita butuhkan adalah Yerusalem baru.
Seandainya sayapun tidak berkata demikian “jemaat pasti diberkati.
Itulah perbedaan sidang jemaat yang dewasa dengan sidang jemaat yang kerohaniannya kanak-kanak; masih butuh penghiburan “ayo, nak ... ayo ...” Berbeda kalau sudah dewasa, maka cukup dengan Firman TUHAN.
 
Oleh sebab itu, saya pun harus bertanggung jawab dalam hal menguraikan Firman TUHAN, supaya sidang jemaat paham; sidang jemaat tidak boleh dibodoh-bodohi.
Pedang sudah turun dari sorga, lalu membunuh salah seorang yang berdosa itu, tetapi gembala sidang tidak memperingatkan sidang jemaat yang berdosa itu karena takut jemaatnya pergi karena sidang jemaat itu kaya -- sebagai pendukung gereja --, maka nanti darahnya ditanggung oleh gembala sidang. Saya tidak mau binasa hanya karena seorang sidang jemaat tidak saya tegor; jadi, harus saya tegor.
 
Sekarang, kita akan melihat KEHENDAK ALLAH BAPA di dalam Matius 26.
Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
 
Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: Ya Bapa-Ku ...” Perkataan “Ya Bapa-Ku”, menunjukkan; Yesus sebagai Anak, Ia dengar-dengaran. Oleh sebab itu, harus tergembala. Kalau kita tergembala, berarti; dengar-dengaran, mendengar teriak si penggiring.
 
"Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!" Yesus Kristus harus minum cawan Allah. Yesus Kristus harus menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung di atas kayu salib, sehingga dengan demikian, kehendak Allah terlaksana.
Kehendak Allah tidak akan terlaksana sekalipun mujizat terjadi sejuta kali di tengah-tengah ibadah; tetapi kalau kita melakukan kehendak Allah Bapa, maka semuanya terlaksana. Oleh sebab itu, yang terpenting adalah: tergembala; supaya menjadi kehidupan yang dengar-dengaran, dan berkata:Ya, Bapa. Ya, TUHAN.
Abraham juga dengar-dengaran. Pada saat TUHAN perintahkan Abraham pergi ke gunung Moria, Abraham berkata: “Ya, TUHAN”. Kemudian ketika Abraham hendak mengeksekusi Ishak dengan pisaunya, TUHAN berkata: “Abraham”, lalu Abraham berkata: “Ya, TUHAN”. Ini adalah dengar-dengaran lahir batin. Tidak cukup hanya; ketika diperintahkan “Anda harus berkorban”, lalu menjawab “Ya, Om”, tetapi hanya “ya” di mulut.
Abraham dengar-dengaran lahir batin. “Ya, Bapa. Ya, TUHAN”, dengar-dengaran lahir batin, bukan hanya lip service.
 
Dengan meminum cawan Allah, maka kehendak Allah terlaksana; demikian juga kalau tergembala dengan sungguh-sungguh dalam sebuah penggembalaan, bukan karena mujizat kesembuhan tadi.
 
Kejadian 49:11
(49:11) Ia akan menambatkan keledainya pada pohon anggur dan anak keledainya pada pohon anggur pilihan; ia akan mencuci pakaiannya dengan anggur dan bajunya dengan darah buah anggur.
 
Ia akan menambatkan keledainya pada pohon anggur ... Ini adalah perkataan Yakub kepada Yehuda; Yesus Kristus adalah Singa dari suku Yehuda. Yehuda akan menambatkan keledainya pada pohon anggur dan anak keledainya pada pohon anggur pilihan; ia akan mencuci pakaiannya dengan anggur dan bajunya dengan darah buah anggur, darah Anak Domba.
 
Perhatikan: Ia akan menambatkan keledainya pada pohon anggur dan anak keledainya pada pohon anggur pilihan.
Biarlah kehidupan kita menjadi suatu kehidupan yang tergembala, maka pada saat itulah, kita boleh mengalami penyucian oleh darah Anak Domba.
Kalau hanya “ibadah”, tidak “tergembala”, maka tidak akan pernah mengalami penyucian oleh darah Anak Domba. Sampai kapan pun, kalau anak TUHAN tidak tergembala, tidak terikat dengan penggembalaan, maka ia tidak akan pernah mengalami penyucian oleh darah Anak Domba.
 
Itulah yang harus kita kerjakan di tengah-tengah ibadah pelayanan ini, yaitu minum cawan Allah, sehingga kita disucikan oleh darah Anak Domba.
Jadi, ketika kita minum cawan Allah, ketika kita memikul salib sampai berdarah-darah, itu adalah suatu kesempatan yang besar untuk mencuci jubah. Kalau kita di luar penggembalaan, tidak mungkin ada salib yang harus kita pikul, tetapi kalau kita tergembala, maka kita memikul salib sampai berdarah-darah, dan itu adalah suatu kesempatan untuk mencuci jubah sampai putih bersih. Tidak mungkin kalau di luar penggembalaan, kita bisa mengalami penyucian terhadap jubah; itu sesuatu yang tidak mungkin.
 
Sekarang, kita akan melihat; AKIBAT MENGEMBARA.
Yeremia 14:1-6
(14:1) Firman TUHAN yang datang kepada Yeremia mengenai musim kering. (14:2) Yehuda berkabung, pintu-pintu gerbangnya rebah dan dengan sedih terhantar di tanah; jeritan Yerusalem naik ke atas. (14:3) Pembesar-pembesarnya menyuruh pelayan-pelayannya mencari air; mereka sampai ke sumur-sumur, tetapi tidak menemukan air, sehingga mereka pulang dengan kendi-kendi kosong. Mereka malu, mukanya menjadi merah, sampai mereka menyelubungi kepala mereka. (14:4) Pekerjaan di ladang sudah terhenti, sebab hujan tiada turun di negeri, maka petani-petani merasa kecewa dan menyelubungi kepala mereka. (14:5) Bahkan rusa betina di padang meninggalkan anaknya yang baru lahir, sebab tidak ada rumput muda. (14:6) Keledai-keledai hutan berdiri di atas bukit gundul, mengap-mengap seperti serigala, matanya menjadi lesu, sebab tidak ada rumput.
 
Akibat mengembara, yaitu terjadi kekeringan. Kemudian TANDA KEKERINGAN:
 
YANG PERTAMA:  Oleh karena kekeringan, Yehuda berkabung, pintu-pintu gerbangnya rebah dan dengan sedih terhantar di tanah; jeritan Yerusalem naik ke atas, karena Yehuda berkabung.
Singkatnya, tanda kekeringan yang pertama ialah Yehuda berkabung, sehingga jeritan Yerusalem naik ke atas.
YANG KEDUA: Pembesar-pembesarnya menyuruh pelayan-pelayannya mencari air; mereka sampai ke sumur-sumur, tetapi tidak menemukan air.
Pelayan-pelayan TUHAN sama seperti kendi-kendi kosong, akibatnya; mereka malu, mukanya menjadi merah, kemudian mereka menyelubungi kepala mereka, menyembunyikan diri.
YANG KETIGA: Pekerjaan di ladang sudah terhenti, sebab hujan tiada turun di negeri, maka petani-petani merasa kecewa dan menyelubungi kepala mereka. Penggarap-pengarap ladang Allah kecewa, dikit-dikit kecewa. Setelah malu, lalu kecewa.
Nanti, ketika melihat isteri; kecewa. Ketika isteri melihat suami; kecewa. Anak melihat orang tua; kecewa. Orang tua melihat anak; kecewa. Gembala sidang melihat sidang jemaat; kecewa. Sebaliknya, sidang jemaat memandang gembala sidang; kecewa. Semua full kecewa. Inilah yang terjadi kalau mengalami kekeringan rohani.
YANG KEEMPAT: Bahkan rusa betina di padang meninggalkan anaknya yang baru lahir (baru bertobat), sebab tidak ada rumput muda. Gembala meninggalkan sidang jemaat yang baru bertobat, karena tidak ada rumput muda, tidak ada pembukaan Firman yang baru. Kalau yang lama terus, akhirnya orang pun bosan.
YANG KELIMA: Keledai-keledai hutan berdiri di atas bukit gundul, mengap-mengap seperti serigala, matanya menjadi lesu, sebab tidak ada rumput Firman Penggembalaan. Inilah akibatnya.
 
Jadi, jangan dikira; kalau mengembara itu berarti sudah rohani, tidak, justru sebaliknya, akibatnya nanti adalah mengalami kekeringan rohani. Apa tanda kekeringan? Tadi sudah jelas kita perhatikan;
-          Pada ayat 2, Yehuda berkabung.
-          Pada ayat 3, pelayan-pelayan mereka malu.
-          Pada ayat 4, kecewa.
-          Pada ayat 5, tidak ada rumput muda, sehingga gembala meninggalkan jemaat yang lahir baru.
-          Pada ayat 6, mengap-mengap seperti serigala.
Ini adalah tanda kekeringan yang diakibatkan karena mengembara. Maka, sidang jemaat tidak boleh mengembara; dikit-dikit ke gunung sana, ke gunung sini, lalu bercerita dengan hebat: “Oh, kemarin saya ke gereja besar. Lalu, besok saya mau ke gereja si B. Lalu besoknya mau ke gereja si C” Dan dia mengatakan itu seperti sudah rohani, padahal dia tidak tahu apa yang diucapkan dan dilakukannya, sebenarnya itu adalah suatu kebodohan.
 
Tetapi ini adalah tugas kita semua, hamba-hamba TUHAN, supaya sidang jemaat tidak sibuk mengembara di gunung-gunung lain, kecuali tetap tergembala dalam sebuah penggembalaan dengan seorang gembala yang bertanggung jawab. Hanya gembala yang mengerti kesusahan sidang jemaat; saat dia senang, hanya gembala yang tahu; saat susah, hanya gembala yang tahu. Gembala-gembala yang lain yang tidak bertanggung jawab, tidak tahu apa-apa tentang domba. Jadi, jemaat jangan dibiarkan mengembara.
Kita sudah melihat akibat mengembara tidak tergembala ialah kerohanian menjadi kering-kering. Tanda kerohanian menjadi kering-kering ialah:
-          Yang pertama: Yehuda berkabung.
-          Yang kedua: Pelayan-pelayan seperti kendi-kendi kosong, sehingga mereka malu.
-          Yang ketiga: Petani-petani merasa kecewa; penggarap ladang Allah menjadi kecewa.
-          Yang keempat: Gembala meninggalkan jemaat lahir baru karena tidak ada rumput muda, tidak ada lagi pembukaan Firman; sibuk sana, sibuk sini mencari Firman, sibuk filsafat, sibuk membuka buku-buku, sibuk macam-macam, sehingga sidang jemaat tidak mengalami pertumbuhan rohani yang sehat.
-          Yang kelima: Mengap-mengap seperti serigala.
 
Dalam keadaan kekeringan rohani, APA YANG TERJADI?
Yeremia 14:7-9
(14:7) "Sekalipun kesalahan-kesalahan kami bersaksi melawan kami, bertindaklah membela kami, ya TUHAN, oleh karena nama-Mu! Sebab banyak kemurtadan kami, kami telah berdosa kepada-Mu. (14:8) Ya Pengharapan Israel, Penolongnya di waktu kesusahan! Mengapakah Engkau seperti orang asing di negeri ini, seperti orang perjalanan yang hanya singgah untuk bermalam? (14:9) Mengapakah Engkau seperti orang yang bingung, seperti pahlawan yang tidak sanggup menolong? Tetapi Engkau ada di antara kami, ya TUHAN, dan nama-Mu diserukan di atas kami; janganlah tinggalkan kami!"
 
Mereka sadar bahwa karena kesalahan mereka, akhirnya mereka menerima hukuman; itu sebabnya, di sini dikatakan: Sekalipun kesalahan-kesalahan kami bersaksi melawan kami, dihukum karena kesalahan, lalu dia berkata: bertindaklah membela kami, ya TUHAN, oleh karena nama-Mu! Sebab banyak kemurtadan kami, kami telah berdosa kepada-Mu. Tetapi di sini kita melihat; ada unsur pemaksaan juga untuk mendapatkan pengampunan.
Oleh sebab itu, jangan sesuka hati berbuat dosa. Lalu sesudah berdosa, memaksa TUHAN “Ampuni, ya?Kok enak sekali seperti itu.
 
Selanjutnya, kita perhatikan ayat 8: Ya Pengharapan Israel, Penolongnya di waktu kesusahan! Betul, TUHAN itu pengharapan, TUHAN itu pertolongan; itu tidak bisa dipungkiri.
Nah, mulai aneh perkataannya kepada TUHAN: Mengapakah Engkau seperti orang asing di negeri ini, seperti orang perjalanan yang hanya singgah untuk bermalam? Jadi, singgah untuk bermalam saja, tidak untuk menceritakan Firman TUHAN, tidak untuk menceritakan pengampunan, hanya untuk singgah bermalam saja. Sesudah bangun pagi, lalu pergi lagi; tidak ada bekas-bekas cerita hati ke hati.
 
Kemudian, pada ayat 9: Mengapakah Engkau seperti orang yang bingung ... Loh, mulai parah lagi ini; kok TUHAN bingung? TUHAN tidak pernah bingung. Yang bingung itu kita. TUHAN tidak pernah bingung, tetapi kita yang suka bingung;
-          Kalau sudah tanggal tua; bingung.
-          Saat bayar SPP, bayar uang anak sekolah PAUD, TK, SD swasta, SMP swasta, SMA swasta, lalu kuliah lagi; di situlah kita bingung untuk membayarnya.
TUHAN tidak pernah bingung. Tetapi kalau kita tergembala, kita pun tidak perlu bingung.
Di sini dikatakan bahwa TUHAN bingung: Mengapakah Engkau seperti orang yang bingung? Yang bingung itu TUHAN atau kita? Ini sudah mulai stress, karena sudah merasakan tidak ada lagi pengampunan, sehingga omongannya kepada TUHAN sudah tidak terkendali lagi, tidak karu-karuan lagi.
 
Kemudian, pada ayat 9 ini juga dikatakan: Mengapakah Engkau seperti pahlawan yang tidak sanggup menolong, seperti pahlawan kesiangan yang tidak punya daya, tidak punya kekuatan, tidak punya kemampuan? Kan sudah semakin bodoh pembicaraan seperti ini kepada TUHAN?
 
Apa lagi yang diomongkan pada ayat 9 ini? Tetapi Engkau ada di antara kami, ya TUHAN, dan nama-Mu diserukan di atas kami; janganlah tinggalkan kami! Yang terakhir, mereka berkata: “janganlah tinggalkan kami”, tetapi permohonan ini tidak akan terkabulkan, karena keputusan TUHAN sudah final, tidak bisa diganggu gugat lagi.
 
Kiranya kita dapat memahami semua ini. Dan apa yang sudah kita baca ini kiranya menjadi pelajaran yang indah.
 
Yeremia 14:17-18
(14:17) Katakanlah perkataan ini kepada mereka: "Air mataku bercucuran siang dan malam dengan tidak berhenti-henti, sebab anak dara, puteri bangsaku, dilukai dengan luka parah, luka yang sama sekali tidak tersembuhkan. (14:18) Apabila aku keluar ke padang, di sana ada orang-orang yang mati terbunuh oleh pedang! Apabila aku masuk ke dalam kota, di sana ada orang-orang sakit kelaparan! Bahkan, baik nabi maupun imam menjelajah negeri yang tidak dikenalnya."
 
Air mataku bercucuran siang dan malam dengan tidak berhenti-henti, sebab anak dara, puteri bangsaku, dilukai dengan luka parah, luka yang sama sekali tidak tersembuhkan. Inilah keluhan TUHAN waktu mereka mengembara. Hal ini harus kita ketahui.
 
Perhatikan kalimat: Dilukai dengan luka parah, luka yang sama sekali tidak tersembuhkan. Ingat, dalam kitab Ayub dan juga dalam kitab Hosea: Dia yang melukai, Dia yang membalut.
Untuk menyelesaikan masalah kita, kita harus dioperasi dengan pedang Roh, operasi yang begitu dalam untuk mengambil penyakit kita, tetapi Dia yang melukai dengan pedang Roh, namun Dia juga yang akan membalut luka-luka itu sendiri. TUHAN sudah dipukuli di atas kayu salib, tetapi Dia juga yang menyembuhkan kita semua.
Tetapi di sini kita melihat: Lupa parah itu tidak sembuh-sembuh, mengapa? Karena yang disampaikan adalah mujizat palsu, omongan palsu, bukan pedang Roh yang melukai, yang membedah untuk menyembuhkan sakit, sesudah itu dibalut dengan kain pembalut (kain kasa). Tetapi ini luka-lukanya tetap luka, karena yang disampaikannya adalah Firman kosong.
 
Yeremia 14:19-21
(14:19) Telah Kautolakkah Yehuda sama sekali? Telah merasa muakkah Engkau terhadap Sion? Mengapakah kami Kaupukul sedemikian, hingga tidak ada kesembuhan lagi bagi kami? Kami mengharapkan damai sejahtera, tetapi tidak datang sesuatu yang baik; mengharapkan waktu kesembuhan, tetapi hanya ada kengerian! (14:20) Ya TUHAN, kami mengetahui kefasikan kami dan kesalahan nenek moyang kami; sungguh, kami telah berdosa kepada-Mu. (14:21) Janganlah Engkau menampik kami, oleh karena nama-Mu, dan janganlah Engkau menghinakan takhta kemuliaan-Mu! Ingatlah perjanjian-Mu dengan kami, janganlah membatalkannya!
 
Yang diucapkannya itu benar, doa-doa itu sudah benar, tetapi jangan terucap setelah masa kesabaran itu selesai. Maka, dalam 2 Petrus 3, jelas dikatakan bahwa;  pengejek-pengejek itu mengejek tentang janji kedatangan TUHAN. Sebetulnya, TUHAN tidak lalai menepati janji-Nya, tetapi TUHAN sedang menunjukkan masa kesabarannya, sebab TUHAN tidak menginginkan ada yang terhilang dari orang berdosa.
Tetapi ketika selesai masa kesabaran, biar doanya muluk-muluk, biar doanya pandai-pandai, biar doanya teratur, biar doanya sesuai dengan Firman, namun tidak ada lagi kesempatan. Selagi masih ada kesempatan untuk memikul salib sampai berdarah-darah, itu adalah cara yang efektif untuk mencuci jubah.
 
Yeremia 14:22
(14:22) Adakah yang dapat menurunkan hujan di antara dewa kesia-siaan bangsa-bangsa itu? Atau dapatkah langit sendiri memberi hujan lebat? Bukankah hanya Engkau saja, ya TUHAN Allah kami, Pengharapan kami, yang membuat semuanya itu?
 
Adakah yang dapat menurunkan hujan di antara dewa kesia-siaan bangsa-bangsa itu? Inilah penyembahan berhala di dalam 2 Raja-Raja 21. Dan pada zaman Manasye, anak Hizkia itu, kembali lagi mengulangi kesalahan menyembah berhala. Oleh sebab itu, TUHAN berkata: “Adakah yang dapat menurunkan hujan di antara dewa kesia-siaan bangsa-bangsa itu?” Zaman Elia saja tidak bisa, ketika ia beradu dengan nabi-nabi Baal.
Ada 400 (empat ratus) nabi Baal yang memohon supaya api turun membakar persembahan lembu di atas mezbah, lalu nabi Elia berkata: Mungkin dia tidur kali ya, atau lagi jalan-jalan ke mall, atau lagi ke kondangan (arisan). Ayo, panggil, sebut, hubungi nomor telepon 0000.
Sampai setengah hari juga, doa mereka tetap tidak dikabulkan, sampai akhirnya mereka menoreh-noreh dagingnya; akhirnya, gila, kerasukan setan. Jadi, dewa apapun tidak bisa menurunkan hujan dari langit.
 
Atau dapatkah langit sendiri memberi hujan lebat? Tidak bisalah tentunya. Kemudian, di sini dikatakan: Bukankah hanya Engkau saja, ya TUHAN Allah kami, Pengharapan kami, yang membuat semuanya itu? Langit dan bumi ada, bukankah itu karena Firman TUHAN Yesus? Dan apapun yang terjadi ini, bukankah karena Firman TUHAN Yesus? Tetapi orang Yehuda pada zaman Manasye sudah menyembah berhala, berbalik dari TUHAN, inilah sakit hati TUHAN; mereka mengembara, tidak tergembala.
Padahal, Yesus adalah Gembala Agung -- sesuai dengan pengalaman Daud --, sehingga takkan kekurangan aku:
-          Secara jasmani; semua dicukupkan, baik makan minum.
-          Secara rohani; segala kelemahan yang memalukan tidak nampak lagi.
Barulah selanjutnya, dia berkata: Ia membaringkan aku. Itulah kehidupan yang tergembala; tidak mengembara, tetapi mencari tempat untuk berbaring.
 
Sekarang, supaya kita jangan binasa, supaya kita jangan sama seperti peristiwa yang sudah kita baca tadi, marilah kita melihat JALAN KELUARNYA.
Wahyu 13:10B
(13:10) Barangsiapa ditentukan untuk ditawan, ia akan ditawan; barangsiapa ditentukan untuk dibunuh dengan pedang, ia harus dibunuh dengan pedang. Yang penting di sini ialah ketabahan dan iman orang-orang kudus.
 
