KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, July 13, 2021

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 24 JUNI 2021


 
IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 24 JUNI 2021
 
KITAB RUT
(Seri:141)
 
Subtema: RAHASIA PENGALAMAN KEMATIAN
 
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sudah memungkinkan kita untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai perjamuan suci.
Dan saya tidak lupa menyapa sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, bahkan umat TUHAN yang senantiasa setia untuk ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab, yang digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, lewati live streaming video internet Youtube, Facebook, TUHAN memberkati saudara, TUHAN melawat saudara.
Selanjutnya, mari kita berdoa, kita mohonkan kemurahan hati TUHAN, supaya lewat pembukaan rahasia Firman itu meneguhkan setiap kehidupan kita, Firman Allah menjadi jawaban dari segala persoalan-persoalan yang kita hadapi, Firman Allah pertolongan bagi kita semua. Tidak ada seorang pun yang dapat menyucikan dirinya lewat kekuatannya, tidak ada seorang pun dapat lepas dari muka bumi ini tanpa pertolongan dari rahasia Firman TUHAN. Oleh sebab itu, kalau kita menyadari hal itu, maka tentu saja kita harus rendah hati saat dengar Firman TUHAN.
 
Mari kita perhatikan Firman TUHAN dengan sungguh-sungguh, supaya kehadiran kita tidak menjadi sia-sia. Ibadah ini tidak boleh dijalankan secara lahiriah, artinya; setelah mendengar Firman, tidak boleh kembali ke tabiat lama, tetapi biarlah kiranya boleh mengalami penyucian oleh Firman Allah sampai kepada kesempurnaan. Penyucian itu bukanlah akhir, tetapi awal untuk sampai kepada kesempurnaan.
 
Mari kita sambut STUDY RUT sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab, dari Rut 3:12.
Rut 3:12
(3:12) Maka sekarang, memang aku seorang kaum yang wajib menebus, tetapi walaupun demikian masih ada lagi seorang penebus, yang lebih dekat dari padaku.
 
Maka sekarang, memang aku seorang kaum yang wajib menebus ... Boas mengaku bahwasanya ia adalah seorang yang wajib menebus Naomi dan Rut, sebab Boas adalah kaum -- kerabat yang terdekat -- Elimelekh, suami dari Naomi yang sudah mati itu.
 
Rut 3:13
(3:13) Tinggallah di sini malam ini; dan besok pagi, jika ia mau menebus engkau, baik, biarlah ia menebus; tetapi jika ia tidak suka menebus engkau, maka akulah yang akan menebus engkau, demi TUHAN yang hidup. Berbaring sajalah tidur sampai pagi."
Namun, untuk mengalami penebusan, Rut harus berbaring di kaki Boas. Dan ini juga harus menjadi perhatian kita masing-masing; apa yang harus dikerjakan oleh Rut, itu juga merupakan yang harus dikerjakan oleh gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini, sebab untuk mengalami penebusan, Rut harus berbaring di bawah kaki Boas.
 
Istilah lain dari “BERBARING”, Yang Pertama: Tergembala dengan benar dalam sebuah penggembalaan dengan seorang gembala -- jadi, tidak dengan banyak gembala, sebab hanya satu Gembala --.
Berarti, tidak mengembara ke tempat-tempat lain, tidak mengembara ke gunung-gunung lain, tidak mengembara ke tempat rumah TUHAN yang lain, apapun alasannya. Hal ini telah disampaikan pada minggu yang lalu; maka, oleh sebab itu, doa dan harapan saya, kiranya penjelasan pada minggu yang lalu tersebut menjadi berkat yang besar bagi kita, dan terbukti bahwa kehidupan kita ini benar-benar berbaring di bawah kaki Boas rohani, TUHAN Yesus Kristus, dengan lain kata; tergembala dengan baik dan benar dalam sebuah penggembalaan, dengan seorang gembala, tidak banyak gembala. Itu adalah bukti yang pertama bahwa kita sudah tergembala dengan baik.
 
Istilah lain dari “BERBARING”, Yang Kedua: Tidur.
Sebab, di sini dikatakan: Berbaring sajalah tidur sampai pagi. Jadi, berbaring = tidur.
 
Lebih rinci soal “tidur”, ditemukan pada Rut 3:14.
Rut 3:14
(3:14) Jadi berbaringlah ia tidur di sebelah kakinya sampai pagi; lalu bangunlah ia, sebelum orang dapat kenal-mengenal, sebab kata Boas: "Janganlah diketahui orang, bahwa seorang perempuan datang ke tempat pengirikan."
 
Jadi berbaringlah ia tidur di sebelah kakinya sampai pagi; lalu bangunlah ia. Pendeknya, istilah lain dari berbaring adalah tidur.
 
Kita hubungkan dengan KISAH LAZARUS.
Yohanes 11:11
(11:11) Demikianlah perkataan-Nya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: "Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya."
 
Yesus berkata kepada murid-murid, bahwa; Lazarus telah tertidur.
Kemudian, Yesus berkata kembali: Tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya.
 
Setelah mendengar, perkataan Yesus, respon dari 12 (dua belas) murid dapat kita perhatikan pada ayat 12.
Yohanes 11:12
(11:12) Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: "Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh."
 
Kata murid-murid kepada Yesus: "Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh."
 
Yohanes 11:13-14
(11:13) Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa. (11:14) Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: "Lazarus sudah mati;
 
Perlu untuk diketahui: Bagi kehidupan anak-anak TUHAN;
-          Ada yang disebut dengan perkara sorgawi (rohani).
-          Ada juga disebut perkara duniawi (jasmani).
Jadi, kalau kita sudah hidup di dalam TUHAN, ada yang disebut perkara jasmani, ada yang disebut perkara rohani. Istilah ini harus ada.
 
Karena murid-murid tidak mengerti arti rohani dari "tidur", maka terpaksalah TUHAN menggunakan istilah jasmani bahwasanya Lazarus sudah mati.
Demikian juga dalam Matius 9:24, “tidur” adalah arti rohani dari “mati”, sebab di situ dikatakan: berkatalah Ia: "Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur." Tetapi mereka menertawakan Dia.
Yohanes 11:15
(11:15) tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya."
 
Pengalaman kematian dari Lazarus ternyata itu terjadi atas seizin TUHAN, sebab lewat pengalaman kematian itu, kita belajar untuk percaya hanya kepada TUHAN Yesus Kristus, berarti kita tidak lagi percaya kepada perkara-perkara yang lahiriah lainnya.
 
