KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, May 15, 2012

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 15 MEI 2012


IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 15 MEI 2012

Tema:  HAL BERDOA
           (seri 4)

Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kemurahan Tuhan, kita dimungkinkan untuk menyembah Tuhan, dalam Ibadah Doa Penyembahan, sehingga dengan demikian, kita dapat merendahkan diri serendah-rendahnya.

Kembali kita perhatikan Matius 6.
Matius 6: 5-13
(6:5) "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
(6:6) Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
(6:7) Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.
(6:8) Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.
(6:9) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,
(6:10) datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
(6:11) Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya
(6:12) dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
(6:13) dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]

Berdoa itu penting dan suatu keharusan, sebab doa adalah nafas hidup.
Berarti, kalau tidak berdoa = tidak ada nafas hidup = mati = binasa.

Kita bersyukur tentunya, malam ini, Tuhan ijinkan kita beribadah lewat ibadah doa penyembahan, berarti; terjadi kelangsungan hidup.
Biarlah kiranya Tuhan terus menerus berkemurahan kepada kita, supaya ada kelangsungan hidup, sampai akhirnya kita dibawa ke dalam Yerusalem yang baru, kota yang kudus, dengan bentuk empat persegi.

Tetapi, supaya doa itu berkenan kepada Tuhan, sesuai dengan kebenaran firman Tuhan; “janganlah berdoa seperti orang munafik
Orang munafik itu; di luar dan di dalam tidak sama. Di luar tampak baik dan menarik, tetapi di dalamnya berbanding terbalik dengan apa yang dilihat mata.

Orang–orang munafik berdoa, berdiri pada rumah-rumah ibadah dan pada tikungan-tikungan jalan raya, dengan tujuan; supaya mereka dilihat orang. Tetapi kalau berdoa dengan cara demikian, kita tidak mendapatkan upah dari sorga.
Itu sebabnya, firman Allah mengatakan “sesungguhnya mereka sudah mendapatkan upahnya”.
Upahnya adalah pujian-pujian dari orang-orang yang melihatnya, bukan pujian-pujian dari sorga. Upah yang diterima dari orang-orang yang melihat mereka, upah yang demikian tidak ada artinya.

Mari kita bandingkan dengan Lukas 18.
Lukas 18: 10-12
(18:10) "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
(18:11) Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;
(18:12) aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.

Orang Farisi berdoa kepada Tuhan tetapi dia menyatakan seluruh apa yang diperbuatnya kepada Tuhan dalam doanya = merasa diri benar, lebih baik, lebih suci dari orang lain;
Doa orang munafik di dalam hati:
-      Aku tidak sama seperti semua orang lain
-      Bukan perampok
-      Bukan orang lalim
-      Bukan pezinah
-      Bukan seperti pemungut cukai
-      Aku berpuasa dua kali seminggu
-      Aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku

Bandingkan dengan doa yang berkenan
Lukas 18: 13
(18:13) Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.

Berdoa yang berkenan, seperti pemungut cukai; merasa diri sebagai orang yang berdosa = menyadari dirinya di hadapan Tuhan.

Kelebihan-kelebihan orang yang menyadari diri; mengharapkan belas kasih Tuhan.
Tetapi orang yang merasa diri lebih benar, lebih baik; tidak membutuhkan belas kasih, melainkan menonjolkan kelebihan-kelebihan diri.

Pemungut cukai, menyadari dirinya sebagai orang berdosa, sama seperti;
-   kepala pasukan yang menyalibkan Yesus. Ketika ia melihat apa yang sedang terjadi, dia langsung menyadari diri, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Dia yang benar, dirinyalah yang salah.
-   Selain prajurit-prajurit; perempuan-perempuan dan orang-orang lain, melihat Yesus yang disalibkan dari jauh, pulang sambil memukul-mukul dada mereka = menyadari diri sebagai orang yang berdosa.

Kalau kita merasa benar, orang lain yang kita pukul, tetapi kalau merasa diri salah, yang terjadi adalah memukul-mukul diri.

Memukul disini bukan hanya dengan tangan yang menampar pipi, tetapi bisa lewat perkataan, sikap, perbuatan, tingkah laku, gerak - gerik dan sebagainya.

Kalau saya perhatikan kisah-kisah orang Farisi, tidak satupun dari mereka mau menyadari diri sebagai orang berdosa, berbeda dengan pemungut cukai.
Seperti kisah Zakeus dan Matius, adalah seorang pemungut cukai (Matius 9: 9-10), tetapi mereka mudah sekali menyadari diri sebagai orang berdosa dan menjadi pengikut Kristus.
Pemungut cukai / orang pajak, memang banyak kekurangan, salah satunya kasus korupsi, namun kenyataannya orang seperti ini mudah sekali mengakui kesalahan.
Tetapi berbanding terbalik dengan orang Farisi, sukar sekali menyadari kesalahan, karena dikuasai roh kesombongan, yaitu kekerasan hati.

Syarat untuk berdoa kepada Allah:
Matius 6: 6
(6:6) Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

Supaya doa itu berkenan, maka, sesuai dengan firman Tuhan; masuklah ke dalam kamarmu =  masuk ke dalam empat persegi, sebab kamar bentuknya empat persegi -> hubungan nikah antara gereja Tuhan, sebagai tubuh, dengan Kristus, sebagai Kepala dari tiap-tiap gereja.

BAGIAN A
Wahyu 21: 10, 16
(21:10) Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah.
(21:16) Kota itu bentuknya empat persegi, panjangnya sama dengan lebarnya. Dan ia mengukur kota itu dengan tongkat itu: dua belas ribu stadia; panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama.

Yerusalem yang baru = kota kudus, bentuknya; empat persegi, panjangnya sama dengan lebarnya, yaitu DUA BELAS RIBU stadia.

Mari kita perhatikan dua belas ribu stadia.
Wahyu 7: 3-8
(7:3) katanya: "Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!"
(7:4) Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel.
(7:5) Dari suku Yehuda dua belas ribu yang dimeteraikan, dari suku Ruben dua belas ribu, dari suku Gad dua belas ribu,
(7:6) dari suku Asyer dua belas ribu, dari suku Naftali dua belas ribu, dari suku Manasye dua belas ribu,
(7:7) dari suku Simeon dua belas ribu, dari suku Lewi dua belas ribu, dari suku Isakhar dua belas ribu,
(7:8) dari suku Zebulon dua belas ribu, dari suku Yusuf dua belas ribu, dari suku Benyamin dua belas ribu.

Berbicara dua belas ribu stadia -> hamba-hamba Allah yang dimateraikan Allah = orang-orang yang menerima meterai Allah di dahi mereka.

Yehezkiel 9: 3-6
(9:3) Pada saat itu kemuliaan Allah Israel sudah terangkat dari atas kerub, tempatnya semula, ke atas ambang pintu Bait Suci dan Dia memanggil orang yang berpakaian lenan dan yang mempunyai alat penulis di sisinya.
(9:4) Firman TUHAN kepadanya: "Berjalanlah dari tengah-tengah kota, yaitu Yerusalem dan tulislah huruf T pada dahi orang-orang yang berkeluh kesah karena segala perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan di sana."
(9:5) Dan kepada yang lain-lain aku mendengar Dia berfirman: "Ikutilah dia dari belakang melalui kota itu dan pukullah sampai mati! Janganlah merasa sayang dan jangan kenal belas kasihan.
(9:6) Orang-orang tua, teruna-teruna dan dara-dara, anak-anak kecil dan perempuan-perempuan, bunuh dan musnahkan! Tetapi semua orang yang ditandai dengan huruf T itu, jangan singgung! Dan mulailah dari tempat kudus-Ku!" Lalu mereka mulai dengan tua-tua yang berada di hadapan Bait Suci.

Mereka yang mendapatkan meterai, itulah tanda T di dahi; diselamatkan.
Tetapi yang lain-lain, yang tidak menerima tanda T, semua itu dipukul mati = dibinasakan.
Huruf T -> sengsara salib = aniaya karena firman = KELUH KESAH yang diterima karena firman.

Biarlah tanda T ada di dahi kita semua. Dalam ibadah pelayanan, ada tanda T di dahi.
Tanda T, berarti segala sesuatu yang kita pikirkan selalu mengarah kepada salib Kristus, supaya doa dan persembahan kita, yaitu pelayanan kita, berkenan di hadapan Tuhan.
Itu sebabnya, ibadah doa penyembahan bukanlah liturgis, karena pikiran kita hanya mengarah kepada salib Kristus.
Kalau di dahi ada salib Kristus, kita bisa menyembah Tuhan, sampai hanyut dan tenggelam dalam kasih Allah, sebab doa penyembahan selama satu jam tidak dapat dikerjakan oleh kekuatan dari daging manusia.

Kalau manusia hanyut dan tenggelam dalam kasih bersama dengan pasangan hidupnya, sungguh hubungan itu sangat nikmat sekali.
Dan kalau kita merasakan penyembahan yang demikian, rasa-rasanya tidak mau berhenti untuk terus menyembah Tuhan.
Tetapi untuk mencapai hal itu, biarlah di dahi kita semua ada huruf T, jangan ada yang lain-lain, supaya kita tidak menjadi orang yang lain-lain di hadapan Tuhan.

BAGIAN B
Wahyu 21: 17
(21:17) Lalu ia mengukur temboknya: seratus empat puluh empat hasta, menurut ukuran manusia, yang adalah juga ukuran malaikat.

Yerusalem yang baru, kota yang kudus; temboknya = 144 hasta.

Mari kita perhatikan 144 hasta.
Wahyi 14: 1-3
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.
(14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.

Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia, ada seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya = huruf T.

Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan 24 tua-tua itu.
Saudaraku, kalau kita perhatikan disini, ketika 144.000 orang tersebut menyanyikan nyanyian baru, tidak satupun yang tahu nyanyian baru itu.
Artinya; betapa hubungan antara 144.000 orang tersebut dengan Anak Domba, begitu intim sekali.

KALAU PASANGAN SUAMI ISTRI MEMILIKI HUBUNGAN YANG INTIM, TENTU ADA PERKATAAN-PERKATAAN SEBAGAI PUJIAN ANTARA SUAMI ISTRI, DAN KETIKA MEREKA SALING PUJI MEMUJI, TIDAK ADA SATU PUN ORANG YANG TAHU.
JADI, NYANYIAN BARU YANG TIDAK DIKETAHUI OLEH ORANG LAIN, ITU MENUNJUKKAN BETAPA HUBUNGAN ANTARA 144.000 ORANG DENGAN ANAK DOMBA INI BEGITU INTIM , BEGITU DEKAT DAN ERAT SEKALI.
SAMA HALNYA DENGAN ORANG YANG BERLOGAT GANJIL, YAITU ORANG-ORANG YANG DIPENUHKAN OLEH ROH-EL KUDUS, MEREKA BERBAHASA ROH, BERBAHASA LIDAH, YANG TIDAK DIKETAHUI OLEH ORANG LAIN.

Itu sebabnya kalau berdoa harus masuk kamar supaya terjadi hubungan nikah.

Ciri-ciri 144.000
Wahyu 14: 4
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.

Mereka murni, sama seperti perawan = tidak mencemarkan diri dengan perempuan-perempuan.
Artinya; tidak jatuh di dalam dosa karena hawa nafsu dan keinginan daging.
Sebab, perempuan -> tubuh = daging. Sedangkan murni = tidak tercemari / tidak dicampurni oleh dosa.

Dampak positifnya.
Mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi  = mengikuti jejak Kristus.

Mari kita lihat jejak Kristus.
1 Petrus 2: 21-22
(2:21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
(2:22) Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.
(2:23) Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.

Inilah jejak Kristus;
1.    Ia tidak berbuat dosa.
2.    Tipu tidak ada dalam mulut-Nya = tidak ada dusta.
3.    Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki = tidak hidup di bawah hukum taurat = kejahatan tidak dibalas dengan kejahatan.
4.    Ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, melainkan menyerahkan segala persoalan kepada Allah Bapa, sebagai hakim yang adil.

Hasilnya
Wahyu 14: 4
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.

Kita semua menjadi anak-anak sulung atau korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba, bila hidup dalam doa yang berkenan, yaitu masuk ke dalam kamar, itulah empat persegi; panjang dan lebar sama = HUBUNGAN NIKAH ANTARA TUBUH DAN KEPALA.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman;
Gembala Sidang: Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment