KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, July 12, 2021

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 22 JUNI 2021


 
IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 22 JUNI 2021
 
KITAB KOLOSE
(Seri:148)
 
Subtema: DIBENARKAN, DISUCIKAN, SAMPAI LIMPAH KASIH KARUNIA
 
Segala puji dan segala hormat hanya bagi Dia yang duduk di atas takhta kemuliaan-Nya dalam kekekalan, yang sudah memungkinkan kita untuk berada di tengah Ibadah Doa Penyembahan.
Tidak lupa pula saya menyapa sidang jemaat TUHAN yang ada di Bandung, di Malaysia, bahkan umat TUHAN, simpatisan, yang setia dan tekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, lewat live streaming video internet Youtube, Facebook, baik anda yang ada di dalam negeri, maupun anda yang ada di luar negeri.
Selanjutnya, kita berdoa, kita mohonkan kemurahan TUHAN, supaya pembukaan Firman yang akan kita terima itu membawa kita masuk dalam kesatuan dan kita benar-benar dibawa sampai kepada puncak ibadah, itulah gunung Sion, wujudnya adalah doa penyembahan. Itulah yang merupakan jaminan dari segala sesuatu, sehingga betul-betul nanti kita tertolong, sampai kepada masa kesukaran. Maka, biarlah kiranya kita senantiasa dibawa dan digembalakan oleh Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT).
 
Mari kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose 3, sekarang kita masih memperhatikan ayat 19, dengan perikop: “Hubungan antara anggota-anggota rumah tangga.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
 
Seorang suami harus tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar. Kemudian, sikap dari seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya ialah janganlah berlaku kasar terhadap dia.
 
Lebih rinci di dalam hal mengasihi isterinya, kita perhatikan 1 Petrus 3, dengan perikop: “Hidup bersama suami isteri”. Kristus adalah Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga, Dialah Suami kita, sedangkan gereja TUHAN adalah tubuh-Nya, dan sekaligus mempelai perempuan-Nya atau isteri-Nya dalam keadilan dan kebenaran.
1 Petrus 3:7
(3:7) Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
 
Singkat kata: Seorang suami harus berlaku bijaksana terhadap isterinya.
Yesus Kristus adalah Kepala Gereja dan Mempelai Pria Sorga, Dialah Suami dalam keadilan dan kebenaran = Suami yang bijaksana.
 
Soal KEBIJAKSANAAN ini, kita baca Daniel 12.
Daniel 12:3
(12:3) Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
 
Orang-orang bijaksana sama seperti bintang-bintang yang bercahaya di cakrawala. Adapun tugas dari orang-orang bijaksana adalah menuntun banyak orang kepada kebenaran. Demikian halnya dengan Rasul Paulus terhadap sidang jemaat di Korintus, yang dapat kita perhatikan pada 1 Korintus 10.
 
Mari kita lihat ayatnya di dalam 1 Korintus 10, dengan perikop: “Israel sebagai suatu peringatan”.
1 Korintus 10:14-15
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! (10:15) Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan!
 
Sebagai seorang hamba TUHAN yang bijaksana, Rasul Paulus menghimbau sidang jemaat di Korintus dengan tegas, supaya mereka menjauhi penyembahan berhala. Demikian juga Firman ini ditujukan kepada kita, supaya kita juga menjauhi penyembahan berhala.
Dalam hal ini, Rasul Paulus sedang berjuang keras untuk menuntun sidang jemaat di Korintus kepada kebenaran yang hakiki.
 
Terkait dengan ayat 14-15, kita hubungkan langsung dengan ayat 19-20.
1 Korintus 10:19-20
 (10:19) Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (10:20) Bukan! Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat.
 
Rasul Paulus berkata; jauhilah penyembahan berhala. Maksudnya adalah; agar sidang jemaat di Korintus jangan bersekutu dengan roh-roh jahat.
Demikian juga supaya kita jangan bersekutu dengan segala jenis roh-roh jahat, sama seperti bangsa Israel di padang gurun selama 40 (empat puluh) tahun, di mana mereka bersekutu dengan roh-roh jahat. Sekalipun mereka menjadi barisan yang dipimpin oleh Musa, atau menjadi rombongan jemaat yang nampaknya beribadah kepada TUHAN; namun sesungguhnya, persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah.
 
Hal ini sangat memprihatinkan sekali; membawa korban dan persembahan, lalu dipersembahkan di atas mezbah. Tetapi kenyataannya, segala sesuatu yang mereka persembahkan, dipersembahkan kepada roh-roh jahat.
 
Oleh sebab itu, perhatikanlah ayat 21.
1 Korintus 10:21
(10:21) Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.
 
-          Kalau ibadah dan pelayanan ini dihubungkan dengan darah salib Kristus, ya puji TUHAN, sebab memang itu yang benar di hadapan TUHAN.
-          Kemudian, jika di tengah ibadah dan pelayanan ini kita boleh mendapatkan kitab peringatan yang ada di hadapan-Nya, itulah pembukaan rahasia Firman yang senantiasa memperingati kita, supaya kita jangan terlanjur-lanjur di dalam hal melakukan dosa, sesungguhnya itulah yang benar.
Akan tetapi, kita tidak boleh bersekutu dengan TUHAN -- atau menghadap TUHAN dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah --, namun dalam kesempatan yang lain, kita bersekutu juga dengan roh-roh jahat; sebab, itulah yang akan menyebabkan sehingga segala persembahan yang dipersembahkan itu kepada roh-roh jahat.
 
Selanjutnya, marilah kita melihat yang dimaksud dengan PERSEKUTUAN BANGSA ISRAEL KEPADA ROH-ROH JAHAT, di dalam 1 Korintus 10.
1 Korintus 10:6-10
(10:6) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, (10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria." (10:8) Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. (10:10) Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
 
Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita. Apa yang dialami oleh bangsa Israel dalam perjalanan di padang gurun selama 40 (empat puluh) tahun, merupakan gambaran dan bayangan perjalanan ibadah pelayanan kita di atas muka bumi ini di hari-hari terakhir ini.
 
Singkat kata: Adapun persekutuan bangsa Israel dengan roh-roh jahat, antara lain:
1.      Pada ayat 6: Bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat.
2.      Pada ayat 7: Bangsa Israel menyembah berhala.
3.      Pada ayat 8: Bangsa Israel melakukan percabulan.
4.      Pada ayat 9: Bangsa Israel mencobai TUHAN.
5.      Pada ayat 10: Bangsa Israel bersungut-sungut di hadapan TUHAN.
 
Kita masih mengikuti penjelasan dari hal yang kedua.
Keterangan: BANGSA ISRAEL MENYEMBAH BERHALA.
Adapun peristiwa tersebut ditulis dengan jelas di dalam kitab Musa yang kedua, yakni Keluaran 32:1-35, menurut pembagiannya, antara lain:
A.    Ayat 1-6 tentang lembu emas.
B.     Ayat 7-14 tentang murka Allah kepada bangsa Israel.
C.     Ayat 15-20 tentang 2 (dua) loh batu yang dipecahkan.
D.    Ayat 21-29 tentang Musa marah kepada Harun, abangnya.
E.     Ayat 30-35 tentang Musa berdoa untuk bangsa Israel.
 
Dua minggu berturut-turut, kita sudah mengikuti penjelasan tentang “dua loh batu” pada ayat 15-20. Namun, marilah kita kembali untuk memperhatikan tentang “dua loh batu.
 
Tentang: DUA LOH BATU YANG DIPECAHKAN (KELUARAN 32:15-20)
Kita langsung membaca Keluaran 32:19, dengan perikop: “Anak lembu emas”.
Keluaran 32:19
(32:19) Dan ketika ia dekat ke perkemahan itu dan melihat anak lembu dan melihat orang menari-nari, maka bangkitlah amarah Musa; dilemparkannyalah kedua loh itu dari tangannya dan dipecahkannya pada kaki gunung itu.
 
Di sini kita melihat: Musa memecahkan dua loh batu yang berisikan 10 (sepuluh) hukum Allah.  Mengapa ia melakukan itu?
-          Karena Musa melihat patung anak lembu emas tuangan itu.
-          Kemudian, melihat bangsa itu menari-nari.
Menunjukkan, bahwasanya bangsa Israel mencari kepuasan dan kesukaan besar dari berhala itu.
 
Tetapi sebetulnya, di hari-hari terakhir ini, banyak juga orang Kristen mencari kepuasan dan kesukaan kepada berhala, sederhana saja; sampai jauh-jauh malam, lupa tidur, lupa berdoa, lupa menyembah hanya karena HP Android (gawai, smartphone).
 
Kemudian, dua loh batu yang dipecahkan itu merupakan gambaran dari pribadi Yesus, Dialah Firman Allah yang menjadi manusia, namun Ia telah memecahkan segenap hidup-Nya, segenap jiwa-Nya, segenap hati-Nya di atas kayu salib.
Pendeknya: Yesus telah mengadakan pekerjaan penebusan dan pendamaian di atas kayu salib, di bukit Golgota, karena bangsa Israel dan dosa berhala mereka.
 
Kalau hukum Taurat itu ditegakkan, dengan kata lain; dua loh batu yang berisikan 10 (sepuluh) hukum Allah tidak dipecahkan, maka bangsa Israel akan mati binasa, karena dosa, pelanggaran, dan segala berhala-berhala mereka; sebab, pada dua loh batu tersebut tertulis hukum-hukum Allah.
-          Hukum yang pertama adalah jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
-          Kemudian, hukum yang kedua adalah jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun, kemudian jangan sujud kepadanya dan jangan beribadah kepadanya.
Jikalau hukum Taurat dipertahankan, maka bangsa Israel tentu saja harus binasa. Tetapi oleh karena kemurahan TUHAN, Yesus adalah Firman Allah, hukum Allah yang sudah menjadi manusia; Ia telah memecahkan segenap jiwa-Nya, segenap hati-Nya di atas kayu salib. Ia sudah mengadakan pekerjaan penebusan dan pendamaian terhadap pelanggaran bangsa Israel, terhadap dosa berhala bangsa Israel, termasuk berhala kita di hari-hari terakhir ini, termasuk kekerasan hati kita di hari-hari terakhir ini. TUHAN sudah mengerjakan penebusan untuk saya dan saudara yang keras hati ini.
 
Kita perhatikan Ibrani 9, dengan perikop: “Kristus adalah Pengantara dari perjanjian yang baru”, dengan kata lain; Dia adalah Imam Besar yang sudah mengadakan pendamaian terhadap dosa, satu kali untuk selamanya di atas kayu salib.
Ibrani 9:12,22
(9:12) dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. (9:22) Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.
 
Hampir segala sesuatu disucikan (mengalami penyucian) menurut hukum Taurat dengan darah domba jantan dan dengan darah anak lembu. Pendeknya: Tanpa korban Kristus, tidak mungkin terjadi pengampunan terhadap dosa manusia, terhadap dosa kejahatan, termasuk dosa berhala manusia.
 
Kita perhatikan Roma 8, dengan perikop: “Hidup oleh Roh.” Kita akan fokus memperhatikan ayat 3, namun terlebih dahulu kita membaca ayat 1.
Roma 8:1
(8:1) Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.
 
Tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus, sebab Yesus telah mengadakan penebusan dan pendamaian terhadap dosa. Maka tentu saja, kalau kita menyatu dengan korban Kristus, menyatu dengan kematian TUHAN Yesus Kristus, penghukuman bagi mereka tidak berlaku lagi.
Tanpa penumpahan darah, maka tidak ada pengampunan. Oleh sebab itu, kalau kita menyatu dengan darah salib Kristus, bergabung dengan Anak Domba jantan yang disembelih, dan menyatu dengan pengalaman kematian-Nya, maka penghukuman tidak berlaku lagi, sebab darah salib adalah jaminan jitu, darah salib adalah jaminan dari segala-galanya.
 
Roma 8:3
(8:3) Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,
 
Tadi kita sudah melihat; hukum Taurat tidak berkuasa untuk mengadakan penyucian, apalagi pengampunan dosa, tetapi lihatlah; apa yang tidak dapat dilakukan oleh hukum Taurat, telah dilakukan oleh Allah dengan satu cara -- tidak ada cara yang lain --, yaitu dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging.
 
Singkat kata: Yesus telah menanggung penderitaan di atas kayu salib karena dosa manusia = Menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, sehingga terjadi pengampunan terhadap dosa, sebab hukum Taurat tidak berkuasa untuk menyucikan, apalagi mengampuni dosa manusia.
Kita patut bersyukur kepada TUHAN, sebab ini adalah kasih karunia yang heran bagi kita sekaliannya. Dan Rasul Paulus juga menuliskannya dan melukiskan hal ini dalam sebuah tulisan dan berkata bahwa; kita ada sebagaimana ada, itu karena keajaiban kasih Allah.
 
Kita sudah ditenun, dibentuk dari sejak rahim ibu; jadi, ini adalah suatu peristiwa yang heran dan ajaib, maka jangan saudara buat hidup saudara menjadi kehidupan yang murahan. Karena kejadian kehidupan kita ini adalah ajaib, maka segala perbuatan kita harus membuktikan bahwa TUHAN itu ajaib dalam diri kita masing-masing.
 
AKIBAT PECAHNYA DUA LOH BATU.
Keluaran 32:20
(32:20) Sesudah itu diambilnyalah anak lembu yang dibuat mereka itu, dibakarnya dengan api dan digilingnya sampai halus, kemudian ditaburkannya ke atas air dan disuruhnya diminum oleh orang Israel.
 
Setelah dua loh batu yang berisikan hukum-hukum Allah itu dihancurkan, maka yang terlihat dengan jelas di sini ialah patung lembu emas dibakar dengan api, lalu digiling sampai halus.
Lembu emas, itu jelas berbicara tentang; kekerasan hati. Berhala itu adalah kekerasan di hati. Jadi, patung lembu emas itu adalah berhala, dan kekerasan di hati juga adalah berhala.
 
Pendeknya: Dengan matinya Yesus di atas kayu salib, maka segala kekerasan di hati dan segala dosa kejahatan turut dihancurkan oleh darah salib Kristus, sehingga segala dosa sudah hancur, segala dosa sudah luluh lantah. Bukan hanya berhala, tetapi juga termasuk segala berhala-berhala, segala jenis kejahatan sudah hancur, luluh lantah.
 
Sekali lagi saya sampaikan: Dengan matinya Yesus di atas kayu salib, maka segala kekerasan di hati, segala kejahatan turut dihancurkan oleh darah salib Kristus sama seperti lembu emas digiling halus.
 
Kita hubungkan dengan 1 Petrus 2, dengan perikop: “Penderitaan Kristus sebagai teladan” Yesus, Anak Allah telah dikorbankan di atas kayu salib; pekerjaan yang Dia kerjakan itu, melayakkan Dia untuk menjadi contoh teladan yang utama.
1 Petrus 2:19-20
(2:19) Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. (2:20) Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.
 
Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Menderita karena dosa, itu bukan pujian, tetapi itu membuat kita menjadi hina. Sebaliknya, jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita -- itulah yang disebut aniaya karena Firman atau sengsara karena salib--, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.
 
Yang pasti, yang mau saya sampaikan malam ini adalah Yesus menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung, supaya kita hidup di dalam kasih karunia.
Kasih karunia = Kemurahan = Anugerah = Yang tidak layak menjadi layak; itulah yang disebut kemurahan, seperti yang dialami oleh Rasul Paulus; seorang yang ganas, seorang penjahat, tetapi dilayakkan untuk menerima jabatan rasul, dilayakkan untuk melayani TUHAN di tengah-tengah pemberitaan Injil kepada TUHAN.
 
Penderitaan yang dialami oleh Yesus di atas kayu salib, itu merupakan contoh teladan.
Apa tujuan dari contoh teladan? Tujuan dari contoh teladan adalah ...
1 Petrus 2:21
(2:21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
 
Tujuan dari contoh teladan adalah supaya kita mengikuti jejak-jejak kaki Yesus yang berdarah; itulah teladan yang Dia tinggalkan bagi kita. Dan kita dipanggil, hanya untuk satu tujuan, yaitu untuk mengikuti teladan yang ditinggalkan-Nya, itulah jejak darah salib.
 
Kalau kita mengikuti jejak darah salib, mengikuti tapak-tapak kaki Yesus yang berdarah, maka pada saat itu juga, segala jenis dosa rontok, hancur, luluh lantah, segala berhala-berhala akan rontok, hancur, luluh lantah, termasuk mengalahkan dosa terakhir, itulah maut, sebab Allah telah meletakkan musuh-Nya di bawah kaki salib Kristus.
 
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Segala kekerasan hati, segala dosa, maupun berhala akan hancur, jika kita benar-benar mengikuti jejak kaki yang berdarah tadi.
Di dalam 1 Korintus 15:25-26 dikatakan: Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut. Oleh sebab itu, biarlah kiranya kita membawa bejana hati kita ini rendah di bawah kaki salib Kristus, dengan kata lain; mengikuti jejak yang ditinggalkan oleh TUHAN, sehingga semua musuh dikalahkan, semua dosa dirontokkan, segala berhala dan dosa kejahatan pun hancur luluh lantah, digiling halus.
 
Jadi, jangan saudara terkecoh dengan cara-cara pelayanan yang tidak sehat; oleh sebab itu, hindari nafsu orang muda, hindari omongan yang tidak suci. Apa itu omongan yang tidak suci? Mengajarkan kebangkitan, tanpa kematian, dan itu merupakan penyakit kanker yang merusak sel-sel iman dari anggota tubuh yang lain. Janganlah iman kita kandas hanya karena omongan yang tidak suci.
 
Mari kita bandingkan dengan orang yang tidak percaya terhadap darah salib, di dalam 1 Samuel 15, dengan perikop: “Saul ditolak sebagai raja”, sama dengan; tidak ada pengampunan lagi, tidak ada lagi kesempatan untuk diampuni sebab sudah ditolak.
Sebab, di sini kita perhatikan; ada perintah bagi Saul untuk menghabisi semua orang Amalek, mulai dari rajanya, rakyatnya, laki-laki perempuan, besar dan kecil, sampai kepada yang menyusui, bahkan semua binatang yang mereka punya harus dibinasakan, terkait dengan masa lalu yang diperbuat oleh Amalek, di mana mereka menghalang-halangi bangsa Israel di padang gurun, dan itu diingat oleh TUHAN selalu. Oleh karena itulah, TUHAN mau melenyapkan perbuatan jahat Amalek dari bawah kolong langit ini, supaya perbuatan Amalek semacam ini -- yang menghalang-halangi perjalanan salib -- jangan ada di dalam ingatan kita, itu harus dihapuskan dari ingatan kita.
Darah salib berkuasa untuk menyucikan dan mengampuni dosa kita masing-masing; oleh sebab itu, jangan sampai kita menghalang-halangi perjalanan salib. Jadi, dosa Amalek ini harus dihapuskan dari kolong langit ini. Jangan kita tidak percaya kepada TUHAN; jangan kita tidak percaya kepada darah salib, karena kita semua dibenarkan oleh darah salib, kita semua dibenarkan oleh iman. Jadi, apa yang menghalangi iman, itu harus ditumpas habis.
 
1 Samuel 15:22
(15:22) Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.
 
Karena Saul tidak melakukan perintah TUHAN, justru Saul banyak berdalih dengan mencari alasan ini dan itu, persis seperti seorang pemalas yang berkata: "Ada singa di jalan! Ada singa di lorong!", ia membesar-besarkan persoalan, padahal dia sedang berdalih, karena dia tidak melakukan perintah TUHAN.
Setelah mendengar dalih-dalih dari pada Saul ini, Samuel berkata kepada Saul: Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya ...
-          Mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan. Mendengarkan Firman TUHAN, itu jauh lebih baik dari korban sembelihan; oleh sebab itu, dengar-dengaranlah. Jadi, ukuran layak atau tidaknya kita di tengah-tengah ibadah dan pelayanan bukanlah soal korban dan persembahan, tetapi ukurannya adalah dengar-dengaran. Jadi, jauh lebih baik kalau kita dengar-dengaran saja.
-          Memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. Cara untuk membakar lemak atau mempersembahkan lemak di atas mezbah, juga bisa lewat puji-pujian yang kita persembahkan kepada TUHAN; tetapi memperhatikan Firman TUHAN jauh lebih baik dari pada mempersembahkan lemak-lemak dari pada domba jantan.
 
Jadi, mendengar dan memperhatikan nasihat Firman itu jauh lebih baik; itu adalah ukuran kita melayani TUHAN. Jadi, bukan soal siapa yang lebih hebat, siapa yang lebih pintar, siapa yang lebih menarik dalam beribadah, bukan seperti itu; tetapi yang terpenting adalah mendengar dan memperhatikan itu jauh lebih baik. Siapapun kita yang hadir di sini, belajarlah untuk menjadi suatu kehidupan yang dengar-dengaran.
 
Sedikit kesaksian: Ada teman hamba TUHAN di Riau, dia bercerita kepada saya lewat telepon; dia mempunyai jemaat orang Cina kaya, profesinya adalah seorang dokter. Kemudian, pada saat pembangunan gereja, tiba-tiba sang dokter ini mengirimkan satu dump truck yang isinya penuh dengan semen, maksudnya adalah digunakan sebagai persembahan dalam rangka pembangunan Bait (tempat) rumah TUHAN, tempat di mana ia beribadah. Hal itu dilakukan oleh jemaat tersebut tanpa sepengetahuan gembala. Lalu, teman hamba TUHAN (gembala) tersebut langsung memerintahkan jemaat yang kaya ini untuk segera mengangkut semen ini dan kembali ke dalam truk, dan dia berkata “saya tidak butuh”.
Lalu saya bertanya: “Mengapa begitu, pak pendeta?” Jawabnya singkat: “Dia lakukan itu dengan kehebatannya, bukan dengan dengar-dengaran; jadi, saya kembalikan saja.” Kemudian saya bertanya: “Lalu dia bagaimana? Hamba TUHAN tersebut menjawab: “Ya sudah, akhirnya, dari sejak itu, dia uring-uringan. Tetapi bagi saya, saya tidak peduli.”
Itulah hamba TUHAN yang menghidupi Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, dan sidang jemaat harus tahu itu; tetapi, bukan berarti saya tidak mengasihi saudara, namun lepaskanlah status sosial kita ketika kita menghadap TUHAN. Tetaplah menjadi domba yang harus dengar-dengaran.
 
Selanjutnya, kita perhatikan ayat 23.
1 Samuel 15:23
(15:23) Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."
 
Pendurhakaan atau pemberontakan setara dengan dosa bertenung; mencari petunjuk dari arwah-arwah, horoskop, gambar-gambar ular, kodok, si kancil, si kura-kura. Jangan sampai engkau melihat masa depanmu dari horoskop, dari gambar-gambar, termasuk tabiat, termasuk karakter, tidak bisa dikaitkan dengan gambar horoskop.
 
Kemudian, kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim, walaupun terafim atau patung itu tidak didirikan di rumah masing-masing. Jadi, kekerasan di hati adalah penyembahan berhala. Dan Saul ini adalah orang yang keras hati.
 
Singkat kata:
-          Saul adalah seorang pendurhaka
-          Saul adalah orang yang keras hati.
Keduanya adalah dosa yang paling dibenci oleh TUHAN. Saul tidak taat dan tidak percaya kepada darah salib.
 
1 Samuel 15:24
(15:24) Berkatalah Saul kepada Samuel: "Aku telah berdosa, sebab telah kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu; tetapi aku takut kepada rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka.
 
Saul lebih percaya kepada suara daging, lebih percaya kepada hati, pikiran manusia daging; dia tidak percaya dengan darah salib yang berkuasa untuk menyucikan dan mengampuni dosa.
 
1 Samuel 15:25
(15:25) Maka sekarang, ampunilah kiranya dosaku; kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN."
 
Di sini kita melihat: Saul meminta pengampunan dosa, lalu meminta supaya Samuel kembali bersama dengan dia, sebagai syarat supaya dia sujud menyembah kepada TUHAN.
Kalau menyembah TUHAN, tidak boleh pakai syarat. Kalau melayani TUHAN, juga tidak boleh pakai syarat. Kalau datang beribadah, juga tidak boleh pakai syarat.
 
1 Samuel 15:26
(15:26) Tetapi jawab Samuel kepada Saul: "Aku tidak akan kembali bersama-sama dengan engkau, sebab engkau telah menolak firman TUHAN; sebab itu TUHAN telah menolak engkau, sebagai raja atas Israel."
 
Tetapi jawab Samuel kepada Saul: Aku tidak akan kembali bersama-sama dengan engkau, sebab engkau telah menolak firman TUHAN” Berarti, Saul sudah ditolak oleh TUHAN, karena dia menolak Firman TUHAN, mendurhaka kepada TUHAN, kemudian keras hati; dia tidak percaya dengan darah salib Kristus.
 
Jadi, dosa tidak percaya dengan nasihat Firman, itu adalah gambaran dari Setan; maka, Setan tidak mungkin diampuni oleh darah salib. Jadi, dosa tidak percaya setara dengan Setan, dan Setan tidak mungkin diampuni.
Kalau malaikat berbuat dosa, maka dia akan berubah menjadi Setan, dia tidak akan mendapat pengampunan. Maka, dosa tidak percaya ini setara dengan Setan, dan tidak akan diampuni lagi. Tetapi oleh karena kemurahan TUHAN, kita percaya bahwa darah salib berkuasa menyucikan dan mengampuni dosa kejahatan dan segala dosa berhala-berhala yang kita perbuat.
 
Sekarang, kita kembali untuk membaca Keluaran 32.
Keluaran 32:20C
(32:20) Sesudah itu diambilnyalah anak lembu yang dibuat mereka itu, dibakarnya dengan api dan digilingnya sampai halus, kemudian ditaburkannya ke atas air dan disuruhnya diminum oleh orang Israel.
 
Kemudian ditaburkannya ke atas air dan disuruhnya diminum oleh orang Israel. Sebenarnya air sangat bermanfaat untuk memberi kesegaran, bukan? Tetapi jika minum air yang ditaburi abu lembu emas yang dibakar tadi, itu adalah sesuatu yang pahit, tidak enak.
 
Anak lembu itu dibakar dalam api, lalu digiling sampai halus, kemudian ditaburkan ke atas air, lalu disuruh untuk diminum; itu adalah sesuatu yang pahit, yang tidak enak.
Pendeknya: Kekerasan di hati dan kejahatan sudah dihancurkan, sudah diampuni oleh TUHAN, tetapi sekalipun dosa sudah diampuni, sekalipun kejahatan dan berhala sudah diampuni, namun abunya harus bisa diminum. Maksudnya adalah kita harus mengadakan pengakuan, sehingga mengalami kelepasan, dengan kata lain; kita tidak ada lagi hubungan dengan dosa berhala, dosa kejahatan = Tidak mau melakukan dosa itu lagi.
 
Kalau sudah mengalami yang pahit, kenyang dengan pengalaman yang pahit, maka itu menjadi guru, menjadi nasihat, supaya kita jangan mengulangi kesalahan yang sama.
Siapa yang banyak kenyang dengan kepahitan di sini? Jadikanlah itu sebagai guru, jadikanlah itu sebagai nasihat yang baik, supaya kita jangan mengulangi kesalahan yang sama.
 
Ingat: Semua dosa dapat diampuni TUHAN, tetapi konsekuensinya tetap berlangsung. Dosa Daud yang besar itu pun diampuni oleh TUHAN, di mana dosa yang mencolok ada 2 (dua), yaitu:
1.      Dosa kenajisan.
2.      Dosa pembunuhan.
Daud berbuat zinah dengan Batsyeba, kemudian Daud membunuh Uria, suami Batsyeba, orang Het itu; tetapi dengan nasihat (teguran) dari pada nabi Natan, ia segera tersungkur, menangis sejadi-jadinya dan mengakui dosanya, sebab memang dia orang yang setia kepada TUHAN. Tetapi konsekuensinya tetap berlangsung; setelah pengampunan dosa, mulai dari sejak dosa perzinahan itu, keluarga dan kerajaan Daud betul-betul mengalami suatu pergumulan yang hebat, di mana anak-anaknya rusak lakunya. Anak beda isteri bersetubuh (berzinah) dengan anak Daud juga dari isteri yang lain. Kemudian, Absalom, kakak Tamar, yang dizinahi oleh Amnon, membunuh Amnon, lalu Absalom kabur. Jadi, rumah tangga Daud dan kerajaannya betul-betul hancur. Lalu kemudian Absalom kembali untuk mengadakan kudeta habis-habisan. Ini adalah konsekuensi dari sebuah dosa.
 
Itu sebabnya, setelah dua loh batu berisikan sepuluh hukum itu hancur, lembu emas dibakar, lalu digiling halus, lalu dibuang ke air, lalu disuruh diminum; itu adalah konsekuensi. Jadi, pengalaman semacam ini harus menjadi guru, harus menjadi nasihat, supaya dosa yang sama jangan diulangi lagi. Kiranya kita memahaminya.
Tetapi, banyak juga orang tidak mau menggunakan pengalaman pahit menjadi guru, sehingga dosa yang sama terulang dan terulang; ini adalah dosa kekerasan di hati, dan itu adalah berhala. Tetapi biarlah kita tidak ada lagi hubungan dengan dosa, supaya kita tidak lagi melakukan dosa yang sama.
 
Kita perhatikan 1 Yohanes 1, dengan perikop: “Allah adalah terang”, maka anak-anak Allah harus berada di dalam terang. Apa artinya? Harus berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, supaya kita menjadi terang. Kalau kita berada di luar ibadah dan pelayanan, maka pasti kita berada di dalam suasana gelap, sama seperti bangsa kafir sebelum mengenal Allah; tanpa sadar, ditarik kepada berhala-berhala yang bisu, kekerasan di hati yang bisu;
-          Punya tangan, tetapi tidak bisa bekerja.
-          Punya mata, tetapi tidak bisa melihat.
-          Punya telinga, tetapi tidak bisa mendengar doa-doa.
-          Punya kaki, tetapi tidak bisa berjalan menghampiri kita.
Tetapi anehnya, bangsa kafir tanpa sadar dengan mudah ditarik kepada berhala-berhala yang bisu.
Ingat dan perhatikan: Allah adalah terang, maka anak-anak Allah harus ada di dalam terang, ada di tengah ibadah dan pelayanan, lepas dari berhala-berhala kekerasan di hati.
 
1 Yohanes 1:8-9
(1:8) Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. (1:9) Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
 
Kalau kita tidak mau mengakui dosa, maka kita menipu diri sendiri. Kemudian, kebenaran tidak ada di dalam kita; itulah yang terjadi kalau kita tidak mau mengakui dosa. Maka, kalau ada dosa, secepatnyalah kita mengakui dosa itu sendiri.
Sebaliknya, jika kita mengakui dosa-dosa kita, dosa masa lalu, dosa yang pernah dilakukan, dan dosa-dosa yang sekarang kita lakukan, Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa, dan Ia pun akan menyucikan kita dari segala jenis kejahatan, kalau kita mau mengakui dosa.
 
Tidak ada dosa yang diampuni dan disucikan oleh salib. Hanya satu dosa yang tidak diampuni, yaitu kalau kita menyangkal salib, dengan lain kata; kalau kita tidak mengakui dosa itu.
 
1 Yohanes 1:10
(1:10) Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.
Jika kita tidak mengakui dosa, maka tanpa sadar;
-          Kita membuat Dia menjadi pendusta.
-          Firman Allah tidak diam di dalam kita.
 
Biarlah kiranya kita jadikan pengalaman pahit menjadi guru, menjadi nasihat yang luar biasa, sehingga kita tidak lagi mengulangi dosa; maka dosa-dosa yang kita perbuat pun, selanjutnya harus diakui, supaya kita diampuni dan disucikan oleh darah salib. Jangan sampai tidak diakui seperti Saul yang tidak mau mengakui dosanya.
 
Kita akan melihat; ORANG YANG MENGAKUI DOSA, di dalam 1 Timotius 1, dengan perikop: “Ucapan syukur atas kasih karunia Allah”.
1 Timotius 1:12-13
(1:12) Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku -- (1:13) aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman.
 
Darah salib senantiasa menguatkan kita masing-masing. Kekuatan kita hanya di dalam TUHAN oleh darah salib; oleh sebab itu, kehidupan yang dikuatkan oleh darah salib, tandanya adalah setia, dan kepadanya pasti dipercayakan sebuah karunia jabatan.
 
Lihat, Paulus tidak sungkan-sungkan, tidak segan-segan, tidak malu mengakui pengalaman pahit, tidak malu mengakui dosa-dosanya, antara lain;
1.      Seorang penghujat.
2.      Seorang penganiaya.
3.      Seorang ganas.
Ganas itu adalah tabiat dari binatang. Kalau binatang berkelamin, ia tidak malu melakukannya di muka manusia. Jadi, ganas di sini luas pengertiannya; bukan hanya sekedar pembunuh, tetapi juga kehidupan yang najis, walaupun dia kekeh dengan Taurat, dan dia juga seorang Farisi yang cendikiawan.
Tetapi lihatlah, TUHAN menaruh belas kasihan kepada Paulus, sebab ia dianggap layak untuk menerima jabatan rasul, selanjutnya memberitakan Injil, secara khusus kepada bangsa kafir yang ada di Asia kecil.
 
Kemudian, ada hal penting yang harus kita ketahui di sini: Semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman, di luar kesadaran. Tetapi sekarang, kita hidup oleh iman, dibenarkan oleh iman, itulah darah salib, dengan lain kata; diampuni oleh darah Salib; itulah hidup yang dibenarkan oleh iman.
Dulu, dia hidup di luar iman, artinya; dia berpegang teguh kepada hukum Taurat, kekeh dengan Taurat (kejahatan dibalas dengan kejahatan). Kalau itu terjadi, maka bangsa Israel pasti binasa, tetapi TUHAN menaruh belas kasihan kepada Rasul Paulus; dia tidak malu, tidak sungkan, tidak segan-segan mengakui dosanya.
 
Yang mau mengakui dosa, boleh nanti langsung ke depan untuk sujud menyembah TUHAN; langsung saja, tidak usah sungkan-sungkan, supaya terjadi kelepasan. Jangan pertahankan kekerasan di hati, sebab itu adalah berhala; jadi, harus digiling halus, barulah diminum. Belajarlah dari pengalaman pahit.  
 
1 Timotius 1:14
(1:14) Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus.
 
Sampai pada akhirnya, Rasul Paulus limpah kasih karunia. Apa itu limpah kasih karunia? Yaitu hidup dalam doa penyembahan, itulah limpah kasih karunia; dibenarkan, disucikan, dan sempurna.
-          Dibenarkan oleh darah salib, itu adalah kasih karunia.
-          Disucikan lewat ketekunan dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok, itu adalah kasih karunia.
-          Sampai akhirnya, sempurna, itu limpah kasih karunia, karena hidup dalam doa penyembahan; penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah.
 
Ayo, ibadah yang memuncak sampai kepada doa penyembahan, itu artinya limpah kasih karunia. Mari kita tundukkan kepala, kita bawa diri kita rendah di ujung kaki salib; semua dosa hancur, semua dosa rontok digiling halus.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 

No comments:

Post a Comment