Yang penting bagi kita sekarang di hari-hari terakhir ini adalah:
1.       Ketabahan. Tabah saja apapun yang terjadi; makan - tidak makan, tabah saja. Sekalipun jemaat hanya satu, tabah saja; sekalipun hanya ada dua jemaat, tabah saja. Sekalipun ada jemaat tiga, sepuluh, dua puluh, lima puluh, seratus, tabah saja. Atau, kalau belum ada jemaat, rekan-rekan yang sedang merintis, tabah saja. Sekalipun imam-imam belum ada uang untuk membeli beras, sabar saja, tabah saja. Pemuda-pemuda yang belum bekerja, tabah saja. Yang menantikan pasangan hidup, tabah saja. Selain “tabah”, apalagi?
2.       Iman. Iman kita janganlah kepada yang lahiriah, tetapi kepada TUHAN Yesus. Kita ini dibenarkan oleh iman, oleh darah salib. Jadi, iman kita bukanlah kepada uang, tetapi selain ketabahan, yang terpenting adalah iman kepada darah salib.
 
Praktek tabah dan iman, Yang Pertama: Barangsiapa ditentukan untuk ditawan, ia akan ditawan.
Saya balikkan; sebelum kita semua ditentukan untuk ditawan, biarlah kita semua saat ini menjadi tawanan Roh, itu jalan keluarnya. Sebelum kita ditawan, biarlah hari ini dan sampai hari TUHAN, kita semua menjadi tawanan Roh.
 
Mari kita lihat pribadi seorang hamba TUHAN yang menjadi TAWANAN ROH.
Kisah Para Rasul 20:19
(20:19) dengan segala rendah hati aku melayani TUHAN. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku.
 
Rasul Paulus adalah seorang hamba TUHAN yang rendah hati. Buktinya ialah dalam pelayanan itu:
Yang Pertama: Ia banyak mencucurkan air mata.
Jangan sebaliknya kita justru mencucurkan air mata orang lain, membuat sakit hati orang lain sampai membuat ia mencucurkan air mata. Tetapi biarlah kita menanggung segala sesuatu, sehingga dalam pelayanan juga banyak mencucurkan air mata. Sekalipun tidak punya beras, namun tidak usah minta-minta; tahan saja.
Kemudian, yang kedua: Banyak mengalami pencobaan.
Artinya, jangan lempar salib mu, tetapi terima saja apa yang sedang terjadi.
 
Kisah Para Rasul 20:20-21
(20:20) Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu; (20:21) aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus.
 
Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Sekalipun dia banyak mencucurkan air mata, kemudian banyak mengalami pencobaan, namun ia tidak melalaikan apa yang berguna bagi sidang jemaat.
Kemudian, semua kuberitakan dan semua kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu. Selanjutnya di sini dikatakan: Aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, itulah orang yang rendah hati.
 
Hamba TUHAN yang rendah hati itu tidak lalai dalam 3 (tiga) hal:
1.       Tidak lalai di dalam memberitakan Firman Allah.
2.       Tidak lalai di dalam hal mengajarkan Firman Allah.
3.       Tidak lalai bersaksi dari hal Firman Allah.
 
Jadi, saat bersaksi pun harus Firman Allah yang disaksikan; banyak ayat Firman yang dapat disaksikan. Jangan sedikit-sedikit berkata: Ketika saya pergi ke Amerika, lalu di situ saya temukan batu giok. Kemudian, dikit-dikit: Ketika saya pergi ke Israel, saya melihat begini dan begitu; untanya sudah tiga punuk nya di atas. Bukan itu kesaksian yang benar, tetapi yang benar adalah bersaksi dari hal Firman Allah.
 
Kembali saya sampaikan: Hamba TUHAN yang rendah hati tidak lalai memberitakan dari Firman Allah, tidak lalai mengajarkan dari Firman Allah, tidak lalai bersaksi dari hal Firman Allah kepada Yahudi, Yunani, kafir, siapa saja. Tujuannya adalah supaya mereka bertobat dan percaya kepada TUHAN Yesus Kristus.
 
Kisah Para Rasul 20:22-23
(20:22) Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ (20:23) selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku.
 
Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh ... Sebelum menjadi tawanan dan binasa, biarlah kita semua menjadi tawanan Roh seperti Rasul Paulus yang menjadi tawanan Roh dalam pelayanan TUHAN.
 
Selanjutnya di sini dikatakan: Aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ. Tawanan Roh itu arahnya ke Yerusalem. Kalau tawanan Roh bukan ke Yerusalem, sesungguhnya itu bukanlah “tawanan Roh” walaupun dia terikat dengan pelayanan.
Tawanan Roh itu arahnya ke Yerusalem, bukan perkara lahiriah, sama nanti seperti orang yang meninggalkan pelayanan, meninggalkan Yerusalem turun ke Yerikho, pada akhirnya ia babak belur. Tetapi tawanan Roh itu arahnya adalah Yerusalem.
 
Mengapa arahnya harus ke Yerusalem? Karena itu adalah pesan Yesus yang terakhir untuk tetap tinggal di Yerusalem; dari situ nanti kita memulai kesaksian itu, mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi. Oleh sebab itu, tetaplah tinggal di Yerusalem, sebab ada janji yang akan kita nanti kan di Yerusalem, khusus kepada imam-imam, pelayan TUHAN, hamba-hamba TUHAN, dan gembala sidang.
 
Sekali lagi saya sampaikan: Tawanan Roh selalu arahnya ke Yerusalem, bukan kepada perkara lahiriah, sebab yang lahiriah nanti pasti dicukupkan oleh TUHAN.
 
Kisah Para Rasul 1:12-14
(1:12) Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem. (1:13) Setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot dan Yudas bin Yakobus. (1:14) Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.
 
Rasul-rasul hamba TUHAN ada di loteng Yerusalem; mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus, untuk menantikan janji TUHAN. Oleh sebab itu, harus menjadi tawanan Roh.
 
Selanjutnya, kita akan memperhatikan Kisah Para Rasul 2, dengan perikop: “Pentakosta”, atau hari raya Pentakosta. Diawali dari hari raya Paskah, lalu hari raya roti tidak beragi, kemudian, hari raya buah bungaran, itulah hari raya Pentakosta.
 
Kisah Para Rasul 2:1
(2:1) Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat.
 
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat.
Ayo, berikan dirimu dalam kuasa Roh TUHAN; bersiaplah untuk menantikan pencurahan, supaya hidupmu, pelayananmu ke depan lebih dahsyat dipakai TUHAN. Bersiaplah untuk menerima pencurahan Roh Kudus. Berikanlah hatimu seluas-luasnya; harus percaya.
 
Kisah Para Rasul 2:2
(2:2) Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;
 
Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, seluruh kemah, seluruh hidup, baik itu hidupku dan hidupmu.
 
Kisah Para Rasul 2:3
(2:3) dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.
 
Saat kita menantikan janji TUHAN, lihatlah; janji TUHAN tergenapi, sebab kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing, karena kita adalah tawanan Roh di mana arahnya adalah Yerusalem.
Oleh sebab itu, kita harus tetap tinggal di Yerusalem, seperti mereka yang tinggal di loteng Yerusalem, kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.
 
Kisah Para Rasul 2:4
(2:4) Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
 
Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, mulailah mereka berkata-kata dengan bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
 
Kisah Para Rasul 2:5
(2:5) Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit.
 
Di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit; jadi, dari segala bangsa, semuanya diam di Yerusalem.
 
Kisah Para Rasul 2:6-11
(2:6) Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. (2:7) Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? (2:8) Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: (2:9) kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, (2:10) Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, (2:11) baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah."
 
Singkat kata: Rasul-rasul dan mereka yang menantikan janji TUHAN betul-betul dipenuhkan oleh Roh Kudus dalam bentuk lidah-lidah api. Sehingga oleh karena lidah-lidah api Roh Kudus ini, akhirnya lidah mereka mengucapkan kata-kata yang tidak bisa dipahami oleh mereka, tetapi didengar oleh semua bangsa-bangsa yang diam di Yerusalem.
 
Setelah mendengar bahasa itu; ada bahasa Yunani, ada bahasa Gerika, ada bahasa macam-macam, lalu mereka yang mendengar itu mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata -- yang dipenuhkan oleh Roh Kudus dan mereka berkata-kata sesuai dengan bahasa lidah oleh lidah api Roh Kudus -- itu orang Galilea?
Selanjutnya di sini dikatakan: Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri. Jadi, bukan bahasa “sikaraba sikaraba”, tetapi mereka berkata-kata sesuai dengan api lidah Roh Kudus, sehingga lidah mereka digoyang, sesuai dengan lidah api Roh Kudus, bukan lidah manusia.
 
Apa saja lidah api Roh Kudus mengucapkan kata-kata? Kita orang Partia -- coba bayangkan, orang Galilea tetapi bisa mengucapkan bahasa Partia --, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia -- bahasa Libia -- yang berdekatan dengan Kirene -- bahasa Kirene --, pendatang-pendatang dari Roma -- bahkan bahasa Roma --, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta -- bahasa Kreta -- dan orang Arab -- bahasa Arab --, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.
Perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan oleh Allah, itulah lidah-lidah api Roh Kudus. Mereka berkata-kata dengan lidah bahasa Roh Kudus.
 
APA MAKSUDNYA DI INI? Barulah tadi saya tertegun “Apa TUHAN? Mengapa harus menggunakan lidah api Roh Kudus terhadap lidah manusia, sehingga dengan lidah-lidah itu terucap kata-kata dengan lidah Roh Kudus? Mengapa TUHAN? Dengan bahasa semua orang yang diam di Yerusalem, apa maksudnya, TUHAN?
Saya baru merenung: Oh, inilah tawanan Roh itu; dia mengerti orang lain.
 
Sungguh enak sekali kalau akal budi dikirimkan dalam setiap pertemuan ibadah, bukan? Seperti Maria duduk di dekat kaki TUHAN dan terus mendengar Firman. Sekalipun satu jam berlalu, namun terus dengar Firman; satu setengah jam berlalu, namun terus dengar Firman.
 
1 Korintus 9:20-22
(9:20) Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. (9:21) Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. (9:22) Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka.
 
Inilah tawanan Roh itu: Bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi. Bagi orang Yahudi, Rasul Paulus menjadi seperti orang Yahudi, supaya banyak jiwa dimenangkan, termasuk orang Yahudi.
 
Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat, Rasul Paulus menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun Rasul Paulus tidak hidup di bawah hukum Taurat, tetapi hanya “seperti”, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya Rasul Paulus dapat memenangkan sebanyak-banyaknya jiwa, termasuk jiwa-jiwa yang hidup di bawah hukum Taurat.
 
Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, itulah bangsa kafir yang tidak mengenal Taurat, sebelum mengenal Yesus, sebab sesungguhnya, Taurat itu hanya ditujukan kepada orang Yahudi.
 
Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah. Bagi orang-orang yang lemah, Rasul Paulus menjadi sama seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah tidak berdaya.
 
Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya. Singkat kata: Bagi semua orang, Rasul Paulus telah menjadi segala-galanya, bagi segala bahasa yang diam dikolong langit di Yerusalem.
Kalau kita menjadi tawanan Roh, kita dipenuhkan oleh Roh Kudus, maka kita akan berkata-kata sesuai dengan lidah api Roh Kudus yang mengerti orang lain, menyelami hati orang lain, mengerti keadaan orang lain, tidak egois; itulah kepenuhan Roh Kudus.
 
Sudah seharusnya imam-imam, pelayan TUHAN, apalagi hamba-hamba TUHAN, gembala sidang menjadi tawanan Roh, supaya dipenuhkan dengan Roh Kudus, sebab arah dari tawanan Roh itu adalah Yerusalem, di situlah kita nanti dipenuhkan oleh Roh Kudus, lalu memahami jiwa-jiwa yang dilayani TUHAN.
Imam-imam jangan melayani tetapi tidak paham sidang jemaat; jangan sampai seperti itu, tetapi harus memahami. Jangan malas antar jemput, antar jemput. Yang punya kendaraan, upayakan antar jemput. Yang tidak punya kendaraan, segera dijemput. Yang punya kendaraan mobil, sepeda motor, upayakan segera jemput.
 
Biarlah kita memahami, menyelami hati orang lain. Isteri ku doakan, supaya saya juga menyelami hatimu. Sidang jemaat doakan, supaya saya juga bisa menyelami hati saudara.
 
Itulah tawanan Roh; yang penting adalah tabah dan iman. Dan kita sekarang ini, biarlah menjadi tawanan Roh, di mana arahnya selalu Yerusalem, jangan yang lain-lain; di situlah kita menantikan janji TUHAN, dan Roh TUHAN itu yang memampukan kita untuk dapat menyelami hati orang lain.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 

No comments:

Post a Comment