KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, July 23, 2021

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 29 JUNI 2021


 
IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 29 JUNI 2021
 
KITAB KOLOSE
(Seri:149)
 
Subtema: GEMBALA SIDANG MENGALAMI PENYUCIAN
 
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sudah memungkinkan kita untuk berada dalam perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan, dan sebentar kita akan tersungkur di kaki salib TUHAN, sujud menyembah Allah yang hidup; Allah yang berkuasa, berdaulat atas kehidupan kita masing-masing.
Tidak lupa juga saya menyapa sidang jemaat TUHAN yang ada di Bandung, di Malaysia, bahkan para simpatisan, umat TUHAN yang senantiasa tekun untuk digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia, kiranya TUHAN memberkati saudara. Selanjutnya, mari kita berdoa, kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya pembukaan Firman itu betul-betul meneguhkan setiap hati kita masing-masing.
 
Segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose 3, sekarang kita masih memperhatikan ayat 19, dengan perikop: “Hubungan antara anggota-anggota rumah tangga.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
 
Seorang suami harus tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar. Kemudian, sikap yang dituntut oleh TUHAN dari seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya ialah janganlah berlaku kasar terhadap isterinya.
 
Lebih rinci kita baca di dalam 1 Petrus 3, dengan perikop: “Hidup bersama suami isteri.
1 Petrus 3:7
(3:7) Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
 
Selanjutnya, di sini dikatakan: Seorang suami harus berlaku bijaksana terhadap isterinya.
Yesus Kristus adalah Kepala Gereja dan Mempelai Pria Sorga, Dialah Suami dalam kebenaran dan keadilan = Suami yang bijaksana.
 
Soal KEBIJAKSANAAN ini, kita baca dalam Daniel 12.
Daniel 12:3
(12:3) Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
Orang-orang bijaksana sama seperti bintang-bintang yang bercahaya di cakrawala. Adapun tugas dari orang-orang bijaksana adalah menuntun banyak orang kepada kebenaran. Demikian halnya dengan Rasul Paulus terhadap sidang jemaat di Korintus di hadapan TUHAN.
 
Mari kita lihat di dalam 1 Korintus 10, dengan perikop: “Israel sebagai suatu peringatan”.
1 Korintus 10:14-15
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! (10:15) Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan!
 
Sebagai seorang hamba TUHAN yang bijaksana, Rasul Paulus menghimbau sidang jemaat di Korintus dengan tegas, supaya mereka menjauhi penyembahan berhala.
 
Selanjutnya, pada ayat 15 bagian B dikatakan: Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan! Mari kita memperhatikan apa yang dimaksud bagian B ini.
 
1 Korintus 10:19-20
(10:19) Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (10:20) Bukan! Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat.
 
Maksud Rasul Paulus untuk mengatakan jauhilah penyembahan berhala ialah agar sidang jemaat di Korintus jangan bersekutu dengan roh-roh jahat, seperti bangsa Israel dalam perjalanan mereka di padang gurun selama 40 (empat puluh) tahun. Sekalipun mereka menjadi barisan yang dipimpin oleh Musa di padang gurun, atau menjadi rombongan jemaat yang nampaknya beribadah kepada TUHAN; namun sesungguhnya, persembahan yang mereka persembahkan adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Jadi, segala sesuatu yang mereka persembahkan, ternyata adalah kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah.
 
Itu sebabnya, Rasul Paulus menghimbau dengan tegas, supaya jemaat di Korintus ini -- sebagai bangsa kafir yang mudah sekali ditarik kepada penyembahan berhala -- menjauhi dengan sungguh-sungguh penyembahan berhala itu, supaya persembahan mereka jangan dipersembahkan kepada roh-roh jahat.
 
1 Korintus 10:21
(10:21) Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.
 
Kita tidak boleh bersekutu dengan TUHAN -- atau datang menghadap TUHAN dan beribadah kepada TUHAN --, namun dalam kesempatan yang lain, kita bersekutu juga dengan roh-roh jahat. Mengapa? Supaya segala sesuatu yang kita persembahkan kepada TUHAN bukanlah kepada roh-roh jahat.
 
Jangan sampai persembahan kita dipersembahkan kepada roh-roh jahat. Sementara ibadah ini dihubungkan dengan salib, kemudian kita sudah menikmati roti yang dipecah-pecahkan, itulah pembukaan rahasia Firman, tetapi kalau di luar ibadah, kita juga masih tetap bersekutu dengan roh-roh jahat, maka segala yang dipersembahkan kepada TUHAN, akhirnya segalanya ternyata kepada roh-roh jahat.
Dan kita tentu saja bersyukur; lewat Firman Allah kita dapat mengerti, dan lewat pengertian ini, akhirnya kita bisa menyenangkan hati TUHAN setiap kali kita menghadap TUHAN.  
 