Marilah kita belajar untuk selalu percaya hanya kepada Kristus. Ayo, belajar untuk hanya untuk percaya kepada Kristus, jangan percaya kepada yang lain-lain. Kalau ada berkat-berkat ya puji TUHAN, karena itu hanyalah bonus, tetapi sasaran kita bukanlah bonusnya, sasaran kita adalah sumbernya. Jadi, mulai dari sekarang, supaya ibadah pelayanan dalam penggembalaan GPT “BETANIA” tidak menjadi sia-sia, tidak menjadi percuma, maka mulai dari sekarang, marilah kita belajar untuk percaya hanya kepada Kristus; itulah tujuan dari pengalaman kematian.  Demikian juga dengan Rasul Paulus, dia belajar untuk percaya hanya kepada Kristus.
-          Kalau ada berkat jasmani, itu merupakan bonus semata.
-          Kalau kedudukanmu bagus dalam pekerjaan, ya puji TUHAN, itu bonus.
-          Kalau bisnismu berhasil, itu bonus.
-          Kalau dalam hal lahiriah lainnya, engkau diberkati, itu bonus.
Sedangkan sumber dari bonus adalah Kristus. Oleh sebab itu, marilah kita belajar untuk percaya hanya kepada Kristus.
Demikian juga Rasul Paulus; dia betul-betul setiap hari belajar, setiap hari belajar di tengah-tengah ibadah dan pelayanannya, sekalipun dia adalah hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan rasul, sekalipun dia adalah hamba TUHAN yang tiada taranya itu lebih dari hamba-hamba TUHAN lainnya yang tiada taranya itu. Rasul Paulus saja selalu belajar, apalagi kita yang hanyalah kecoak dan ulat saja, kita harus lebih belajar lagi.
 
Mari kita perhatikan Filipi 3:3-6.
Filipi 3:3
(3:3) karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.
 
Inilah Rasul Paulus di tengah-tengah ibadah dan pelayanannya; dia bermegah di dalam Kristus Yesus, dan dia tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.
Sebetulnya, dari ayat ini, menunjukkan kepada kita bahwa ia sudah “tidur”, bahwa ia sudah benar-benar masuk dalam pengalaman kematian, tetapi perlu pembuktian yang lebih konkrit yang akan kita perhatikan pada ayat 4-6.
 
Filipi 3:4-6
(3:4) Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: (3:5) disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, (3:6) tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.
 
Rasul Paulus memiliki 7 (tujuh) kelebihan secara lahiriah, tetapi sekalipun demikian, ia tidak menaruh percaya pada hal-hal yang lahiriah, atau yang jasmani, sekalipun ia memiliki kelebihan-kelebihan secara lahiriah, antara lain;
1.      Disunat pada hari kedelapan. Jadi, persis seperti sunat yang dilakukan oleh Yesus, Anak Allah.
2.      Bangsa Israel, artinya; dia bukan bangsa kafir, dia berasal dari bangsa pilihan.
3.      Dari suku Benyamin
4.      Orang Ibrani asli, berarti kedua orang tuanya benar-benar berasal dari kedua belas suku Israel.
Bagian yang pertama, itulah perkara 1-4 sudah mendarah daging, tidak bisa dilepaskan dari dalam dirinya.
5.      Tentang pendirian terhadap hukum Taurat, ia orang Farisi, berarti; kaum intelektual cendikiawan yang dihormati pada waktu itu.
6.      Tentang kegiatan, ia penganiaya jemaat, orang ganas -- sadis, seperti binatang buas --, orang yang ditakuti, karena dia seorang diktator hebat dan ganas, karena dia adalah orang intelektual.
7.      Tentang kebenaran di dalam mentaati hukum Taurat, ia tidak bercacat.
Bagian yang kedua, itulah perkara 5-7 itu merupakan tindakan dari Rasul Paulus.
 
Walaupun memang dia seorang ganas, penganiaya, tetapi ia cukup disegani; itu sebabnya, pada ayat 4, Rasul Paulus berkata kepada sidang jemaat di Filipi: Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi.
 
Tetapi marilah kita melihat ayat 7.
Filipi 3:7
(3:7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
 
Dahulu, 7 (tujuh) perkara di atas merupakan keuntungan bagi Rasul Paulus, tetapi sekarang menjadi suatu kerugian bagi dia, karena dia sudah memiliki Kristus, dia sudah belajar untuk menaruh percaya hanya kepada Kristus, dia tidak lagi menaruh percaya kepada hal-hal yang lahiriah.
Oh, sungguh mulia pengalaman kematian dari TUHAN Yesus Kristus, yang mampu mengubahkan pribadi seorang yang ganas, mampu mengubahkan seorang yang buas, seperti Saulus. Sungguh mulia, sungguh agunglah korban Kristus; mampu mengubahkan pribadi Saulus, seorang yang ganas.
 
Saya kira, bukan hanya Rasul Paulus, tetapi kita juga dapat diubahkan oleh kuasa dari korban Kristus, supaya mulai dari sekarang, kita belajar untuk percaya hanya kepada Kristus, bukan lagi percaya kepada bonus, tetapi percaya kepada pribadi sumber dari bonus. Apa arti bonus kalau kita kehilangan sumbernya? Sementara bonus sifatnya hanyalah sementara; oleh sebab itu, jangan kita keliru, jangan kita bermegah dengan yang jasmani.
 
Jadi, kalau kita hidup di dalam TUHAN, harus tahu “perkara jasmani” dan “perkara rohani”. Jangan kita seperti 12 (dua belas) murid yang mengikuti TUHAN tetapi tidak mengerti membedakan perkara jasmani, dan perkara rohani, karena ternyata mereka belum berada dalam pengalaman kematian waktu mereka mengikuti TUHAN Yesus.
 
Filipi 3:8
(3:8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,
 
Bagi Rasul Paulus, pengenalan akan Kristus Yesus lebih mulia dari pada perkara-perkara jasmani, perkara-perkara lahiriah, bahkan ia rela melepaskan segala perkara-perkara lahiriah tersebut dan menganggapnya sampah, mengapa? Supaya ia memperoleh Kristus.
 
Kalau kita masih mempertahankan yang lahiriah, percaya kepada yang lahiriah, maka kita tidak akan memiliki Kristus di dalam diri kita masing-masing. Tetapi bagi Rasul Paulus, ia rela melepaskan segala perkara-perkara lahiriah, bahkan menganggap semuanya itu sampah dan kotoran, mengapa? Supaya ia memperoleh, supaya ia memiliki Kristus di dalam dirinya. Jadi, Kristus yang membuat kita mulia, sebab Kristus lebih mulia dari perkara lahiriah.
 
Saudara jangan keliru dan jangan heran melihat kekayaan di bumi, saudara tidak boleh sampai minder (ngiler) melihat kedudukan, jabatan, pangkat yang tinggi, tidak boleh, tetapi Kristus harus lebih mulia dari semua itu. Kalau melihat “pejabat”, hormati, memang itu adalah Firman, tetapi tidak boleh ngiler, apalagi minder -- sebab itu adalah dosa besar --.
 
Filipi 3:9
(3:9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.
 
Di sini kita perhatikan: Rasul Paulus hidup di dalam kebenaran, tetapi kebenaran yang berdasarkan karena kepercayaan kepada Kristus, bukan kebenaran karena mentaati hukum Taurat, bukan kebenaran karena hasil usaha.
 
Terlalu banyak orang Kristen keliru, mengapa?
-          Ketika melihat kekayaan, dia menganggap itu adalah sebuah kebenaran.
-          Ketika melihat kedudukan, pangkat dan jabatan yang tinggi, dia melihat bahwa itu adalah sebuah kebenaran.
Itu semua salah.
Tetapi perhatikanlah, Rasul Paulus hidup di dalam kebenaran berdasarkan kepercayaan kepada Kristus, bukan kebenaran karena mentaati hukum Taurat, bukan kebenaran karena hasil usaha.
Dengan pengertian semacam ini, bukankah kita semakin dewasa? Jangan lagi ngiler dengan pangkat, dengan kekayaan, itu adalah kebodohan, seolah-olah itu adalah kebenaran yang hakiki.
 
Singkat kata: Rasul Paulus bermegah dalam Kristus, bukan kepada perkara-perkara lahiriah = Rasul Paulus adalah manusia rohani, bukan manusia lahiriah (bukan manusia daging).
Kalau manusia daging, manusia lahiriah, maka ia pasti ngiler (percaya) kepada yang lahiriah, sampai akhirnya dia minder, tidak percaya diri lagi untuk melakukan sesuatu yang benar, sesuatu yang suci, sesuatu yang mulia, dengan lain kata; menjadi bodoh. Jangan bodoh. Karena belum bekerja, lalu akhirnya ngiler, minder melihat kekayaan, kedudukan, jangan, terlalu bodoh jika seperti itu.
Ayo, biarlah kita menaruh percaya hanya kepada Kristus. Saya memang harus paksa saudara untuk menaruh percaya kepada Kristus; oleh sebab itu, berulang-ulang saya sampaikan hal ini, sebab memang itu adalah tugas saya.
 
Filipi 3:10-11
(3:10) Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, (3:11) supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.
 
Pada akhirnya, endingnya, Rasul Paulus menjadi serupa dengan Kristus dalam kematian-Nya, supaya akhirnya ia pun beroleh kebangkitan dari antara orang mati.
 
Tidak ada kebangkitan tanpa kematian. Tidak mungkin ada kebangkitan tanpa kematian. Tidak mungkin ada kemuliaan tanpa sengsara. Adanya sengsara di bumi adalah untuk kemuliaan. Adanya pengalaman kematian, supaya kita bangkit (hidup) untuk selama-lamanya. Jadi, jangan keliru lagi.
Ingat; di dalam TUHAN, kita harus tahu perkara jasmani dan perkara rohani. Dan kita harus bisa membedakannya, janganlah kita seperti murid-murid. Banyak orang Kristen, untuk membuka Alkitab pun tidak bisa, sampai ubanan, dia tidak bisa membuka Alkitab; di mana kitab Rut, di mana kitab Amos, di mana kitab Filemon, dia tidak tahu.
 
Kita kembali untuk membaca Rut 3.
Rut 3:13
(3:13) Tinggallah di sini malam ini; dan besok pagi, jika ia mau menebus engkau, baik, biarlah ia menebus; tetapi jika ia tidak suka menebus engkau, maka akulah yang akan menebus engkau, demi TUHAN yang hidup. Berbaring sajalah tidur sampai pagi."
Boas berkata: “Berbaring sajalah tidur sampai pagi.” Ini adalah pengalaman kematian.
 
PRAKTEK PENGALAMAN KEMATIAN.
Yesaya 53:7
(53:7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
 
Dia dianiaya, tetapi ia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya.  Ini adalah pengalaman dari sebuah kematian; mulut benar-benar tidak terbuka, berarti; daging tidak bersuara = tidak menuruti suara daging, tidak hidup di dalam hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat.
 
Sesaat kita melihat tabiat daging di dalam Galatia 5.
Galatia 5:19-21
(5:19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, (5:20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (5:21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
 
Ada 15 suara daging atau tabiat daging:
1.      Percabulan = Kenajisan.
2.      Kecemaran = Mencemarkan pakaian (perbuatan), dengan lain kata; perbuatannya cemar.
3.      Hawa nafsu = Daging dan keinginannya.
4.      Penyembahan berhala = Kekerasan di hati.
5.      Sihir = Yang tidak ada menjadi ada lewat jalan pintas, tidak lewat pengalaman kematian dan kebangkitan. Yang tidak ada menjadi ada -- lewat jalan pintas --, itu sihir, itu pekerjaan Setan, itu jalurnya Filistin. Tetapi TUHAN, Ia tidak menjelma; TUHAN itu Yesus menjadi manusia, prosesnya lewat kelahiran. Kalau Yesus menjelma menjadi manusia, itu sihir namanya (jadi-jadian). Jadi, banyak juga hamba TUHAN, baik itu S.Th, M.TH, maupun doktor yang mengatakan bahwa Yesus menjelma; itu tidak benar. Kalau menjelma, berarti jadi-jadian; Yesus tiba-tiba berubah menjadi manusia. Tidak, Yesus tidak berubah; Yesus itu menjadi manusia lewat proses kelahiran. Kalau Yesus menjelma menjadi manusia, itu adalah sihir. Jadi, salah satu yang diinginkan oleh daging adalah sihir, tidak mau melewati sebuah proses, itulah sengsara. Manusia nafsani menjadi manusia rohani, prosesnya adalah sengsara; tidak ada “daging” tiba-tiba menjadi rohani, tidak. Daging bisa menjadi rohani, karena prosesnya adalah salib. Jadi, tidak boleh sihir; tetapi salah satu tabiat daging sihir.
6.      Perseteruan.
7.      Perselisihan. Ketika ada yang tidak cocok, ia hanya bisa berselisih saja.
8.      Iri hati. Ketika orang lain maju, ia iri hati. Ketika orang lain diberkati, ia iri hati. Perlu untuk diketahui: Iri hati adalah tanda bahwa ia tidak mampu berubah. Kalau dia tidak iri, maka dia akan menerima kenyataan pahit.
9.      Amarah. Marah itu berbeda dengan amarah. Jangan saudara samakan ketika Yesus marah, lalu tunggang balikkan meja-meja penukar uang, itu bukan amarah, tetapi itu adalah marah, tanda ketegasan.
10.  Kepentingan diri sendiri atau egois.
11.  Percideraan (melukai).
12.  Roh pemecah. Saya berharap, supaya jangan satu pun di antara kita yang dikuasai oleh roh pemecah; oleh sebab itu, antara yang satu dengan yang lain harus saling merendahkan diri, jangan suka meninggi-ninggikan diri, sebab tanpa sadar, nanti itu akan menimbulkan perpecahan di antara anggota tubuh. Merasa paling benar, paling suci, paling bisa, paling mengerti, itu adalah praktek dari roh pemecah. Ingat; harus saling rendah hati.
13.  Kedengkian.
14.  Kemabukan. Tadi pagi, dalam sebuah pemberitaan pentahbisan, bapak pendeta Firmanyo berkata: Hamba TUHAN tidak boleh mabuk; tidak boleh mabuk uang, tidak boleh mabuk jabatan, tidak boleh mabuk kedudukan, tidak boleh mabuk. Mabuk itu adalah suara daging (tabiat daging).
15.  Pesta pora.
 
Setiap orang yang hidup di dalam hawa nafsu daging, menuruti hawa nafsu daging, maka ia tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga. Dan 15 (lima belas) tabiat daging ini adalah pengalaman Rasul Paulus, sebelum ia dipanggil oleh TUHAN untuk menerima jabatan rasul.
 
Jadi, pengalaman kematian, di mana mulut benar-benar tidak terbuka, daging tidak bersuara lagi = tidak menuruti suara daging. Tadi, kita sudah melihat dan saya sudah perkenalkan 15 (lima belas) tabiat daging; perhatikanlah itu, sebab setiap orang yang hidup dalam tabiat-tabiat daging, yang menuruti 15 (lima belas) tabiat daging, maka ia tidak berhak untuk masuk dalam Kerajaan Sorga.
 
Begitu hebat TUHAN menyucikan kita semua, bukan? Penyucian yang hebat itu akan terjadi kalau kita sungguh-sungguh memperhatikan pekerjaan TUHAN lewat pemberitaan Firman yang kita terima sampai detik ini.
 
Oleh sebab itu, mari kita perhatikan Filipi 4, dengan perikop: “Terima kasih atas pemberian jemaat” Ini adalah ucapan terima kasih atas pemberian jemaat Filipi kepada Rasul Paulus.
Saya juga harus berterima kasih untuk segala jenis korban-korban saudara; entah itu kirim sayur, kirim daun kelor, kirim sop, kirim apa saja, saya berterima kasih kepada saudara atas segala sesuatu yang saudara berikan. Apapun yang saudara berikan, saya tetap mengucapkan terima kasih dan syukur kepada TUHAN.
 
Marilah kita melihat ucapan terima kasih ini.
Filipi 4:10
(4:10) Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu.
 
Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Mengapa Rasul Paulus berkata demikian? Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu.
Jadi, kalau Rasul Paulus berkata demikian, itu karena ternyata perhatian dari sidang jemaat di Filipi sungguh teramat besar kepada Rasul Paulus yang sudah menggembalakan hidup rohani mereka, yang sudah mengasuh dan merawat hidup rohani mereka.
 
Filipi 4:11
(4:11) Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.
 
Kembali saya sampaikan: Rasul Paulus sangat bersukacita karena perhatian yang besar dari sidang jemaat di Filipi terhadap Rasul Paulus. Sekali lagi saya sampaikan: Dalam kesempatan ini juga saya mengucapkan: Terima kasih atas perhatian saudara terhadap pastori.
Namun ia mengatakan itu bukan karena ia kekurangan, sebab Rasul Paulus belajar mencukupkan diri dari segala keadaan. Belajar untuk mengucap syukur, berarti mencukupkan diri dalam segala keadaan.
 
Hati-hati, jangan sampai kita lepas kontrol dalam mengelola keuangan, jangan sampai over dosis (over load) dalam mengelola keuangan (ekonomi) di rumah masing-masing. Belajarlah mencukupkan diri dalam segala keadaan, tetapi bukan berarti kikir; jangan saudara berasumsi harus “kikir”, tidak. Jemaat di Filipi tidak kikir kok, sebab perhatian mereka sangat besar kepada Rasul Paulus, mereka suka memberi.
Jadi, belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan, bukan berarti harus kikir, hitung-hitungan dalam persembahan, satu minggu dipatok sehingga tidak ada kegerakan, sehingga sekalipun ada kegerakan namun tidak mengikuti kegerakan rohani.
 
Kita lanjut perhatikan Filipi 4:12.
Filipi 4:12A
(4:12) Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.
 
Selanjutnya, Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Filipi: Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Membaca ayat ini, saya merenung dan berkata: “TUHAN, apa maksud dari kalimat ini?” Dari dahulu saya sudah sering membaca ayat ini, tetapi apa maksudnya, TUHAN?
 
Mari, kita perhatikan: Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Filipi: Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Artinya;
-          Dalam kekurangan, Rasul Paulus tidak bersungut-sungut dan tidak ngomel, tidak menggerutu, bahkan tidak mempersalahkan TUHAN, tidak menuntut TUHAN dalam kekurangannya. Banyak kekurangan kita -- ingin ini, ingin itu, ingin pekerjaan, ini ini itu, banyak sekali --, tetapi jangan sesekali bersungut-sungut, jangan sesekali menggerutu, jangan sesekali menuntut TUHAN. Belajarlah untuk mencukupkan diri dalam segala keadaan; itu ucap syukur. Biarlah dalam keadaan susah sekalipun, kita tetap mengucap syukur saja.
-          Sebaliknya, dalam kelimpahan, Rasul Paulus tidak bermegah, apalagi untuk menjadi sombong.
 
Pendeknya: Ketika Rasul Paulus berkata: “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan”, Rasul Paulus tidak menuruti suara atau tabiat daging, itulah yang disebut pengalaman kematian.
-          Saat susah; tidak sungut-sungut, tidak menuntut TUHAN, tidak mempersalahkan TUHAN.
-          Saat diberkati; tidak bermegah, tidak sombong.
Jadi, ketika Rasul Paulus berkata: “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan”, itu menunjukkan bahwa Rasul Paulus betul-betul berada dalam pengalaman kematian Yesus Kristus.
 
Berbeda dengan orang yang dahulu miskin; ia minder, ngiler ketika melihat pangkat tinggi dan kekayaan, tetapi ingat; orang semacam ini, ketika diberkati, kemudian dalam kelimpahan, maka ia pasti jadi sombong. Karena lawan dari “sombong” adalah “minder”, dan minder itu bukanlah tanda rendah hati.
Jadi, pengalaman kematian itu bukan teruntuk hanya kepada orang kaya semata, tetapi untuk orang yang tidak punya pun harus mengalami pengalaman kematian. Bukan berarti: Oh, Pengajaran Tabernakel, pengalaman kematian, itu hanya dituntut kepada orang miskin, maka yang menerima Pengajaran Tabernakel hanyalah orang sederhana (orang miskin), tidak demikian. Hanya saja, orang kaya sukar masuk sorga, sukar melalui jalan sempit, pintu sesak.
 
Itulah pengalaman kematian; tidak menuruti suara daging, tabiat daging, itu menunjukkan bahwa Rasul Paulus satu dalam pengalaman kematian dari TUHAN Yesus Kristus.
Jadi, sudah sangat jelas; Rasul Paulus itu tidak menaruh percaya kepada yang lahiriah, tetapi kebenarannya itu karena dia percaya kepada Kristus. Kebenaran Rasul Paulus itu bukan berasal dari perkara lahiriah, seperti orang dunia; kalau dia jabatannya tinggi, lalu diangkat menjadi ketua RT, diangkat menjadi sesepuh. Kalau dalam TUHAN bukan demikian, tetapi kebenaran kita harus berdasarkan kepercayaan kepada Kristus Yesus, bermegah dalam Kristus Yesus, oleh kuasa kematian dan kebangkitan-Nya.
Kalau kita turuti Firman yang kita dengar malam ini, pasti kita semakin dewasa; saya terlalu yakin mengatakan itu. Walaupun banyak hamba TUHAN mempersalahkan pemberitaan Firman semacam ini, namun saya tidak peduli, karena saya tahu apa yang harus saya kerjakan untuk menunjukkan suatu tanggung jawab di hadapan TUHAN demi keselamatan jiwa-jiwa.
 
Kita kembali memperhatikan Filipi 4:12.
Filipi 4:12B
(4:12) Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.
Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.
 
Rahasia dalam kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan, rahasianya ialah pengalaman kematian, sehingga kita dapat menguasai diri. Itulah rahasianya.
 
Kalau kita ada dalam penguasaan diri;
-          Ketika kekurangan, maka kita tidak bersungut-sungut, tidak mempersalahkan TUHAN, tidak menuntut TUHAN.
-          Ketika kelimpahan, maka kita tidak bermegah, tidak sombong.
Rahasianya adalah -- tidak lain, tidak bukan -- pengalaman kematian.
 
Itulah yang saya maksud tadi apa toh maksudnya “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan”, TUHAN? Oh, TUHAN secepatnya mengulurkan tangan-Nya sebagai pertolongan bagi kita. Sungguh, saya rasakan jemaat GPT “BETANIA” ini adalah biji mata TUHAN. Saya bukan sedang mengada-ngada, tetapi ini betul-betul, dan saudara bisa rasakan; setiap dalam pertemuan ibadah, seakan-akan TUHAN hadir berbicara secara langsung face to face, dari hati ke hati, itulah yang saudara rasakan dan saudara tidak bisa pungkiri itu kalau memang saudara betul-betul dengan sungguh-sungguh, dengan seksama memperhatikan Firman dalam kerendahan hati.
 
Dengan kata lain, apapun yang kita alami, apapun yang kita rasakan, tidak dapat mempengaruhi hidup kita, asal saja kita satu dalam pengalaman kematian TUHAN Yesus Kristus. Apapun itu tidak bisa mempengaruhi kejiwaan kita; yang suci tetaplah suci. Jangan suci berubah menjadi yang tidak suci; itu namanya kehidupan yang mudah diombang-ambingkan, yang mudah dipengaruhi. Itulah rahasianya; jadi, tidak ada lagi rahasia lain, selain pengalaman kematian.
 
Lanjut, kita memperhatikan ayat 13.
Filipi 4:13
(4:13) Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
 
Sampai pada akhirnya, segala perkara dapat ditanggung oleh Rasul Paulus, oleh karena pengalaman kematian yang memberi kekuatan ekstra. Jadi, pengalaman kematian itu memberi kekuatan ekstra kepada setiap orang, sehingga kita dapat menanggung segala perkara.
 
Kita kembali untuk membaca Yesaya 53. Ada sidang jemaat yang namanya “Yesaya” di sini, tetapi jangan sampai disebut “Yesaya”, namun justru tidak mau berubah, karena keras hati. Ingat; kunci keberhasilan untuk dapat menanggung segala sesuatu, rahasianya hanya satu, yaitu pengalaman kematian, tidak ada cara yang lain.
Kalau saudara berpikir “jika saya punya uang banyak, maka saya dapat tanggung semua”, tidak. Jika saudara punya uang banyak, justru saudara tidak mau menanggung orang lain oleh karena kesombongan saudara; jadi, bukan itu rahasianya. Rahasianya adalah pengalaman kematian, tidak usah ragu.
 
Yesaya 53:7
(53:7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
 
Ayat 7 ini adalah praktek dari pengalaman kematian, di mana mulut tidak bersuara, artinya; tidak menuruti hawa nafsu daging, tidak menuruti suara daging, tidak menuruti 15 (lima belas) tabiat daging di dalam kitab Galatia, itu semua tidak dituruti.
 
Lalu, pengalaman kematian itu digambarkan seperti:
1.      Seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian,
2.      Seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya,
baik anak domba, maupun induk domba sama-sama tidak membuka mulut.
Jelas, ini berbicara tentang pekerjaan penebusan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus di atas kayu salib di bukit Golgota 2021 tahun yang lalu, sebagai tanda kasih Allah kepada dunia ini, untuk manusia berdosa.
 
Yesaya 53:8
(53:8) Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah.
 
Perhatikan kalimat: Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup. Ini menunjukkan; pengalaman kematian.
 
Mengapa dia harus mengalami (masuk dalam) sengsara kematian di atas kayu salib? Perhatikan di sini: Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah. Jadi, jelas; Ia menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung karena pemberontakan dari umat TUHAN.
 
Kalau seseorang masuk dalam pengalaman kematian, maka;
-          Ia tidak pusing jika ia diabaikan.
-          Ia tidak pusing jika tidak masuk hitungan.
sebab di sini dikatakan: Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya?
Itulah pengalaman kematian; tidak pusing kalau tidak diperhatikan orang lain, tidak pusing kalau ia diabaikan, tidak pusing kalau ia dicuekin -- dalam istilah sekarang --, itulah pengalaman kematian. Sementara pengalaman kematian itu adalah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, jelas karena dosa manusia. Biarlah kita semakin hari semakin dewasa.
 
Yesaya 53:9
(53:9) Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya.
 
Semakin seseorang banyak bicara, nyerocos, ngoceh, bersungut-sungut, maka semakin banyak terdapat kesalahan -- itu adalah perkataan Mazmur dan Amsal, juga Yakobus --. Jadi;
-          Pengalaman kematian itu emas.
-          Pengalaman kematian itu indah.
-          Pengalaman kematian itu manis.
sampai akhirnya tidak terdapat dusta di dalam mulut ini.
 
Jadi, singkat kata, kalau masuk dalam pengalaman kematian, maka:
1.      Kita semua penuh dengan Roh Kudus.
2.      Kita semua penuh dengan Firman Allah, seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian.
3.      Kita semua penuh dengan kasih Allah, seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya.
Itulah pengalaman kematian; penuh dengan Roh Kudus, penuh dengan Firman Allah, penuh dengan kasih Allah; itu tidak bisa dipungkiri.
Betapa hebatnya TUHAN berkemurahan bagi kita malam ini; andai saja kita hargai itu, maka pastilah hidup kita menjadi manis dan indah, tidak ada lagi perkataan dusta dari mulut ini, karena kita semua sudah penuh dengan Roh Kudus.
 
Pengalaman kematian itu indah sekali dan manis, sungguh, percayalah. Pengalaman kematian tidak menjadikan kita bodoh; memang betul, kita bodoh bagi dunia, tetapi manis bagi TUHAN. Jadilah kehidupan yang manis-manis dan merasakan keindahan-keindahan sorgawi.

Yesaya 53:10
(53:10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.
 
Ia menyerahkan diri-Nya sebagai korban penebusan salah; Dia menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung karena dosa manusia. Itulah bagian dari pengalaman kematian, sehingga orang lain tertolong;
-          Suami bisa menolong isteri kalau suami berada dalam pengalaman kematian.
-          Sebaliknya, isteri juga bisa menolong suami kalau isteri berada dalam pengalaman kematian.
-          Nikah tertolong, rumah tangga juga tertolong.
-          Bahkan orang-orang yang di sekitar kita juga tertolong.
Jadi, siapa yang memulai? Apakah orang tua, engkong, nenek yang terlebih dahulu memulai? Bukan, tetapi dimulai dari dalam diri kita masing-masing. Kalau sudah dimulai dari dalam diri kita masing-masing, pasti tidak ada tuntutan-tuntutan, tidak ada sungut-sungut, tidak mempersalahkan si A, si B, dan si C.
 
Sungguh luar biasa, sungguh manis pengalaman kematian, sungguh indah hidup kita dibuat oleh TUHAN. Marilah kita menaruh percaya, belajar untuk percaya hanya kepada Kristus.
 
Kita kembali memperhatikan Rut 3:13.
Rut 3:13
(3:13) Tinggallah di sini malam ini; dan besok pagi, jika ia mau menebus engkau, baik, biarlah ia menebus; tetapi jika ia tidak suka menebus engkau, maka akulah yang akan menebus engkau, demi TUHAN yang hidup. Berbaring sajalah tidur sampai pagi."
 
Rut 3:13 ini berbicara soal pengalaman kematian dari TUHAN Yesus Kristus.
Di sini kita melihat, Boas menghimbau kepada Rut supaya ia berbaring sajalah tidur sampai pagi. Himbauan dari Boas rohani, itulah TUHAN Yesus Kristus, mari kita indahkan masing-masing, berarti; biarlah kiranya kita menjadi satu dengan pengalaman dari TUHAN Yesus Kristus.
 
Rut 3:14
(3:14) Jadi berbaringlah ia tidur di sebelah kakinya sampai pagi; lalu bangunlah ia, sebelum orang dapat kenal-mengenal, sebab kata Boas: "Janganlah diketahui orang, bahwa seorang perempuan datang ke tempat pengirikan."
Jadi berbaringlah ia tidur di sebelah kakinya sampai pagi; lalu bangunlah ia.
Rut 3:14 ini berbicara soal pengalaman kebangkitan. Setelah tidur, kemudian bangun di pagi hari, itu adalah pengalaman kebangkitan.
 
Dari Rut 3:13-14 ini dapat kita simpulkan bahwa, pengalaman kematian dan kebangkitan itu merupakan satu paket, satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Jadi, hamba TUHAN tidak boleh mempersalahkan hamba TUHAN yang lain manakala hamba TUHAN itu sibuk berbicara soal pengalaman kematian, karena kalau pengalaman kematiannya benar, pasti kebangkitannya benar. Janganlah hamba TUHAN sibuk berbicara kebangkitan tanpa kematian, sebab itu adalah omongan yang kosong, omongan yang tak suci, itu adalah nafsu muda dari seorang hamba TUHAN; itu sebabnya, Rasul Paulus berkata kepada Timotius “hindarilah nafsu orang muda”, hindarilah omongan yang kosong, omongan yang tak suci, seperti Himeneus dan Filetus yang mengajarkan sidang jemaat dengan sebuah kebangkitan tanpa kematian (tanpa dasar yang teguh), sesuai 2 Timotius 2:16-19.
 
Jadi, pengalaman kematian dan pengalaman kebangkitan, itu merupakan satu kesatuan (satu paket). Tidak bisa hamba TUHAN berkata “kebangkitan” tanpa kematian. Kalau mengajarkan kebangkitan tanpa kematian, itu adalah omongan yang kosong, disebut juga penyakit kanker, yang bisa merusak sel-sel anggota tubuh yang lain.
 
Setelah mati dan bangkit, marilah kita lihat selanjutnya, pengalaman kematian dan kebangkitan ini dijelaskan kembali dengan lebih rinci lagi kepada sidang jemaat di Korintus. Jadi, jemaat di Korintus ini betul-betul mendapat suatu perhatian yang besar dari TUHAN. Kalau terjadi pembukaan rahasia Firman, itu adalah tanda perhatian TUHAN kepada sidang jemaat, percayalah.
Sebagaimana dengan apa yang dilihat di dalam kitab Wahyu, bahwa kitab peringatan itu terbuka di hadapan TUHAN; jadi, kalau terjadi pembukaan rahasia Firman TUHAN, itulah yang memperingatkan kesalahan-kesalahan kita, sehingga kita tidak lagi terlanjur-lanjur dalam kesalahan. Peringatan TUHAN itu merupakan perhatian TUHAN.
 
Mari kita melihat pengalaman kematian dan kebangkitan yang lebih rinci dijelaskan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus.
1 Korintus 15:21-22
(15:21) Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. (15:22) Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.
 
Maut datang karena satu orang manusia, itulah Adam. Demikian juga kebangkitan dari antara orang mati datang karena satu orang Manusia, itulah pribadi Yesus Kristus, Dia telah mati dan bangkit.
 
1 Korintus 15:23
(15:23) Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.
 
Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung, Dialah yang pertama bangkit dari antara orang mati; lalu sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.
Dialah pribadi yang bangkit pertama, sesudah itu akan bangkit juga mereka yang menjadi milik kepunyaan-Nya.
 
Jelas, Rasul Paulus adalah milik kepunyaan Kristus, sebab dia hidup di dalam kebenaran berdasarkan kepercayaannya kepada Kristus, dia tidak bermegah kepada yang lahiriah.
 
1 Korintus 15:24-26
(15:24) Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. (15:25) Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. (15:26) Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.
 
Lewat pengalaman kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus Kristus:
-          Ia membinasakan segala pemerintahan.
-          Ia membinasakan segala kekuasaan.
-          Ia membinasakan segala kekuatan.
Pendeknya; Allah telah meletakkan semua musuhnya di bawah kaki-Nya, dan musuh yang terakhir yang Ia kalahkan adalah maut. Inilah kuasa dari pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya.
 
Pengalaman kematian Yesus Kristus, korban Yesus Kristus ini sungguh mulia, dan itulah yang membuat hidup kita menjadi manis, membuat hidup kita menjadi indah, sebab segala musuh telah ditaklukkan, dan musuh terakhir itulah maut telah dikalahkan.
Bukankah hidup ini menjadi indah? Hidup ini bersuasanakan Kerajaan Sorga. Sebab pada akhirnya nanti, seperti yang dikatakan pada ayat 25: Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai selama-lamanya. Bukankah indah suasana sorga itu?
Pengalaman kematian, pengalaman kebangkitan, itu membawa kita ke dalam suasana yang indah, suasana sorga, karena Yesus harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuhnya di bawah kaki-Nya, Dialah Raja sampai selama-lamanya.
 
1 Korintus 15:27-28
(15:27) Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya. Tetapi kalau dikatakan, bahwa "segala sesuatu telah ditaklukkan", maka teranglah, bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk di dalamnya. (15:28) Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.
 
Singkat kata: Kristus telah menaklukkan diri-Nya kepada Allah Bapa, sehingga musuh takluk di bawah kaki-Nya.
Berarti, pengalaman kematian dan kebangkitan adalah perjalanan kita di bumi ini, sampai kita menantikan kemuliaan yang TUHAN berikan kepada kita semua pada saat Ia memegang pemerintahan untuk selama-lamanya.
 
Pengalaman kematian dan kebangkitan adalah perjalanan kita di bumi ini; oleh sebab itu, bertekunlah di dalamnya sambil menantikan kedatangan TUHAN untuk yang kedua kalinya sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga, dan kita akan turut masuk di dalam kemuliaan yang kekal itu. Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Perjalanan kita di bumi adalah pengalaman kematian dan kebangkitan, maka bertekunlah di dalamnya.
 
Sungguh, Rut adalah gambaran dari gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini, gereja yang memiliki suatu pengharapan yang luar biasa, dan pengharapan itu tidak menjadi sia-sia.
 
1 Korintus 15:29
(15:29) Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal?
 
Pengalaman kematian dan kebangkitan, itu merupakan bayangan dari baptisan Kristus. Saya tidak sedang berbicara soal kesia-siaan dari baptisan, tidak, tetapi yang mau saya sampaikan di sini adalah pengalaman kematian dan kebangkitan merupakan bayangan dari baptisan Kristus.
 
1 Korintus 15:32
(15:30) Dan kami juga -- mengapakah kami setiap saat membawa diri kami ke dalam bahaya? (15:31) Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar. (15:32) Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati".
 
Singkat kata: Pengalaman kematian dan kebangkitan membebaskan kita dari segala jenis dosa, mulai dari dosa makan minum dan dosa kawin mengawinkan. Jadi, pengalaman kematian dan kebangkitan itu tidak sia-sia, itu yang membebaskan kita dari segala jenis dosa.
 
Apa yang dikerjakan oleh Rasul Paulus, bahkan dia menghadap maut sekalipun, dia tidak takut -- secara khusus ketika dia mengunjungi Efesus --, karena kuasa kematian dan kebangkitan dari TUHAN Yesus Kristus. Dan oleh karena kuasa kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus, kita bebas dari segala jenis dosa, termasuk dosa makan minum dan dosa kawin-mengawinkan (kenajisan). Pendeknya, bebas dari maut.
 
Roma 6:3-4
(6:3) Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? (6:4) Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.
 
Baptisan Kristus adalah baptisan dalam kematian-Nya untuk mengubur hidup yang lama, sehingga hari yang ketiga kita dibangkitkan untuk hidup dalam hidup yang baru. Itulah baptisan, berbicara soal pengalaman kematian dan kebangkitan.
-          Kematian Yesus: Mengubur hidup lama.
-          Kebangkitan Yesus: Hidup dalam hidup yang baru.
 
Roma 6:5
(6:5) Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.
 
Pengalaman kematian dan kebangkitan, itu merupakan satu kesatuan, itu satu paket.
 
Jadi, jangan sampai ada hamba TUHAN mempersalahkan seorang hamba TUHAN karena hamba TUHAN itu sibuk berbicara soal pengalaman kematian, sibuk berbicara soal sengsara dan penderitaan Kristus, karena ternyata, sengsara atau penderitaan atau pengalaman kematian Yesus Kristus adalah satu kesatuan dengan pengalaman kebangkitan TUHAN Yesus Kristus.
Jadi, kalau hamba TUHAN sibuk berbicara tentang pengalaman kebangkitan tanpa kematian, itu adalah hamba TUHAN dengan perkataan yang kosong, dia adalah hamba TUHAN yang belum mengerti Firman TUHAN. Itu sebabnya, Rasul Paulus berkata: “Hindari nafsu orang muda”.
 
Saya heran kalau ada hamba TUHAN yang mempersalahkan seorang hamba TUHAN yang sibuk berbicara soal sengsara, penderitaan dan kematian TUHAN Yesus Kristus, dan memang ada hamba TUHAN yang mempersalahkannya dengan berkata: Banyak sekarang hamba TUHAN yang menjual kesusahan, menjual penderitaan untuk mendapatkan perhatian, tidak. Saya menyampaikan hal ini bukan untuk mendapatkan perhatian yang “negatif”. Saya menyampaikan ini supaya orang kaya di bumi ini, yang memiliki kedudukan (pangkat) di bumi ini memperhatikan apa yang saya sampaikan; perhatikanlah Kerajaan Sorga. Pengalaman kematian dan kebangkitan, itu adalah perjalanan kita di bumi ini; oleh sebab itu, tekunlah di dalamnya sambil menantikan kedatangan TUHAN Yesus Kristus di dalam kemuliaan-Nya, kelak kita satu dalam Dia.
Sampai hari ini, hamba TUHAN tersebut masih saja sibuk mempersalahkan hamba TUHAN yang sedang sungguh-sungguh berbicara tentang hati nurani yang murni, itulah salib. Kalau sibuk dengan sensasi (mujizat), itu bukanlah hati nurani yang murni, dan hal itu jelas ditulis di dalam Timotius, jelas hal itu juga ditulis dalam kitab Filipi dan Korintus. Tetapi kalau kita betul-betul satu dalam pengalaman kematian dan kebangkitan, itulah hati nurani yang murni.
 
Roma 6:7
(6:7) Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.
 
Siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. Sebaliknya, Kalau seorang hamba TUHAN sibuk mengajarkan kebangkitan tanpa kematian, berarti ia belum bebas dari dosa. Saya berani mengatakan demikian dan saya sepaham dengan apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus bagi kita malam ini, saya terima 100 % (seratus persen) tanpa ragu.
 
Roma 6:8
(6:8) Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia.
 
Jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia. Artinya, pengalaman kematian satu paket dengan kebangkitan. Hal ini tidak boleh diputar-balik, diutak-atik hanya karena supaya dia mau terkenal.
 
Roma 6:9
(6:9) Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia.
 
Sesudah Kristus bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia. Dia telah mengalahkan segala pemerintahan, kekuasaan, kekuatan, dan musuh yang terakhir itulah maut telah dikalahkan.
Setelah kita satu dalam pengalaman kematian dan kebangkitan, kita berkata: Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? Karena memang sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.
Ini adalah keuntungan besar bagi kita kalau kita mau menerima pengajaran yang seperti ini 100 % (seratus persen) tanpa ada keragu-raguan sedikitpun.
 
Roma 6:10
(6:10) Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah.
 
Jadi, kematian adalah keuntungan, dan jika kita hidup, biarlah kita hidup bagi Allah.
 
HASIL DARI KUASA KEMATIAN DAN KEBANGKITAN.
Yesaya 53:10
(53:10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.
 
Ayat 10 ini sudah sekaligus berbicara soal pengalaman kematian dan kebangkitan, karena di sini dikatakan;
-          Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah = kematian.
-          ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, berarti tidak binasa = kebangkitan (hidup).
Jadi, Yesaya 53:10 berbicara soal pengalaman kematian dan kebangkitan.
 
Yesaya 53:11
(53:11) Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.
 
Hasil dari kuasa kematian dan kebangkitan:
1.      Ia akan menjadi terang dan menjadi puas. Kita semua telah dipindahkan dari kegelapan kepada kerajaan terang, kita sekarang berada di tengah-tengah ibadah pelayanan, dan hati TUHAN puas.
2.      Membenarkan banyak orang. Inilah suasana kebangkitan, yaitu membenarkan banyak orang, sebab tidak mungkin jika kita masih hidup menuruti suara daging lalu bisa memenangkan banyak jiwa, itu tidak mungkin, karena kuasa itu turunnya dari sorga, dari Allah, tidak naik dari bawah ke atas. Ingat; Kuasa itu turun dari sorga, dari Allah, dari atas. Kalau kita masih menuruti suara daging, menuruti daging, tidak masuk dalam pengalaman kematian dan kebangkitan, maka tidak akan bisa membenarkan banyak jiwa, bagaimanapun caranya tidak akan bisa, karena kuasa itu turun dari Sorga. Ikutilah kebenaran Firman. Tetapi lewat pengalaman kematian, maka kita ada kuasa, buktinya adalah membenarkan banyak jiwa oleh hikmat Allah.
 
Benarkan dan menangkan sebanyak-banyaknya jiwa; menangkan jiwa suami, menangkan jiwa isteri, menangkan jiwa anak, menangkan jiwa orang tua, menantu, mertua, menangkan, di mana pun anda berada, baik di tempat pekerjaan, menangkan jiwa mereka, di tempat usaha, wiraswasta, di kebun, di ladang, di toko, di mana saja, menangkan banyak jiwa. Menangkan banyak jiwa hanya dengan satu cara, yaitu pengalaman kematian dan kebangkitan, tidak ada cara yang lain.
 
Yesaya 42:12
(53:12) Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.
 
Oleh kuasa kematian dan kebangkitan, maka:
1.      Kita mendapatkan orang-orang besar sebagai rampasan.
2.      Kita memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan.
 
Perhatikan:
-          Orang-orang besar yang hampir mau binasa, mereka dirampas dari api neraka; tetapi akhirnya, inilah yang menjadi tulang punggung, menjadi tiang penopang dalam pelayanan. 
-          Orang-orang kuat yang tadinya mau binasa, akhirnya dijarah dari api neraka; tetapi nanti, orang-orang kuat inilah yang menjadi tulang punggung/tiang penopang.
Hal ini menjadi warning bagi kita; jangan biarkan hidup rohani saudara hanya sampai di situ saja, sebab suatu kali kelak, ada orang yang lebih rohani dari kita nanti, kalau kita tidak mau berubah.
 
Ingatlah apa yang saya sampaikan: Keadaan hari ini tidak sama dengan keadaan hari esok. Jadi, saudara jangan bertahan dalam kebodohan, jangan melayani dalam kebodohan, sebab;
-          Besok akan TUHAN kirim rampasan sebagai orang besar yang menopang pelayanan ini.
-          Besok akan TUHAN kirim orang kuat sebagai jarahan untuk menjadi tulang punggung dalam pelayanan ini.  
Jadi, jangan bertahan dengan kebodohan. Saya ingatkan hal ini, dan hal itu pun sudah ada yang mengalaminya di antara kita.
 
Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Ini adalah ganti dari pengalaman kematian dan kebangkitan. Ini adalah ganti dari kerendahan hati kita, sebab kita rela disamakan dengan pemberontak oleh karena kerendahan hati kita bukan karena kesalahan dan pelanggaran-pelanggaran. Oleh sebab itu, rendah hatilah, maka upahmu besar di sorga.
 
Kemudian, di sini dikatakan: ... sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak. Jangan berhenti berdoa untuk orang-orang lain. Jangan hanya doakan orang tuamu, jangan hanya doakan anakmu, tetapi doakan pemberontak-pemberontak.
Kalau engkau hanya mengucapkan “selamat” atas keberhasilan keluargamu sedaging, tetapi engkau tidak mengucapkan “selamat” kepada keluarga GPT “BETANIA”, keluarga dalam satu kandang penggembalaan, maka engkau adalah orang yang belum menyadari arti dari kasih karunia.
 
Berdoalah untuk pemberontak, jangan hanya berdoa untuk dirimu. Berdoa untuk pemberontak, itu namanya bersyafaat.
-          Setelah berdoa memohon.
-          Kemudian bersyafaat.
-          Bersyukur.
-          puncaknya adalah penyembahan, penyerahan diri.
TUHAN akan ganti pengalaman susah kita selama di bumi ini. TUHAN akan ganti kerendahan hati kita. Tidak mungkin kita “korban” tanpa ada gantinya. Setiap korban pasti ada gantinya, sebab TUHAN tidak mau berhutang. Ingatlah itu dan perhatikanlah dengan sungguh-sungguh.
 
Itulah kehidupan Rut, di mana akhirnya nanti, Rut akan mendapatkan segala sesuatu yang dulu terhilang dari dalam dirinya.
-          Dahulu dia telah meninggalkan Moab,
-          dahulu dia sudah meninggalkan orang tuanya,
-          dahulu dia sudah meninggalkan bangsanya,
-          dahulu dia sudah meninggalkan segala sesuatu yang dianggap menjadi suatu keuntungan,
tetapi akhirnya, itu menjadi suatu kerugian, karena Kristus adalah kemuliaan bagi Rut.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 

No comments:

Post a Comment