KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, July 1, 2021

IBADAH RAYA MINGGU, 13 JUNI 2021


 
IBADAH RAYA MINGGU, 13 JUNI 2021
 
KITAB WAHYU PASAL 13
WAHYU 13:11-18
(Seri: 1)
 
Subtema: TUTUR KATA DORONGAN SETAN-SETAN
 
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sekarang duduk di atas takhta-Nya dalam kemuliaan kekal.
Biarlah kiranya kita boleh merasakan uluran dua tangan TUHAN; lewat pembukaan Firman TUHAN, kita semua merasakan lawatan TUHAN, sehingga kehidupan kita sekaliannya dipulihkan oleh TUHAN. Cara ibadah kita yang lama tidak lagi kita pertahankan, tetapi kita berubah dengan cara ibadah yang baru untuk menyenangkan hati TUHAN dari pribadi kita masing-masing.
Saya juga tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN yang ada di Bandung, di Malaysia, bahkan juga simpatisan yang ada di tanah air, bahkan umat ketebusan TUHAN yang tekun memberikan dirinya untuk digembalakan GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, lewat live streaming video internet Youtube, Facebook, baik anda yang ada di dalam negeri, maupun anda yang ada di luar negeri, kiranya TUHAN memberkati sekaliannya.
Selanjutnya, marilah kita berdoa, kita mohonkan segala kemurahan TUHAN, supaya TUHAN membukakan Firman TUHAN malam ini, sekaligus meneguhkan setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
 
Kita semua harus berpihak kepada TUHAN, tidak boleh berpihak kepada hati perasaan dari manusia daging; itulah kehidupan dari Lewi-Lewi yang akhirnya dipercayakan untuk melayani TUHAN. Selama kita tidak pernah berpihak kepada TUHAN, maka sampai kiamat pun TUHAN tidak akan pernah mempercayakan imamat rajani dalam kehidupan kita masing-masing. Sementara, yang berhak masuk dalam Kerajaan Sorga, sudah jelas; kehidupan suci dari imamat rajani.
Jadi, jangan karena saudara bodoh karena keras hati, lalu akhirnya hilang segala-galanya; jangan seperti itu. Dewasalah mulai dari sekarang.
 
Oleh karena rahmat TUHAN, oleh karena kemurahan TUHAN yang besar, sekarang ini kita akan memasuki berkat yang baru, itulah Wahyu 13:11. Namun, sebelum kita membaca Wahyu 13:11, terlebih dahulu saya memberitahukan, bahwa Wahyu 13 dibagi dalam 2 (dua) bagian:
-          Bagian yang pertama, dengan perikop: “Binatang yang keluar dari dalam laut”, itulah antikris, di mana seluruhnya ditulis di dalam Wahyu 13:1-10.
-          Sedangkan bagian yang kedua, dengan perikop: “Binatang yang keluar dari dalam bumi”, itulah binatang yang kedua, di mana kisahnya itu ditulis di dalam Wahyu 13:11-18.
 
Tibalah saatnya bagi kita untuk menerima berkat yang baru, setelah kita diberkati dari perikop yang pertama, tentang: Binatang yang keluar dari dalam laut”, itulah antikris. Seluruhnya sudah dijelaskan, baik wujudnya, baik penampilannya, baik juga kegiatan-kegiatannya, semuanya sudah dijelaskan, tentu saja sesuai dengan ukuran kasih karunia yang sudah dinyatakan kepada kita masing-masing.
 
Sekarang, mari kita memperhatikan perikop yang kedua dari Wahyu 13, yaitu “binatang yang keluar dari dalam bumi”. Kita berharap dengan harapan yang besar kepada TUHAN, supaya kiranya uluran dua tangan TUHAN itu dinyatakan bagi kita sekaliannya.  
Wahyu 13:11
(13:11) Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga.
 
Binatang yang keluar dari dalam bumi, atau binatang yang kedua, yaitu seekor binatang lain keluar dari dalam bumi, kemudian;
-          bertanduk dua sama seperti anak domba,
-          dan ia berbicara seperti seekor naga.
Pendeknya: Binatang yang keluar dari dalam bumi (binatang yang kedua) à Nabi-nabi palsu.
 
Jadi, antikris ini -- itulah binatang yang pertama, yang keluar dari dalam laut --, dia hidup selamanya. Demikian juga nabi-nabi palsu ini, dia hidup selamanya; itulah binatang yang keluar dari dalam bumi (binatang yang kedua). Oleh sebab itu, selama kita hidup di atas muka bumi ini, kita perlu hidup dengan segala kewaspadaan.
 
Binatang yang kedua, yang keluar dari dalam bumi itu, memang bertanduk dua, persis seperti anak domba, tetapi kalau ia berbicara, persis seperti seekor naga.
Jadi, kita mengambil kesimpulan: Binatang yang keluar dari dalam bumi, tidak lain - tidak bukan, adalah nabi-nabi palsu.
 
Sebelum saya lanjutkan, sedikit saya tambahkan: Orang muda tidak boleh malu rendah hati. Kalau malu rendah hati, maka tidak usah ikut TUHAN Yesus, tetapi ikutlah ajaran-ajaran asing yang tidak perlu memikul salibnya.
 
Binatang yang keluar dari dalam bumi, itulah nabi-nabi palsu; marilah kita lihat sebagai PEMBUKTIANNYA, di dalam Matius 7, dengan perikop: “Hal pengajaran yang sesat”. Ayat ini memang sering kita baca, namun tidak mengapa; kiranya TUHAN bukakan Firman-Nya selalu, sekalipun ayatnya sering kita baca.
 
Matius 7:15
(7:15) "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
 
Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu ... Jadi, di dalam hal mengikuti TUHAN, diperlukan kewaspadaan yang sangat besar.
 
Sekali lagi saya sampaikan: Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu. Mengapa? Sebab nabi-nabi palsu hadir di tengah-tengah sidang jemaat dalam sebuah penyamaran yang luar biasa, sebab ia tampil sama seperti domba, tetapi sesungguhnya, nabi-nabi palsu adalah serigala yang buas.
Singkat kata: Serigala berbulu domba, itulah nabi-nabi palsu, mereka itu adalah binatang, yakni serigala yang buas.
 
Mari kita lihat PEMBUKTIAN bahwa nabi-nabi palsu disebut serigala atau binatang yang buas, yang juga ayat ini seringkali kita baca, tetapi tidak mengapa, sebagai pembuka jalan sampai nanti akhirnya terbuka jugalah rahasia Firman.
Kita akan fokus memperhatikan Injil Yohanes 10:12, namun kita akan mengawali dari ayat 11, dengan perikop: “Gembala yang baik”.
Yohanes 10:11
(10:11) Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;
 
Akulah gembala yang baik. TUHAN Yesus Kristus adalah Gembala yang baik. Apa buktinya? TUHAN Yesus Kristus telah menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya; Dia telah mati di atas kayu salib di bukit Golgota 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu. Jadilah domba yang dengar-dengaran; itu adalah hubungan timbal baliknya.
 
Sekarang, kita fokus memperhatikan ayat 12. Namun, tadi sejenak kita perhatikan ayat 11, supaya kita dapat mengerti mana binatang buas (serigala buas), nabi-nabi palsu, guru palsu dengan ajaran palsu, mana Gembala yang baik.
 
Mari, selanjutnya kita membaca dan memperhatikan ayat 12.
Yohanes 10:12
(10:12) sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.
 
Gembala upahan adalah gembala yang tidak bertanggung jawab, sehingga ketika melihat serigala datang, ia pun lari.
Adapun pekerjaan dari pada si serigala ialah menerkam dan mencerai-beraikan kawanan domba, sehingga domba-domba menjadi liar, tidak tergembala. Itulah pekerjaan dari pada si serigala.
 
Kembali saya sampaikan: Pekerjaan dari si serigala adalah menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba, sehingga domba-domba menjadi liar, tidak tergembala, sehingga ujung-ujungnya, domba-domba tersesat (menjadi sesat) oleh si penyesat. Berarti, domba-domba yang liar ini, domba-domba yang tidak tergembala ini mengambil jalannya masing-masing, menuruti apa yang menjadi kehendak di hati saja, menuruti apa yang menjadi kehendak dagingnya saja; itu namanya tidak dengar-dengaran = sesat, mengambil jalannya masing-masing.
 
Kita lihat kembali ayat yang juga sering kita baca untuk melihat KEADAAN DOMBA YANG LIAR TIDAK TERGEMBALA, di dalam Ayub 39. Hari-hari ini, ayat ini seringkali kita perhatikan, tetapi tidak mengapa.
Ayub 39:8-11
(39:8) Siapakah yang mengumbar keledai liar, atau siapakah yang membuka tali tambatan keledai jalang? (39:9) Kepadanya telah Kuberikan tanah dataran sebagai tempat kediamannya dan padang masin sebagai tempat tinggalnya. (39:10) Ia menertawakan keramaian kota, tidak mendengarkan teriak si penggiring; (39:11) ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya, dan mencari apa saja yang hijau.
 
Kepadanya telah Kuberikan tanah dataran sebagai tempat kediamannya dan padang masin sebagai tempat tinggalnya. Wilayah dari kehidupan yang liar tidak tergembala adalah wilayah tanpa kasih, tidak mengerti pekerjaan TUHAN dan tidak mengerti melayani TUHAN.
 
Keadaan kehidupan yang tidak tergembala:
YANG PERTAMA: Ia menertawakan keramaian kota, artinya; menganggap kecil, menganggap enteng ibadah dan pelayanan.
YANG KEDUA: Tidak mendengarkan teriak si penggiring, artinya; tidak mendengarkan suara gembala. Kalau tidak mendengarkan suara gembala, berarti dia mendengarkan suara asing, itulah suara daging dan suara Setan -- yaitu roh jahat dan roh najis --.
YANG KETIGA: Ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya, artinya; beribadah di sembarang tempat (tidak menetap) = mengembara, tidak memiliki tempat untuk berbaring, tidak menetap dalam sebuah penggembalaan dengan satu orang gembala.
Saya mau tambahkan sedikit: Tergembalalah dengan sungguh-sungguh, ikutilah TUHAN dengan segala kewaspadaan. Demikian juga yang memiliki android, di situ segala pemberitaan Firman tersedia, tetapi saya mau pesankan; saudara tergembalalah di tempat ini. Supaya nanti kita jangan bentrok, saudara harus mendengar suara gembala dari tempat ini. Kalau saudara mendengar pengertian dari sana-sini, maka yang ada; kita bentrok nanti. Hati-hati, karena itu sudah pernah terjadi di tempat ini; dia mendengar suara asing, akhirnya bentrok selalu dengan saya, berkali-kali dia memberontak kepada saya, tetapi untung dia insaf oleh karena pekerjaan Roh Kudus.
YANG KEEMPAT: Mencari apa saja yang hijau, artinya; tidak sembarang mencari Firman di tempat yang lain. Itu sebabnya tadi saya sampaikan; kalau saudara betul-betul tergembala di tempat ini, maka saudara hanya mencari dan mendengar Firman di tempat ini, tidak sembarang mencari yang “hijau” di tempat yang lain.
 
Kita akan melihat tentang serigala berbulu domba lebih dalam lagi di dalam Injil Matius 7 tadi. Tadi, kita sudah perhatikan ayat 15 berbicara tentang serigala berbulu domba, itulah guru-guru palsu (pengajar-pengajar palsu), disebut juga serigala yang buas. Memang, kita sudah melihat tadi di dalam Injil Yohanes 10:12, bahwa pekerjaan dari si serigala adalah menerkam dan mencerai-beraikan kawanan domba, sehingga domba-domba menjadi liar, tidak tergembala, sehingga domba menjadi sesat, mengambil jalannya masing-masing, menuruti keinginan di hati, tidak lagi dengar-dengaran kepada gembala; tidak taat, tidak setia dan tidak dengar-dengaran, akhirnya menjadi sesat, karena binatang buas tadi.
 
Selanjutnya, lebih dalam lagi kita selidiki ayat 16-18.
Matius 7:16-18
(7:16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (7:17) Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. (7:18) Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
 
Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Serigala berbulu domba -- binatang buas, atau pengajar-pengajar palsu, guru-guru palsu -- dikenal dari buah pelayanannya. Belajarlah untuk mengenali buah pelayanan.
-          Kalau buah pelayanan seorang hamba TUHAN benar; bertahan di situ.
-          Tetapi kalau buah pelayanan itu sudah tidak benar; tinggalkan, jangan pakai perasaan. Perasaan di sini, maksudnya; karena gedungnya besar, karena hamba TUHAN itu terkenal, karena dia tidak mau diusik, buang perasaan daging semacam ini.
 
Singkat kata: Serigala berbulu domba (guru-guru palsu) dikenal dari buah pelayanan mereka.
Perlu untuk kita ketahui bersama-sama:
-          Setiap pohon yang baik tentu saja akan menghasilkan buah yang baik.
-          Sedangkan pohon yang tidak baik tentu saja akan menghasilkan buah yang tidak baik pula.
Itu sudah pasti; itu sebabnya, kita harus berusaha untuk mengenal buah pelayanan dari seorang hamba TUHAN, dan kita pun harus jujur untuk mengenalinya, sebab;
-          Tidak mungkin pohon yang baik menghasilkan buah yang tidak baik.
-          Sebaliknya, pohon yang tidak baik tidak mungkin menghasilkan buah yang baik.
Tetapi yang pasti, pada ayat 16 dikatakan: Nabi-nabi palsu digambarkan seperti semak duri dan rumput duri. Artinya; buah pelayanan yang baik tidak dapat dipetik dari guru-guru palsu, tidak dapat dipetik dari pengajar-pengajar palsu, karena semak duri dan rumput duri tidak akan pernah menghasilkan buah apapun; dia kosong, sama seperti rumput kering (jerami) yang kosong, tidak berisi Firman.
 
Maka, tentu saja, buah pelayanan yang baik tidak mungkin dapat dipetik dari guru-guru palsu; itu sesuatu yang tidak mungkin, karena mereka digambarkan seperti semak duri dan rumput duri, antara lain;
-          Tidak dapat menghadirkan atau tidak dapat memetik buah anggur, yakni kesukaan sorgawi turun di tengah-tengah sidang jemaat. Mengapa? Karena guru-guru palsu digambarkan dengan semak duri.
-          Tidak dapat menghadirkan atau tidak dapat memetik buah ara, yakni hal-hal yang manis dari sorga turun di tengah-tengah sidang jemaat. Hal-hal yang manis, seperti buah ara yang manis, tidak bisa dinikmati atau tidak mungkin berada di tengah-tengah sidang jemaat. Mengapa? Karena guru-guru palsu digambarkan dengan rumput duri.
 
Sedikit saya tambahkan: Biarlah kita meresponi setiap Firman yang kita dengar. Kalau kita meresponi Firman, maka nanti Firman itu akan berkuasa, karena Roh TUHAN turut bekerja. Tetapi kalau kita, tidak meresponi Firman, maka Roh TUHAN tidak akan bekerja kepada orang yang melempem.
Perhatikan: Roh TUHAN bekerja kepada orang yang mau bekerja. Jangan kita bicara “Roh Kudus” tetapi ternyata kita tidak mau bekerja.
 
Matius 7:20
(7:20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.
 
Singkat kata: Dari buah pelayanan merekalah kita akan mengenal guru-guru palsu (pengajar-pengajar palsu).
 
Mari kita lihat BUAH PELAYANAN dari guru-guru palsu, di dalam ayat 21-23. Mungkin, dulu kita kaget melihat ayat 21-23, karena sepintas kita melihat perbuatan mereka itu baik; tetapi apa yang menurut kita baik bukan berarti berkenan kepada TUHAN, belum tentu. Oleh sebab itu, mari kita melihat buah pelayanan dari guru-guru palsu, di dalam ayat 21-23.
Matius 7:21-23
(7:21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. (7:22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? (7:23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
 
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Tidak semua orang yang menyebut nama “TUHAN” lalu mereka layak masuk dalam Kerajaan Sorga.
 
Adapun buah pelayanan dari guru-guru palsu adalah:
1.      Bernubuat atau menyampaikan Firman TUHAN demi nama TUHAN. Sebetulnya, sepintas buah pelayanan yang pertama ini sangat baik, indah, dan manis.
2.      Mengusir Setan demi nama TUHAN. Ini juga tindakan yang baik, tindakan yang manis, dan hal ini seringkali terjadi di dalam pelayanan kami pada waktu memulai perintisan, membuka pelayanan di bumi provinsi Banten; banyak dari antara yang sakit menjadi sembuh, baik itu sakit mata, kista, rahim tertutup, sakit kulit, kerasukan setan, banyak, saya tidak bisa hitung dan sebutkan satu per satu. Tetapi satu pun dari antara mereka tidak ada yang mengikuti kita di tempat ini, satu pun tidak ada, mereka hanya mengharapkan mujizatnya saja, dan itu terjadi di awal pelayanan. Ketika saya sibuk menginjil, di tengah penginjilan itu memang terjadi banyak mujizat, dan kalau terjadi mujizat di tengah penginjilan, itu tidak salah; tetapi jangan sampai ketika berada di tengah penggembalaan, dalam setiap pertemuan ibadah selalu sibuk dengan sensasi.  Bukankah itu perlu dipertanyakan? Kalau di lapangan, di pinggir jalan, penginjilan itu perlu, supaya yang sakit menjadi sembuh; demikianlah caranya TUHAN Yesus diperkenalkan di atas bumi ini, tetapi itu adalah asas pokok (ajaran pertama), tetapi setelah menerima ajaran pokok ini harus beralih kepada perkembangan berikutnya, itulah sebuah penggembalaan.
3.      Mengadakan banyak mujizat demi nama TUHAN.
 
Namun pada akhirnya, pada ayat 23, TUHAN berterus terang dan berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu!” TUHAN tidak mengenal mereka. Bukankah ini adalah hal yang mengejutkan bagi kita? Padahal, hal yang baik, hal yang manis seperti manisnya buah ara tadi, nampaknya seperti itulah yang kita lihat.
Selanjutnya, TUHAN berkata: “Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” Ternyata, justru, sekalipun mereka sibuk mengadakan 3 (tiga) perbuatan manis dan ajaib, ternyata TUHAN tetap berkata bahwa mereka itu sekalian pembuat kejahatan. Dahulu saya kaget membaca ini, tetapi TUHAN tentu punya alasan.
 
Mengapa TUHAN berkata kepada mereka: “Aku tidak pernah mengenal kamu”, kemudian TUHAN kembali berkata: “Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan” ?
Mari kita membaca ayat 21 untuk menemukan jawabannya.
Matius 7:21
(7:21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
 
Ternyata, guru-guru palsu ini sibuk mengadakan 3 (tiga) perkara ajaib di tengah ibadah dan pelayanan mereka, namun mereka mengabaikan hal yang terpenting, yakni tidak melakukan apa yang menjadi kehendak Allah Bapa di sorga. Apakah yang dimaksud dengan kehendak Bapa?
 
Mari, kita akan mengenal KEHENDAK BAPA di dalam Injil Matius 26, dengan perikop: “Di taman Getsemani
 
Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
 
Intinya: Yesus harus meminum cawan Allah. artinya; Yesus harus menanggung penderitaan di atas kayu salib di bukit Golgota, dengan demikian; jadilah kehendak Allah, dengan kata lain; kehendak Allah terlaksana hanya oleh salib di Golgota.
 
Jadi, salib harus ditegakkan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan supaya kehendak Allah terlaksana. Kehendak Allah tidak akan terlaksana hanya karena sibuk melakukan 3 (tiga) perkara ajaib di tengah-tengah ibadah pelayanan. Biar sejuta kali mujizat terjadi di depan mata, tetapi kalau ibadah tidak dihubungkan langsung dengan salib, maka kehendak Allah tidak akan pernah terlaksana.
 
Sekali lagi saya sampaikan: Salib Kristus harus ditegakkan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan supaya kehendak Allah terlaksana. Mari kita lihat pembuktiannya di dalam Injil Matius 5, dengan perikop: “Yesus dan hukum Taurat”.
Matius 5:17-18
(5:17) "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. (5:18) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
 
Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi, melainkan untuk menggenapi hukum Taurat.
Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi, sebelum kehendak Allah terlaksana.
 
Singkat kata, di sini kita melihat: TUHAN Yesus datang ke dunia ini bukan untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi untuk menggenapi hukum Taurat, sehingga dengan demikian; kehendak Allah terlaksana.
 
Sebaliknya, seandainya Yesus tidak menggenapi hukum Taurat -- atau ibadah ini tidak dihubungkan dengan salib, dengan kata lain; salib tidak ditegakkan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan --, maka yang terjadi adalah;
-          Mereka yang hidup di bawah hukum Taurat akan mati (binasa).
-          Mereka yang berdosa karena perbuatan kejahatan mereka juga akan mati (binasa).
-          Bangsa kafir atau orang-orang yang tidak mengenal Allah Abraham Ishak Yakub, Allah yang hidup, juga akan binasa.
Itulah kerugian yang terjadi kalau salib tidak ditegakkan di tengah ibadah pelayanan.
 
CONTOH kalau salib tidak ditegakkan di tengah ibadah dan pelayanan, kita akan perhatikan dalam Keluaran 32, dengan perikop: “Anak lembu emas”.
Keluaran 32:18
(32:18) Tetapi jawab Musa: "Bukan bunyi nyanyian kemenangan, bukan bunyi nyanyian kekalahan -- bunyi orang menyanyi berbalas-balasan, itulah yang kudengar."
 
Ketika bangsa Israel jatuh dalam penyembahan berhala lembu emas, yang nampak adalah terjadilah nyanyian berbalas-balasan, berarti; tidak menang dan tidak kalah, persamaannya adalah;
1.      Tidak mati, tidak hidup = Setengah mati pengikutan semacam ini.
2.      Tidak dingin, tidak panas = Suam. Suam rohani adalah pengalaman yang tidak maju rohani (rohaninya tidak maju-maju).
 
Inilah yang terjadi di tengah ibadah; sama sekali salib tidak ditegakkan, justru berhala-berhala yang dibesarkan di tengah ibadah itu, di mana hamba TUHAN berbicara soal yang lahiriah; dan itu sebetulnya adalah penyembahan berhala, sebab salib tidak ditegakkan di tengah ibadah tersebut hanya karena berhala.
Keluaran 32:18 ini juga sama seperti itu; akhirnya, wujud nyata yang terjadi di tengah ibadah itu adalah adanya nyanyian berbalas-balasan, tidak menang dan tidak kalah. Persamaan dari tidak menang dan tidak kalah adalah:
1.      Tidak mati, tidak hidup.
2.      Tidak panas, tidak dingin = Suam. Kalau suam, maka kerohanian tidak maju-maju. Yang TUHAN mau adalah jika panas maka panas benaran (benar-benar panas) dalam mengikuti TUHAN, jika dingin maka dingin benaran (benar-benar dingin) di dalam mengikuti TUHAN, berarti; sungguh-sungguh di dalam mengikuti TUHAN.
 
Keluaran 32:19
(32:19) Dan ketika ia dekat ke perkemahan itu dan melihat anak lembu dan melihat orang menari-nari, maka bangkitlah amarah Musa; dilemparkannyalah kedua loh itu dari tangannya dan dipecahkannya pada kaki gunung itu.
 
Ketika Musa melihat bangsa Israel sedang menari-nari oleh karena penyembahan berhala mereka, oleh karena menyembah lembu emas tuangan itu, akhirnya Musa melemparkan (memecahkan) dua loh batu yang berisikan 10 (sepuluh) hukum yang ada di tangannya itu.
 
Kalau sejenak kita melihat isi dari dua loh batu yang dibawa oleh Musa dalam Keluaran 20:1-5, Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. TUHANlah yang membebaskan bangsa Israel dari penindasan Mesir dan Firaun; oleh karenanya, hukum yang tertulis di dalam dua loh batu mengatakan: Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya.
Kalau hukum itu ditegakkan, sementara bangsa Israel jatuh di dalam penyembahan berhala, maka Israel akan binasa. Tetapi, supaya bangsa Israel jangan binasa oleh karena dosa penyembahan berhala, maka kedua loh batu yang berisikan hukum-hukum harus dihancurkan; itulah gambaran pribadi Yesus yang telah menghancurkan segenap hidup-Nya di atas kayu salib, sehingga dengan demikian; hukum Taurat tergenapi, kehendak Allah terlaksana di dalam rangka penyelamatan terhadap orang-orang, terhadap umat yang jatuh dalam dosa, termasuk penyembahan berhala.
 
Kalau salib tidak ditegakkan di tengah ibadah pelayanan, maka kehendak Allah tidak akan terlaksana, hukum Taurat tidak akan tergenapi. Biar sejuta kali mujizat terjadi di depan mata, namun kehendak Allah tidak akan pernah terlaksana. Saudara harus memahami hal ini. Jadi, biarlah kita semakin dewasa, semakin bijaksana di dalam hal mengikuti TUHAN, berarti; harus disertai dengan segala kewaspadaan.
Kiranya saudara sudah bisa menerima; kalau salib tidak ditegakkan di tengah ibadah dan pelayanan, maka kehendak Allah tidak akan pernah terlaksana, sehingga orang yang berdosa tetap ada dalam dosanya, yang najis tetap ada dalam kenajisannya, bahkan yang jahat akan semakin jahat; tetapi, di sisi lain, yang suci akan semakin suci. Kita harus jujur kepada hati nurani. Biasakan diri jujur kepada hati nurani, karena itu adalah tanda-tanda orang yang penuh dengan Roh Kudus; percaya saja.
 
Mari kita kembali memperhatikan Injil Matius 5.
Matius 5:17-18
(5:17) "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. (5:18) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
 
Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. TUHAN Yesus sudah menggenapinya di atas kayu salib di bukit Golgota 2021 tahun yang lalu; bersyukurlah, sehingga kehendak Allah terlaksana, dan dosa diampuni; itulah kasih Allah.
 
Lebih dari pada itu, pada ayat 18, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Ketika Yesus menggenapi hukum Taurat, maka nyatalah 2 (dua) hal:
1.      Satu iota
2.      Satu titik.
Satu iota dan satu titik tidak akan terhapuskan di dalam diri kita masing-masing, berarti tetap nyata di dalam diri kita masing-masing.
 
Tentang: Satu iota.
Iota à Kumpulan terkecil dari abjad Yunani, berarti A (a) sampai dengan I (i), dan seluruhnya berjumlah 9 (sembilan) huruf.
Arti rohaninya untuk kita sekarang adalah menggambarkan kehidupan yang rendah hati. Jadilah suatu kehidupan yang rendah hati. Di dalam hal mengikuti TUHAN, biarlah kita semakin hari semakin lemah lembut, semakin hari harus semakin rendah hati; idealis mu harus dihilangkan, dengan demikian satu iota akan nampak di dalam diri kita masing-masing, tidak akan terhapuskan, sebaliknya nyata di dalam diri kita masing-masing. Kerendahan hati itu harus nyata di dalam diri kita masing-masing, baik dalam perkataan, solah tingkah kita masing-masing, tidak akan terhapuskan; itulah yang terjadi jika kehendak Allah terlaksana.
 
Tentang: Satu titik.
Titik adalah tanda baca yang paling kecil dari semua huruf dan dari semua tanda baca lainnya.
Arti rohaninya untuk kita sekarang adalah menggambarkan suatu kehidupan yang rela dikecilkan. Jadi, tidak hanya rendah hati, tetapi sudah rela dikecilkan.
 
Semua orang bisa rendah hati kalau dipaksa oleh karena situasi kondisi dan keadaan, apalagi dalam keadaan permohonan kepada TUHAN, semua pasti rendah hati sambil berkata: “Mohonlah belas kasih-Mu”. Semua bisa rendah hati disertai dengan gerakan yang rendah hati; itu bisa dilakukan kalau saat lagi butuh. Artinya, semua orang bisa rendah hati, tetapi ketika dikecilkan, belum tentu bisa.
Semua orang bisa rendah hati, apalagi sesuai dengan situasi kondisi keadaan yang ada, contohnya; ketika saudara lewat dari orang yang sepatutnya harus kita hormati, lalu kita memberi tanda di tangan disertai badan membungkuk, itu tanda rendah hati; tetapi kalau dikecilkan, belum tentu mau dikecilkan. Inilah yang harus kita pelajari di hari-hari terakhir ini, dan saya pun sedang mempelajarinya.
Itu sebabnya, sering sekali saya sampaikan dalam pemberitaan Firman: dalam kesusahan, anggaplah bahwa itu adalah berkat. Dan ternyata, pelajaran dari study Yusuf itu benar; setelah Yusuf melewati bermacam-macam kesusahan, bermacam-macam kesulitan, bermacam penderitaan yang dia derita, lalu akhirnya dia tampil sebagai kepala pemerintahan, tampil sebagai kuasa pemerintahan di Mesir, menjadi mangku bumi (mangku negara), istilah sekarang adalah perdana menteri; Dialah penguasa yang menjalankan roda pemerintahan. Hanya takhta sajalah yang menjadi pembeda dengan Firaun.
 
Jadi, kesusahan itu adalah berkat yang besar, sampai akhirnya TUHAN tampilkan kita dalam kemuliaan yang besar. Sejauh mana kita dikecilkan di bumi ini, maka sejauh itulah TUHAN permuliakan. Pantulan itu sejauh tekanan; jadi, sejauh mana kita dihinakan, maka sejauh itulah nanti kita dipermuliakan oleh TUHAN. Ingatlah rumus di dalam mengikuti TUHAN ini.
Biarlah hal itu nyata, tidak terhapuskan dalam diri kita masing-masing, dengan demikian; kehendak Allah terlaksana.
 
Belum tentu oleh karena berkat-berkat jasmani, lalu saudara menjadi kecil, apalagi dikecilkan, itu belum tentu. Justru kadang-kadang berkat jasmani ini membuat kita menjadi sombong, menjadi pongah di hadapan TUHAN. Apalagi jika dahulu ia adalah seorang yang miskin, lalu tiba-tiba menjadi kaya, maka ia bisa menjadi sombong.
Tetapi di dalam TUHAN tidak demikian, sebab semuanya sudah tergenapi; kehendak Allah terlaksana di dalam hidup kita, yaitu satu iota dan satu titik terlaksana dalam hidup kita masing-masing.
 
Sekarang kita akan melihat contoh lain ketika domba-domba dikuasai oleh si serigala, di dalam Yeremia 10, dengan perikop: “Yehuda menjadi sunyi sepi”.
Yehuda ini adalah gambaran dari imamat rajani, gambaran dari pelayan-pelayan TUHAN. Jangan sampai kita menerima jabatan sebagai "pelayan TUHAN", tetapi dalam hidupnya senantiasa mengalami keadaan sunyi sepi. Jangan sampai kita mengalami sunyi sepi, tetapi biarlah kesukaan sorgawi itu terus menguasai kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
 
Yeremia 10:17-18
(10:17) Angkutlah barang-barangmu dari negeri ini, hai orang-orang yang berada dalam pengepungan! (10:18) Sebab beginilah firman TUHAN: "Sesungguhnya, sekali ini Aku akan melemparkan penduduk negeri ini, dan Aku akan menyesakkan mereka, supaya mereka merasakannya." --
 
Angkutlah barang-barangmu, hai Yehuda, dari negeri ini ... Semua peralatan-peralatan, semua perkara-perkara rohani;
-          Baik itu Meja Roti Sajian = Firman Allah.
-          Baik itu Pelita Emas = Roh-El Kudus.
-          Baik itu Mezbah Dupa = Doa penyembahan.
Angkutlah itu semua sampai sunyi sepi; tidak ada ada lagi harta rohani di dalam kehidupan mereka, sampai betul-betul sunyi sepi.
 
Sebab beginilah firman TUHAN: "Sesungguhnya, sekali ini Aku akan melemparkan penduduk negeri ini, dan Aku akan menyesakkan mereka, supaya mereka merasakannya." --
Singkat kata: TUHAN melemparkan penduduk Yehuda, selanjutnya TUHAN akan menyesakkan penduduk Yehuda, tujuannya adalah supaya mereka merasakannya. Berarti, TUHAN sedang menghajar Yehuda dengan sebuah hukuman. Hajaran TUHAN, didikan TUHAN berlaku kepada Yehuda.
 
Kalau kita mengalami didikan, tidak usah kita sampai akhirnya putus harap tinggalkan TUHAN, tetapi harus lebih dewasa dan bijaksana menanggapi didikan TUHAN. Jangan kita ngomel bersungut-sungut, sebab nanti rencana Allah gagal di dalam diri kita masing-masing.
-          Coba, andaikata anak domba itu buka mulut, andaikata anak domba itu ngomel saja, maka kita tidak akan pernah menikmati potongan-potongan daging dari pada anak domba yang dibantai itu.
-          Coba, andaikata induk domba itu buka mulut, andaikata induk domba itu ngomel saja, maka bulu domba tidak akan pernah dicukur, kasih Allah tidak akan pernah kita alami, sehingga binasalah kehidupan kita masing-masing.
Itu sebabnya saya sampaikan; dewasalah dan bijaksanalah menyikapi didikan TUHAN.
 
Yeremia 10:19-21
(10:19) Celakalah aku karena penyakitku, lukaku tidak tersembuhkan! Aku berpikir: "Ah, inilah suatu kepedihan yang harus kutanggung!" (10:20) Kemahku sudah rusak, dan semua talinya sudah putus. Anak-anakku telah pergi dari padaku, tidak ada lagi; tidak ada lagi yang mendirikan kemahku dan yang membentangkan tendaku. -- (10:21) Sungguh, gembala-gembala sudah menjadi bodoh, mereka tidak menanyakan petunjuk TUHAN. Sebab itu mereka tidak berbahagia dan seluruh binatang gembalaan mereka cerai-berai.
 
Celakalah aku karena penyakitku, lukaku tidak tersembuhkan! Aku berpikir: "Ah, inilah suatu kepedihan yang harus kutanggung!"  Ayat 19 ini menunjukkan bahwa mereka kurang dewasa, kurang bijaksana dalam menyikapi didikan TUHAN. Mengapa? Karena di situ kita melihat; lukaku tidak tersembuhkan.
 
Kemahku sudah rusak, dan semua talinya sudah putus. Anak-anakku telah pergi dari padaku, tidak ada lagi; tidak ada lagi yang mendirikan kemahku dan yang membentangkan tendaku. Dalam ayat 20 ini pun masih kita melihat persungutan yang sifatnya membenarkan diri, walaupun salah. Banyak di antara kita yang seperti itu, tetapi kiranya jangan lagi terjadi seperti itu.
Tiba-tiba ada yang datang dan berkata: “Saya tidak terima. Saya turun saja.” Bukankah akhirnya rugi sendiri? Awalnya, TUHAN mau nyatakan rencana yang indah supaya selamat, tetapi karena bersungut-sungut membenarkan diri, akhirnya tidak selamat nanti. Tetapi saya berdoa, supaya kiranya imanmu jangan gugur. Jangan sampai satu Firman itu gugur dari dalam dirimu, tetapi biarlah kita sama seperti Samuel yang berlilitkan baju efod.
 
Sungguh, gembala-gembala sudah menjadi bodoh, mereka tidak menanyakan petunjuk TUHAN. Sebab itu mereka tidak berbahagia dan seluruh binatang gembalaan mereka cerai-berai. Kemudian, pada ayat 21 ini kita melihat; yang nampak adalah kebodohan.
 
Dari pembacaan Yeremia 10:19-21, kita akan menarik kesimpulan, bahwa 3 (tiga) hal terjadi (nampak) sebagai didikan (hajaran) dari TUHAN terhadap Yehuda:
YANG PERTAMA, pada ayat 19, di situ dikatakan: Luka ku tidak tersembuhkan.
Hal ini menunjukkan bahwasanya mereka menolak penyucian oleh pedang Roh, menolak penyucian oleh Firman Allah yang benar dan murni. Seandainya mereka menerima penyucian dari pedang Roh, penyucian dari  Firman Allah yang benar dan murni, maka pasti luka-luka akan sembuh; sebab, Firman-Nya yang melukai untuk mengambil dosa kejahatan dan kenajisan, sesudah itu TUHAN yang membebat, sehingga Dia yang melukai, tetapi Dia juga yang membebat.
Inilah kebodohan mereka, yaitu menolak penyucian Firman, sehingga luka-luka tidak pernah sembuh.
YANG KEDUA, pada ayat 20, di situ dikatakan: Kemahnya sudah rusak dan semua talinya sudah putus.
Ini adalah gambaran dari suatu kehidupan yang rusak lakunya karena terputus dari kasih Allah. Karakternya tidak baik, lakunya rusak, karena terputus dari kasih Allah. Jangan putus dari kasih Allah apapun yang terjadi.
Akibat putus dari kasih Allah ialah menjadi sunyi sepi, ditinggalkan oleh penduduknya.
YANG KETIGA, pada ayat 21, di situ dikatakan: Gembala-gembala menjadi bodoh.
Mengapa hamba TUHAN yang menerima jabatan gembala menjadi bodoh? Karena mereka tidak menanyakan petunjuk dari TUHAN, mereka mengabaikan Urim dan Tumim yang ada di tapal dada dari Imam Besar.
Ini adalah gambaran dari gembala yang tidak bertanggung jawab. Kalau gembala itu bertanggung jawab, maka tentu saja gembala itu akan mencari petunjuk dari TUHAN untuk melayani TUHAN, melayani pekerjaan TUHAN, di dalam hal mengasuh dan merawat sidang jemaat, sebagai kawanan domba Allah.
Tidak mungkinlah seorang gembala dapat mengasuh, merawat, dengan lain kata; menggembalakan sidang jemaat dengan kekuatannya, dengan kemampuannya, dengan pemikirannya, dengan kepandaiannya, dengan sekolah tingginya. Tetapi seorang gembala sidang mengasuh dan menggembalakan sidang jemaat harus dengan mencari petunjuk dari Allah.
 
Inilah kebodohan dari gembala, sehingga akibatnya adalah, Yang Pertama: Tidak ada kebahagiaan.
Kita teringat dengan peristiwa di ujung masa hidup Daud, ia berpesan kepada Salomo, anaknya: Bersikaplah seperti laki-laki, kuat dan teguh, jangan menyimpang ke kiri dan ke kanan, supaya berhasil dan beruntung dalam pelayanannya kepada TUHAN. Dan hal itu dipegang teguh oleh Salomo.
Oleh sebab itu, setelah ia duduk sebagai raja di atas takhta, yang pertama kali dikerjakan oleh Salomo hanya satu, yaitu memohon petunjuk, memohon hikmat dari TUHAN, sehingga yang terjadi adalah kebahagiaan yang heran, kebahagiaan yang besar terjadi atas kerajaan Israel, kebahagiaan yang besar terjadi atas 12 (dua belas) suku Israel; semua bahagia, mulai dari pelayan-pelayan di istana raja pun semuanya bahagia. Tanda kebahagiaan itu;
-          Dalam hal menyajikan makanan di atas meja pun semua tersusun rapi.
-          Dalam hal duduk, semua tersusun rapi.
-          Dalam hal berkata-kata tersusun rapi.
-          Solah tingkah tersusun rapi.
inilah kebahagiaan.
Tidak hanya sebatas pelayan-pelayan di dalam istana raja Salomo, tetapi sampai kepada seluruh lapisan masyarakat dari pada pemerintahan Salomo pun semuanya merasa kebahagiaan. Apa tandanya? Oleh karena keputusan dari pada Salomo, umat Israel menjadi suatu kehidupan yang takut dan gentar, itulah kebahagiaan. Kalau kita takut dan gentar kepada TUHAN, tidak berani berbuat dosa, itu adalah kebahagiaan.
Tetapi sebaliknya, ketika Salomo mati dilanjutkan oleh Rehabeam; dalam memulai pelayanan, Rehabeam melakukan sesuatu yang tidak benar, tidak sama dengan Salomo, bapaknya. Rehabeam memulai pelayanan bukan mencari petunjuk dari TUHAN, justru dia mencari petunjuk kepada orang-orang yang muda, padahal Rasul Paulus berkata kepada Timotius: Hindarilah nafsu orang muda, baik orang muda yang kaya, maupun orang muda yang miskin. Hindari nafsu orang muda; jangan mencari petunjuk dari hamba TUHAN yang memiliki nafsu orang rendah muda;
-          yang sibuk dengan dongeng-dongeng nenek tua,
-          sama seperti Himeneus dan Filetus yang sibuk berbicara soal kebangkitan tanpa pengalaman kematian, itu adalah ajaran palsu yang sama seperti penyakit kanker, yang menjalar dan merusak sel-sel anggota tubuh yang lain.
Ketika mencari petunjuk yang bukan dari TUHAN, akibatnya adalah tidak bahagia.
Kalau saudara betul-betul tergembala, maka dalam segala situasi, dalam segala kondisi, dalam keadaan apapun, dalam susah maupun senang, tanya TUHAN. Kalau mau bekerja, sampaikan: “Bantu doa, Om. Bagaimana ya baiknya?” Tidak salah bukan jika rendah hati? Tanya TUHAN. Bukan saya gila hormat, tetapi itu penting. Ketika saudara rendah hati mencari petunjuk dari TUHAN, maka saya akan memberi jawaban, tetapi bukan karena saya, melainkan karena saudara, namun dipakailah mulut saya ini untuk memberkati saudara; TUHAN yang pakai, bukan saya, tetapi itu akan terjadi jika saudara rendah hati, bukan karena saya baik, bukan. Carilah petunjuk dari TUHAN, bukan karena saya baik; tetapi TUHAN akan beri kebahagiaan kalau saudara dengan rendah hati mencari petunjuk. Jadi, jangan gengsi, jangan lihat manusianya.
Tetapi karena gembala-gembala sudah menjadi bodoh, tidak mau mencari petunjuk dari TUHAN, akibatnya; mereka tidak bahagia.
 
Inilah kebodohan dari gembala, sehingga akibatnya adalah, Yang Kedua: Kawanan domba menjadi tercerai-berai, liar tidak tergembala. Inilah yang terjadi kalau tidak mencari petunjuk dari TUHAN.
Saudara mungkin merasa dalam penggembalaan ini terlalu berat salib yang harus kita pikul, karena banyaknya korban tenaga, pikiran, waktu, perasaan, harga diri, yang mana semuanya itu harus dikorbankan. Tetapi ingat; sekalipun demikian, mengapa kita bisa bertahan? Karena di tengah-tengah ibadah, kita senantiasa mencari petunjuk Allah lewat pembukaan rahasia Firman yang dinyatakan, sehingga kita tetap tergembala, tetapi kalau tidak, maka akan menjadi liar. Itu menurut hemat yang saya lihat sejauh ini; mengapa bisa bertahan? Karena kita mencari petunjuk. Tetapi kalau sudah tidak mencari petunjuk, maka menjadi liar, tidak tergembala.
Saya tidak mau saudara liar, sebab saya akan mengalami kerugian berkali lipat. Bukan hanya saudara saja yang rugi, tetapi saya juga yang rugi. Sebab kita semua harus bergandengan tangan untuk membawa Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, dengan lain kata; Pengajaran Pembangunan Tabernakel harus kita bawa dari Timur sampai ke Barat.
Pujilah TUHAN, sebab besar cinta-Nya. Pujilah TUHAN, sebab besar kasih-Nya bagi kita.
 
Mungkin saudara sedang menunggu-nunggu; bagaimana ini pekerjaan dari pada si serigala lebih dalam?
Kita kembali memperhatikan Yeremia 10.
Yeremia 10:22
(10:22) Terdengarlah suatu berita, bunyinya: Kegemparan besar akan datang dari tanah sebelah utara, untuk membuat kota-kota Yehuda menjadi sunyi sepi, menjadi tempat persembunyian serigala-serigala.
 
Terdengarlah suatu berita. Apakah berita itu? Bunyinya: Kegemparan besar akan datang dari tanah sebelah utara, itulah takhta Setan, sehingga kota-kota Yehuda menjadi sunyi sepi. Inilah hukuman atas Yehuda di ayat 17-18 tadi, di mana TUHAN melemparkan, TUHAN menyesakkan penduduk Yehuda, sehingga menjadi sunyi sepi, menjadi tempat persembunyian serigala-serigala.
 
Ternyata, kegemparan yang besar itu terjadi karena kota-kota Yehuda sudah menjadi sunyi sepi.
Apa gerangan yang menyebabkan sehingga kota-kota Yehuda menjadi sunyi sepi? Kota-kota Yehuda sudah menjadi liangnya serigala, sudah dikuasai oleh si serigala, sudah diterkam dan dicerai-beraikan oleh si serigala, sehingga domba-domba menjadi liar, tidak tergembala.
Jadi, nabi-nabi palsu adalah serigala berbulu domba, serigala yang buas, sehingga Yehuda menjadi sunyi sepi, kota-kotanya juga menjadi sunyi sepi, semua mengalami sunyi sepi. Ini adalah kerugian yang besar; tidak ada lagi kesukaan di sana, yang ada hanyalah ratap tangis.
 
Mari kita melihat ketika kota itu ditinggalkan, menjadi sunyi sepi, dan sudah menjadi liangnya serigala.
Yeremia ini selalu menceritakan keberadaan dari pada Yehuda dan Israel dengan keadaan yang tidak taat, tidak setia, tidak dengar-dengaran, sehingga keadaan itu betul-betul membuat Yehuda dan Israel tidak bahagia; itulah yang diceritakan oleh Yeremia. Akibatnya adalah tidak bahagia dan banyak nanti meneteskan air mata, dan itu juga ditulis oleh Yeremia di dalam tulisannya di dalam kitab Ratapan.
 
Mari kita perhatikan Ratapan 1, dengan perikop: “Keruntuhan dan kesunyian Yerusalem”.
Ratapan 1:1
(1:1) Ah, betapa terpencilnya kota itu, yang dahulu ramai! Laksana seorang jandalah ia, yang dahulu agung di antara bangsa-bangsa. Yang dahulu ratu di antara kota-kota, sekarang menjadi jajahan.
 
Ah, betapa terpencilnya kota itu, yang dahulu ramai! Dahulu ramai, tetapi sekarang sudah menjadi sunyi sepi.
Laksana seorang jandalah ia ... Dahulu ramai, namun akhirnya menjadi sunyi sepi, yang digambarkan seperti seorang janda. Tidak ada orang janda yang bahagia, biar dia kaya. Namanya “janda”, pasti sunyi sepi, percayalah dengan apa yang saya sampaikan.
Selanjutnya, di sini dikatakan: Yang dahulu agung di antara bangsa-bangsa. Yang dahulu ratu di antara kota-kota, sekarang menjadi jajahan, karena sekarang sudah menjadi liangnya serigala.
 
Ratapan 1:2
(1:2) Pada malam hari tersedu-sedu ia menangis, air matanya bercucuran di pipi; dari semua kekasihnya, tak ada seorang pun yang menghibur dia. Semua temannya mengkhianatinya, mereka menjadi seterunya.
 
Pada malam hari tersedu-sedu ia menangis ... Lihatlah seorang janda; setiap hari di malam hari, dia menangis sejadi-jadinya, air mata tidak akan bisa dibendung. Inilah yang terjadi apabila menjadi liangnya serigala.  Oleh sebab itu, harus bijaksana dan dewasa; tempatkan Kristus sebagai Kepala.
Kemudian, di sini dikatakan: Air matanya bercucuran di pipi, tetapi bukan air mata kebahagiaan karena kasih dari sorga, melainkan karena kesusahan di hati, karena sunyi sepi laksana janda. Dari semua kekasihnya, tak ada seorang pun yang menghibur dia, tidak ada penghiburan kesukaan sorgawi. Semua temannya mengkhianatinya, mereka menjadi seterunya. Inilah yang terjadi kalau sudah menjadi liangnya serigala.
 
Ratapan 1:3
(1:3) Yehuda telah ditinggalkan penduduknya karena sengsara dan karena perbudakan yang berat; ia tinggal di tengah-tengah bangsa-bangsa, namun tidak mendapat ketenteraman; siapa saja yang menyerang dapat memasukinya pada saat ia terdesak.
 
Yehuda telah ditinggalkan penduduknya karena sengsara dan karena perbudakan yang berat, karena Yehuda sudah menjadi liangnya serigala. Ia tinggal di tengah-tengah bangsa-bangsa, namun tidak mendapat ketenteraman, tidak mengalami kebahagiaan. Siapa saja yang menyerang dapat memasukinya pada saat ia terdesak, selalu mengalami kekalahan, tidak akan pernah mengalami kemenangan.
 
Tidak ada orang yang sunyi sepi mengalami kemenangan. Sunyi sepi itu pasti mengalami kekalahan; pasti bisa dimasuki oleh semua musuh saat dia terdesak, saat dia terjepit, pasti dikalahkan oleh musuh. Ada 3 (tiga) musuh abadi:
1.      Dunia dengan arusnya yang menghanyutkan dan menenggelamkan kerohanian anak-anak TUHAN sampai mati rohani.
2.      Daging dengan segala hawa nafsu dan keinginan-keinginannya yang jahat.
3.      Iblis atau Setan, yang disebut juga si pendurhaka, sehingga terjadilah pemberontakan-pemberontakan.
Kalau sudah terdesak dan terjepit, pasti dikalahkan oleh 3 (tiga) musuh ini. Mengapa? Karena sunyi sepi, tidak ada lagi pembelaan dari TUHAN; hidupnya sudah menjadi liangnya serigala, dengan lain kata; Kristus tidak lagi menjadi Kepala atas tubuhnya, terjadilah sunyi sepi, air mata tidak bisa dibendung.
 
Ratapan 1:4
(1:4) Jalan-jalan ke Sion diliputi dukacita, karena pengunjung-pengunjung perayaan tiada; sunyi senyaplah segala pintu gerbangnya, berkeluh kesahlah imam-imamnya; bersedih pedih dara-daranya; dan dia sendiri pilu hatinya.
 
Jalan-jalan ke Sion diliputi dukacita ... Jalan-jalan ke rumah TUHAN diliputi dukacita, dihadang oleh dukacita. Ketika kita mau datang kepada TUHAN, namun justru dihadang oleh dukacita, karena pengunjung-pengunjung perayaan tiada, tidak ada lagi kebaktian di sana.
Sunyi senyaplah segala pintu gerbangnya, berkeluh kesahlah imam-imamnya; bersedih pedih dara-daranya -- gereja TUHAN yang masih muda rohaninya bersedih pedih --; dan di dalam kesendirian, pilu hatinya. Kalau ketika hati pilu, namun masih banyak yang menghibur, itu enak; tetapi ini justru pilu dalam kesendirian, betapa gelapnya kegelapan itu.
 
Waspadalah di dalam hal pengikutan kita kepada TUHAN. Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu. Berjaga-jagalah dan hiduplah dalam doa penyembahan, berarti ibadah harus memuncak; itulah yang disebut waspada.
 
Sekarang, kita kembali untuk membaca Wahyu 13.
Wahyu 13:11
(13:11) Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga.
 
Seekor binatang keluar dari dalam bumi (binatang yang kedua), itu adalah nabi-nabi palsu.
Mengapa saya katakan itu adalah nabi-nabi palsu? Sebab, wujud (tampilannya) seperti ini;
-          Bertanduk dua, sama seperti anak domba. Penampilan semacam ini adalah baik, penampilan yang manis. Mengapa? Karena domba selalu terlibat dengan gembala, sehingga domba tetap dalam keadaan taat, setia, dengar-dengaran = Menjadi suatu kehidupan yang manis dan indah.
-          Tetapi, kalau kita perhatikan pembacaan berikutnya; ternyata, kalau ia berbicara, persis seperti seekor naga.
Berarti, ini adalah nabi-nabi palsu. Binatang yang kedua keluar dari dalam bumi, itu adalah nabi-nabi palsu -- kita tidak usah ragu dalam hal itu --, karena dalam setiap tutur katanya dalam setiap pemberitaan Firman, didorong oleh Iblis atau Setan.
Jadi, jelas; perkataannya, tutur katanya bukan dari TUHAN Yesus, bukan dari dorongan Roh Kudus, tetapi didorong oleh Setan itu sendiri; maka, jadilah nabi palsu. Mengapa? Karena tampilannya manis -- bertanduk dua seperti domba --, tetapi setiap tutur kata didorong oleh Setan; itulah nabi palsu.
 
Tampilan manis itu harus, tetapi solah tingkah dan perkataan juga harus manis; jangan ada kepalsuan. Jangan saya melihat wajah saudara manis, tetapi dorongan hati tidak baik; itu namanya kehidupan yang palsu. Setiap perkataan dan perbuatan biarlah didorong oleh kasih Mempelai, jangan didorong oleh Setan, sebab itu namanya palsu.
 
Kiranya kita semua bisa mengikuti pemberitaan Firman ini, sebab hal ini tidak sulit menurut saya, asal kita rendah hati, fokus, maka pasti diberkati.
 
Mari kita lihat AJARAN SETAN-SETAN di dalam 1 Timotius 4, dengan perikop: “Tugas Timotius dalam menghadapi pengajar sesat
1 Timotius 4:1
(4:1) Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan
 
Di hari-hari terakhir ini, ada orang, bahkan banyak orang yang akan murtad, mengundurkan diri dari bilangan TUHAN, lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan.
Roh TUHAN yang berbicara malam ini tentang hal ini kepada kita, dan keadaan kita sekarang ini sudah berada pada petang hari; hari-hari terakhir menjelang kedatangan TUHAN untuk yang kedua kalinya. Artinya adalah kita harus semakin mawas diri.
 
1 Timotius 4:2
(4:2) oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka.
 
Oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka, itulah nabi-nabi palsu yang melayani dengan hati nuraninya memakai cap mereka.
Guru-guru palsu itu melayani dengan tipu daya pendusta-pendusta, yang hati nuraninya memakai cap mereka. Jadi, tutur kata mereka tidak didorong oleh TUHAN, tutur kata mereka didorong olah Setan-Setan, sehingga terjadilah kepalsuan dan dusta belaka.
 
Saya, sebagai hamba TUHAN, harus juga berhati-hati di dalam melayani, berhati-hati di dalam hal menyatakan sesuatu perkara. Ada kalanya, hamba TUHAN merasa bahwa itu ada hadirat TUHAN, namun ternyata itu palsu. Tidak selamanya saat hamba TUHAN mendoakan seseorang dalam keadaan menangis, bukan berarti itu adalah suasana urapan. Mengapa saya katakan demikian?
Contoh kasus, tanpa maksud untuk menghakimi siapapun, supaya jangan sampai ada ajaran Setan: Suami menikah dua kali, lalu isteri kedua -- yang baru menikah satu kali -- ini merasa menderita, merasa tersakiti, karena suami ini memang dasarnya tidak setia -- apapun alasannya --. Lalu, datanglah hamba TUHAN mendoakan dalam suasana tangisan yang luar biasa, sambil mempersatukan tangan dari kedua belah pihak.
Saya mau tanya; tangisan itu hadirat TUHAN atau bukan? Jawabnya sudah jelas “bukan”, sebab itu adalah perasaan yang terharu.
Tidak mungkin hamba TUHAN mendoakan suami yang menikah dua kali untuk rujuk dengan isteri yang kedua. Yang benar adalah seorang hamba TUHAN harus mendoakan suami kembali kepada isteri pertama.
Jadi, saudara harus bisa bedakan mana “urapan”, mana “keharuan”. Inilah ajaran setan-setan yang saya maksud tadi. Namun hal ini tidak disadari, karena mereka melayani dengan hati nuraninya sudah memakai cap mereka, bukan dari Roh Kudus.
 
Itu sebabnya, saya pun harus berhati-hati di dalam hal bersaksi, di dalam hal menyampaikan Firman (kebenaran), saya harus berhati-hati, karena sedikit ragi bisa mengkhamiri seluruh adonan. Saudara bisa menjadi khamir oleh karena roh penyesat itu, sehingga nanti manakala saya menyampaikan pemberitaan Firman yang murni, maka saudara akan susah untuk menerimanya, sebaliknya saudara akan menolaknya, karena sudah tertanam ragi yang mengkhamiri seluruh adonan. Itulah ajaran setan-setan.
 
Maka, kalau kita perhatikan Wahyu 13:11, binatang itu nampaknya bertanduk dua seperti domba, tetapi tutur kata didorong oleh  setan-setan, itulah sebabnya dia disebut nabi-nabi palsu. Dan akhirnya, banyaklah orang murtad meninggalkan TUHAN, meninggalkan ajaran sehat, hanya karena ajaran setan-setan ini, lalu mengikuti pendusta-pendusta.
Dan hal ini sedang marak terjadi sebetulnya, tetapi saya tidak bisa menunjuk siapa pendusta-pendusta ini, karena itu adalah haknya TUHAN untuk menghakimi. Kita serahkan saja dia kepada TUHAN.
 
1 Timotius 4:3-4
(4:3) Mereka itu melarang orang kawin, melarang orang makan makanan yang diciptakan Allah supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya dan yang telah mengenal kebenaran. (4:4) Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur,
 
Mereka itu melarang orang kawin, melarang orang makan makanan yang diciptakan Allah supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya dan yang telah mengenal kebenaran.
Malam ini saya mau sampaikan dengan tegas: Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel adalah makanan sehat, sebab Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel membawa kita masuk dalam pesta nikah Anak Domba. Jadi, jangan sampai ada ajaran yang melarang orang kawin, sebab itu adalah ajaran setan-setan.
Tetapi Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel membawa kita masuk dalam pesta kawin Anak Domba, dan itu adalah makanan sehat yang patut untuk kita konsumsi. Tidak boleh ajaran ini dihalangi karena sibuk mengadakan mujizat di tengah ibadah dan pelayanan.
 
Oleh sebab itu, kalau kita perhatikan pernyataan Rasul Paulus kepada Timotius pada ayat 6-7.
1 Timotius 4:6
(4:6) Dengan selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, engkau akan menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini.
 
Tanda seorang hamba TUHAN atau pelayan Kristus Yesus yang baik:
1.      Terdidik dalam soal-soal pokok iman, asas-asas pertama tentang ajaran Kristus, yaitu percaya, bertobat, dibaptis air (mati dan bangkit), lalu dipenuhkan Roh Kudus (pintu kemah).
2.      Terdidik dalam ajaran sehat yang dia dia terima dari sang guru, itulah Rasul Paulus.
 
Di dalam 2 Korintus 11:2 dikatakan: Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.
Jadi, sudah sangat jelas, Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel adalah ajaran sehat. Rasul Paulus adalah pekabar Mempelai, dia mengusung Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel untuk membawa sidang jemaat menjadi perawan suci, untuk selanjutnya dipertunangkan kepada satu laki-laki, sebagai mempelai perempuan TUHAN. Itu adalah ajaran sehat, itu yang diajarkan kepada Timotius.
Inilah perbandingan antara perkataan oleh dorongan Setan dengan perkataan oleh dorongan Roh Allah.
 
Jadi, harus terdidik dengan 2 (dua) ajaran:
1.      Terdidik dalam soal-soal pokok iman, asas-asas pertama tentang ajaran Kristus.
2.      Terdidik dalam ajaran sehat, itulah Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel untuk membawa kita masuk dalam pesta nikah Anak Domba, yang dinyatakan kepada jemaat di Korintus.
 
1 Timotius 4:7
 (4:7) Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah.
 
Jauhilah tutur kata dengan dorongan Setan-Setan, itulah Firman yang ditambahkan dengan dongeng nenek tua, takhayul-takhayul. Sebaliknya, Rasul Paulus berkata kepada Timotius: Latihlah dirimu beribadah. Biarlah kita masing-masing berjuang untuk memikul salibnya; oleh sebab itu, latih dirimu beribadah.
 
1 Timotius 4:8
(4:8) Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.
 
Mengapa kita semua harus melatih diri beribadah? Karena latihan badani terbatas gunanya.
 
Kalau saudara melatih badan saudara untuk sehat, itu bagus. Tetapi kalau terus menerus melakukan pemupukan daging, sementara tidak melatih diri untuk beribadah, maka daging ini hanyalah sebatas takhtanya Setan; itu sebabnya, latihan badani itu terbatas gunanya.
Memang, latihan badani itu bagus, tetapi kalau terus menerus melakukan pemupukan daging, namun melupakan untuk melatih diri dalam beribadah, maka otomatis daging menjadi takhtanya Setan.
 
Ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang. Latihlah dirimu beribadah, karena ibadah itu mengandung janji, baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Lepaskan diri dari dongeng ajaran setan-setan, lepaskan diri dari tutur kata yang didorong oleh setan-setan, itulah pemberitaan satu ayat ditambah dengan dongeng nenek tua, takhayul-takhayul, filsafat-filsafat kosong, cerita-cerita isapan jempol, itulah satu ayat ditambahkan dengan cerita si kancil, si buaya, si lumba-lumba, dan lain sebagainya.
 
Mari kita lihat tutur kata dengan dorongan setan-setan, di dalam 2 Timotius 4, dengan perikop: “Penuhilan panggilan pelayananmu”.
2 Timotius 4:3
(4:3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.
 
Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tidak dapat lagi menerima Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, sebaliknya waktu itu mereka akan mengumpulkan guru-guru palsu menurut kehendaknya, menurut kehendak mereka sendiri, tujuannya tidak lain tidak bukan hanya untuk memuaskan keinginan telinganya saja.
 
Telinga mereka dipuaskan dengan dongeng nenek-nenek tua, takhayul-takhayul, cerita-cerita isapan jempol, satu ayat ditambahkan dengan cerita si kancil, si buaya, si kura-kura, si lumba-lumba, tetapi hati TUHAN tidak puas. Apalagi hamba TUHAN itu pandai bersilat lidah, pandai dengan guyon-guyon, seolah-olah dia yang paling benar. Dan kalau diajar dengan tegas, dia justru mempersalahkan hamba TUHAN yang mengajar dengan tegas. Saya banyak melihat hal itu dalam pemberitaan Firman lewat live streaming di media sosial; seolah-olah dialah yang benar. Hati-hati dengan hamba TUHAN semacam ini. Telinga puas, tetapi hati TUHAN tidak puas; jangan coba-coba seperti itu.
 
2 Timotius 4:4
(4:4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.
 
Mereka memalingkan telinga mereka dari kebenaran, dari ajaran sehat, dan membuka telinga mereka bagi dongeng (cerita isapan jempol); satu ayat ditambah dengan cerita si kancil, cerita si buaya, si kura-kura, si lumba-lumba. Berita Firman semacam ini adalah tutur kata dari seorang hamba TUHAN yang hatinya didorong oleh Setan-Setan, bukan didorong oleh Roh Kudus.
Percayalah, tidak usah ragu, sebab tadi pun saya sudah katakan: Dia seperti hamba TUHAN, bertanduk dua seperti anak domba, tetapi ketika berbicara, tutur katanya itu didorong oleh Setan. Bukankah itu ajaran palsu?
 
Kita perhatikan 1 Timotius 6, dengan perikop: “Mengenai penyakit bersilat kata dan mengenai cinta uang”.
1 Timotius 6:2-5
(6:2) Ajarkanlah dan nasihatkanlah semuanya ini. (6:3) Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat -- yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus -- dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, (6:4) ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, (6:5) percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.
 
Kalau tutur kata karena dorongan Setan-Setan, sebetulnya ia adalah seorang yang berlagak tahu, padahal tidak tahu apa-apa.
Penyakitnya adalah:
1.      Mencari-cari soal-soal. Contohnya: Di Alkitab, tidak dituliskan kisah Yesus secara lengkap dari umur 12 (dua belas) tahun sampai umur 30 (tiga puluh) tahun, sehingga hamba TUHAN seringkali mencari-cari soal dengan bertanya: Di manakah TUHAN Yesus dari umur 12 (dua belas) tahun sampai umur 30 (tiga puluh) tahun ? Kalau Alkitab tidak mencatat, jangan mencari-cari soal dengan logika, tetapi sampaikanlah sesuai dengan apa yang tertulis saja.
2.      Bersilat kata, yang menyebabkan; dengki, cidera, fitnah, curiga, terjadi percekcokan, karena mereka tidak lagi memiliki pikiran sehat, mereka sudah kehilangan kebenaran yang sejati yang datangnya dari salib Kristus.
Selanjutnya, mereka mengira ibadah itu hanyalah sumber keuntungan, mereka mengira bahwa melayani itu untuk mencari keuntungan.
 
Inilah guru-guru palsu, di mana tutur kata mereka didorong oleh Setan-Setan; akhirnya berlagak tahu, padahal tidak tahu apa-apa. Yang penting baginya adalah telinga jemaat puas, tetapi hati TUHAN tidak puas.
Saya berikan contoh sederhana; dalam perjalanan di padang gurun, Musa memimpin bangsa Israel, namun mereka bersungut-sungut, mereka menuntut Musa supaya Musa memberikan (menyediakan) air yang banyak untuk berapa juta jemaat itu. Lalu, Musa pun bertengkar, karena tidak mungkin dia memberikan air minum untuk dua-tiga juta jemaat, sementara mereka berada di padang gurun; akhirnya, Musa marah sekali. Oleh karena kemarahan itu, dia mendengar kata TUHAN, tetapi dia pukul batu dua kali; seharusnya, tidak perlu berkali-kali, cukup satu kali. Asal dia dengar TUHAN dengan baik, lalu dia lakukan dengan rendah hati, pasti air itu mengalir. Memang, air itu mengalir setelah dia pukul dengan amarahnya sebanyak dua kali, lalu air keluar; tiga juta jemaat terpuaskan, tetapi hati TUHAN tidak puas. Itu sebabnya, Musa tidak pernah melihat tanah Kanaan.
 
Hamba TUHAN tidak boleh memuaskan telinga sidang jemaat tetapi hati TUHAN tidak puas. Tetapi ternyata rupa-rupanya, di hari-hari terakhir ini, terlalu banyak hamba-hamba TUHAN yang hanya bisa memuaskan sidang jemaat, tetapi tidak bisa memuaskan hati TUHAN. Mengapa? Karena tutur kata mereka sudah didorong oleh Setan. Memang, bagian luarnya bertanduk dua seperti anak domba, tetapi tutur katanya sudah didorong oleh Setan.
 
Jujurlah terhadap hati nurani, hai jiwaku, supaya jangan ada kepalsuan dalam hidup, dalam ibadah, dalam pelayanan, dalam nikah dan rumah tangga.
Siapa yang harus kita puaskan? TUHAN atau telinga ini? Tentu TUHAN yang harus kita puaskan. Belajarlah memuaskan hati TUHAN. Biarlah segala yang nampak ini benar-benar didorong oleh TUHAN, tidak ada lagi kepalsuan.
Kita masing-masing pasti tahu, kita pasti sadar, apakah tutur kata itu karena nenek moyang, apakah perbuatan ini karena dosa warisan dari orang tua; kita bisa tahu itu. Lawan saja.
 
Izinkan Roh TUHAN menguasai hati kita, secara khusus imam-imam, dengan demikian tahbisan kita hanya kepada TUHAN, dengan demikian; hati TUHAN puas. Jangan kita pandai memuaskan manusia, tetapi tidak pandai memuaskan hati TUHAN.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 

No comments:

Post a Comment