Selanjutnya, marilah kita melihat yang dimaksud dengan PERSEKUTUAN BANGSA ISRAEL KEPADA ROH-ROH JAHAT, di dalam 1 Korintus 10.
1 Korintus 10:6-10
(10:6) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, (10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria." (10:8) Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. (10:10) Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
 
Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita. Apa yang dialami oleh bangsa Israel dalam perjalanan di padang gurun selama 40 (empat puluh) tahun, ternyata itu merupakan sebagai contoh bagi kita untuk memperingati kita di hari-hari terakhir ini.
Dan itu harus kita perhatikan, karena hari kedatangan TUHAN sudah tidak lama lagi, karena tanda zaman sudah nampak dengan jelas; oleh sebab itu, jangan menganggap enteng, jangan bermain-main seperti zaman Nuh, di mana mereka sibuk makan minum, kawin dan mengawinkan, sampai air bah datang membinasakan mereka, karena mereka tidak peduli dengan Nuh, si pemberita kebenaran. Jangan sia-siakan hidup saudara.
 
Adapun persekutuan bangsa Israel dengan roh-roh jahat selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun, antara lain:
1.      Pada ayat 6: Bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat.
2.      Pada ayat 7: Bangsa Israel menyembah berhala.
3.      Pada ayat 8: Bangsa Israel melakukan percabulan.
4.      Pada ayat 9: Bangsa Israel mencobai TUHAN.
5.      Pada ayat 10: Bangsa Israel bersungut-sungut di hadapan TUHAN.
 
Kita masih mengikuti penjelasan dari hal yang kedua.
Keterangan: BANGSA ISRAEL MENYEMBAH BERHALA.
Adapun peristiwa tersebut ditulis dengan terang di dalam kitab Musa yang kedua, yakni Keluaran 32:1-35, menurut pembagiannya, antara lain:
A.    Ayat 1-6 tentang lembu emas.
B.     Ayat 7-14 tentang murka Allah kepada bangsa Israel.
C.     Ayat 15-20 tentang 2 (dua) loh batu yang dipecahkan.
D.    Ayat 21-29 tentang Musa marah kepada Harun, abangnya.
E.     Ayat 30-35 tentang Musa berdoa untuk bangsa Israel.
 
Kita sudah mendapatkan penjelasan “dua loh batu” selama tiga minggu berturut-turut, dan kita sudah menerimanya sesuai dengan ukuran kasih karunia Allah. Kiranya apa yang sudah kita terima dari sorga, dari Allah, betul-betul berkuasa di dalam diri kita, dengan lain kata; Firman menjadi daging, menjadi praktek dalam kehidupan sehari-hari. Itu adalah tanda bahwa kita senantiasa menikmati pelayanan Roh, bukan pelayanan tubuh, bukan menjalankan ibadah yang dijalankan secara lahiriah.
 
Sekarang, marilah kita mengikuti penjelasan ...
Tentang: MUSA MARAH KEPADA HARUN (KELUARAN 32:21-29)
Sebelum kita membaca secara menyeluruh (secara lengkap), kita akan membaca terlebih dahulu pada ayat 21-25, dengan perikop: “Anak lembu emas”.
Keluaran 32:21-25
(32:21) Lalu berkatalah Musa kepada Harun: "Apakah yang dilakukan bangsa ini kepadamu, sehingga engkau mendatangkan dosa yang sebesar itu kepada mereka?" (32:22) Tetapi jawab Harun: "Janganlah bangkit amarah tuanku; engkau sendiri tahu, bahwa bangsa ini jahat semata-mata. (32:23) Mereka berkata kepadaku: Buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir -- kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia. (32:24) Lalu aku berkata kepada mereka: Siapa yang empunya emas haruslah menanggalkannya. Mereka memberikannya kepadaku dan aku melemparkannya ke dalam api, dan keluarlah anak lembu ini." (32:25) Ketika Musa melihat, bahwa bangsa itu seperti kuda terlepas dari kandang -- sebab Harun telah melepaskannya, sampai menjadi buah cemooh bagi lawan mereka --
 
Berkatalah Musa kepada Harun: "Apakah yang dilakukan bangsa ini kepadamu, sehingga engkau mendatangkan dosa yang sebesar itu kepada mereka?" Tetapi jawab Harun: "Janganlah bangkit amarah tuanku; engkau sendiri tahu, bahwa bangsa ini jahat semata-mata." Harun ini sudah salah, tetapi masih suka ngeyel, masih suka membela dirinya.
Sesungguhnya, “sudah salah, tetapi membela diri ” yang seperti ini tidak cocok menjadi imam besar, tidak cocok menjadi hamba TUHAN. Kalau salah ya salah saja. Kalau salah, tetapi masih suka membela diri untuk membenarkan dirinya, maka tidak cocok menjadi pelayan TUHAN. Mau salah, mau benar, kalau ada teguran, diam saja; tetapi hati juga jangan bersungut-sungut; jadi, lahir batin kita dimurnikan.
 
Singkat kata: Musa marah kepada Harun, serta kepada bangsa Israel, dalam kemarahan yang sangat besar sekali. Namun, amarah Musa kepada Harun dan bangsa Israel, itu berbicara tentang penyucian.
 
Sebelum kita bahas ayat berikutnya, kita bandingkan dengan penyucian yang terjadi di dalam Injil Yohanes 2, dengan perikop: “Yesus menyucikan Bait Allah
Yohanes 2:13-16
(2:13) Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. (2:14) Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. (2:15) Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. (2:16) Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."
 
Yesus tiba di Yerusalem, lalu masuk ke dalam Bait Suci, namun di dalam Bait Suci, didapati-Nya, antara lain;
Yang Pertama: Pedagang-pedagang lembu, kambing domba, merpati, artinya; korban Kristus diperjual-belikan. Sesungguhnya, korban Kristus itu tidak untuk diperjual-belikan. Saya melayani TUHAN dalam bentuk pemberitaan Injil, bukan untuk menjual Firman. Imam-imam datang melayani dengan segala korban dan persembahannya, bukan untuk menjual tenaganya supaya ia mendapat uang, tetapi di sini kita perhatikan; di dalam Bati Suci terdapat pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, artinya; korban Kristus telah diperjual-belikan.
Kalau saudara datang beribadah, dan di tengah ibadah itu saudara berkorban, sesungguhnya itu bukanlah untuk menjual korban, jangan salah; korban Kristus bukan diperjual-belikan. Jangan miliki roh Yudas.  Jangan miliki roh seperti yang dimiliki oleh saudara-saudara Yusuf -- yang mewakili Perjanjian Lama --.
Yang Kedua: Meja-meja penukar uang ada di dalamnya, artinya; hati dijadikan sebagai tempatnya uang. Orang yang semacam ini disebut cinta uang. Seharusnya, meja (hati) ini dijadikan sebagai tempatnya Firman, bagaikan Meja Roti Sajian, dengan 12 (dua belas) ketul roti di atasnya, yang disusun menjadi dua susun (terdiri dari dua bagian), dan masing-masing susun terdiri dari 6 (enam) ketul roti, sehingga kalau disatukan seluruhnya adalah 66 (enam puluh enam), itulah seluruh Kitab Suci di dalam Alkitab.
Yang Ketiga: Bangku-bangku, artinya; adanya keakuan, harga diri dan ego yang masih dipertahankan.
 
Kalau kita ada di tengah-tengah kota Yerusalem, di tengah-tengah keramaian kota, di tengah-tengah ibadah pelayanan, seharusnya 3 (tiga) hal ini tidak boleh ada. Itu sebabnya, ketika Yesus masuk di Bait Allah dan melihat 3 (tiga) hal itu, dia sangat marah, dan itu berbicara tentang penyucian.
Jadi, kalau seorang gembala tegas, jangan saudara berpikir (menganggap) bahwa itu kebencian, bukan, tetapi itu adalah penyucian;
-          Supaya kita jangan menjual korban Kristus.
-          Supaya hati ini dijadikan sebagai tempatnya Firman.
-          Kemudian, supaya jangan lagi ada keakuan, jangan lagi mempertahankan harga diri, jangan lagi ada egosentris di dalam kehidupan kita masing-masing.
 
Tetapi ini bukan saja ditujukan kepada saya sebagai gembala sidang, sebagai hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala, tidak juga hanya ditujukan kepada imam-imam, tetapi tanpa terkecuali, ditujukan juga kepada sidang jemaat. Artinya, kita semua harus mengalami penyucian.
 
Reaksi ketika Yesus melihat semuanya itu: Ia membuat cambuk dari tali, lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci. Ini disebut dengan penyucian cemeti.
Pendeknya: Amarah Yesus di sini berbicara tentang penyucian, sesuai dengan perikop yang ada “Yesus menyucikan Bait Allah” dari 3 (tiga) perkara yang mengotori Bait Suci, yaitu;
1.      Menjual korban Kristus.
2.      Cinta uang.
3.      Mempertahankan keakuan dan egosentris.
 
Beberapa malam yang lalu, saya ajar seorang imam yang sedang keras hati dan bersungut-sungut. Saya bertanya: Apakah Firman yang engkau dengar -- Firman Ibadah Raya Minggu -- bisa engkau mengerti? Apakah engkau diberkati?
Namun dia susah untuk menjawab, ia mempertahankan kekerasan hatinya. Saya tidak mau dia bertahan dengan keras hati, akhirnya saya video call dengan dia dan saya ajak dia nyanyi lagi “berhembuslah Roh Kudus” supaya Roh Kudus berkuasa di hatinya. Saya pandang wajahnya, tetapi dia tidak berani memandang wajah saya.
Seorang imam tidak boleh mempertahankan keakuan. Kalau engkau masih mempertahankan keakuan dan tidak mau disucikan, silahkan mundur dulu, saya beri kesempatan.
 
Jadi, Yesus membuat cambuk dari tali, lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci. Ini adalah penyucian cemeti, sehingga kita disucikan dari dosa yang ada di dalam Bait Suci, yaitu:
1.      Menjual korban Kristus.
2.      Cinta uang.
3.      Mempertahankan keakuan, harga diri dan egosentris.
Itu semua harus disucikan dari Bait Suci, lewat penyucian cemeti. Berarti, ada ketegasan dari seorang gembala, dari seorang hamba TUHAN. Hamba TUHAN tidak boleh takut untuk menyampaikan Firman penyucian, yakni; penyucian cemeti dalam sebuah penggembalaan, hamba TUHAN harus tegas.
Demikian juga dengan Musa, ia tidak menggunakan perasaan sekalipun Harun adalah abangnya. Demikian juga TUHAN Yesus, ketika Dia masuk ke dalam Bait Suci Allah, dia tidak berkata: “Oh, ini adalah saudaraku laki-laki, saudaraku perempuan, ini orang Yahudi”, tidak demikian.
Hamba TUHAN tidak boleh pakai perasaan, tetapi kenyataannya, banyak juga hamba TUHAN yang pakai perasaan, takut kalau orang kaya mundur dari Bait Suci, sebab ia takut (kuatir) siapa nanti yang akan menopang pelayanannya, siapa yang akan mensupport dia. Sesungguhnya dia lupa bahwa yang memelihara hidup adalah TUHAN.
 
Pengkhotbah 4:12B
(4:12) Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.
 
Tali tiga lembar yang dijalin, itulah cemeti, tak mudah diputuskan. Berarti, kalau kita terikat dan mengalami penyucian cemeti, maka kita terputus dari dosa. Penyucian cemeti berkuasa untuk menyucikan kita, sehingga kehidupan kita terputus dari dosa.
 
Kita semua harus mengalami penyucian cemeti, supaya sidang jemaat terputus dari dosa. Sidang jemaat tidak mungkin terputus dari dosa kalau sidang jemaat tidak mengalami penyucian cemeti. Jadi, kita harus bijaksana saat mendengar Firman, supaya jangan ada persungutan. Kita harus tunduk dan pasrah  kepada kuasa Firman, harus taat kepada Firman.
 
Itu sekedar perbandingan, bahwa waktu Musa marah kepada Harun dan bangsa itu, jelas itu berbicara tentang penyucian. Kiranya saudara dapat menerima dan memahami hal ini, sebab kalau kita langsung membaca seluruhnya, saudara bisa gagal paham soal amarah dari pada Musa kepada Harun dan bangsa itu. Tetapi kita sudah mengerti bahwa itu adalah penyucian cemeti.
 
Sekarang, mari kita kembali memperhatikan (memeriksa) Keluaran 32.
Keluaran 32:21-25
(32:21) Lalu berkatalah Musa kepada Harun: "Apakah yang dilakukan bangsa ini kepadamu, sehingga engkau mendatangkan dosa yang sebesar itu kepada mereka?" (32:22) Tetapi jawab Harun: "Janganlah bangkit amarah tuanku; engkau sendiri tahu, bahwa bangsa ini jahat semata-mata. (32:23) Mereka berkata kepadaku: Buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir -- kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia. (32:24) Lalu aku berkata kepada mereka: Siapa yang empunya emas haruslah menanggalkannya. Mereka memberikannya kepadaku dan aku melemparkannya ke dalam api, dan keluarlah anak lembu ini." (32:25) Ketika Musa melihat, bahwa bangsa itu seperti kuda terlepas dari kandang -- sebab Harun telah melepaskannya, sampai menjadi buah cemooh bagi lawan mereka
 
-          Ayat 21, Musa marah kepada Harun, abangnya.
-          Ayat 22-24, Harun membela diri untuk membenarkan dirinya di hadapan Musa.
-          Ayat 25, Musa marah kepada bangsa Israel
 
Singkat kata: Pertama-tama yang disucikan di sini Harun, abangnya. Berarti, pertama-tama yang mengalami penyucian adalah hamba TUHAN, adalah gembala sidang, pemimpin dalam rumah TUHAN. Sebagaimana ketika TUHAN hendak menyucikan 7 (tujuh) sidang jemaat di Asia kecil di dalam Wahyu 2-3, terlebih dahulu TUHAN menyucikan malaikat sidang jemaat atau gembala sidang dari ketujuh sidang jemaat yang ada di Asia kecil itu.
 
Penyucian itu dimulai dari;
1.      Malaikat jemaat (gembala) di Efesus, Wahyu 2:1.
2.      Malaikat jemaat (gembala) di Smirna, Wahyu 2:8.
3.      Malaikat jemaat (gembala) di Pergamus, Wahyu 2:12.
4.      Malaikat jemaat (gembala) di Tiatira, Wahyu 2: 18.
5.      Malaikat jemaat (gembala) di Sardis, Wahyu 3:1.
6.      Malaikat jemaat (gembala) di Filadelfia, Wahyu 3:7.
7.      Malaikat jemaat (gembala) di Laodikia, Wahyu 3:14.
Ketika TUHAN hendak menyucikan 7 (tujuh) sidang jemaat di Asia kecil, selalu diawali dengan "dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat". Jadi, yang terlebih dahulu disucikan adalah malaikat jemaat, gembala sidang, pemimpin-pemimpin rumah TUHAN.
 
TUHAN hendak menyucikan 7 (tujuh) sidang jemaat di Asia kecil, tetapi terlebih dahulu malaikat jemaat (gembala sidang) mengalami penyucian itu. TUHAN terlebih dahulu menyucikan gembala sidang. TUHAN mau pakai gembala sidang untuk menjadi contoh dan teladan, baik dalam perkataan maupun perbuatan, baik dalam segala gerak-gerik, tingkah laku, solah tingkah, baik dalam segala korban dan persembahannya di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, sesuai dengan Ibrani 4:12.
 
Ibrani 4:12
(4:12) Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.
 
Firman Allah itu memang hidup dan kuat, dan hal itu tidak bisa dibantahkan. Firman itu aktif dan bekerja untuk mengerjakan kehidupan manusia, dan Dia berkuasa untuk mengerjakan setiap kehidupan manusia; itu tidak bisa dibantahkan, itu harus kita akui dengan mutlak.
 
Kemudian, yang perlu kita perhatikan di sini:  Pedang Firman Allah memiliki dua mata.
-          Mata pedang yang pertama ditujukan kepada gembala atau malaikat jemaat.
-          Mata pedang yang kedua ditujukan kepada sidang jemaat.
Artinya; yang pertama-tama disucikan adalah gembala atau malaikat jemaat, dengan demikian; Firman Allah yang disampaikan oleh gembala sidang itu berkuasa untuk mengadakan penyucian yang terdalam yang tidak dapat dijangkau mata manusia, itulah manusia batiniah.
Sidang jemaat tidak akan mungkin mengalami penyucian dari Firman, kalau gembala sidang tidak terlebih dahulu terkena oleh mata pedang itu. Kalau mata pedang yang pertama itu tidak ditujukan terlebih dahulu kepada seorang hamba Tuhan, maka dia tidak ada kekuatan, tidak ada kuasa untuk mengadakan penyucian.
 
Tiadalah mungkin sidang jemaat mengalami penyucian jikalau gembala sidang (malaikat sidang jemaat) tidak terlebih dahulu mengalami penyucian itu. Barulah, ketika ia menyampaikan Firman Allah, maka Firman Allah itu berkuasa untuk menyucikan, bahkan terjadi penyucian yang terdalam yang tidak bisa dijangkau oleh manusia, itulah;
1.      Jiwa dan roh.
2.      Sendi-sendi dan sumsum.
3.      Kemudian, sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.
Siapa yang tahu untuk membedakan pertimbangan pikiran hati manusia, kecuali TUHAN? Hanya Firman TUHAN Yesus Kristus yang mampu melakukannya; Dia hidup, Dia kuat.
 
Saya juga tidak boleh menganggap bahwa saya ini sudah rohani, atau sudah dianggap layak untuk menjadi contoh teladan. Saya masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saya mohon, sidang jemaat jangan berhenti untuk terus mendoakan saya, supaya saya layak menjadi contoh teladan; dan keuntungan lainnya adalah kita juga mengalami penyucian. Jadi, ada hubungan timbal balik.
Itulah yang menjadi doa kerinduan saya; TUHAN, tolong saya. Berikanlah saya kekuatan untuk mengalami penyucian, supaya Firman yang saya sampaikan itu juga berkuasa untuk menyucikan sidang jemaat.
 
Dengan demikian, Firman Allah yang disampaikan itu berkuasa untuk mengadakan penyucian yang terdalam, yang tidak dapat dijangkau oleh mata manusia.
 
Ibrani 4:13
(4:13) Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.
 
Malaikat jemaat atau gembala sidang tidak dapat menyembunyikan atau menutup-nutupi dosanya di hadapan TUHAN; seolah-olah dia benar dan suci, seolah-olah dia layak untuk menjadi contoh teladan.
Jadi, mau tidak mau, mata pedang yang pertama sudah harus terlebih dahulu menyucikan kehidupan dari hamba TUHAN itu, sebab tidak ada yang tersembunyi, tidak ada yang bisa ditutup-tutupi, semua jelas di mata TUHAN; TUHAN melihat dan maha tahu, dan itu sudah menjadi motto kita.
 
Jangan saudara berkeras hati. Saya sudah sampaikan supaya kita semua membuat motto “TUHAN melihat dan maha tahu” menjadi wallpaper di Handphone saudara masing-masing; maka, lakukanlah itu. Karena itu bukanlah semata-mata otoritas saya, bukan, tetapi saya tahu apa yang saya sampaikan.
Pasang saja di situ “TUHAN melihat dan maha tahu.” Apa susahnya dengar-dengaran? Tidak ada yang susah. Oleh sebab itu, dengar-dengaranlah, supaya segala sesuatu ke depan dipermudah oleh TUHAN.
 
Jadi, hamba TUHAN tidak bisa berkelit, tidak bisa menutup-nutupi dosanya. Artinya, seorang gembala sidang atau malaikat jemaat harus terlebih dahulu mengalami penyucian supaya Firman Allah yang disampaikan itu berkuasa untuk mengadakan penyucian terhadap sidang jemaat sampai penyucian yang terdalam yang tidak dapat dijangkau oleh mata manusia.
 
Kita kembali untuk membaca Keluaran 32.
Keluaran 32:22-24
(32:22) Tetapi jawab Harun: "Janganlah bangkit amarah tuanku; engkau sendiri tahu, bahwa bangsa ini jahat semata-mata. (32:23) Mereka berkata kepadaku: Buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir -- kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia. (32:24) Lalu aku berkata kepada mereka: Siapa yang empunya emas haruslah menanggalkannya. Mereka memberikannya kepadaku dan aku melemparkannya ke dalam api, dan keluarlah anak lembu ini."
 
Kesalahan besar yang dilakukan oleh Harun ialah Harun mendengar dan merestui sungut-sungut dari pada bangsa Israel untuk membuat lembu emas. Pendeknya: Putusan itu diserahkan oleh pemimpin rohani atau gembala kepada sidang jemaat.
 
Sebagai gembala sidang, jangan menyerahkan keputusan kepada sidang jemaat, tetapi gembala sidang harus bijaksana di dalam hal mengambil keputusan dengan wibawa yang berasal dari Firman Allah yang disampaikan, itulah yang disebut hikmat akal budi dan kebijaksanaan.
Namun Harun menyerahkan putusan itu kepada bangsa Israel (sidang jemaat), ia mendengar dan merestui sungut-sungut dari pada bangsa Israel untuk membuat lembu emas; itulah letak kesalahan dari pada Harun.
 
Kemudian, yang dituntut oleh TUHAN dari malaikat sidang jemaat (gembala sidang) adalah harus memiliki roh penimbang, itulah yang memberikan keputusan yang adil seadil-adilnya; dia harus memiliki hikmat akal budi, dia harus memiliki roh penimbang. Jadi, jangan mendengar sungut-sungut, lalu merestui sungut-sungut yang salah, tetapi harus memiliki roh penimbang.
 
Saya banyak kali menghadapi jemaat yang seperti itu; ketika dia menyampaikan suatu pernyataan, saya timbang dulu, barulah saya ambil keputusan. Kalau memang pernyataan sidang jemaat itu benar, maka harus didengar. Walaupun keputusan ada di tangan gembala sidang (malaikat sidang jemaat), maka itu harus didengar; kalau benar, dengar saja, lalu ambil keputusan yang seadil-adilnya. Oleh sebab itu, yang dituntut oleh TUHAN dari seorang gembala sidang adalah harus memiliki roh penimbang untuk bisa menimbang segala sesuatu; maka, kita membutuhkan pembukaan firman.
Jadi, bukan saja saya dapat menilai saudara, tetapi saudara juga bisa menilai saya lewat pembukaan rahasia Firman. Ketika saya bicara pun, saudara bisa menimbang, karena kita mendapatkan pembukaan Firman; sebaliknya, ketika saudara duduk seperti apapun, saya tahu.
 
Intinya adalah seorang gembala atau malaikat jemaat harus memiliki roh penimbang. Jangan serta merta mendengar, memutuskan, dan merestui sungut-sungut sidang jemaat; itu adalah kesalahan yang besar. Putusan itu tidak boleh diserahkan oleh gembala sidang kepada sidang jemaat, tidak boleh. Putusan itu harus tetap di tangan seorang gembala, supaya penggembalaan ini benar ke depannya di mata TUHAN.
 
SEBAGAI CONTOH.
Kita akan memperhatikan 1 Raja-Raja 3, dengan perikop: “Hikmat Salomo pada waktu memberi keputusan
1 Raja-Raja 3:21
(3:21) Ketika aku bangun pada waktu pagi untuk menyusui anakku, tampaklah anak itu sudah mati, tetapi ketika aku mengamat-amati dia pada waktu pagi itu, tampaklah bukan dia anak yang kulahirkan."
 
Ada 2 (dua) perempuan sundal yang tinggal dalam satu rumah, kemudian melahirkan pada hari yang sama juga. Lalu, satu dari anak yang dilahirkan itu mati tertindih oleh ibunya; lalu di tengah malam, ibu yang jahat ini secepatnya menukar anaknya, lalu mengambil anak yang masih hidup yang dilahirkan oleh perempuan sundal yang satu.
Kemudian, pada ayat 21 ini, perempuan sundal yang satu berkata: “Ketika aku mengamat-amati dia pada waktu pagi itu, tampaklah bukan dia anak yang kulahirkan Tentu saja seorang ibu mengetahui anak yang ia lahirkan walaupun hanya (baru) satu dua hari, sebab hati nurani (batin) seorang ibu itu kuat sekali.
 
1 Raja-Raja 3:22-23
(3:22) Kata perempuan yang lain itu: "Bukan! anakkulah yang hidup dan anakmulah yang mati." Tetapi perempuan yang pertama berkata pula: "Bukan! anakmulah yang mati dan anakkulah yang hidup." Begitulah mereka bertengkar di depan raja. (3:23) Lalu berkatalah raja: "Yang seorang berkata: Anakkulah yang hidup ini dan anakmulah yang mati. Yang lain berkata: Bukan! Anakmulah yang mati dan anakkulah yang hidup."
 
Dua perempuan sundal membawa perkara mereka di hadapan Salomo, tetapi kedua-duanya bersitegang mengakui anak yang masih hidup ini, kedua-duanya bersitegang sehingga tidak ada jalan keluar, sebab ketika peristiwa itu terjadi, tidak ada orang yang melihat.
 
Tetapi lihatlah ayat 24-25.
1 Raja-Raja 3:24-25
(3:24) Sesudah itu raja berkata: "Ambilkan aku pedang," lalu dibawalah pedang ke depan raja. (3:25) Kata raja: "Penggallah anak yang hidup itu menjadi dua dan berikanlah setengah kepada yang satu dan yang setengah lagi kepada yang lain."
 
Melihat pertengkaran kedua perempuan itu yang masing-masing bersitegang dan tidak ada jalan keluar, maka supaya ada jalan keluarnya, Salomo berkata: Ambilkan aku pedang. Penggallah anak yang hidup itu menjadi dua dan berikanlah setengah kepada yang satu dan yang setengah lagi kepada yang lain. Inilah hikmat Salomo ketika kedua perempuan tuna susila itu bersitegang membawa perkaranya di hadapan Salomo.
 
Ketika Salomo membuat suatu pertimbangan yang begitu hebat, lihat ayat 26-27.
1 Raja-Raja 3:26-27
(3:26) Maka kata perempuan yang empunya anak yang hidup itu kepada raja, sebab timbullah belas kasihannya terhadap anaknya itu, katanya: "Ya tuanku! Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia." Tetapi yang lain itu berkata: "Supaya jangan untukku ataupun untukmu, penggallah!" (3:27) Tetapi raja menjawab, katanya: "Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia; dia itulah ibunya."
 
Singkat kata: Salomo memiliki roh penimbang. Buktinya ialah Salomo tahu ibu dari anak yang masih hidup.
Salomo itu memiliki hikmat, akal budi, dan kebijaksanaan; Salomo memiliki roh menimbang; dia dapat menimbang perkara.
 
Melihat dua perempuan bersitegang, Salomo mengambil keputusan untuk memenggal anak yang hidup itu. Tetapi sebetulnya, Salomo tidak bermaksud untuk memenggal, tetapi dia ingin melihat reaksi dari kedua perempuan tuna susila itu. Jadi, dari reaksi kedua perempuan itu, Salomo dapat mengambil keputusan.
-          Yang satu mengatakan: Ya, potong saja; supaya jangan untukku ataupun untukmu.
-          Tetapi ibu dari anak yang masih hidup itu menaruh belas kasihan.
Atas dasar pertimbangan inilah Salomo tahu ibu dari anak yang masih hidup itu.
 
Jadi, memang, seorang hamba TUHAN harus memiliki roh penimbang; tetapi untuk menimbang sebuah perkara, maka dia harus memiliki hikmat, akal budi, dan kebijaksanaan.
 
1 Raja-Raja 3:28
(3:28) Ketika seluruh orang Israel mendengar keputusan hukum yang diberikan raja, maka takutlah mereka kepada raja, sebab mereka melihat, bahwa hikmat dari pada Allah ada dalam hatinya untuk melakukan keadilan.
 
Kalau seorang hamba TUHAN, seorang malaikat jemaat (gembala sidang) memiliki hikmat akal budi kebijaksanaan yang dari Allah (dari sorga), memiliki pembukaan rahasia Firman, maka sidang jemaat akan mengalami penyucian, dan penyucian inilah yang menyebabkan sehingga sidang jemaat takut akan TUHAN.
Tetapi kalau jemaat sudah melihat akal budi di dalam diri seorang hamba TUHAN, namun jemaat tidak mau menjadi suatu kehidupan yang takut akan TUHAN; ini sudah luar biasa bebalnya.
 
Bersyukurlah; saudara tidak dirugikan kalau di tengah ibadah pelayanan ini ada hikmat akal budi dan kebijaksanaan yang diutus dari sorga (dari Allah). Saudara tidak merasa rugi, tetapi justru saudara bersyukur.
 
Selanjutnya, mari kita perhatikan ayat 8-12, dengan perikop: “Doa Salomo memohon hikmat
1 Raja-Raja 3:8-9
(3:8) Demikianlah hamba-Mu ini berada di tengah-tengah umat-Mu yang Kaupilih, suatu umat yang besar, yang tidak terhitung dan tidak terkira banyaknya. (3:9) Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?"
 
Penyucian tidak akan mungkin terjadi, apalagi kalau sidang jemaat itu semakin bertambah-tambah banyak; tetapi penyucian itu terjadi, kalau seorang hamba TUHAN (gembala sidang, malaikat jemaat) memiliki hikmat, akal budi, dan kebijaksanaan dari sorga (dari Allah).
Oleh sebab itu, Salomo menyadari bahwa ia tidak akan mungkin dapat menyelesaikan perkara dari bangsa Israel yang sangat besar, kalau ia tidak memiliki hikmat dari sorga. Jangankan jemaat besar, jemaat kecil saja tidak akan mungkin mengalami penyucian, kalau gembala sidang tidak memiliki hikmat dari sorga.
 
1 Raja-Raja 3:10-12
(3:10) Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang demikian. (3:11) Jadi berfirmanlah Allah kepadanya: "Oleh karena engkau telah meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum, (3:12) maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorang pun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorang pun seperti engkau.
 
Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang demikian, sebab memang apa yang diminta Salomo adalah permintaan yang benar.
-          Salomo tidak meminta umur panjang,
-          Salomo tidak meminta kekayaan,
-          Salomo tidak meminta supaya nyawa musuh dibinasakan,
tetapi Salomo meminta pengertian untuk memutuskan hukum, sehingga ia dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat.
 
Hal ini sangat baik di pemandangan TUHAN; oleh sebab itu, TUHAN penuhi permohonannya, TUHAN berikan hikmat, sehingga Salomo pun penuh dengan hikmat, akal budi, dan kebijaksanaan; dia dapat menimbang segala perkara. Tetapi justru dengan hikmat inilah kita menjadi kaya, baik jasmani maupun rohani.
Kemudian, kalau saudara perhatikan dalam Wahyu 13:16-18, untuk bisa membedakan Roh yang berasal dari TUHAN dan roh antikris, maka yang terpenting adalah hikmat.
 
Jadi, yang pertama-tama mengalami penyucian adalah gembala sidang. Kemudian, gembala sidang harus memiliki hikmat, akal budi, dan kebijaksanaan, dia harus memiliki roh penimbang, supaya dia dapat memutuskan segala perkara, apa yang baik di hadapan TUHAN.
 
Kemudian, mari kita kembali perhatikan 1 Raja-Raja 3.
1 Raja-Raja 3:26
(3:26) Maka kata perempuan yang empunya anak yang hidup itu kepada raja, sebab timbullah belas kasihannya terhadap anaknya itu, katanya: "Ya tuanku! Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia." Tetapi yang lain itu berkata: "Supaya jangan untukku ataupun untukmu, penggallah!"
 
Kata perempuan yang empunya anak yang hidup itu kepada raja, sebab timbullah belas kasihannya terhadap anaknya itu, katanya: "Ya tuanku! Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia." Dia mau menyerah, dia mau mengalah.
Tetapi yang lain itu berkata: "Supaya jangan untukku ataupun untukmu, penggallah!" Perempuan yang kedua ini tidak mau menyerah, dia tidak mau mengalah, sehingga masalah pun tidak terselesaikan.
 
Tetapi lihatlah, kalau gembala sidang (malaikat jemaat) memiliki hikmat Allah, memiliki akal budi dan kebijaksanaan yang berasal dari pembukaan rahasia Firman Allah yang disampaikan itu, maka lihatlah kuasanya adalah sidang jemaat dibawa sampai kepada penyerahan diri, yakni doa penyembahan; menyerahkan segala sesuatunya kepada kehendak Allah. Itulah puncak ibadah, yaitu doa penyembahan.
 
Malam ini, TUHAN membawa kita rendah di kaki salib TUHAN. Kita sudah mendengar Firman yang membawa kita kepada puncak ibadah, yaitu doa penyembahan, atau penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah.
Kalau ibadah tidak memuncak sampai kepada doa penyembahan, maka persoalan itu tetap ada, tidak pernah terselesaikan; tetapi setelah kita mengalami penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah -- dengan lain kata; hidup dalam doa penyembahan --, maka segala persoalan selesai. Biarlah kita membawa segala persoalan kita di bawah kaki salib TUHAN, maka semua masalah selesai.
 
Jadi, gembala sidang adalah yang pertama-tama harus mengalami penyucian, supaya menjadi teladan, menjadi contoh dalam segala perkara, termasuk di dalam membawa korban dan persembahan.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment