KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, September 27, 2021

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 26 AGUSTUS 2021




IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 26 AGUSTUS 2021
 
KITAB RUT PASAL 4
(Seri: 1)
 
Subtema: HIDUP DALAM PENYEMBAHAN BERNILAI TINGGI DAN BESAR
 
Segala puji, segala hormat, selayaknya kita naikkan hanya kepada Dia; Raja di atas segala raja, Mempelai Laki-Laki Sorga, Imam Besar dan Kepala Rumah TUHAN yang kita akui, yang akan memimpin ibadah ini sampai kepada puncak ibadah atau ibadah yang tertinggi; tentu saja semua karena kemurahan TUHAN.
Dan saya tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN di Bandung, di Malaysia, bahkan umat ketebusan TUHAN yang senantiasa setia di dalam ketekunan Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci, digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia, lewat live streaming video internet Youtube, Facebook, baik anda yang di dalam negeri, maupun di luar negeri, TUHAN kiranya menyatakan kasih dan kemurahan-Nya, melawat dan memberkati, tidak kurang suatu apapun, termasuk perhatian TUHAN memenuhi setiap kehidupan kita sekaliannya.
Selanjutnya, marilah kita berdoa, kita mohonkan kemurahan TUHAN, supaya Firman itu keluar, yakni terjadi pembukaan rahasia Firman yang akan meneguhkan setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi. Biarlah damai sejahtera Allah itu memenuhi kehidupan kita di dalam hal menikmati sabda Allah di dalam ini.
 
Segera saja kita sambut STUDY RUT sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci.
Kita sudah melewati Rut 3:1-18, yang diakhiri dengan ayat 18 pada minggu yang lalu; tentu saja, kita diberkati pada ayat yang terakhir tersebut. Dan selanjutnya, dengan berakhirnya Rut 3:18, maka tentu saja kita akan memasuki berkat yang baru pada pasal yang baru, itulah Rut 4.
 
Tetapi, kalau kita review atau mundur sejenak sedikit saja untuk mengenang kebaikan TUHAN lewat berkat-Nya pada Rut 1, bagaimana Rut dan Naomi bersama-sama meninggalkan Moab;
-          dari pihak Naomi; untuk selanjutnya kembali ke Betlehem,
-          tetapi dari pihak Rut; dia meninggalkan kedua orang tuanya, meninggalkan allahnya (allah Moab), dan meninggalkan bangsanya dengan segala keteguhan di hati.
Sekalipun menghadapi ujian sebagai desakan, namun Rut tetap bertahan, yang dibuktikan dari pengakuannya kepada Naomi, mertuanya itu. Rut berkata kepada Naomi:
-          Ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam
-          Bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku
-          Kemudian, bagian yang ketiga, yang tidak kalah herannya adalah Rut berkata kepada Naomi: “Di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan”; di mana kuburmu, di situ pun kuburku.
Ini adalah kasih yang tidak bisa dipisahkan, kecuali oleh maut.
Jadi, tanda hidup di dalam kasih sudah mulai nyata, riak-riak di dalam kasih sudah mulai nyata, rintik-rintik di dalam kasih nyata di dalam diri dari pada Rut (Rut Fasal 2).
Dan ternyata, bukan hanya sebatas rintik-rintik kasih dari sorga; setibanya mereka di Betlehem, Rut tidak berdiam diri, justru dia menyampaikan permohonannya untuk secepatnya berada di ladang Boas. Di situlah perkenalan pertama, perjumpaan pertama antara Rut dengan Boas.
Kita tidak mungkin berjumpa dengan TUHAN Yesus Kristus (Boas rohani), jikalau kita tidak berada di ladang Allah; oleh sebab itu, janganlah kita membawa diri kita ke ladang yang lain, termasuk ladang dunia dan ladang si pemalas, karena kedua ladang ini hanyalah ditumbuhi onak dan duri yang sifatnya menusuk dan menyakiti sesama.
-          Ladang dunia, itulah kekuatiran.
-          Ladang si pemalas juga ditumbuhi dengan onak dan duri.
 
Sedangkan pada Rut 3, juga dibagi dalam 2 (dua) bagian:
-          Ayat 1-7, Rut ada di tempat pengirikan, sekaligus berbaring di kaki Boas.
-   Ayat 8-18, Rut menyampaikan suatu permohonan yang mulia kepada Boas, terkait tentang perlindungan dan penebusannya, dan itu sangat dipandang baik oleh Boas.
Artinya, ketika Rut berbaring di kaki Boas, menunjukkan; perbuatan yang ditampilkan oleh Rut itu semakin hari semakin nyata bahwa dia betul-betul mengasihi Boas rohani, TUHAN Yesus Kristus, lebih dari yang pertama ini.
 
Barulah kita memasuki pasal 4. Kita mohon rahmat TUHAN, kita mohon belas kasihan TUHAN, supaya kiranya TUHAN kembali melawat kita dengan berkat yang baru pada pasal 4 ini, sebagaimana TUHAN sudah memberkati kita pada pasal-pasal yang sudah kita lalui.
 
Sebagai PENDAHULUAN.
Pada Rut 4, di sini kita akan melihat puncak ibadah dari gereja Rut. Rut 4 dibagi dalam 2 (dua) bagian:
-          Bagian pertama: Ayat 1-12, Boas yang akhirnya menjadi penebus yang sesungguhnya atau penebus sejati bagi gereja Rut.
-          Bagian kedua: Ayat 13-22, Boas mengambil Rut menjadi isterinya, dengan kata lain; Boas menikah dengan Rut, dan melahirkan Obed, yang adalah nenek moyang Daud.
Inilah sasaran akhir dari gereja Rut, termasuk perjalanan rohani dari gereja TUHAN; jadi, bukan soal yang lain-lain. Itulah keberadaan dari pada Rut 4 menurut pembagiannya.
 
Sekarang, kita akan bergerak melangkah untuk melihat Rut 4:1-12, yang jika dikaitkan dengan pelajaran Tabernakel, terkena pada Mezbah Dupa Emas.
Kiranya TUHAN menolong kita pada malam hari ini sampai nanti pertolongan terakhir, yaitu Yerusalem baru, itulah kota kudus, mempelai wanita TUHAN.
 
Terkait dengan MEZBAH DUPA EMAS, kita akan belajar dari Keluaran 37, dengan perikop: “Membuat mezbah pembakaran ukupan
Keluaran 37:25
(37:25) Dibuatnyalah mezbah pembakaran ukupan itu dari kayu penaga, sehasta panjangnya dan sehasta lebarnya, empat persegi, tetapi dua hasta tingginya; tanduk-tanduknya seiras dengan mezbah itu.
 
Mezbah Dupa Emas adalah tempat untuk membakar ukupan atau dupa.
Kemudian, di sini kita melihat: Mezbah Dupa Emas dibuat dari kayu penaga. Kayu penaga adalah gambaran dari kemanusiaan atau daging. Adapun ukurannya ialah:
-          Panjangnya = Sehasta.
-          Lebarnya = Sehasta.
-          Tingginya = Dua hasta.
 
Mezbah Dupa Emas berbicara soal doa penyembahan yang merupakan puncak dari ibadah-ibadah di atas muka bumi ini. Jadi, doa penyembahan adalah ibadah yang tertinggi, yang sangat besar nilainya. Jadi, jangan saudara mengecilkan nilai dari Ibadah Doa Penyembahan; seolah-olah ibadah-ibadah yang lain nilainya lebih tinggi dan lebih besar dari doa penyembahan, itu suatu pengertian yang keliru tentunya.
 
Kemudian, kedudukan dari Mezbah Dupa atau doa penyembahan sudah sangat dekat dengan Tabut Perjanjian -- yang ada di Ruangan Maha Suci --, tentu saja sesudah melewati Tirai (Tabir Bait Suci Allah) yang terbelah dua dari atas sampai ke bawah.
 
Kalau kita perhatikan, di sini dikatakan: Mezbah Dupa itu sehasta panjangnya dan sehasta lebarnya, berarti; bentuknya empat persegi. Maksudnya; nilai dari penyembahan itu harus dilakukan dan dimiliki oleh gereja TUHAN di mana saja, kapan saja, bahkan pada situasi yang bagaimana pun; doa penyembahan harus dimiliki oleh gereja TUHAN dengan segala situasi kondisi apapun di seantero empat penjuru bumi ini. Doa penyembahan harus dimiliki oleh seantero dunia; dalam keadaan situasi kondisi bagaimana pun, doa penyembahan harus dimiliki oleh gereja TUHAN seantero dunia ini di empat penjuru bumi.
Dengan demikian, ibadah dari seorang hamba TUHAN, ibadah dari anak-anak TUHAN sudah harus berada pada puncaknya, itulah hidup di dalam doa penyembahan, sebab nilainya sangat tinggi dan sangat besar sekali.
 
Keluaran 37:26
(37:26) Disalutnyalah itu dengan emas murni, bidang atasnya dan bidang-bidang sisinya sekelilingnya, serta tanduk-tanduknya. Dibuatnyalah bingkai emas sekelilingnya.
 
Mezbah Dupa emas adalah tempat pembakaran ukupan atau dupa, yang terbuat dari kayu penaga, yang adalah gambaran dari kemanusiaan atau daging; tetapi di ayat 26 ini dikatakan: Mezbah Dupa emas yang terbuat dari kayu penaga telah disalut dengan emas murni pada sekelilingnya, sehingga tidak nampak lagi kedagingan dari manusia itu sendiri.
 
Jadi,  Mezbah Dupa emas disalut dengan emas murni, arti rohaninya; penyembahan kepada TUHAN kita didorong oleh kekuatan Roh-El Kudus, bukan dengan kekuatan daging.
-          Kayu penaga à Manusia atau daging.
-          Emas murni à Sifat Ilahi atau tabiat Ilahi = Kesucian dari Roh-El Kudus.
Jadi, sudah sangat jelas; doa penyembahan harus disertai dengan penyerahan diri sepenuh dan juga memberi diri sepenuhnya oleh Roh-El Kudus, bukan dipimpin oleh keinginan daging, bukan didorong oleh kuasa dan kekuatan daging, tetapi didorong kuasa dan kekuatan Roh-El Kudus -- itulah emas murni --.
 
Kita akan melihat PEMBUKTIANNYA, di dalam Zakharia 12.
Zakharia 12:10
(12:10) "Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung.
 
TUHAN mencurahkan roh pengasihan (roh kemurahan) serta roh permohonan kepada imamat rajani (hamba-hamba TUHAN) dan kepada umat TUHAN, tanpa terkecuali.
Biarlah kiranya pencurahan Roh Kudus terjadi atas kita di hari-hari terakhir ini, dan itu harus kita alami; roh pengasihan dicurahkan kepada kita di hari-hari terakhir ini. -- Biarlah kita mengalaminya dari TUHAN Yesus malam ini. -- Tujuannya adalah untuk memimpin gereja TUHAN supaya hidup di dalam doa penyembahan.
 
Kemudian, kalau kita perhatikan di sini: Lewat penyembahan yang ditolong oleh roh pengasihan tersebut, kita akan memandang (merenungkan) arti nilai dari korban Kristus yang sangat besar dan berkuasa untuk mengadakan penebusan, untuk mengadakan pendamaian, sampai akhirnya terwujudnya pembangunan tubuh Kristus, yaitu sidang mempelai wanita TUHAN, yaitu puncak ibadah.
Itulah fungsinya roh pengasihan (roh kemurahan), serta roh permohonan, yaitu membawa kita sampai kepada satu penyembahan kepada TUHAN; lalu dalam penyembahan itu, memimpin kita untuk merenungkan sebuah korban yang besar. Kita boleh mengerti dan merenungkan arti nilai dari korban Kristus yang mengerjakan penebusan, yang mengerjakan pendamaian, yang memuncak sampai kepada pesta nikah Anak Domba, terwujudnya kesatuan tubuh Kristus yang sempurna.
Kalau penyembahan itu didorong oleh Roh Kudus, maka kita bisa merenungkan nilai dari korban Kristus, nilai dari pekerjaan pendamaian yang selanjutnya membawa kita masuk dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi tubuh Mempelai, sebagai sasaran akhir dari ibadah pelayanan, itulah puncak ibadah yang tertinggi dan besar.
 
Jadi, karena harapan dan kerinduan kita terarah ke sana; oleh karena korban Kristus, membawa kita masuk ke dalam pembangunan tubuh Kristus -- sebagai ibadah yang tertinggi dan besar --, maka sudah barang tentu roh pengasihan akan membantu kita dalam mengatasi kelemahan-kelemahan kita, sebab kita ini tidak berdaya.
Sebagaimana dengan pengakuan Zerubabel di tengah ibadah dan pelayanannya, dalam rangka pembangunan Bait Allah di Yerusalem: “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku” Bukan karena gagah, bukan karena hebat, namun oleh karena pertolongan dari kuat kuasa Roh Kudus.
Jadi, hati-hati; jangan sampai kita melayani, tetapi melangkahi perjanjian TUHAN. Jangan kita melayani, baik di mimbar, di media sosial, apalagi di tengah ibadah pelayanan semacam ini tanpa Roh TUHAN, ditambah lagi perjanjian TUHAN dilangkahi, sebab nanti jika tambah pelayanan, maka akan tambah dosa. Jangan coba-coba menambah dosa.
Jadi, mutlak kita ini harus ditopang oleh Roh TUHAN, termasuk dalam penyembahan. Kiranya Roh TUHAN itu tercurah atas kita sekaliannya untuk membantu kita dalam mengatasi kelemahan-kelemahan kita, sebab kita ini tidak berdaya, tidak bisa apa-apa. Jangan saudara merasa diri bisa, padahal tidak bisa apa-apa, tidak bisa membuktikan diri di hadapan TUHAN; hati-hati. Buktikanlah di hadapan TUHAN.
 
Sekarang, mari kita perhatikan Roma 8, dengan perikop: “Pengharapan anak-anak Allah” Lihat, harapan dan kerinduan kita, biarlah terarah kepada pembangunan tubuh Kristus yang sempurna. Lewat doa penyembahan yang didorong oleh Roh Kudus, roh pengasihan, maka kita akan dimampukan untuk merenungkan nilai dari pada korban Kristus, nilai dari pada ketebusan, nilai dari pada korban pendamaian yang memuncak sampai kepada penyembahan. Jadi, pengharapan kita dan kerinduan kita harus terarah ke puncak ibadah, itulah pesta nikah Anak Domba.
 
Mari kita lihat pengharapan anak-anak Allah.
Roma 8:22-23
(8:22) Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. (8:23) Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.
 
Bukan saja orang-orang di luar TUHAN -- walaupun menyebut diri Kristen --, tetapi yang mengeluh sama seperti sakit bersalin adalah orang-orang yang sudah menerima karunia sulung Roh, yang sudah menerima roh pengasihan, yang sudah menerima roh kemurahan, juga sama-sama mengeluh seperti sakit bersalin.
 
Kita juga mengeluh seperti sakit bersalin, sekalipun sudah menerima roh pengasihan atau sulung Roh, saat kita menantikan kelepasan dari kemah tubuh ini, supaya kita dilepaskan dari bumi ini. Jadi, sama-sama mengeluh; orang yang di luar TUHAN mengeluh seperti sakit bersalin, orang yang menerima pencurahan roh pengasihan juga sama-sama mengeluh pada saat menantikan pengangkatan, pada saat kita menantikan dilepaskan dari kemah tubuh ini, sama-sama mengeluh.
 
Kalau orang yang sudah menerima roh pengasihan saja mengeluh, apalagi orang yang tidak menerima pencurahan roh pengasihan. Mengeluh saat menantikan kelepasan dari kemah tubuh ini, dari dunia ini; sama-sama mengeluh seperti sakit bersalin. Tetapi biarlah kita senantiasa memiliki pengharapan, dan pengharapan kita terarah kepada perjamuan malam kawin Anak Domba, pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, itulah puncak ibadah.
 
Roma 8:24-25
(8:24) Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? (8:25) Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.
 
Jika kita mengharapkan apa yang tidak kelihatan -- itulah Kerajaan Sorga --, maka tentu saja kita harus menantikannya dengan tekun. Kita mengharapkan kelepasan dari kemah tubuh ini, sebab selama kita mendiami kemah tubuh ini -- di dalam menantikan kelepasan --, kita sama seperti sakit bersalin; tetapi di dalam penantian untuk menantikan Kerajaan kekal -- itulah yang tak kelihatan itu --, kita harus menantikannya dengan tekun. Oleh sebab itu, tekunlah.
 
“Tekun” itu terkait dengan 3 (tiga) macam ibadah pokok, kalau kita perhatikan dalam Ibrani 10, dengan perikop: “Ketekunan”, itulah ketekunan dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok, yaitu:
1.       Tekun dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci = Meja Roti Sajian = Iman (Ibrani 10:22).
2.       Tekun dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian Roh = Pelita Emas = Pengharapan (Ibrani 10:23).
3.       Tekun dalam Ibadah Doa Penyembahan = Mezbah Dupa Emas = Kasih (Ibrani 10:24).
Itulah soal “ketekunan”. Jadi, untuk menantikan kemuliaan kekal -- yang tak kelihatan itu -- maka harus disertai dengan ketekunan (tekun).
Kita tidak perlu tekun menantikan yang dilihat oleh mata, sebab apa yang dilihat oleh mata, tidak perlu diharapkan. Yang diharapkan itu adalah yang tidak kelihatan, kerajaan kekal, kemuliaan kekal, dan untuk menantikannya harus ditandai dengan ketekunan. Oleh sebab itu, tekunlah, berarti; kita butuh untuk berada dalam ketekunan 3 (tiga) macam ibadah pokok dalam sebuah penggembalaan dengan seorang gembala.
Jangan saudara merasa tidak perlu beribadah, tidak perlu tergembala; jangan saudara berpikir untuk menggembalakan diri sendiri, itu tidak akan ada. Tetapi dengan kita ada dalam penggembalaan, kita ikuti sebuah aturan-aturan yang ada di dalam penggembalaan itu.
 
Roma 8:26-27
(8:26) Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. (8:27) Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.
 
Roh membantu untuk menyampaikan segala keluhan-keluhan yang tidak bisa kita sampaikan, yang tidak bisa kita ucapkan untuk mengatasi segala kelemahan-kelemahan daging kita. Tiadalah mungkin kita bisa melepaskan diri dari daging ini tanpa pertolongan roh pengasihan, roh kemurahan.
Dengan demikian, penyembahan tersebut arahnya kepada penebusan tubuh kita untuk mengalami penyucian dan kelepasan dari tubuh daging kepada kemuliaan kekal.
 
Roma 8:23
(8:23) Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.

Karunia sulung Roh atau roh pengasihan, roh kemurahan itu menolong kita sampai betul-betul mengalami kelepasan.
 
Sekali lagi saya sampaikan: Penyembahan tersebut arahnya kepada penebusan tubuh kita untuk mengalami penyucian dan kelepasan-kelepasan dari tubuh daging kepada kemuliaan; itulah penyembahan yang ditolong oleh roh pengasihan, sehingga dengan roh pengasihan (roh kemurahan) ini, dalam penyembahan kita bisa merenungkan arti dari nilai sebuah ketebusan, arti dari nilai sebuah pekerjaan pendamaian yang berakhir pada puncaknya, itulah puncak ibadah, yaitu pembangunan tubuh Kristus, itulah tubuh Mempelai.
 
Jadi, kita tidak bisa melepaskan kelemahan-kelemahan daging ini dengan kemampuan sendiri. Jangan coba-coba mengikuti TUHAN dengan kekuatan daging; tidak akan mungkin bisa. Tetapi Roh itu membantu kita untuk melepaskan kita dari segala kelemahan daging.
 
Ayo, mari kita menghormati Roh TUHAN. Jangan sampai Roh Tuhan berduka; jangan padamkan Roh Kudus, sebab Roh Kudus itu kita perlukan; Dia membantu kita untuk melepaskan kita dari kelemahan, Dia membantu kita untuk menyembah TUHAN. Dalam penyembahan semacam ini, kita akan mengenali nilai dari sebuah ketebusan, nilai dari korban pendamaian yang memuncak sampai penyembahan, pembangunan tubuh Kristus yang sempurna.
Jadi, jangan saudara melihat; kok enak ya melayani di sana tanpa Roh TUHAN, lalu tiba-tiba saudara bergaya. Hati-hati, supaya jangan bertambah dosa.
 
Roma 8:28
(8:28) Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. Siapakah orang-orang yang mengasihi Dia? Yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Belajarlah untuk mengikuti rencana Allah; beribadah sesuai rencana Allah, melayani sesuai rencana Allah. Jangan sesuka hati dalam melayani dan beribadah kepada TUHAN. Itulah tanda orang yang mengasihi TUHAN, yaitu kepada mereka itu TUHAN turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.
 
Jadi, penyembahan itu jangan karena kebiasaan. Penyembahan itu juga jangan karena terpaksa. Penyembahan jangan karena ikut-ikutan, sebab semuanya itu merupakan penyembahan yang sia-sia nantinya.
Saya sadar, masih banyak terdapat kelemahan-kelemahan di dalam daging ini; maka, saya pun harus menyerah, mengangkat dua tangan, apalagi di dalam menantikan pembukaan rahasia Firman TUHAN. Saya membutuhkan penyembahan, sebagai tanda bahwa saya masih ditandai kelemahan.
Tiadalah mungkin saya mengerti rencana TUHAN dengan kemampuan saya, dengan pengertian dari akal sendiri; oleh sebab itu, tanda bahwa saya ini masih diliputi dengan kelemahan adalah saya menyerah saja; mengangkat dua tangan, lalu berada di kaki salib untuk menantikan pembukaan rahasia Firman, termasuk malam ini.
Jangan sampai kita tidak berdaya, tetapi merasa kuat. Kehidupan yang tidak berdaya itu harus menyerah, ada di kaki salib TUHAN. Oleh sebab itu, penyembahan tidak boleh karena ikut-ikutan, tidak boleh karena tradisi, apalagi karena terpaksa, sebab itu adalah penyembahan yang sia-sia, tidak ada artinya.
 
CONTOH AKURAT tentang penyembahan yang benar.
Kita akan melihat di dalam Injil Matius, di mana TUHAN akan perlihatkan suatu penyembahan yang sangat luar biasa untuk kita pelajari bersama-sama, untuk kita hidup bersama-sama penyembahan yang benar itu, yang akan kita lihat di dalam Injil Matius 17.
Khusus Injil Matius 17, kalau dikaitkan dengan pelajaran Tabernakel (dalam susunan Tabernakel), terkena pada Mezbah Dupa emas, berarti berbicara “doa penyembahan”.
Itulah enaknya kalau kita menggunakan pola Tabernakel. Miniatur dari Kerajaan Sorga adalah Tabernakel, sedangkan Yesus adalah Tabernakel sejati. Jadi, kalau kita menggunakan pola Tabernakel di dalam ibadah pelayanan, maka sasarannya adalah tepat, tidak nyasar-nyasar.
 
Marilah kita buktikan bahwa sasarannya tepat di dalam Injil Matius 17, dengan perikop: “Yesus dimuliakan di atas gunung”, tidak dimuliakan di lemah.
Kalau “gunung”, jelas itu berbicara ibadah-ibadah di dalam “rumah TUHAN”. Puncak ibadah -- sudah jelas -- adalah penyembahan. Tetapi, mari kita selidiki terlebih dahulu di dalam Injil Matius 17.
 
Matius 17:1
(17:1) Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja.

Setelah atau selepas enam hari, di sini kita melihat; TUHAN Yesus mengajak 3 (tiga) orang murid-murid-Nya naik ke atas sebuah gunung yang tinggi, atau naik ke puncak gunung. Ketiga murid Yesus yang dibawa naik ke puncak gunung ialah Petrus, Yakobus dan Yohanes.
 
Angka 6 (enam) adalah angka daging. Jadi, selepas enam hari, selepas daging, TUHAN Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes kepada puncak gunung yang tertinggi. Berarti, penyembahan itu terjadi setelah lepas dari tabiat daging.
Manusia daging tidak mengerti doa penyembahan, tidak memiliki doa penyembahan. Jadi, mereka berada di puncak gunung selepas enam hari, setelah lepas dari tabiat daging. .
 
Sekali lagi saya sampaikan: Penyembahan itu terjadi setelah lepas dari tabiat daging. Jelas ini adalah penyembahan yang ditolong oleh Roh-El Kudus.
Kalau belum lepas dari daging, berarti Roh Kudus tidak menolong, tetapi kalau sudah lepas dari daging, maka ditolong oleh Roh Kudus. Oleh sebab itu, kita berharap supaya TUHAN curahkan roh kemurahan, roh pengasihan kepada kita masing-masing; jangan pernah merasa bisa dan mampu padahal tidak bisa apa-apa.
 
Matius 17:2-3
(17:2) Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. (17:3) Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia.
 
Singkat kata:
Pada ayat 2, Tampaklah TUHAN Yesus, di mana;
-          Wajah-Nya bercahaya seperti matahari.
-          Kemudian, pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang.
Pendeknya: Wajah Yesus dalam kemuliaan.  
Tetapi, pada ayat 3 ...
-          Musa juga diubahkan lewat kebangkitannya (setelah mati, kemudian bangkit).
-          Sedangkan Elia, yang walaupun adalah manusia biasa, dia juga diangkat hidup-hidup.
Berarti, Musa dan Elia berada dalam kemuliaan juga.
 
Pendeknya:
-          Yesus dalam kemuliaan.
-          Musa dalam kemuliaan.
-          Elia juga dalam kemuliaan.
Jadi, baik Yesus Kristus, maupun Musa dan Elia, ketiganya adalah Mezbah Dupa yang berbau harum, sesuai dengan Wahyu 8:3-4. Sedangkan Petrus, Yakobus dan Yohanes, ketiganya diizinkan untuk melihat cara menyembah yang benar dan penuh kemuliaan; inilah hak keistimewaan yang diberikan oleh TUHAN kepada Petrus, Yakobus dan Yohanes, yaitu melihat puncak ibadah yang benar, itulah doa penyembahan yang benar.
 
TUHAN Yesus sedang memperlihatkan doa penyembahan yang benar malam ini bagi kita. Kita butuh roh pengasihan dan roh kemurahan untuk secepatnya dicurahkan kepada kita sekaliannya, supaya kita hidup di dalam doa penyembahan yang ditopang oleh Roh Kudus. Pada saat itulah kita akan mengenali dan merenung arti dari sebuah nilai ketebusan, arti dari sebuah pendamaian yang memuncak sampai kepada puncak ibadah, itulah pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, yaitu gunung Sion, wujudnya adalah doa penyembahan, yang telah ditampilkan (diperlihatkan) kepada 3 (tiga) pribadi murid-Nya.
3 (tiga) dari 12 (dua belas), berarti; 25 % (dua puluh lima persen) = seperempat. Siapalah kira-kira 25 % (dua puluh lima persen) di dalam kandang penggembalaan ini yang memiliki hati murid (dengar-dengaran) dan hidup di dalam penyembahan yang ditopang oleh roh kemurahan? Saudara jawab sendiri. Tidak semuanya. Ini adalah pelajaran yang luar biasa yang kita terima dari TUHAN malam ini.
 
Kita harus menggunakan Firman sebagai barometer pengikutan dalam ibadah. Jangan gunakan pengertian saudara, jangan gunakan contoh manusia yang tidak sesuai ukuran (standart) Firman, yang tidak sesuai dengan takaran Firman; jadi, harus sesuai dengan Firman.
Jadi, 3 (tiga) pribadi murid-Nya diizinkan untuk melihat cara menyembah yang benar, yang penuh dengan kemuliaan. Dan kiranya, hal yang senada kita alami bersama-sama, kalau saudara mau. Jadi, dengan cara ini, TUHAN Yesus sudah memberi peluang yang besar untuk manusia daging, supaya kita boleh mengalami kelepasan dari kelemahan-kelemahan di dalam daging.
 
Kita boleh mengalami kelepasan dari kelemahan-kelemahan daging itu sendiri. Kalau kita sudah diizinkan untuk melihat cara menyembah yang benar, yang penuh dengan kemuliaan, berarti besar kemungkinan bagi kita untuk boleh mengalami kelepasan dari kelemahan daging tadi, sehingga kita kelak mengalami kemuliaan yang sangat besar sekali.
 
Matius 17:4
(17:4) Kata Petrus kepada Yesus: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."
 
Kata Petrus kepada Yesus: Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini” Kalau ibadah sampai pada puncaknya, itulah doa penyembahan, pasti bahagia.
 
Namun, ada yang lucu dibalik kebahagiaan Simon Petrus dan dua murid lainnya, yaitu Yakobus dan Yohanes, sebab dalam kebahagiaan itu, dia terbawa perasaan. Hati-hati, jangan sampai dalam kebahagiaan, tetapi terbawa perasaan daging; saya banyak sekali menemukan yang demikian.
Apa buktinya? Petrus berkata kepada TUHAN Yesus: “Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah”, maksudnya;
-          Kemah pertama untuk TUHAN Yesus.
-          Kemah kedua untuk Musa.
-          Kemah yang ketiga untuk Elia.
Dari perkataan ini, jelas Simon Petrus terbawa perasaan daging.
Perkataan Simon Petrus ini tentu saja bertolak-belakang dengan Injil Yohanes 14. Mendirikan rumah untuk TUHAN sudah bertolak belakang juga dengan nubuatan Yesaya (Yesaya 66:1-2).
 
Matius 17:5
(17:5) Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."
 
Sementara dia bereuforia dengan perasaan manusia daging, tiba-tiba turunlah awan yang terang menaungi mereka. Hal ini bersifat rohani. Kemudian, dari awan itu terdengar suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” Jadi, yang berkenan untuk membangun rumah adalah anak Allah.
 
Jangan sampai ketika berada dalam kebahagiaan sorgawi, namun masih terbawa perasaan manusia daging. Kadang-kadang, memang, kalau tidak mengerti Firman, hampir-hampir tidak bisa membedakan; mana kebahagiaan sorgawi, mana kebahagiaan yang berasal dari perasaan manusia daging.
Jika saudara memuji TUHAN berlonjak-lonjak, bukankah itu suasana kebahagiaan sorga? Tetapi kalau sesudah memuji TUHAN, tiba saatnya mendengar Firman, namun kenyataannya dia tidak mau mendengar Firman, itu kebahagiaan dari mana? Baik hamba TUHAN, maupun sidang jemaat, harus mengerti Firman.
 
Matius 17:6
(17:6) Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan.

Menyadari diri tidak layak, secepatnya Petrus, Yakobus dan Yohanes tersungkur dengan penuh ketakutan. Biarlah secepatnya kita menyadari atas segala kelemahan kita, untuk akhirnya kita bawa diri ini berada di tempat yang paling rendah saja; itulah yang paling benar.
 
Sesudah peristiwa di mana Yakobus, Petrus dan Yohanes melihat penyembahan yang benar dan penuh kemuliaan itu berlalu, selanjutnya mari kita perhatikan ayat 9.
Matius 17:9
(17:9) Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: "Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati."

Tadi, Yesus memperlihatkan penyembahan yang benar yang penuh kemuliaan di atas gunung yang tertinggi, bukan? Lalu, setelah mereka turun dari atas gunung, Yesus berpesan: “Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati (sebelum Yesus mati dan bangkit pada hari ketiga)”
Jangan bicara kemuliaan kalau tidak bertekun di dalam pengalaman kematian dan kebangkitan; itulah langkah-langkah kita di bumi ini. Jangan bicara “menyembah yang benar, yang penuh kemuliaan” tetapi tidak bertekun dalam pengalaman kematian dan kebangkitan; hati-hati, jangan coba-coba. Kalau tidak, ibadahmu nanti hanyalah menjadi suatu kebiasaan; euforiamu nanti bukan euforia dari sorga, tetapi justru kebahagiaan yang terbawa dari perasaan daging.
 
Hati-hati, saya sudah sampaikan  sebelum menyesal di kemudian hari, “hati-hati”, jangan bertahan dengan kebodohan. Kalau sudah mengalami sentilan kecil dari TUHAN, jangan alami sentilan yang lebih besar lagi. Jangan keras hati, jangan seperti orang bebal yang menganggap sepi kemurahan TUHAN.
 
Matius 17:10-13
(17:10) Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?" (17:11) Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu (17:12) dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka." (17:13) Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis.
 
Ahli Taurat itu mengerti Firman; mereka tahu bahwa Elia harus datang terlebih dahulu, sama seperti Musa dan Elia harus datang terlebih dahulu. Demikian juga sebenarnya, dalam kisah yang lain, yang terkait dengan Yesus naik ke atas gunung bersama dengan 3 (tiga) murid, sebetulnya Musa dan Elia itu berbicara tentang “yang akan datang”, tentang kematian, kebangkitan, kemuliaan yang akan terjadi, sebetulnya itulah yang dibicarakan.
Itu sebabnya, murid-murid berkata: “Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?” Mendengar pernyataan itu, Yesus berkata: “Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka”.
 
Pendeknya: Penyembahan yang benar didasari oleh korban Kristus = Penyerahan diri didasari oleh pertolongan Roh-El Kudus, itulah awan terang.
 
Wahyu 8:1-5
(8:1) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya. (8:2) Lalu aku melihat ketujuh malaikat, yang berdiri di hadapan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala. (8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah. (8:5) Lalu malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan gempa bumi.
 
Sebelum saya terangkan ayat 1-5, Wahyu 8 dalam susunan Tabernakel terkena pada Mezbah Dupa, berarti; doa penyembahan.
Singkat kata, dari pembacaan Wahyu 8:1-5 tadi adalah kekuatan dan kuasa dari penyembahan itu sangat besar, antara lain:
YANG PERTAMA: Menghantar gereja TUHAN untuk masuk dalam persekutuan yang kekal, yakni berada dalam takhta kemuliaan (ayat 1-4), bagaikan asap dupa kemenyan yang naik menembusi takhta Allah. Itu adalah kekuatan dan kuasa dari doa penyembahan, yaitu membawa kita masuk dalam persekutuan yang kekal, bagaikan asap kemenyan yang naik di hadirat Allah, menembusi takhta Allah.
YANG KEDUA: Kekuatan dan kuasa dari penyembahan yang besar adalah kekuatan yang dahsyat untuk menghukum bumi, yaitu orang-orang yang menolak persekutuan dalam nikah yang rohani, itulah pembangunan tubuh Kristus yang sempurna.
Jadi, orang yang menolak nikah yang rohani, yang menolak pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, maka ia akan menolak penghukuman, sesuai dengan ayat 5.
Jadi, dari sini kita melihat, bahwa: Kekuatan dan kuasa dari doa penyembahan itu sangat besar.
 
Saya yakin, sudah seyogianya kita semakin diteguhkan oleh Pengajaran Pembangunan Tabernakel, tidak perlu ragu lagi, karena itu menggiring kita untuk masuk dalam pesta nikah. Kalau ditolak, maka akan menerima hukuman, di mana pada ayat 5 dikatakan: Malaikat itu mengambil dupa itu, lalu diisi dengan api dari Mezbah Korban Bakaran, lalu dilemparkan ke bumi, maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan gempa bumi.
 
Pendeknya: Nasib dari bumi ini terletak di tangan orang-orang yang suci, yang hidup dalam kesucian, yang terus menerus meningkatkan kesuciannya, sehingga dia akan memiliki dupa dan api.
Tidak mungkin dunia ini dihukum sebelum ibadah dari hidup gereja TUHAN memuncak sampai kepada doa penyembahan. Orang suci yang terus menerus meningkatkan kesuciannya sampai kepada kesempurnaan akan lepas dari penghukuman; jadi, sudah sangat jelas, nasib bumi ini ada di tangan dari pada orang-orang suci yang terus menerus meningkatkan kesuciannya, sebab kepada mereka ada dupa dan api.
Sebelum ada kesucian yang meningkat sampai kepada kesempurnaan, tidak mungkin dunia ini dihukum; ditunggu dulu kehidupan yang suci yang terus meningkatkan kesuciannya sampai sempurna, sebab kepada mereka ada dupa dan api, barulah bumi dihukum. Inilah kuasa dan kekuatan dari doa penyembahan.
Jadi, jangan ikut-ikutan kalau ibadah. Kalau ibadah, maka ibadahlah sungguh-sungguh, dan ibadah harus memuncak sampai doa penyembahan. Jangan tolak, supaya jangan mengalami penghukuman.
 
Jadi;
-          Dupa, itulah penyembahan yang berbau harum.
-          Sedangkan api, itulah penghukuman yang menghanguskan.
Lebih baik hari ini kita hidup dalam doa penyembahan sampai daging ini betul-betul hangus, dari pada nanti hangus oleh karena penghukuman, setelah TUHAN memiliki orang-orang kudus yang kesuciannya sudah meningkat sampai kepada kesempurnaan; jangan sampai itu terjadi.
 
Selanjutnya, kita akan memperhatikan Matius 4, dengan perikop: “Pencobaan di padang gurun” Ini adalah pencobaan yang dihadapi Yesus di padang gurun.
-          Pencobaan yang pertama ialah batu menjadi roti.
-          Pencobaan yang kedua ialah berada di atas bubungan Bait Allah, lalu Yesus diperintahkan untuk menjatuhkan diri.
-          Pencobaan yang ketiga, akan kita perhatikan pada ayat 8-10.
 
Matius 4:8
(4:8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,
 
Lihat: Iblis membawa Yesus ke atas gunung yang sangat tinggi. Hati-hati, ada 2 (dua) jenis gunung yang tinggi.
-          Gunung yang tinggi yang berasal dari TUHAN, itulah puncak dari ibadah, yaitu doa penyembahan, wujud dari gunung Sion (mempelai TUHAN), berarti sudah terwujud pembangunan tubuh Kristus yang sempurna.
-          Tetapi puncak ibadah atau gunung yang tinggi yang lain, yang datang dari Setan, dibuktikan dengan memperlihatkan kerajaan dunia dan kemegahannya.
 
Jadi, Setan memperlihatkan kepada Yesus; semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, itu adalah gunung yang lain, yang datang dari Setan; sibuk berbicara soal kerajaan dunia dan kemegahannya, di tengah ibadah (di atas gunung) sibuk berbicara soal yang lahiriah (perkara di bawah), kerajaan dunia dan kemegahannya. Siapa pun kita tidak usah kuatir dengan kerajaan dunia dan kemegahan dunia ini.
Lihatlah, ibadah yang datang dari Setan; memuncak sampai kepada puncaknya, tetapi soal kerajaan dunia dan kemegahannya, soal perkara lahiriah, perkara di bawah. Hal ini harus kita pelajari baik-baik. Kita harus kenali;
-          puncak ibadah yang benar dari sorga (dari Allah),
-          dan puncak ibadah yang tidak benar, yang datang dari Setan.
Kalau dia sibuk berbicara kerajaan dunia dan kemegahannya, itu adalah puncak ibadah yang berasal dari Setan.
 
Mari kita lihat PUNCAK IBADAH DARI SORGA (DARI ALLAH).
Matius 4:9-10
(4:9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." (4:10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
 
Beribadah, di mana puncaknya adalah doa penyembahan, berarti; menyembah Allah yang hidup, bukan menyembah kerajaan dunia dan kemegahannya. Menyembah kerajaan dunia dan kemegahannya, itu adalah puncak ibadah yang keliru.
 
Mari kita lihat: Kalau hidup gereja TUHAN benar-benar pada puncak ibadah (doa penyembahan).
Matius 4:11
(4:11) Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.

Yang pasti, kalau hidup gereja TUHAN benar-benar pada puncak ibadah (doa penyembahan), maka:
-          Pertama-tama adalah jauh dari Setan, ditinggalkan Setan = terpisah dari Setan.
-          Yang kedua: Allah perintahkan para malaikat-Nya untuk melayani Yesus.
Kehidupan yang dilayani adalah kehidupan yang berbahagia; tidak perlu susah, tidak perlu stress untuk mencari sesuap nasi, sebab TUHAN perintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melayani. Kehidupan yang ibadahnya memuncak sampai doa penyembahan, tidak stress untuk sesuap nasi. TUHAN layani, karena TUHAN perintahkan malaikat-Nya untuk melayani kita semua.
 
Kita akan buktikan bahwa PUNCAK IBADAH itu adalah PEMBANGUNAN TUBUH KRISTUS YANG SEMPURNA, itulah mempelai TUHAN, itulah gunung Sion, wujudnya adalah doa penyembahan.
Matius 17:1
(17:1) Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja.

Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya ke atas sebuah gunung yang tinggi. Artinya; sebagai Imam Besar Agung, Yesus memimpin ibadah Petrus, Yakobus dan Yohanes sampai kepada puncaknya, yakni doa penyembahan. Berarti, Injil Matius 17:1 sama dengan Wahyu 8:3-4.
 
Matius 17:2
(17:2) Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang.

Selanjutnya, di ayat 2 ini kita perhatikan dengan seksama, di sini kita melihat: Yesus berubah rupa di depan mata ketiga murid-Nya, itulah Petrus, Yakobus dan Yohanes.
-          Wajah-Nya bercahaya seperti matahari.
-          Pakaian-Nya menjadi putih bersinar terang.
Pendeknya: Yesus bercahaya kemuliaan pada saat berada di pundak gunung. Inilah wujud yang diperlihatkan oleh TUHAN Yesus kepada ketiga murid tersebut, supaya pada akhirnya, hal yang senada tergenapi pada tubuh Kristus yang sempurna.
Kalau Yesus mengalami 2 (dua) perkara tadi -- wajah-Nya bercahaya kemuliaan dan pakaian-Nya bersinar terang --, itu diperlihatkan kepada ketiga murid, supaya wujudnya nyata terhadap tubuh Mempelai.
 
Saya ini adalah hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala. Pertama-tama, TUHAN memperlihatkan wujud-Nya kepada saya, dan saya harus menghidupi Firman itu supaya ada kekuatan untuk menyampaikan Firman, supaya wujud Yesus (tampilan Yesus) nyata di dalam tubuh-Nya, itulah gereja TUHAN yang sempurna.
-          Wajah-Nya bercahaya seperti matahari.
-          Pakaian-Nya menjadi putih bersinar terang.
Kiranya hal yang senada kita alami bersama-sama.
 
Wahyu 21:9-10
(21:9) Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba." (21:10) Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah.
 
Penyembahan itu nilainya tinggi dan besar. Oleh sebab itu, di dalam hal menyembah itu jangan hanya ikut-ikutan semata, apalagi kalau ada Biston keluarga, jangan engkau tinggalkan. Engkau tidak boleh beribadah sesuka hatimu. Orang beribadah berbeda dengan tergembala. Kalau tergembala, berarti harus ikuti aturan.
Sekali lagi saya sampaikan: Penyembahan itu nilainya tinggi dan besar. Jadi, Biston Keluarga yang dilakukan setiap Rabu malam, itu bukanlah sebuah rutinitas, itu nilainya besar.
 
Singkat kata: Di sini kita melihat, satu dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan murka Allah memperlihatkan pengantin perempuan mempelai Anak Domba kepada Rasul Yohanes. Pengantin perempuan mempelai Anak Domba disebut juga kota kudus, Yerusalem baru, yang turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Jadi, nilainya tinggi dan besar, itulah doa penyembahan, sebagai wujud dari gunung Sion, itulah pengantin perempuan mempelai Anak Domba; Yerusalem yang baru, kota kudus, yang turun dari sorga, dari Allah, berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya, Mempelai Laki-Laki Sorga.
 
Jadi, pengantin perempuan mempelai Anak Domba, yang disebut juga gunung Sion, di mana wujudnya adalah doa penyembahan, nilainya tinggi dan besar. Hidup saya dan saudara mahal di mata TUHAN, manakala ibadah kita sudah memuncak sampai doa penyembahan.
 
Wahyu 21:11
(21:11) Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.
 
Pengantin perempuan mempelai Anak Domba disebut juga dengan kota kudus, Yerusalem baru, bercahaya kemuliaan Allah, di mana cahayanya sama seperti permata yang paling indah, yaitu pertama yaspis, yang jernih seperti kristal.
 
Tadi, dalam Matius 17:2 dikatakan: Wajah-Nya bercahaya seperti matahari, berarti bercahaya kemuliaan Allah, sama seperti permata yaspis, permata yang paling indah, yang jernih seperti kristal.
Apa itu kristal? Kristal = Transparan, tidak ada lagi dosa yang tersembunyi, dengan demikian; bercahaya kemuliaan. Kalau masih ada dosa, maka tidak akan memancarkan cahaya kemuliaan. Inilah yang diperlihatkan oleh TUHAN Yesus Kristus kepada Petrus, Yakobus dan Yohanes, sehingga nanti, sesudah Yesus naik, lalu Roh Kudus turun, maka dengan luar biasa, TUHAN memakai rasul-rasul TUHAN, supaya apa yang dia lihat di atas gunung disampaikan, supaya nanti penampilan Yesus nyata di dalam diri gereja TUHAN.
 
Bercahaya kemuliaan Allah itu sama seperti permata yang paling indah, itulah permata yaspis. Jadilah permata yaspis; jadilah permata hati TUHAN; jernih seperti kristal, berarti transparan, tidak ada lagi dosa yang disembunyikan, sehingga wajah ini bercahaya kemuliaan Allah.
Dengan mudah kita bisa melihat anak TUHAN yang bercahaya kemuliaan Allah, dengan mudah juga kita bisa melihat hamba TUHAN yang bercahaya kemuliaan Allah. Cahaya kemuliaan Allah itu tidak bisa dibuat-buat, karena itu datangnya dari suatu kehidupan yang sudah transparan (kristal), jujur, tidak ada lagi yang disembunyikan.
 
Oleh sebab itu, dengan rendah hati saya memohon; jangan pernah berhenti doakan saya, untuk tampil apa adanya. Kalau memang saya menyembah 3 (tiga) jam, saya harus katakan “3 (tiga) jam”; kalau memang saya menyembah 4 (empat) jam, saya harus katakan “4 (empat) jam”. Jangan sampai saya menyembah 1 (satu) jam, tetapi saya sampaikan “2 (dua) jam”, itu pendusta namanya, tidak akan bercahaya kemuliaan. Saudara harus percaya, dan saya tidak akan berdusta.
Mengapa saya harus lakukan itu? Karena saya tidak berdaya untuk mendapatkan pembukaan Firman. Saya hanya bisa tinggal menyerah di kaki salib, sehingga malam ini kita juga bisa melihat penyembahan yang benar, yang penuh kemuliaan; itulah kerinduan TUHAN.
Itu sebabnya, setelah mereka melewati peristiwa itu, ketika mereka turun dari atas gunung, Yesus berkata: “Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia mati dan bangkit.” TUHAN Yesus baik, bukan?
 
Peluang besar sangat terbuka bagi kita untuk berada dalam penyembahan yang benar dan penuh kemuliaan, karena TUHAN sedang berbicara kepada kita secara gamblang, transparan, semuanya dipaparkan. Tentu saja kita mengucap syukur kepada TUHAN, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga yang kita kasihi.
 
Sebagai ayat terakhir, kita perhatikan Kidung Agung 2, dengan perikop: “Di pintu mempelai TUHAN
Kidung Agung 2:14
(2:14) Merpatiku di celah-celah batu, di persembunyian lereng-lereng gunung, perlihatkanlah wajahmu, perdengarkanlah suaramu! Sebab merdu suaramu dan elok wajahmu!"

Mempelai Laki-Laki berkata kepada mempelai perempuan: “Merpatiku di celah-celah batu ...” Mempelai Laki-Laki menyebut mempelai perempuan sebagai “merpatiku.” Inilah kumpulan kehidupan dari anak-anak TUHAN yang menjadi mempelai perempuan TUHAN yang hidup di dalam baptisan Roh Kudus atau dipenuhkan dengan Roh Kudus, bukan lagi kehidupan yang dikuasai oleh daging; itulah mempelai perempuan.
 
Selanjutnya, kepada kehidupan mempelai perempuan yang disebut “merpati” atau kehidupan yang dikuasai oleh kuasa dari Roh-El Kudus, Mempelai Laki-Laki berkata, YANG PERTAMA: “Perlihatkanlah wajahmu
Pada saat kapan wajah itu diperlihatkan? Pada saat mempelai perempuan tampil sebagai permata yaspis, permata yang paling indah, bercahaya kemuliaan, tidak ada lagi sesuatu yang tidak baik yang tersembunyi di wajah ini.
Hai, mempelai perempuan, perlihatkanlah wajahmu. Jangan ada lagi sesuatu yang tak suci tersembunyi; jangan ada sesuatu yang tidak baik -- yang jahat, yang najis -- disembunyikan, tetapi perlihatkanlah wajahmu dengan cahaya kemuliaan Allah.
 
Apa lagi permintaan Mempelai Laki-Laki Sorga kepada mempelai perempuan-Nya? Kepada kehidupan mempelai perempuan yang disebut “merpati” atau kehidupan yang dikuasai oleh kuasa dari Roh-El Kudus, Mempelai Laki-Laki berkata, YANG KEDUA: “Perdengarkanlah suaramu” dengan suara nada penyembahan. Hidup dalam doa penyembahan, itulah keadaan dari mempelai perempuan TUHAN.
 
Perlihatkanlah wajahmu dan perdengarkanlah suaramu, sebab elok wajahmu, mengapa? Karena sudah memancarkan cahaya kemuliaan Allah. Itulah mempelai perempuan; nilainya tinggi dan besar.
 
Apa dasar penyembahan dari mempelai perempuan? Pada ayat 14 ini dikatakan: “Merpatiku di celah-celah batu, di persembunyian lereng-lereng gunung
Batu dan gunung, itulah tempat persembunyian dari pada mempelai perempuan, itulah korban Kristus. Luka-luka Yesus adalah tempat persembunyian kita, dan itu adalah dasar kita menyembah TUHAN. Inilah wujud dari mempelai perempuan yang sudah ditampilkan sesudah Yesus mati dan bangkit, lalu dipermuliakan.
 
Pahamilah bahwa kita berharga di mata TUHAN, kita adalah makhluk ciptaan TUHAN yang paling mulia, karena kita dijadikan sebagai wadah untuk menampung darah Yesus yang tertumpah di atas kayu Salib; dan itu merupakan dasar kita untuk datang menyembah kepada TUHAN, memperdengarkan suara kepada TUHAN, itulah nada suara penyembahan.
Dan di sini selanjutnya dikatakan:
1.       Sebab merdu suaramu ...” TUHAN menuntut suara penyembahan (doa penyembahan).
2.       “ ... dan elok wajahmu”, karena sudah memancarkan cahaya kemuliaan Allah.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment