KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, May 14, 2012

IBADAH RAYA MINGGU, 13 MEI 2012


­­­IBADAH RAYA MINGGU, 13 MEI 2012

Tema:  HUKUM YANG TERUTAMA DAN HUKUM YANG KEDUA

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kemurahan Tuhan dan pertolongan Tuhan, kita semua dapat beribadah melayani Tuhan pada malam hari ini.

Biarlah kita diberkati lewat pembukaan rahasia firman malam ini.

Kita awali dari kitab Keluaran.
Dalam Keluaran 20: 1-17 tertulis 10 hukum Allah, yang dibagi menjadi 2 bagian.
-      Bagian pertama;
Hukum pertama sampai hukum keempat, tertulis pada loh batu pertama = KASIH KEPADA TUHAN = kasih yang utama, karena kaitannya kepada Tuhan.

-      Bagian kedua;
Hukum kelima sampai hukum kesepuluh, tertulis pada loh batu kedua = KASIH KEPADA SESAMA, karena kaitannya kepada sesama manusia.

Sekarang, mari kita perhatikan hukum yang utama dan hukum yang kedua.
Markus 12: 28-34
(12:28) Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: "Hukum manakah yang paling utama?"
(12:29) Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.
(12:30) Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
(12:31) Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."
(12:32) Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.
(12:33) Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."
(12:34) Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.

Hukum yang terutama adalah kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.

-      Dengan segenap hati
berarti; tidak separuh hati
Kalau separuh hati; separuh untuk Tuhan, separuh untuk yang lain, seperti;
·    sidang jemaat di Laodikia; tidak panas, tidak dingin = suam-suam, artinya tidak sepenuh hati beribadah melayani Tuhan = tidak sungguh-sungguh beribadah melayani Tuhan.
·       Juga seperti Kain, yang mempersembahkan sebagian hasil tanahnya = tidak sungguh-sungguh.

-      Dengan segenap jiwa / akal budi = segenap pengertian.
Pengertian yang benar, yang kita peroleh dari Tuhan, kita harus turuti.
Kita banyak memperoleh pengertian-pengertian dari Tuhan, lewat pembukaan rahasia firman Tuhan, kita turuti saja, dengan segenap akal budi, dan segenap jiwa kita.
Kita memperoleh pengertian yang baik dari kebenaran firman Tuhan, gunakan akal budi dan jiwamu untuk menurutinya / melakukannya.
Kalau jiwa tidak beres, disebut orang gila / sinting, orang seperti ini, tidak dapat mengasihi Tuhan dengan segenap pengertian.

-      Dengan segenap kekuatanmu.
Tuhan mengetahui sejauh mana kekuatan manusia, ketika kita mengasihi Tuhan dengan semaksimal mungkin.
Barangkali saja hasilnya sedikit, tetapi Tuhan mengetahui sejauh mana kekuatan kita. Sebaliknya, kita dapat mengerjakan banyak tetapi hasilnya sedikit, itu berarti tidak mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan.

Hukum yang kedua, yaitu; KASIHILAH SESAMAMU MANUSIA, SEPERTI DIRIMU SENDIRI.
Saya teringat dengan domba-domba yang ditempatkan di sebelah kanan, mereka mengasihi sesama, seperti mengasihi diri sendiri; tidak ada kepura-puraan di dalamnya (Matius 25: 33-39).

Ironis sekali, bila kita perhatikan disini; dimana ahli taurat membenarkan Yesus Kristus.
Bukankah, ahli taurat itu mengerti firman, tetapi tidak menjadi pelaku, dengan kata lain; hidup dengan kepura-puraan.
Tapi ternyata, dengan kasih yang utama dan kasih yang kedua; sanggup menyelamatkan ahli taurat = sanggup menyelamatkan orang yang pura-pura, DENGAN KASIH.

Inilah yang menjadi kerinduan saya, sebagai gembala yang kecil, supaya kita semua mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan, dimulai dari saya tentunya, sampai kepada seluruh sidang jemaat, supaya kita semua terlepas dari roh ahli taurat, yaitu; mengerti firman, tetapi tidak menjadi pelaku.

Bukti ahli taurat mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama.
Markus 12: 33
(12:33) Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."

Ahli taurat membenarkan perkataan Yesus, dan berkata; mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama, lebih utama dari pada mempersembahkan korban bakaran dan korban sembelihan.

Ibrani 10: 1-9
(10:1) Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.
(10:2) Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya.
(10:3) Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa.
(10:4) Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.
(10:5) Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki -- tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku --.
(10:6) Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan.
(10:7) Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku."
(10:8) Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --.
(10:9) Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua.

Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan dan mengasihi sesama, seperti diri sendiri, itu lebih utama dari mempersembahkan korban bakaran dan korban sembelihan dan korban-korban yang lain.
Yang lebih utama adalah; melakukan firman Tuhan / kehendak Allah, berarti mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama.

Jangan salah paham, saudaraku. Jangan membuat mezbah dan mempersembahkan korban di atasnya.
Tuhan tidak menghendaki korban persembahan yang demikian.

Yang pertama Ia hapuskan supaya menegakkan yang kedua = melakukan kehendak Allah, bukan dengan bentuk hukum taurat = menghapus yang pertama, tetapi melakukan firman Tuhan dengan bentuk yang kedua, itulah hukum kasih karunia.

Sebagai contoh menegakkan hukum yang kedua, melakukan hukum Allah dalam hukum kasih karunia.
Yohanes 8: 2-7
(8:3) Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
(8:4) Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
(8:5) Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
(8:6) Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
(8:7) Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
(8:8) Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
(8:9) Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
(8:10) Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
(8:11) Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."

Menegakkan yang kedua adalah melakukan firman Tuhan dalam bentuk hukum kasih karunia; penuh dengan pengampunan = mengampuni orang yang bersalah, seperti Yesus berkata “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang”, kepada perempuan yang kedapatan berzinah.

Pada saat kapan Yesus mengampuni perempuan yang kedapatan berzinah ?
Yohanes 8: 6
(8:6) Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.

Setelah hukum taurat dinyatakan oleh ahli taurat dengan berkata “Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian”, tetapi Yesus justru membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya.
Ini adalah hukum yang terutama; mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan.

Yohanes 8: 7-9
(8:7) Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
(8:8) Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
(8:9) Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.

Untuk kedua kalinya Yesus membungkuk dan menulis dengan jari-Nya di tanah. Ini adalah hukum yang kedua; mengasihi sesama, seperti diri sendiri.

Kalau mengasihi sesama seperti diri sendiri berarti; tidak merasa lebih benar, tidak merasa lebih suci, tidak merasa lebih baik, seperti ahli-ahli taurat dan orang-orang Farisi. Itu sebabnya ketika Yesus berkata “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu”, tetapi ternyata semua orang di tempat itu berdosa, dan akhirnya mereka semua pergi, mulai dari yang tertua.

Yesus Kristus sudah menegakkan hukum Allah dalam bentuk hukum kasih karunia, sebab hidup dalam hukum taurat menjadi batu sandungan.
Terkutuklah orang yang tersandung, tetapi lebih terkutuk lagi orang yang menjadi batu sandungan.

Matius 18: 6-7
(18:6) "Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.
(18:7) Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.

Penyesat digambarkan seperti batu sandungan = hidup di bawah hukum taurat.
Mereka yang menjadi batu sandungan, sesuai dengan nas firman Tuhan; lebih baik batu kilangan diikatkan pada leher mereka, lalu ditenggelamkan ke dalam laut.
Artinya; oleh karena keadilan dan kebenaran dari Allah, mereka yang hidup dalam hukum taurat / menyesatkan, menerima hukuman, yaitu menjadi bagian dari antikris.
Batu kilangan -> firman yang benar dan murni, dan lebih tajam dari pedang bermata dua manapun.
Laut -> antikris.

Binatang yang keluar dari dalam laut, itu adalah antikris = manusia tanpa roh, yang suka menyesatkan anak kecil, menjadi batu sandungan, hidup dalam hukum taurat, sama seperti binatang yang keluar dari dalam laut.

Kesimpulannya;
Hukum taurat hanyalah bayangan dan kiasan untuk kita lakukan masa sekarang. tidak bisa melakukannya dengan leterlet, harus dilakukan dengan hukum kasih karunia.

Dampak positif melakukan hukum yang pertama dan hukum yang kedua.
Markus 12: 34
(12:34) Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.

Dampak positifnya; menjadi orang yang bijaksana.

Contoh orang yang bijaksana;
1.    Matius 25: 1-4
(25:1) "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki.
(25:2) Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana.
(25:3) Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak,
(25:4) sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka.

Contoh yang pertama; seperti 5 gadis yang bijaksana, membawa pelita serta minyak dalam buli-bulinya.
Berbeda dengan 5 gadis yang bodoh; membawa pelita tetapi tidak membawa minyak.
Minyak -> urapan Roh Kudus. fungsinya; supaya pelita tetap menyala.
Berarti; untuk menyongsong kedatangan Tuhan yang kedua kali, sebagai Mempelai Pria Sorga, harus tetap dalam urapan Roh-El Kudus, supaya pelita tetap menyala.

Saat membawa pelita dan minyak dalam buli-buli, memang sedikit repot.
Barangkali saudara repot dalam pelayanan, tetapi itu adalah bagian dari kehidupan anak Tuhan yang diurapi Roh Kudus.
Oleh sebab itu saya ingatkan, jangan bodoh, dengan hanya membawa pelita saja. Pelita memang bagus untuk menerangi jalan. Tetapi firman tidak bisa bekerja tanpa Roh Kudus.

Jadilah bijaksana !! jangan seperti 5 gadis yang bodoh.

2.    Matius 7: 24-25
(7:24) "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
(7:25) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.

Contoh yang kedua; orang yang bijaksana, mendirikan rumahnya di atas batu, sehingga sekalipun hujan turun, angin melanda dan datanglah banjir, tetapi bangunan itu tidak rubuh, sebab didirikan di atas batu.
Arti rohaninya; kuat dan teguh hati saat menghadapi hujan, angin, banjir, sebagai ujian / cobaan.
Batu -> korban Kristus, sebagai dasar bangunan.
Dasar hidup kita adalah korban Kristus, bukan yang lain-lain.

Jangan coba-coba membangun rumah di atas pasir, seperti orang bodoh, sebab rumah akan rubuh, tidak akan kuat saat hujan turun, angin melanda, banjir datang, sebagai ujian.
Tetapi kalau membangun hidup di atas batu,itulah korban Kristus, saat menghadapi ujian; akan tetap kuat, tidak rubuh.
Pasir -> daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.

Ciri-ciri orang bijaksana.
Matius 7: 24
(7:24) "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

Mendengar firman dan melakukan = dengar-dengaran.
Hai imam-imam, para pelayan Tuhan, dengar-dengaranlah, jangan suka membantah, jangan memberontak supaya kita tetap kuat saat menghadapi ujian !!

Matius 7: 27
(7:27) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."

Kalau tidak dengar-dengaran, kita sendiri yang rugi, bukan orang lain, tetapi kalau dengar-dengaran, kita sendiri pula yang mendapat keuntungan.

Ini memang bukan perkara mudah, tetapi cukup kita perhatikan dengan sungguh-sungguh.

Hasilnya.
Markus 12: 36
(12:34) Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.

"Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" = ahli taurat tidak jauh dari kerajaan sorga = dekat dengan kerajaan sorga.

Roma 14: 17
(14:17) Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.

Kerajaan sorga bukan soal makanan dan minuman, tetapi soal;
-      kebenaran
-      damai sejahtera
-      sukacita
Semua itu dikerjakan oleh Roh Kudus, bukan karena yang lain-lain.

Roma 14: 18
(14:18) Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia.

Jika melayani Tuhan disertai dengan kebenaran, damai sejahtera, sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus, tanpa memusingkan soal makanan dan minuman, ia berkenan kepada Allah dan dihormati oleh manusia.
-      Berkenan kepada Allah = mengasihi Tuhan
-      Dihormati oleh manusia = mengasihi sesama.

Biarlah kita berkenan kepada Allah dan mengasihi sesama, menghormati sesama. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman;
Gembala Sidang: Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment